Kasus: penembakan

  • Geger Kelompok Supremasi Asia Timur di Singapura, Bunuh 100 Melayu Muslim

    Geger Kelompok Supremasi Asia Timur di Singapura, Bunuh 100 Melayu Muslim

    PIKIRAN RAKYAT – Seorang remaja Singapura berusia 17 tahun merancang rencana mengerikan untuk membunuh setidaknya 100 Muslim di lima masjid yang telah dia identifikasi sebagai target.

    Aksinya terinspirasi oleh penembakan massal di Christchurch, Selandia Baru, pada 2019, yang menewaskan 51 Muslim. Beruntung, rencana ini berhasil digagalkan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri Singapura (ISD), yang menangkap pelaku pada Maret 2025.

    Lima Masjid yang Jadi Target

    Remaja tersebut telah melakukan survei terhadap lima masjid yang menjadi targetnya, yaitu:

    Masjid Maarof (Jurong West) Masjid Jamek Queenstown (Margaret Drive) Masjid Darussalam (Clementi) Masjid An-Nur (Admiralty Road) Masjid Hajjah Fatimah (Beach Road)

    Dia berencana melakukan serangan setelah salat Jumat, saat jamaah meninggalkan masjid, dan kemudian mengakhiri hidupnya sendiri sebelum polisi tiba.

    Radikalisasi dan Ideologi Supremasi Asia Timur

    Menurut ISD, remaja ini mulai terpapar ideologi Islamofobia dan ekstremisme sayap kanan sejak 2022 melalui internet. Dia secara aktif menyebarkan kebencian terhadap Muslim dan suku Melayu di media sosial serta mengkritik Islam dalam diskusi daring.

    Seperti rekannya, Nick Lee (18), yang ditahan pada Desember 2024, remaja ini mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari “supremasi Asia Timur”—sebuah ideologi yang menganggap etnis Han Cina, Korea, dan Jepang lebih unggul dibandingkan Melayu dan India.

    Keduanya saling berbagi materi Islamofobia dan supremasi kulit putih secara daring, meski tidak menyadari rencana satu sama lain untuk melakukan serangan.

    Terinspirasi oleh Teori “Penggantian Besar”

    Radikalisasi remaja ini semakin dalam setelah dia menyaksikan video penembakan di Christchurch dan membaca manifesto Brenton Tarrant. Dia menjadi yakin dengan teori “Penggantian Besar”, yang menyatakan bahwa populasi dominan di suatu negara sedang digantikan oleh kelompok minoritas melalui migrasi dan tren demografis.

    “Seharusnya ada orang-orang seperti Tarrant di Singapura untuk menembak orang Melayu dan Muslim guna mencegah mereka menggantikan orang Cina sebagai ras dominan,” ujarnya dalam unggahan daring.

    Selain itu, dia juga memiliki ketertarikan untuk menyerang komunitas Yahudi, tetapi tidak memiliki rencana konkret terkait hal tersebut.

    Upaya Mendapatkan Senjata Gagal

    Untuk merealisasikan rencananya, remaja ini mencoba berbagai cara untuk mendapatkan senjata:

    Menghubungi individu di AS yang mengaku sebagai pembuat senjata, tetapi gagal karena kendala logistik. Berusaha membeli pistol Glock 19 dari orang asing, namun transaksi tidak terjadi. Mencari penjual senjata daring untuk membeli replika pistol yang dapat dimodifikasi, tetapi batal karena diminta membayar deposit. Mempertimbangkan untuk membeli senjata di Malaysia atau Thailand dan menyelundupkannya ke Singapura.

    Dia juga menonton video pelatihan menembak dan merencanakan kunjungan ke lapangan tembak di AS untuk memastikan dirinya mampu mengoperasikan senjata.

    Tertangkap Sebelum Beraksi

    Pada Maret 2025, ISD berhasil menahan remaja ini sebelum dia sempat melaksanakan rencananya. Dalam pemeriksaan, dia mengakui bahwa jika berhasil mendapatkan pistol, dia akan melakukan serangan tersebut.

    Meskipun tidak ada pihak yang mengetahui rencananya, orangtuanya sadar akan kebenciannya terhadap Muslim dan kebiasaannya menghabiskan waktu berlebihan di dunia maya.

    Sang ayah bahkan berusaha mengingatkan dengan menunjukkan berita tentang kasus ekstremisme sayap kanan yang ditangani ISD sebelumnya, tetapi mereka tidak melapor ke pihak berwenang.

    Ancaman Radikalisasi di Kalangan Remaja Singapura

    ISD menegaskan bahwa kasus ini menunjukkan ancaman nyata radikalisasi di kalangan pemuda Singapura. Sejak 2015, mereka telah menangani 17 kasus remaja di bawah 20 tahun yang terpapar ekstremisme, dengan sembilan di antaranya berencana melakukan serangan di Singapura.

    “Tren kaum muda yang meradikalisasi diri yang ditangani di bawah ISA sangat memprihatinkan,” ucap Menteri Dalam Negeri K. Shanmugam dalam konferensi pers di Masjid Maarof, salah satu target serangan.

