Kasus: penembakan

  • Polda Sulsel Kejar Pelaku Penembakan Staf Desa di Gowa

    Polda Sulsel Kejar Pelaku Penembakan Staf Desa di Gowa

    JAKARTA – Polda Sulawesi Selatan (Sulel) menurunkan tim untuk membantu mengejar pelaku penembakan menggunakan senapan angin terhadap korban staf Desa Panaikang bernama Hardianto (35) oleh orang tidak dikenal di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.  

    “Iya, di back up (dibantu), Insyaallah (sampai) tertangkap (pelakunya),” kata Direktur Ditreskrimum Polda Sulsel Kombes Setiadi Sulaksono dikutip ANTARA, Sabtu, 28 Juni.

    Dikonfirmasi terpisah, Kepala Unit Satuan Reskrim Polres Gowa Ipda Andi Muhammad Alfian menyatakan tim sudah mendapat titik terang ciri-ciri terduga pelaku penembakan tersebut. 

    “Untuk terduga pelaku yang kami curigai sementara ini dalam pengejaran tim. Sudah ada saksi diperiksa” ujarnya saat ditanyakan sampai di mana proses penyelidikan terhadap kasus tersebut.  

    Sebelumnya, insiden penembakan korban oleh OTK diduga kuat menggunakan senapan angin pada Kamis (26/5) dini hari, di Dusun Jenetallasa, Desa Panaikang, Kecamatan Pattalassang, Gowa.

    Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Bahtiar menegaskan tim telah melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut. Selanjutnya, petugas menganalisa kronologi kejadian termasuk jenis senjata digunakan.  

    “Jenis senjata ini sementara kami dalami, sambil menunggu proyektil yang bersarang dikeluarkan (di tubuh korban) dengan cara dioperasi. Lalu, kita uji lab untuk menentukan apakah jenis senjata yang digunakan. Sampai saat ini kita belum mengetahui siapa pelakunya,” paparnya.

     

    Saat itu korban berjalan dari menuju rumahnya sepulang dari rumah pamannya, namun terdengar suara ledakan.

    Korban sempat merasa dilempari batu oleh seseorang, tetapi dia lihat sekelilingnya tidak ada orang. 

    Namun koran memutuskan kembali ke rumah pamannya. Sesampai di sana, terlihat ada lubang pada baju dikenakan persis di bawah ketiaknya setelah diperiksa pamannya mengeluarkan darah, sehingga dirujuk ke RSUD Syekh Yusuf Gowa.  

  • Tentara Israel ‘Diperintahkan’ Tembaki Pencari Bantuan Tak Bersenjata di Gaza, Terkuak Pengakuan Mengejutkan

    Tentara Israel ‘Diperintahkan’ Tembaki Pencari Bantuan Tak Bersenjata di Gaza, Terkuak Pengakuan Mengejutkan

    PIKIRAN RAKYAT – Laporan terbaru dari surat kabar Haaretz memicu kemarahan internasional setelah mengungkap kesaksian bahwa tentara Israel penjajah diduga mendapat perintah langsung untuk menembaki warga Palestina tidak bersenjata yang sedang mengantre bantuan pangan di Gaza.

    Temuan ini memperkuat tuduhan bahwa aksi militer di lokasi distribusi bantuan bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang.

    Pengakuan Tentara: “Kami Menembakkan Senapan Mesin dan Melempar Granat”

    Dalam laporan Haaretz yang terbit Jumat 21 Juni 2025, beberapa tentara Israel penjajah yang identitasnya disamarkan mengaku bahwa mereka diinstruksikan menembak kerumunan warga Palestina, meski tahu para pencari bantuan tersebut tidak membawa senjata dan tak menimbulkan ancaman.

    “Kami menembakkan senapan mesin dari tank dan melemparkan granat,” kata seorang tentara kepada Haaretz.

    “Ada satu insiden di mana sekelompok warga sipil terkena serangan saat maju di bawah penutup kabut,” tuturnya menambahkan.

    Pengakuan serupa datang dari tentara lain yang menyebut bahwa di titik penempatan mereka di Gaza, antara satu hingga lima orang tewas setiap hari.

