Kasus: penembakan

  • Kronologi Prajurit TNI Gugur Ditembak OPM di Papua Barat

    Kronologi Prajurit TNI Gugur Ditembak OPM di Papua Barat

    Bisnis.com, JAKARTA – Seorang prajurit TNI dari Satgas Yonif 410/Alugoro gugur akibat ditembak oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Distrik Moskona Utara, Teluk Bintuni, Papua Barat, Sabtu (11/10/2025).

    Kepala Penerangan Kodam XVIII/Kasuari Letnan Kolonel Infanteri J. Daniel P. Manalu di Manokwari membenarkan insiden penyerangan kelompok TPNPB/OPM yang terjadi sekitar pukul 13.30 WIT di Kampung Moyeba, Distrik Moskona Utara.

    Dia pun mengungkapkan kronologi atas gugurnya satu prajurit TNI atas nama Prajurit Kepala (Praka) Amin Nurohman saat menjalankan tugas anjangsana kepada warga setempat bersama personel Satgas Yonif 410/Alugro lainnya.

    “Benar telah terjadi penyerangan dan penembakan oleh kelompok OPM Kodap IV Sorong Raya pimpinan Demi Moss. Satu pucuk senjata milik almarhum juga dirampas kelompok bersenjata itu,” kata Kapendam dilansir dari Antara, Senin (13/10/2025). 

    Menurut Daniel, aksi tersebut menambah daftar kekerasan bersenjata yang dilakukan kelompok separatis terhadap aparat keamanan maupun warga sipil di wilayah Papua Barat.

    Kodam XVIII/Kasuari masih melakukan langkah pengamanan lanjutan sekaligus melakukan koordinasi dengan aparat terkait untuk memastikan situasi di sekitar Kampung Moyeba, Distrik Moskona Utara, tetap kondusif.

    “Peristiwa ini menunjukkan bentuk kekejaman yang kerap dilakukan kelompok bersenjata terhadap TNI dan Polri maupun masyarakat umum,” ucapnya.

    Selanjutnya, jenazah Praka Amin Nurohman sedang dalam proses evakuasi dari Teluk Bintuni menuju kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah.

    Kodam XVIII/Kasuari berkomitmen akan mengejar dan menangkap para pelaku dari pihak OPM.

    “Kodam XVIII/Kasuari berkomitmen akan mengejar dan menangkap para pelaku penembakan itu,” tegasnya.

  • Taliban Klaim Tewaskan 58 Tentara Pakistan dalam Baku Tembak di Perbatasan

    Taliban Klaim Tewaskan 58 Tentara Pakistan dalam Baku Tembak di Perbatasan

    Kabul

    Taliban mengklaim telah menyerang pasukan Pakistan di beberapa lokasi pegunungan di perbatasan utara. Mereka juga mengklaim telah mengirimkan 58 personel militer Pakistan.

    Dilaporkan BBC , Minggu (12/10/2025), seorang juru bicara Taliban mengatakan 58 personel militer Pakistan itu tewas dalam apa yang disebut ‘tindakan penyelesaian’. Taliban mengklaim Pakistan telah melintasi wilayah udara Afghanistan dan mengebom sebuah pasar di dalam perbatasannya pada Kamis lalu.

    Menteri Dalam Negeri Pakistan Mohsin Naqvi mengatakan serangan Afghanistan itu dilakukan ‘tanpa hasutan’ dari kegagalan. Dia juga mengklaim ada warga sipil yang ditembaki. Pakistan diperingatkan pasukannya akan membalas ‘dengan batu untuk setiap batu bata’.

    Islamabad menuduh Kabul menyembunyikan teroris yang menargetkan Pakistan. Klaim itu dibantah oleh pemerintah Taliban.

    Baik pihak Afghanistan maupun Pakistan telah menggunakan senjata ringan dan artileri di wilayah Kunar-Kurram. Dalam konferensi pers hari ini, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, selain 58 personel militer Pakistan yang tewas, sekitar 30 lainnya luka-luka.

