Kasus: pembunuhan

  • Ulama Dunia Wajibkan Jihad Melawan Israel, Ijtima’ MUI Rekomendasikan Pengiriman Pasukan

    Ulama Dunia Wajibkan Jihad Melawan Israel, Ijtima’ MUI Rekomendasikan Pengiriman Pasukan

    PIKIRAN RAKYAT – Genosida yang dilakukan Israel di Gaza terus menyebabkan kerusakan parah di salah satu wilayah Palestina tersebut. Sejak serangan Oktober 2023 lalu, lebih dari 50.600 warga Palestina.

    Kementerian Kesehatan setempat juga melaporkan lebih dari 115.000 warga Palestina terluka. Selain itu, tak terhitung berapa banyak korban yang masih belum ditemukan terutama di bawah reruntuhan imbas tidak memadainya alat untuk evakuasi.

    Melihat betapa tersiksanya warga Palestina di Gaza, Persatuan Ulama Dunia atau International Union Of Muslim Scholars (IUMS) mengeluarkan fatwa tentang jihad melawan Israel.

    Hal ini didukung penuh oleh masyarakat muslim dunia, salah satunya Majelis Ulama Indonesia (MUI). Fatwa ulama dunia ini dilai sejalan dengan Keputusan Ijtima’ Ulama Fatwa MUI yang mewajibkan umat Islam untuk membela Palestina.

    “Bahkan dalam Ijtima’ MUI ini juga direkomendasikan pengiriman pasukan untuk melindungi warga Gaza dan Palestina secara umum dari genosida dan penghancuran yang dilakukan oleh Israel,” kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim, Selasa, 8 April 2025. 

    MUI juga kerap menyerukan agar negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk melakukan konsolidasi internal. Hal ini dirasa perlu untuk bisa menentukan langkah terukur dalam menghentikan kekejaman yang dilakukan zionis.

    Fatwa jihad melawan Israel harus didukung secara meluas ke seluruh dunia. Poin-poin dalam fatwa jihad ini memuat seruan agar konsolidasi internasional segera dilakukan.

    “Khususnya oleh dunia Islam dalam melawan sekaligus menundukkan Israel, sekaligus mewujudkan kemerdekaan Palestina. Kita tidak boleh membiarkan pembunuhan dan penghancuran besar-besaran yang dilakukan oleh teroris terbesar abad ini yaitu Israel dan didukung oleh Amerika terus menerus dilakukan,” tuturnya seperti dilaporkan laman resmi MUI.

    Dia menilai kekuatan internasional yang bersatu sangat diperlukan agar jihad melawan Israel ini efektif. Hal ini agar tidak terjadi pembiaran terhadap kejahatan besar yang dilakukan Israel dan sekutunya.

    Lebih lanjut, Sudarnoto menilai Israel yang didukung Amerika Serikat saat ini tengah melakukan kemungkaran yang sistematik. Pasalnya, begitu banyak warga Palestina di Gaza yang menjadi korban. Tak hanya itu, kerusakan massif di Gaza juga menjadi gambaran jelas soal kekejaman sang penjajah.

    Dia mengajak seluruh umat Islam di dunia untuk segera berkonsolidasi dalam melawan Israel dan sekutunya. Jika tidak segera dilakukan, kehancuran bisa semakin meluas.

    “Menyaksikan dukungan kuat Amerika terhadap kejahatan Israel ini, diserukan terutama kepada negara-negara Muslim untuk mempertimbangkan ulang kehadiran/keberadaan kedutaan besar Amerika di negara-negara Muslim,” tuturnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Terlilit Utang Vendor Wedding, Anak Nekat Bunuh Ayah Kandung, Buat Skenario Korban Tewas Kecelakaan – Halaman all

    Terlilit Utang Vendor Wedding, Anak Nekat Bunuh Ayah Kandung, Buat Skenario Korban Tewas Kecelakaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – AUO (22), pemuda asal Pabean Cantikan, Surabaya, Jawa Timur nekat membunuh ayah kandungnya, MS (65).

    Hal ini dilakukannya karena ia terlilit utang dengan vendor wedding sebesar Rp25 juta.

    Ia melakukan pembunuhan terhadap ayah kandungnya dan mengatur siasat seolah-olah korban tewas karena kecelakaan.

    Namun, kejahatan AUO berhasil terendus oleh pihak kepolisian.

    Kasus ini berhasil terungkap setelah polisi mendapat laporan, jasad MS ditemukan di pinggir Jalan Raya Darmo Permai II, Sukomanunggal, Sabtu (5/4/2025).

    Jasad MS sengaja ditaruh di tepi jalan agar tampak seperti korban kecelakaan lalu lintas.

    Namun, luka di bagian belakang kepala MS menjadi petunjuk penting dalam pengungkapan kasus ini. Sebab, luka tersebut berasal dari hantaman benda tumpul.

    AUO berhasil diringkus oleh tim Jatanras Polrestabes Surabaya kurang dari 24 jam.

    Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Aris Purwanto, menjelaskan motif pembunuhan yang dilakukan AUO terhadap ayah kandungnya didasari sakit hati atau rasa kesal.

    “Motif karena sakit hati atau kesal,” ujarnya, Senin (7/4/2025), dikutip dari SuryaMalang.com.

    Insiden ini bermula ketika AUO diam-diam menggadaikan mobil Toyota Fortuner milik ayahnya.

    AUO yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara itu menjanjikan upaya pengambilan mobil ayahnya yang ia gadaikan pada Sabtu (5/4/2025) dini hari.

    AUO dan ayahnya berboncengan mengendarai sepeda motor Honda Scoopy.

    Ia mengaku telah membuat janji dengan seseorang yang akan menerima gadai di area parkir sebuah minimarket di Krembangan.

    Namun, pengakuan tersebut ternyata hanya siasat AUO belaka.

