Kasus: penembakan

  • Beringas, Wartawan Tempo Dipukul, Ditampar dan Dipiting Polisi saat May Day di Semarang

    Beringas, Wartawan Tempo Dipukul, Ditampar dan Dipiting Polisi saat May Day di Semarang

    GELORA.CO – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang mengecam keras tindakan represif aparat kepolisian terhadap jurnalis Tempo Jamal Abdun Nasr saat meliput aksi demonstrasi Hari Buruh Internasional (May Day) di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/5/2025).

    Dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times, Jamal mengalami tindakan kekerasan oleh aparat sebanyak dua kali. Yang pertama ketika Jamal meliput demonstrasi depan pintu gerbang kantor Gubernur Jawa Tengah pada pukul 17.30 WIB.

    Saat itu Jamal diintimidasi sekaligus mendapatkan kekerasan berupa leher dipiting lalu hendak dibanting.

    Kekerasan kedua dialami Jamal saat meliput pengepungan aparat kepolisian dan preman di depan pintu gerbang utama kampus Undip Pleburan, sekira pukul 20.36.

    Jamal saat itu sedang duduk di trotoar bersama sejumlah jurnalis lainnya yang jaraknya cukup jauh dengan pintu gerbang Undip.

    Ketika mendengarkan keramaian aparat diduga sedang menangkap mahasiswa, Jamal dan sejumlah jurnalis lainnya berdiri.

    Namun, para jurnalis ini dituding melakukan perekaman oleh puluhan polisi berpakaian preman. Jamal sempat mengungkapkan tindakan aparat tersebut sebagai bentuk penghalang-halangan tugas jurnalistik.

    Sejumlah jurnalis lainnya ikut melontarkan hal serupa. Perlawanan dari jurnalis ditanggapi dengan tindakan yang lebih beringas dari aparat.

    Mereka sempat melemparkan helm ke arah jurnalis tapi tidak kena.

    Jamal juga sempat diancam secara verbal. “Kami tidak takut wartawan Tempo,” ungkap rombongan polisi tersebut.

    Wakapolda Jawa Tengah, Brigjen Pol Latief Usman sempat merangkul tubuh Jamal dengan dalih hendak mengamankannya dari polisi yang bertindak beringas.

    Tak hanya Wakapolda, Jamal dikepung lebih dari lima polisi.

    Sejurus kemudian dari arah depan, Jamal mendapatkan serangan pukulan dari beberapa polisi berbadan besar dan tegap.

    Menurut Jamal, pukulan yang diterimanya sebanyak tiga kali di bagian kepala. “Iya, saya mendapatkan tiga kali pukulan termasuk ditampar,” terangnya.

    Melihat Jamal dipukul, para jurnalis lainnya berusaha melawan tetapi diusir oleh Wakapolda Jawa Tengah untuk meninggalkan lokasi.

    Selain Jamal, DS, seorang pimpinan redaksi pers mahasiswa, juga mengalami pemukulan oleh aparat berpakaian sipil, mengakibatkan luka robek di wajah hingga harus mendapatkan jahitan.

    DS dipukul saat merekam kekerasan terhadap massa dengan ponselnya, meski telah mengaku sebagai wartawan.

    Tak hanya itu, empat anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) masing-masing dua anggota LPM Justisia Universitas Islam Negeri (UIN) Semarang dan dua anggota LPM Vokal dari Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).

    Ketua AJI Kota Semarang, Aris Mulyawan, menegaskan peristiwa ini adalah bentuk pelanggaran serius terhadap kemerdekaan pers dan mencoreng wajah demokrasi.

    “Tugas jurnalistik dilindungi undang-undang. Aparat yang melakukan kekerasan terhadap jurnalis adalah pelanggar hukum. Kami mengecam tindakan represif ini dan mendesak agar pelakunya diusut tuntas,” tegas Aris.

    “Kekerasan terhadap jurnalis bukan insiden biasa, ini ancaman terhadap hak publik,” imbuhnya.

    Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers disebutkan, untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarkan luaskan gagasan dan informasi.

    Dalam ayat 1 Pasal 18 UU Pers ditegaskan, “Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”.

    “Tindakan aparat terhadap Jamal dan DS berpotensi melanggar pasal-pasal tersebut dan mengarah pada tindak pidana penghalangan kerja pers,” katanya.

