Kasus: pembunuhan

  • Sosok Anak Angkat Sahroni Dicurigai, Pelaku Pembunuhan di Indramayu Tinggalkan Jejak di Seprai

    Sosok Anak Angkat Sahroni Dicurigai, Pelaku Pembunuhan di Indramayu Tinggalkan Jejak di Seprai

    GELORA.CO – Sosok saudara yang masih keluarga dengan Haji Sahroni dicurigai dalam kasus pembunuhan satu keluarga di Indramayu, Jawa Barat.

    Berdasarkan kesaksian kerabat dan tetangga yang tinggal di dekat rumah Sahroni, ada sosok mencurigakan sebelum warga menemukan 7 orang keluarga Sahroni meninggal dengan kondisi terkubur di rumahnya di Jalan Siliwangi, Kelurahan Paoman, Kecamatan Indramayu, Jawa Barat.

    Korban ditemukan terkubur di antara rumah walet pada Senin (1/9/2025). Mereka adalah Sahroni (75), Budi (45), lalu Euis (40), dan dua anaknya yang masih berusia 8 tahun serta bayi 8 bulan. Budi adalah anak Sahroni. Sedangkan Euis, istri Budi.

    Anak angkat Sahroni dicurigai dalam kasus pembunuhan satu keluarga tewas di Indramayu. Sebelum Sahroni dan keluarganya ditemukan tewas terkubur, korban sempat bercerita akan kedatangan tamu dari Tangerang.

    Sahroni bersama keluarga Budi memang tinggal di rumah tersebut, tak ada sosok lain.

    Kerabat Sahroni, Ema bercerita bahwa Sahroni memiliki kerabat lain di Jakarta.

    Warga sempat menghubunginya ketika hendak mendobrak pintu rumah Sahroni.

    “Dobrak pintu depan, jadinya saya izin sama uwanya yang ada di Jakarta,” katanya.

    Semasa hidupnya kata Ema, Sahroni merupakan pribadi yang tertutup.

    Ia tak pernah bercerita tentang sesuatu hal, termasuk pada kerabatnya sendiri.

    “Tertutup kalau ada apa-apa tuh, masalah pinjam-pinjam gitu gak tahu,” kata Ema.

    Menurutnya pada hari Jumat Sahroni masih terlihat keluar.

    Dia membeli makanan dengan porsi melebih jumlah anggota keluarga di rumah.

    “Jumatan masih ada, sore Sabtu gak ada katanya sih. Ada tamu dari Tangerang gak tau nginep apa gak tau. Tapi dia beli ayam bakar di depan, lima. Ditanyain sama itunya (pedagang) tuh, ‘buat apa banyak-banyak ?’. ‘Ada teman, ada saudara datang’,” kata Ema.

    Kejanggalan lain datang dari orang tua Euis, menantu Sahroni.

    “Ibunya Euis ngebel (menelepon) nangis, katanya mau ke Indramayu, Euis dibel gak diangkat-angkat. Tapi yang dari yang dari Tangerang udah sampai, tapi sekarang belum juga datang,” katanya.

    Kini muncul kecurigaan satu keluarga di Indramayu itu dibunuh oleh anak angkatnya sendiri.

    “Informasi sekecil apapun atau petujuk akan kami terima kami dalami kami tindak lanjut. Namun demikian kami harap masyarakat tetap sabar tetap tenang, mudah-mudahan hasilnya cepat terungkap supaya kasus ini bisa terang-benderang bisa dapat dipertanggungjawabkan,” kata Kasi Humas Polres Indramayu AKP Tarno.

    Ia membocorkan soal jejak pelaku dalam kasus kematian satu keluarga di Indramayu ini.

    Menurut Tarno, ada tiga barang bukti yang mengarah pada pelaku.

    “Ada barang bukti yang kami amankan, satu buah cangkul, ember kecil, satu buah seprai warna biru dimana terdapat bercak darah, dan satu buah terpal juga warna biru terdapat bercak darah juga,” katanya.

    Namun begitu hingga kini polisi belum juga menetapkan tersangka.

    “Belum ada penetapan tersangka,” katanya.

    Penyidik baru memeriksa lima orang saksi untuk menangkap pelaku pembunuhan satu keluarga di Paoman Indramayu.

    “Kami telah meminta keterangan beberapa orang yang kemarin dari awal sudah 5 orang yang kami mintai keterangan. Bisa bertambah sesuai dengan kepentingan untuk penyelidikan,” katanya.

    Menurut AKP Tarno motif pembunuhan keluarga Sahroni akan terungkap setelah hasil otopsi keluar.

    “Untuk motif dan kemungkinan lainnya mudah-mudahan setelah selesai otopsi,” katanya.

