Kasus: pembunuhan

  • Hasil Autopsi Sementara Jurnalis Tewas di Kamar Hotel Jakarta Barat, Ungkap Riwayat Penyakit Korban – Halaman all

    Hasil Autopsi Sementara Jurnalis Tewas di Kamar Hotel Jakarta Barat, Ungkap Riwayat Penyakit Korban – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Polisi masih menyelidiki kasus kematian Situr Wijaya (33), jurnalis media online yang ditemukan tewas di sebuah kamar hotel di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (4/4/2025).

    Terbaru, pihak kepolisian sudah menerima hasil sementara autopsi jasad wartawan asal Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), tersebut.

    Berdasarkan hasil autopsi sementara, Situr meninggal dunia diduga akibat kondisi medis.

    “Terdapat indikasi adanya infeksi pada paru-paru, dugaan dokter yaitu penyakit TBC,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, dalam keterangannya, Minggu (6/4/2025), dilansir WartaKotalive.com.

    Meski demikian, Ade Ary menegaskan hasil autopsi ini masih bersifat sementara dan memerlukan pemeriksaan lanjutan.

    Hal ini untuk memastikan penyebab kematian korban secara lebih akurat.

    Infeksi Paru-Paru dan Perbendungan Organ Tubuh

    Masih dari hasil autopsi sementara, diketahui paru-paru bagian kanan Situr mengalami perlengketan yang cukup parah. 

    Perlengketan ini terjadi hampir di seluruh permukaan yang menempel pada dinding dada, yang mengindikasikan adanya infeksi paru-paru.

    “Paru kanan mengalami perlengketan hebat pada hampir seluruh permukaannya yang menempel pada dinding dada.”

    “Kemudian terdapat massa yang diduga akibat infeksi di bagian atas paru-paru kanan, serta adanya perbendungan pada hampir seluruh organ tubuh,” papar Ade Ary.

    Luka Lecet di Bibir

    Selain itu, hasil autopsi luar menunjukkan adanya luka lecet di bibir Situr.

    Ade Ary menyebutkan luka itu diduga akibat kekerasan tumpul, kemungkinan besar karena korban jatuh dan membentur lantai.

    Tim medis juga sudah mengambil sampel organ untuk pemeriksaan toksikologi dan hispatologi korban. Hal tersebut dilakukan guna memperdalam penyelidikan.

    Sementara itu, berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan sejumlah jenis obat-obatan di kamar korban, yang terdiri dari obat maag, obat jamur, serta antibiotik.

    “Beberapa obat yang ditemukan di kamar korban antara lain promaag tablet, mycoral ketoconazole, dan rifampicin yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur, seperti tuberkulosis,” ungkap Ade Ary.

    Dari hasil penyelidikan awal, diperkirakan Situr meninggal dunia kurang dari 24 jam sebelum jasadnya ditemukan.

    Keluarga Duga Situr Dibunuh

    Di sisi lain, pihak keluarga menduga Situr tewas akibat dibunuh karena menemukan kejanggalan pada kematian korban.

    Keluarga Situr yang curiga lantas melaporkan kematian sang wartawan media online itu ke Polda Metro Jaya pada Sabtu (5/4/2025).

    “Ada dugaan korban dihilangkan nyawanya dengan pelaku yang kini sedang didalami,” ujar Kuasa hukum keluarga korban, Rogate Oktoberius Halawa, Minggu.

    “Kami sudah memasukkan laporan ke Polda Metro Jaya tentang dugaan tindak pidana pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP,” imbuhnya.

    Rogate mengungkapkan, keluarga curiga setelah melihat foto-foto jasad korban sesaat setelah ditemukan tidak bernyawa di dalam kamar hotel.

    “Setelah melihat foto-foto korban, pihak keluarga korban curiga bahwa korban meninggal dunia karena dibunuh. Karena dilihat dari foto kondisi korban, mengeluarkan darah di hidung dan mulut, luka memar di wajah dan seluruh badan, serta ada sayatan di leher bagian belakang,” jelas Rogate.

    Menurut Rogate, keluarga menyayangkan pihak hotel yang tidak menginformasikan kematian korban kepada keluarga. 

    Keluarga mendapat informasi kematian korban dari RS Duta Indah Jakarta Utara, tempat jenazah dibawa.

    “Rumah sakit, tahunya dari sopir ambulans yang mengantar jenazah, yang kami sayangkan pihak hotel tidak memberitahukan hal ini ke keluarga korban,” ungkap Rogate.

    Rogate juga menyebutkan, sopir ambulans yang mengantar jenazah korban ke rumah sakit sempat memberi tahu keluarga Situr tentang kematian sang jurnalis.

    Sopir ambulans lalu mengirimkan foto-foto korban yang telah meninggal. 

    “Setelah melihat foto-foto korban, keluarga curiga bahwa korban telah dihilangkan nyawanya,” sebut Rogate.

    “Kecurigaan dihilangkan nyawa, bisa diracun, bisa juga dianiaya. Kami berharap agar polisi segera menuntaskan kasus ini dan tidak berlarut-larut,” lanjutnya.

    Situr meninggal dunia diperkirakan pada Jumat malam sekitar pukul 22.25 WIB.

    Namun, pihak hotel baru memanggil ambulans untuk mengevakuasi jenazah keesokan harinya.

    Berdasarkan pernyataan tim ambulans, korban telah tergeletak di bawah kasur kamar hotel dan dalam kondisi tidak memakai baju, hanya celana boxer. 

    Tim ambulans yang ingin memastikan korban benar-benar sudah meninggal, lantas membawa Situr ke rumah sakit untuk cek EKG atau rekam jantung.

    Akhirnya, tim ambulans membawa Situr ke Rumah Sakit (RS) Duta Indah Jakarta Utara dan barulah korban dinyatakan meninggal dunia dengan kondisi badan sudah membiru.

    Atas izin keluarga, jasad korban kemudian dilakukan autopsi di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

    Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Jurnalis Tewas di Kamar Hotel Jakarta Barat, Hasil Otopsi Sementara Diduga Sakit

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (WartaKotalive.com/Ramadhan L Q/Budi Sam Law Malau)

  • Hasil Autopsi Sementara Jurnalis Tewas di Kamar Hotel Jakarta Barat, Ungkap Riwayat Penyakit Korban – Halaman all

    Foto-foto Jurnalis Tewas di Hotel Jakarta Barat Kuatkan Dugaan Korban Dibunuh, Keluarga Lapor Polisi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kematian Situr Wijaya (33), jurnalis yang ditemukan tewas di kamar Hotel D’Paragon di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (4/4/2025) malam, menyimpan kejanggalan.

    Kejanggalan yang terlihat dari foto-foto jasad Situr menguatkan dugaan, jurnalis asal Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) itu menjadi korban pembunuhan.

    Keluarga Situr yang curiga lantas melaporkan kematian sang wartawan media online itu ke Polda Metro Jaya pada Sabtu (5/4/2025).

    “Ada dugaan korban dihilangkan nyawanya dengan pelaku yang kini sedang didalami,” kata Kuasa hukum keluarga korban, Rogate Oktoberius Halawa, Minggu (6/4/2025), dilansir WartaKotalive.com.

