Alasan Polisi Tembak 2 Pelaku Tawuran di Depok
Editor
DEPOK, KOMPAS.com –
Kasi Humas Polres Metro Depok AKP Made Budi mengungkapkan alasan anggota Tim Perintis Presisi Polres Metro Depok menembak dua pemuda terduga pelaku tawuran di Sukmajaya, Kota Depok, Sabtu (9/8/2025).
Mulanya, Tim Perintis Presisi Polres Metro Depok mendapatkan laporan dari warga mengenai adanya tawuran di Sukmajaya pada pukul 02.00 WIB.
“Sampai di sana, mereka (terduga pelaku tawuran) ada di sana, langsung kita lakukan pembubaran. Kita kejar. Namun pada saat itu, kita berusaha dekatin, mereka kabur,” kata Made, Jumat (15/8/2025).
“Sudah kita berhentikan, namun mereka tidak menggubris, tidak mengiraukan, tetap aja langsung jalan gitu, sambungnya.
Made menjelaskan, sebelum dilakukan penembakan ke arah kedua terduga pelaku tawuran, anggota sudah melepaskan tembakan peringatan.
Namun, tembakan peringatan itu tak dihiraukan. Terduga pelaku tetap mencoba kabur dengan terus memacu kendaraannya.
“Sudah ada, sudah ada upaya dari tim melakukan tembakan peringatan untuk membubarkan mereka sebanyak tiga kali ke arah udara,” ujar Made.
Tembakan yang dilepaskan petugas pada akhirnya mengenai dua terduga pelaku tawuran hingga mengalami luka.
Salah satu pemuda yang tertembak adalah R (20), sedangkan identitas terduga lainnya belum disebut polisi.
“Korban dirawat di rumah sakit Kramat Jati dan Mitra Keluarga (Depok),” ujar Made.
Polres Metro Depok hingga saat ini masih melakukan pendalaman terkait insiden penembakan tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: penembakan
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5317220/original/031170500_1755317531-satgas_damai_cartens.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Akhir Pelarian Konaru Enumbi, Anggota KKB yang Diduga Tembak Brigpol Ronald Enok di Puncak Jaya
Liputan6.com, Jayapura – Berakhir sudah pelarian Konara Enumbi, anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), yang menjadi pelaku penembakan terhadap anggota Polres Puncak Jaya Brigpol Ronald Enok pada 21 Januari 2025 lalu. Enumbi tak berkutik saat disergap Satgas Operasi Damai Cartenz di sebuah honai di Puncak Jaya.
Kasatgas Ops Damai Cartenz Brigjen Pol Faizal Rahmadani, Jumat malam (15/8/2025) di Jayapura menegaskan, penangkapan dilakukan pada Jumat sekitar pukul 10.40 WIT, di sebuah honai di Kampung Usir Depan, Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah.
Menurut Kasatgas Brigjen Pol Faizal Rahmadani, KKB Konara Enumbi merupakan anggota KKB Yambi di pimpinan Tengah Mati Enumbi yang menjabat sebagai Panglima Kodap Yambi.
Konara Enumbi diduga terlibat sebagai penembak yang menewaskan Brigpol Ronald Enok di Kampung Lima-lima, Distrik Pagaleme, Kabupaten Puncak Jaya.
Saat menangkap Konara Enumbi, personel Satgas Damai Cartenz mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain: satu unit sepeda motor Yamaha Vixion 150, satu buah noken kepala, satu jaket coklat, dan tiga bungkus pinang dan saat ini masih diperiksa secara intensif di Mapolres Puncak Jaya di Mulia, kata Brigjen Pol Faizal.
Ditambahkan, Satgas Damai Cartenz akan terus mengejar dan menindak tegas para pelaku tindak kekerasan bersenjata di Tanah Papua.
“Penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan bersenjata akan dilakukan tanpa memberi ruang bagi pelaku yang mengancam keamanan dan keselamatan masyarakat serta aparat di Tanah Papua,” tegas Kaops Satgas Damai Cartenz Brigjen Pol Faizal Rahmadani.