    Sebanyak lima saksi diperiksa terkait pembunuhan sekeluarga di Kelurahan Paoman, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

    Kasi Humas Polres Indramayu AKP Tarno mengungkapkan bahwa polisi telah memeriksa lima saksi terkait peristiwa yang sangat mengejutkan publik itu. 

    “Untuk sampai saat ini, tim telah memeriksa lima orang atau minta keterangan dari warga sebanyak lima orang, mungkin akan selalu bertambah sesuai dengan perkembangan penyelidikan yang dilakukan,” kata Tarno dalam program Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Rabu (3/9/2025). 

    Tarno menambahkan, dalam penyelidikan kasus ini, pihak Polres Indramayu mendapat bantuan dari Ditreskrimum Polda Jawa Barat, juga Puslabfor Mabes Polri.

    Dia juga membenarkan adanya temuan mobil korban di lokasi berbeda. Terkait temuan mobil itu saat ini sedang didalami pihak kepolisian.  

    Diungkap Tarno, dugaan kasus pembunuhan sekeluarga diketahui setelah pihaknya mendapat laporan dari warga pada Senin (1/9/2025).

    Berawal dari kecurigaan tetangga korban karena salah seorang anggota keluarga yang ditemukan meninggal tidak terlihat warga beberapa hari sehingga ada laporan kepada polisi. 

    “Karena hampir setiap hari almarhum Haji Sahroni salat di Masjid Agung, karena beberapa hari tidak kelihatan, itu yang membuat pelapor agak curiga kemudian dilaporkan ke Polsek,” tuturnya. 

    Lantas terungkaplah bahwa Haji Sahroni sudah meninggal secara tidak wajar, terkubur di bawah pohon nangka halaman rumah.

    Selanjutnya dilakukanlah penggalian yang kemudian menemukan adanya lima jenazah korban. Menurut, Tarno kondisi kelima jenazah pada saat itu sudah rusak. Diperkirakan sudah beberapa hari terkubur.

    “Langsung kami bawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu Losarang untuk dilakukan identifikasi dan autopsi,” ujarnya. 

  • Pembunuhan Sadis di Probolinggo Kembali Terulang, Pria Muda Tewas Dibacok Mantan Mertua Sang Istri

    Pembunuhan Sadis di Probolinggo Kembali Terulang, Pria Muda Tewas Dibacok Mantan Mertua Sang Istri

    Probolinggo (beritajatim.com) – Suasana tenang di Jalan Raya Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, mendadak berubah mencekam pada Selasa (2/9/2025) pagi. Deding Dharma (27), warga Desa Nogosaren, Kecamatan Gading, ambruk bersimbah darah setelah tubuhnya dihujani sabetan senjata tajam. Korban diduga dibunuh secara brutal oleh M (54), pria yang ternyata merupakan mantan mertua dari istrinya.

    Kejadian itu berlangsung begitu cepat. Saat korban tengah mengisi bensin eceran di sebuah kios BBM sekitar pukul 10.00 WIB, pelaku muncul secara tiba-tiba. Tanpa banyak bicara, senjata tajam di tangannya langsung ditebaskan ke tubuh korban. Warga yang berada di sekitar lokasi hanya bisa terpaku melihat Deding terkapar berlumuran darah di jalanan.

    Korban sempat dievakuasi ke RSUD dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo, namun luka parah yang dideritanya tak memberi kesempatan untuk bertahan hidup. Nyawanya melayang seketika, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.

    Tragedi ini diduga dipicu dendam lama. Sebelum menikah dengan Deding, sang istri pernah bersuami dengan pria lain. Dari pernikahan itu, pelaku berstatus sebagai mertua. Meski rumah tangga anaknya kandas, rupanya api kebencian tak pernah padam. Dendam itulah yang akhirnya meledak menjadi amarah berdarah.

    Namun upaya pelaku melarikan diri tak berlangsung lama. Hanya dalam hitungan kurang dari satu jam, polisi berhasil membekuk M di kediamannya di Desa Resongo, Kecamatan Kuripan.

    “Ya benar, salah satu terduga pelaku sudah kami amankan. M berperan sebagai eksekutor pembacokan. Kasus ini masih terus kami dalami,” tegas Kasat Reskrim Polres Probolinggo, AKP Putra Adi Fajar Winarsa, Kamis (4/9/2025).