    “Ini adalah ladang pembunuhan,” ucapnya tegas.

    Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, hingga Kamis 20 Juni 2025, sedikitnya 549 warga Palestina tewas dan 4.066 lainnya terluka di lokasi distribusi bantuan yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Israel penjajah dan Amerika Serikat.

    Ironisnya, GHF yang didirikan Mei lalu justru menuai kritik tajam karena menjadi magnet penembakan massal di area distribusi. Beberapa pusat distribusi, menurut Al Jazeera, kini disebut warga Gaza sebagai “jebakan maut”.

    Israel Membantah, Namun Buka Penyelidikan

    Militer Israel penjajah menepis laporan tersebut. Dalam pernyataan resminya di Telegram, Angkatan Pertahanan Israel (IDF) menegaskan tuduhan itu tidak sesuai fakta lapangan.

    “Setiap tuduhan pelanggaran hukum atau perintah militer akan diperiksa secara menyeluruh, dan tindakan lebih lanjut akan diambil sesuai kebutuhan. Tuduhan api sengaja yang diarahkan kepada sipil tidak diakui di lapangan,” tutur pernyataan IDF.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel penjajah Benjamin Netanyahu bersama Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengecam laporan Haaretz sebagai “fitnah darah”.

    “IDF beroperasi dalam kondisi sulit melawan musuh teroris yang bersembunyi di balik populasi sipil,” kata Netanyahu dalam pernyataan dikutip The Times of Israel.

    Bagian dari Metode ‘Kontrol Kerumunan’?

    Nir Hasson, jurnalis Haaretz yang terlibat dalam investigasi, menjelaskan bahwa perintah menembak warga sipil ini bukan kebetulan.

    “Sebenarnya ini praktik untuk mengendalikan kerumunan dengan api. Jika Anda ingin kerumunan pergi dari suatu tempat, Anda tembakkan kepada mereka meskipun Anda tahu mereka tidak bersenjata,” kata Hasson dari Yerusalem Barat.

    Meski demikian, nama komandan yang diduga memberi perintah tembak tidak diungkapkan. Namun Hasson menduga orang tersebut memiliki jabatan tinggi di militer.

    Kecaman Dunia: “Pembantaian yang Menyamar Sebagai Bantuan”

    Temuan ini segera memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang menegaskan pentingnya akuntabilitas.

    “Kami tidak perlu laporan semacam itu untuk mengakui bahwa telah terjadi pelanggaran besar terhadap hukum internasional (di Gaza),” ujar Guterres dalam konferensi pers di New York.

    “Dan ketika ada pelanggaran hukum internasional, harus ada pertanggungjawaban,” ucapnya menambahkan.

    Organisasi medis internasional Doctors Without Borders (MSF) menyebut pusat distribusi bantuan GHF sebagai “pembantaian yang menyamar sebagai bantuan kemanusiaan.”

    Jebakan Maut di Tengah Kelaparan

    Banyak warga Gaza terjebak dalam pilihan tragis: menunggu makanan dengan risiko ditembak, atau mati perlahan karena kelaparan. Wartawan Al Jazeera, Hamdah Salhut, melaporkan dari Amman, Yordania.

    “Orang-orang di Gaza mengatakan pusat distribusi ini sekarang menjadi jebakan maut bagi warga Palestina. Mereka tidak punya pilihan: mati kelaparan atau mati mencari makanan yang sedikit,” katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

    Saat ini, GHF mengoperasikan empat titik distribusi: satu di Gaza Tengah dan tiga di Gaza Selatan. Namun, penembakan di area distribusi justru semakin sering terjadi sejak blokade Israel penjajah mencabut sebagian pembatasan per Mei lalu.

    Korban Terus Bertambah

    Sejak Israel penjajah memulai serangan ke Gaza pada Oktober 2023, data Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 56.331 orang tewas dan 132.632 orang terluka. Insiden penembakan di lokasi bantuan menambah panjang daftar korban sipil.***

  • Trump Sebut Gencatan Senjata di Gaza Bisa Tercapai Minggu Depan

    Trump Sebut Gencatan Senjata di Gaza Bisa Tercapai Minggu Depan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas bisa saja tercapai dalam waktu dekat, bahkan dalam satu minggu ke depan. Hal ini disampaikan Trump dalam pernyataan kepada media, menegaskan bahwa pihaknya melihat peluang besar bagi tercapainya kesepakatan damai sementara.