    Pendamping hukum aksi May Day Kota Semarang, M Fajar Andika menambahkan, bahwa sampai saat ini jumlah peserta aksi yang ditahan terus bertambah.

    “Ada 18 orang yang ditangkap, 5 dibawa ke rumah sakit. Namun, 4 orang sudah dibebaskan, 14 lainnya masih ditahan,” kata Dhika.

    Mahasiswa yang mengalami luka langsung dilarikan ke Rumah Sakit Roemani untuk mendapatkan perawatan medis.

    “Sebelum penangkapan ini terjadi, aparat kepolisian lagi-lagi melakukan tindakan brutal, tindakan represif berupa penembakan gas air mata,” ungkapnya.

  • Duduk Perkara Geger Serangan Israel ke Dekat Istana Kepresidenan Suriah

    Duduk Perkara Geger Serangan Israel ke Dekat Istana Kepresidenan Suriah

    Tel Aviv

    Israel melakukan serangan miiter ke Suriah. Bahkan serangan tersebut dekat dengan istana kepresidenan di Damaskus, Ibu Kota Suriah. Bagaimana duduk perkaranya?

    Sebagaimana diketahui, awal bulan lalu Suriah menuduh Israel sedang melancarkan serangan destabilisasi yang mematikan setelah gelombang serangan menghantam target militer dan menewaskan 13 orang. Israel pun mengklaim pihaknya melakukan serangan untuk menanggapi tembakan dari orang-orang bersenjata selama operasi di Suriah selatan.

    Dilansir AFP, Kamis (3/4/2025), Israel memperingatkan Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa bahwa Suriah akan menghadapi konsekuensi berat jika keamanan Israel terancam. Israel telah melakukan pengeboman yang luas terhadap aset militer Suriah sejak pemberontak yang dipimpin Islamis menggulingkan Bashar al-Assad pada November 2024.

    Israel juga telah melakukan serangan darat ke Suriah selatan dalam upaya untuk menjauhkan pasukan pemerintah baru dari perbatasan. Pihak berwenang di provinsi selatan, Daraa, mengatakan sembilan warga sipil tewas dan beberapa lainnya terluka dalam penembakan Israel di dekat kota Nawa.

    Terbaru, Israel kembali menyerang Suriah. Pengumuman soal serangan Israel terhadap target di dekat istana kepresidenan Suriah itu, seperti dilansir Reuters, Jumat (2/5/2025), disampaikan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (2/5) pagi waktu setempat.

    Itu menandai kedua kalinya Israel menyerang wilayah Suriah dalam beberapa hari terakhir, menindaklanjuti janji untuk melindungi kelompok minoritas yang terlibat dalam kekerasan sektarian melawan orang-orang bersenjata dari kalangan Sunni pada awal pekan ini.

    Bagaimana tanggapan Suriah? Baca halaman berikutnya.

    Israel Tak Percaya Kaum Sunni

    Foto: Pelabuhan Latakia Suriah Kembali Beroperasi Setelah Hancur Dibom Israel pada 2024 (AP/Ghaith Alsayed)

    Druze merupakan komunitas minoritas yang menganut agama yang menjadi cabang dari Islam dan memiliki para pengikut di Suriah, Lebanon, dan Israel.

    Serangan Israel terhadap target di dekat istana kepresidenan Suriah itu mencerminkan ketidakpercayaan Tel Aviv yang mendalam terhadap kaum Islamis Sunni yang menggulingkan rezim mantan Presiden Bashar al-Assad pada Desember tahun lalu.

    Hal itu memberikan tantangan lebih lanjut terhadap upaya Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, untuk membangun kendali atas negara yang pernah terpecah-belah tersebut.

    “Israel telah menyerang tadi malam di dekat istana kepresidenan di Damaskus,” kata Netanyahu dalam pernyataan bersama dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz.

    “Ini merupakan pesan yang jelas kepada rezim Suriah: Kami tidak akan mengizinkan pasukan (Suriah) dikerahkan ke area selatan Damaskus atau memberikan ancaman apa pun kepada komunitas Druze,” tegasnya.

    Militer Israel dalam pernyataannya menyebut pasukannya menyerang “area dekat Istana Ahmed Hussein al-Sharaa di Damaskus”, namun tanpa menjelaskan lebih lanjut soal target yang diserang.

    Bagaimana Respons Suriah?