    “Kemungkinan besar, mungkin ada yang lain, bahkan saat kita berbicara. Mereka mungkin mengonsumsi materi online, mereka mungkin merencanakan, mereka mungkin melakukan sesuatu. ISD mencoba yang terbaik untuk melacak orang-orang dengan pemikiran semacam ini,” katanya menambahkan.

    Menteri Dalam Negeri Muhammad Faishal Ibrahim juga menekankan pentingnya peran keluarga dalam mendeteksi tanda-tanda radikalisasi.

    “Jika kita melihat kasus-kasus ini, keluarga kedua pemuda itu tidak membuat laporan apa pun, bahkan ketika mereka tahu dan dapat melihat gejala radikalisasi,” ucapnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Straits Times.

    Muhammad Faishal Ibrahim menegaskan bahwa warga Singapura beruntung karena ISD berhasil menangani kasus ini sebelum terjadi tragedi besar.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Junta Myanmar Serang Truk Kiriman Xi Jinping untuk Korban Gempa

    Junta Myanmar Serang Truk Kiriman Xi Jinping untuk Korban Gempa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan militer junta Myanmar menembaki rombongan konvoi kendaraan dari Pemerintah China yang membawa bantuan darurat pasca gempa, Selasa (1/4/2025). Hal ini terjadi saat Myanmar baru saja mengalami bencana gempa, yang juga terjadi saat negara itu berada dalam perang saudara.

    Mengutip Radio Free Asia (RFA), Juru Bicara junta, Zaw Min Tun, mengatakan konvoi 9 kendaraan milik Palang Merah China sedang membawa perbekalan pada hari Selasa di dekat kota Nawnghkio di negara bagian Shan ketika tentara menembaki mereka. Penembakan dilakukan karena ada kesalahpahaman terkait ancaman keamanan.

    “Ada kelompok keamanan di dekat desa Ohmati yang menghalangi konvoi tersebut. Dari jarak 100 meter, kelompok itu menunjuk ke langit dan melepaskan tiga tembakan,” ujarnya.

    Pernyataan juru bicara junta militer itu muncul setelah pasukan anti-junta Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang, atau TNLA, melaporkan insiden tersebut. Mereka mengatakan bahwa utusan tersebut akan dikawal ke Mandalay oleh tentara mereka sejak saat itu.

    Konvoi tersebut merupakan bagian dari upaya penyelamatan dan bantuan internasional sebagai tanggapan atas gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 skala Richter yang melanda Myanmar pada hari Jumat, yang telah menewaskan lebih dari 2.800 orang dan menyebabkan 4.600 orang terluka. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah.

    Di sisi lain, Myanmar berada dalam perang saudara sejak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil pada Februari 2021. Kudeta itu memicu reaksi publik yang besar, dengan demonstrasi besar-besaran yang menolaknya, yang kemudian dibubarkan secara brutal.

    Ini kemudian memicu reaksi keras dari beberapa milisi etnis di Negeri Seribu Pagoda. Mereka mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dianggap tidak demokratis.

    Dengan situasi gempa yang terjadi di tengah perang, TNLA, bersama tiga kelompok sekutu lainnya, termasuk Tentara Arakan, mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk memfasilitasi upaya kemanusiaan internasional. Gencatan senjata itu akan berlangsung selama satu bulan, di mana aliansi berjanji untuk menahan diri dari operasi ofensif dan hanya terlibat dalam pembelaan diri jika perlu.

    Namun junta menolak usulan ini. Min Aung Hlaing menuduh organisasi etnis bersenjata menggunakan jeda tersebut untuk berkumpul kembali dan melakukan pelatihan militer.

    “Tatmadaw (militer) tidak melancarkan serangan apa pun terhadap kamp-kamp kelompok etnis bersenjata tetapi hanya menanggapi ketika diserang,” kata Min Aung Hlaing, merujuk pada militer junta.

    “Pemerintah terus membuka pintu untuk bertemu dan berdiskusi dengan semua organisasi etnis bersenjata untuk melakukan upaya perdamaian yang efektif.”

    (tps/tps)

  • Ukraina-Rusia Kompak Mengeluh ke AS soal Serangan di Fasilitas Energi Masing-masing, Singgung Sanksi – Halaman all

    Ukraina-Rusia Kompak Mengeluh ke AS soal Serangan di Fasilitas Energi Masing-masing, Singgung Sanksi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina dan Rusia mengeluh kepada Amerika Serikat (AS) tentang serangan terhadap lokasi energi masing-masing pada Selasa (1/4/2025).

    Kyiv meminta Washington untuk memperkuat sanksi terhadap Moskow karena “melanggar” perjanjian yang dibuat di Arab Saudi.

    Masing-masing pihak menuduh pihak lain melanggar kesepakatan yang seharusnya digunakan untuk menghentikan penembakan di lokasi energi, meskipun kesepakatan formal belum dibuat dan komitmen apa yang telah dilakukan masing-masing pihak masih belum jelas.