    “Saya pikir kita hampir sampai,” ujar Trump, dikutip dari CBS News, dikutip Sabtu (28/6/2025).

    Ia melanjutkan dengan menyatakan keyakinannya bahwa pekan depan dapat mencapai kesepakatan.

    Sejak beberapa pekan terakhir, Gedung Putih gencar mendorong solusi damai atas konflik berkepanjangan di Gaza yang telah menelan puluhan ribu korban jiwa. Salah satu upaya yang menonjol adalah proposal gencatan senjata selama 50 hingga 60 hari yang diajukan utusan Timur Tengah Presiden Trump, Steve Witkoff, pada akhir Mei lalu.

    Dalam proposal itu, Hamas diminta untuk membebaskan 10 sandera yang masih hidup dan menyerahkan jenazah 18 orang lainnya. Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 125 narapidana seumur hidup, 1.111 tahanan Palestina, serta 180 jenazah tahanan.

    Pemerintah Israel dikabarkan menyetujui kesepakatan tersebut. Namun, Hamas hanya merespons dengan berbagai catatan dan amandemen, yang kemudian dinilai oleh Witkoff tidak dapat diterima. Kebuntuan ini membuat pembicaraan sempat mandek, namun Trump tetap optimis bahwa titik temu bisa ditemukan dalam waktu dekat.

    Agresi Israel di Gaza bermula pada 7 Oktober 2023, usai Hamas melancarkan serangan ke wilayah selatan Israel dan menewaskan sekitar 1.200 orang, serta menculik lebih dari 250 sandera. Israel merespons dengan serangan udara dan darat besar-besaran ke Gaza, yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, telah menewaskan lebih dari 56.000 orang hingga saat ini. Beberapa jeda kemanusiaan sempat disepakati sejak awal 2025, namun tidak berlangsung lama dan pertempuran kembali berlanjut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus ditekan oleh keluarga sandera untuk segera mencapai kesepakatan. Namun, ia tetap berpegang pada sikap bahwa perang tidak akan berakhir sebelum Hamas dilumpuhkan. Netanyahu membuka kemungkinan adanya jeda sementara, tetapi hanya untuk kepentingan pembebasan sandera, bukan penghentian permanen operasi militer.

    Di tengah konflik yang terus memanas, bantuan kemanusiaan mulai disalurkan kembali melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah badan yang didukung oleh AS dan Israel. Distribusi bantuan ini sempat menuai kontroversi karena adanya insiden penembakan di sekitar lokasi pembagian makanan. Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, menyebut lokasi itu sebagai “jebakan maut”, meskipun pihak penyelenggara membantah tuduhan tersebut. Trump sendiri menilai sistem distribusi saat ini “berfungsi cukup baik.”

    Sementara itu, gencatan senjata terpisah antara Israel dan Iran yang diumumkan awal pekan ini dilaporkan masih berlangsung stabil, mengakhiri lebih dari satu pekan ketegangan antara dua negara tersebut.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Serangan Israel Menewaskan Lebih dari 100 Warga Gaza, Anak-Anak Banyak yang Jadi Korban

    Serangan Israel Menewaskan Lebih dari 100 Warga Gaza, Anak-Anak Banyak yang Jadi Korban

    PIKIRAN RAKYAT – Dikabarkan langsung bahwa sedikitnya ada 100 warga Palestina meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel pada Rabu, 25 Juni 2025 di Jalur Gaza. Banyak dari korban tewas tersebut adalah warga sipil yang sedang berupaya mendapatkan bantuan makanan.

    Sebuah sumber medis yang diwawancarai oleh Anadolu Agency menyatakan bahwa 17 orang, termasuk dua anak-anak, tewas, dan beberapa lainnya terluka akibat dua serangan di lingkungan Shejaiya, timur Kota Gaza.