    Foto: Warga Suriah memeriksa bungker militer yang hancur akibat serangan udara Israel (AFP/BAKR ALKASEM)

    Sejauh ini belum ada komentar langsung dari pemerintah Suriah.

    Sharaa yang kini memimpin Suriah, merupakan komandan Al-Qaeda sebelum memutuskan hubungan dengan kelompok itu tahun 2016 lalu. Dia telah berulang kali berjanji untuk memerintah Suriah secara inklusif.

    Namun rentetan insiden kekerasan sektarian, termasuk pembunuhan ratusan warga etnis Alawi pada Maret lalu, semakin memperparah ketakutan kelompok-kelompok minoritas di Suriah.

    Kekerasan sektarian pekan ini dimulai pada Selasa (29/4) ketika bentrokan terjadi antara orang-orang bersenjata dari Druze dan dari kalangan Sunni di area Jaramana yang mayoritas penduduknya menganut Druze. Bentrokan itu disebut dipicu oleh rekaman suara yang mengutuk Nabi Muhammad SAW, yang diduga oleh militan Sunni setempat dibuat oleh seorang penganut Druze.

    Lebih dari selusin orang dilaporkan tewas pada Selasa (29/4), sebelum kekerasan sektarian menyebar ke kota Sahnaya di pinggiran Damaskus pada Rabu (30/4).

    Halaman 2 dari 3

    (rdp/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Komnas HAM Kecam KKB Papua Tembaki Tim Pencari Iptu Tomi Marbun – Page 3

    Komnas HAM Kecam KKB Papua Tembaki Tim Pencari Iptu Tomi Marbun – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Ketua Komnas HAM Papua, Frits Ramandey, menceritakan pengalaman mencekam saat rombongannya bersama Satgas AB Moskona 2025 mendapat tembakan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

    Adapun, insiden itu terjadi saat mereka tengah mencari Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, Iptu Tomi Marbun, yang dilaporkan hilang sejak 18 Desember 2024.

    Terkait hal tersebut, Komnas HAM RI mengecam aksi tersebut. “Komnas HAM mengecam terjadinya penembakan atau serangan terhadap operasi SAR (pencarian dan pertolongan) Tahap III yang sedang menjalankan tugas-tugas kemanusiaan,” kata Koordinator Subkomisi Penegakan HAM Komnas HAM Uli Parulian seperti dilansir dari Antara, Jumat (2/5/2025).

    Dia menjelaskan, kronologi penembakan berawal ketika tim operasi pencarian Iptu Tomi melakukan pencarian ulang pada 21 April–4 Mei 2025 di Kabupaten Teluk Bintuni dan sekitarnya.

    Tim tersebut di antaranya terdiri dari Mabes Polri, Polda Papua Barat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) Papua Barat, dan Tim SAR. Pencarian ulang yang dilakukan karena Komnas HAM menerima pengaduan dari pihak keluarga Iptu Tomi.

    Menurut Uli, pengadu menyatakan bahwa pengungkapan kasus Iptu Tomi yang hilang sejak Desember 2024 saat mengejar KKB di wilayah hukum Polres Teluk Bintuni belum dilakukan secara profesional.

    “Dan oleh karena itu, (pengadu) meminta agar dilakukan pencarian ulang secara maksimal,” ucap Uli.

  • 2 Raksasa Nuklir Asia Adu Kekuatan di Laut Arab, Perang Sudah Dekat?

    2 Raksasa Nuklir Asia Adu Kekuatan di Laut Arab, Perang Sudah Dekat?

    Jakarta, CNBC Indonesia – India dan Pakistan memamerkan kekuatan Angkatan Laut keduanya. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara dua raksasa nuklir itu pasca penembakan yang menewaskan 26 warga India di wilayah Pahalgam, Kashmir.

    Angkatan Laut India telah mengeluarkan empat pemberitahuan penembakan untuk latihan senjata aktif di lepas pantai Gujarat, Kamis (1/4/2025). Peluncuran itu terjadi hanya 85 mil laut dari tempat Pakistan mengadakan latihan Angkatan Laut di Laut Arab.

    “Menurut sumber pertahanan, kapal perang dalam keadaan siaga tinggi, dengan beberapa penembakan antikapal dan antipesawat baru-baru ini dilakukan untuk menunjukkan kesiapan tempur dan mencegah potensi ancaman di wilayah tersebut,” lapor kantor berita ANI dikutip Newsweek.