    Setelah pertemuan terpisah dengan pejabat AS, Gedung Putih mengatakan bahwa Ukraina dan Rusia telah sepakat untuk mengembangkan langkah-langkah guna melaksanakan kesepakatan untuk melarang serangan terhadap fasilitas energi Rusia dan Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Menteri Pertahanannya, Rustem Umerov, telah berhubungan dengan pejabat AS.

    “Kami telah menyampaikan semua informasi yang diperlukan tentang pelanggaran Rusia di sektor energi,” kata Zelensky dalam pidato malam hariannya, Selasa, dilansir The Moscow Times.

    Sebelumnya, Zelensky meminta Washington untuk memperkuat sanksi terhadap Rusia sebagai tanggapan.

    “Saya yakin kita telah sampai pada titik peningkatan dampak sanksi, karena saya yakin Rusia melanggar apa yang telah mereka janjikan kepada Amerika.”

    “Setidaknya apa yang telah dikatakan Amerika kepada kita, dan secara terbuka,” kata Zelensky dalam sebuah konferensi pers di Kyiv.

    “Dan kami sangat berharap bahwa Presiden (Donald) Trump memiliki semua alat yang tepat untuk meningkatkan tekanan sanksi pada pihak Rusia,” jelasnya.

    Zelensky mengatakan Ukraina tetap “siap” untuk gencatan senjata tanpa syarat dengan Rusia.

    Sementara itu, di Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya membahas tuduhan “pelanggaran” Ukraina dalam pertemuan tertutup pejabat tinggi keamanan pada hari Selasa.

    Moskow juga mengatakan telah menyampaikan keluhannya kepada Washington.

    Kremlin: Tidak Ada Rencana Pertemuan Putin-Trump

    Kremlin pada hari Rabu mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak memiliki rencana untuk mengunjungi Arab Saudi, tempat Donald Trump akan berkunjung dalam beberapa minggu mendatang.

    Hal ini sekaligus menepis spekulasi bahwa keduanya akan bertemu di sana selama kunjungan Presiden AS.

    Trump dan Putin telah mengadakan dua panggilan telepon sejak Februari tetapi belum bertemu langsung, sementara pejabat mereka telah mengadakan pembicaraan di Riyadh.

    Pada Senin (31/3/2025), Trump mengatakan bahwa ia dapat mengunjungi Arab Saudi paling cepat bulan depan.

    “Ini murni rencana kepala negara AS, sama sekali tidak terkait dengan Putin,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam jumpa pers harian dengan wartawan, dikutip dari Al Arabiya.

    “Putin, sejauh ini, tidak punya rencana seperti itu,” imbuhnya, seraya mengatakan bahwa tidak ada tanggal atau tempat pasti untuk “kemungkinan pertemuan” antara Putin dan Trump.

    Trump Menyalahkan Putin dan Zelensky

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengecam Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky pada Minggu (30/3/2025).

    Trump mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap para pemimpin Rusia dan Ukraina saat ia berjuang untuk mencapai gencatan senjata guna mengakhiri perang.

    Meskipun Trump menegaskan kepada wartawan bahwa “kami membuat banyak kemajuan,” ia mengakui bahwa “ada kebencian yang luar biasa” antara kedua pria tersebut, sebuah indikasi baru bahwa negosiasi mungkin tidak menghasilkan kesimpulan cepat seperti yang ia janjikan selama kampanye.

    ZELENSKY KUNJUNGI KHARKIV – Foto ini diambil pada Minggu (23/3/2025) dari publikasi resmi Kantor Presiden Ukraina, memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) berjabat tangan dengan prajurit Ukraina saat ia mengunjungi komando Ukraina di Kharkiv pada Sabtu (22/3/2025). (Kantor Presiden Ukraina)

    Diberitakan AP News, Trump tengah berupaya mengakhiri konflik di Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

    Bulan lalu, Washington mengadakan pembicaraan terpisah dengan Kyiv dan Moskow di Arab Saudi, mengumumkan bahwa keduanya telah sepakat untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi dan di Laut Hitam.

    Tetapi Moskow dan Kyiv sejak itu saling menuduh satu sama lain melakukan serangan yang disengaja terhadap infrastruktur energi.

    Trump mulai menyuarakan kritiknya dalam wawancara dini hari dengan NBC News saat ia berada di Mar-a-Lago, klub pribadinya di Florida.

    Ia mengatakan “marah, kesal” karena Putin mempertanyakan kredibilitas Zelensky.

    Pemimpin Rusia baru-baru ini mengatakan bahwa Zelensky tidak memiliki legitimasi untuk menandatangani kesepakatan damai dan menyarankan bahwa Ukraina membutuhkan pemerintahan eksternal.

    Trump mengatakan dia akan mempertimbangkan untuk menambahkan sanksi baru terhadap Rusia, yang sudah menghadapi sanksi keuangan berat, dan menggunakan tarif untuk melemahkan ekspor minyaknya.

    Presiden dari Partai Republik itu jarang mengkritik Putin, dan sebelumnya ia sendiri pernah menyerang kredibilitas Zelensky.