    Kantor berita resmi Wafa, mengutip sumber medis tersebut melaporkan delapan orang meninggal akibat tembakan Israel saat berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan di area Netzarim, Gaza tengah. Selain itu, tiga warga Palestina lainnya yang sedang mengantre bantuan juga tewas oleh tembakan tentara Israel di barat kota Rafah, Gaza selatan.

    Di pusat Kota Gaza, tembakan tentara Israel menewaskan dua orang dan melukai beberapa lainnya. Petugas medis juga melaporkan bahwa serangan udara Israel menargetkan warga sipil dan sebuah rumah di Kota Gaza bagian barat, menewaskan sembilan warga Palestina, empat di antaranya anak-anak, dan melukai banyak lainnya.

    Lima orang, termasuk seorang ibu dan dua anaknya, tewas akibat penembakan Israel di sebuah rumah di barat laut Kota Gaza. Tim penyelamat menemukan tiga jenazah dan menyelamatkan lima orang dari reruntuhan dua rumah di Jabalia Al-Nazla, Gaza utara, setelah serangan udara Israel. Beberapa orang masih dinyatakan hilang di bawah reruntuhan.

    Korban di Kamp Pengungsi dan Wilayah Lainnya

    Di Deir al-Balah dan kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, sepuluh warga Palestina tewas dan banyak lainnya terluka dalam serangan Israel yang menargetkan dua rumah.

    Sebuah sumber medis juga melaporkan penemuan jenazah seorang pemuda Palestina dari reruntuhan di kota Abasan, timur Khan Younis. Lima warga Palestina, termasuk dua yang sedang menunggu pengiriman bantuan, tewas akibat serangan dan tembakan Israel di Khan Younis.

    Di Gaza utara, dua warga Palestina tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan udara Israel yang menargetkan sekelompok orang di dekat Masjid Omari di Jabalia Al-Balad.

    Di barat daya Kota Gaza, enam orang tewas ketika serangan Israel menghantam sebuah rumah tinggal. Serangan lain di lingkungan Shejaiya, Kota Gaza, menyebabkan delapan orang, termasuk dua anak-anak, tewas akibat pengeboman sebuah rumah, dengan beberapa orang masih hilang.

    Kamp pengungsi Al-Shati di barat Kota Gaza juga menjadi sasaran, menewaskan sembilan warga Palestina, termasuk lima anak-anak, setelah rudal Israel menghantam sebuah rumah.

    Di selatan Kota Gaza, 12 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka, beberapa di antaranya kritis ketika sebuah bangunan tempat tinggal di Shejaiya dibom.

    Konflik yang Terus Berlangsung dan Tuntutan Hukum

    Tentara Israel terus melancarkan serangan brutal terhadap Gaza sejak Oktober 2023, mengabaikan seruan internasional untuk gencatan senjata. Serangan ini telah menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

    Sebagai respons, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada November lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pemimpin otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan kepala pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Selain itu, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perangnya di wilayah kantong Palestina tersebut.***

  • Presiden Palestina Berterima kasih ke Trump Soal Gencatan Senjata Iran dan Israel, Akui Siap Bekerja sama

    Presiden Palestina Berterima kasih ke Trump Soal Gencatan Senjata Iran dan Israel, Akui Siap Bekerja sama

    PIKIRAN RAKYAT – Gencatan senjata yang tengah dilakukan Iran dan Israel mendapatkan perhatian Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Dia menilai gencatan senjata tersebut tidak terlepas dari peran Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    Abbas mengatakan pihaknya siap bekerja sama dengan Trump untuk mencapai perjanjian perdamaian yang komprehensif dengan Israel.

    “Rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam atas keberhasilan upaya Trump dalam mencapai gencatan senjata antara Israel dan Iran,” kantor berita resmi Wafa melaporkan.

    Gencatan senjata antara Iran dan Israel dinilai sebagai langkah yang harus dilakukan oleh dua pihak yang berseteru. Hal ini untuk meredakan krisis yang melanda dunia dan menstabilkan ketegangan di kawasan.

    Iran dan Israel telah melakukan pertempuran selama 12 hari dan sempat membuat dunia bergejolak. Lalu, pada Senin, 23 Juni 2025, Trump mengumumkan gencatan senjata Iran dan Israel.