    Polisi kini terus memburu kemungkinan pelaku lain yang turut membantu aksi pembunuhan sadis ini. Warga pun masih diselimuti rasa ngeri, mengingat peristiwa kejam tersebut terjadi di tengah keramaian. (ada/ian)

  • Kolom Agama KTP Kembali Digugat ke MK, Usai Dianggap Mengancam Nyawa
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 September 2025

    Kolom Agama KTP Kembali Digugat ke MK, Usai Dianggap Mengancam Nyawa Nasional 4 September 2025

    Kolom Agama KTP Kembali Digugat ke MK, Usai Dianggap Mengancam Nyawa
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Polemik identitas keagamaan dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) kembali bergulir di Mahkamah Konstitusi (MK).
    Kali ini, pemohon datang dari dua orang penyintas konflik SARA yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah pada 2000 silam, yakni Taufik Umar dan Timbul G. Simarmata.
    Mereka berdua mendalilkan peristiwa yang pernah mereka alami untuk meminta MK menghapus kolom agama dalam KTP.
    Kuasa hukum para pemohon, Teguh Sugiharto mengatakan, dalil utama gugatan uji materi Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan ini adalah peristiwa
    sweeping
    KTP yang pernah terjadi saat kerusuhan di Poso.
    Konflik agama di Poso yang saat itu terjadi antara pemeluk agama Islam dan Kristen menyebabkan ancaman nyawa serius, terutama saat aksi sweeping berlangsung.
    “Oleh karena itu, saudara pemohon untuk mengajukan peninjauan, yaitu agar pasal yang dimaksud (Pasal 61 dan 64 UU Administrasi Kependudukan) dinyatakan sebagai pertentangan secara bersyarat, yaitu sepanjang kolom agama dianggap tidak ada,” kata Teguh dalam sidang perkara 155/PUU-XXIII/2025 yang digelar Rabu (3/9/2025).
    Dalam dalilnya, pemohon menyebut pernah beberapa kali menemukan aksi sweeping yang terjadi saat melakukan perjalanan dari Poso ke Kota Palu.
    Sweeping yang dilakukan spesifik meminta bukti KTP orang-orang yang melintas.
    Beruntung saat itu pemohon Taufik hanya mendapat sweeping dari kelompok agama yang sama dengan yang ia peluk, sehingga lolos dari ancaman kekerasan.
    Selain dari pengalaman pribadi, para pemohon juga mendalilkan posita mereka dengan buku yang ditulis mantan Kapolri Jenderal Polisi (Purn) Tito Karnavian.
    Berdasarkan penelusuran
    Kompas.com
    dalam dokumen permohonan, yang dimaksud buku tulisan Tito Karnavian tersebut berjudul
    Indonesia Top Secret: Membongkar Konflik Poso Operasi Investigasi dan Penindakan Pelaku Kekerasan di Sulawesi Tengah
    yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada 2008.
    Dalam halaman 59, disebutkan ada aksi sweeping kepada dua orang beragama Kristen yang terkena sweeping KTP, kemudian mereka dibunuh karena adanya keterangan kolom agama di identitas mereka.
    Pada halaman 61 juga disebutkan secara detail, pada 19 Mei 2000, massa Kristen yang ada di Taripa melakukan sweeping terhadap mobil yang melintas di kawasan itu.
    Peristiwanya sama yakni pembunuhan dan kekerasan, meskipun tidak ada jumlah korban tewas yang disebutkan dalam buku tersebut.
    Pada halaman 140 tertulis “Menjelang Maghrib, sebuah mobil dihentikan dan setelah diperiksa KTP dan diinterview penumpangnya ternyata Pendeta Tentena bernama Oranye Tadjoja dan keponakannya Yohanes Tadjoja. Keduanya bermaksud ke desa Tangkura untuk melakukan Misa. Kedua korban langsung diseret keluar mobil dan dikeroyok hingga meninggal dunia.”
    Pemohon menyebut, fakta yang sangat penting diungkap dalam buku yang ditulis tersebut menyatakan secara eksplisit kolom agama di KTP menjadi pemicu langsung pembunuhan saat konflik di Poso.
    “Oleh karena negara tidak bisa dipastikan menjamin keselamatan dalam situasi serupa yang mungkin terjadi lagi, oleh karena itu kami memohon agar tidak mengurangi risiko hilangnya hidup, tercabutnya hak hidup, dan juga penghinaan hanya karena dengan mudah mengidentifikasi agama kita,” kata kuasa hukum pemohon.
    Perkara serupa, yakni terkait kolom agama di identitas kependudukan pernah diputus MK dua kali.
    Pada 2017 lalu, MK pernah memutuskan penghayat kepercayaan boleh dicantumkan dalam kolom agama di KTP dan Kartu Keluarga.
    Dalam putusan 97/PUU-XIV/2016, MK berpendapat perbedaan pengaturan antarwarga negara dalam hal pencantuman elemen data penduduk tidak didasarkan pada alasan konstitusional.
    Tetapi lebih pada tertib administrasi dan mengakomodasi jumlah penghayat kepercayaan dalam masyarakat Indonesia yang sangat banyak dan beragam.
    “Pencantuman elemen data kependudukan tentang agama bagi penghayat kepercayaan hanya dengan mencatatkan yang bersangkutan sebagai ‘penghayat kepercayaan’ tanpa merinci kepercayaan yang dianut di KK ataupun KTP-el, begitu juga dengan penganut agama lain,” kata Hakim MK Saldi Isra, Selasa (7/11/2017).
    Dalam gugatan lainnya, MK secara tegas menolak penghapusan kolom agama dalam pencatatan kependudukan dalam putusan 146/PUU-XXII/2024.
    Dalam pertimbangan hukumnya, MK menyebut pembatasan kebebasan bagi warga negara Indonesia, di mana setiap warga negara harus menyatakan memeluk agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan keniscayaan sebagaimana diharapkan oleh Pancasila dan diamanatkan oleh Konstitusi.
    “Pembatasan yang demikian merupakan pembatasan yang proporsional dan tidak diterapkan secara opresif dan sewenang-wenang,” ujar Hakim Konstitusi Arief Hidayat, Jumat (3/1/2025).
    Arief mengatakan, setiap warga negara hanya diwajibkan menyebut agama dan kepercayaannya untuk kemudian dicatat dan dibubuhkan dalam data kependudukan tanpa adanya kewajiban hukum lain yang dibebankan oleh negara dalam kaitannya dengan agama atau kepercayaan yang dipilih, selain kewajiban untuk menghormati pembatasan sebagaimana dinyatakan dalam UUD NRI Tahun 1945.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 5 Mayat Dikubur di Indramayu Sudah Tewas Berhari-hari, Sempat Dicari Keluarga