    Misalnya, Trump telah menyatakan bahwa Ukraina menyebabkan perang yang dimulai dengan invasi Rusia tiga tahun lalu, dan ia bersikeras bahwa Zelensky harus menyelenggarakan pemilu meskipun menurut konstitusi Ukraina hal itu ilegal untuk dilakukan selama darurat militer.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Mantan Pilot Israel Kecam Serangan di Gaza: Ini Genosida, Dunia Harus Bertindak! – Halaman all

    Mantan Pilot Israel Kecam Serangan di Gaza: Ini Genosida, Dunia Harus Bertindak! – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Pilot Angkatan Udara Israel, Yonatan Shapira, mengecam sikap diam komunitas internasional terhadap serangan militer Israel di Gaza.

    Ia juga mengkritik dukungan tidak langsung dari beberapa negara Barat yang memasok senjata dan jet tempur ke Israel.

    Dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (1/4/2025), Shapira menegaskan negara-negara Barat dan Eropa turut bertanggung jawab atas genosida yang terjadi di Gaza.

    Menurutnya, kegagalan mereka untuk menghentikan dukungan terhadap Israel menjadi alasan utama konflik ini terus berlanjut.

    “Beginilah Holocaust terjadi terhadap leluhur saya, dan begitulah genosida di Gaza terjadi sekarang,” ungkap Shapira.

    Ia juga menyoroti warga Palestina di Gaza mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Shapira mengungkapkan mereka menemukan pecahan rudal di reruntuhan yang berasal dari Inggris dan Amerika Serikat.

    Kritik terhadap Pemerintahan Netanyahu

    Shapira juga mengkritik keras pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Dia menyebut Israel di bawah pemerintahan lNetanyahu lebih buruk daripada pemerintahan mana pun sebelumnya.

    Ia bahkan menyamakan kebijakan Netanyahu dengan rezim Nazi.

    Selain itu, ia juga menuding negara-negara yang menormalisasi hubungan dengan Israel turut berperan dalam kejahatan yang terjadi.

    Sebut Serangan Israel sebagai Terorisme

    Lebihy jauh, Yonatan Shapira menyerukan agar pembantaian di Gaza segera dihentikan.

    Mantan pemimpin skuadron di Angkatan Udara Israel selama Intifada Palestina kedua ini menuduh negara-negara Barat sengaja mendukung genosida terhadap warga Palestina.

    Menurutnya, pilot Israel telah menyebabkan kematian ribuan warga sipil di Gaza.

    “Tidak ada kekuatan lain di wilayah ini yang telah menewaskan warga sipil tak berdosa sebanyak pilot Israel,” ujarnya.

    Ia mengungkapkan pesawat tempur Israel dikirim ke Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon dengan tujuan membunuh warga sipil.

    Shapira pun menyadari bahwa perintah yang diberikan kepada tentara Israel merupakan tindakan terorisme.

    “Saya mulai menyadari bahwa ini adalah tindakan terorisme,” tegasnya.

    Shapira mengenang salah satu serangan udara yang menargetkan salah satu lingkungan terpadat di Gaza pada tengah malam.

    Sebuah bom seberat 1.000 ton dijatuhkan di sebuah rumah dan menewaskan banyak warga sipil, termasuk anak-anak.

    “Para pelaku pembantaian di Gaza tidak boleh lolos dari keadilan. Mereka harus ditangkap, diinterogasi, dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup,” tegasnya.

    Ia menambahkan, jika tentara dan perwira Israel tahu bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan mereka, mereka pasti akan berpikir dua kali sebelum melakukan pembantaian di Gaza.

    3 Warga Palestina Tewas di Rafah, Total Korban Meningkat

    Serangan Israel terhadap sebuah rumah di utara Rafah, Jalur Gaza selatan, menewaskan tiga warga Palestina.

    Dikutip dari Al Jazeera Arabic, serangan ini menambah jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak fajar hari ini menjadi 21 orang.

    Selain itu, serangan udara Israel juga menghancurkan sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah.

    Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan melakukan penembakan artileri di sebelah timur lingkungan Tuffah, Kota Gaza.

    Situasi di Gaza terus memburuk seiring dengan meningkatnya serangan yang menargetkan permukiman warga sipil.

    25 Toko Roti yang Didukung WFP Ditutup

    Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengungkapkan penangguhan bantuan ke Gaza terus memberikan dampak yang menghancurkan bagi warga yang membutuhkan.

    Dikutip dari pernyataannya kepada wartawan, Dujarric mengataka 25 toko roti yang sebelumnya didukung oleh Program Pangan Dunia (WFP) selama masa gencatan senjata kini ditutup akibat kekurangan tepung dan tidak tersedianya gas untuk memasak.

    Ia menambahkan bahwa WFP terus memprioritaskan distribusi makanan dengan stok yang tersisa.

    Namun, situasi tetap kritis sejak penutupan jalur penyeberangan kargo hampir sebulan yang lalu.