    “Gencatan senjata di Gaza akan menjadi langkah tambahan bagi upaya penting Trump untuk mencapai perdamaian yang adil dan menyeluruh antara Palestina, Israel, dan seluruh dunia,” kata Abbas dilaporkan Middle East Monitor.

    Pemimpin Palestina mengisyaratkan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Trump, Arab Saudi, dan seluruh komunitas internasional untuk memenuhi janji perdamaian, yang mengarah pada tercapainya keamanan dan stabilitas bagi semua.

    “Bersama Anda, kita dapat mencapai apa yang tampaknya mustahil: Palestina yang diakui, bebas, berdaulat, dan aman; Israel yang diakui dan aman; dan kawasan yang menikmati perdamaian, kemakmuran, dan integrasi,” kata Abbas dalam suratnya kepada Trump.

    Sejak serangan Oktober 2023 hingga saat ini, Israel telah menyebabkan 56.156 warga tewas, 132,239 lainnya terluka, dan 11,000 orang dinyatakan hilang. Jumlah korban diprediksi lebih banyak dibanding yang dilaporkan otoritas Palestina.

    PBB Memperingatkan

    Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Stephane Dujarric memperingatkan operasi militer Israel di Gaza menimbulkan korban yang terus bertambah. Bahkan, Israel menembaki warga Palestina di titik-titik distribusi bantuan.

    “Rekan-rekan kami di Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperingatkan bahwa operasi Israel, termasuk penembakan dan pemboman di seluruh Jalur Gaza, terus memberikan dampak yang menghancurkan bagi warga sipil, dilaporkan telah menewaskan dan melukai banyak orang, banyak di antaranya hanya mencari bantuan,” kata Dujarric kepada wartawan.

    PBB juga telah berupaya berulang kali untuk mengoordinasikan pendistribusian ke Gaza, termasuk 15 gerakan kemanusiaan yang diajukan Selasa, 24 Juni 2025 yang hanya diizinkan 4 saja yang bisa masuk.

    “Tujuh upaya lainnya ditolak mentah-mentah, sehingga tim tidak dapat mengangkut air, mengambil truk yang rusak, atau memperbaiki jalan. Empat misi lainnya awalnya disetujui tetapi kemudian terhambat di lapangan, meskipun satu misi akhirnya terlaksana hari ini. Misi lainnya harus dibatalkan oleh penyelenggara,” tutur juru bicara tersebut.***

  • 10 Orang Tewas dalam Penembakan Brutal di Meksiko

    10 Orang Tewas dalam Penembakan Brutal di Meksiko

    JAKARTA – Sepuluh orang tewas dan lebih banyak lagi yang terluka dalam penembakan di rumah di kota Irapuato, Meksiko. Otoritas keamanan meluncurkan operasi penyelidikan mencari pelaku penembakan.

    Media lokal melaporkan penembakan itu terjadi selama perayaan keagamaan setempat.

    Kantor kejaksaan di Guanajuato, tempat serangan itu terjadi, mengonfirmasi serangan tersebut.

    “Menurut data awal, 10 orang tewas dan beberapa lainnya terluka akibat proyektil senjata api,” kata kantor keamanan sipil Irapuato dalam pernyataan di media sosial dilansir Reuters, Rabu, 25 Juni.

    Pemerintah setempat mengutuk kekerasan tersebut dan menyatakan solidaritasnya dengan para korban, kerabat, dan warga lainnya yang terkena dampak “tindakan pengecut ini.”

     

  • Israel Kembali Gempur Gaza, 14 Warga Palestina Tewas dalam 24 Jam Terakhir

    Israel Kembali Gempur Gaza, 14 Warga Palestina Tewas dalam 24 Jam Terakhir

    Jakarta

    Militer Israel mengalihkan kembali serangan ke Jalur Gaza, Palestina setelah menyepakati gencatan senjata perang melawan Iran. Dilaporkan 14 warga Palestina tewas hari ini dibunuh Israel.