-

Penembakan Dekat Masjid di Swedia, Satu Orang Tewas
Jakarta –
Peristiwa penembakan terjadi di dekat masjid di Swedia Selatan. Satu orang dilaporkan tewas dan satu lainnya luka-luka.
Dilansir AFP, peristiwa terjadi pada Jumat (16/8/2025) waktu setempat. Polisi menduga serangan tersebut terkait dengan perseteruan antar geng kejahatan terorganisir.
Media lokal mengutip saksi mata yang mengatakan setidaknya satu orang ditembak saat meninggalkan masjid di kota Orebro, sekitar 200 kilometer sebelah barat Stockholm.
Polisi menyampaikan pria yang tewas tertembak berusia sekitar 25 tahun. Sementara, kondisi korban luka tidak diungkap.
Polisi tidak memberikan detail tentang identitas korban atau keadaan penembakan, dan mengimbau masyarakat menjauh dari lokasi kejadian. Sementara itu, polisi masih mencari pelaku penembakan.
“Saat ini kami sedang aktif mengejar pelaku,” kata juru bicara kepolisian Anders Dahlman kepada AFP.
Laporan dari media lokal menyampaikan penembakan terjadi saat orang-orang meninggalkan masjid setelah salat Jumat. Kepanikan pun terjadi hingga banyak orang berlarian.
Seorang saksi mata mengatakan kepada lembaga penyiaran publik Swedia, SVT, bahwa ia berdiri hanya beberapa meter dari salah satu pria yang ditembak. Pelaku disebut melepaskan 3-4 kali tembakan.
“Dia sedang keluar dari masjid. Kemudian seorang pria lain datang dan melepaskan empat, lima tembakan,” kata saksi yang namanya tidak diungkapkan.
Dalam sebuah pernyataan, polisi mengatakan mereka yakin insiden itu terkait dengan “lingkungan jaringan kriminal” Swedia.
Juru bicara kepolisian, Lars Hedelin, mengatakan kepada harian Aftonbladet bahwa penembakan itu kemungkinan merupakan “insiden terisolasi” dan tidak ditujukan ke masjid itu sendiri.
(dek/idn)
-

Pembantaian Nanjing di Perang Dunia II Hantui Hubungan China-Jepang
Jakarta –
Vlogger asal Jepang, Hayato Kato, sudah terbiasa menyuguhkan video-video lucu kepada 1,9 juta pengikutnya tentang perjalanan di China, tempat ia tinggal selama beberapa tahun.
Namun pada 26 Juli, ia mengejutkan mereka dengan video yang muram.
“Saya baru saja menonton film tentang Pembantaian Nanjing,” ujarnya, merujuk pada aksi tentara Jepang selama enam pekan di Nanjing pada akhir 1937. Menurut beberapa perkiraan, militer Jepang saat itu menewaskan lebih dari 300.000 warga sipil dan tentara China. Sekitar 20.000 perempuan dilaporkan diperkosa.
Dead To Rights, atau Nanjing Photo Studio, adalah film tentang sekelompok warga sipil yang bersembunyi dari pasukan Jepang di sebuah studio foto.
Film yang telah menjadi hit box office ini merupakan film pertama dari serangkaian film China tentang kengerian pendudukan Jepang.
Film tersebut dirilis untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Namun, kenangan pahityang seringkali ditebalkan oleh pemerintah Chinamasih tertanam di benak masyarakat China sehingga memicu kemarahan.
Berbicara dalam bahasa Mandarin di DouyinTikTok versi TiongkokKato menceritakan kembali adegan-adegan dari film tersebut: “Orang-orang berbaris di sepanjang sungai dan kemudian penembakan dimulai Seorang bayi, seusia putri saya, menangis di pelukan ibunya. Seorang tentara Jepang bergegas maju, menangkapnya, dan membantingnya ke tanah.”
“Jika kita menyangkalnya, ini akan terjadi lagi,” lanjutnya, sembari mendesak orang Jepang untuk menonton film tersebut dan “belajar tentang sisi gelap sejarah mereka”.
Video tersebut dengan cepat menjadi sangat populer, yang ditandai dengan lebih dari 670.000 suka hanya dalam dua minggu.