    Kondisi ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, dengan ribuan warga menghadapi kelaparan akibat terbatasnya pasokan pangan dan bahan bakar.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Rakyat Palestina Lagi-lagi Dipaksa Mengungsi dari Rafah, Israel Umumkan Serangan Dahsyat

    Rakyat Palestina Lagi-lagi Dipaksa Mengungsi dari Rafah, Israel Umumkan Serangan Dahsyat

    PIKIRAN RAKYAT – Ironi perayaan lebaran di Gaza, rakyat Palestina kembali dipaksa mengungsi, kali ini dari daerah Rafah, Gaza Selatan. Israel Penjajah telah mengumumkan perintah evakuasi paksa baru, menyusul rencana untuk memperluas serangan di daerah kantong tersebut.

    Via X (dulu Twitter), Senin pagi, 31 Maret 2025, Juru bicara militer berbahasa Arab, Avichay Adraee mengumumkan serangan mahadahsyat di Rafah selaku salah satu kota terbesar Gaza, dan daerah sekitarnya.

    “Tentara (IOF) akan kembali bertempur dengan kekuatan besar di Rafah,” ucapnya, dilihat Selasa, 1 April 2025.

    Ia lalu meminta warga Palestina untuk segera pindah ke tempat pengungsian di al-Mawasi di pesisir.

    Padahal, daerah itu secara berkala menjadi sasaran tembakan Israel selama perang di Gaza, meskipun telah ditetapkan sebagai “zona aman”.

    Tak lama setelah perintah evakuasi, Al Jazeera Arabic melaporkan bahwa sedikitnya dua orang tewas selama serangan Israel terhadap tenda yang menampung orang-orang terlantar di daerah tersebut. Pada dasarnya, tak ada satu pun tempat yang aman di Gaza.

    Minggu lalu, badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) melaporkan bahwa 142.000 orang telah mengungsi sejak Israel memperbarui perangnya di Gaza, 18 Maret 2025, yang membatalkan gencatan senjata Januari.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 900 orang tewas sejak pengeboman kembali terjadi.

    “Angka tersebut telah meningkatkan jumlah korban tewas sejak dimulainya perang pada Oktober 2023 menjadi lebih dari 50.000,” kata Lembaga itu.

    Perayaan Idul Fitri yang Suram

    Serangan Israel terus menghujani Gaza saat warga Palestina merayakan Idul Fitri 1446 Hijriah, hari libur tiga hari yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan tahun 2025.

    Pada Minggu, 30 Maret, hari pertama Idul Fitri, sedikitnya 64 warga Palestina tewas. Hingga Senin pagi, situasi di Gaza menunjukkan kesuraman yang sama, dengan sedikitnya sembilan orang tewas dalam serangan Israel.

    “Di Khan Younis, kota utama lainnya di Gaza selatan, pasukan Israel telah menyerang sedikitnya tujuh rumah dari keluarga yang berbeda,” kata Hind Khoudary, wartawan Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah.

    “Terjadi pula penembakan artileri tanpa henti di bagian tengah Jalur Gaza, di Nuseirat, dan juga di daerah yang sangat dekat dengan Koridor Netzarim,” katanya lagi.

    Ia melanjutkan, ledakan terdengar di Deir el-Balah hingga tiga petani tewas di daerah tersebut.

    Di sisi lain, di Beit Hanoon, Gaza utara, anak-anak yang dulu merayakan momen bahagia Idul Fitri kini menghabiskan liburan dalam ketakutan.

    “Kami terlalu takut untuk mendekati pantai, takut kalau-kalau Israel menembaki kami,” kata Wissam Nassar kepada Al Jazeera.

    Hussein Alkafarna menambahkan, “Kami tidak merasakan kegembiraan apa pun di Idul Fitri ini. Kami tidak bisa membeli baju baru, apalagi ketakutan yang terus-menerus kami rasakan.” ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • PRCS Temukan 15 Jenazah Tim Medis di Rafah, Korban Serangan Israel – Halaman all

    PRCS Temukan 15 Jenazah Tim Medis di Rafah, Korban Serangan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melaporkan penemuan 15 jenazah tim penyelamat di Rafah, yang merupakan korban serangan Israel terhadap ambulans seminggu lalu.

    Dari 15 jenazah yang ditemukan, delapan di antaranya telah diidentifikasi sebagai anggota PRCS, enam sebagai anggota Pertahanan Sipil, dan satu sebagai karyawan badan PBB.

    Sementara itu, satu petugas medis lainnya masih dilaporkan hilang.

    Serangan tersebut terjadi pada 23 Maret saat tim medis berusaha memberikan pertolongan pertama kepada warga yang terluka akibat penembakan oleh pasukan Israel di wilayah Hashashin, Rafah.

    PRCS menegaskan bahwa penargetan terhadap petugas medis merupakan pelanggaran hukum internasional dan harus dianggap sebagai kejahatan perang.

    “Penargetan petugas medis oleh pendudukan hanya dapat dianggap sebagai kejahatan perang yang dapat dihukum berdasarkan hukum humaniter internasional,” ungkap PRCS dalam pernyataannya yang dikutip dari Al Jazeera.