    Latihan militer baru-baru ini menyoroti kemampuan militer India, yang secara signifikan melampaui Pakistan dalam hal ukuran armada, teknologi kapal perang, dan jangkauan pengawasan maritim. Angkatan Laut India telah melakukan beberapa uji coba rudal angkatan laut baru-baru ini dan mengunggah gambar di media sosial.

    Analis intelijen sumber terbuka Damien Symon di sisi lain mengklaim bahwa Pakistan telah mengeluarkan pemberitahuan lebih lanjut tentang penembakan di Laut Arab dalam latihan yang sedang berlangsung. Namun, tidak dirinci terkait model rudal apa yang diluncurkan Negeri Ali Jinnah itu.

    Ketegangan antara kedua negara meningkat setelah India mengatakan ada unsur-unsur Pakistan yang terkait dengan serangan pada tanggal 22 April di resor pegunungan Pahalgam yang menewaskan 26 orang turis.

    Kejadian itu adalah serangan paling mematikan terhadap wisatawan di Kashmir yang dikelola India dalam lebih dari dua dekade, dan Perdana Menteri India Narendra Modi telah berjanji untuk mengejar para penyerang.

    Sebuah pernyataan yang dikeluarkan atas nama Front Perlawanan (TRF), yang diyakini sebagai cabang dari Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan, mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Namun Islamabad telah membantah terlibat dalam apa yang terjadi dan menyerukan penyelidikan yang netral.

    Hal ini pun telah memicu ketegangan baru. Beberapa waktu lalu Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan Attaullah Tarar mengatakan Islamabad memiliki “informasi intelijen yang kredibel” bahwa India bermaksud untuk melancarkan serangan militer dalam waktu dekat.

    (tps)

  • ​Turis India Tak Sadar Rekam Serangan Kelompok Bersenjata di Kashmir Saat Naik Zipline – Halaman all

    ​Turis India Tak Sadar Rekam Serangan Kelompok Bersenjata di Kashmir Saat Naik Zipline – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang turis asal Ahmedabad, India, sedang menikmati wahana zipline di Lembah Baisaran, dekat Pahalgam, Kashmir.

    Tanpa sengaja, ia merekam momen saat serangan kelompok bersenjata terjadi di bawahnya.

    Video diambil oleh Rishi Bhatt pada 22 April 2025.

    Rekaman tersebut menunjukkan dirinya tersenyum.

    Pria ini tidak menyadari bahwa di bawahnya sedang berlangsung penembakan yang menewaskan 26 wisatawan dan melukai 10 lainnya.

    Dalam video yang diambil Bhatt, terdengar suara tembakan dan terlihat orang-orang berlarian panik di bawahnya.

    Bhatt, yang awalnya tidak menyadari situasi tersebut, melanjutkan aktivitasnya tanpa curiga.

    Setelah mendarat, ia langsung mencari keluarganya dan bersembunyi di sebuah lubang bersama istri dan anaknya hingga situasi aman.

    Suara tembakan yang terdengar jelas dalam rekaman tersebut kini menjadi bukti penting dalam penyelidikan yang dilakukan pihak berwenang.

    Teriakan Operator Zipline

    Salah satu bagian yang memicu kontroversi dalam rekaman tersebut adalah suara operator zipline yang meneriakkan teriakan keagamaan sebelum Bhatt meluncur.

    Hal ini kemudian menimbulkan spekulasi terkait keterkaitan operator dengan serangan tersebut.

    Badan Investigasi Nasional India (NIA) kemudian membuka penyelidikan terkait insiden ini.

    Keluarga operator zipline membela bahwa teriakan tersebut merupakan ekspresi keagamaan biasa dan tidak ada hubungannya dengan serangan yang terjadi.

    Insiden ini menyoroti kerentanannya kawasan wisata di wilayah yang tengah dilanda konflik.

    Pasca-serangan, pemerintah India merespons dengan meningkatkan keamanan di kawasan Kashmir dan menutup lebih dari setengah lokasi wisata untuk menjaga keselamatan warga dan turis yang ada di wilayah tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Politikus Kenya Ditembak Mati di Nairobi

    Politikus Kenya Ditembak Mati di Nairobi

    Nairobi

    Anggota parlemen Kenya, Charles Ong’ondo Were, ditembak mati di jalan ibu kota Nairobi. Juru bicara Majelis Nasional mengonfirmasi hal tersebut.