    Ia dan sang ayah terlibat cekcok di rumah.

    Meski begitu, AUO kembali berdalih akan bertemu penggadai di Jalan Raya Darmo Permai II.
     
    Mereka pun memutuskan pergi lagi ke Raya Darmo Permai II.

    Namun, emosi sang ayah memuncak ketika penggadai tak kunjung muncul di lokasi tersebut.

    Saat keduanya terlibat pertengkaran lagi, tak terduga, AUO menyikut wajah ayahnya hingga jatuh. 

    Ia memukul kepala ayahnya menggunakan benda tumpul yang ada di sekitar lokasi hingga tewas.

    AUO kemudian pulang dan menceritakan kepada keluarga, sang ayah meninggal dunia karena kecelakaan.

    Keluarganya pun percaya dengan perkataan AUO dan langsung menuju ke lokasi.

    Namun, mereka menemukan jasad MS sudah dievakuasi oleh polisi ke RSUD dr Soetomo.

    Berdasarkan hasil autopsi, terungkap MS dibunuh oleh anak kandungnya.

    Fakta lain yang terungkap, AUO dan ayahnya yang berprofesi sebagai pedagang mobil ternyata sering terlibat konflik.

    AUO dikatakan pernah membawa ayahnya ke Jakarta untuk menebus mobil yang digadaikan.

    Namun, ia malah meninggalkan ayahnya sendirian di sana.

    Hingga kini penyelidikan yang dilakukan oleh gabungan Jatanras dan Polsek Sukomanunggal masih berjalan. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Tega Bunuh Ayah Kandung Gegara Terlilit Utang Vendor Wedding, Siasat Seolah Korban Kecelakaan

    (Tribunnews.com/Falza) (SuryaMalang.com/Tony Hermawan)

  • Uang Duka dari Jumran Dinilai sebagai Alibi, Keluarga Jurnalis Juwita Akan Kembalikan Lewat Penyidik – Halaman all

    Uang Duka dari Jumran Dinilai sebagai Alibi, Keluarga Jurnalis Juwita Akan Kembalikan Lewat Penyidik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Keluarga Juwita, wartawati di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, berencana mengembalikan uang duka dari pihak oknum TNI AL Kelasi satu Jumran.

    Setelah kematian Juwita, Jumran dan ibunya sempat mengirimkan uang duka kepada keluarga korban.

    Hal ini diungkapkan oleh kuasa hukum keluarga korban, Mbareb Slamet Pambudi.

    Slamet mengatakan, total uang duka yang dikirim berjumlah Rp 2 juta.

    Rinciannya yakni Rp 1 juta dari Jumran dan Rp juta dari orang tua tersangka.

    Uang tersebut dikirim pada 23 Maret 2025, atau sehari setelah korban dinyatakan meninggal dunia.

    “Setelah korban ditemukan meninggal, tersangka memberikan uang belasungkawa. Uang itu dikirim oleh tersangka dan ibunya,” kata Slamet kepada wartawan, Senin (7/4/2025), dilansir Tribunbanjarbaru.com.

    “Informasinya, tersangka lebih dulu mentransfer ke rekening kakak korban, kemudian disusul oleh ibunya.”

    “Uang itu kami nilai sebagai bentuk belasungkawa, walaupun bisa saja dijadikan alibi oleh tersangka,” papar Slamet.

    Namun, kini pihak kuasa hukum dan keluarga korban telah sepakat untuk mengembalikan uang tersebut.

    Nantinya, proses pengembalian uang akan difasilitasi melalui penyidik.

    “Kami sedang diskusikan waktu pastinya, tapi yang jelas uang itu akan kami kembalikan secara resmi lewat penyidik,” terang Slamet.

    Keluarga Korban Serahkan Bukti Video ke Penyidik

    Kakak kandung Juwita, Satria, menjalani pemeriksaan oleh penyidik Denpom AL Banjarmasin, Senin (7/4/2025).

    Satria dimintai keterangan di Denpom AL Banjarmasin dengan didampingi sejumlah kuasa hukum korban.

    Kuasa hukum keluarga korban dari Tim Advokasi Untuk Keadilan (AUK) Juwita, Muhammad Pazri, mengatakan pihak keluarga menyerahkan satu bukti berupa video dengan durasi 5 detik.

    “Video itu diambil korban saat dirinya diduga dirudapaksa oleh tersangka Jumran di salah satu Hotel di Kawasan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar,” ungkap Pazri, dikutip dari Tribunbanjarbaru.com.

    Pazri menyebut bukti video itu menjadi salah satu bukti penting yang sempat diambil oleh korban di dalam kamar hotel tersebut.

    “Selain bukti itu, keluarga juga menyerahkan bukti tersangka saat berada di Bandara Syamsudin Noor mau menuju ke Balikpapan,” tambahnya.

    Menurutnya, bukti di bandara itu didapat dari CCTV Bandara sekitar pukul 15.11 WITA.

    Ketika itu, tersangka sudah ada di bandara menggunakan baju hitam dan topi menuju Balikpapan.

    HP Korban dan Tersangka Belum Ditemukan

    Kuasa hukum korban mengungkapkan masih ada dua unit ponsel yang belum ditemukan, yakni satu milik korban dan satu milik Jumran.

    Ponsel-ponsel tersebut diyakini menyimpan bukti komunikasi penting antara korban dan pelaku, serta dapat membantu mengungkap motif dari pembunuhan ini.

    “Ponsel korban dan tersangka yang belum ditemukan ini sangat penting.”

    “Menurut informasi dari penyidik, ponsel tersangka ada dua, satu dibawa ke Banjarbaru dan satu lagi dibawa ke Balikpapan,” ujar Muhammad Pazri, masih dari Tribunbanjarbaru.com.