    5 Mayat Dikubur di Indramayu Sudah Tewas Berhari-hari, Sempat Dicari Keluarga

    Jakarta

    Polisi mengungkap sekeluarga yang terdiri dari kakek, nenek, anak dan dua cucu ditemukan terkubur di rumahnya di Kelurahan Paoman, Indramayu, sudah tewas berhari-hari. Para korban sudah dalam kondisi membusuk saat ditemukan.

    “Ternyata jenazah itu sudah beberapa hari (meninggal) dengan kondisi sudah tidak jelas itu karena sudah membusuk. Kemudian sudah beberapa hari, sudah mengeluarkan bau busuk,” kata Kasie Humas Polres Indramayu AKP Tarno saat digunakan, Kamis (4/9/2025).

    Tarno mengatakan pihak keluarga sempat menghubungi para korban, namun tak kunjung ada kabar. Pihak keluarga kemudian mengecek rumah dan mendapati adanya bau busuk yang berasal dari gundukan tanah di pekarangan belakang rumah.

    “Dia ya diperkirakan dari keluarganya 3 atau 4 harian, karena lost contact itu dari keluarganya kok dihubungin nggak bisa. Kemudian ditengok ke rumah itu, kok ada bau busuk juga,” imbuhnya.

    Kelima korban ditemukan dalam satu lobang yang sama. Polisi juga mendapati adanya cangkul hingga sprei dan terpal dengan bercak darah di lokasi.

    Tarno menyebut rumah tersebut hanya ditempati kelima korban. Polisi masih mendalami kasus tersebut termasuk menyisir CCTV dan menunggu hasil autopsi tim kedokteran.

    “Masih disisir semua, mau informasi, semua petunjuk-petunjuk di lapangan, sedang dilakukan pendalaman semua,” imbuhnya.

    Diduga Korban Pembunuhan

    Polda Jabar menduga lima jenazah sekeluarga yang ditemukan terkubur dalam satu liang di Kelurahan Paoman, Indramayu, merupakan korban tindak pidana pembunuhan. Polisi masih terus menyelidiki kasus ini.

    “Dugaan kuat, para korban adalah hasil tindak pidana pembunuhan,” kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hendra Rochmawan dalam keterangan yang diterima di Indramayu, dilansir Antara, Rabu (3/9).

    Ia mengatakan temuan tersebut dibenarkan setelah mendapat laporan resmi dari Polres Indramayu, yang sudah menangani peristiwa tersebut sejak Senin (1/9).

    Dari laporan tersebut, menurut dia, telah ditemukan lima orang korban terkubur dalam satu lubang di Kelurahan Paoman yang seluruhnya merupakan satu keluarga.

    Ia mengatakan, hingga sekarang, penyidik masih bekerja untuk mendalami kasus tersebut serta mengungkap fakta sebenarnya pada perkara ini.