    “Dengan keterkejutan yang mendalam dan kesedihan yang tak terlukiskan, saya menerima berita yang menghancurkan tentang penembakan fatal yang menewaskan Hon. Ong’ondo Were, anggota Parlemen untuk Daerah Pemilihan Kasipul, dalam sebuah insiden yang terjadi di sepanjang Jalan Ngong dekat City Mortuary, Nairobi,” kata juru bicara Moses Wetang’ula memposting di X dilansir AFP, Kamis (1/5/2025).

    Insiden itu terjadi sekitar pukul 19.30 waktu setempat. Seorang saksi mata melaporkan bahwa Were diserang oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor.

    “Salah satu pria bersenjata dilaporkan turun dari sepeda motor dan melepaskan tembakan dari jarak dekat, melukai anggota parlemen tersebut hingga tewas,” menurut laporan Citizen TV.

    Were adalah anggota Gerakan Demokratik Oranye, yang dipimpin oleh politisi veteran Raila Odinga.

    Odinga menentang hasil Pemilu 2022 yang dikalahkannya oleh Presiden William Ruto, tetapi telah menjalin aliansi politik dengan Ruto dalam beberapa bulan terakhir.

    Lihat juga Video ‘Tragedi Kebakaran Asrama Sekolah di Kenya Tewaskan 17 Murid’:

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Aksi Pungli Ganggu Perekonomian, Banyak Preman Ditemukan Tewas di Karung

    Aksi Pungli Ganggu Perekonomian, Banyak Preman Ditemukan Tewas di Karung

    GELORA.CO – Kisah ini merupakan cerita di zaman pemerintahan Soeharto saat tindak pidana premanisme sedang liar-liarnya.

    Aksi premanisme di zaman pemerintahan Soeharto terbilang sangat mewabah dan mengerikan.

    Para pelaku premanisme di saat itu sudah kelewat batas sehingga pemerintah ambil sikap tegas dengan menurunkan penembak misterius alias petrus.

    Para preman di era 1980-an itu dikenal dengan sebutan GALI alias gerombolan anak liar yang menjadi perhatian khusus pemerintah Orba.

    Akibat aksi mereka roda perekonomian RI sebenarnya sering terganggu.

    Banyak dari para preman ini yang memanfaatkan kekuatan dan kekuasaan untuk menarik pungutan liar.

    Satu contohnya adalah kawasan terminal yang sudah dikuasai oleh para gali membuat para pengusaha bus terus mengalami kerugian, banyaknya begal yang membajak bus dan truk di jalanan, dan lainnya.

    Presiden Soeharto lalu memerintahkan agar segera dibentuk tim yang beranggotakan aparat TNI/Polri (saat itu ABRI) untuk melaksanakan operasi penumpasan kejahatan terhadap para begal yang makin marak dan merugikan.

    Dikutip Tribunmedan.com dari Tribun Jambi, hingga tahun 1982, Polri di bawah pimpinan Kapolri Jenderal Awaloedin Djamin telah melakukan berbagai operasi penumpasan kejahatan.

    Dilansir dari Surya.co.id, polri melancarkan Operasi Sikat, Linggis, Operasi Pukat, Operasi Rajawali, Operasi Cerah, dan Operasi Parkit di seluruh wilayah Indonesia serta berhasil menangkap 1.946 penjahat.

    Meski sudah banyak penjahat yang diringkus, operasi penumpasan kejahatan terus berlanjut.

    Seperti yang dilakukan oleh Komando Daerah Militer (Kodim) 0734 Yogyakarta di bawah pimpinan Kolonel Muhamad Hasbi.

    Kolonel Hasbi saat itu (1983) menyatakan perang terhadap para preman atau gali yang aksinya makin meresahkan masyarakat Yogyakarta.

    Dia menggelar Operasi Pemberantasan Keamanan (OPK) yang bekerja sama dengan intelijen AD, AU, AL dan kepolisian.

    Kodim Yogyakarta lalu melakukan pendataan terhadap para gali melalui operasi intelijen dan para gali yang berhasil didata diwajibkan melapor serta diberi kartu khusus.

    Setelah mendapat kartu, para gali tersebut dilarang bikin ulah lagi dan harus mau memberitahukan dimana para gali lain yang tidak mau melapor.