    “Kami sudah memasukkan laporan ke Polda Metro Jaya tentang dugaan tindak pidana pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP,”  lanjutnya.

    Rogate mengatakan, keluarga curiga setelah melihat foto-foto jasad korban sesaat setelah ditemukan tidak bernyawa di dalam kamar hotel.

    “Setelah melihat foto-foto korban, pihak keluarga korban curiga bahwa korban meninggal dunia karena dibunuh. Karena dilihat dari foto kondisi korban, mengeluarkan darah di hidung dan mulut, luka memar di wajah dan seluruh badan, serta ada sayatan di leher bagian belakang,” ungkap Rogate.

    Menurut Rogate, keluarga menyayangkan pihak hotel yang tidak menginformasikan kematian korban kepada keluarga. 

    Keluarga justru mendapat informasi kematian korban dari Rumah Sakit Duta Indah Jakarta Utara, tempat jenazah dibawa.

    “Rumah sakit, tahunya dari sopir ambulans yang mengantar jenazah, yang kami sayangkan pihak hotel tidak memberitahukan hal ini ke keluarga korban,” ujar Rogate.

    Rogate juga mengungkapkan, sopir ambulans yang mengantar jenazah korban ke rumah sakit sempat memberi tahu keluarga Situr tentang kematian sang jurnalis.

    Sopir ambulans kemudian mengirimkan foto-foto korban yang telah meninggal. 

    “Setelah melihat foto-foto korban, keluarga curiga bahwa korban telah dihilangkan nyawanya,” ujar dia.

    “Kecurigaan dihilangkan nyawa, bisa diracun, bisa juga dianiaya. Kami berharap agar polisi segera menuntaskan kasus ini dan tidak berlarut-larut,” sebut Rogate.

    Situr Wijaya diduga meninggal pada Jumat malam sekitar pukul 22.25 WIB.

    Tetapi, pihak hotel baru memanggil ambulans untuk mengevakuasi jenazah keesokan harinya.

    Berdasarkan pernyataan tim ambulans, korban sudah tergeletak di bawah kasur kamar hotel dan dalam kondisi tidak memakai baju, hanya celana boxer. 

    Tim ambulans yang ingin memastikan korban benar-benar sudah meninggal, kemudian membawa Situr ke rumah sakit untuk cek EKG atau rekam jantung.

    Akhirnya, tim ambulans membawa korban ke RS Duta Indah Jakarta Utara dan dinyatakan meninggal dunia dengan kondisi badan sudah membiru.

    Atas izin keluarga, jasad korban kemudian dilakukan autopsi di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

    “Untuk hasil autopsi kan kita tunggu hasil visum luarnya,” kata Arfan, Sabtu (5/4/2025), dilansir TribunJakarta.com.

    Sejauh ini, polisi telah memeriksa tiga orang saksi terkait kasus jurnalis ditemukan tewas sendirian di kamar hotel ini.

    Polisi juga memeriksa CCTV yang ada di area hotel tersebut guna mengetahui penyebab tewasnya SW apakah karena dibunuh atau tidak.

    “Sampai saat ini sudah tiga orang dari pihak hotel yang kami mintai keterangan,” terang Arfan.

    Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Jurnalis Tewas di Hotel Jakbar Diduga Dibunuh, Keluarga Lapor Polda Metro Usai Lihat Bukti Ini

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (WartaKotalive.com/Budi Sam Law Malau) (TribunJakarta.com/Wahyu Septiana)

  • Duduk Perkara Pembunuhan Pria Paruh Baya di Bali, Bermula Unggahan Facebook dan Motif Cemburu – Halaman all

    Duduk Perkara Pembunuhan Pria Paruh Baya di Bali, Bermula Unggahan Facebook dan Motif Cemburu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR – Kasus pembunuhan tragis kembali terjadi di Bali, tepatnya di Banjar Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Kamis (3/4/2025) malam.

    Seorang pria paruh baya bernama Agus Susanto (57), asal Boyolali, Jawa Tengah ditemukan tewas bersimbah darah setelah ditusuk oleh seorang pria yang cemburu buta, Marno (56), warga Lumajang, Jawa Timur.

    Motif pembunuhan diduga kuat karena urusan asmara.

    Marno, pelaku pembunuhan, mencurigai bahwa korban memiliki hubungan gelap dengan istrinya.

    Dugaan itu mencuat setelah ia melihat unggahan Facebook dari kerabat istrinya, Hariyati, pada 1 April 2025.

    Dalam unggahan tersebut disebutkan secara terbuka bahwa istri pelaku “kelonan dengan Agus” saat anaknya dititipkan ke kerabat.

    Merasa marah dan dikuasai api cemburu, Marno yang saat itu sedang berada di Jawa memutuskan untuk pergi ke Bali dengan niat menghabisi Agus.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun, Marno mendatangi tempat kos korban pada Kamis, 3 April 2025, sekitar pukul 19.00 WITA.

    Namun saat itu korban belum tiba dari tempat kerja.

    Marno pun menunggu.

    Sekitar pukul 20.00 WITA, Agus tiba dan sempat menyapa pelaku.

    Keduanya sempat berbincang santai.

    Marno bahkan mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri.

    Agus kemudian mandi dan makan malam.

    Sekitar pukul 21.00 WITA, keduanya duduk berbincang di teras kamar kos.

    Saat itu, Marno langsung mengonfrontasi korban dengan pertanyaan, “Kamu ada hubungan apa dengan istri saya, dan berapa kali kamu meniduri istri saya?”.

    Agus mengelak dan sempat mengangkat kedua tangannya sebagai bentuk penolakan.

    Namun, pada saat itulah Marno langsung mengeluarkan pisau dapur yang telah dipersiapkan dan menusukkan senjata tersebut ke arah dada korban.

    Agus yang terluka kemudian berlari keluar kamar kos, namun tersungkur di gang rumah milik warga bernama Ni Wayan Rapet.

    Saksi mata Klaransia Oefi (38) menyebutkan bahwa dirinya melihat Agus sudah dalam kondisi bersimbah darah dan tidak bergerak.

    Warga pun bergegas memanggil polisi.

    Pelaku Serahkan Diri

    Sementara itu, setelah melakukan aksinya, Marno langsung pergi mencari temannya, Saiful, yang tinggal di kos belakang lokasi kejadian.

    Ia meminta Saiful mengantarnya ke kantor polisi.

    Tak lama kemudian, Marno mendatangi Mapolsek Blahbatuh dan menyerahkan diri sambil mengatakan, “Saya sudah tusuk orang.”

    Petugas gabungan dari Polsek Blahbatuh dan Satreskrim Polres Gianyar langsung mendatangi lokasi kejadian dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

    Barang bukti berupa pisau dapur yang digunakan pelaku berhasil ditemukan.

    Peristiwa ini langsung membuat warga sekitar geger.

    Banyak warga turun ke jalan menyaksikan proses olah TKP oleh pihak kepolisian.