    Dilansir kantor berita Al Jazeera, Rabu (25/6/2025), laporan reporter Al Jazeera mengatakan militer Israel telah meningkatkan serangan darat di seluruh Jalur Gaza. Dari pantauan Al Jazeera, pihaknya telah melihat serangan baru dari militer Israel di kota Khan Younis di Gaza selatan.

    Tak hanya itu, Al Jazeera melaporkan serangan Israel juga meluas di wilayah utara, terutama di Jabalia, tempat penduduk dipaksa pindah. Penduduk di sana melaporkan penembakan tank dan tembakan penembak jitu yang terus-menerus telah memaksa sebagian besar penduduk di daerah itu mengungsi ke ujung barat Kota Gaza.

    “Korban kemanusiaan meningkat bukan hanya akibat serangan yang disengaja terhadap lingkungan padat penduduk, tetapi juga akibat serangan terhadap pencari bantuan yang ditembak dan dibunuh di dekat Yayasan Kemanusiaan Gaza yang kontroversial,” laporan Al Jazeera.

    Para saksi dan pejabat kesehatan mengonfirmasi militer Israel telah menembaki orang-orang di dekat pusat-pusat bantuan di bagian tengah dan selatan Gaza. Dilaporkan 14 warga Palestina tewas hari ini akibat serangan Israel.

    Seperti diketahui sebelumnya, militer Israel mengalihkan kembali fokusnya ke Jalur Gaza, setelah negara itu menyepakati gencatan senjata dengan Iran yang mengakhiri perang udara selama 12 hari. Tel Aviv bertekad untuk memulangkan semua sandera yang tersisa dan membubarkan rezim Hamas, yang didukung Teheran.

    “Sekarang fokusnya beralih kembali ke Gaza — untuk memulangkan para sandera dan membubarkan rezim Hamas. Saya bangga memiliki hak istimewa untuk memimpin organisasi ini selama periode ini,” ucap Zamir dalam pernyataannya.

    Gencatan senjata antara Israel dan Iran berlaku sejak Selasa (24/6), setelah diwarnai kebingungan soal waktu dimulainya penghentian pertempuran udara antara kedua negara menyusul pengumuman mengejutkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    (whn/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pilu 21 Orang Tewas Ditembak Israel Saat Tunggu Bantuan di Gaza

    Pilu 21 Orang Tewas Ditembak Israel Saat Tunggu Bantuan di Gaza

    Gaza City

    Pasukan militer Israel kembali menembaki orang-orang yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza pada Selasa (24/6) waktu setempat. Sedikitnya 21 orang tewas akibat tembakan yang juga melibatkan tank militer Israel.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Selasa (24/6/2025), melaporkan bahwa sedikitnya 21 orang tewas dan sekitar 150 orang lainnya mengalami luka-luka akibat tembakan militer Israel.

    Bassal menyebut insiden terbaru ini terjadi di wilayah Jalur Gaza bagian tengah pada Selasa (24/6) dini hari waktu setempat.

    “Akibat pasukan pendudukan Israel yang menargetkan warga yang berkumpul untuk menunggu bantuan… di Jalur Gaza bagian tengah dengan tembakan dan peluru tank,” sebutnya.

    Belum ada komentar langsung dari militer Israel terkait laporan tersebut.

    Ini menjadi insiden mematikan terbaru yang menargetkan para pencari bantuan di Jalur Gaza, saat kelaparan mengancam wilayah tersebut setelah lebih dari 20 bulan perang berkecamuk.

    Perang yang berlangsung sejak Oktober 2023 telah menghancurkan Jalur Gaza, dengan kekurangan makanan, bahan bakar, dan pasokan air bersih terjadi dalam level yang sangat parah.

    Israel memberlakukan blokade bantuan kemanusiaan secara total di Jalur Gaza sejak Maret lalu, di tengah kebuntuan negosiasi gencatan senjata pada saat itu. Tel Aviv kemudian hanya melonggarkan sebagian pembatasan pada akhir Mei.

    Sejak saat itu, suasana kacau dan serangkaian penembakan mematikan telah terjadi di area-area dekat tempat warga Palestina berkumpul dengan harapan menerima bantuan kemanusiaan.