    Dia menambahkan sembilan pejuang Taliban telah tewas dan antara 16 dan 18 orang terluka. Menteri Luar Negeri Afghanistan, dalam konferensi pers di New Delhi, mengatakan ‘kami tidak memiliki masalah’ dengan rakyat Pakistan dan para pemimpinnya.

    “Tetapi ada beberapa kelompok di Pakistan yang mencoba merusak situasi. Afghanistan mampu menjaga keamanan wilayah dan perbatasannya, sehingga telah membalas pelanggaran tersebut,” ujarnya.

    Menteri Dalam Negeri Pakistan mengatakan ia ‘mengutuk keras’ serangan Taliban.

    “Penembakan yang dilakukan pasukan Afghanistan terhadap penduduk sipil merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Afghanistan sedang bermain api dan darah,” katanya dalam sebuah unggahan di X.

    Dua perlintasan utama antara Pakistan dan Afghanistan – Torkham di utara dan Chaman di selatan – telah ditutup. Hal itu menyebabkan ratusan truk pengangkut barang terlantar di kedua sisi.

    Seorang juru bicara militer Pakistan mengatakan mereka akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi nyawa dan harta benda warga Pakistan. Militer Pakistan belum memberikan komentar resmi, tetapi sebuah sumber keamanan yang berbicara kepada BBC mengklaim penembakan terjadi di beberapa lokasi di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan, termasuk Angoor Adda, Bajaur, Kurram, Dir, Chitral, dan Baramcha.

    Pekan lalu, pemerintah Taliban Afghanistan menuduh Pakistan melanggar ‘wilayah’ Kabul, ketika dua ledakan keras terdengar di kota itu pada Kamis malam. Pakistan ditunjuk mengebom sebuah pasar sipil di provinsi perbatasan Paktika, di tenggara Afghanistan, kata Kementerian Pertahanan Taliban. Penduduk setempat di sana mengatakan kepada BBC Afghanistan bahwa sejumlah toko telah dihancurkan.

    Tonton juga video “Afghanistan Tanpa Internet-Telepon Seluler gegara Diputus Taliban” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (haf/imk)

  • Serangan TPNPB/OPM di Teluk Bintuni Papua Barat, 1 Prajurit TNI Gugur – Page 3

    Serangan TPNPB/OPM di Teluk Bintuni Papua Barat, 1 Prajurit TNI Gugur – Page 3

    Kodam XVIII/Kasuari masih melakukan langkah pengamanan lanjutan sekaligus melakukan koordinasi dengan aparat terkait untuk memastikan situasi di sekitar Kampung Moyeba, Distrik Moskona Utara, tetap kondusif.

    “Peristiwa ini menunjukkan bentuk kekejaman yang kerap dilakukan kelompok bersenjata terhadap TNI dan Polri maupun masyarakat umum,” ucapnya.

    Ia mengatakan jenazah Praka Amin Nurohman sedang dalam proses evakuasi dari Teluk Bintuni menuju kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah.

    Kodam XVIII/Kasuari berkomitmen akan mengejar dan menangkap para pelaku. “Kodam XVIII/Kasuari berkomitmen akan mengejar dan menangkap para pelaku penembakan itu,” tegasnya.

     

  • Hamas Setuju Setop Gunakan Senjata, Tapi Tolak Menyerahkannya

    Hamas Setuju Setop Gunakan Senjata, Tapi Tolak Menyerahkannya

    Kairo

    Kelompok Hamas telah setuju untuk membekukan penggunaan senjatanya, tetapi tidak menyerahkannya, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza terbaru yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).

    Hal tersebut, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (10/10/2025), diungkapkan oleh Kepala Layanan Informasi Negara Mesir, Diaa Rashwan, dalam pernyataannya. Mesir, bersama Qatar, juga menjadi mediator dalam perundingan yang berlangsung antara Hamas dan Israel.

    Rashwan, saat berbicara kepada Al Arabiya pada Rabu (8/10) malam, menjelaskan bahwa pembekuan penggunaan senjata itu merupakan bagian dari proposal gencatan senjata yang sebelumnya diajukan oleh Hamas kepada Israel, yang akan berlangsung antara 5 tahun hingga 10 tahun.