    Pihaknya menyampaikan, identitas para korban adalah Sachroni (76), anak kandungnya Budi Awaludin (40), menantunya Euis Juwita Sari (37), serta dua cucu korban yakni Ratu Khairunnisa (7) dan Bela (10 bulan).

    “Saat ini, kami terus mengembangkan penyidikan (terkait kasus temuan lima jenazah),” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (wnv/rfs)

  • Kabar Terbaru Staf KBRI Peru Ditembak Pembunuh Bayaran

    Kabar Terbaru Staf KBRI Peru Ditembak Pembunuh Bayaran

    Jakarta

    Kematian staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, Zetro Leonardo Purba, diselidiki otoritas Peru. Temuan terbaru otoritas Peru, Zetro Purba diduga ditembak oleh pembunuh bayaran dan tak ada barang korban yang hilang digondol pelaku.

    Zetro yang berusia 40 tahun itu bekerja sebagai Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima. Menurut otoritas setempat, Zetro ditembak tiga kali pada Senin (1/9) malam ketika dia tiba di gedung tempat tinggalnya di Lima usai bersepeda dengan istrinya.

    Staf KBRI itu dilarikan ke rumah sakit setempat dalam kondisi luka parah, namun kemudian dinyatakan meninggal dunia. Otoritas Peru belum menyebutkan dugaan motif di balik penembakan maut itu.

    Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Peru, Carlos Malaver, menyebut staf KBRI itu tewas ditembak oleh pembunuh bayaran. Seperti dilansir Associated Press, Rabu, (3/9), mengatakan dalam rapat dengan para anggota parlemen Peru bahwa serangan itu merupakan “pembunuhan yang memenuhi syarat dalam bentuk pembunuhan kontrak”.

    Kepolisian Peru telah merilis dua rekaman kamera pengawas yang menunjukkan seseorang yang mengenakan helm, yang diduga pelaku, melepas tembakan sebanyak dua kali ke arah Zetro, yang langsung tumbang ke tanah.

    Rekaman kamera pengawas itu kemudian menunjukkan si terduga pelaku menembak staf KBRI itu untuk ketiga kalinya dan langsung melarikan diri dari lokasi dengan sepeda motor yang dikendarai oleh satu orang lainnya.

    Tonton juga video “Diplomat RI Tewas Ditembak di Peru, Diduga Ulah Pembunuh Bayaran” di sini:

    Tak Ada Barang Zetro yang Dicuri

    Mendagri Malaver menambahkan bahwa tidak ada barang yang dicuri dari staf KBRI tersebut, yang baru tiba di Peru sekitar lima bulan lalu. Zetro memiliki seorang istri dan tiga anak.

    “Mereka menunggunya dan peluru-peluru itu mengenai kepalanya; mereka ingin membunuhnya,” kata Malaver membahas tersangka penembakan tersebut.

    Menlu RI Sugiono, dalam pernyataannya, menyerukan “investigasi menyeluruh, transparan, dan cepat, serta perlindungan semaksimal mungkin bagi para personel diplomatik dan warga negara Indonesia di Peru”.

    Menlu Peru Elmer Schialer mengatakan kepada wartawan bahwa masalah utama Peru adalah “ketidakamanan” dan mengakui bahwa pembunuhan staf KBRI itu merupakan “satu lagi peringatan” terkait masalah semacam itu.

    Terduga Pelaku Terus Diburu

    Aparat kepolisian Peru terus memburu terduga pembunuh Zetro Purba yang ditembak mati di luar kediamannya di Lima.

    Kemlu Peru dalam sebuah pernyataan, menawarkan untuk meningkatkan keamanan bagi para staf dan KBRI di Lima, yang seperti wilayah lain di Peru, telah mengalami lonjakan kejahatan kekerasan, khususnya pemerasan.

    Kementerian menambahkan bahwa kepolisian Peru “sedang melakukan investigasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi latar belakang di balik serangan tersebut dan untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab.”

    Karangan bunga berjejer di Rumah Duka Staf KBRI Peru, Zetro Purba. (Taufiq Syarifudin/detikcom)

    Halaman 2 dari 3

    (rfs/isa)

  • Misteri Satu Keluarga Dibunuh lalu Dikubur di Indramayu, Polisi Gandeng Puslabfor Polri
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        3 September 2025

    Misteri Satu Keluarga Dibunuh lalu Dikubur di Indramayu, Polisi Gandeng Puslabfor Polri Bandung 3 September 2025

    Misteri Satu Keluarga Dibunuh lalu Dikubur di Indramayu, Polisi Gandeng Puslabfor Polri
    Tim Redaksi
    INDRAMAYU, KOMPAS.com
    – Lima mayat yang merupakan satu keluarga ditemukan tewas terkubur dalam satu liang di rumah mereka di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
    Kasi Humas Polres Indramayu, AKP Tarno, mengatakan Polres Indramayu dibantu Polda Jabar dan Puslabfor Mabes Polri dalam upaya pengungkapan kasus tersebut.
    “Perlu kami sampaikan juga dari Polres Indramayu dalam hal ini Satreskrim dibantu dari Polda Jabar dan Puslabfor Mabes Polri telah turun langsung ke lapangan untuk mengungkap kasus ini secepat-cepatnya,” ujar Tarno, Rabu (3/9/2025).
    Ia menambahkan, tim terus bergerak untuk mencari informasi dan petunjuk yang dibutuhkan. Informasi sekecil apapun dari masyarakat akan ditindaklanjuti oleh polisi.
    “Informasi dan petunjuk sekecil apapun akan kami terima, akan kami dalami, dan kami tindak lanjuti,” ujarnya.
    Sejauh ini, polisi sudah memeriksa sekitar lima orang saksi. Namun jumlahnya bisa bertambah sesuai kebutuhan penyidikan.
    “Keterangan saksi ini pun masih terus didalami oleh teman-teman di lapangan, sedangkan untuk penetapan tersangka sampai saat ini belum,” kata Tarno.
    Di sisi lain, jenazah kelima korban sudah selesai diotopsi dan dimakamkan hari ini. Namun hasil otopsi belum diterima pihak kepolisian.
    “Kami juga mohon doanya agar kasus ini cepat terungkap,” ujarnya.
    Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hendra Rochmawan mengatakan, kasus ini masih dalam tahap penyidikan terhadap saksi-saksi. Hingga kini, polisi belum menetapkan tersangka.
    “Saat ini tim mabes yaitu Puslabfor dan Inafis membantu olah Tindakan Pertama Tempat Kejadian Perkara (TPTKP) di Indramayu,” kata Hendra melalui pesan singkat.
    Saat ditanya apakah ada indikasi pembunuhan, Hendra mengatakan pihaknya masih melakukan pendalaman.
    “Kami dalami dulu ya (dugaan pembunuhan),” ujarnya.
    Penemuan lima mayat dalam satu liang ini terjadi di rumah dua lantai di Jalan Siliwangi Nomor 52, Kelurahan Paoman, Indramayu, Senin (1/9/2025).
    Identitas korban yakni H Sahroni (75), Budi (45) anak Sahroni, Euis (40) istri Budi, serta dua anak Budi dan Euis yang berusia enam tahun dan delapan bulan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • OpenAI Alihkan Percakapan Sensitif ke GPT-5 dan Siapkan Fitur Kontrol Orang Tua

    OpenAI Alihkan Percakapan Sensitif ke GPT-5 dan Siapkan Fitur Kontrol Orang Tua

    Bisnis.com, JAKARTA — OpenAI mengumumkan rencana untuk mengalihkan percakapan sensitif ke model penalaran seperti GPT-5 serta menghadirkan fitur kontrol orang tua dalam waktu sebulan ke depan.

    Dalam pernyataan resmi ChatGPT mengungkapkan pihaknya baru-baru ini memperkenalkan sistem router real-time yang dapat memilih antara model percakapan efisien dan model penalaran berdasarkan konteks. 

    “Dalam waktu dekat, kami akan mulai mengalihkan percakapan sensitif seperti ketika sistem mendeteksi tanda-tanda tekanan akut ke model penalaran seperti GPT-5, agar mampu memberikan respons yang lebih bermanfaat,” tulis OpenAI dalam pernyataan resminya dikutip dari lamab TechCrunch pada Rabu (3/9/2025).

    Model GPT-5 dan o3 disebut dirancang untuk menghabiskan lebih banyak waktu dalam menalar sebelum menjawab, sehingga dinilai lebih tahan terhadap manipulasi percakapan.

    Selain itu, OpenAI juga akan menghadirkan kontrol orang tua yang memungkinkan akun orang tua ditautkan dengan akun remaja melalui undangan email. 

    Fitur ini memungkinkan penerapan aturan perilaku model yang sesuai usia secara otomatis, termasuk pembatasan memori dan riwayat percakapan. 

    Para pakar menilai riwayat percakapan dapat memicu masalah seperti delusi, ketergantungan, dan penguatan pola pikir berbahaya. Kontrol orang tua juga memungkinkan adanya notifikasi saat sistem mendeteksi remaja berada dalam kondisi tekanan akut. 

    Keputusan Open AI muncul setelah kasus bunuh diri remaja Adam Raine, yang sempat berdiskusi dengan ChatGPT terkait niat mengakhiri hidupnya. Aplikasi tersebut bahkan memberikan informasi tentang metode bunuh diri. Orang tua Raine kini melayangkan gugatan kematian tidak wajar terhadap OpenAI.