Namun, komentar-komentar dalam cuplikan film tersebut kurang positif. Kalimat yang paling sering dikutip dari film tersebut adalah kalimat yang diucapkan seorang warga sipil Tiongkok kepada seorang tentara Jepang: “Kita bukan teman. Kita tidak pernah berteman.”
CFOTO/Future Publishing via Getty ImagesNanjing Photo Studio adalah satu dari sekian film yang mengisahkan kengerian Perang Dunia II.
Bagi Tiongkok, aksi militer dan pendudukan brutal Jepang merupakan salah satu babak tergelap dalam sejarah. Pembantaian di Nanjing, yang saat itu menjadi ibu kota China, merupakan luka yang sangat dalam.
Luka itu diperburuk oleh keyakinan bahwa Jepang tidak pernah sepenuhnya mengakui kekejamannya di tempat-tempat yang dijajahnyatidak hanya di China, tetapi juga di Korea, di Malaya, Filipina, dan Indonesia.
Salah satu poin perdebatan paling menyakitkan adalah tentang keberadaan ianfu atau “perempuan penghibur”. Sekitar 200.000 perempuantermasuk di Indonesia, yang saat itu masih Hindia Belandadiperkosa dan dipaksa bekerja di rumah bordil militer Jepang. Hingga hari ini, para penyintas masih berjuang mendapatkan permintaan maaf dan kompensasi.
Baca juga:
Dalam videonya, Kato tampaknya mengakui bahwa hal itu bukanlah topik pembicaraan di Jepang: “Sayangnya, film-film perang anti-Jepang ini tidak ditayangkan di Jepang secara publik, dan orang-orang Jepang tidak tertarik untuk menontonnya.”
Ketika Kaisar Jepang mengumumkan penyerahan diri pada 15 Agustus, negaranya telah membayar harga yang sangat mahal. Lebih dari 100.000 orang tewas dalam serangan bom di Tokyo, serta dua bom atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.
Kekalahan Jepang disambut baik di sebagian besar Asia, tempat Tentara Kekaisaran Jepang telah merenggut jutaan nyawa. Bagi mereka, 15 Agustus membawa kebebasan sekaligus trauma yang membekas. Di Korea, hari itu disebut ‘gwangbokjeol’, yang berarti kembalinya cahaya.
“Meskipun perang militer telah berakhir, perang sejarah masih berlanjut,” kata Profesor Gi-Wook Shin dari Universitas Stanford.
Menurutnya, Jepang dan China (serta negara-negara lain yang dijajah) mengingat tahun-tahun itu secara berbeda, dan perbedaan-perbedaan tersebut menambah ketegangan.
Ketika publik China memandang agresi Jepang pada Perang Dunia II sebagai momen yang menentukan dan menghancurkan, publik Jepang berfokus pada statusnya sebagai korban kehancuran yang disebabkan oleh bom atom dan pemulihan pascaperang.
“Orang-orang yang saya kenal di Jepang tidak terlalu membicarakannya,” kata seorang pria Tiongkok yang telah tinggal di Jepang selama 15 tahun, dan ingin tetap anonim.
“Mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang terjadi di masa lalu, dan negara tidak benar-benar memperingatinya karena mereka juga memandang diri mereka sebagai korban.”
Pria tersebut menyebut dirinya seorang patriot, tetapi ia mengatakan hal itu tidak menyulitkannya secara pribadi karena keengganan publik Jepang untuk membicarakannya berarti mereka “menghindari topik-topik sensitif seperti itu”.
“Beberapa orang percaya bahwa tentara Jepang pergi untuk membantu China membangun tatanan baru disertai konflik dalam prosesnya. Tentu saja, ada juga yang mengakui bahwa itu sebenarnya adalah sebuah invasi,” paparnya.
Pembantaian Nanjing pada 1937 diperingati setiap tahun di China. (CFOTO/Future Publishing via Getty Images)
China berperang melawan Jepang selama delapan tahun, dari Manchuria di timur laut hingga Chongqing di barat daya. Perkiraan korban tewas berkisar antara 10 juta hingga 20 juta jiwa. Pemerintah Jepang menyatakan sekitar 480.000 tentaranya gugur selama periode tersebut.