    REKONSTRUKSI PEMBUNUHAN – Tersangka Jumran (Orange) saat menjalani rekonstruksi pembunuhan Wartawan Juwita di Gunung Kupang, Cempaka, Sabtu (5/4/2025). Cara tersangka Jumran menghabisi nyawa Juwita tergambar jelas dalam reka ulang atau rekonstruksi sebanyak 33 adegan. (BanjarmasinPost.co.id/Stanislaus Sene)

    Kondisi ini menyulitkan pelacakan karena lokasi perangkat yang berbeda membuat seolah-olah tersangka berada di tempat lain saat kejadian.

    “Ini menunjukkan bahwa tersangka benar-benar merancang dengan cermat pembunuhan ini.”

    “Dia tahu apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan jejak,” imbuh Pazri.

    Sebagai informasi, Juwita (23), seorang wartawati dari salah satu media online di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, ditemukan tergeletak tak bernyawa di kawasan Gunung Kupang pada Sabtu (22/3/2025) sore.

    Karena penyebab kematiannya dinilai janggal, organisasi pers dan rekan sesama jurnalis di Banjarbaru mendesak Polres Banjarbaru untuk melakukan penyelidikan.

    Kapolda Kalsel, Irjen Rosyanto Yudha Hermawan, memberikan perhatian khusus terhadap kasus kematian Juwita.

    Lima hari setelah kematiannya, terduga pelaku pembunuhan mulai terungkap setelah Detasemen Polisi Militer Lanal Balikpapan menggelar konferensi pers.

    Juwita diduga kuat tewas dibunuh oleh oknum anggota TNI AL Kelasi satu Jumran, yang merupakan kekasihnya.

    Pihak keluarga Juwita kemudian menuntut keadilan dan berharap pelaku dapat dihukum seberat-beratnya.

    Akhirnya Polisi Militer (POM) TNI Angkatan Laut (AL) menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan Juwita.

    Pada rekonstruksi tersebut, terungkap bahwa Juwita dibunuh di atas mobil.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunbanjarbaru.com dengan judul Tersangka Pembunuhan Jurnalis Juwita Sempat Kirim Uang Duka, Keluarga Sepakat Dikembalikan

    (Tribunnews.com/Nuryanti) (Tribunbanjarbaru.com/Rifki Soelaiman/Stanislaus Sene)

    Berita lain terkait Wartawati Dibunuh Oknum TNI

  • Kesaksian Petugas Medis Gaza yang Selamat dari Pembantaian Israel

    Kesaksian Petugas Medis Gaza yang Selamat dari Pembantaian Israel

    Jakarta

    Satu-satunya korban selamat dari pembantaian paramedis dan pekerja penyelamat Palestina di Gaza, Munther Abed, menceritakan kesaksian yang mengerikan saat rekan-rekannya ditembak satu persatu oleh tentara Israel.

    Ia mengatakan melihat pasukan Israel menembaki ambulan dan kendaraan penyelamat Bulan Sabit Merah, lalu menggunakan buldoser untuk mengubur reruntuhan di sebuah lubang. Abed, berusia 27 tahun, berada di bagian belakang ambulans pertama yang tiba di lokasi serangan udara di distrik Hashashin, Rafah, sebelum fajar pada 23 Maret. Saat itu ambulan tersebut diserang oleh pasukan Israel.

    Dua rekannya dari Bulan Sabit Merah yang duduk di bagian depan tewas, tetapi ia selamat setelah menjatuhkan diri ke lantai kendaraan.

    “Pintunya terbuka, dan di sanalah mereka pasukan khusus Israel berseragam militer, bersenjata senapan, laser hijau, dan kacamata penglihatan malam,” kata Abed kepada Guardian.

    “Mereka menyeret saya keluar dari ambulans, menundukkan kepala agar tidak melihat apa yang terjadi pada rekan-rekan saya.”

    Dia dipukuli, ditahan dengan tangan terikat, dan dipaksa berbaring di tanah. Dari posisi itu, ia dapat melihat sebagian dari apa yang terjadi saat rekan-rekan dan koleganya tiba di lokasi dengan ambulans dan mobil pemadam kebakaran, masing-masing berlarian di tengah hujan tembakan.

    Secara keseluruhan, delapan anggota kru ambulans Bulan Sabit Merah dan paramedis, enam petugas penyelamat pertahanan sipil, serta seorang karyawan PBB tewas.

    Mayat mereka ditemukan di samping kendaraan yang hancur, akhir pekan lalu, di sebuah lubang berpasir, tempat yang disaksikan Abed saat penggalian dilakukan oleh pasukan. Saksi mata lainnya mengatakan kepada The Guardian bahwa beberapa korban ditemukan tewas dengan tangan atau kaki terikat.

    Sementara itu, seorang petugas ambulans Bulan Sabit Merah, Assad al-Nassara, masih belum diketahui keberadaannya. Namun, Abed mengatakan ia melihat Nassara masih hidup dan berada dalam tahanan Israel di sekitar lokasi pembunuhan. Sejak saat itu, Nassara tidak pernah terlihat lagi. Hingga kini, Abed adalah satu-satunya yang kembali hidup-hidup dan mampu menceritakan kisahnya.

    Abed menjadi relawan pada 23 Maret di stasiun ambulans di rumah sakit lapangan Inggris di al-Mawasi, sebuah kamp pengungsi di pesisir. Sekitar pukul 4 pagi, panggilan darurat masuk dari operator layanan gawat darurat yang melaporkan insiden di Hashashin, sebuah daerah berpasir di pinggiran utara Rafah.

    Di bawah tekanan internasional, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan pada hari Kamis bahwa mereka akan meluncurkan penyelidikan formal atas penembakan tersebut. Namun, hingga saat ini, IDF membantah melakukan kesalahan, dan mengklaim bahwa mereka menembaki kendaraan yang “bergerak mencurigakan” tanpa lampu depan atau sinyal darurat. Abed mengatakan bahwa pernyataan itu jelas-jelas tidak benar.

