Kasus: pembunuhan

  • Sebelum Dibunuh, Korban Mutilasi di Pesisir Selatan Pamit Pergi Merantau
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 April 2025

    Sebelum Dibunuh, Korban Mutilasi di Pesisir Selatan Pamit Pergi Merantau Regional 6 April 2025

    Sebelum Dibunuh, Korban Mutilasi di Pesisir Selatan Pamit Pergi Merantau
    Tim Redaksi
    PADANG, KOMPAS.com
    – P (34), warga Surantiah,
    Pesisir Selatan
    , Sumatera Barat, sebelum dibunuh dan dimutilasi, pamit ke keluarga untuk pergi merantau.
    Sebelum pergi, P singgah dulu ke sebuah kafe di IV Jurai untuk meminjam uang Rp 400.000 dari temannya.
    Namun, nahas, niat P untuk merantau tidak kesampaian karena dia dibunuh dan dimutilasi oleh temannya sendiri, B (34).
    “Peristiwa terjadi pada Maret 2023 lalu.
    Korban
    pamit ke keluarga untuk pergi merantau,” kata Kasat Reskrim Polres Pesisir Selatan, AKP M Yogie Biantoro, yang dihubungi Kompas.com, Minggu (6/4/2025).
    Yogie mengatakan, keluarga tidak merasa curiga
    korban
    dibunuh karena sudah pamit pergi merantau.
    “Jadi, Maret 2023 itu tidak ada laporan orang hilang yang dibuat. Keluarga masih menganggap P pergi merantau,” kata Yogie.
    Keluarga mulai khawatir karena tidak ada kabar dari P hingga mendapat informasi tentang penemuan kerangka manusia yang mengarah ke P.
    “Keluarga memang sempat menghubungi kerabat dan teman korban di Riau hingga Jawa, tetapi tidak ada kabar sampai akhirnya ada informasi penemuan kerangka itu,” kata Yogie.
    Sebelumnya diberitakan, seorang pria menjadi
    korban mutilasi
    di Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
    Jasad korban yang telah menjadi tengkorak itu ditemukan terpotong-potong dalam sebuah bak kamar mandi bekas sarang burung walet.
    Awalnya, bagian tengkorak kepala ditemukan pada Sabtu (5/4/2025) di balik bak yang sudah dicor semen itu.
    Penemuan tengkorak itu terjadi setelah pemilik bangunan melakukan renovasi dan membongkar bak mandi tersebut.
    Polisi akhirnya berhasil menangkap pelaku
    mutilasi
    warga Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada Minggu (6/4/2025).
    Pelaku adalah teman korban sendiri yang berinisial B (34).
    Menurut Kasat Reskrim Polres Pesisir Selatan, AKP M Yogie Biantoro, penangkapan berawal dari hasil penyelidikan di lokasi kejadian.
    “Setelah mendapatkan laporan adanya penemuan tengkorak, kita datangi lokasi dan lakukan penyelidikan,” kata Yogie, yang dihubungi Kompas.com, Minggu (6/4/2025).
    Yogie menyebutkan hasil penyelidikan dan keterangan warga sekitar mengarah ke B, yang merupakan karyawan kafe dekat bangunan sarang walet tempat korban ditemukan.
    “Pelaku berhasil kita tangkap tadi dan mengakui perbuatannya,” kata Yogie.
    Pembunuhan berawal dari korban yang berinisial P (34), warga Surantiah, Pesisir Selatan, datang ke kafe untuk meminjam uang Rp 400.000 dari B.
    Pelaku tidak mau meminjamkan uang, sehingga terjadi cekcok yang berakhir dengan pemukulan kepala korban menggunakan balok oleh pelaku.
    Setelah korban tewas, tubuhnya dipotong-potong dengan tujuan agar muat dimasukkan ke dalam bak mandi yang kemudian dicor semen.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pinjam Uang Berujung Maut, Pria di Sumbar Jadi Korban Mutilasi Karena Rp 400 Ribu

    Pinjam Uang Berujung Maut, Pria di Sumbar Jadi Korban Mutilasi Karena Rp 400 Ribu

    TRIBUNJATENG.COM – Pinjam uang berujung maut, seorang pria berinisial P (34), warga Surantiah, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tewas setelah meminjam Rp 400 ribu.

    Ia jadi kroban mutilasi di Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat oleh rekannya B (34).

    Diduga aksi pembunuhan itu sudah terjadi 2 atau3 tahun lalu namun baru terbongkar di Bulan April 2025. 

    Jasad P yang telah menjadi tengkorak itu ditemukan terpotong-potong dalam sebuah bak kamar mandi bekas sarang burung walet.

    Awalnya ditemukan bagian tengkorak kepala, Sabtu (5/4/2025), di balik bak yang sudah dicor semen itu.

    Penemuan tengkorak itu setelah pemilik bangunan melakukan renovasi dan membongkar bak mandi tersebut.

    “Kita dapat laporan penemuan tengkorak manusia di dalam bak, lalu kita turun lakukan penyelidikan,” kata Kasat Reskrim Polres Pesisir Selatan AKP M Yogie Biantoro dikutip dari Kompas.com, Minggu (6/4/2025).

    Yogie mengatakan pihaknya kemudian melakukan penggalian lebih lanjut dan didapatkan bagian tubuh yang sudah terpotong seperti kaki, leher, dan perut.

    “Tadi kita turun ke lokasi melakukan penggalian dan penyelidikan dan ditemukan bagian tubuh lainnya,” jelas Yogie.

    Pria yang dimutilasi itu merupakan korban pembunuhan yang diperkirakan terjadi dua atau tiga tahun lalu.

    Setelah melakukan penyelidikan, polisi kemudian menangkap seorang pelaku berinisial B (34).

    B merupakan karyawan kafe di samping bangunan sarang walet tersebut.

    Pembunuhan berawal dari P meminjam uang Rp 400.000 ke B.

    Pelaku tidak mau meminjamkan uang sehingga terjadi cekcok yang berakhir dengan pemukulan kepala korban dengan balok oleh pelaku.

    Setelah pelaku tewas, tubuh korban dimutilasi dengan tujuan agar muat dimasukkan ke dalam bak mandi yang kemudian dicor semen. (*)

  • Kasus Pembunuhan Juwita: TNI AL Minta Maaf dan Janjikan Keadilan – Halaman all

    Kasus Pembunuhan Juwita: TNI AL Minta Maaf dan Janjikan Keadilan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pimpinan TNI Angkatan Laut (AL) telah menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga jurnalis Juwita yang tewas dibunuh oleh prajurit TNI AL bernama Jumran.

    Permohonan maaf ini disampaikan oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI I Made Wira, pada Sabtu, 5 April 2025.

    Permohonan Maaf dan Proses Hukum

    Wira menegaskan bahwa setiap tindakan kriminal yang dilakukan oleh oknum TNI AL akan dihukum secara adil dan seberat-beratnya.

    Untuk itu, dia menyebut, TNI AL akan menyerahkan pelaku ke Pengadilan Militer untuk diadili setelah penyidikan kasus ini selesai.  

    Dia juga menambahkan bahwa persidangan pelaku akan dilakukan secara terbuka. 

    “Selanjutnya (selesai penyidikan) pelaku dan barang bukti akan diserahkan ke Otmil (Oditurat Militer) untuk dilaksanakan persidangan secara terbuka,” lanjut Wira.

    Rekonstruksi Pembunuhan

    Sebelumnya, TNI AL melalui Denpom Lanal Banjarmasin telah menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan Juwita di tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Trans Gunung Kupang, Banjarbaru.

    Proses rekonstruksi tersebut dihadiri oleh para saksi dan satu orang pelaku.

    Terdapat 33 adegan yang ditampilkan dalam rekonstruksi tersebut.

    Wira menegaskan bahwa TNI AL berkomitmen untuk menegakkan hukum secara transparan dalam kasus ini. 

    Kronologi Pembunuhan

    Dari hasil rekonstruksi, pelaku Jumran diketahui menghabisi Juwita dengan cara mencekik lehernya menggunakan tali sabuk pengaman.

    Setelah membunuh, Jumran berusaha menghilangkan jejak dengan menghancurkan ponsel milik Juwita dan memindahkan jasadnya ke pinggir jalan.

    Kuasa hukum Juwita, Dedi Sugianto, menyatakan bahwa ada saksi mata yang melihat Jumran saat hendak masuk ke dalam mobil.

    Namun, hingga saat ini, pihaknya masih menunggu penjelasan terkait motif dari pelaku.

    Dugaan Kekerasan Seksual

    Koordinator Tim Advokasi Pihak Juwita, Muhammad Pazri, mengungkapkan bahwa pelaku diduga sempat merudapaksa Juwita sebanyak dua kali sebelum menghabisi nyawanya.

    Berdasarkan alat bukti, terdapat kekerasan seksual yang dialami oleh korban.

    Hasil otopsi menunjukkan bahwa tubuh Juwita mengalami banyak luka memar, dan ditemukan cairan putih di rahimnya.

    “Saat autopsi, dokter forensik mengizinkan pihak keluarga untuk menyaksikan, ini murni pembunuhan.”

    “Namun, yang menjadi sorotan utama adalah temuan cairan putih (sperma) di rahim korban dengan volume cukup banyak, terdapat juga luka-luka, ini harus didalami,” ujar Pazri.

    Dia lantas mendorong penyidik melakukan uji laboratorium forensik untuk mendalami hal tersebut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Kasus Pembunuhan Juwita: TNI AL Minta Maaf dan Janjikan Keadilan – Halaman all

    TNI AL Minta Maaf ke Keluarga Jurnalis Juwita, Sebut Pelaku Akan Diadili dan Sidang Digelar Terbuka – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pimpinan TNI AL telah meminta maaf kepada keluarga jurnalis di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Juwita, yang tewas dibunuh prajurit TNI AL bernama Jumran.

    Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI I Made Wira Hady.

    “Pimpinan TNI AL turut berbela sungkawa dan mengucapkan permohonan maaf kepada keluarga korban atas terjadinya peristiwa ini,” kata Wira kepada Kompas.com, Sabtu (5/4/2025).

    Dalam hal ini, Wira menegaskan setiap tindakan kriminal mutlak yang dilakukan oknum TNI AL akan dihukum secara adil dan seberat-beratnya. 

    Untuk itu, dia menyebut, TNI AL akan menyerahkan pelaku ke Pengadilan Militer untuk diadili setelah penyidikan kasus ini selesai.  

    Nantinya, persidangan pelaku juga akan dilakukan secara terbuka.

    “Selanjutnya (selesai penyidikan) pelaku dan barang bukti akan diserahkan ke Otmil (Oditurat Militer) untuk dilaksanakan persidangan secara terbuka,” lanjut Wira.

    Sebelumnya, TNI AL melalui Denpom Lanal Banjarmasin diketahui telah menggelar rekonstruksi atau reka adegan kasus pembunuhan Juwita. 

    Rekonstruksi itu digelar secara terbuka di Tempat Kejadian Perkara (TKP), tepatnya Jalan Trans Gunung Kupang Kiram Banjarbaru, Sabtu.

    Proses rekonstruksi menghadirkan para saksi dan satu orang pelaku.  

    Bersamaan dengan itu, Denpom Lanal Banjarmasin juga telah memeriksa 10 saksi dan menghadirkan satu saksi dalam proses rekonstruksi yang mengetahui keberadaan pelaku di TKP.

    Menurutnya, 33 reka adegan yang terjadi di TKP juga sudah ditampilkan. 

    “TNI AL terus berupaya menegakkan hukum seadil-adilnya dengan membuka penyelidikan, rekonstruksi, penyerahan tersangka dan barang bukti hingga nantinya di persidangan secara transparan,” ungkap Wira, Sabtu.

    Pelaku Bunuh Juwita Pakai Tali Sabuk Pengaman

    Dari adegan rekonstruksi, diketahui pelaku menghabisi Juwita dengan cara memiting dan mencekik leher menggunakan tali sabuk pengaman. Ia melakukannya seorang diri.

    Jumran mengeksekusi Juwita di dalam mobil, sedangkan sepeda motor korban berada di salah satu minimarket modern di Cempaka. 

    Setelah korban tak bernyawa, Jumran turun dari mobil dan memberhentikan warga yang sedang melintas menggunakan kendaraan untuk mengambil motor korban yang ada di toko tersebut.

    Kemudian, Jumran kembali lagi ke TKP menggunakan sepeda motor korban dan mendorong sepeda motor itu seakan-akan rusak akibat kecelakaan tunggal.

    Jumran lalu menghancurkan ponsel milik Juwita dan mengeluarkan korban dari dalam mobil untuk ditempatkan di pinggir jalan bersama sepeda motor yang sudah dicuci untuk menghilangkan sidik jarinya. 

    Setelah itu, tersangka melanjutkan perjalanannya menggunakan mobil yang ia sewa.

    Sementara itu, kuasa hukum Juwita, Dedi Sugianto, mengatakan ada saksi mata yang melihat tersangka Jumran saat hendak masuk ke dalam mobil. 

    Saksi mata itu merupakan seorang kakek-kakek yang tengah berada di dalam pendoponya untuk menyadap karet.

    “Saksi kemudian melihat ada mobil dan korban,” jelasnya, Sabtu, dikutip dari Tribunbanjarbaru.com.

    Terkait motif pelaku, Dedi menyebut, hingga saat ini pihaknya juga masih menunggu.

    “Untuk motif memang harus mendapatkan peristiwa secara utuh, ini masih proses penyidikan berjalan.”

    “Kami terus berkoordinasi untuk bisa mendapatkan peristiwa itu secara utuh,” pungkasnya.

    Pelaku Sempat Rudapaksa Korban 2 Kali 

    Koordinator Tim Advokasi Pihak Juwita, Muhammad Pazri, menyampaikan informasi dari keluarga Juwita, oknum TNI AL itu sempat merudapaksa korban sebanyak dua kali, sebelum akhirnya menghabisi nyawa korban.

    “Berdasarkan alat bukti, kami sampaikan bahwa korban mengalami kekerasan seksual, ini adalah rudapaksa,” katanya.

    Pazri pun menceritakan kronologi awal peristiwa, pertama terjadi pada rentan waktu 25-30 Desember 2024.

    Lalu, peristiwa kedua terjadi pada 22 Maret 2025 tepat pada hari jasad korban ditemukan.

    “Pada September 2024, korban dan pelaku berkenalan lewat media sosial, kemudian komunikasi, lalu tukaran nomor telepon.”

    “Hingga akhirnya pada rentan waktu 25-30 Desember pelaku menyuruh korban memesan kamar hotel di Banjarbaru,” jelasnya.

    Saat itu, pelaku menyuruh korban memesan kamar hotel karena kelelahan setelah kegiatan.

    Kemudian, korban tanpa menaruh curiga bersedia memesankan kamar penginapan di salah satu hotel di Banjarbaru.

    “Setelah itu, pelaku menyuruh korban menunggu, setelah datang pada hari itu, pelaku membawa korban masuk ke dalam kamar dan mendorong ke tempat tidur.”

    “Pelaku sempat memiting korban sebelum merudapaksa di dalam kamar tersebut,” ujarnya.

    Pazri mengatakan semua kejadian tersebut diceritakan korban kepada kakak iparnya pada 26 Januari 2025.

    Bahkan, korban sempat menunjukkan video pendek dan beberapa foto saat kejadian.

    “Korban menunjukkan bukti video pendek, bahkan ada beberapa foto,” tuturnya. 

    “Bukti di dalam video yang berdurasi sekitar 5 detik itu, korban merekam pelaku sedang mengenakan celana dan baju setelah melakukan aksinya.”

    “Saat itu korban ketakutan sehingga rekaman video itu bergetar,” ujarnya.

    Sementara itu, terkait dugaan rudapaksa tersebut, pihak Denpomal Banjarmasin belum bersedia memberikan keterangan resmi kepada awak media. 

    Hasil Autopsi Jenazah Juwita 

    Pazri juga mengungkapkan, berdasarkan hasil autopsi, kondisi tubuh Juwita mengalami kekerasan yang luar biasa karena ditemukan banyak luka memar.

    Selain itu, di rahim Juwita juga ditemukan cairan putih atau sperma dalam jumlah yang banyak.

    Menurut Pazri, temuan dari hasil autopsi itu harus didalami oleh penyidik lagi.

    “Saat autopsi, dokter forensik mengizinkan pihak keluarga untuk menyaksikan, ini murni pembunuhan.”

    “Namun, yang menjadi sorotan utama adalah temuan cairan putih (sperma) di rahim korban dengan volume cukup banyak, terdapat juga luka-luka, ini harus didalami,” ujar Pazri.

    Dia lantas mendorong penyidik melakukan uji laboratorium forensik untuk mendalami hal tersebut.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunbanjarbaru.com dengan judul Jalani Rekonstruksi, Begini Aksi Jumran Anggota TNI Balikpapan Hilangkan Nyawa Jurnalis Juwita 

    (Tribunnews.com/Rifqah) (Tribunbanjarbaru.com/Stanislaus Sene) (Kompas.com/Nicholas Ryan)

  • Puluhan Ribu Warga AS Mulai Pembangkangan Melawan Trump

    Puluhan Ribu Warga AS Mulai Pembangkangan Melawan Trump

    GELORA.CO –  Puluhan ribu orang yang marah terhadap cara Presiden Donald Trump menjalankan negara berbaris dan berunjuk rasa di sejumlah kota di Amerika pada hari Sabtu waktu AS. Aksi itu adalah demonstrasi terbesar yang pernah dilakukan oleh gerakan oposisi yang berusaha mendapatkan kembali momentumnya setelah guncangan pada minggu-minggu pertama Partai Republik menjabat. 

    Disebut “Hands Off!” alias “Singkirkan Tanganmu!”, demonstrasi diselenggarakan di lebih dari 1.200 lokasi di seluruh 50 negara bagian oleh lebih dari 150 kelompok. Diantaranya termasuk organisasi hak-hak sipil, serikat buruh, pendukung LBGT, veteran dan aktivis pemilu. Demonstrasi tersebut tampak damai, tanpa ada laporan penangkapan.

    Kelompok pro-Palestine ikut dalam gelombang aksi itu. Mereka memprotes kebijakan Trump yang terus mendukung Israel, pelaku genosida di Gaza. Mereka juga memrotes penangkapan terhadap mahasiswa imigran yang ikut dalam aksi mengecam genosida di Gaza belakangan.

    Ribuan pengunjuk rasa di kota-kota yang tersebar di Amerika mulai dari Midtown Manhattan hingga Anchorage, Alaska, termasuk di beberapa gedung DPR negara bagian. Mereka menyerang tindakan Trump dan miliarder Elon Musk terhadap perampingan pemerintah, perekonomian, imigrasi dan hak asasi manusia. 

    Di Pantai Barat, di bawah bayang-bayang Space Needle yang ikonik di Seattle, para pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan slogan-slogan seperti “Lawan oligarki.” Para pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel saat mereka turun ke jalan di Portland, Oregon, dan Los Angeles, di mana mereka berbaris dari Pershing Square ke Balai Kota. 

    Para pengunjuk rasa menyuarakan kemarahan atas tindakan pemerintah yang memecat ribuan pekerja federal, menutup kantor lapangan Administrasi Jaminan Sosial, secara efektif menutup seluruh lembaga, mendeportasi imigran, mengurangi perlindungan bagi kaum transgender dan memotong dana untuk program kesehatan.

    Musk, penasihat Trump yang menjalankan Tesla, SpaceX, dan platform media sosial X, telah memainkan peran penting dalam perampingan tersebut sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan yang baru dibentuk. Dia mengatakan dia menghemat miliaran dolar pembayar pajak. 

    Ketika ditanya tentang protes tersebut, Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “posisi Presiden Trump jelas: dia akan selalu melindungi Jaminan Sosial, Medicare, dan Medicaid bagi penerima manfaat yang memenuhi syarat. Sementara itu, pendirian Partai Demokrat adalah memberikan tunjangan Jaminan Sosial, Medicaid, dan Medicare kepada orang asing ilegal, yang akan membuat program-program ini bangkrut dan menghancurkan para lansia Amerika.”

    Di Boston, para demonstran mengacungkan poster seperti “Singkirkan tanganmu dari demokrasi kami” dan “Jangan sentuh Jaminan Sosial kita.” Walikota Michelle Wu mengatakan dia tidak ingin anak-anaknya dan orang lain hidup di dunia di mana ancaman dan intimidasi adalah taktik pemerintah dan nilai-nilai seperti keberagaman dan kesetaraan sedang diserang.

    “Saya menolak menerima bahwa mereka tumbuh di dunia di mana imigran seperti nenek dan kakek mereka secara otomatis dianggap sebagai penjahat,” kata Wu. Roger Broom, 66, seorang pensiunan dari Delaware County, Ohio, adalah satu dari ratusan orang yang berunjuk rasa di Statehouse di Columbus. 

    Dia mengatakan dia dulunya adalah seorang Republikan pengagum Ronald Reagan tetapi belakangan muak dengan Trump. “Dia menghancurkan negara ini,” kata Broom. 

    Ratusan orang juga berdemonstrasi di Palm Beach Gardens, Florida, beberapa mil dari lapangan golf Trump di Jupiter, tempat ia menghabiskan pagi hari di klub Senior Club Championship. Orang-orang berbaris di kedua sisi PGA Drive, mendorong mobil untuk membunyikan klakson dan meneriakkan slogan-slogan yang menentang Trump. “Mereka harus melepaskan tangan dari Jaminan Sosial kami,” kata Archer Moran dari Port St. Lucie, Florida.

    Aktivis telah beberapa kali melakukan demonstrasi nasional melawan Trump dan Musk sejak Trump kembali menjabat. Namun hingga hari Sabtu, gerakan oposisi belum menghasilkan mobilisasi massal seperti Women’s March pada tahun 2017, yang membawa ribuan perempuan ke Washington setelah pelantikan pertama Trump, atau demonstrasi Black Lives Matter yang meletus di beberapa kota setelah pembunuhan George Floyd oleh polisi di Minneapolis pada tahun 2020. 

    Di Charlotte, Carolina Utara, pengunjuk rasa mengatakan mereka mendukung berbagai tujuan, mulai dari Jaminan Sosial dan pendidikan hingga imigrasi dan hak-hak reproduksi perempuan. “Terlepas dari partai Anda, siapa pun yang Anda pilih, apa yang terjadi hari ini, apa yang terjadi hari ini sangat buruk,” kata Britt Castillo, 35, dari Charlotte. “Ini menjijikkan, dan betapapun rusaknya sistem kita saat ini, cara pemerintahan saat ini berusaha memperbaiki keadaan – ini bukanlah cara untuk melakukannya. Mereka tidak mendengarkan masyarakat.”

  • Begini Cara Prajurit TNI AL Jumran Bunuh dan Buang Jasad Jurnalis Banjarbaru

    Begini Cara Prajurit TNI AL Jumran Bunuh dan Buang Jasad Jurnalis Banjarbaru

    Banjarbaru

    Rekonstruksi menunjukkan bagaimana Jumran, prajurit TNI AL, membunuh jurnalis Banjarbaru bernama Juwita. Tak hanya itu, cara Jumran memanipulasi kematian Juwita agar seolah-olah tampak seperti kecelakaan turut ditunjukkan dalam reka ulang kejadian tersebut.

    Dilansir detikKalimantan, Minggu (6/4/2025), rekonstruksi itu dilaksanakan pada Sabtu, 5 April 2025. Jumran membunuh korban di dalam mobil yang disewanya.

    Jumran membunuh korban dengan cara memiting dan mencekik leher korban. Korban pun sempat terpentok sabuk pengaman hingga mengalami memar.

    “Dari yang kita lihat, rekonstruksinya dimulai dari bagaimana korban dipindah ke belakang mobil kemudian dilakukanlah pembunuhan dengan cara pertama dipiting kemudian dicekik,” jelas Kuasa Hukum keluarga korban, Dedi Sugianto di lokasi rekonstruksi.

    Setelah membunuh, Jumran keluar dan meninggalkan korban di dalam mobil. Dia pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di Banjarbaru untuk mengambil motor korban yang masih terparkir. Dia pun diketahui mencuci motor korban untuk menghilangkan sidik jarinya.

    Pelaku kembali ke lokasi kejadian di Jalan Trans Kalimantan, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru. Jumran menyusun rencana untuk memanipulasi kematian korban.

    Jumran mengeluarkan tubuh korban dari mobil dan meletakkan di sebelah motor. Setelah itu, tersangka Jumran melarikan diri dan melanjutkan perjalanan dengan mobil sewaannya tersebut.

    Pelaku juga mengambil ponsel Juwita dan menghancurkannya. Tersangka ingin menghilangkan barang bukti video pemerkosaan yang ada di ponsel korban.

    Simak selengkapnya di sini.

    (aik/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kenapa Tak Ada Adegan Pemerkosaan Saat Reka Ulang TNI AL Bunuh Juwita?

    Kenapa Tak Ada Adegan Pemerkosaan Saat Reka Ulang TNI AL Bunuh Juwita?

    Banjarbaru, Beritasatu.com – Pengacara mempertanyakan tidak adanya adegan pemerkosaan dalam reka ulang pembunuhan jurnalis Juwita (23) oleh tersangka anggota TNI AL Kelasi Satu Jumran yang digelar Denpomal Banjarmasin, Sabtu (5/4/2025).

    Padalah ada dugaan Juwita sempat diperkosa sebelum dibunuh pada Sabtu (22/3/2025). Hal itu dibuktikan dengan adanya temuan cairan sperma pada kemaluan korban berdasarkan hasil autopsi.

    “Padahal saat autopsi, terdapat cairan putih (sperma) volume cukup banyak di bagian rahim dan luka lebam di kemaluan korban. Ini masih menjadi pertanyaan, apakah sperma ini milik tersangka,” kata kuasa hukum keluarga korban, Dedi Sugiyanto seusai menghadiri rekonstruksi 33 adegan pembunuhan Juwita di Jalan Trans Kalimantan, Gunung Kupang, Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

    Menurut Dedi, jika memang tersangka melakukan rudapaksa terhadap korban, semestinya ada petunjuk dalam rekonstruksi adegan pembunuhan.

    “Namun demikian, berita acara pemeriksaan (BAP) tersangka merupakan rahasia bagi penyidik, sehingga kami tidak mengetahui secara jelas apa keterangan tersangka saat di BAP,” ujarnya dilansir dari Antara.

    Dedi mengatakan rekonstruksi yang telah digelar memberikan gambaran bagaimana cara tersangka menghabisi nyawa korban, mulai dari saat pertemuan pada hari kejadian, membunuh korban di dalam mobil, meletakkan jasad korban di pinggir jalan, hingga meninggalkan lokasi.

    Tetapi, tim kuasa hukum keluarga Juwita mendorong pihak penyidik agar melakukan tes DNA terhadap cairan putih di rahim korban ke laboratorium forensik di Surabaya atau Jakarta, untuk mengetahui apakah sperma yang ada di dalam rahim korban memang milik anggota TNI AL Jumran atau bukan.

    Dedi menjelaskan dugaan rudapaksa yang dialami korban cukup kuat menurut hasil autopsi, di mana dokter menemukan sperma dalam volume cukup banyak, serta luka lebam pada area kemaluan korban.

    Dia mengatakan apa yang telah diperagakan anggota TNI AL itu dalam rekonstruksi sepenuhnya berdasarkan keterangan dari tersangka atau sepihak. Sehingga perlu didalami lebih lanjut apakah ada indikasi yang memungkinkan tersangka memperkosa korban, termasuk dugaan orang lain terlibat.

    “Kami meminta penyidik menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengetahui sperma itu milik siapa. Setelah rekonstruksi ini, semoga semua fakta terungkap, terutama motif pelaku apa sehingga tega menghabisi nyawa korban,” tutur Dedi.

    Penyidik Denpomal Banjarmasin sejauh ini telah memeriksa 10 orang saksi. Dalam rekonstruksi yang meliputi 33 adegan ini, satu orang saksi yang mengetahui keberadaan pelaku di TKP dihadirkan, beserta tersangka yang menampilkan seluruh reka adegan yang terjadi di Jalan Trans Gunung Kupang.

    Rekonstruksi tersebut berlangsung lebih dari satu jam, dan saat ini proses penyidikan masih berjalan guna memproses tersangka sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

    Dalam keterangan yang disampaikan Penerangan Lanal Banjarmasin, anggota TNI AL Jumran pelaku dan barang bukti akan diserahkan ke oditur militer untuk dilaksanakan persidangan secara terbuka.

  • Keluarga: Anggota TNI AL Pembunuh Jurnalis Juwita Harus Dihukum Mati!

    Keluarga: Anggota TNI AL Pembunuh Jurnalis Juwita Harus Dihukum Mati!

    Banjarbaru, Beritasatu.com – Keluarga almarhum Juwita (23), jurnalis wanita yang dibunuh oleh Kelasi Satu Jumran di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan meminta agar oknum anggota TNI AL itu diganjar hukuman mati. 

    Hal itu diungkapkan keluarga almarhum Juwita melalui kuasa hukumnya Muhamad Pazri setelah menyaksikan rekonstruksi 33 adegan pembunuhan Juwita yang dilakukan oleh Jumran di Jalan Trans Kalimantan, Gunung Kupang, Cempaka, Banjarbaru, Sabtu (5/4/2025).

    “Tersangka melakukan semua dengan tenang dan persiapan yang matang, ini termasuk pembunuhan berencana. Tersangka harus dihukum maksimal, yaitu pidana mati,” kata Muhamad Pazri dilansir dari Antara.

    Mewakili keluarga korban, tim kuasa hukum juga meminta penyidik Detasemen Polisi Militer Pangkalan TNI AL (Denpomal) Banjarmasin mendalami sejumlah fakta dalam reka ulang adegan yang diperagakan tersangka Jumran.

    “Setelah melihat 33 adegan oleh tersangka Jumran, kami tim kuasa hukum akan pelajari dahulu sebelum berkoordinasi dengan penyidik. Saran dan masukan dari pihak keluarga akan kami sampaikan kepada penyidik,” ujar Pazri.

    Selain tidak adanya adegan dugaan kekerasan seksual yang diperagakan tersangka, pihaknya juga menyoroti rentang waktu pembunuhan yang dilakukan Jumran cukup singkat.

    Menurutnya, jika melihat situasi pada hari pembunuhan pada 22 Maret 2025, maka korban ditemukan saksi sekitar pukul 15.00 Wita.

    Sementara berdasarkan bukti temuan pesan singkat di ponsel, pada hari itu korban dan pelaku bertemu dan mulai bergeser sekitar pukul 10.30 Wita. Berkaitan dengan rentang waktu singkat ini, penyidik tidak menjelaskan jam secara detail saat tersangka Jumran memperagakan 33 adegan pembunuhan.

    Oleh karena itu, Pazri menilai rentang waktu singkat ini perlu didalami lagi apakah memang Jumran sebagai pelaku tunggal, atau justru ada pihak lain yang membantu melancarkan aksi pembunuhan berencana itu dilakukan oleh prajurit TNI AL itu.

    “Teknologi digital forensik bisa mengungkap itu semua, apalagi di mobil yang disewa pelaku ada terpasang GPS, ini bisa dideteksi apa saja persiapan yang dilakukan tersangka. Kemudian, soal data di ponsel yang dihapus tersangka, ini juga bisa dipulihkan. Barang bukti paling banyak ada di ponsel tersangka, semua yang dihubungi dia bisa jadi petunjuk,” tutur Pazri.

    Penyidik Denpomal Banjarmasin sejauh ini telah memeriksa 10 orang saksi. Dalam rekonstruksi yang meliputi 33 adegan ini berlangsung lebih dari satu jam, satu orang saksi yang mengetahui keberadaan pelaku di TKP dihadirkan beserta tersangka yang memperagakan seluruh adegan pembunuhan.

    Dalam keterangan yang disampaikan penerangan Lanal Banjarmasin, selanjutnya pelaku dan barang bukti akan diserahkan ke oditur militeruntuk dilaksanakan persidangan secara terbuka.

    Anggota TNI AL Jumran yang sebelumnya berdinas di Lanal Balikpapan sudah diserahkan Denpomal Balikpapan kepada Denpomal Banjarmasin untuk ditahan selama 20 hari, terhitung sejak Jumat (28/3/2025) malam.

    Diketahui, korban bernama Juwita (23) bekerja sebagai jurnalis media dalam jaringan (daring) lokal di Banjarbaru dan telah mengantongi uji kompetensi wartawan (UKW) dengan kualifikasi wartawan muda.

    Juwita diduga dibunuh oleh Jumran. Jurnalis muda itu ditemukan meninggal dunia di Jalan Trans Gunung Kupang, Kelurahan Cempaka, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, pada Sabtu (22/3/2025) sekitar pukul 15.00 Wita.

    Jasadnya tergeletak di tepi jalan bersama sepeda motor miliknya yang kemudian muncul dugaan menjadi korban kecelakaan tunggal.

    Warga yang menemukan pertama kali justru tidak melihat tanda-tanda korban mengalami kecelakaan lalu lintas. Di bagian leher korban terdapat sejumlah luka lebam, dan kerabat korban juga menyebut ponsel milik Juwita tidak ditemukan di lokasi.

    Dalam reka ulang terungkap, tersangka Jumran membunuh Juwita dengan cara dipiting dan dicekik dalam mobil lalu membuat skenario seolah-olah korban tewas kecelakaan jatuh dari sepeda motor. Prajurit TNI AL itu juga menghancurkan ponsel korban yang diduga berisi video kekerasan seksual dilakukan pelaku.

  • Jurnalis Situr Wijaya Tewas di Hotel Jakbar, Keluarga Curiga Korban Dibunuh

    Jurnalis Situr Wijaya Tewas di Hotel Jakbar, Keluarga Curiga Korban Dibunuh

    PIKIRAN RAKYAT – Seorang jurnalis bernama Situr Wijaya ditemukan tewas di salah satu hotel di kawasan Jakarta Barat (Jakbar). Penemuan jasad ini dilakukan pada Jumat, 4 Maret 2025 dan kabar ini sudah dikonfirmasi kuasa hukum keluarga korban.

    Diketahui Situr Wijaya adalah wartawan salah satu media online. Ia dan keluarganya diketahui berasal dari Sulawesi Tengah. Korban yang berusia 33 tahun itu ditemukan meninggal dunia di kamar hotelnya di kawasan Kebon Jeruk.

    Jurnalis tewas, keluarga curiga korban dibunuh

    Kuasa hukum keluarga korban, Rogate Oktoberius Halawa, menyatakan ada kecurigaan dari keluarga bahwa Situr Wijaya diduga menjadi korban pembunuhan. Pihaknya lalu melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya dengan laporan nomor LP/B/2261/IV/2025/SPKT/Polda Metro Jaya.

    “Kami sudah memasukkan laporan ke Polda Metro Jaya, tentang dugaan tindak pidana pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP,” ujar Rogate Oktoberius Halawa dari Palu, Sabtu 5 Maret 2025, dilansir dari laman ANTARA.

    “Setelah melihat foto-foto korban, pihak keluarga korban curiga bahwa korban meninggal dunia karena dibunuh. Karena dilihat dari foto kondisi korban mengeluarkan darah di hidung dan mulut, luka memar di wajah dan seluruh badan, serta ada sayatan di leher bagian belakang,” ujarnya.

    Selain itu, pihak keluarga juga sedang menanti hasil autopsi yang dilakukan di Rumah Sakit Polri. Setelahnya, jenazah akan diterbangkan ke Kota Palu untuk kemudian dibawa ke kampung halamannya di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

    “Sudah dilakukan autopsi di Rumah Sakit (RS) Polri. Tadi disampaikan hasilnya akan segera dirilis karena menjadi atensi,” ucap Rogate Oktoberius Halawa.

    Pemulangan jenazah jurnalis Situr Wijaya ini dibantu Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid. Hal ini dikonfirmasi istri mendiang, Selfi, bahwa sang gubernur membantu dana sebesar Rp25 juta.

    “Iya, benar ada bantuan, uang tersebut ditransfer langsung ke rekening saya,” ujar Selfi pada Sabtu 5 April 2025 melalui keterangan tertulisnya.

    Demikian kabar jurnalis Situr Wijaya yang tewas di kamar hotelnya di Jakarta Barat. Penyelidikan masih berlangsung saat ini karena keluarga curiga korban menjadi korban pembunuhan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Ultah ke-50, Microsoft Malah Didemo Pegawai Soal Genosida

    Ultah ke-50, Microsoft Malah Didemo Pegawai Soal Genosida

    Jakarta

    Seorang pegawai Microsoft melakukan aksi protes dalam perayaan ulang tahun ke-50 Microsoft, yaitu protes terkait penggunaan AI oleh perusahaan asal Redmond, AS tersebut untuk melakukan genosida.

    Pegawai yang melakukan protes itu bernama Ibtihal Aboussad, yang menyerukan protesnya itu langsung ke CEO AI Microsoft Mustafa Suleyman yang sedang berbicara di atas panggung.

    “Kamu memalukan. Kamu adalah orang yang mengambil keuntungan dari perang. Berhenti menggunakan AI untuk genosida. Berhenti menggunakan AI untuk genosida di daerah kita,” kata Aboussad.

    “Berani-beraninya kalian merayakan saat Microsoft membunuh anak-anak. Kalian semua memalukan,” teriaknya.

    Aboussad langsung diusir dari acara tersebut. Namun tak lama setelah diusir, ia mengirimkan email ke ratusan, atau bahkan ribuan, pegawai Microsoft. Dalam email tersebut ia menjelaskan lebih lanjut soal aksi protes tersebut.

    “Nama saya Ibtihal, dan selama 3,5 tahun, saya adalah software engineer di Microsoft AI Platform Org. Saya berbicara hari ini setelah sadar bahwa org buatan saya dipakai untuk melakukan genosida terhadap saudara-saudara saya di Palestina,” tulisnya.

    Menurutnya, aksi protes ini harus dilakukan di acara yang besar seperti ini karena Microsoft selama bertahun-tahun membungkam pendapat seperti yang ia utarakan dari sejumlah pegawai lain.

    Selama 1,5 tahun, komunitas Arab, Palestina, dan Muslim di Microsoft dipaksa untuk diam, diintimidasi, dilecehkan, dan di-doxing, dengan impunitas dari Microsoft,” tulisnya.

    Dalam surat tersebut Aboussad juga mengutip berita dari AP soal kontrak senilai USD 133 juta antara Microsoft dengan Kementerian Pertahanan Israel. Penggunaan Microsoft dan AI dari OpenAI oleh Israel meningkat 200 kali lipat sejak Maret 2024, yang berujung pada serangan 7 Oktober.

    Jumlah data yang disimpan di server Microsoft meningkat dua kali lipat antara Maret hingga Juli 2024 menjadi 13,6 petabyte. Militer Israel menggunakan Microsoft Azure untuk mengolah informasi yang didapat dari pengawasan massal, termasuk mentranskrip, menerjemahkan, data seperti panggilan telepon, SMS, dan pesan suara.

    Microsoft AI juga dipakai untuk proyek sensitif dan rahasia militer Israel, termasuk mengincar bank dan data penduduk Palestina. Microsoft cloud dan AI juga membuat militer Israel semakin berbahaya di Gaza.

    Kemudian Aboussad juga mengajak pegawai Microsoft lain untuk menandatangani petisi No Azure for Apartheid, yang isinya adalah menolak menulis kode software yang dipakai untuk melakukan pembunuhan, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Sabtu (5/4/2025).

    (asj/asj)