Periode tersebut telah didokumentasikan dengan baik dalam berbagai karya sastra dan film pemenang penghargaan. Tahun-tahun tersebut juga menjadi subjek karya peraih Nobel, Mo Yan.
Di China, periode tersebut kini dikaji ulang di bawah rezim yang menempatkan patriotisme sebagai inti ambisinya. “Peremajaan nasional” adalah bagaimana Xi Jinping menggambarkan visinya.
Meskipun Partai Komunis sangat menyensor sejarahnya sendiri, dari pembantaian Lapangan Tiananmen hingga tindakan represif baru-baru ini, Partai Komunis mendorong masyarakat China untuk mengingat kembali masa lalu yang lebih jauh sembari menekankan musuh China adalah pihak asing.
Xi bahkan merevisi tanggal dimulainya perang dengan Jepang. Pemerintah Tiongkok kini menghitung serangan pertama ke Manchuria pada tahun 1931. Artinya perang berlangsung selama 14 tahun, alih-alih delapan tahun.
Di bawah kepemimpinannya, Beijing juga memperingati berakhirnya Perang Dunia II dalam skala yang lebih besar. Pada 3 September, hari Jepang secara resmi menyerah, akan diadakan parade militer besar-besaran di Lapangan Tiananmen.
Baca juga:
Masih pada bulan September, film yang sangat dinantikan akan dirilis. Film itu berfokus pada Unit 731, sebuah cabang Angkatan Darat Jepang yang melakukan eksperimen mematikan terhadap manusia di Manchuria yang diduduki. Tanggal rilisnya 18 September adalah hari ketika Jepang melakukan invasi pertamanya ke Manchuria.
Ada pula Dongji Rescue, sebuah film yang terinspirasi sejumlah nelayan Tiongkok yang berupaya menyelamatkan ratusan tawanan perang Inggris selama serangan Jepang.
Kemudian film Mountains and Rivers Bearing Witness, sebuah film dokumenter dari studio milik pemerintah China tentang perlawanan Tiongkok.
Universal History Archive/Universal Images Group via Getty ImagesTentara Jepang merayakan kemenangan setelah menduduki Nanjing pada 1937.
Film-film itu tampaknya menyentuh hati.
“Satu generasi itu berperang demi tiga generasi, dan menanggung penderitaan demi tiga generasi. Salut untuk para martir,” demikian bunyi unggahan populer di RedNote soal film Nanjing Photo Studio.
“Kita bukan teman…”, kalimat yang kini terkenal dari film tersebut, “bukan sekadar dialog” antara dua karakter utama, demikian menurut sebuah ulasan populer yang telah disukai oleh lebih dari 10.000 pengguna di Weibo.
“Kalimat itu juga berasal dari jutaan rakyat Tiongkok biasa ke Jepang. Mereka [Jepang] tidak pernah menyampaikan permintaan maaf yang tulus, mereka masih memuja [para penjahat perang], mereka menulis ulang sejarah tidak ada yang akan memperlakukan mereka sebagai teman,” tulis komentar tersebut, merujuk pada pernyataan meremehkan dari beberapa tokoh sayap kanan Jepang.
Baca juga:
Pemerintah Jepang sejatinya telah mengeluarkan permintaan maaf, tetapi banyak warga China merasa permintaan maaf tersebut tidak cukup.
“Jepang terus mengirimkan pesan yang saling bertentangan,” ujar Profesor Shin, merujuk pada contoh-contoh ketika para pemimpin Jepang saling bertentangan dalam pernyataan tentang sejarah perang Jepang.
Selama bertahun-tahun, murid-murid di China diperlihatkan foto mantan Kanselir Jerman Barat, Willy Brandt yang sedang berlutut di depan monumen peringatan Pemberontakan Ghetto Warsawa pada tahun 1970. Warga Tiongkok mengharapkan sikap serupa dari Jepang.
GREG BAKER/AFP via Getty ImagesPada 2015, Presiden Xi Jinping memulai tradisi parade militer untuk memperingati penyerahan diri Jepang.