    Dia mengklarifikasi bahwa persenjataan Hamas tidak akan diserahkan kepada Israel atau entitas non-Arab mana pun.

    Perjanjian tersebut tidak secara spesifik menyebut soal siapa atau pihak mana yang akan mengawasi hal tersebut, namun merujuk pada sebuah komite independen yang dapat beranggotakan Mesir, Mesir-Arab, atau Mesir-Arab-Palestina.

    Rashwan menambahkan bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memiliki tujuan untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas selama perang berkecamuk di Jalur Gaza dalam dua tahun terakhir ini, namun gagal melakukannya.

    Dia mengatakan bahwa Netanyahu sekarang mencari “panggung teatrikal” untuk menunjukkan perlucutan senjata Hamas melalui perjanjian yang sedang berlangsung setelah dua tahun perang berkecamuk.

    Pernyataan Rashwan tersebut disampaikan setelah salah satu pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, mengatakan pada Kamis (9/10), seperti dilansir Reuters, bahwa tidak ada warga Palestina yang menerima perlucutan senjata. Hamdan menegaskan bahwa warga Palestina membutuhkan senjata dan perlawanan.

    Di tengah sambutan internasional yang luas terhadap perjanjian tersebut, yang menandai fase pertama dari rencana gencatan senjata Gaza dan pertukaran sandera-tahanan antara Israel dan Hamas, kesepakatan yang dicetuskan Presiden Donald Trump itu resmi mulai berlaku pada Kamis (9/10) waktu setempat.

    Menurut rencana perdamaian Gaza berisi 20 poin itu, akan ada proses demiliterisasi Gaza di bawah pengawasan pemantau independen, yang akan mencakup penembakan senjata secara permanen hingga tidak dapat digunakan lagi melalui proses decommissioning (proses penghentian secara permanen), dan didukung oleh program pembelian kembali dan reintegrasi yang didanai internasional, yang semuanya telah diverifikasi oleh para pemantau independen.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Harapan Perdamaian Gaza, Ternyata Ini yang Diminta Hamas ke Israel

    Harapan Perdamaian Gaza, Ternyata Ini yang Diminta Hamas ke Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pembicaraan tidak langsung mengenai kesepakatan damai antara Israel dan Hamas di Mesir kembali menemui titik krusial. Kelompok militan Palestina, Hamas, menuntut jaminan tegas bahwa Israel akan mengakhiri perang di Gaza secara total dan menarik seluruh pasukannya dari wilayah tersebut sebagai syarat utama untuk mencapai kesepakatan.

    Tuntutan ini muncul di tengah kelanjutan serangan militer Israel di Jalur Gaza, bahkan saat perundingan yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Qatar, mencapai hari kedua di Sharm el-Sheikh, Mesir, pada Selasa (7/10/2025).

    Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu berencana melepaskan tawanan secara bertahap. Namun, pembebasan tawanan terakhir harus berbarengan dengan penarikan final militer Israel dari Gaza. Juru runding utama Hamas, Khalil al-Hayya, mengungkapkan ketidakpercayaan kelompoknya terhadap Israel.

    “Kami tidak mempercayai pendudukan [Israel], bahkan sedetik pun,” kata Al-Hayya, menegaskan bahwa Hamas menginginkan “jaminan nyata” bahwa perang akan berakhir dan tidak akan dimulai kembali, menuduh Israel telah melanggar dua gencatan senjata sebelumnya.

    Syarat ini merespons rancangan rencana 20 poin yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang salah satu permintaannya adalah perlucutan senjata faksi Palestina. Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya secara tegas menolak untuk menyerahkan senjata mereka.

    Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merilis pernyataan yang menandai dua tahun sejak dimulainya konflik, menyebut periode tersebut sebagai “perang demi keberadaan dan masa depan kita.”

    Tanpa merujuk langsung pada perundingan gencatan senjata, Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan “terus bertindak untuk mencapai semua tujuan perang: pemulangan semua sandera, penghapusan kekuasaan Hamas, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menimbulkan ancaman bagi Israel.”