    Insiden-insiden maut seperti ini semakin meningkat dan terjadi secara berkala di Jalur Gaza sejak akhir Mei lalu, ketika organisasi bernama Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) — yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Israel — membuat pusat distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, saat Israel melonggarkan blokade.

    Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok bantuan kemanusiaan lainnya menolak untuk bekerja sama dengan GHF karena kekhawatiran organisasi itu dirancang untuk melayani tujuan militer Israel.

    Lihat Video ‘Netanyahu Murka RS Dirudal Iran Tapi Lupa soal Gaza, Standar Ganda?’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perang Rudal Iran-AS Menggila, Langit Timur Tengah Mendadak Kosong

    Perang Rudal Iran-AS Menggila, Langit Timur Tengah Mendadak Kosong

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Timur Tengah kian memanas setelah Amerika Serikat (AS) bergabung dengan Israel untuk menyerang Iran. Militer AS mengklaim berhasil menghancurkan 3 pusat nuklir di Iran pada Sabtu (20/6) pekan lalu.

    Serangan balasan lantas dilancarkan Iran ke 10 titik di Israel. Iran juga menyerang pangkalan militer AS di Qatar pada Senin (23/6) malam.

    Tak lama setelahnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata telah disepakati antara Israel dan Iran.

    Kendati demikian, ledakan terbaru dilaporkan mengguncang Iran pada Selasa (24/6/2025) pagi ini.

    Perang yang masih kencang membuat langit Timur Tengah kosong melompong. Berbagai penerbangan dengan destinasi ke kawasan tersebut dibatalkan, dialihkan, atau ditangguhkan.

    Pada Senin (23/6), Air India mengumumkan menyetop semua penerbangan ke Timur Tengah. Selain itu, dilakukan pula penangguhan penerbangan dari/ke wilayah timur Amerika Utara dan Eropa.

    Bandara Dubai yang tersibuk di dunia mengatakan operasinya telah dilanjutkan setelah penangguhan singkat. Kendati demikian, Dubai memperingatkan penundaan dan pembatalan beberapa penerbangan. Qatar juga menutup wilayah udaranya.

    Wilayah udara yang biasanya sibuk membentang dari Iran dan Irak hingga Mediterania menyerupai kota mati, tanpa lalu lintas udara komersial karena penutupan wilayah udara dan masalah keselamatan.

    “Mengerikan sekali,” kata Miret Padovani, seorang pemilik bisnis yang terdampar di Bandara Internasional Hamad, Doha, dikutip dari Reuters, Selasa (24/6/2025).

    Ia memesan tiket penerbangan Qatar Airways ke Thailand yang dijadwalkan berangkat Senin (23/6) malam, tetapi membatalkan perjalanannya dan berencana untuk pulang ke Dubai pada Selasa (24/6) pagi.

    “Semuanya terjadi begitu cepat. Saya bahkan mendengar dari orang-orang di ruang tunggu kelas utama bahwa rudal-rudal itu telah meluncur,” Miret menambahkan.

    Menurut perusahaan analitik penerbangan Cirium, puluhan penerbangan ke Doha, sebagian besar dari Qatar Airways, dialihkan pada Senin (23/6). Segelintir penerbangan ke Dubai dialihkan karena penutupan wilayah udara.

    Kuwait Airways pada Senin (23/6) menangguhkan keberangkatan penerbangannya dari negara tersebut, sementara Etihad Airways dari UEA mengalihkan rute penerbangannya pada hari Senin (23/6) dan Selasa (24/6).

    Maskapai penerbangan Spanyol Iberia membatalkan rencana untuk melanjutkan penerbangan ke Doha pada Selasa (24/6) setelah penutupan wilayah udara terbaru.

    Perlu diketahui, sejak wilayah udara Rusia dan Ukraina ditutup untuk sebagian besar maskapai penerbangan karena perang selama bertahun-tahun, Timur Tengah menjadi rute andalan yang sangat penting untuk penerbangan antara Eropa dan Asia.

    Di tengah serangan rudal dan udara selama 10 hari terakhir, maskapai penerbangan telah mengalihkan rute ke utara melalui Laut Kaspia atau ke selatan melalui Mesir dan Arab Saudi.