    Kecaman dari PRCS dan IFRC

    Presiden PRCS, Younis al-Khatib, mengutuk keras serangan tersebut dan menekankan bahwa para petugas medis yang menjadi korban adalah pekerja kemanusiaan yang menjalankan misi untuk membantu mereka yang membutuhkan.

    “Jiwa-jiwa itu bukan sekadar angka. Jika insiden ini terjadi di tempat lain, seluruh dunia akan menggerakkan langit dan bumi untuk mengungkap kejahatan perang ini,” kata al-Khatib dengan penuh emosi.

    Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) juga mengecam serangan tersebut.

    Chapagain menegaskan bahwa petugas penyelamat seharusnya mendapatkan perlindungan, bukan menjadi target.

    “Mereka mengenakan lambang yang seharusnya melindungi mereka. Ambulans mereka ditandai dengan jelas. Mereka seharusnya kembali ke keluarga mereka, tetapi mereka tidak melakukannya,” tambahnya.

    Tragedi ini merupakan serangan tunggal paling mematikan terhadap personel Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia sejak 2017.

    Sejak dimulainya konflik ini, jumlah relawan dan staf Bulan Sabit Merah Palestina yang terbunuh telah mencapai 30 orang.

    Serangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat di Gaza setelah militer Israel melanjutkan pengeboman pada 23 Maret, tepat beberapa hari setelah gencatan senjata yang bertahan hampir dua bulan.

    Militer Israel mengeklaim bahwa mereka menembaki ambulans dan truk pemadam kebakaran karena kendaraan tersebut dianggap mencurigakan.

    Insiden ini tidak hanya mengundang kecaman dari IFRC dan PRCS, tetapi juga menunjukkan betapa rentannya posisi petugas medis di zona konflik.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • PRCS Temukan 15 Jenazah Tim Medis di Rafah, Korban Serangan Israel – Halaman all

    PRCS: 15 Jenazah Tim Penyelamat yang Ditembaki Pasukan Israel di Rafah Telah Ditemukan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melaporkan telah menemukan 15 jenazah tim penyelamat di Rafah pada hari Minggu (30/3/2025).

    Adapun 15 jenazah ini merupakan korban serangan Israel pada ambulans yang terjadi seminggu yang lalu.

    Delapan jenazah telah diidentifikasi sebagai anggota PRCS, enam sebagai anggota Pertahanan Sipil, dan satu sebagai karyawan badan PBB. 

    Namun satu petugas medis lainnya dilaporkan masih hilang.

    Serangan terhadap tim medis ini terjadi pada 23 Maret, ketika mereka berupaya memberikan pertolongan pertama kepada warga yang terluka akibat penembakan oleh pasukan Israel di wilayah Hashashin, Rafah.

    PRCS menegaskan bahwa penargetan terhadap petugas medis ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan harus dianggap sebagai kejahatan perang.

    “Penargetan petugas medis Bulan Sabit Merah oleh pendudukan… hanya dapat dianggap sebagai kejahatan perang yang dapat dihukum berdasarkan hukum humaniter internasional,” ungkap PRCS dalam pernyataannya, dikutip dari Al Jazeera.

    Presiden PRCS, Younis al-Khatib, mengutuk keras serangan tersebut dan menekankan bahwa para petugas medis yang menjadi korban adalah pekerja kemanusiaan yang menjalankan misi mereka untuk membantu mereka yang membutuhkan pertolongan.

    “Jiwa-jiwa itu bukan sekadar angka. Jika insiden ini terjadi di tempat lain, seluruh dunia akan menggerakkan langit dan bumi untuk mengungkap kejahatan perang ini,” kata al-Khatib dengan penuh emosi.

    Menurut laporan, jenazah-jenazah tersebut sangat sulit ditemukan karena terkubur di dalam pasir.

    IFRC Kecam Serangan Israel yang Terus Targetkan Tim Penyelamat

    Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) segera mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan terhadap petugas medis tersebut. 

    Sekretaris Jenderal IFRC, Jagan Chapagain, dengan tegas mengungkapkan rasa kemarahannya. 

    “Saya patah hati. Para pekerja ambulans yang berdedikasi ini menanggapi orang-orang yang terluka. Mereka adalah pekerja kemanusiaan,” tegas Chapagain, dikutip dari AL Mayadeen.

    Menurut Chapagain, petugas penyelamat seharusnya mendapatkan perlindungan, bukan menjadi target sasaran.

    “Mereka mengenakan lambang yang seharusnya melindungi mereka; ambulans mereka ditandai dengan jelas. Mereka seharusnya kembali ke keluarga mereka; tetapi mereka tidak melakukannya,” kata Chapagain.

    “Bahkan di zona konflik yang paling kompleks sekalipun, ada aturannya. Aturan Hukum Humaniter Internasional ini sangat jelas,  warga sipil harus dilindungi; pekerja kemanusiaan harus dilindungi. Layanan kesehatan harus dilindungi,” tegasnya.

    Tragedi ini merupakan serangan tunggal paling mematikan terhadap personel Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia sejak 2017. 