Ketika Jepang menyerah pada tahun 1945, gejolak di Tiongkok tidak berakhir. Selama tiga tahun berikutnya, Kuomintang Nasionalisyang saat itu merupakan pemerintah yang berkuasa dan sumber utama perlawanan Tiongkok terhadap Jepangterlibat dalam perang saudara melawan pasukan Partai Komunis Mao Zedong.
Perang itu berakhir dengan kemenangan Mao dan mundurnya Kuomintang ke Taiwan. Mao, yang prioritasnya adalah membangun negara komunis, tidak fokus pada kejahatan perang Jepang.
Peringatan-peringatan yang digelar justru merayakan kemenangan Partai Komunis dan mengkritik Kuomintang. Mao juga membutuhkan dukungan Jepang di panggung internasional. Tokyo, pada kenyataannya, adalah salah satu kekuatan besar pertama yang mengakui rezimnya.
Baru pada 1980-ansetelah kematian Maopendudukan Jepang kembali menghantui hubungan antara Beijing dan Tokyo.
Saat itu, Jepang adalah sekutu Barat yang kaya dengan ekonomi yang sedang berkembang pesat.
Revisi buku teks bahasa Jepang mulai memicu kontroversi. China dan Korea Selatan menuduh Jepang menutupi kekejaman masa perangnya. Saat itu China baru saja mulai membuka diri, dan Korea Selatan sedang dalam masa transisi dari pemerintahan militer menuju demokrasi.
Ketika para pemimpin Tiongkok menjauh dari Maodan warisan destruktifnyatrauma atas apa yang terjadi saat masa pendudukan Jepang menjadi narasi pemersatu bagi Partai Komunis, kata Yinan He, profesor madya hubungan internasional di Universitas Lehigh, AS.
“Setelah Revolusi Kebudayaan, sebagian besar rakyat Tiongkok merasa kecewa dengan komunisme,” ujarnya kepada BBC.
“Karena komunisme kehilangan daya tariknya, nasionalisme dibutuhkan. Dan Jepang adalah sasaran empuk karena merupakan [agresor] eksternal terbaru.”
Pada masa itu, menurut Yinan He, pemerintah China membuat “representasi masa lalu yang dikoreografikan”. Caranya adalah dengan meremehkan kontribusi AS dan Kuomintang pada peringatan berakhirnya penjajahan Jepang pada 1945, diiringi dengan meningkatnya pengawasan terhadap sikap resmi Jepang terhadap tindakan-tindakannya di masa perang.
Getty ImagesWaktu terbaik untuk mencari penyelesaianyaitu tahun 1970-an, ketika China dan Jepang lebih dekattelah berlalu, kata Prof. He.
Situasi ini malah diperparah oleh sikap Jepang yang menyangkal kejahatan perang. Sejumlah tokoh sayap kanan terkemuka Jepang membantah pembantaian Nanjing pernah terjadi, atau bahwa tentara Jepang memaksa begitu banyak perempuan di Asia menjadi budak seks.
Bahkan, sejumlah pejabat Jepang kerap mendatangi Kuil Yasukuni, yang menghormati para korban perang Jepang, termasuk beberapa tokoh militer yang dicap sebagai penjahat perang.
Permusuhan antara China dan Jepang ini telah merembet ke kehidupan sehari-hari seiring memuncaknya nasionalisme kedua negara. Orang Tiongkok dan Jepang telah diserang di negara masing-masing. Bahkan, seorang anak sekolah Jepang tewas di Shenzhen tahun lalu.
Kebangkitan ekonomi dan ketegasan Tiongkok di kawasan Asia Timur dan sekitarnya kembali mengubah dinamika antara kedua negara. China telah melampaui Jepang sebagai kekuatan global.
Waktu terbaik untuk mencari penyelesaiannya itu tahun 1970-an, ketika kedua negara lebih dekat, telah berlalu, kata Prof. He.
“Mereka hanya berkata, ‘mari kita lupakan itu, mari kita kesampingkan itu’. Mereka tidak pernah mengurusi sejarah dan sekarang masalah itu kembali menghantui mereka.”
Lihat juga Video ‘China Marah AS Masih ‘Main Api’ dengan Taiwan’:
(ita/ita)
-
/data/photo/2025/08/14/689dd8debc3d4.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
KKB Pimpinan Aibon Kogoya Diduga Dalangi Pembunuhan 2 Anggota Brimob di Nabire Regional 14 Agustus 2025
KKB Pimpinan Aibon Kogoya Diduga Dalangi Pembunuhan 2 Anggota Brimob di Nabire
Tim Redaksi
JAYAPURA, KOMPAS.com
– Brigadir Polisi (Brigpol) Muhammad Arif Maulana (34) dan Brigadir Polisi Dua (Bripda) Nelson Runaki (26) dinyatakan gugur diserang Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), saat melaksanakan tugas di Distrik Siriwo, Kabupaten Nabire, Rabu (13/8/2025).
Satuan Tugas (Satgas) Operasi Damai Cartenz telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) guna mengungkap siapa dalang di balik penyerangan brutal yang mengakibatkan dua orang personel Polri itu gugur.
Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz Brigadir Jenderal Polisi Brigjen (Pol) Faizal Ramadhani menegaskan bahwa KKB pimpinan Aibon Kogoya diduga dalang di balik penyerangan dua personel anggota Brimob di Distrik Siriwo.
“Kami telah melakukan olah TKP dan diduga penyerangan terhadap dua anggota Brimob yang gugur ini dilakukan oleh KKB pimpinan Aibon Kogoya,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima
Kompas.com
, Kamis (14/8/2025).
Menurut Faizal, Satgas Damai Cartenz bersama personel gabungan saat ini tengah melakukan pengejaran terhadap KKB pimpinan Aibon Kogoya yang diduga melakukan penembakan hingga mengakibatkan gugurnya Brigpol Maulana dan Bripda Nelson.
“Langkah tegas dan terukur akan dilakukan untuk mengejar pelaku, khususnya kelompok KKB pimpinan Aibon Kogoya dan memastikan keamanan di wilayah tersebut,” kata Faizal yang juga Wakapolda Papua ini.
Diberitakan sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Operasi Damai Cartenz membenarkan bahwa dua personel Polri yang bertugas di Satuan Brimob Yonif C Nabire, Papua Tengah gugur usai diserang oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
KKB diduga melakukan penyerangan terhadap dua anggota Polri ini, saat sedang melaksanakan tugas di Distrik Siriwo, Kabupaten Nabire, Rabu (13/8/2025) sekitar pukul 10.50 WIT.
“Peristiwa penyerangan brutal yang dilakukan oleh KKB ini terjadi, saat kedua anggota Brimob Yonif C Nabire ini sedang melaksanakan tugas di Distrik Siwiro, Nabire,” kata Kepala Operasi Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Polisi (Brigjen Pol), Faizal Ramadhani dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (14/8/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Aksi Koboi Kopda Bazarsah di Arena Sabung Ayam Berujung Vonis Mati
Bisnis.com, JAKARTA — Pengadilan Militer I-04 Palembang telah memvonis mati terdakwa Kopral Dua (Kopda) Bazarsah dalam kasus penembakan tiga polisi di lokasi judi sabung ayam, Kabupaten Way Kanan, Lampung.
Ketua Majelis Hakim Kolonel Chk Fredy Ferdian Isnartanto menyatakan Kopda Bazarsah terbukti secara sah dan bersalah dalam peristiwa itu.
Dalam amarnya, Fredy menyatakan Bazarsah telah melakukan tindak pidana sebagaimana Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Senjata Tajam Secara Ilegal, serta Pasal 303 KUHP tentang tindak pidana perjudian.
“Memidana terdakwa dengan pidana pokok hukuman mati dan pidana tambahan dipecat dari dinas militer,” kata majelis hakim dilansir dari Antara, Senin (11/8/2025).
Atas vonis tersebut, Kopda Bazarsah memiliki waktu tujuh hari untuk mengambil sikap menerima atau mengajukan banding atas vonis tersebut.
Berbeda dengan Kopda Bazarsah, Pembantu Letnan Satu (Peltu) Yun Hery Lubis divonis divonis lebih ringan dengan hukuman 3,5 tahun dan dipecat dari kedinasan TNI. Dia terbukti sebagai pengelola judi sabung ayam di TKP penembakan.
Rekam Jejak Kasus Kopda Bazarsah
Kopda Bazarsah divonis hukuman mati dalam kasus penembakan tiga anggota korps Bhayangkara pada Senin (17/3/2025).
Tiga anggota kepolisian itu yakni Kapolsek Negara Batin Way Kanan, Lusiyanto; Bripka Petrus Apriyanto; dan Bripda M Ghalib Surya Ganta.
Kejadiannya terjadi saat kepolisian melakukan penggerebekan lokasi judi sabung ayam di Way Kanan, Lampung sekitar 16.50 WIB.
Kala itu, pihak kepolisian mendapatkan informasi soal lokasi judi sabung ayam di Way Kanan. Mendapatkan informasi itu, 17 anggota kemudian dikerahkan ke TKP.
Setibanya di lokasi, belasan anggota itu langsung ditembak oleh orang tidak dikenal. Dari belasan orang itu, Iptu Lusiyanto, Bripka Petrus dan Bripda Ghalib telah tewas lantaran terkena tembakan.
Kemudian, lokasi judi sabung ayam itu dicap sebagai area “Texas” lantaran diduga menjadi tempat peredaran senjata rakitan serta rawan kriminalitas.
Area perjudian sabung ayam itu lumayan jauh dari pusat kota, perlu waktu tiga sampai empat jam untuk mencapai area Texas tersebut. Di lokasi itu juga hanya terdapat satu rumah yang dikelilingi perkebunan karena.
Adapun, lokasi sabung ayam itu merupakan milik oknum TNI. Di lain sisi, pada peristiwa penembakan ini sempat muncul isu karena dilatarbelakangi oleh dugaan setoran terhadap aparat setempat.
-

Kandidat Capres Kolombia yang Ditembak saat Kampanye Meninggal Dunia
Jakarta –
Kandidat calon presiden Kolombia Miguel Uribe meninggal dunia setelah menjalani perawatan usai ditembak dua kali di kepala saat kampanye di Bogota pada Juni lalu. Miguel sempat menderita pendarahan otak sebelum meninggal akibat penembakan itu.
“Beristirahatlah dalam damai, cinta dalam hidupku. Terima kasih atas hidup yang penuh cinta,” tulis istrinya, Maria Claudia Tarazona dalam sebuah unggahan di Instagram sebagaimana dilansir AFP, Selasa (12/8/2025).
Senator konservatif berusia 39 tahun ini, cucu dari mantan presiden Julio Cesar Turbay (1978-1982), ditembak di kepala dan kaki pada 7 Juni di sebuah rapat umum di ibu kota Bogota oleh seorang tersangka pembunuh bayaran berusia 15 tahun.
Meskipun ada tanda-tanda kemajuan dalam beberapa minggu terakhir, dokternya pada Sabtu (9/8) mengumumkan bahwa ia menderita pendarahan otak baru. Hingga akhirnya pada Senin (11/8) Miguel Uribe mengembuskan napas terakhirnya.
Jenazah Uribe akan disemayamkan untuk penghormatan terakhir hingga Rabu (13/8). Pihak berwenang telah menangkap enam tersangka terkait serangan tersebut, termasuk tersangka penembak, yang ditangkap di tempat kejadian oleh pengawal Uribe.
Pria berusia 39 tahun itu, dari partai sayap kanan-tengah Centro Democrático – atau Pusat Demokratik – partai oposisi terbesar di negara Amerika Selatan itu, telah menyatakan niatnya untuk maju dalam pemilihan tahun depan.
Menurut Kantor Kejaksaan Agung, ia ditembak dua kali pada Sabtu sore di distrik Fontibon di ibu kota.
Setelah perburuan di seluruh negeri, polisi mengumumkan penangkapan seorang terduga dalang di balik serangan tersebut, Penatua Jose Arteaga Hernandez, alias “El Costeno”.
(zap/yld)
/data/photo/2014/01/03/2125300Ilustrasi-Penembakan1780x390.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2014/01/03/2125300Ilustrasi-Penembakan1780x390.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/07/28/6887497fde251.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)