    Para gali yang tidak melapor kemudian diburu oleh tim OPK Kodim untuk ditangkap dan bagi yang lari atau melawan akan langsung ditembak mati.

    Mayat para gali yang ditembak mati dibiarkan tergeletak di mana saja dengan tujuan membuat jera (shock therapy).

    OPK yang digelar aparat keamanan di Yogyakarta sudah diketahui oleh masyarakat.

    Setiap ada mayat yang ditemukan di pinggir jalan, tepi hutan, bawah jembatan, dan lainnya, mayat dengan luka tembak itu kerap dinamai sebagai korban penembakan misterius (petrus).

    Istilah ‘petrus’ kemudian menjadi sangat populer sekaligus menakutkan.

    Kinerja OPK yang dilaksanakan di Yogyakarta ternyata mendapat perhatian khusus dari Kepala Intelijen RI LB Moerdani dan diapresiasi sebagai `kerja bagus dan lanjutkan!’.

    Cara penanganan gali dengan cara OPK pun diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dan korban `petrus’ pun bertumbangan di mana-mana.

    Yang pasti OPK memang terbukti efektif menumpas para gali dan sebenarnya juga mendapat dukungan dari masyrakat luas.

    Hingga kini masyarakat kadang masih mengharapkan munculnya `petrus’ untuk menangani aksi kejahatan yang makin marak dan brutal.

    Terkait OPK yang sukses di era Orde Baru, Presiden Soeharto dalam buku otobiografinya bertajuk Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, keberadaan `petrus’ memang ditujukan untuk menimbulkan efek jera kepada para penjahat.

    “Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu itu bukan lantas dengan tembakan, begitu saja.

    Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak,” ujarnya dalam buku yang terbit pada 1989 itu.

    Pada 2012, Komnas HAM pernah mengumpulkan fakta-fakta tentang petrus.

    Wakil Ketua Komnas HAM saat itu, Yosep Adi Prasetyo, menyatakan korban penembakan misterius atau akrab dikenal petrus terjadi pada kurun 1982-1985.

    Para korban ada di semua daerah dan umumnya memiliki tato.

    Uniknya, cara mereka tewas, dalam kondisi yang hampir sama.

    “Tangan mereka diikat ke belakang. Tali sepatu sebagai ciri, dipakai untuk mengunci kedua jempol mereka.

    Ini agar tidak bergerak. Kan jempolnya terkunci,” ujar Wakil Ketua Komnas HAM Yosep Adi Prasetyo di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2012) lalu.

    Penggunaan tali sepatu untuk mengikat dua ibu jari korban petrus pernah terjadi kala Vietkong melawan Amerika dalam perang Vietnam.

    Menurut Yosep yang juga Ketua Tim Penyelidikan Proyustisia Komnas HAM 2011, setelah dibunuh, korban petrus diletakkan depan umum dan di atas badannya diletakkan uang Rp 10 ribu.

    Mereka dibuang ke tempat sepi, dibuang ke jurang dan ada juga yang dibuang ke Luweng Grubuk, Wonosari, Yogyakarta.

    Penyelidikan Komnas HAM, estimasi korban petrus mencapai 2 ribu orang.

    Temuan David Bourchier, dalam karyanya yang berjudul Crime, Law, and State Authority in Indonesia pada 1990, yang diterjemahkan oleh Arief Budiman, mencapai angka 10 ribu.

    Pelaku petrus dilakukan bukan orang sembarangan. Mereka sangat terlatih.

    Wajar jika eksekutor sangat terlatih, mengingat dari korban petrus ditemukan sejumlah timah panas, dan saat itu senjata api dipegang oleh aparat keamanan.

    Selain senpi, ada senjata khusus yang mereka siapkan untuk membunuh para preman yang menjadi daftar korban.

    “Selain senpi, mereka menggunakan tambang dengan kayu untuk menghabisi korbannya.

    Alat ini telah dipersiapkan sebelum eksekusi karena nampak dari takik pada kayu pegangan.

    Jenis ikatan ‘clove hitch’ menunjukkan pembuatnya orang terlatih dan mengerti tali temali,” terangnya.

  • Dubes: Prabowo berbela sungkawa atas serangan teror di India

    Dubes: Prabowo berbela sungkawa atas serangan teror di India

    Jakarta (ANTARA) – Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto menyampaikan belasungkawa dan keprihatinan mendalam atas serangan teror yang terjadi di India.