    Chapagain menambahkan bahwa jumlah relawan dan staf Bulan Sabit Merah Palestina yang terbunuh sejak dimulainya konflik ini kini telah mencapai 30 orang.

    “Kami mendukung Bulan Sabit Merah Palestina dan keluarga tercinta para korban yang gugur pada hari tergelap ini,” ujarnya.

    Serangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat di Gaza setelah militer Israel melanjutkan pemboman pada 23 Maret.

    Ini tepat beberapa hari setelah gencatan senjata yang bertahan hampir dua bulan.

    Militer Israel mengklaim bahwa mereka menembaki ambulans dan truk pemadam kebakaran karena kendaraan tersebut dianggap mencurigakan.

    Namun insiden ini tidak hanya mengundang kecaman dari IFRC dan PRCS, tetapi juga memperlihatkan betapa rentannya posisi petugas medis di zona konflik.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait PRCS dan Konflik Palestina vs Israel

  • Israel Terus Serang Gaza di Hari Kedua Idul Fitri, Paksa Warga Ngungsi

    Israel Terus Serang Gaza di Hari Kedua Idul Fitri, Paksa Warga Ngungsi

    Gaza

    Israel terus melakukan serangan ke Gaza, Palestina, pada hari kedua Idul Fitri. Israel juga memaksa warga di Rafah yang terletak di selatan Gaza untuk mengungsi.

    Dilansir Al-Jazeera, Senin (31/3/2025), pasukan Israel telah melakukan serangan sejak dini hari tadi di Jalur Gaza. Serangan ini terus terjadi selama 24 jam dan menjadi serangan mematikan, terutama di Khan Younis, di mana pasukan Israel menyerang sedikitnya tujuh rumah dari keluarga yang berbeda.

    Serangan ini terjadi sejak hari pertama Idul Fitri yang dirayakan umat Islam Palestina pada Minggu (30/3). Serangan terus berlanjut hingga hari kedua di mana warga Palestina saling mengunjungi sebagai tradisi Idul Fitri meskipun perang terjadi.

    Penembakan artileri juga terjadi tanpa henti di bagian tengah Jalur Gaza, tepatnya di Nuseirat, dan juga di daerah yang sangat dekat dengan Koridor Netzarim. Ledakan telah terdengar di Deir el-Balah dan tiga petani telah tewas di daerah tersebut.

    Tim Pertahanan Sipil Gaza dan paramedis menyebut sangat berbahaya untuk pergi dan mengambil jenazah korban. Jenazah seorang warga Palestina di kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah telah dipindahkan ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa.

    Selain itu, serangan udara Israel di dekat kamp pengungsi Jabalia telah menyebabkan tiga orang tewas. Dua korban merupakan warga berusia 30 tahun dan seorang lagi pemuda berusia 19 tahun.

    Seorang juru bicara militer Israel juga telah mengeluarkan perintah pemindahan paksa baru untuk warga Rafah. Israel mengeluarkan peringatan tentara segera melanjutkan operasi tempur yang intens di sana.

    Israel telah meluncurkan serangan besar-besaran ke Gaza sejak 7 Oktober 2023. Serangan itu diklaim Israel untuk membalas serangan Hamas ke wilayah mereka yang menewaskan 1.200 orang.

    Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 50 ribu warga Gaza. Ratusan ribu orang terluka dan jutaan orang telah mengungsi akibat perang.

    Gencatan senjata sempat membuat situasi Gaza tenang sejak Januari 2025. Namun, Israel kembali melanjutkan serangan pada 18 Maret setelah masa gencatan senjata dengan Hamas berakhir dan menyebabkan 900 orang tewas di Gaza.

    Terbaru, Hamas disebut telah menerima proposal gencatan senjata yang ditawarkan oleh mediator. Namun, Israel malah mengajukan proposal lain.

    Lihat Video ‘Momen Pilu Warga Gaza Salat Id di Tengah Reruntuhan Bangunan’:

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pengakuan Pelaku Penembakan di Tanahlaut, Dipicu Dugaan Perselingkuhan, Emosi Anak Diserang Korban – Halaman all

    Pengakuan Pelaku Penembakan di Tanahlaut, Dipicu Dugaan Perselingkuhan, Emosi Anak Diserang Korban – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Terjadi insiden penembakan yang mengakibatkan satu orang tewas di Desa Benualawas, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanahlaut, Kalimantan Selatan, Minggu (30/3/2025) sekira pukul 13.30 WITA.

    Pelaku berinisial S (46), warga Desa Tirtajaya, Kecamatan Bajuin, menembak korban SA (39) di jalan raya dekat kantor desa.

    Korban mengalami dua luka tembak di rusuk kanannya dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit di Pelaihari.

    Pelaku S mengungkapkan tindakan nekatnya itu dipicu oleh rasa sakit hati dan emosi yang tak tertahankan setelah mengetahui istrinya, R, menjalin hubungan khusus dengan korban.

    “Istri saya selingkuh dengannya (korban),” ungkap S dalam konferensi pers di Mapolres Tanahlaut.

    Sebelum insiden penembakan, S mengaku telah berupaya menyelesaikan masalah tersebut dengan mendatangi Ketua RT dan Kepala Desa setempat.