    Meski pembicaraan damai terus berjalan, serangan Israel di Gaza tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Dikutip dari kantor berita Palestina Wafa, pada hari Selasa, drone dan jet tempur Israel menyerang wilayah Sabra dan Tal al-Hawa di Kota Gaza, serta kamp Shati di dekatnya. Sedikitnya 10 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan pada hari itu.

    Menurut pemantau konflik yang berbasis di AS, ACLED, Gaza telah mengalami lebih dari 11.110 serangan udara dan drone, serta sedikitnya 6.250 serangan artileri dan penembakan selama dua tahun perang. Jumlah korban tewas warga Gaza telah mencapai lebih dari 66.600 jiwa.

    Sementara itu, meskipun masih terdapat tanda-tanda perbedaan pendapat, perundingan tersebut tampaknya menjadi tanda kemajuan paling menjanjikan dalam upaya mengakhiri perang, dengan Israel dan Hamas sama-sama mendukung banyak bagian dari rencana Trump.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, mengatakan para mediator, Qatar, Mesir, dan Turki, tetap fleksibel dan mengembangkan gagasan seiring berjalannya perundingan gencatan senjata.

    “Kami tidak berpegang pada prasangka dalam negosiasi. Kami mengembangkan formulasi ini selama perundingan itu sendiri, yang sedang berlangsung saat ini,” ujarnya.

    Al Ansari mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, akan bergabung dengan mediator lain, termasuk Steve Witkoff dan Jared Kushner dari AS, pada hari Rabu di Mesir.

    “Partisipasi perdana menteri Qatar tersebut menegaskan tekad para mediator untuk mencapai kesepakatan yang mengakhiri perang,” tambah Al Ansari.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pekerja Jalan Tewas Ditembak KKB di Kabupaten Intan Jaya

    Pekerja Jalan Tewas Ditembak KKB di Kabupaten Intan Jaya

     

    Liputan6.com, Jayapura – Seorang pekerja pembangunan jalan tewas ditembak anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Ndugisiga, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Kapolres Intan Jaya Kompol Sofian Samakori mengungkapkan, korban atas nama Anselmus Arfin, yang merupakan karyawan PT TJP.

    “Memang benar Rabu (8/10) Anselmus Arfin, karyawan PT TJP yang tewas setelah ditembak oleh KKB di Kampung Ndugisiga,” katanya.

    Samakori mengatakan, dari laporan yang diterimanya terungkap awalnya korban bersama empat rekannya menggunakan traktor melakukan pengukuran jalan di area perbatasan Kampung Ndugisiga dan Bambu Kuning.

    Saat melaksanakan pengukuran jalan di Kampung Ndugusiga dan Bambu Kuning terdengar satu kali bunyi tembakan dari arah kiri jalan, dan pada saat karyawan yang lain mendengar bunyi tembakan dan langsung melompat dari dalam mobil traktor ke arah jalan.

    “Saat itulah para saksi melihat korban Anselmus Arfin terkena tembakan di bagian dada kiri tembus punggung kiri bagian belakang, dan jatuh tergeletak di pinggir jalan,” kata Samakori.

    Melihat kejadian itu, kata dia, kemudian rekan korban Muhammad Rasyid dan karyawan lainnya langsung membantu mengevakuasi ke RSUD Sugapa Kabupaten Intan Jaya.

    Sofian Samaroki mengaku masih melakukan penyelidikan terkait dari kelompok mana KKB yang melakukan penembakan terhadap pekerja pembangunan jalan bernama Anselmus itu.

    “Sementara jenazah korban dijadwalkan dievakuasi ke Timika,” katanya.