    Sementara korban dinyatakan meninggal dunia dan telah dibawa ke RSUP Prof Ngoerah Denpasar untuk diautopsi.

    Kapolres Gianyar, AKBP Umar, mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan pendalaman dan pengembangan atas kasus ini.

    “Saat ini masih kita kembangkan. Ketika data sudah lengkap, dalam waktu dekat akan kami rilis ke publik,” ujarnya singkat. (Tribunnews.com/I Wayan Eri Gunarta) 

  • Pembunuhan di Taman Cimanggu, Cekcok Memicu Tragedi, Keamanan Perumahan Mewah Jadi Sorotan – Halaman all

    Pembunuhan di Taman Cimanggu, Cekcok Memicu Tragedi, Keamanan Perumahan Mewah Jadi Sorotan – Halaman all

    Berita Ringkasan 

    Warga Perumahan Taman Cimanggu, Bogor, digemparkan dengan dugaan kasus pembunuhan yang terjadi pada Minggu (6/4/2025). 

    Kejadian ini diduga dipicu oleh cekcok antara penghuni rumah yang terjadi sekitar pukul 17.30 WIB di Jalan Amarilis 1.

    Perumahan yang dikenal sebagai kawasan elit ini kini mendapat sorotan terkait keamanan setelah tragedi tersebut. 

    TRIBUNNEWS.COM, BOGOR – Warga Perumahan Taman Cimanggu, Tanah Sareal, Bogor, Jawa Barat, digemparkan dengan dugaan kasus pembunuhan yang terjadi pada Minggu (6/4/2025).

    Kejadian ini mengungkapkan ketegangan yang terjadi di lingkungan yang dikenal sebagai perumahan mewah, setelah cekcok yang diduga menjadi pemicu utama tragedi tersebut.

    Menurut keterangan salah satu warga setempat, Erika, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 17.30 WIB di Jalan Amarilis 1, Perumahan Taman Cimanggu.

    Erika mengatakan, kawasan tersebut mulai ramai sejak sore hari, dengan kehadiran polisi yang tampak jelas di lokasi.

    Cekcok yang Memicu Tragedi

    Sejauh ini, informasi yang diterima menyebutkan bahwa ada ribut-ribut yang terjadi di dalam sebuah rumah yang berada di lokasi tersebut.

    Meski belum ada informasi lebih lanjut mengenai penyebab dari cekcok itu, kejadian tersebut diduga menjadi pemicu bagi tragedi pembunuhan yang mencengangkan warga.

    Hasil penyelidikan sementara belum mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi, namun ketegangan yang melibatkan penghuni rumah sepertinya berujung pada kejadian yang tragis.

    Kejadian tersebut menjadi semakin mencolok karena terjadi di sebuah perumahan yang dikenal sebagai kawasan elit dan aman.

    Keamanan Perumahan Mewah Dipertanyakan

    Perumahan Taman Cimanggu merupakan salah satu kawasan mewah di Tanah Sareal, Bogor, yang selama ini dianggap sebagai lingkungan yang cukup aman.

    Namun, dengan adanya tragedi pembunuhan ini, banyak pihak mulai mempertanyakan seberapa efektif sistem keamanan yang ada di kawasan tersebut.

    Para warga yang tinggal di sekitar lokasi merasa khawatir dan meminta pihak berwenang untuk segera mengevaluasi tingkat pengamanan di perumahan mewah ini, mengingat ini bukan pertama kalinya terjadi peristiwa yang menimbulkan kecemasan di kawasan tersebut.

    Bagi para penghuni, peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan yang lebih ketat.

    Meskipun Taman Cimanggu dikenal memiliki fasilitas keamanan yang mumpuni, insiden ini menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat sepenuhnya menanggulangi potensi ancaman yang bisa muncul kapan saja.

    Kapolresta Bogor Kota yang dikonfirmasi mengenai kejadian ini hingga saat berita ini diturunkan belum memberikan tanggapan.

    Meski begitu, banyak warga yang berharap agar pihak kepolisian segera mengungkapkan lebih lanjut mengenai perkembangan kasus ini, termasuk penyebab pasti dari cekcok yang terjadi sebelum tragedi pembunuhan itu berlangsung.

    Proses penyelidikan yang transparan diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi warga dan pihak terkait mengenai apa yang sebenarnya terjadi.

    Dampak Jangka Panjang bagi Warga

    Insiden ini jelas akan berdampak pada persepsi masyarakat terhadap keamanan perumahan-perumahan mewah di Bogor dan kota-kota besar lainnya.

    Masyarakat mulai menilai bahwa meskipun ada sistem keamanan dan fasilitas penunjang, perumahan dengan status elit sekalipun rentan terhadap ketegangan sosial yang bisa memicu kejadian-kejadian tragis.

    Warga berharap agar kejadian ini menjadi pembelajaran untuk memperkuat sistem pengawasan dan keamanan di lingkungan mereka.

    Mereka juga menekankan pentingnya komunikasi yang lebih terbuka antara pengelola perumahan dan warga untuk menciptakan atmosfer yang lebih aman dan nyaman di masa depan.

    Seperti yang diketahui, perumahan elit sering kali menghadirkan tantangan tersendiri dalam menjaga keharmonisan antar penghuni, yang memerlukan perhatian lebih.

    Dengan terus berkembangnya informasi mengenai kasus ini, masyarakat berharap pihak kepolisian dapat segera mengungkapkan penyebab pasti kejadian dan memastikan keadilan bagi korban serta menjawab kecemasan yang kini dirasakan oleh warga Taman Cimanggu dan sekitarnya.

  • Mengenal Incel, Fenomena Mengerikan yang Kembali Populer Lewat Serial Adolescence

    Mengenal Incel, Fenomena Mengerikan yang Kembali Populer Lewat Serial Adolescence

    JAKARTA – Fenomena incel yang awalnya sekadar tempat curhat kini bertransformasi menjadi budaya yang toxic di dunia maya. Hal ini terungkap lewat serial Netflix Adolescence.

    Adolescence masih menjadi pembicaraan masyarakat luas sejak ditayangkan pertama kali secara global pada 13 Maret lalu. Hingga dua pekan masa penayangannya, Adolescence telah menjangkau 66,3 juta penonton Netflix.  

    Serial empat episode ini langsung menjadi perhatian, mulai dari orang tua sampai pemerhati anak dan remaja karena ceritanya yang disebut mendekati kehidupan nyata di era sekarang ini.

    Para orangtua yang menonton Adolescence mungkin terkejut dengan cerita yang diangkat, yaitu mengenai penangkapan Jamie Miller (Owen Cooper) yang dituduh membunuh teman sekelasnya, Katie Leonard (Emilia Holliday).

    Secara tidak langsung serial ini memberi banyak paham bagi pemirsa untuk membahas cara orang tua membesarkan anak-anak di era sekarang ini.

    Incel atau involuntary celibate adalah julukan untuk kaum laki-laki yang merasa tidak mampu menarik minat atau terlibat secara seksual atau romantis dengan lawan jenis, padahal mereka menginginkannya. (Ist)

    Media Sosial Jadi Bumerang

    Ide cerita Adolescence yang digagas Stephen Graham dan Jack Thorne, serta diracik sineas Philip Barantini mengangkat isu-isu yang sensitif dan kontroversial di tengah-tengah kehidupan remaja di masa puber mereka.

    Graham mengatakan, ia terinspirasi untuk membuat serial ini setelah melihat dua laporan terpisah tentang anak laki-laki yang menikam bocah perempuan hingga meninggal.

    “Saya membatin apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat kita sampai-sampai hal semacam ini menjadi lumrah? Saya sungguh tidak habis pikir. Maka dari itu saya ingin benar-benar mencoba menyoroti masalah spesifik ini,” kata Graham 

    Dalam serial ini, tersirat secara kuat bahwa karater Jamie telah dipengaruhi oleh forum daring yang misoganis. Dalam kasus ini, narasi tersebut menampilkan incel, atau orang-orang yang “involuntary celibate”, serta sudut pandang daring yang ekstrem dapat memengaruhi anak bahkan saat mereka dianggap “aman” di kamar tidur mereka.

    Poster film Adolescence yang sedang tayang di Netflix dan sudah ditonton 66,3 juta pemirsa. (Internet Movie Database) 

    Jack Thorne, selaku penulis Adolescence, membuat gagasan incel menjadi fokus utama dalam serial tersebut karena pembahasan ini menarik untuk diangkat.

    “Gagasan di balik budaya incel sangat menarik karena gagasan tersebut masuk akal untuk banyak hal, seperti perasaan terisolasi, harga diri rendah, perasaan tidak menarik,” ujar Thorne.

    “Gagasan tersebut memberi tahu bahwa ada alasan mengapa dunia menentang kita, karena dunia dibangun dari sudut pandang perempuan, dan para perempuan ini memiliki semua kekuasaan. (Gagasan ini menunjukkan bahwa) kita perlu memperbaiki diri, dengan pergi ke pusat kebugaran, belajar cara memanipulasi dan belajar cara menyakiti,” ungkapnya.

    Thorne juga menuturkan, telepon pintar bisa menjadi bumerang untuk anak-anak yang sedang mencari jati diri. Bukan tentang telepon pintarnya, tapi apa yang diakses di dalamnya, yaitu media sosial.

    Bermula dari Komunitas Orang Kesepian

    Incel adalah kependekan dari involuntary celibate. Secara sederhana, incel adalah julukan untuk kaum laki-laki yang merasa tidak mampu menarik minat atau terlibat secara seksual atau romantis dengan lawan jenis, padahal mereka menginginkannya. Akhirnya, mereka menyalahkan perempuan atas kesepian mereka.

    Meski istilah ini bersinggungan dengan misogini dan kelompok yang didominasi laki-laki, orang yang dianggap sebagai pencetus istilah incel adalah pelajar Kanada yang mengidentiifikasi dirinya sebagai biseksual, dengan nama Alana. Ia yang pertama kali mempopulerkan istilah tersebut pada 1990-an melalui situs web pribadinya yang disebut “Alana’s Involuntary Celibacy Project”.

    Istilah incel menjadi bagian dari bahasa yang ia gunakan dengan para pengikutnya saat mereka membahas perasaan malu dan canggung secara sosial. Awalnya, situs ini dibuat Alana sebagai support system bagi laki-laki dan perempuan yang merasa senasib, yaitu kesepian. 

    Namun, menurut Ryan Muhammad Fahd dan Akbar Muhammad Arief dalam artikel “Fenomena Involuntary Celibacy (Incel), Generasi Mutakhir Terorisme?” ketika Alana mulai meninggalkan situs buatannya pada 2000, incel justru berubah menjadi fenomena dan ideologi ekstrem.

    Alana disebut terkejut karena istilah yang ia perkenalkan berubah menjadi kelompok ekstremis yang membenci perempuan, bahkan beberapa kali berujung pada kasus-kasus pembunuhan.

    Salah satunya kasus pembunuhan di Isla Vista, California pada 23 Mei 2014. Elliot Rodgers menikam tiga orang dan menembaki tiga korban lain, serta melukai 14 lainnya dengan motif misoginis. Setelah itu ia bunuh diri.

    Sebelum menjalankan aksinya, Rodger mempublikasikan video secara online yang menggambarkan kebenciannya hingga ingin membunuh setiap perempuan yang tak mau berkencan dengannya.

    Ada pula kasus Alek Minassian, yang menabrakkan mobil van-nya di Toronto pada 23 April 2018. Insiden ini menimbulkan 11 korban meninggal dan 15 lainnya luka-luka. Aksi Minassian ternyata terinspirasi dari kasus Rodgers sebagai simpatisan kelompok incel.

    Alarm untuk Orang Tua

    Serial Adolescence tidak hanya mengguncang sekaligus menjadi alarm untuk para orang tua, bahwa bahaya di dunia maya yang mengincar anak-anak tak lagi bisa diremehkan. Orang tua diminta selalu memantau aktivitas digital anak, apa yang diakses di dunia maya, serta memberi pengertian mana yang baik dan tidak baik.

    Theresa Nguyen, Kepala Riset Kesehatan Mental Amerika dan seorang ibu dari dua anak laki-laki usia sekolah mengatakan kemajuan teknologi dapat mempersulit cara orang tua menjaga anak-anak tetap aman.

    “Informasi dan teknologi membawa seluruh dunia ke ujung jari kita, jadi butuh sedikit waktu bagi orangtua untuk memahami cara kita berinteraksi dengan anak-anak kita di sekitar ruang-ruang ini,” katanya kepada Today.com.

    Nguyen menambahkan, kreator konten daring menargetkan anak-anak usia delapan tahun. Saat seorang anak mencapai usia 13, mereka mungkin sudah cukup banyak mengonsumsi konten ini.

    Mobil yang rusak, diduga dikendarai oleh Elliot Rodger, yang melakukan penusukan dan penembakan di Isla Vista, California, pada 2014. (Ist)

    Sehingga, alih-alih menggunakan masa remaja untuk mengeksplorasi seksualitas mereka, anak-anak muda ini menganggap apa yang mereka tonton daring sebagai “model tentang seperti apa seharusnya pria yang kuat”.

    Pada akhirnya, menurut Nguyen, pesan itu mendorong mereka ke arah kekerasan yang lebih besar.

    Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah melakukan diskusi setiap hari tentang apa saja yang anak-anak lihat secara daring, bahkan jika anak masih berusia di bawah tujuh tahun.

    “Mulai membangun hubungan dengan anak Anda sehingga Anda bisa menanyakan apa pun dan mereka tidak berpikir ini aneh,” pungkasnya.

  • AS Gagal Lemahkan Houthi Yaman Meski Habiskan Hampir Rp 16,5 Triliun dalam 3 Pekan Serangan – Halaman all

    AS Gagal Lemahkan Houthi Yaman Meski Habiskan Hampir Rp 16,5 Triliun dalam 3 Pekan Serangan – Halaman all

    AS Gagal Lemahkan Houthi Yaman Meski Habiskan Hampir Rp 16,5 Triliun dalam 3 Pekan

    TRIBUNNEWS.COM – Operasi pengeboman militer Amerika Serikat (AS) di Yaman telah menghabiskan biaya hampir 1 miliar dolar AS atau setara Rp 16,5 triliun dalam waktu kurang dari tiga minggu, menurut narasumber yang diwawancarai CNN. 

    Narasumber itu mengatakan, bombardemen AS ke Yaman tersebut hanya menyebabkan ‘dampak terbatas’ pada kemampuan Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang dipimpin kelompok Ansarallah (Houthi).

    Diluncurkan pada 15 Maret, serangan-serangan AS ke Yaman tersebut mengandalkan amunisi presisi mahal seperti rudal Tomahawk, JASSM, JSOW, pesawat pengebom B-2 dari Diego Garcia, dan sejumlah kapal induk serta jet tempur tambahan. 

    Meski demikian, YAF terus mampu meluncurkan rudal balistik dan jelajah serta pesawat nirawak, termasuk menjatuhkan sedikitnya 17 pesawat nirawak canggih MQ-9 AS – yang masing-masing seharga 30 juta dolar AS.

    Pejabat Pentagon mengakui, meskipun beberapa lokasi militer dan kepemimpinan Yaman menjadi sasaran pengeboman, negara tersebut masih memiliki persediaan senjata yang signifikan dan bunker yang dibentengi. 

    Satu sumber mencatat kemampuan Yaman yang berkelanjutan untuk menyerang kapal-kapal di Laut Merah dan menghindari kerusakan.

    “Mereka (militer AS0 telah merebut beberapa lokasi, tetapi itu tidak memengaruhi kemampuan Houthi untuk terus menembaki kapal-kapal di Laut Merah atau menembak jatuh pesawat nirawak AS,” kata salah satu sumber yang diberi pengarahan tentang operasi tersebut. 

    “Sementara itu, kami sedang mempersiapkan diri—amunisi, bahan bakar, dan waktu pengerahan.”

    Angkatan bersenjata Yaman mulai menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah pada November 2023 sebagai respons atas genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

    AS dan Inggris kemudian melancarkan operasi militer terhadap Yaman atas nama Israel.

    Biaya Operasi Militer Membengkak, Amunisi Menipis

    Biaya operasi yang tinggi telah menimbulkan kekhawatiran di Kongres AS. 

    Pentagon mungkin akan segera meminta dana tambahan untuk melanjutkan operasi tersebut.

    Perubahan dalam otorisasi serangan—beralih dari model era Biden yang mengharuskan persetujuan Gedung Putih—telah memberi para komandan lebih banyak fleksibilitas, yang menggemakan kebijakan dari masa jabatan pertama Donald Trump. 

    Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz merujuk pada pembunuhan seorang operator pesawat nirawak senior Yaman, yang menunjukkan pendekatan serangan yang lebih luas.

    Sementara itu, para pejabat di Komando Indo-Pasifik AS telah menyatakan kekhawatirannya atas menipisnya amunisi jarak jauh seperti JASSM, yang mereka anggap penting untuk potensi konflik di Pasifik, termasuk melawan Tiongkok.

    Seorang pejabat pertahanan menepis kekhawatiran ini, dan menekankan kesiapan dan ketepatan sasaran yang berkelanjutan.

    Operasi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga serangan Yaman terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah berhenti.

    LEPAS LANDAS – Tangkap Layar Khaberni, Minggu (23/3/2025) yang menunjukkan jet tempur Amerika Serikat (AS) lepas landas dari Kapal Induk USS Harry S Truman yang berada di Laut Merah. AS dibantu Inggris, melancarkan serangan udara besar-besaran ke Yaman dengan dalih menghancurkan infrastruktur Houthi yang memblokade Laut Merah sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina atas agresi Israel. (khaberni/tangkap layar)

    Houthi Masih Bisa Serang Kapal Induk AS

    Pada hari Jumat, juru bicara YAF, Yahya Saree mengatakan Sanaa “menargetkan kapal induk AS, USS Harry S. Truman, dan kapal perang afiliasinya di Laut Merah, menggunakan beberapa rudal jelajah dan pesawat tak berawak.”

    Ia menekankan bahwa kelompoknya “tidak akan mengabaikan tugas moral, agama, dan kemanusiaannya terhadap rakyat Palestina yang tertindas, apa pun konsekuensinya.”.

    Menurut Kementerian Kesehatan Yaman, sedikitnya 61 warga sipil tewas dan 139 lainnya terluka dalam serangan udara AS di Yaman sejak 15 Maret.

    Sumber yang berbicara dengan CNN menyuarakan klaim serupa tentang biaya operasi dan efektivitas terbatas yang dilaporkan di New York Times (NYT) kemarin.

    “Dalam pengarahan tertutup beberapa hari terakhir, pejabat Pentagon mengakui bahwa hanya ada sedikit keberhasilan dalam menghancurkan persenjataan besar rudal, pesawat tak berawak, dan peluncur milik Houthi yang sebagian besar berada di bawah tanah,” kata para ajudan dan pejabat kongres yang tidak disebutkan namanya kepada NYT. 

    Sumber tersebut mengatakan YAF telah memperkuat banyak situs militernya. 

    “Hanya dalam waktu tiga minggu, Pentagon telah menggunakan amunisi senilai $200 juta, selain biaya operasional dan personel yang sangat besar untuk mengerahkan dua kapal induk, pesawat pengebom B-2 tambahan, dan jet tempur, serta pertahanan udara Patriot dan THAAD ke Timur Tengah,” menurut para pejabat. 

    Laporan itu muncul saat Presiden AS Donald Trump membanggakan keberhasilan kampanye Washington melawan gerakan perlawanan Ansarallah, yang menurutnya telah “dihancurkan.” 

     

  • PWI Surakarta Kecam Aksi Kekerasan kepada Wartawan, Ancaman hingga Pembunuhan – Halaman all

    PWI Surakarta Kecam Aksi Kekerasan kepada Wartawan, Ancaman hingga Pembunuhan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kasus yang merugikan wartawan hingga menjadi korban kekerasan yang terjadi belakangan menjadi perhatian berbagai pihak.

    Satu di antaranya adalah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta.

    Mulai dari ancaman hingga tindak penghilangan nyawa wartawan disesalkan oleh PWI Surakarta.

    Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul menegaskan, aparat kepolisian harus mengusut kasus-kasus tersebut dengan tuntas dan profesional.

    Kendati masih dalam pendalaman dan penanganan kepolisian, kasus wartawan asal Palu bernama Situr Wijaya adalah kasus terbaru yang mendapat sorotan.

    Kabar yang beredar, ia ditemukan meninggal dunia di salah satu hotel di Jakarta Barat pada Jumat (4/4/2025).  

    Diduga wartawan media online ini menjadi korban kekerasan yang berujung pembunuhan. 

    Sebelumnya kejadian yang sama menimpa wartawan perempuan, Juwita yang tewas dengan dugaan menjadi korban pembunuhan oleh oknum TNI AL di Banjarbaru Kalimamtan Selatan. 

    Yang terbaru adalah kasus salah satu ajudan Kapolri yang melakukan pemukulan dan pengancaman pada wartawan di Semarang, Sabtu (5/4/2025).

    “Ini melanggar UU 40 99 pasal 18. Menghalangi kerja wartawan. Para pelaku harus dihukum keras dan tegas biar tidak selalu berulang. Selama ini pelaku kekerasan kepada wartawan tidak jelas sanksinya,” jelas Anas kepada wartawan pada Minggu (6/4/2035).

    Anas menyebut kasus-kasus pada wartawan ini ancaman serius terhadap kebebasan pers yang terus merosot di Indonesia. Menambah daftar kekerasan kepada wartawan.

    “Kepercayaan publik kepada polisi yang memang sudah buruk akan makin merosot jauh dibanding institusi penegak hukum lain,” tukasnya.

    Anas juga menegaskan untuk kasus-kasus kekerasan yang berujung pada tewasnya wartawan harus diusut tuntas dan pelaku harus mendapat hukuman sesuai undang-undang pidana.

    “Memprihatinkan kekerasan yang berujung pengjilangan nyawa seseorang. Aparat penegak hukum harus mengusut tuntas dan transparan,” tegasnya.

    Kapolri Minta Maaf

    Tribunnews mengabarkan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merespons dugaan tindakan intimidasi yang diduga dilakukan oleh ajudannya terhadap jurnalis di Stasiun Tawang, Kota Semarang pada Sabtu (5/4/2025) kemarin.

    Terkait hal ini Listyo pun meminta maaf apabila benar terdapat anggotanya melakukan tindakan tersebut terhadap awak media.

    “Secara pribadi saya meminta maaf terhadap insiden yang terjadi dan membuat tidak nyaman rekan-rekan media,” kata Listyo saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (6/4/2025).

    Pimpinan tertinggi Polri itu menyebut baru mengetahui kejadian tersebut usai melihat pemberitaan di media.

    Ia pun mengaku sangat menyesali apabila benar terdapat ajudannya melakukan tindakan intimidasi tersebut.

    Alhasil Guna menyikapi hal itu, ia pun berjanji bakal menelusuri hingga menindaklanjuti kejadian tersebut.

    “Saya cek dulu karena saya baru mendengar dari link berita ini. Namun kalau itu benar terjadi, saya sangat menyesalkan kejadian tersebut karena hubungan kita dengan teman-teman media sangat baik. Segera saya telusuri dan tindaklanjuti,” tegasnya.

    Awal Mula Permasalahan

    Diberitakan TribunJateng.com, Insiden kekerasan terhadap jurnalis kembali terjadi. 

    Kali ini melibatkan seorang ajudan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo. 

    Kejadian tersebut berlangsung saat Kapolri meninjau arus balik Lebaran 2025 di Stasiun Tawang, Kota Semarang, pada Sabtu (5/4) sore.

    Peristiwa bermula ketika Kapolri mendatangi salah satu penumpang yang duduk di kursi roda di dalam area stasiun. 

    Sejumlah jurnalis dari berbagai media, termasuk pewarta foto dan tim humas dari sejumlah lembaga, tengah meliput dan mengambil gambar dari jarak yang wajar.

    Namun, situasi mendadak berubah tegang ketika salah satu ajudan Kapolri meminta para jurnalis untuk mundur. 

    Bukan dengan permintaan halus, ajudan tersebut justru mendorong para jurnalis dan humas secara kasar.

    Pemukulan Pewarta Foto

    Merasa situasi tidak kondusif, seorang pewarta foto dari Kantor Berita Antara Foto, Makna Zaezar, memilih menjauh dan berpindah ke sekitar peron. 

    Namun, ajudan yang sama justru mengejar Makna dan melakukan tindak kekerasan.

    Ia memukul kepala Makna dengan tangan.

    Ancaman dan Intimidasi Lainnya

    Tak hanya berhenti di situ, ajudan tersebut bahkan mengancam jurnalis lain yang berada di lokasi. 

    Dengan nada tinggi dan sikap agresif, ia berkata, “Kalian pers, saya tempeleng satu-satu.”

    Beberapa jurnalis lain juga melaporkan mengalami dorongan fisik dan intimidasi verbal. 

    Salah seorang jurnalis perempuan bahkan mengaku nyaris dicekik oleh petugas yang sama.

    Respons dari Organisasi Jurnalis

    Menanggapi peristiwa ini, Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang mengecam keras tindakan kekerasan yang dilakukan ajudan Kapolri.

    “Kejadian ini adalah pelanggaran serius terhadap UU Pers. Ruang kerja kami dilanggar secara fisik dan psikologis,” tegas Dhana Kencana, Ketua PFI Semarang, Minggu (6/4/2025).

    Hal senada disampaikan oleh Daffy Yusuf, Ketua Divisi Advokasi AJI Semarang. 

    “Kami menuntut permintaan maaf terbuka dari pelaku, dan mendesak institusi Polri untuk memberikan sanksi tegas. Kekerasan terhadap jurnalis tidak boleh dibiarkan menjadi budaya,” tegasnya.

    Pelanggaran terhadap UU Pers

    Peristiwa kekerasan ini dinilai melanggar Pasal 18 Ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, yang menyebutkan bahwa setiap orang yang secara sengaja menghambat atau menghalangi kerja jurnalistik dapat dikenakan sanksi pidana.

  • Kejanggalan Rekonstruksi Pembunuhan Juwita, Tak ada Adegan Rudapaksa hingga Waktu Kejadian – Halaman all

    Kejanggalan Rekonstruksi Pembunuhan Juwita, Tak ada Adegan Rudapaksa hingga Waktu Kejadian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jumran, seorang oknum TNI Angkatan Laut dari Balikpapan, Kalimantan Timur, telah menjalani rekonstruksi pembunuhan wartawati bernama Juwita.

    Proses rekonstruksi ini dilaksanakan di Jalan Trans Gunung Kupang, Kiram, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dan berlangsung selama satu jam.

    Dalam rekonstruksi tersebut, Jumran yang mengenakan baju tahanan memperagakan 33 adegan yang terkait dengan pembunuhan tersebut.

    Namun, kuasa hukum keluarga korban, M.Pazri, mengungkapkan adanya kejanggalan dalam proses tersebut.

    M.Pazri, menyoroti ketidakhadiran adegan-adegan penting dalam rekonstruksi, terutama yang berkaitan dengan dugaan rudapaksa.

    “Memang ada beberapa adegan, tapi ada beberapa peristiwa yang tertinggal. Tapi akan kami dalami lebih dalam lagi ke depan, kami juga akan berkomunikasi dengan penyidik untuk memberikan masukan,” ucapnya.

    Hal ini menunjukkan bahwa ada aspek-aspek vital dari kejadian tersebut yang mungkin belum sepenuhnya terungkap dalam rekonstruksi.

    Lebih lanjut, Pazri juga mempertanyakan kurangnya penjelasan detail waktu kejadian saat rekonstruksi.

    “Ketika rekonstruksi, tidak disebutkan pukul berapa saja, hari, dan tahunnya,” ujarnya.

    Pertanyaan ini mencerminkan keinginan untuk transparansi dalam proses hukum yang sedang berlangsung.

    Menurutnya, penting untuk mengaitkan setiap adegan dengan alat bukti dan saksi-saksi yang relevan.

    Rekonstruksi mengungkapkan bahwa Juwita meninggal setelah dicekik di dalam mobil, dan jasadnya kemudian dibuang ke semak-semak pada 22 Maret 2025.

    Mobil Daihatsu Xenia berwarna hitam yang digunakan untuk pembunuhan juga ditampilkan dalam rekonstruksi.

    Usai melakukan pembunuhan, Jumran mengambil sepeda motor korban dari sebuah toko di Cempaka, Banjarbaru, dan membersihkan sidik jarinya sebelum membuangnya di dekat jasad korban.

    Ia juga memasangkan helm di kepala Juwita agar masyarakat mengira bahwa kematian korban merupakan akibat kecelakaan.

    Kuasa hukum keluarga korban, Dedi Sugianto, menyatakan bahwa tindakan Jumran dapat dikategorikan sebagai pembunuhan berencana.

    “Dari gelar rekonstruksi ini, kita sudah mendapatkan gambaran bagaimana tersangka merencanakan perbuatannya.”

    Rekonstruksi ini menunjukkan bahwa segala sesuatunya telah disusun dengan hati-hati oleh Jumran, mulai dari penempatan jasad hingga pengaturan barang-barang milik korban.

    Hingga kini, penyidik masih mendalami motif di balik pembunuhan ini, dan kasus ini tetap menjadi perhatian publik.

    Dengan penyerahan seluruh barang bukti kepada Oditur Militer, diharapkan proses persidangan berjalan secara transparan dan akuntabel.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunBanjarbaru.com dengan judul TNI AL Janji Hukum Berat Jumran, Satu Saksi Saksikan Pelaku Buang Tubuh Juwita Jurnalis Banjarbaru

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunBanjarbaru.com/Frans Rumbon/Nurholis Huda)

  • Tragedi Jurnalis Palu Tewas di Hotel Jakarta Barat, Foto-foto Bikin Curiga, Keluarga Tahu dari RS

    Tragedi Jurnalis Palu Tewas di Hotel Jakarta Barat, Foto-foto Bikin Curiga, Keluarga Tahu dari RS

    TRIBUNJAKARTA.COM – Situr Wijaya (33) jurnalis asal Palu ditemukan tewas dalam kamar hotel di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (4/4/2025) malam.

    Keluarga menduga Situr Wijaya merupakan korban pembunuhan. 

    Kecurigaan keluarga Situr Wijaya timbul setelah melihat foto-foto korban.

    Selain itu, keluarga juga kecewa dengan pihak hotel. 

    Pasalnya, pihak hotel tidak menginformasikan kematian korban kepada keluarga.

    Malah, keluarga mengetahui informasi tewasnya Situr Wijaya dari Rumah Sakit Duta Indah Jakarta Utara.

    Pihak RS mendapatkan informasi tersebut dari sopir ambulans yang membawa jenazah Situr Wijaya.

    Keluarga jurnalis media online yang curiga dengan kematian korban akhirnya melaporkan peristiwa itu ke Polda Metro Jaya pada Sabtu (5/4/2025).

    Kuasa hukum keluarga korban, Rogate Oktoberius Halawa mengatakan keluarga curiga setelah melihat foto-foto jenazah korban sesaat setelah ditemukan tidak bernyawa di dalam kamar hotel. Keluarga kata Rogate menduga korban dibunuh.

    “Ada dugaan korban dihilangkan nyawanya dengan pelaku yang kini sedang didalami,” kata Rogate.

    KLIK SELENGKAPNYA: Drama Sandi Butar Butar Dipecat Dua Kali dari Damkar Depok Jadi Sorotan. Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Pernah Pesan Kerjanya Pakai Tangan Bukan Mulut.

    Sehingga secara resmi menurut Rogate, keluarga membuat laporan ke Polda Metro Jaya.

    “Kami sudah memasukkan laporan ke Polda Metro Jaya tentang dugaan tindak pidana pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP,”  kata Rogate. 

    Ia menjelaskan laporan dugaan pembunuhan Situr Wijaya teregistrasi dengan nomor LP/B/2261/IV/2025/SPKT/Polda Metro Jaya.

    Rogate mengatakan dugaan Situr Wijaya menjadi korban pembunuhan muncul setelah keluarga melihat adanya kejanggalan dari kematian wartawan asal Palu, Sulawesi Tengah tersebut.

    “Setelah melihat foto-foto korban, pihak keluarga korban curiga bahwa korban meninggal dunia karena dibunuh. Karena dilihat dari foto kondisi korban, mengeluarkan darah di hidung dan mulut, luka memar di wajah dan seluruh badan, serta ada sayatan di leher bagian belakang,” kata Rogate.

    Kata Rogate, keluarga menyayangkan pihak hotel tidak menginformasikan kematian korban kepada keluarga. 

    Keluarga kata Rogate justru mendapat informasi kematian korban dari Rumah Sakit Duta Indah Jakarta Utara, tempat jenazah dibawa. 

    “Rumah sakit, tahunya dari sopir ambulans yang mengantar jenazah, yang kami sayangkan pihak hotel tidak memberitahukan hal ini ke keluarga korban,” kata Oktoberius. 

    Sopir ambulans yang mengantar jenazah korban ke rumah sakit, tambah Rogate sempat memberi tahu keluarga Situr tentang kematian korban. 

    Lalu, katanya sopir ambulans mengirimkan foto-foto korban yang telah meninggal. 

    “Setelah melihat foto-foto korban, keluarga curiga bahwa korban telah dihilangkan nyawanya,” ujar dia.

    “Kecurigaan dihilangkan nyawa, bisa diracun, bisa juga dianiaya. Kami berharap agar polisi segera menuntaskan kasus ini dan tidak berlarut-larut,” kata Rogate.

    Situr Wijaya diduga meninggal pada Jumat malam sekitar pukul 22.25 WIB.

    Namun, pihak hotel baru memanggil ambulans untuk mengangkut jenazah keesokan harinya.

    “Informasi dari pihak hotel kami terima pukul 12.57, mereka pesan ambulans, bilang atas nama pasien Situr Wijaya mau dibawa ke RS Ukrida yang terdekat dari lokasi,” ujar sopir ambulans.

    Menurutnya, tim ambulans, yang bertugas mengangkut tubuh korban dari kamar hotel, melihat posisi pria itu sudah tergeletak di bawah kasur kamar hotel.

    Kondisi korban tidak memakai baju, hanya celana boxer. 

    Tim ambulans ingin memastikan korban benar-benar sudah meninggal, sehingga memutuskan membawa Situr ke rumah sakit untuk cek EKG atau rekam jantung.

    Akhirnya tim ambulans membawa korban ke RS Duta Indah Jakarta Utara.

    “Sampai di sana, korban dinyatakan meninggal dan badan sudah biru semua,” katanya.

    Menurut Rogate, saat ini pihaknya masih menunggu hasil autopsi jenazah yang sudah dilakukan oleh kepolisian di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

    “Sudah dilakukan autopsi di Rumah Sakit Polri. Tadi disampaikan hasilnya akan segera dirilis karena menjadi atensi,” ujarnya.

    Jenazah Situr Wijaya diberangkatkan ke Palu dan menuju rumah duka di Kabupaten Sigi, Sabtu.

    Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid membantu biaya pemulangan jenazahnya.

    Selfi, istri almarhum wartawan Situr Wijaya mengatakan Gubernur Sulteng telah mengirim bantuan dana sebesar Rp 25 juta ke pihaknya.

    “Uang tersebut ditransfer langsung ke rekening saya,” katanya.

    Hasil Visum

    Sementara itu, polisi mengungkap hasil visum sementara terkait kematian Situr Wijaya (33), wartawan asal Palu, Sulawesi Tengah.

    Wartawan tersebut diketahui ditemukan tewas di sebuah kamar hotel di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (4/4/2025).

    Kepala Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Arfan Zulkan Sipayung, mengatakan, hasil visum awal menunjukkan adanya lebam pada tubuh korban.

    Namun, lebam tersebut disebut sebagai kondisi normal pada jenazah dan bukan akibat adanya tindak kekerasan.

    “Hasil visum sementara, luka lebam pada tubuh korban adalah lebam normal jenazah yang sudah meninggal,” kata Arfan Zulkan saat dikonfirmasi, Minggu (6/4/2025).

    “Belum ditemukan adanya akibat benda tumpul atau semacamnya,” lanjutnya.

    Polisi telah memeriksa tiga orang saksi untuk mendalami penyebab kematian korban dan memastikan apakah ada unsur tindak pidana dalam kasus ini.

    Saat ini kasus penemuan jenazah tersebut sudah ditangani Polda Metro Jaya.

    “Kasus ini sudah ditangani oleh Polda Metro setelah Jumat malam itu, sekitar 21.30 WIB, pengacara korban bikin laporan ke polda,” ucap Arfan Zulfan.

    Arfan menyebut bahwa kasus tersebut kini ditangani oleh Polda Metro Jaya.

    “Kasus ditangani Polda, karena pada saat kejadian Reskrim Jakbar sudah nanganin, tapi pengacara korban buat laporan ke Polda,” katanya.

    Penemuan jasad Situr bermula dari laporan masyarakat ke polisi.

    Setelah mendapat laporan, Polsek Kebon Jeruk bersama Polres Metro Jakarta Barat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pada Jumat malam lalu.

    Korban ditemukan sudah tak bernyawa seorang diri di dalam kamar hotel.

    “(Korban) Sendiri (di kamar hotel),” ucap Arfan Zulfan, Sabtu (5/4/2025). (Wartakotalive)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Kuasa Hukum Juwita Sebut Rekonstruksi Pembunuhan Janggal, Tak Ada Adegan Jumran Rudapaksa Korban – Halaman all

    Kuasa Hukum Juwita Sebut Rekonstruksi Pembunuhan Janggal, Tak Ada Adegan Jumran Rudapaksa Korban – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jumran, oknum TNI Angkatan Laut Balikpapan, Kalimantan Timur telah menjalani rekonstruksi pembunuhan wartawati media online bernama Juwita, Sabtu (5/4/2025).

    Proses rekonstruksi yang digelar di Jalan Trans Gunung Kupang, Kiram, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan berlangsung satu jam.

    Sebanyak 33 adegan diperagakan Jumran yang mengenakan baju tahanan.

    Seorang saksi yang melihat Jumran membuang jasad korban juga dihadirkan dalam rekonstruksi.

    Seluruh barang bukti akan diserahkan ke Oditur Militer (Odmil) untuk proses persidangan terbuka.

    Detasemen Polisi Militer (Denpom) Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Banjarmasin berjanji akan mengusut kasus ini secara transparan.

    Kuasa hukum keluarga korban, M Pazri, menyatakan ada yang janggal dalam rekonstruksi pembunuhan Juwita.

    M Pazri mempertanyakan adegan rudapaksa yang tak ada dalam rekonstruksi.

    “Memang ada beberapa adegan, tapi ada beberapa peristiwa tertinggal. Tapi akan kami dalami lebih dalam lagi ke depan, kami juga akan berkomunikasi dengan penyidik untuk memberikan masukan,” tandasnya, Sabtu.

    Menurutnya, penyidik tak dapat menghilangkan sejumlah adegan dalam rekonstruksi.

    “Ini untuk mencari peristiwa dikaitkan dengan alat bukti dan juga saksi-saksi,” imbuhnya.

    Selain itu, penyidik tidak menjelaskan detail waktu kejadian saat rekonstruksi.

    “Ketika rekonstruksi tidak disebutkan pukul berapa saja, hari dan tahunnya,” tuturnya.

    Sebelumnya, Pazri menjelaskan Juwita dan tersangka saling kenal melalui media sosial pada September 2024.

    Komunikasi keduanya semakin intens pada Desember 2024.

    Bahkan, tersangka diduga melecehkan korban sebanyak dua kali.

    Ia meminta penyidik melakukan tes DNA terhadap Jumran usai ditemukan cairan sperma pada jasad korban.

    Rekayasa Kematian

    Dalam rekonstruksi terungkap, korban bernama Juwita dicekik hingga tewas di dalam mobil dan jasadnya dibuang ke semak-semak pada Sabtu (22/3/2025)

    Mobil Daihatsu Xenia berwarna hitam yang disewa untuk membunuh korban juga dibawa dalam rekonstruksi.

    Setelah melakukan pembunuhan, tersangka mengambil sepeda motor korban di sebuah toko di Cempaka, Banjarbaru.

    Sepeda motor tersebut kemudian dibersihkan sidik jarinya dan dibuang di dekat jasad korban.

    Jumran memasangkan helm di kepala korban agar warga mengira Juwita tewas kecelakaan.

    Selain itu, Jumran juga menghancurkan ponsel korban untuk menghilangkan jejak.

    Jasad kemudian ditinggalkan di semak-semak dan ditemukan warga beberapa jam kemudian.

    Hingga kini, penyidik masih mendalami motif pembunuhan yang dilakukan Jumran terhadap kekasihnya.

    Kuasa hukum keluarga korban, Dedi Sugianto, menyatakan tindakan Jumran dapat dikategorikan pembunuhan berencana.

    “Dari gelar rekonstruksi ini, kita sudah mendapatkan gambaran bagaimana tersangka merencanakan perbuatannya,” ucapnya.

    Kasus pembunuhan dan pembuangan jasad terjadi di hari yang sama.

    “Jadi memang ini di-setting, mulai jenazah korban diletakkan di pinggir jalan, termasuk handphone dan sepeda motor itu dalam keadaan dia tenang untuk melakukan perbuatannya tersebut,” sambungnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunBanjarbaru.com dengan judul TNI AL Janji Hukum Berat Jumran, Satu Saksi Saksikan Pelaku Buang Tubuh Juwita Jurnalis Banjarbaru

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunBanjarbaru.com/Frans Rumbon/Nurholis Huda)