    “Lampu ambulans menyala terang, dan logo Bulan Sabit Merah sangat terlihat saat kami menuju ke lokasi kejadian,” ujarnya. IDF menggambarkan wilayah tersebut sebagai zona perang, tetapi menurut Abed, Hashashin adalah “daerah sipil tempat kehidupan sehari-hari berjalan seperti biasa, bukan zona pertempuran yang ditetapkan.”

    Mereka hampir mencapai lokasi serangan udara yang dilaporkan sekitar pukul 04.20 pagi waktu setempat ketika mereka tiba-tiba diserang.

    “Sejak penembakan dimulai, saya langsung berlindung di lantai ambulans. Saya tidak mendengar apa pun dari rekan-rekan saya, kecuali suara-suara saat-saat terakhir mereka, mendengar mereka mengembuskan napas terakhir,” katanya. “

    “Tiba-tiba, semuanya menjadi sunyi, ambulans berhenti, dan lampu padam. Pintu pengemudi terbuka, dan saya mendengar suara-suara berbicara dalam bahasa Ibrani. Ketakutan dan kepanikan menguasai saya, dan saya mulai melafalkan beberapa kutipan dari Al-Qur’an,” katanya lagi.

    Mayat rekan Abed, Khufaga dan Shaath, digali dari lubang yang sama akhir pekan lalu, bersama dengan sisa-sisa enam pekerja Bulan Sabit Merah lainnya: Saleh Muamer, Mohammad Bahloul, Mohammed al-Heila, Ashraf Abu Labda, Raed al-Sharif dan Rifatt Radwan, serta enam pekerja pertahanan sipil Palestina dan seorang karyawan badan bantuan PBB, UNRWA.

    (suc/suc)

  • SOSOK Permadi Arya dan Sederet Kasusnya yang Dikabarkan Jadi Komisaris JMTO, tapi Dibantah BUMN

    SOSOK Permadi Arya dan Sederet Kasusnya yang Dikabarkan Jadi Komisaris JMTO, tapi Dibantah BUMN

    TRIBUNJAKARTA.COM – Influencer media sosial, Permadi Arya alias Abu Janda dikabarkan ditunjuk menjadi komisaris PT Jasamarga Toll Road Operation.

    Abu Janda juga mengunggah postingan di akun Instagram resminya terkait ucapan selamat penunjukkan dirinya sebagai komisaris tersebut. 

    “Selamat dan sukses. Permadi Arya. Sebagai Komisaris PT Jasamarga Toll Road Operation,” demikian ucapan di postingan itu pada Senin (7/4/2025). 

    “Nemu berita @metrotv alhamdulilah rezeki anak sholeh. Tolong jangan pada minta kartu E-Tol saldo unlimited ya. Apalagi minta diskon tol, Astagfirullah haram,” respons Abu Janda dalam keterangan postingan tersebut. 

    Saat dikonfirmasi terpisah, Abu Janda hanya memohon doa agar dirinya tetap amanah.

    “Insya Allah. Doakan semoga amanah,” ujar Abu Janda kepada Kompas.com, Senin (7/4/2025).

    Meski begitu, saat ditanya terkait kapan dirinya diangkat menjadi komisaris, Abu Janda meminta agar publik menunggu pengumuman resmi.

    “Nanti ada pengumuman resminya,” imbuhnya.

    Dibantah BUMN

    Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) buka suara terkait kabar penunjukkan Abu Janda sebagai komisaris PT Jasamarga Toll Road Operation (JMTO).

    Dengan tegas, BUMN membantah kabar tersebut.

    Informasi ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian BUMN Putri Violla kepada awak media pada Senin (7/4/2025).

    “Kabar tersebut tidak benar. Tidak ada pengangkatan atas nama Permadi Arya sebagai komisaris JMTO,” kata Putri Violla seperti dikutip dari Wartakota.

    Senada dengan Violla, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga juga membantah isu penunjukan Abu Janda selaku komisaris JMTO.

    Dia mengatakan kabar itu hoax alias informasi palsu.

    “Hoax” ungkap Arya kepada MNC Portal.

    Sebelumnya, beredar sebuah poster dengan keterangan bahwa Permadi Arya dipercaya menjabat sebagai Komisaris JMTO.

    Bahkan, pria kelahiran Cianjur, Jawa Barat, itu memberi sinyal positif soal informasi yang beredar.

    Untuk diketahui, JMTO merupakan kelompok usaha Jasa Marga dengan komposisi saham 99,9 persen dimiliki oleh perseroan dan 0,1 persen dimiliki oleh Induk Koperasi Karyawan Jasa Marga.

    Kegiatan Usaha JMTO meliputi layanan pengoperasian, ETC, dan layanan IT.

    Sosok Abu Janda

    Permadi Arya diketahui memiliki nama lengkap Heddy Setya Permadi. 

    Ia dikenal dengan nama Abu Janda Al-Boliwudi.

    Pria kelahiran 14 Desember 1973 ini adalah seorang pegiat dan pemengaruh media sosial berkebangsaan Indonesia. 

    Permadi menempuh pendidikan Diploma Ilmu Komputer Informatic It School Singapura pada April 1997 dan menjadi Sarjana Business & Finance University of Wolverhampton Inggris pada tahun 1999. 

    Ia bergabung menjadi pegiat media sosial dan influencer tim sukses Joko Widodo di Pilpres 2019.

    Sebelum menjadi pegiat media sosial, Abu Janda bekerja sebagai karyawan di berbagai perusahaan.

    Mulai dari perusahaan sekuritas, bank swasta hingga tambang batu bara dalam rentang waktu 1999 hingga 2015. 

    Sederet kasus 

    Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri memeriksa Abu Janda atas cuitan ‘Islam adalah agama arogan’ yang ia unggah di Twitter pada 1 Februari 2021. 

    Dia juga sempat akan dimintai keterangan atas dugaan ujaran rasisme yang ditujukan kepada eks Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai. 

    Selanjutnya, ia pernah dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh anggota Majelis Taklim Al-Minawwir Bekasi, Alwi Muhammad Alatas karena kasus penghinaan bendera tauhid. 

    Ia mengunggah postingan di akun Facebook-nya soal bendera teroris bukan panji nabi.

    Menurut Alwi, unggahan Abu Janda termasuk ke dalam penghinaan syariat Islam dan menyinggung perasaan umat muslim.

    Abu Janda juga pernah dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh guru asal Jakarta bernama Mintaredja karena diduga menyebut Aksi Bela Tauhid sebagai aksi politik terselubung melalui media sosial.

    Ustaz Maaher At-Thuwailibi atau yang dikenal dengan nama Soni Eranata juga melaporkan Abu Janda ke Bareskrim Polri atas dugaan pencemaran nama baik.

    Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) melaporkan Abu Janda ke Bareskrim Polri terkait ujaran kebencian terhadap Natalius Pigai. 

    Abu Janda juga pernah berseteru dengan Maaher At-Thuwailibi. 

    Kala itu, Maaher pernah mengatakan bahwa Abu Janda dan Sukmawati Soekarnoputri layak dibunuh karena dianggap telah melakukan penistaan agama. 

    Maaher dituduh telah melakukan ancaman pembunuhan melalui media sosial. 

    Ia pun disebut telah melanggar pasal 28 dan 29 UU ITE. 

    Tak terima dengan tuduhan tersebut, Maaher melaporkan balik Abu Janda atas dugaan pencemaran nama baik. 

    Sebab, Abu Janda sempat menyampaikan ke awak media bahwa terorisme mempunyai agama, yaitu Islam dan gurunya adalah Maaher. 

    Selain itu, Abu Janda juga pernah berseteru dengan Wasekjen MUI Pusat, Tengku Zulkarnain atau Tengku Zul di media sosial. 

    Mereka saling beradu komentar untuk membuktikan siapa yang benar dan salah. 

    Awalnya, Abu Janda beropini bahwa Islam merupakan agama arogan. 

    Pasalnya, kehadirannya di Indonesia disebut telah ‘menginjak-injak’ budaya lokal.

    Hal tersebut yang kemudian memantik amarah Tengku Zul hingga membuat pesan balasan. (TribunJakarta.com, Wartakota, Kompas.com, Wikipedia).

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Keponakan Tega Habisi Nyawa Tantenya di Bogor, Emosi Pelaku Memuncak saat Disuruh Cuci Piring – Halaman all

    Keponakan Tega Habisi Nyawa Tantenya di Bogor, Emosi Pelaku Memuncak saat Disuruh Cuci Piring – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pelaku pembunuhan terhadap Evi Latifa (EL), wanita berusia 59 tahun yang tewas di wilayah Kedungwaringin, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (6/4/2025), berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.

    Polisi juga mengungkap hubungan antara korban dan pelaku yang diketahui bernama Rezky Fauzan (28).

    Menurut Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, AKP Aji Riznaldi Nugroho, Evi adalah tante dari Rezky.

    “Jadi tersangka ini  keponakan dari korban yang merupakan tantenya,” kata AKP Aji di Mako Polresta Bogor Kota, Senin (7/4/2025), dikutip dari TribunnewsBogor.com.

    Aji melanjutkan, pelaku sudah tinggal bersama tantenya sejak usia 15 tahun.

    “Dia dirawat tantenya dari usia 15 tahun. Saat ini 28 tahun,” ujarnya.

    Ketika peristiwa pembunuhan terjadi, rumah tersebut hanya dihuni oleh Evi dan Rezky.

    Aji mengungkap motif keponakan yang tega menghabisi nyawa tantenya tersebut.

    Rezky diduga nekat melakukan aksi tersebut karena merasa jengkel terhadap Evi yang kerap melarangnya keluar rumah.

    “Bersangkutan ini anak yatim piatu yang diurus oleh tantenya atau dibiayai oleh tantenya. Tersangka ini memang sudah kesal dari sebelumnya. Karena tersangka ini sering dilarang keluar rumah oleh tantenya,” ucap Aji.

    Selama tinggal di rumah tantenya itu, pelaku sering merasa terkekang.

    “Sehingga tersangka merasa dibatasi merasa terkekang oleh si tantenya ini. Ini dibuktikan hasil dari chat-an kepada teman terdekat tersangka,” ujarnya.

    Emosi Rezky pun memuncak ketika disuruh oleh tantenya untuk mencuci piring.

    “Kemudian, dengan ada sedikit percekcokan, tantenya mencipratkan air ke muka pelaku (Rezky),” ujarnya.

    Rezky saat itu tidak terima dan melemparkan spons cuci piring ke arah tantenya.

    Saat itu juga ia melakukan pemukulan secara bertubi-tubi kepada Evi.

    “Dan pada saat itu kemudian tersangka melakukan pemukulan secara brutal, bertubi-tubi, ke arah wajah korban. Sehingga menyebabkan korban bercucuran darah,” ujarnya.

    Rezky menghabisi nyawa Evi seorang diri tanpa menggunakan senjata, hanya tangan kosong.

    “Kemudian berdasarkan pengakuan dari tersangka ini, tersangka tidak menggunakan alat.”

    “Tetapi kita coba lakukan autopsi apakah memang dari lukanya terdapat luka tusukan atau luka yang lain. Ini kita menunggu hasil dari autopsi,” ujarnya.

    Korban mengalami luka parah di bagian wajah yang menyebabkan Evi meninggal di lokasi kejadian.

    “Untuk luka-luka dari korban sendiri terdapat di pelipis. Kemudian pelipis atau dahi sebelah kanan terdapat luka robek yang lumayan besar. Kemudian daerah dagu, mata, terdapat memar,” ucapnya.

    Akibat perbuatannya, Rezky terancam hukuman 15 tahun penjara.

    “Saat ini tersangka (Rezky) diancam hukuman 15 tahun penjara, pasal 338 Jo 351 ayat 5,” tandasnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Terkuak Motif Ponakan Bunuh Tante di Kedungwaringin Bogor, Amarah Memuncak Saat Cuci Piring 

    (Tribunnews.com/Falza) (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

  • Jumran dan Ibunya Beri Uang Duka Rp2 Juta usai Juwita Tewas, Diduga untuk Tutupi Pembunuhan – Halaman all

    Jumran dan Ibunya Beri Uang Duka Rp2 Juta usai Juwita Tewas, Diduga untuk Tutupi Pembunuhan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Fakta baru terungkap terkait kasus tewasnya jurnalis asal Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), Juwita, yang dibunuh oleh anggota TNI AL, Jumran.

    Ternyata, Jumran dan ibunya sempat mengirimkan uang duka ke keluarga Juwita.

    Hal ini disampaikan oleh kuasa hukum keluarga korban, Mbareb Slamet Pambudi, setelah mendampingi salah satu saksi saat diperiksa di Denpom Lanal Banjarmasin, Senin (7/4/2025).

    Slamet menyebut, total uang duka yang dikirimkan tersangka dan ibunya sebesar Rp2 juta.

    Dia mengungkapkan uang duka tersebut diberikan pada 23 Maret 2025 lalu atau sehari setelah Juwita meninggal dunia.

    “Setelah korban ditemukan meninggal, tersangka memberikan uang belasungkawa. Uang itu dikirim oleh tersangka dan ibunya,” kata Slamet, Senin, dikutip dari Banjarmasin Post.

    Slamet mengungkapkan uang tersebut terlebih dahulu dikirimkan ke kakak Juwita.

    Namun, dia menduga uang itu digunakan Jumran untuk menutupi pembunuhan yang telah dilakukannya terhadap Juwita.

    “Informasinya, tersangka lebih dulu mentransfer ke rekening kakak korban, kemudian disusul oleh ibunya. Uang itu kami nilai sebagai bentuk belasungkawa, walaupun bisa saja dijadikan alibi oleh tersangka,” jelasnya.

    Kini, kata Slamet, uang tersebut sudah disepakati oleh timnya dan keluarga Juwita untuk dikembalikan.

    Adapun langkah tersebut akan difasilitasi melalui penyidik.

    “Kami sedang diskusikan waktu pastinya, tapi yang jelas uang itu akan kami kembalikan secara resmi lewat penyidik,” tegasnya. 

    Pembunuhan Sudah Direncanakan Sebulan

    Di sisi lain, fakta baru terkait penyidikan kasus ini juga telah terungkap di mana pembunuhan terhadap Juwita ternyata sudah direncanakan oleh Jumran selama sebulan.

    Kuasa hukum keluarga korban lainnya, Muhammad Pazri, mengatakan hal itu diketahuinya setelah adanya pernyataan dari penyidik ke timnya.

    “Dari diskusi kami dengan penyidik, ternyata satu bulan sebelum kejadian itu, bahkan bisa lebih, sudah direncanakan oleh tersangka untuk melakukan pembunuhan,” ujar Pazri saat ditemui usai mendampingi pemeriksaan saksi di Denpom Lanal Banjarmasin, Senin.

    Dengan adanya fakta baru ini, Pazri semakin yakin, pembunuhan oleh Jumran terhadap Juwita memang telah direncanakan secara rapi.

    Dia merinci perencanaan yang dimaksud seperti digunakannya sarung tangan, pembelian air untuk menghilangkan sidik jari, hingga ditempatkannya jenazah di pinggir jalan seolah-olah tewasnya Juwita akibat kecelakaan.

    Pazri pun menuntut agar Jumran dihukum mati.

    “Ini jelas bukan pembunuhan spontan. Ancaman hukumannya adalah hukuman mati. Bahkan menurut kami, perlu diperberat,” tegasnya.

    Jumran Cekik Juwita Dalam Mobil

    Sementara, dalam rekonstruksi yang digelar pada Sabtu (5/4/2025) lalu, diperagakan adegan ketika Jumran menghabisi Juwita di mana dirinya mencekik korban hingga meregang nyawa.

    Pengacara keluarga Juwita lainnya, Dedi Sugianto, mengungkapkan pencekikan oleh Jumran terhadap Juwita dilakukan di dalam mobil.

    “Dari rangkaian reka adegannya itu, bagaimana korban dipindah ke belakang mobil kemudian dilakukanlah peristiwa pembunuhan terhadap korban,” ungkap Dedi, Sabtu.

    WARTAWATI DIBUNUH TNI – (Kiri) Tersangka Jumran, oknum TNI AL Balikpapan, Kalimantan Timur, mengenakan baju tersangka saat menjalani proses rekonstruksi pembunuhan Jurnalis Juwita di Gunung Kupang, Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu (5/4/2025).(Kanan) Foto korban Juwita semasa hidup yang diunggah di akun Instagram pribadinya. Jumran diduga membunuh Juwita di Banjarbaru pada Sabtu (22/3/2025). Korban dengan pelaku sudah lamaran dan berencana melangsungkan pernikahan pada Mei 2025 mendatang. Berikut update kasusnya. (Kolase BanjarmasinPost.co.id/Stanislaussene | Instagram @/juwita0515)

    Setelah menghabisi Juwita, Jumran diduga menunggu waktu untuk menenangkan diri sebelum menghilangkan barang bukti.

    “Jadi memang ini disetting, mulai jenazah korban diletakkan di pinggir jalan, termasuk handphone dan sepeda motor itu dalam keadaan dia tenang untuk melakukan perbuatannya tersebut,” tambah Dedi.

    Selain itu terungkap pula dalam rekonstruksi tersebut, cara Jumran menghilangkan jejak setelah membunuh Juwita.

    Adapun Jumran merekayasa kematian korban dengan menempatkan jasad Juwita di pinggir jalan agar seolah tewasnya sang jurnalis akibat kecelakaan.

    Tak cuma itu, tersangka juga sempat mencuci motor korban terlebih dahulu untuk menghilangkan sidik jari miliknya.

    Sebagai informasi, rekonstruksi tersebut melibatkan 33 adegan yang menggambarkan kronologi pembunuhan yang dilakukan Jumran.

    Sebagian artikel telah tayang di Banjarmasin Post dengan judul “Tersangka Pembunuhan Jurnalis Juwita Sempat Kirim Uang Duka, Keluarga Sepakat Dikembalikan”

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Banjarmasin Post/Rifki Soelaiman/Murhan)

  • Kesaksian Sopir Ambulans yang Temukan Jasad Wartawan di Hotel Jakarta Barat, Tak Ada Luka Sayatan – Halaman all

    Kesaksian Sopir Ambulans yang Temukan Jasad Wartawan di Hotel Jakarta Barat, Tak Ada Luka Sayatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Penyebab kematian wartawan bernama Situr Wijaya (33) masih diselidiki Polres Metro Jakarta Barat.

    Wartawan asal Palu, Sulawesi Tengah tersebut ditemukan tewas di sebuah kamar hotel di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (4/4/2025) malam.

    Dalam kasus ini ada dua saksi berinisial AS dan SF yang menjalani pemeriksaan pada Minggu (6/4/2025).

    Keduanya merupakan pemilik dan sopir ambulans yang mendatangi lokasi penemuan jasad.

    Kuasa hukum kedua saksi, Subadria Nuka, menjelaskan pemeriksaan berjalan dari pukul 00.30 WIB hingga 04.30 WIB.

    “Klien kami diperiksa sebagai saksi karena kehadiran mereka ke hotel wilayah Jakarta Barat tersebut atas adanya orderan dari seorang wanita,” ungkapnya, Senin (7/4/2025), dikutip dari WartaKotalive.com.

    Wanita yang memesan ambulans mengaku sebagai teman korban.

    Kedua saksi sempat bertemu wanita tersebut yang menunjukkan lokasi kamar korban.

    “Setelah di dalam hotel, ternyata almarhum ini sudah tergeletak, tanpa menggunakan baju, hanya celana pendek. Dilihat ‘ini mah sudah lewat, meninggal, mohon maaf, sudah lama meninggalnya, sudah berjam-jam, sudah membiru,” terangnya.

    Jasad korban kemudian dibawa ke RS di wilayah Kebon Jeruk.

    Subadria Nuka menerangkan kliennya tidak menemukan luka sayatan dan kekerasan pada jasad korban.

    Hasil Visum

    Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Arfan Zulkan Sipayung, mengatakan jasad telah dibawa ke rumah sakit untuk menjalani proses visum.

    Hasil visum menunjukkan adanya lebam pada jasad korban, tapi bukan karena kekerasan.

    “Luka lebam pada tubuh korban adalah lebam normal jenazah yang sudah meninggal,” tuturnya, Minggu (6/4/2025).

    Hingga saat ini penyidik belum menemukan luka akibat benda tumpul maupun benda tajam.

    Sebanyak tiga saksi telah diperiksa untuk mendalami unsur tindak pidana pada kematian korban.

    “Kasus ini sudah ditangani oleh Polda Metro setelah Jumat malam itu, sekitar 21.30 WIB, pengacara korban bikin laporan ke Polda,” tandasnya.

    Proses olah TKP telah dilakukan pada Jumat (4/4/2025) malam dan sejumlah barang diamankan.

    Jenazah telah diterbangkan ke Palu untuk dimakamkan di rumah duka di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

    Keluarga Buat Laporan

    Kuasa hukum keluarga korban, Rogate Oktoberius Halawa mengatakan, ada yang janggal pada kematian Situr Wijaya sehingga keluarga membuat laporan kasus pembunuhan pada Sabtu (5/4/2025).

    Keluarga merasa ada yang janggal pada kematian korban setelah melihat foto-foto penemuan jasad.

    “Ada dugaan korban dihilangkan nyawanya dengan pelaku yang kini sedang didalami,” tukasnya.

    Laporan keluarga korban teregistrasi dengan nomor LP/B/2261/IV/2025/SPKT/Polda Metro Jaya.

    “Kami sudah memasukkan laporan ke Polda Metro Jaya tentang dugaan tindak pidana pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP,”  ucapnya.

    Ia menerangkan foto jasad menunjukkan korban mengeluarkan darah di hidung dan mulut.

    Selain itu ada luka memar hingga sayatan di leher korban.

    Setelah penemuan jasad, pihak hotel tak langsung mengonfirmasi ke keluarga.

    “Rumah sakit, tahunya dari sopir ambulans yang mengantar jenazah, yang kami sayangkan pihak hotel tidak memberitahukan hal ini ke keluarga korban,” sambungnya.

    Sebagian artikel telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Terungkap Jurnalis Tewas dalam Kamar Hotel di Jakbar, Seorang Wanita Pesan Ambulans

    (Tribunnews.com/Mohay) (WartaKotalive.com/Ramadhan LQ/Budi Sam)

  • Hamas Sebut 1 Jurnalis Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

    Hamas Sebut 1 Jurnalis Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

    Jakarta

    Hamas mengatakan serangan Israel di Gaza Selatan menewaskan seorang wartawan dan melukai sembilan lainnya. Sementara, militer Israel melaporkan serangan itu menargetkan seorang militan yang menyamar sebagai wartawan.

    Dilansir AFP, Selasa (8/4/2025), wartawan itu adalah salah satu dari sedikitnya 12 orang yang tewas dalam serangan Israel di wilayah Palestina pada hari Senin (7/4), menurut badan pertahanan sipil Gaza.

    Serangan udara menghantam sebuah tenda yang digunakan oleh wartawan di kota Khan Yunis di Gaza Selatan. Serangan itu menewaskan dua orang, kata juru bicara pertahanan sipil, Mahmud Bassal.

    Sembilan wartawan terluka dalam serangan itu, Bassal menambahkan.

    Kantor media pemerintah Hamas mengatakan wartawan Hilmi al-Faqaawi, yang bekerja untuk kantor berita lokal, tewas dalam serangan itu.

    Kementerian luar negeri Palestina yang berpusat di Ramallah menyebut pembunuhan Faqaawi sebagai bagian dari serangkaian kejahatan yang terus berkembang. Israel disebut memang menargetkan wartawan secara langsung, dalam upaya membungkam suara Palestina dan menghapus kebenaran.

    Sementara itu, militer Israel mengatakan pasukannya telah menyerang teroris Hamas Hassan Abdel Fattah Mohammed Aslih di daerah Khan Yunis, tanpa menyebutkan apakah ia telah terbunuh.

    Militer mengklaim Aslih beroperasi dengan kedok seorang wartawan dan memiliki perusahaan pers. Dikatakan Aslih telah menyusup ke wilayah Israel dan berpartisipasi dalam pembantaian berdarah yang dilakukan oleh organisasi teroris Hamas pada 7 Oktober.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kesaksian Sopir Ambulans yang Temukan Jasad Wartawan di Hotel Jakarta Barat, Tak Ada Luka Sayatan – Halaman all

    Emosi Seorang Keponakan di Bogor Memuncak saat Disuruh Cuci Piring Hingga Nyawa Sang Tante Melayang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seorang wanita berinisial EL (59) tewas dibunuh di Taman Cimanggu, Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (6/4/2025).

    Peristiwa pembunuhan itu langsung diungkap jajaan Polresta Bogor.

    Tak lama berselang dari ditemukannya jenazah EL, polisi bisa menangkap RF yang ternyata adalah keponakan korban.

    Belakangan diketahui bahwa aksi penganaiyaan yang berujung korban meninggal dunia itu terjadi lantaran sakit hati.

    Dilansir dari Tribun Depok, Kepala Polresta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo dalam keterangannya, Senin (7/4/2025) mengungkapkan bahwa pembunuhan terhadap wanita berinisial EL terjadi pada Minggu sekitar pukul 17.30 WIB.

    Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan di lokasi kejadian polisi menemukan sejumlah luka di tubuh korban.

    Kepala Satuan Reskrim Polresta Bogor Kota Ajun Komisaris Aji Rizaldi, di Mapolresta Bogor Kota, Senin (7/4/2025) mengungkapkan bahwa hubungan pelaku dan korban adalah tante dan keponakan.

    Kata Aji Rizaldi korban tewas setelah dianiaya pelaku dengan dipukul berulang kali. Korban mengalami luka di bagian wajah.

    “Korban mengalami luka di bagian pelipis sebelah kiri. Luka sobeknya cukup besar. Bagian mata dan dagu juga lebam,” kata Aji.

    Lebih lanjut Aji mengatakan bahwa sebelum penganiayaan terjadi, korban dan pelaku sempat terlibat cekcok. 

    Perselisihan itu terjadi setelah korban meminta pelaku untuk mencuci piring. 

    “Tantenya (korban) minta kepada pelaku buat cuci piring. Terus terjadi cekcok. Korban sempat menyipratkan air keran ke wajah pelaku,” ujar Aji.

    Karena kesal, pelaku membalas melempar spons cuci piring ke arah korban lalu memukul wajah korban.

    “(Memukul) secara bertubi-tubi ke arah wajah hingga meninggal dunia,” imbuh dia. 

    Atas perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan atau penganiayaan yang mengakibatkan kematian. “Dijerat dengan anda pidana paling lama 15 tahun penjara,” kata Aji.

    Kesal Disuruh Cuci Piring

    RF (28), pria yang membunuh bibi kandungnya berinisial EL (59) di Bogor, Jawa Barat, melakukan aksi kejinya karena merasa sakit hati. 

    Polisi menyebut, RF menghabisi nyawa EL lantaran kesal korban menyuruhnya mencuci piring.

    “Tantenya (korban) minta kepada pelaku buat cuci piring. Terus terjadi cekcok. Korban sempat menyipratkan air keran ke wajah pelaku,” kata Kepala Satuan Reskrim Polresta Bogor Kota Ajun Komisaris Aji Rizaldi, di Mapolresta Bogor Kota, Senin (7/4/2025).

    Kesal dengan EL, RF mulanya melempar spons cuci piring ke arah korban. Pelaku lalu memukul wajah EL secara bertubi-tubi hingga korban tak bernyawa.

    Aji menyebut, hubungan antara korban dengan pelaku memang tidak terlalu akur. 

    Pelaku adalah seorang yatim piatu. Ia diasuh dan tinggal bersama korban sejak usia 15 tahun.

    Selama 13 tahun tinggal bersama, keduanya kerap berselisih paham.

    Menurut pengakuan RF, ia sering dilarang oleh tantenya untuk keluar rumah ataupun kumpul bersama teman-temannya.

    “Yang bersangkutan (pelaku) ini sering dilarang oleh tantenya. Tersangka ini lalu kesal, sakit hati, merasa terkekang,” ujar Aji.

    “Kejadian cekcok yang terakhir ini bentuk akumulasi kekesalannya. Hal ini terlihat dari tindakan pelaku terhadap korban,” ucapnya.

    Aji menambahkan, korban tewas setelah dipukul berulang kali oleh pelaku. Akibatnya, korban mengalami luka di bagian wajah.

    “Korban mengalami luka di bagian pelipis sebelah kiri. Luka sobeknya cukup besar. Bagian mata dan dagu juga lebam,” tuturnya.