    Pernyataan ini disampaikan usai dirinya dipanggil oleh Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.

    “Saya dipanggil oleh Bapak Presiden untuk menyampaikan belasungkawa, keprihatinan, serta pandangannya tentang serangan teror di India,” ujar Chakravorty.

    enurut Chakravorty, Prabowo mengatakan bahwa aksi teror tersebut tidak mencerminkan ajaran Islam yang dianut di Indonesia.

    Sebagai pemimpin negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Presiden disebut sangat terkejut dengan kekejaman serangan yang menargetkan wisatawan tak bersalah.

    “Dia sangat tersentuh dengan kekejaman serangan itu, bagaimana turis tak bersalah dibunuh tanpa ampun hanya karena agama mereka. Jadi saya memberi briefing tentang situasi terkini, sejarah hubungan kami, dan juga menindaklanjuti kunjungannya ke India,” ujarnya.

    Selain menyampaikan duka cita, pertemuan tersebut juga membahas tentang kerja sama di bidang investasi, digitalisasi, dan perdagangan. Delegasi Indonesia sebelumnya telah berkunjung ke India untuk membahas kolaborasi di sektor digital.

    “Banyak bidang yang terpengaruh oleh kunjungannya. Ada minat besar dalam kerja sama India – Indonesia. Kami membahas isu perdagangan, Danantara, berbagai topik didiskusikan. Pertemuan ini cukup mendetail,” pungkas dia.

    Diketahui, Presiden Prabowo telah menyampaikan keprihatinan atas serangan teroris yang menargetkan warga sipil di Pahalgam, India.

    “Indonesia mengutuk keras tindakan keji ini dan mendukung rakyat dan Pemerintah India dalam menolak segala bentuk terorisme,” kata Prabowo dalam unggahan pada akun media sosial X @prabowo, Kamis (25/4).

    Prabowo mengatakan kekejaman seperti itu tidak dapat dibenarkan-apa pun motifnya, waktunya, tempatnya, atau pelakunya.

    “Belasungkawa dan simpati yang terdalam saya sampaikan kepada keluarga korban, dan saya mendoakan agar semua yang terluka segera pulih,” kata dia.

    Pada Selasa (22/4), kelompok bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan ke arah wisatawan di wilayah Kashmir yang dikelola India sehingga menewaskan setidaknya 26 orang tewas.

    Insiden penembakan terjadi di kawasan Baisaran, Pahalgam, sebuah tujuan wisata populer di wilayah selatan Kashmir. Wilayah Himalaya diklaim baik oleh India maupun Pakistan tetapi dikuasai sebagian-sebagian oleh masing-masing negara.

    Wilayah itu telah lama dilanda siklus kekerasan sejak pecahnya pemberontakan bersenjata anti-India pada 1989, tetapi serangan terhadap wisatawan tergolong jarang terjadi.

    India menyebut serangan tersebut sebagai “serangan teror” oleh kelompok dengan jaringan “lintas batas”, sehingga menuduh Pakistan mempunyai andil dalam aksi tersebut.

    Namun, Islamabad membantah terlibat dalam serangan, lantas menyatakan “prihatin” dan berbelasungkawa terhadap keluarga korban.

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Kim Jong Un Pamer Kapal Perang Seram, Bisa Luncurkan Rudal Nuklir

    Kim Jong Un Pamer Kapal Perang Seram, Bisa Luncurkan Rudal Nuklir

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengumumkan kapal perang perusak baru negara itu, yang tampaknya dapat meluncurkan rudal balistik nuklir. Kapal perang itu disebut kemajuan signifikan untuk memperkuat kemampuan militer Korut dan diklaim punya senjata terkuat.

    Kim Jong Un dan beberapa pejabat Korut dilaporkan hadir dalam uji coba penembakan rudal dari kapal itu. Nama kapal perang seberat 5.000 ton ini adalah Choe Hyon, pejuang Korut pada masa penjajahan Jepang.

    KCNA melaporkan Kim terkesan dengan serangan kuat dari kapal tersebut serta sistem pertahanan konvensionalnya. Kapal Choe Hyon ini rencananya akan dioperasikan tahun depan.