    Ia meminta bantuan untuk memfasilitasi pertemuan dengan istrinya yang telah meninggalkan rumah selama setengah bulan dan tinggal di Benualawas.

    Setelah Kepala Desa menghubungi istri pelaku, korban SA datang ke kantor desa.

    Dalam situasi yang tegang, saat melihat S di ruang tunggu, korban panik dan berusaha melarikan diri.

    Namun, ia kemudian bertemu dengan anak pelaku, MJA (20)

    “Dia (korban, red) membawa senjata tajam dan menyerang anak saya. Melihat itu saya langsung mengejar dan menembaknya,” tutur S.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • 15 Mayat Tim Penyelamat Ditemukan di Ambulans yang Ditembaki Israel di Gaza

    15 Mayat Tim Penyelamat Ditemukan di Ambulans yang Ditembaki Israel di Gaza

    Gaza

    Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan mereka telah menemukan jenazah 15 orang anggota tim penyelamat yang tewas seminggu lalu usai pasukan Israel menyerang ambulans di Jalur Gaza, Palestina. Jenazah itu kemudian dievakuasi untuk proses pemakaman.

    Dilansir AFP, Senin (31/3/2025), jenazah delapan petugas medis dari Bulan Sabit Merah, enam anggota badan pertahanan sipil Gaza, dan satu karyawan badan PBB telah ditemukan pada Minggu (30/3) waktu setempat.

    Satu petugas medis dari Bulan Sabit Merah masih hilang. Kelompok tersebut mengatakan mereka yang tewas menjadi sasaran pasukan penjajah Israel saat menjalankan tugas kemanusiaan.

    “Mereka menuju ke daerah Hashashin di Rafah untuk memberikan pertolongan pertama kepada sejumlah orang yang terluka akibat penembakan Israel di daerah tersebut. Penargetan petugas medis Bulan Sabit Merah oleh penjajah hanya dapat dianggap sebagai kejahatan perang yang dapat dihukum berdasarkan hukum humaniter internasional, yang terus dilanggar oleh penjajah di depan mata seluruh dunia,” ujar Bulan Sabit Merah Palestina.

    Dalam pernyataan sebelumnya, Bulan Sabit Merah mengatakan jenazah ditemukan dengan susah payah karena terkubur di pasir. Sejumlah mayat juga menunjukkan tanda-tanda pembusukan.

    Badan pertahanan sipil Gaza juga mengonfirmasi 15 jenazah telah ditemukan dan menyebut pegawai PBB yang tewas tersebut berasal dari badan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA.

    Penyerangan ambulans tersebut terjadi pada 23 Maret di lingkungan Tal al-Sultan di kota Rafah dekat perbatasan Mesir beberapa hari setelah militer Israel melanjutkan pembomannya di Gaza.

    “Mereka adalah pekerja kemanusiaan. Mereka mengenakan lambang yang seharusnya melindungi mereka; ambulans mereka ditandai dengan jelas. Mereka seharusnya memulangkan keluarga mereka; tetapi mereka tidak melakukannya,” kata Sekretaris Jenderal IFRC Jagan Chapagain.

    “Hukum Kemanusiaan Internasional tidak bisa lebih jelas lagi, warga sipil harus dilindungi, pekerja kemanusiaan harus dilindungi. Layanan kesehatan harus dilindungi,” sambungnya.

    IFRC mengatakan insiden itu merupakan serangan paling mematikan terhadap pekerja Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia sejak 2017. Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah mengaku sangat terkejut karena petugas medis tewas saat menjalankan tugas mereka bersama yang lain.

    “Jenazah mereka diidentifikasi hari ini dan telah ditemukan untuk dimakamkan secara bermartabat. Banyaknya personel medis yang tewas selama konflik ini sangat menghancurkan. ICRC mengutuk keras serangan terhadap pekerja perawatan kesehatan,” kata ICRC.

    Militer Israel mengakui pasukannya telah menembaki ambulans. Mereka mengatakan kepada AFP dalam sebuah pernyataan bahwa pasukannya telah menembakkan tembakan ke arah kendaraan Hamas dan melenyapkan beberapa teroris Hamas.

    “Beberapa menit kemudian, kendaraan tambahan bergerak maju dengan mencurigakan ke arah pasukan yang merespons dengan menembaki kendaraan mencurigakan tersebut,” ujar otoritas Israel seraya menambahkan bahwa beberapa orang dianggap mereka sebagai teroris tewas.

    “Beberapa kendaraan mencurigakan adalah ambulans dan truk pemadam kebakaran,” kata pernyataan militer, mengutip penyelidikan awal atas insiden tersebut.

    Pernyataan itu mengungkit apa yang mereka anggap penggunaan berulang ambulans oleh organisasi teroris di Jalur Gaza untuk tujuan teroris. Israel dan sejumlah negara barat menganggap Hamas, yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina, sebagai teroris.

    Lihat Video ‘Momen Pilu Warga Gaza Salat Id di Tengah Reruntuhan Bangunan’:

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini