Kasus: pembunuhan

  • Ibu Kandung Korban Pembunuhan Desak Polres Sampang Tangkap Tersangka

    Ibu Kandung Korban Pembunuhan Desak Polres Sampang Tangkap Tersangka

    Sampang (beritajatim.com) – Dua dari tiga orang tersangka pembunuhan terhadap Muhammad Razak, yang terjadi di perbukitan Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, (6/6/2023) lalu, sampai saat ini masih bebas berkeliaran. Sementara hanya satu yang diamankan oleh polisi.

    Hal itu terbongkar saat Hj Zainab ibu kandung dari korban (Muhammad Razak red) mendatangi Polres Sampang. “Tangkap tersangka yang masih berkeliaran, karena mereka sudah membunuh anak saya secara kejam,” kata Zainab usai melakukan audiensi dengan polisi, Kamis (14/9/2023).

    Saat dikonfirmasi, Kasat Reskrim Polres Sampang AKP Sukaca mengatakan, pihaknya secara masih melakukan koordinasi dengan tim opsnal dari luar wilayah Sampang.

    “Kalau sudah terdeteksi, kami pastikan akan ditangkap,” tegas AKP Sukaca.

    Baca Juga: Ditinggal ke Sawah, Toko Sembako di Menganti Gresik Terbakar

    Ia menjelaskan, dua pelaku yang menjadi DPO tersebut adalah inisial S dan B. Keduanya merupakan eksekutor dalam pembunuhan yang terjadi di Ketapang, Sampang.

    “Minta doa dan kerjasamanya agar kedua DPO ini segera ditangkap,” pungkasnya.

    Seperti yang diberitakan sebelumnya, polisi mendatangi bukit Dusun Kembang Timur, Desa Ketapang Timur, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, untuk melakukan pembongkaran kuburan diduga korban pembunuhan.

    Alhasil, identitas mayat di dalam makam tersebut terkuak yakni Mohammad Razek (34), asal Dusun Durgang, Desa Masaran, Kecamatan Banyuates, yang sebelumnya dilaporkan hilang oleh istrinya Sumaideh, pada pukul 16.30 WIB, Senin (5/6/2023).

    Baca Juga: Gangguan BAB Penyumbang Signifikan Kematian Bayi Indonesia

    “Sosok pria yang ditemukan terkubur tersebut memang orang yang dicari oleh pihak pelapor,” terang Kasi Humas Polres Sampang Ipda Sujianto, Rabu (7/6/2023).

    Ia menambahkan, korban diduga dibunuh oleh sekelompok orang kemudian dikubur di lahan kosong milik warga di kawasan perbukitan. Dari hasil pengembangan lalu polisi menetapkan tiga orang tersangka dan satu berhasil diamankan. [sar/ian]

  • Devi Athok Kecewa Putusan Tidak Ada Unsur Pembunuhan di Tragedi Kanjuruhan

    Devi Athok Kecewa Putusan Tidak Ada Unsur Pembunuhan di Tragedi Kanjuruhan

    Malang (beritajatim.com) – Tidak adanya unsur pembunuhan yang terpenuhi dalam gelar perkara khusus Tragedi Kanjuruhan, membuat Devi Athok merasa kecewa berat.

    “Tanggapan kami sangat kecewa dan keluarga korban yang masih berjuang di kedalian ini, sangat didzolimi,” tegas Devi Athok, Jumat (8/9/2023) sore pada media.

    Devi Atok merupakan pelapor dalam Laporan Model B di Polres Malang. Devi Athok merupakan ayah kandung dua orang suporter Arema yang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu.

    “Alasan tidak memenuhi pasal pembunuhan dan pembunuhan berencana yakni pasal 338 dan pasal 340, sangat mengecewakan kami,” ujar Devi.

    Devi yang ikut gelar perkara khusus Tragedi Kanjuruhan pada Jumat (1/9/2023) lalu, mengaku, sudah ada unsur pembunuhan dengan menembakan gas air mata.

    “Gas air mata warna merah, untuk perang, sudah tidak sesuai kenyataan yang ada. Bahwa gas air mata yang katanya tidak membahayakan dikatakan penyidik, sudah membodohi kita, mereka beralibi tidak ada sangkut paut dengan aparat bahwa alasan suporter dan penonton yang rusuh,” tutur Devi.

    BACA JUGA:

    Polres Malang Pastikan Tak Ada Unsur Pembunuhan di Tragedi Kanjuruhan

    Devi bilang, alasan penonton dan suporter yang rusuh hanyalah alibi penyidik. “Banyak sekali hal hal yang menyesatkan bagi keluarga korban dan praktisi hukum. Mereka tidak mau memproses teman teman mereka sesama Polisi. Saya sangar menolak dan tidak sepakat karena Polres Kepanjen menghentikan laporan model B kami,” pungkas Devi Athok. [yog/but]

  • Tragedi Kanjuruhan Tidak Ada Pembunuhan, Kuasa Hukum Tolak Setuju

    Tragedi Kanjuruhan Tidak Ada Pembunuhan, Kuasa Hukum Tolak Setuju

    Malang (beritajatim.com) – Polres Malang memastikan tidak ada unsur pembunuhan dan pembunuhan berencana dalam Tragedi Kanjuruhan. Menanggapi hal ini, Kuasa Hukum Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan, Imam Hidayat mengatakan bahwa penyelidikan Tragedi Kanjuruhan atas Laporan Model B dihentikan belum memenuhi unsur di pasal 338 dan pasal 340, tidak bisa diterima.

    “Sebagai advokat, keluarga korban tidak bisa menerima itu pada waktu gelar perkara khusus juga sudah kami sampaikan beberapa hal. Proses ini seharusnya sudah bisa naik ke penyidikan karena memang hanya perlu dua alat bukti dan calon tersangka unsur unsur perbuatan melawan hukum di pasal 338, sudah disampaikan. Bahwa petugas membawa gas air mata sudah melanggar aturan FIFA, kemudian niat kesengajaan sadar akan kemungkinan penambakan gas air mata di tribun,” tegas Imam, Jumat (8/9/2023) sore.

    Imam menjelaskan, menembakkan gas air mata secara sadar ke tribun penonton, hal itu jelas bisa mengakibatkan seseorang meninggal dunia.

    “Dan faktanya tidak semua korban Tragedi Kanjuruhan mati di pintu 13, terinjak-injak. Tetapi banyak di tribun berdiri kemudian hasil otopsi dari dokter Nabil bahwa, tidak terdapat residu gas air mata pada kedua anak pak Devi Athok tersebut, saya sangkal di gelar perkara,” ujarnya.

    Imam menjelaskan, dalam foto kematian korban jelas keluar busa. “Semua saksi di progres penyidik Polres Malang menyatakan anak yang meninggal, cirinya sama, mukanya menghitam, biru merah, artinya mereka itu diakibatkan gas air mata,” tegas Imam.

    BACA JUGA:

    “Dengan penghentian ini justru melukai rasa keadilan bagi keluarga korban, dengan alasan tidak memenuhi unsur, dan nebis in idem kewenangan ada di pengadilan,” sambung Imam.

    Dengan keputusan hari ini, lanjut Imam, pihaknya selaku kuasa hukum pelapor Model L Polres Malang, tidak setuju. “Kami tidak menerima dan setuju atas tanggapan hari ini,” Imam mengakhiri. [yog/but]

  • Ulah Barbar Junta Myanmar, Warga Sipil Dibantai dan Dibakar

    Ulah Barbar Junta Myanmar, Warga Sipil Dibantai dan Dibakar

    Jakarta

    Pasukan junta Myanmar dilaporkan membunuh dan membakar 18 penduduk desa, termasuk lima anak, di Htantabin, wilayah Bago. Para korban dinyatakan tewas akibat aksi mengerikan tersebut.

    Para korban tewas termasuk dua anak berusia lima tahun, seorang anak berumur tujuh tahun, satu anak berusia sembilan tahun, satu anak berumur 15 tahun dan seorang pria dan seorang wanita berusia tujuh puluhan tahun.

    Pembunuhan itu terjadi pada Rabu pekan lalu, menyusul kekalahan besar pasukan junta Myanmar dalam serangan oleh Tentara Pembebasan Nasional Karen, sayap bersenjata dari Persatuan Nasional Karen, dan kelompok-kelompok perlawanan di dekat desa itu.

    Dilansir media The Irrawaddy, Senin (15/5/2023), menurut warga, usai serangan itu, pasukan junta menyerbu desa Nyaung Pin Thar dan menyiksa siapa saja yang mereka temukan.

    Foto dan video yang dilihat Irrawaddy menunjukkan jasad yang hangus dan bagian-bagian tubuh serta organ yang tidak terbakar.

    “Ini adalah salah satu tindakan paling tidak manusiawi oleh militer fasis,” kata pernyataan Pasukan Pertahanan Rakyat Htantabin.

    Simak halaman selanjutnya

  • Ngeri! Junta Myanmar Bantai Warga Sipil, Sebagian Dibakar Hidup-hidup

    Ngeri! Junta Myanmar Bantai Warga Sipil, Sebagian Dibakar Hidup-hidup

    Jakarta

    Mengerikan! Pasukan junta Myanmar dilaporkan membunuh dan membakar 18 penduduk desa, termasuk lima anak, di Htantabin, wilayah Bago. Para korban tewas termasuk dua anak berusia lima tahun, seorang anak berumur tujuh tahun, satu anak berusia sembilan tahun, satu anak berumur 15 tahun dan seorang pria dan seorang wanita berusia tujuh puluhan tahun.

    Pembunuhan itu terjadi pada Rabu pekan lalu, menyusul kekalahan besar pasukan junta Myanmar dalam serangan oleh Tentara Pembebasan Nasional Karen, sayap bersenjata dari Persatuan Nasional Karen, dan kelompok-kelompok perlawanan di dekat desa itu.

    Dilansir media The Irrawaddy, Senin (15/5/2023), menurut warga, usai serangan itu, pasukan junta menyerbu desa Nyaung Pin Thar dan menyiksa siapa saja yang mereka temukan.

    Seorang penduduk desa memberi tahu The Irrawaddy bahwa saudara perempuan, ipar perempuan, dan keponakannya tewas dibunuh. Perempuan itu mengatakan bahwa dirinya lolos dari serangan junta karena saat itu dia sedang pergi ke rumah sakit. Dia mengatakan bahwa tetangganya, U Kyaw Thein (55) juga tewas.

    “Dia mendengar pasukan membawa ibunya. Dia memohon kepada mereka dan mengatakan ibunya lumpuh dan tidak bisa pergi bersama mereka, jadi mereka mengambil U Kyaw Thein sebagai gantinya. Dia juga termasuk di antara mereka yang tewas,” kata perempuan itu.

    Warga lainnya, Ko Toe dan keluarganya melarikan diri ke desa tetangga. Dia mengatakan pasukan membunuh mereka yang ditahan setelah interogasi dan penyiksaan. Mereka dipenggal dan dibakar, katanya.

    Penduduk desa mengatakan beberapa tahanan dibakar hidup-hidup. Irrawaddy tidak bisa memverifikasi laporan ini secara independen.

  • Cekik Gelandangan hingga Tewas, Marinir AS Diadili

    Cekik Gelandangan hingga Tewas, Marinir AS Diadili

    New York

    Seorang marinir Amerika Serikat (AS) diadili oleh jaksa New York atas dugaan menyebabkan kematian seorang pria gelandangan yang tewas tercekik di kereta bawah tanah. Marinir AS ini dijerat dakwaan pembunuhan tidak berencana oleh jaksa setempat.

    “Kami dapat mengonfirmasi bahwa Daniel Penny akan ditangkap atas dakwaan pembunuhan tidak berencana tingkat kedua,” sebut juru bicara kantor Jaksa Distrik Manhattan Alvin Bragg, seperti dilansir AFP, Jumat (15/5/2023).

    Disebutkan juga bahwa Penny kemungkinan akan dihadirkan dalam persidangan di pengadilan negara bagian New York, pada Jumat (15/5) waktu setempat, untuk menanggapi dakwaan yang dijeratkan padanya.

    Kematian seorang pria gelandangan yang diidentifikasi bernama Jordan Neely (30) pada awal bulan ini memicu kemarahan publik. Sosok Neely juga dikenal sebagai impersonator Michael Jackson yang sering tampil di kereta.

    Dalam insiden yang terekam kamera dan videonya beredar luas secara online, terlihat Neely terkapar di lantai gerbong kereta bawah tanah dengan seorang pria lainnya, yang diidentifikasi sebagai Penny yang seorang Marinir AS berusia 24 tahun, mencengkeram lehernya.

    Video itu memicu kemarahan para aktivis dan anggota parlemen sayap kiri, yang berujung aksi protes menyerukan penangkapan pelaku.

    Sejumlah saksi mata menuturkan bahwa Penny diduga mengamankan Neely setelah dia bertindak tidak menentu di dalam kereta dan meneriaki para penumpang lainnya untuk meminta makanan dan minuman.

    Saksikan juga ‘Cerita Migran Kolombia, Dituduh Pengedar Narkoba-Dideportasi dari AS’:

  • Panas! MA Pakistan Sebut Penangkapan Imran Khan Tidak Sah!

    Panas! MA Pakistan Sebut Penangkapan Imran Khan Tidak Sah!

    Islamabad

    Mahkamah Agung Pakistan menetapkan penangkapan mantan Perdana Menteri (PM) Imran Khan tidak sah. Penangkapan Khan yang dilakukan di luar Pengadilan Tinggi di Islamabad itu memicu bentrokan sengit dan unjuk rasa besar-besaran di berbagai wilayah Pakistan.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (12/5/2023), Mahkamah Agung Pakistan dalam putusan pada Kamis (10/5) memerintahkan Khan untuk tetap berada dalam penahanan pengadilan di bawah perlindungan kepolisian untuk keselamatannya sendiri hingga Jumat (11/5), ketika dia kembali disidang di pengadilan tempat dia ditangkap.

    “Penangkapan Anda tidak sah sehingga keseluruhan proses harus ditarik kembali,” ucap hakim agung Umar Ata Bandial kepada Khan dalam persidangan di Islamabad.

    Sejak digulingkan dari jabatannya pada April lalu, Khan menggencarkan kampanye untuk menggelar pemilu cepat dan melontarkan kritikan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap para pemimpin dan jajaran elite militer Pakistan yang kuat.

    Dia bahkan menuduh mereka merencanakan percobaan pembunuhan terhadap dirinya dalam insiden penembakan pada November lalu, ketika Khan terkena tembakan di kaki saat bergabung dalam aksi massa bersama pendukungnya.

    Sementara itu, Khan juga terjerat banyak kasus hukum, yang menjadi contoh situasi berbahaya yang sering menyelimuti tokoh oposisi di Pakistan, di mana kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) menuduh pengadilan dimanfaatkan untuk membungkam perbedaan pendapat.

    Khan yang mantan bintang olahraga kriket Pakistan itu dikepung puluhan personel pasukan paramiliter pada Selasa (9/5) waktu setempat dan ditangkap atas tuduhan korupsi saat menghadiri persidangan di Pengadilan Tinggi Islamabad.

    Lihat Video ‘Protes Penangkapan Eks PM Imran Khan, 5 Warga Pakistan Tewas’:

  • 17 Orang Tewas Diserang Kelompok Bersenjata di Desa Chad, Perbatasan Afrika

    17 Orang Tewas Diserang Kelompok Bersenjata di Desa Chad, Perbatasan Afrika

    Jakarta

    Kelompok bersenjata menyerang sebuah desa di Chad selatan, dekat perbatasan dengan Republik Afrika Tengah. 17 orang tewas akibat kejadian ini.

    Dilansir AFP, Jumat (12/5/2023) penyerangan terjadi pada Senin pagi waktu setempat. Orang-orang tak dikenal ini menyerang desa Don di provinsi Logone Oriental yang berbatasan dengan CAR, sekitar 500 kilometer (300 mil) selatan ibu kota Chad, N’Djamena.

    “Pembunuhan massal terjadi pada dini hari Senin pagi ketika orang tak dikenal bersenjata” kata jaksa penuntut Nerambaye, Ndoubamian dalam sebuah pernyataan.

    Disebutkan para penyerang membawa senjata api dan pisau, tiba dengan sepeda motor dan kuda. Mereka membunuh hingga membakar gubuk.

    “membunuh lebih dari selusin penduduk desa, membakar gubuk, mengambil lembu dan meninggalkan banyak orang terluka di jalan mereka”, kata jaksa penuntut.

    17 orang tewas, termasuk seorang bayi, sementara warga yang mengalami luka-luka di bawa ke rumah sakit. Jaksa mengumumkan telah membuka penyelidikan atas beberapa tuduhan termasuk pembunuhan, pembakaran dan pencurian yang diperparah, dan meminta saksi untuk maju.

    Penduduk desa sebagian besar berasal dari komunitas Kabba, sebuah kelompok etnis yang berbasis di Chad dan negara tetangga CAR, yang mayoritas beragama Kristen dan petani. Disebutkan, ketegangan antara penggembala Arab semi-nomaden dan petani sering muncul di Chad tengah dan selatan, di mana banyak penduduknya bersenjata.

    Lihat juga Video ’60 Orang Tewas dalam Aksi Memprotes Perpanjangan Masa Jabatan Presiden’:

    (dwia/dwia)

  • Rusia Bersumpah Balas Serangan Drone ke Kremlin

    Rusia Bersumpah Balas Serangan Drone ke Kremlin

    Moskow

    Rusia menyatakan akan membalas serangan drone terhadap Kremlin, yang diyakini Moskow didalangi oleh Ukraina. Ditegaskan Rusia bahwa pihaknya akan siap untuk merespons Ukraina kapan saja dan di mana saja.

    “Rusia berhak mengambil langkah-langkah balasan kapan saja dan di mana saja yang dianggap perlu,” tegas kantor pers kepresidenan Rusia dalam pernyataannya, seperti dilansir kantor berita TASS, Kamis (4/5/2023).

    Tidak dijelaskan lebih lanjut soal langkah balasan yang dimaksud.

    Otoritas Rusia sebelumnya menyebut dua drone yang menargetkan kompleks Kremlin di Moskow, tepatnya di area kediaman resmi Presiden Vladimir Putin, pada Rabu (3/5) malam, berhasil ditembak jatuh dan puingnya berserakan di halaman Kremlin.

    Moskow menyebut serangan drone itu sebagai ‘aksi teroris’ dan ‘percobaan pembunuhan’ oleh rezim Kiev terhadap Putin. Rusia secara terang-terangan menuding Ukraina sebagai dalang utama dari serangan drone itu.

    Putin tidak mengalami cedera karena sedang tidak berada di Kremlin saat serangan terjadi. Tidak ada korban jiwa lainnya dalam serangan drone itu.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah membantah tudingan Rusia, dengan menyatakan negaranya tidak memiliki cukup persenjataan untuk melancarkan serangan semacam itu. Zelensky menegaskan Ukraina tidak menyerang Putin dan tidak menyerang Moskow, yang jaraknya sangat jauh dari perbatasan Ukraina.

  • Zelensky Bantah Tudingan Kremlin: Ukraina Tidak Menyerang Putin!

    Zelensky Bantah Tudingan Kremlin: Ukraina Tidak Menyerang Putin!

    Kiev

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membantah keras tudingan Rusia yang menyebut Kiev berupaya membunuh Presiden Vladimir Putin melalui serangan drone terhadap Kremlin yang berhasil digagalkan. Otoritas Kiev menyatakan serangan semacam itu tidak akan menguntungkan Ukraina.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (4/5/2023), Zelensky dalam tanggapannya menegaskan Ukraina tidak menyerang Putin maupun Moskow. Disebutkan juga oleh Zelensky bahwa Kiev jelas tidak memiliki persenjataan untuk melakukan serangan semacam itu.

    “Kami tidak menyerang Putin… Kami bertempur di wilayah kami, kami mempertahankan desa dan kota kami,” tegas Zelensky dalam konferensi pers yang digelar saat dirinya berada di Helsinki, Finlandia, dalam rangka menghadiri pertemuan lima negara Nordik.

    “Kami tidak menyerang Putin atau Moskow. Kami tidak memiliki cukup persenjataan untuk itu,” ucapnya.

    Kremlin sebelumnya menuding Ukraina sebagai dalang utama dari serangan drone yang mengguncang kompleks Kremlin di Moskow pada Rabu (4/5) malam. Kremlin menyebut serangan drone itu sebagai ‘aksi teroris’ dan sebagai ‘percobaan pembunuhan’ terhadap Putin.

    Serangan drone itu berhasil digagalkan oleh Moskow, dengan dua drone ditembak jatuh dan puingnya berserakan di halaman kompleks Kremlin. Sementara Putin sendiri tidak mengalami cedera karena sedang tidak berada di Kremlin saat serangan terjadi. Tidak ada korban jiwa lainnya dalam serangan drone itu.

    Saat ditanya mengapa Kremlin menuduh Ukraina, Zelensky menjawab: “Rusia tidak memiliki kemenangan.”