    Kim Jong Un juga mengatakan waktunya telah tiba untuk mempercepat persenjataan nuklir angkatan laut demi kedaulatan maritim. Menurutnya, membuat kapal selam bertenaga nuklir akan menjadi langkah besar berikutnya bagi Korut.

    Dikutip detikINET dari Sky News, Rabu (30/4/2025) kapal perusak serbaguna baru itu disebut-sebut sebagai yang pertama dalam kelas baru kapal perang bersenjata berat milik Korut.

    Kapal ini diklaim dilengkapi senjata paling kuat dan dibangun hanya dalam waktu sekitar 400 hari. Choe Hyon dirancang membawa berbagai sistem persenjataan, termasuk senjata anti udara dan anti laut, serta rudal balistik dan jelajah berkemampuan nuklir.

    Beberapa ahli mempertanyakan bagaimana negara yang tertutup dan miskin itu dapat mengembangkan kemampuan canggih seperti itu tanpa bantuan asing. Pejabat pertahanan Korea Selatan pun mengabarkan bahwa intelijen AS dan Korsel tengah memantau aktivitas Pyongyang ini.

    Washington dan Seoul khawatir Rusia membantu ambisi nuklir dan militer Korea Utara. 38 North, sebuah lembaga pengamat Korut mengatakan bahwa Choe Hyon mungkin masih memerlukan banyak penyempurnaan sebelum dapat melaju dengan propulsi sendiri.

    Citra satelit menunjukkan kapal itu menggunakan kapal lain untuk mendorongnya menuju dok terapung. Yang Moo jin, presiden Universitas Studi Korea Utara, menilai kapal perang baru tersebut adalah perwujudan tekad Korut untuk memperoleh kemampuan operasi laut lepas sehingga dapat melakukan misi di wilayah maritim yang jauh.

    (fyk/fay)

  • Pembacaan Tuntutan Terdakwa Kasus Polisi Tembak Warga di Kalteng Ditunda, Ada Apa?
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        30 April 2025

    Pembacaan Tuntutan Terdakwa Kasus Polisi Tembak Warga di Kalteng Ditunda, Ada Apa? Regional 30 April 2025

    Pembacaan Tuntutan Terdakwa Kasus Polisi Tembak Warga di Kalteng Ditunda, Ada Apa?
    Tim Redaksi
    PALANGKA RAYA, KOMPAS.com – 
    Proses sidang kasus penembakan yang melibatkan polisi di Kalimantan Tengah kembali mengalami penundaan.
    Pada sidang yang digelar di Pengadilan Negeri
    Palangka Raya
    , Rabu (30/4/2025), Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyatakan tuntutan terhadap kedua terdakwa belum siap dibacakan, sehingga sidang pun ditunda hingga 14 Mei 2025.
    Sidang dengan agenda pembacaan tuntutan terhadap kedua terdakwa tersebut hanya berjalan kurang dari 10 menit setelah hakim memutuskan untuk menunda sidang lantaran poin-poin tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) belum selesai disusun.
    Poin-poin tuntutan atas kedua terdakwa, yakni Brigadir Anton Kurniawan Stiyanto (AKS) dan sopir taksi Muhammad Haryono, masih dalam proses penyusunan dan pertimbangan hati-hati oleh JPU lantaran kasus ini menjadi atensi publik.
    JPU Dwinanto Agung Wibowo menyampaikan permohonan maafnya kepada majelis hakim karena belum dapat membacakan tuntutan. Poin-poin tuntutan, kata Dwi, masih dalam proses penyusunan.
    “Kasus ini, menurut kami menarik perhatian publik, sehingga membutuhkan pertimbangan matang dan koordinasi dengan pimpinan,” kata Dwinanto.
    Dwinanto menjelaskan, kesungguhan dalam menyusun tuntutan menjadi prioritas pihaknya, sehingga dapat memastikan keadilan bagi semua yang terlibat.
    “Proses penyusunan tuntutan yang teliti dan akurat diperlukan untuk memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam kasus ini,” kata Dwinanto.
    Menanggapi pernyataan tersebut, Ketua Majelis Hakim Muhammad Ramdes memutuskan untuk menunda sidang pembacaan tuntutan. Sidang dengan agenda tersebut akan dilanjutkan pada Rabu (14/5/2025).
    “Untuk jadwal replik dan duplik pada tanggal 15 dan 16 Mei 2025 selama dua hari dan kami harapkan pada 19 Mei 2025 sudah putusan,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.