Kasus: pembunuhan

  • Menghasilkan Uang dari Penjara

    Menghasilkan Uang dari Penjara

    Jakarta

    Kriminalitas mungkin tidak menguntungkan tetapi penjara bisa jadi. Di balik jeruji besi dan tembok serta gerbang yang kokoh, ada kegiatan ekonomi yang berkembang pesat. Siapa yang benar-benar diuntungkan?

    Pemerintah di seluruh dunia menghabiskan triliun rupiah setiap tahunnya untuk menahan lebih dari 11,5 juta orang di penjara — sebagian besarnya adalah pria.

    Kisaran biaya yang dihabiskan tidak dapat dipastikan, tetapi di Amerika Serikat, negara dengan jumlah tahanan terbanyak di dunia, anggaran penjara mencapai $80,7 miliar (Rp 1.324 triliun) per tahun. Jika dibandingkan negara lainnya, Brasil sekitar $4 miliar (Rp 65 triliun) dan India, dengan jumlah tahanan penjara terbesar keempat di dunia, menghabiskan hampir $1 miliar (Rp 16 triliun).

    Perusahaan swasta di banyak negara meraup keuntungan dari penahanan-penahanan tersebut, mulai dari pembangunan sel hingga penjualan panggilan telepon. Di dalam penjara, sindikat kejahatan terorganisir mengendalikan ‘kerajaan’ barang selundupan dan melakukan praktik pemerasan. Sedangkan narapidana, di saat yang sama berjuang bertahan hidup dalam dalam ekonomi bawah tanah saat mie instan jadi mata uang dan upah kerja dihargai beberapa sen per jam.

    Selain tingkat rehabilitasi yang rendah, pemerintah juga gagal mengatasi krisis lainnya yang semakin parah, penjara yang terlalu padat. Penal Reform International melaporkan bahwa 155 negara memiliki penjara yang melebihi kapasitas maksimumnya. 11 negara melebihi batas kapasitasnya hingga lebih dari dua kali lipat. Fasilitas di Kongo, Kamboja, dan Filipina beroperasi dengan tingkat hunian 300% hingga 600%.

    Ambil untung dari mereka yang dihukum

    Sejak 1980-an, sektor swasta mulai mengelola penjara di negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Meksiko, dan Brasil. Sebagian besar negara di Eropa, Asia, dan Afrika menolak privatisasi demi menjaga akuntabilitas publik.

    Pemerintah AS menghabiskan lebih dari $3,9 miliar (Rp 63,9 triliun) per tahun untuk penjara yang dikelola swasta. Perusahaan-perusahaan ini meraup lebih banyak untung dari layanan seperti makanan, kesehatan, dan telekomunikasi para tahanan.

    Harga barang kebutuhan di dalam penjara bisa naik hingga 600% dan keluarga tahanan perlu membayar biaya telepon berdurasi 15 menit berkisar $16 (Rp 260 ribu).

    Di India, seluruh penjara dikelola negara. Di Brasil, skema “bayar per tahanan” mendorong operator swasta seperti Umanizzare untuk memperbanyak jumlah napi, bukan merehabilitasi, sehingga menyebabkan penumpukan jumlah tahanan dan kekerasan di penjara.

    Salah satu kasus paling tragis adalah kerusuhan penjara tahun 2017 di Manaus yang menewaskan hampir 60 orang. Biaya per tahanan di penjara tersebut dua kali lipat harga rata-rata tahanan secara nasional.

    Perusahaan swasta juga membangun dan mengelola fasilitas, memasok teknologi pengawasan, mengelola program kerja tahanan, dan memindahkan tahanan dari fasilitas penjara dan pengadilan. Demi menekan biaya, mereka sering mengurangi jumlah staf, sehingga pelayanan tahanan pun kualitasnya menurun.

    Namun ada juga contoh sukses, seperti di penjara yang dikelola pengelola asal Inggris, Serco, di Auckland, Selandia Baru, yang mencatat hanya 13,6% mantan napi mengulangi kejahatan dalam dua tahun. Angka ini lebih rendah dari rata-rata 34% di penjara yang dikelola negara, bahkan lebih baik dari Norwegia (20%), yang dijadikan standar global.

    “Perusahaan swasta cenderung menjalankan penjara lebih efisien dibanding negara,” kata Benjamin Lessing, profesor ilmu politik di University of Chicago. “Tapi mereka bukan obat mujarab dan butuh pengawasan ketat.”

    Tetapi penjara milik negara pun tidak bebas dari masalah. Salah satu hakim di New York bahkan mengancam akan mengurangi hukuman seorang napi kasus penipuan pajak agar tidak perlu dikirim ke penjara federal di Brooklyn yang disebutnya “barbar” karena banyak kasus pembunuhan dan penganiayaan berat.

    Jaringan kejahatan di balik tembok penjara

    Di balik sistem formal, terdapat ekonomi gelap yang dikendalikan oleh kelompok kriminal terorganisir. Mereka mengatur perdagangan narkoba, pemerasan, hingga pembunuhan di dalam penjara.

    Di Brasil, geng PCC (Primeiro Comando da Capital) menjual narkoba dengan harga 10–20 kali lipat dari harga jalanan, dan ponsel seharga $1.500(sekitar Rp 25 juta), menghasilkan hingga jutaan dolar per tahunnya.

    Geng-geng terkadang mengelola penjara lebih baik daripada negara. Lessing mengatakan bahwa ketika pemerintah Brasil mencoba menindak geng, hal itu justru menyebabkan tingkat penahanan yang lebih tinggi dan pembangunan lebih banyak penjara. Ironisnya, penjara-penjara baru tersebut juga berada di bawah kendali geng.

    “Geng tersebut awalnya bukan kartel atau mafia,” kata Lessing. “Mereka muncul karena kondisi brutal di penjara. Mereka berinovasi menciptakan tatanan sosial dasar — melarang pemerkosaan, pencurian, dan pemerasan di penjara sambil merasionalisasi kekerasan.”

    Namun, tak semua geng punya “kode etik”. Di El Salvador, geng MS-13 memeras pedagang dan sopir taksi dari dalam penjara. Di AS, geng Aryan Brotherhood menguasai perdagangan narkoba dan makanan penjara.

    Di India, penjara seperti Tihar (Delhi) dan Sabarmati (Gujarat) menjadi pusat kejahatan terorganisir, mulai dari pembunuhan bayaran hingga penyelundupan narkoba dan pencucian uang.

    Bertahan hidup di penjara: pasar kebutuhan dan sistem pinjam brutal

    Karena kepadatan penjara yang ekstrem, napi membentuk pasar informal didorong oleh kebutuhan. Makanan instan, sabun, dan rokok jadi mata uang. Sistem pinjam brutal berlaku: ambil satu, bayar dua atau tiga. Dikenal sebagai “double bubble”, sistem ini menciptakan lingkaran utang dan kekerasan.

    Napi miskin sering harus berjualan narkoba atau jadi kurir demi bertahan. Keluarga mereka kadang dipaksa menyelundupkan barang lewat tubuh atau melunasi utang utang.

    Di Brasil, napi biasanya adalah laki-laki muda, miskin, tidak berkulit putih dan berasal dari favela (wilayah pinggiran). Ia mungkin tak ingin bergabung dengan geng, tapi tetap mengikuti aturannya. Saat bebas, ia punya koneksi untuk memulai bisnis narkoba. “Inilah cara geng membawa kekuasaan mereka kembali ke jalanan,” jelas Lessing kepada DW.

    Kerja napi digunakan untuk menekan beban operasional. Napi di AS dibayar $1–$4 (Rp 16-65 ribu) per hari untuk bekerja di dapur, membersihkan penjara, dan mencuci baju. Di India $0,10 (Rp 1,6 ribu) per hari sedang di Brasil napi mendapat bayaran 75% dari upah minimum (sekitar Rp 160 ribu) per hari.

    Sementara itu, keluarga napi di AS menghabiskan $2,9 miliar (Rp 47,5 triliun) per tahun hanya untuk makanan, telepon, dan biaya lain selama masa hukuman. Mereka juga sering dibebani biaya sidang, denda, atau ganti rugi.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    Lihat juga Video: Bakal Ada Perumahan di Atas Lahan Penjara, Minat?

    (ita/ita)

  • Peran Oknum TNI di Kasus Pembunuhan Kacab BRI, Beri Iming-iming Duit Rp100 Juta

    Peran Oknum TNI di Kasus Pembunuhan Kacab BRI, Beri Iming-iming Duit Rp100 Juta

    Bisnis.com, JAKARTA — Pomdam Jaya mengungkapkan peran dua oknum prajurit TNI dalam kasus penculikan dan pembunuhan terhadap Kepala KCP Bank BRI di Jakarta Pusat, MIP (37). 

    Danpomdam Jaya Kolonel CPM Donny Agus mengatakan dua prajurit TNI tersebut, yang kini jadi tersangka, memberikan iming-iming uang Rp100 juta kepada pelaku lain. Uang tersebut diperoleh dari usai pihaknya melakukan pemeriksaan terhadap saksi dalam perkara ini.

    “Terkait berapa uang yang dijanjikan Kopda FH dan Serka N ini untuk melakukan perbuatan tersebut berdasarkan hasil keterangan saksi dijanjikan nominal 100 juta, kalau bahasanya silahkan diatur,” ujar Donny di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).

    Dia menjelaskan keterlibatan anggota TNI dalam perkara ini dimulai saat salah satu otak penculikan berinisial JP menemui Serka N di kediamannya pada (17/8/2025).

    Dalam pertemuan itu, JP menawarkan pekerjaan untuk menjemput paksa seseorang untuk dihadapkan kepada bosnya Dwi Hartono (DH). Keesokan harinya, Sersan K menghubungi Kopda FH untuk terlibat dalam penculikan ini.

    “Saudara JP menjelaskan kepada Kopda F tentang pekerjaan yang akan dilakukan dan pekerjaan tersebut ada imbalannya,” imbuhnya.

    Setelah itu, Kopda FH menyatakan untuk menerima masukan tawaran tersebut dan langsung mencari tim penjemputan paksa atau penculikan.

    Awalnya, Kopda FH meminta uang operasional Rp5 juta ke Serka K. Kemudian, JP juga menyerahkan uang tunai Rp95 juta ke Serka N pada (20/8/2025). Dari Serka N, uang tersebut diberikan kepada Kopda FH.

    Setelah itu, Kopda FH telah menemukan lima orang untuk melakukan penculikan terhadap Kepala KCP Bank BRI MIP. Singkatnya, Kacab BRI itu diculik di parkiran Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur pada (20/8/2025)

    Setelah diculik, Kopda FH menghubungi JP untuk menanyakan tim penjemputan. Namun, tim penjemputan itu tak kunjung datang. Alhasil, Kopda FH sempat melakukan pengancaman terhadap JP apabila tak ada penjemputan maka korban bakal diturunkan di tengah jalan.

    Setelah itu, JP langsung turun langsung untuk melakukan penjemputan bersama dengan Serka N dengan membawa Fortuner. Korban kemudian dialihkan ke mobil Fortuner. Di dalam Fortuner ini korban telah mengalami penganiayaan.

    Di perjalanan, Kacab BRI sempat melakukan perlawanan. Namun, Serka N ikut menahan korban agar tidak memberontak. 

    Adapun, JP dan Serjan N masih menunggu Dwi Hartono terkait penjemputan untuk dibawa ke safe house untuk melakukan pemindahan dana dari rekening dormant.

    Singkatnya, korban telah terkapar lemas, sementara tim penjemputan tak kunjung datang. Akhirnya, JP dan Serka N telah sepakat untuk meninggalkan korban di area sawah di Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi.

    “Dan setelah korban diletakkan di tempat tersebut, selanjutnya serka N saudara Jp dan saudara D pergi meninggalkan korban di persawahan tersebut,” tutur Donny.

    Dalam hal ini, Donny menyatakan bahwa pihaknya telah menetapkan terhadap Serka N dan Kopda FH. Adapun, dua oknum TNI itu tergabung dalam satuan Kopassus.

    “Selain dua orang tersebut, kami juga sudah melakukan penyitaan uang sejumlah Rp40 juta dari kopda F dan uang tersebut diduga dari hasil tindak pidana yang dilakukan,” pungkas Donny.

  • Pembunuh Perempuan di Ciracas Dititipkan ke Panti Sosial Handayani
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 September 2025

    Pembunuh Perempuan di Ciracas Dititipkan ke Panti Sosial Handayani Megapolitan 16 September 2025

    Pembunuh Perempuan di Ciracas Dititipkan ke Panti Sosial Handayani
    Tim Redaksi
    JAKARTA,KOMPAS.com –
    Polres Metro Jakarta Timur menitipkan FF (16), pelaku pembunuhan perempuan berinisial IM (23), ke Panti Sosial Handayani, Cipayung, Jakarta Timur.
    “Ya, kita titipkan di sana (Sentra Handayani), di sana juga dia mendapatkan hak-haknya dia sebagai anak,” ucap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Dicky Fertoffan di Polres Metro Jakarta Timur, Selasa (16/9/2025).
    Dicky memastikan FF tetap bisa melanjutkan pendidikan meski sedang menjalani proses hukum.
    “Sekolah, akses pendidikannya tetap jalan, masih bisa mengikuti pelajaran, tapi secara online,” kata Dicky.
    Ia menjelaskan, motif FF membunuh IM yang merupakan kekasihnya dipicu rasa cemburu setelah melihat foto pria lain di ponsel korban.
    “Kemungkinan besar memang terjadinya spontanitas. Yaitu adanya kecemburuan yang terjadi antara kedua belah pihak ini,” jelasnya.
    Atas perbuatannya, FF dijerat Pasal 338 dan/atau Pasal 351 ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara.
    Sebelumnya, IM ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (12/9/2025) malam. Korban pertama kali diketahui oleh teman kosnya.
    Pemilik kos, Sarif Hidayat (50), menuturkan bahwa saat itu pintu kamar tidak dikunci. Namun, ketika diketuk dan dicek, korban sudah tertutup selimut dan menggunakan daster.
    “Ketika pulang kerja, ini kondisi pintu tutup, terus digedor-gedor itu, ternyata terbuka (enggak dikunci), setelah dicek korban tertutup selimut dan menggunakan daster,” ujar Sarif.
    Sarif menyebutkan, ujung kaki korban sudah membiru saat ditemukan. Ia segera melaporkan kejadian tersebut kepada ketua RT setempat.
    “Saya ketika lihat ujung kaki ini ada pada bingung semua, saya langsung upload ke pak RT untuk ditindaklanjuti,” jelasnya.
    Sarif menambahkan, korban merupakan perantau asal Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang telah tinggal di indekos tersebut sejak 2023.
    “Tapi dikenal sopan, kerja di Mall kawasan Cijantung, tapi saya enggak tahu di toko mana. Kalau pacarnya saya enggak kenal,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Keluarga Desak Polisi Ungkap Motif Kasus Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 September 2025

    Keluarga Desak Polisi Ungkap Motif Kasus Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN Megapolitan 16 September 2025

    Keluarga Desak Polisi Ungkap Motif Kasus Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Keluarga Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN bernama Mohamad Ilham Pradipta (37), meminta polisi segera mengungkap motif di balik penculikan dan pembunuhan yang menimpa Ilham.
    Pengacara keluarga Ilham, Boyamin Saiman, mengatakan, hingga kini polisi belum menyampaikan motif para pelaku penculikan dan pembunuhan Ilham. Ia berharap Polda Metro Jaya segera menjelaskan hal tersebut.
    “Belum menyampaikan motif, (semoga) segera. Karena untuk kita tentukan langkah dan advokasi yang dibutuhkan,” kata Boyamin saat dikonfirmasi, Selasa (16/9/2025).
    Boyamin menambahkan, dalam waktu dekat keluarga Ilham akan dipanggil untuk memberikan keterangan kepada Polda Metro Jaya dan Pomdam Jaya.
    “Belum dimintai keterangan, karena kita masih berduka, masih diatur waktu yang pas minggu ini atau minggu depan,” ujar Boyamin.
    Sebelumnya, Mohamad Ilham Pradipta ditemukan tewas di area persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada Kamis (21/8/2025) sekitar pukul 05.30 WIB.
    Mayat korban pertama kali ditemukan oleh seorang warga yang sedang menggembala sapi. Saat ditemukan, korban dalam kondisi tangan dan kaki terikat serta mata tertutup lakban.
    Setelah itu, warga melapor ke perangkat desa dan aparat kepolisian. Polisi kemudian mendatangi lokasi dan melakukan olah TKP.
    Belakangan diketahui, korban sebelumnya diculik dari sebuah supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, sebelum jasadnya dibuang ke persawahan Bekasi.
    Rekaman CCTV yang diterima
    Kompas.com
    , korban terlihat mengenakan kemeja batik cokelat lengan pendek dan celana panjang krem. Ia berjalan sambil menutupi kepala dengan tangan kiri untuk menghindari hujan di area parkir supermarket.
    Saat hendak membuka pintu mobil berwarna hitam, tiba-tiba beberapa orang keluar dari mobil putih yang terparkir di sebelahnya.
    Korban sempat melawan, namun kemudian dipaksa masuk ke dalam mobil putih tersebut. Mobil itu langsung melaju meninggalkan area parkir, sementara seorang saksi yang melihat kejadian tidak sempat berbuat banyak karena kendaraan pelaku keburu tancap gas.
    Komandan Pomdam Jaya, Donny Agus Priyanto, menegaskan ada keterlibatan prajurit TNI dalam kasus ini.
    Kini, penyidikan terus berjalan untuk mengungkap aktor lain yang turut terlibat dalam penculikan dan pembunuhan tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polda Metro Jaya Buru Satu DPO di Kasus Pembunuhan Kacab BRI

    Polda Metro Jaya Buru Satu DPO di Kasus Pembunuhan Kacab BRI

    Bisnis.com, JAKARTA — Polda Metro Jaya tengah memburu satu pelaku dalam kasus penculikan dan pembunuhan Kepala KCP Bank BRI di Jakarta Pusat, MIP (37).

    Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya menyampaikan sosok yang telah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) itu berinisial EG.

    “Dari kasus tersebut masih ada satu orang yang belum tertangkap dan kami tetapkan sebagai DPO dengan inisial EG,” ujar Wira di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).

    Wira menambahkan EG merupakan pelaku yang berperan membuntuti MIP bersama dengan empat pelaku pembuntutan lainnya yaitu AW, EWH, RS dan AS.

    “Ini perannya adalah sebagai tim masuk dalam kategori klaster 4, yang di mana ikut membuntuti korban,” pungkasnya.

    Sekadar informasi, kepolisian telah menetapkan 15 tersangka dalam kasus ini termasuk, Dwi Hartono. Belasan orang itu dikelompokkan berdasarkan perannya. Misalnya, ada kelompok aktor intelektual. Kemudian, tiga lainnya adalah klaster pembuntutan, penculikan, dan eksekusi hingga mengakibatkan korban meninggal dunia.

    Adapun, oknum prajurit TNI dari satuan Kopassus yakni Sersan K dan Kopda FH juga ikut terseret dalam perkara ini. Sersan K masuk dalam klaster eksekutor dan Kopda FH yang masuk dalam klaster penculikan.

    Dalam catatan Bisnis, penculikan Kepala KCP Bank BUMN ini terjadi di parkiran Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur pada (20/8/2025). 

    Keesokan harinya, mayat MIP ditemukan di Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi pada Kamis (22/8) sekitar 05.30 WIB. Jenazah kemudian ditemukan dalam keadaan kaki dan tangan terikat, serta mata dilakban. 

  • Awal Mula Kacab BRI jadi Target Penculikan, dari Kartu Nama hingga Pembuntutan

    Awal Mula Kacab BRI jadi Target Penculikan, dari Kartu Nama hingga Pembuntutan

    Bisnis.com, JAKARTA — Polda Metro Jaya menjelaskan alasan Kepala KCP Bank BRI di Jakarta pusat, MIP (37) menjadi target penculikan dan pembunuhan.

    Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra mengatakan motif dari aktor intelektual melakukan penculikan dan pembunuhan ini karena berkaitan dengan rekening dormant.

    Mulanya, C alias K merupakan wiraswasta menemui pengusaha bimbel Dwi Hartono (DH) dengan tujuan membicarakan soal rekening dormant. Informasi data rekening dormant itu diperoleh C dari rekannya berinisial S.

    Selanjutnya, uang dari rekening dormant sejumlah bank itu bakal dipindahkan ke rekening penampungan yang telah disiapkan. Namun, untuk memuluskan rencananya itu, pelaku harus mengantongi keputusan dari kepala bank.

    “Namun, untuk melaksanakan hal tersebut memerlukan persetujuan atau otoritas kepala bank,” ujar Wira di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).

    Setelah itu, C dan DH mulai mencari kepala cabang suatu bank untuk bisa diajak kerja sama untuk memindahkan uang dari rekening dormant itu.

    Namun, C mengakui bahwa upaya untuk mendekati kepala cabang ini selalu gagal. Hal tersebut disampaikan kepada tersangka DH dan AAM pada (20/7/2025).

    Dalam pertemuan itu, C menyampaikan solusi agar pencairan rekening dormant itu bisa dilakukan melalui dua metode yakni ancaman kekerasan. Pertama diancam dan korban dilepaskan, kedua diancam dan korban dihilangkan atau dibunuh.

    “Kemudian, opsi yang kedua, melakukan pemaksaan dengan kekerasan dan atau ancaman kekerasan dan apabila berhasil, maka korban akan dihilangkan atau dalam arti kata, korban akan dibunuh,” imbuhnya.

    Lebih jauh, Wira menyatakan MIP terpilih menjadi target dalam operasi ini lantaran Dwi Hartono mengaku bahwa nama tersebut muncul karena ada salah satu rekannya yang memberikan kartu nama korban.

    “Kenapa kacab ini dipilih karena berdasarkan keterangan dari saudara DH ini merupakan salah satu orang yang mencari, dan dia juga minta kepada temannya kira-kira apakah ada kenalan kacab bank. Temannya hanya memberikan kartu nama sehingga dari situ dilakukan pembuntutan,” pungkas Wira.

  • Motif Pembunuhan Kepala Cabang Bank: Rencana Jahat Pindahkan Rekening Dormant ke Penampung – Page 3

    Motif Pembunuhan Kepala Cabang Bank: Rencana Jahat Pindahkan Rekening Dormant ke Penampung – Page 3

    Wira mengatakan, avanza putih yang disiapkan menunggu. Begitu korban menuju mobilnya, komplotan E, R, B, dan A menyergap. MIP ditarik paksa, diikat, dilakban, lalu dimasukkan ke dalam Avanza.

    “Di mana didalam penculikan tersebut kelima pelaku menggunakan Avanza putih. Ini terekam CCTV,” kata dia.

    Malam harinya, lanjut Wira, sekitar pukul 21.00 WIB, korban dipindahkan ke mobil Fortuner hitam di kawasan Kemayoran.

    Di mobil itulah, ia berada dalam kekuasaan JP, M, U, dan D. Rencananya, korban akan dibawa ke safe house untuk dipaksa memindahkan dari rekening dormant ke rekening penampung. Namun tim penjemput yang dijanjikan C alias K tak kunjung datang. Sementara kondisi korban semakin lemah.

    Akhirnya dibuang di kawasan Serang Baru, Cikarang. Tubuhnya dibiarkan tergeletak, masih terikat.

    “Karena tim penjemput tidak kunjung datang, sedangkan pada saat itu korban kondisi sudah dalam keadaan lemas. Akhirnya korban dibuang di Serang Baru, Cikarang dalam keadaan kondisi kaki masih terikat dan mulut dalam kondisi terlakban,” ucap

    Keesokan harinya, 21 Agustus 2025, warga melapor ke Polsek Cikarang. Polisi menemukan jasad MIP, dan hasil visum sementara menunjukkan ia meninggal akibat kekerasan benda tumpul yang menekan leher, membuat saluran napas dan pembuluh nadi besar tersumbat.

    “Kami sudah dapati hasil visum et repertum di mana korban meninggal akibat kekerasan benda tumpul pada leher yang menekan jalan nafas dan pembuluh nadi besar sehingga menyebabkan mati lemas namun hasil tersebut belum final. Karena kami masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi,” ujar dia.

    Penyelidikan dilakukan. Hasilnya, polisi berhasil meringkus 15 orang. Mereka dibagi dalam empat klaster otak perencana, eksekutor penculikan, penganiaya yang menyebabkan korban tewas, dan tim surveillans yang membuntuti.

  • Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN: 15 Tersangka, Termasuk Prajurit TNI dan Tim IT
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 September 2025

    Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN: 15 Tersangka, Termasuk Prajurit TNI dan Tim IT Megapolitan 16 September 2025

    Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN: 15 Tersangka, Termasuk Prajurit TNI dan Tim IT
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37), terus bergulir.
    Hingga kini, penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah menetapkan 15 orang tersangka yang terbagi dalam empat klaster peran.
    Sejumlah tersangka itu berperan mulai dari aktor intelektual, pengintai, penculik sekaligus eksekutor, hingga pembuang jasad korban.
    Para tersangka ini tidak hanya berasal dari kalangan sipil, tetapi juga melibatkan dua prajurit TNI Angkatan Darat berinisial Serka N dan Kopda FH.
    Keduanya telah ditetapkan sebagai tersangka dan kini ditahan oleh Polisi Militer Kodam Jaya.
    “Menetapkan dua orang tersangka atas nama Serka N dan Kopda F,” kata Komandan Polisi Militer Kodam Jaya Kolonel Corps Polisi Militer (Cpm) Donny Agus Priyanto dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).
    Dari tangan Kopda FH, penyidik menyita uang Rp 40 juta yang diduga terkait hasil tindak pidana.
    Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra mengatakan, motif pembunuhan Ilham berkaitan dengan rencana pemindahan dana dari rekening dormant ke rekening penampungan.
    Rencana tersebut digagas oleh C alias Ken yang kemudian menggandeng Dwi Hartono sejak Juni 2025.
    Ken bahkan menyiapkan tim IT untuk melaksanakan aksinya, namun tetap memerlukan otorisasi dari pihak kepala bank agar bisa terealisasi.
    “Para pelaku atau tersangka berencana melakukan pemindahan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang telah dipersiapkan,” ujar Wira, Selasa (16/9/2025).
    Dalam struktur peran, Dwi Hartono bersama C alias Ken, YJ, dan AA masuk dalam klaster aktor intelektual.
    Klaster penculik diisi oleh Eras, RS, AT, dan RAH. Sementara E alias Eka, W alias Wiranto, dan Rohmat Sukur masuk klaster pengintai.
    Identitas lima tersangka lainnya masih belum diungkap penyidik.
    Berdasarkan pantauan Kompas.com, kelima belas tersangka dihadirkan dalam rilis kasus di Polda Metro Jaya.
    Mereka mengenakan kemeja tahanan berwarna oranye berlengan pendek dengan celana pendek senada.
    Kedua tangan tampak terikat kabel ties merah dan diarahkan ke depan.
    Para tersangka berdiri berjajar dengan kepala tertunduk. Mereka tidak menghadap kamera wartawan, melainkan menghadap dinding.
    Salah satu yang menjadi sorotan adalah motivator sekaligus pemilik bimbingan belajar, Dwi Hartono, yang hanya bisa menundukkan wajah lesu sambil mengadu-adukan kedua tangannya.
    Tak satu pun tersangka memberikan jawaban saat awak media mencoba melontarkan pertanyaan. Mereka hanya terdiam dengan ekspresi muram di hadapan aparat.
    Adapun Ilham sendiri diculik di parkiran sebuah supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (20/8/2025).
    Sehari setelahnya, jasad korban ditemukan di persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, dalam kondisi tangan dan kaki terikat serta mata dilakban.
    (Reporter: Baharudin Al Farisi | Editor: Akhdi Martin Pratama)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN: 15 Tersangka, Termasuk Prajurit TNI dan Tim IT
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 September 2025

    Ini Peran 15 Tersangka Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN Megapolitan 16 September 2025

    Ini Peran 15 Tersangka Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN
    Tim Redaksi
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Polda Metro Jaya mengungkapkan peran 15 tersangka dalam kasus penculikan yang mengakibatkan meninggal dunia terhadap Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN bernama Mohamad Ilham Pradipta (37).
    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra mengatakan, 15 pelaku ini terbagi menjadi empat klaster.
    “Dari 15 tersangka tersebut kami membagikan menjadi 4 kategori klaster,” ujar Wira dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).
    Klaster pertama adalah aktor intelektual atau otak dari penculikan terhadap kacab bank BUMN. Berikut para tersangka dalam klaster ini:
    1. C alias Ken berperan dalam mengatur, merancang rencana, serta menyiapkan tim IT untuk memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan.
    2. Dwi Hartono (DH) berperan mencari tim penculik, menyiapkan tim untuk membuntuti korban, merencanakan aksi, serta memberikan Rp 60 juta kepada JP untuk biaya operasional.
    3. AAM berperan merencanakan penculikan korban dan menyiapkan tim membuntuti korban.
    4. JP berperan menyiapkan tim eksekutor bersama N, ikut membuang korban di Cikarang bersama N, mengoordinasikan serta mengawasi proses pembuntutan hingga penculikan, serta memberikan uang Rp 150 juta kepada N untuk operasional.
    Ada lima orang yang masuk klaster ini. Berikut daftarnya:
    1. Eras berperan memaksa korban masuk ke mobil para penculik, melakukan penganiayaan, serta melilitkan lakban dan mengikat tangan korban. Ia menerima Rp 45 juta dari Kopda FH, tersangka yang tengah diusut Pomdam Jaya, lalu membagikan uang tersebut kepada empat rekannya masing-masing Rp 8 juta.
    2. REH berperan membantu Eras memegangi korban dari belakang.
    3. RS berperan membantu Eras memegangi korban dari sisi kanan.
    4. AT berperan membantu Eras memasukkan korban secara paksa ke dalam mobil Avanza putih yang digunakan penculik dan memegangi korban dari kiri
    5. EWB yang berperan sebagai sopir mobil penculik.
    Ada juga tersangka dari oknum TNI dalam klaster ini. Penanganan perkaranya oleh Pomdam Jaya.
    Ada tiga orang yang terlibat di klaster ini, yakni:
    1. JP, yang juga menjadi salah satu otak perencana, ikut menganiaya dan membuang korban.
    2. MU berperan sebagai sopir mobil Fortuner hitam yang digunakan untuk menganiaya dan membuang korban ke Bekasi.
    3. DS berperan sebagai sopir mobil Fortuner hitam yang digunakan untuk menganiaya dan membuang korban ke Bekasi..
    Ada juga tersangka dari oknum TNI dalam klaster ini, yakni Serka N. Penanganan perkaranya oleh Pomdam Jaya.
    Ada empat tersangka dalam klaster ini yang sudah ditangkap, yakni sebagai berikut:
    1. AW
    2. EWH
    3. RS
    4. AS.
    “Dari kasus tersebut, masih ada satu orang yang belum tertangkap dan kami tetapkan sebagai DPO dengan inisial EG. Ini perannya adalah sebagai tim yang masuk dalam kategori klaster empat, ikut membuntuti korban,” ujar Wira.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Terkuak! 2 Oknum Anggota Kopassus TNI Terlibat Pembunuhan Kacab BRI

    Terkuak! 2 Oknum Anggota Kopassus TNI Terlibat Pembunuhan Kacab BRI

    Bisnis.com, JAKARTA — Polisi Militer Kodam Jaya (Pomdam Jaya) mengemukakan dua oknum TNI yang terlibat dalam kasus pembunuhan dan penculikan KCP Bank BRI, MIP (35) berasal dari satuan Kopassus.

    Dua oknum TNI itu adalah Sersan Kepala (Serka) berinisial N dan Kopral Dua (Kopda) dengan inisial FH.

    “Terkait satuan [keduanya] ini detasemen Markas Kopassus,” kata Danpomdam Jaya, Kolonel CPM Donny Agus saat di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).

    Dia menambahkan, dua oknum prajurit dari satuan elite TNI AD itu juga sempat dicari oleh satuannya itu lantaran tidak hadir tanpa izin dinas saat peristiwa penculikan itu.

    “”[Di lain sisi] Serka N dan Kopda FH sedang dicari satuannya [saat kejadian],” imbuhnya.

    Adapun, berdasarkan perannya Serka N masuk dalam klaster eksekutor Kacab BRI MIP, sementara Kopda FH masuk dalam klaster penculikan. 

    Lebih jauh, tersangka FH merupakan perantara dengan lima tersangka penculikan yakni EW alias Eras dkk. FH menerima tugas itu lantaran diiming-imingi sejumlah uang.

    Sekadar informasi, kepolisian telah menetapkan 15 tersangka dalam kasus ini termasuk, Dwi Hartono. Sementara untuk dua oknum TNI itu telah ditetapkan tersangka oleh Pomdam Jaya.

    Belasan orang itu dikelompokkan berdasarkan perannya. Misalnya, ada kelompok aktor intelektual. Kemudian, tiga lainnya adalah klaster pembuntutan, penculikan, dan eksekusi hingga mengakibatkan korban meninggal dunia.

    Adapun, penculikan Kepala KCP Bank BUMN ini terjadi di parkiran Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur pada (20/8/2025).

    Keesokan harinya, mayat MIP ditemukan di Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi pada Kamis (22/8/2025) sekitar 05.30 WIB. Jenazah itu ditemukan dalam kaki dan tangan terikat, serta mata dilakban.