    Dalam sebuah unggahan blog pekan lalu, OpenAI pun mengakui kelemahan sistem keamanannya, termasuk kegagalan menjaga batasan selama percakapan panjang. Para pakar menilai hal ini berakar dari desain model itu sendiri, yang cenderung memvalidasi pernyataan pengguna dan mengikuti alur percakapan berdasarkan prediksi kata berikutnya, alih-alih mengalihkan topik berbahaya.

    Kasus ekstrem juga terlihat pada insiden Stein-Erik Soelberg, yang diberitakan The Wall Street Journal. Soelberg, penderita gangguan mental, menggunakan ChatGPT untuk memperkuat paranoidanya mengenai teori konspirasi.

    Delusi itu berkembang hingga membuatnya melakukan pembunuhan terhadap ibunya sebelum akhirnya bunuh diri bulan lalu.

    Meski begitu, sejumlah pertanyaan masih diajukan kepada OpenAI, termasuk bagaimana deteksi dilakukan secara real-time, sejak kapan aturan perilaku sesuai usia diterapkan, hingga kemungkinan penerapan batas waktu penggunaan bagi remaja.

    Sebelumnya, OpenAI sudah menambahkan pengingat jeda penggunaan saat sesi berlangsung lama, meski belum sampai memutus akses pengguna yang berpotensi terjebak dalam spiral percakapan berbahaya.

    Langkah-langkah baru ini merupakan bagian dari “inisiatif 120 hari” yang dirancang untuk memperkenalkan rencana peningkatan keamanan sepanjang tahun. 

    OpenAI juga menyatakan tengah bekerja sama dengan pakar di bidang kesehatan remaja, gangguan makan, penyalahgunaan zat, hingga kesehatan mental melalui Global Physician Network dan Expert Council on Well-Being and AI untuk membantu mendefinisikan indikator kesejahteraan, menyusun prioritas, serta merancang perlindungan ke depan.

    Namun, respons ini dinilai masih kurang memadai oleh Jay Edelson, kuasa hukum keluarga Raine.

    “OpenAI tidak perlu panel ahli untuk mengetahui bahwa ChatGPT 4o berbahaya. Mereka sudah tahu sejak hari pertama produk itu diluncurkan. Sam Altman seharusnya tidak bersembunyi di balik tim PR. Dia harus tegas menyatakan bahwa ChatGPT aman, atau segera menariknya dari pasar,” ujarnya.

  • Horor Penikaman di Restoran Seoul, 3 Orang Tewas

    Horor Penikaman di Restoran Seoul, 3 Orang Tewas

    Seoul

    Serangan penikaman terjadi di sebuah restoran pizza di Seoul, ibu kota Korea Selatan (Korsel), pada Rabu (3/9) waktu setempat. Sedikitnya tiga orang tewas, dengan pelaku penikaman sempat berusaha mengakhiri nyawanya sendiri usai beraksi.

    Serangan penikaman, seperti dilansir AFP, Rabu (3/9/2025), tergolong serangan langka di area ibu kota Korsel yang biasanya aman.

    Keterangan kepolisian setempat menyebut bahwa penikaman itu terjadi di sebuah restoran pizza yang ada di area distrik Gwanak, Seoul. Pelaku penikaman, menurut kepolisian, merupakan sang pemilik restoran tersebut, yang namanya tidak diungkap ke publik.

    Kepolisian setempat mengatakan bahwa pelaku terlibat perselisihan dengan kontraktor, sebelum dia menikam tiga orang dan berupaya melukai dirinya sendiri. Penyebab perselisihan itu tidak diketahui secara jelas.

    Kepolisian Seoul mengatakan dalam pernyataannya bahwa para personelnya dikerahkan sekitar pukul 11.00 waktu setempat setelah menerima aduan telepon yang berbunyi: “Tolong saya, saya ditikam.”

    Ketiga korban, terdiri atas dua laki-laki dan satu perempuan, dilarikan ke rumah sakit setempat, namun kemudian dinyatakan meninggal dunia. Identitas ketiga korban tewas dan hubungannya dengan pelaku belum diungkap oleh pihak kepolisian.

    Menurut pernyataan kepolisian setempat, tersangka penikaman, yang berusia 40-an tahun, sempat “berusaha bunuh diri” di lokasi kejadian namun berhasil dicegah.

    Kepolisian setempat menyatakan mereka berniat untuk menahan tersangka, namun tergantung pada perawatan medis yang dibutuhkannya.

    Serangan penikaman mematikan ini tergolong langka karena terjadi di Korsel, yang secara umum merupakan negara yang sangat aman.

    Menurut data statistik resmi Seoul, tingkat pembunuhan di Korsel mencapai 1,3 per 100.000 orang pada tahun 2021 — jauh di bawah rata-rata global sekitar 6 per 100.000 orang.

    Namun baru-baru ini sejumlah kasus penikaman telah terjadi di negara tersebut, termasuk satu kasus yang melibatkan seorang pria yang menikam tiga polisi pada Mei lalu.

    Tonton juga video “Detik-detik Guru di Morowali Utara Ditikam saat Pimpin Salat Subuh” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Identitas 5 Jenazah yang Terkubur dalam Satu Liang Lahat di Indramayu, Diduga Korban Pembunuhan

    Identitas 5 Jenazah yang Terkubur dalam Satu Liang Lahat di Indramayu, Diduga Korban Pembunuhan

    Pihaknya menyampaikan identitas para korban adalah Sachroni (76), anak kandungnya Budi Awaludin (40), menantunya Euis Juwita Sari (37), serta dua cucu korban yakni Ratu Khairunnisa (7) serta Bela (10 bulan).

    “Saat ini, kami terus mengembangkan penyidikan (terkait kasus temuan lima jenazah),” katanya.

    Sebelumnya, Polres Indramayu mengamankan sejumlah barang bukti berupa satu cangkul, satu ember serta sprei dengan bercak darah.

    Hasil pemeriksaan awal menyebutkan para korban sudah meninggal lebih dari dua hari. Kemudian satu unit mobil pikap milik korban tidak ditemukan, begitu pula dengan telepon genggam.

     

  • Identitas 5 Jenazah yang Terkubur dalam Satu Liang Lahat di Indramayu, Diduga Korban Pembunuhan

    Bau Menyengat dari Belakang Rumah di Indramayu, Lima Jenazah Terkubur Dalam Satu Liang Lahat

    Liputan6.com, Jakarta Lima jenazah sekeluarga ditemukan terkubur dalam satu liang lahat di Kelurahan Paoman, Indramayu, Jawa Barat, Senin (1/9) malam. Kepala Seksi Humas Polres Indramayu AKP Tarno mengatakan, kasus ini terungkap setelah warga sekitar melaporkan adanya bau menyengat dari rumah korban yang sudah beberapa hari tertutup.

    “Setelah diperiksa, di bagian belakang rumah ditemukan gundukan tanah. Saat digali, petugas mendapati lima jenazah yang terkubur (dalam satu liang) terdiri atas tiga orang dewasa dan dua anak-anak,” kata Tarno. Dikutip dari Antara.

    Polisi sudah meminta keterangan dari lima saksi, sedangkan jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Losarang Indramayu guna proses identifikasi dan autopsi.

    “Diperkirakan korban sudah meninggal beberapa hari sebelum ditemukan. Hasil pasti penyebab kematian menunggu hasil autopsi,” ujarnya.

    Ia menjelaskan dari olah tempat kejadian perkara (TKP), sejumlah barang bukti sudah diamankan berupa cangkul, ember kecil, seprai serta terpal berwarna biru yang terdapat bercak darah.

    “Untuk dugaan hilangnya barang-barang milik korban, masih dilakukan pendalaman oleh Satuan Reserse Kriminal Polres Indramayu,” katanya.

    Seorang warga bernama Ami (35) mengaku kaget, saat mengetahui tetangganya ditemukan tewas dalam kondisi terkubur.

    Dia menuturkan sebelum kejadian, sempat terlihat dua mobil pikap berhenti di depan rumah korban, Sabtu (30/08/2025) dini hari. Hal itu menimbulkan dugaan peristiwa ini telah terjadi tiga hingga empat hari sebelum jenazah ditemukan.

    Menurutnya, jasad para korban ditemukan dalam satu liang di dekat pohon nangka yang berada di bagian dalam rumah.

    “Katanya perampokan. Korbannya ada lima orang, terdiri dari bapak, ibu, bapak mertua, anak kecil, dan bayi umur delapan bulan,” kata Ami.

    Pihak keluarga meminta polisi mengusut tuntas kasus ini. Nikko Hadimulya, kerabat korban, mengatakan pihak keluarga menyerahkan sepenuhnya penanganan perkara ini kepada kepolisian dan percaya penyidik mampu mengungkap kasus tersebut.

    “Saya ponakan korban. Semoga kasus ini bisa segera terungkap dan pelaku bisa ditangkap serta dihukum seberat-beratnya,” ucap Nikko.

    Pihak keluarga menduga kasus ini merupakan peristiwa pembunuhan, karena kelima korban ditemukan terkubur dalam satu lubang.