     

     

     

     

  • Obral Nyawa: Di Balik Berbagai Tragedi di Negeri Ini
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        8 Oktober 2025

    Obral Nyawa: Di Balik Berbagai Tragedi di Negeri Ini Nasional 8 Oktober 2025

    Obral Nyawa: Di Balik Berbagai Tragedi di Negeri Ini
    Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
    TRAGEDI
    kemanusiaan di Indonesia terjadi berulang, dari yang paling mengejutkan hingga yang paling sunyi, dari yang disiarkan langsung ke seluruh negeri hingga yang luput dari berita sama sekali.
    Di balik semua itu, satu benang merah mengikat: harga nyawa manusia di negeri ini sangat murah. Negara gagal, baik dalam mencegah hilangnya nyawa secara massal maupun dalam menegakkan keadilan setelah tragedi terjadi.
    Inkompetensi, kelalaian, dan budaya impunitas telah menjadi wajah nyata dari cara negara ini memperlakukan warganya.
    Runtuhnya bangunan di Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, yang menewaskan puluhan santri, menjadi salah satu contoh paling terang bagaimana kelalaian struktural bisa berujung pada kematian. Data terakhir, 67 orang tewas dalam peristiwa itu.
    Bangunan tersebut dibangun tanpa izin resmi, tanpa perencanaan teknis dari tenaga ahli, dan tanpa standar keselamatan minimum.
     
    Ironisnya, setelah tragedi terjadi, pihak Pengasuh Ponpes Al-Khoziny, KH Abdul Salam Mujib, memberikan pernyataan: “Saya kira memang ini takdir dari Allah. Jadi semuanya harus bisa bersabar dan mudah-mudahan diberi ganti oleh Allah yang lebih baik.”
    Ini bukan hanya penghindaran tanggung jawab, tapi juga bentuk manipulasi atas keyakinan masyarakat agar menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan.
    Dalam konteks inilah, pernyataan Bagus Mulyadi dalam salah satu podcast youtube MalakaProjectid menjadi relevan dan menggugah: “Inkompetensi membunuh lebih banyak orang dari kejahatan manapun.”
    Namun, Al Khoziny bukan satu-satunya tragedi akibat kelalaian. Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang suporter bola adalah bukti lain dari rusaknya sistem manajemen keselamatan publik.
    Gas air mata kedaluwarsa milik aparat kepolisian yang ditembakkan di stadion tertutup, pintu evakuasi yang terkunci, dan pengabaian terhadap standar FIFA menunjukkan bahwa yang mati malam itu bukan hanya suporter, tapi juga nalar sehat institusi keamanan.
    Investigasi dilakukan, beberapa pihak dijatuhi hukuman ringan, dan seperti biasa, aktor struktural yang seharusnya bertanggung jawab tetap aman dalam posisinya.
    Ini bukan sekadar kegagalan prosedur—ini adalah bentuk lain dari kekerasan negara akibat inkompetensi yang dilegalkan.
    Tragedi kemanusiaan di Indonesia juga muncul dari program-program negara yang justru dirancang untuk menyelamatkan warganya.
    Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), misalnya, yang bertujuan menurunkan angka gizi buruk dan stunting, justru melahirkan kasus keracunan massal di berbagai daerah.
    Di banyak kasus, ribuan anak sekolah mengalami muntah, diare, hingga harus dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi makanan dari program MBG.
    Kegagalan ini terjadi karena proses pengadaan yang tidak transparan, penyedia makanan yang tidak tersertifikasi, dan pelaksanaan yang tergesa-gesa demi pencitraan politik.
    Program gizi yang seharusnya menyelamatkan justru berbalik menjadi alat distribusi racun, dan seperti biasa, tak satu pun pejabat tinggi dimintai pertanggungjawaban serius.
    Lebih dari itu, tragedi MBG adalah cermin dari masalah lebih besar, negara yang tidak benar-benar peduli terhadap keselamatan warganya, terutama yang miskin dan tidak bersuara.
    Dalam banyak kasus lain, ribuan anak di Indonesia masih mati karena gizi buruk, terutama di wilayah seperti Papua, NTT, atau perbatasan Kalimantan.
     
    MBG seharusnya menjadi solusi terhadap masalah ini, tapi ketika dijalankan dengan cara yang serampangan, ia berubah dari intervensi sosial menjadi bencana terstruktur.
    Ini adalah bentuk kekerasan negara dalam wajah paling halus, kekerasan yang lahir dari ketidakmampuan, bukan dari niat jahat.
    Sayangnya, semua ini bukan hal baru. Indonesia punya sejarah panjang pelanggaran kemanusiaan yang tidak pernah dituntaskan.
    Pembantaian 1965, penembakan mahasiswa 1998, penghilangan paksa aktivis, pembantaian Talangsari, operasi militer di Papua dan Aceh, hingga kekerasan terhadap warga adat, semuanya terjadi dalam pola yang sama “penghilangan nyawa tanpa pertanggungjawaban”.
    Di masa lalu, negara menggunakan senjata untuk membungkam warganya. Di masa kini, negara menggunakan kelambanan dan ketidakefisienan birokrasi untuk membiarkan warganya mati pelan-pelan. Bedanya hanya cara, tapi hasilnya sama: nyawa melayang, dan negara bungkam.
    Inilah yang disebut sebagai budaya impunitas, yaitu ketika pelanggaran tidak pernah diikuti oleh hukuman. Bahkan lebih dari itu, impunitas di Indonesia justru dirawat dan dilanggengkan.
    Pejabat yang lalai tetap naik jabatan, institusi yang gagal tetap mendapatkan anggaran, dan tragedi yang semestinya menjadi pelajaran malah dikubur oleh pernyataan-pernyataan klise seperti “kami akan evaluasi” atau “kami serahkan semua pada Tuhan”.
    Di sini, kita tidak hanya berhadapan dengan inkompetensi teknis, tapi juga inkompetensi moral dan politik, di mana keengganan untuk bertanggung jawab telah menjadi norma dalam birokrasi.
    Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap bagaimana budaya sosial memperkuat siklus impunitas ini.
    Dalam banyak kasus, taklid buta terhadap tokoh agama, pejabat, atau figur publik membuat masyarakat enggan mengkritik, bahkan ketika mereka tahu ada kesalahan fatal.
    Pengurus pesantren yang lalai tetap dihormati karena status keagamaannya. Pejabat yang meloloskan izin ilegal tetap dipuji karena dekat dengan tokoh masyarakat.
    Di sinilah akar dari lemahnya kontrol sosial kita: kritik dianggap sebagai bentuk pemberontakan, bukan sebagai kewajiban moral untuk menyelamatkan sesama manusia dari kesalahan yang sama.
    Semua ini terjadi karena kita hidup dalam sistem di mana keselamatan bukan prioritas, tapi kompromi.
    Infrastruktur dibangun asal-asalan agar cepat jadi. Regulasi diterbitkan tapi tak ditegakkan. Program sosial diluncurkan tapi tanpa pengawasan. Dan ketika sesuatu salah, semua berlindung di balik kata “takdir”.
    Jika bangsa tidak mampu melindungi anak-anaknya dari bangunan yang ambruk, dari makanan sekolah yang beracun, dari peluru aparat atau dari kelaparan yang seharusnya bisa dicegah, maka bangsa itu belum pantas menyebut dirinya beradab.
    Inkompetensi adalah kejahatan, bukan karena ia disengaja, tapi karena ia dibiarkan. Dan impunitas adalah dosa struktural, karena ia mengamankan para pelaku dan mengabaikan para korban.
    Sudah terlalu banyak nyawa yang diobral di negeri ini. Bukan hanya oleh mereka yang berniat jahat, tetapi juga oleh mereka yang tidak cakap, tidak peduli, dan tidak pernah dihukum.
    Kita tidak bisa berharap tragedi berhenti jika sistem yang melahirkannya terus dipelihara. Perubahan baru akan datang ketika kita berhenti menoleransi inkompetensi sebagai kekhilafan, dan mulai memperlakukannya sebagai kejahatan yang sesungguhnya.
    Sebab pada akhirnya, bangsa yang besar bukan diukur dari seberapa banyak bangunan yang didirikan, tetapi dari seberapa kuat komitmennya melindungi satu nyawa warganya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Presiden Ekuador Selamat Usai Konvoi Mobilnya Ditembaki, 5 Orang Ditahan

    Presiden Ekuador Selamat Usai Konvoi Mobilnya Ditembaki, 5 Orang Ditahan

    Jakarta

    Presiden Ekuador, Daniel Noboa, selamat dari serangan bersenjata api (senpi) terhadap iring-iringan mobilnya. Penembakan terjadi saat Noboa melakukan kunjungan kerja.

    Dilansir AFP, Rabu (8/10/2025), Daniel Noboa sedang meresmikan instalasi pengolahan air di Ekuador, ketika konvoinya diserang oleh ratusan pengunjuk rasa, menurut Menteri Lingkungan Hidup, Ines Manzano.

    “500 orang datang dan melemparkan batu ke arahnya, dan jelas ada bekas peluru di mobil Presiden juga,” katanya.

    “Puji Tuhan, Presiden kita, sangat tegas, berani, terus bergerak maju, menjalankan agendanya seperti biasa,” tambahnya.

    Sementara itu, menurut Reuters, Ines Manzano bicara setelah secara resmi mengajukan laporan upaya pembunuhan terhadap Noboa. Presiden disebut tidak terluka dan lima orang telah ditahan.

    “Menembak mobil presiden, melempar batu, merusak properti negara-itu kriminal,” kata Manzano. “Kami tidak akan membiarkan ini.”

    Federasi Masyarakat Adat Nasional (CONAIE) mengatakan bahwa kekerasan yang direncanakan telah terjadi terhadap orang-orang yang dimobilisasi untuk menyambut kedatangan Noboa, dengan mengatakan bahwa perempuan lanjut usia termasuk di antara mereka yang diserang dalam “aksi brutal polisi dan militer.”

    “Setidaknya lima dari kami telah ditahan secara sewenang-wenang,” katanya dalam sebuah unggahan di X.

    CONAIE melancarkan aksi mogok 16 hari yang lalu, mengorganisir pawai dan memblokade beberapa jalan, sebagai protes terhadap pemerintah yang mengakhiri subsidi solar.

    Sebuah video dari dalam mobil yang dipublikasikan oleh pemerintah menunjukkan orang-orang melemparkan batu ke pinggir jalan dan terdapat bekas retakan di jendela mobil.

    Gambar terpisah yang dipublikasikan oleh pemerintah menunjukkan sebuah mobil dengan jendela pecah dan kaca depan retak. Tidak jelas dari gambar-gambar tersebut apakah peluru telah ditembakkan.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/rfs)

  • Lansia Kutorejo Mojokerto Tertembak Peluru Nyasar, Pelaku Diburu Belum Ditemukan

    Lansia Kutorejo Mojokerto Tertembak Peluru Nyasar, Pelaku Diburu Belum Ditemukan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Warga Dusun Muteran, Desa Wonodadi, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto langsung melakukan pencarian pelaku penembakan, Kayi (70). Warga mencari hingga area persawahan di belakang rumah korban pasca kejadian, Jumat (3/10/2025) malam.

    Korban yang dikenal masih aktif bekerja sebagai buruh tani itu sempat terjatuh sambil memegangi dada dan bersimbah darah usai kejadian. Warga langsung memberikan pertolongan ke dokter setempat dengan menggunakan sepeda motor hingga akhirnya dirujuk ke RS Dr Soetomo Kota Surabaya.

    “Suaranya keras sekali, jedeeerrrr… Semua pada keluar rumah. Pas dilihat, orangnya sudah jatuh sambil pegang dada. Dikira tangannya yang kena, ternyata dadanya berdarah. Langsung dibawa ke dokter desa depan SD menggunakan sepeda motor, nunggu mobil tidak ada,” ungkap tetangga korban, Ana (70).

    Karena keterbatasan alat medis, korban kemudian dirujuk ke RSUD Prof dr Soekandar Kecamatan Mojosari dan dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Kota Surabaya. Usai kejadian, warga sekitar spontan menyebar mencari pelaku penembakan. Mereka menelusuri area sekitar rumah korban hingga ke persawahan di belakang rumah korban.

    “Iya langsung nyebar cari pelaku sampai ke area persawahan. Dugaannya dari arah utara karena orangnya sudah masuk teras rumah, kena tembak jadi dugaan dari arah utara. Warga langsung nyebar cari pelaku tapi tidak ketemu. Setahu saya tidak ada musuh,” ujarnya.

    Diketahui, Kayi tinggal seorang diri di rumahnya sejak cucunya yang biasa menemaninya melahirkan dan tinggal bersama anaknya. Suami korban telah meninggal dunia sekitar empat tahun lalu. Warga menyebut korban dikenal baik dan tidak memiliki masalah dengan siapa pun di lingkungan sekitar.

    Hingga kini, aparat kepolisian dari Polsek Kutorejo bersama Satreskrim Polres Mojokerto masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap asal peluru dan pelaku penembakan tersebut.

    Sebelumnya, seorang warga Desa Wonodadi, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Kayi (70), mengalami luka serius di bagian dada sebelah kiri akibat pada Jumat (3/10/2025) malam. Korban terkena peluru nyasar yang diduga berasal dari senapan angin. [tin/but]

  • Ngeri! Hakim Tewas Ditembak di Ruang Sidang

    Ngeri! Hakim Tewas Ditembak di Ruang Sidang

    Tirana

    Seorang hakim tewas ditembak saat sedang memimpin sidang sengketa di dalam ruang sidang di Tirana, ibu kota Albania, pada Senin (6/10) waktu setempat. Pelaku penembakan sempat kabur dari lokasi kejadian, namun akhirnya berhasil ditangkap.

    Pelaku juga menembak dua orang lainnya hingga luka-luka di dalam ruang sidang tersebut.

    Penembakan itu, seperti dilansir AFP dan Associated Press, Selasa (7/10/2025), terjadi di Pengadilan Banding Tirana pada Senin (6/10) waktu setempat, dalam sebuah persidangan sengketa properti yang melibatkan pelaku.

    Kepolisian Albania mengatakan bahwa hakim yang ditembak diidentifikasi bernama Astrit Kalaja, yang memimpin sidang sengketa properti tersebut. Saat sidang berlangsung, sebut kepolisian, pelaku tiba-tiba melepaskan tembakan.

    Tidak dijelaskan lebih lanjut soal bagaimana bisa pelaku membawa senjata api ke dalam ruang sidang.

    Pelaku sempat melarikan diri usai melakukan penembakan, tetapi akhirnya berhasil ditangkap polisi setempat. Pistol revolver yang diduga digunakan pelaku juga telah ditemukan.

    “Hakim tersebut dilarikan ke rumah sakit, tetapi meninggal dunia dalam perjalanan akibat luka-lukanya,” demikian pernyataan Kepolisian Albania.

    Pelaku juga menembak dua orang lainnya yang menjadi pihak lain dalam sidang sengketa properti tersebut. Kedua orang itu, seorang ayah dan anak, juga dilarikan ke rumah sakit namun kondisi mereka kini stabil.

    Kepolisian Albania menyebut pelaku penembakan berinisial E. Sh dan berusia 30 tahun. Motif penembakan tersebut belum diketahui secara jelas.

    Namun menurut laporan media setempat, pelaku diduga menembak sang hakim karena menyadari dia akan kalah dalam sidang yang berkaitan dengan sengketa properti tersebut.

    Perdana Menteri (PM) Albania, Edi Rama, seperti dilansir Al Jazeera, menyebut kematian hakim Kalaja sebagai “peristiwa tragis”. Dia juga mengatakan bahwa insiden semacam itu seharusnya mendorong “refleksi” terhadap sistem keamanan internal pengadilan.

    Dalam pernyataan via media sosial X, Rama menyerukan agar pembunuh hakim Kalaja menghadapi “respons hukum yang paling ekstrem”. Dia menyerukan hukuman lebih berat untuk kejahatan terkait senjata api di Albania.

    Lihat juga Video Detik-detik Pria di OKI Tewas Ditembak Saat Boncengi Istri

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)