    Maskapai penerbangan kemungkinan menghindari Doha, Dubai, dan bandara lain di kawasan tersebut karena kekhawatiran bahwa Iran atau proksinya dapat menargetkan serangan drone atau rudal terhadap pangkalan militer AS di negara-negara ini, kata konsultan risiko penerbangan Osprey Flight Solutions.

    Sampai Kapan Penerbangan Disetop?

    Sebelumnya, maskapai penerbangan telah mempertimbangkan berapa lama mereka akan menangguhkan penerbangan. Finnair adalah yang pertama mengumumkan penangguhan penerbangan ke Doha, dengan pembatalan hingga 30 Juni 2025.

    Singapore Airlines berencana untuk membatalkan penerbangan ke Dubai hingga Selasa (24/6). Air France, Iberia, British Airways, dan Air Astana, membatalkan semua penerbangan ke Doha dan Dubai pada Minggu (21/6) dan Senin (22/6).

    Air France juga membatalkan penerbangan ke Riyadh dan mengatakan akan menangguhkan penerbangan ke dan dari Beirut, Lebanon hingga Rabu (25/6) besok.

    Beberapa hari sebelum serangan AS, American Airlines menangguhkan penerbangan ke Qatar. United Airlines dan Air Canada melakukan hal yang sama dengan penerbangan ke Dubai. Penerbangan mereka belum dilanjutkan.

    Zona konflik yang meluas menjadi beban operasional yang makin besar bagi maskapai penerbangan. Serangan udara menimbulkan kekhawatiran tentang penembakan yang disengaja atau tidak disengaja terhadap lalu lintas udara komersial.

    Gangguan GPS di sekitar titik-titik konflik, tempat sistem GPS berbasis darat “memalsukan” atau menyiarkan posisi yang, dapat membuat pesawat komersial keluar jalur.

    Hal ini juga menjadi masalah yang makin besar bagi penerbangan komersial. SkAI, sebuah perusahaan Swiss yang mengelola peta gangguan GPS, mengatakan pada Minggu (21/6) malam bahwa mereka telah mengamati lebih dari 150 pesawat yang dipalsukan di atas Teluk Persia dalam 24 jam.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Presiden Suriah Janji Tangkap-Adili Pihak Terlibat Bom Bunuh Diri di Gereja

    Presiden Suriah Janji Tangkap-Adili Pihak Terlibat Bom Bunuh Diri di Gereja

    Jakarta

    Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa buka suara soal penembakan dan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus, ibu kota Suriah. Ia berjanji akan menangkap semua pihak yang terlibat dalam peristiwa itu.

    “Kami berjanji bahwa kami akan bekerja siang dan malam, mengerahkan semua badan keamanan khusus kami, untuk menangkap semua orang yang berpartisipasi dalam dan merencanakan kejahatan keji ini dan membawa mereka ke pengadilan,” kata Sharaa dilansir AFP, Senin (23/6/2025).

    Serangan itu “mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas dan persatuan pemerintah dan rakyat dalam menghadapi semua yang mengancam keamanan dan stabilitas negara kita”, tambahnya.

    Penembakan dan bom bunuh diri terjadi di sebuah gereja di Damaskus, ibu kota Suriah saat berlangsung kebaktian pada hari Minggu (22/6) waktu setempat. Sedikitnya 22 orang tewas dalam serangan itu. Otoritas Suriah menyalahkan seorang anggota ISIS atas serangan itu.

    Masyarakat internasional mengutuk serangan di gereja Ortodoks itu, yang pertama kali terjadi di ibu kota Suriah sejak pasukan yang dipimpin Islamis menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu.

    Itu juga merupakan serangan yang pertama di dalam sebuah gereja di Suriah sejak perang saudara negara itu meletus pada tahun 2011.

    “Seorang pelaku bom bunuh diri yang berafiliasi dengan kelompok teroris Daesh (ISIS) memasuki gereja Saint Elias di daerah Dwelaa… melepaskan tembakan lalu meledakkan dirinya dengan sabuk peledak,” kata pernyataan kementerian dalam negeri Suriah, dilansir kantor berita AFP, Senin (23/6/2025).

    Tonton juga “Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas” di sini:

    (eva/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini