Kasus: pembunuhan

  • Polresta Barelang Reka Ulang Kasus Pembunuhan Pegawai Honorer Batam

    Polresta Barelang Reka Ulang Kasus Pembunuhan Pegawai Honorer Batam

    BATAM – Unit Reskrim Polsek Sekupang, Polresta Barelang melaksanakan reka ulang kasus pembunuhan berencana dilakukan oleh pegawai honorer Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Batam, Kepulauan Riau.

    Rekonstruksi atau reka ulang tersebut dipimpin langsung Kapolresta Barelang Kombes Zaenal Arifin, didampingi Kasatreskrim AKP Debby Tri Andrestian, Kapolsek Sekupang Kompol Benhur Gultom, jaksa penuntut umum dan pengacara.

    Dalam reka ulang yang digelar di kntor DCKTR Kota Batam itu, hadir tersangka FK (26) yang memperagakan 38 adegan. Untuk korban dan saksi-saksi reka ulang diperagakan oleh penyidik.

    “Dari 38 adegan yang diperagakan, pada adegan ke 29 tersangka melukai korban di bagian leher sebanyak tiga kali,” kata Kapolresta Barelang Kombes Zaenal Arifin dilansir ANTARA, Senin, 5 Mei.

    Dalam reka adegan itu, diawali saat tersangka berangkat kerja ke Kantor DCKTR di Sekupang pukul 07.00 WIB. Kemudian pukul 09.00 WIB, tersangka pulang ke kosannya di Jalan Kartini 6 untuk berganti baju dari pakaian dinas ke pakaian kaos.

    Pelaku juga memperagakan adegan saat membeli sebilah pisau di salah satu toserba di wilayah Tiban Centre. Kemudian tersangka kembali lagi ke kantor sekitar pukul 10.00 WIB.

    Sekitar pukul 11.20 WIB, tersangka menemui korban yang sedang duduk di belakang kantor DCKTR bersama lima saksi. Salah satunya saksi Habib yang mengetahui kejadian.

    “Saksi Habib melapor kepada pelapor berinisial RK usia 33 tahun, bahwa korban HR ditikam oleh tersangka,” kata Zaenal.

     

    Sebelum melukai korban, tersangka sempat bersalaman dengan korban dan meminta maaf karena masih suasana Idul Fitri. Setelah itu, tersangka bergerak ke arah belakang korban dan melukai korban menggunakan tangan kirinya.

    Setelah tersangka melukai korban, saksi Habib dan lima rekannya menarik tangan tersangka lalu melepaskan pisau yang ditangannya dan membawa korban ke RS Otorita Batam. Nyawa korban tidak berhasil diselamatkan, dinyatakan meninggal akibat luka yang menyebabkan kehabisan darah.

    Pada penyidikan perkara ini, penyidik menyita 17 barang bukti, di antaranya pisau yang digunakan tersangka, dan pakaian.

    Tindakan tersangka dilakukan atas dasar sakit hati dengan korban yang kerap membully selama bekerja sebagai pegawai honorer di dinas tersebut sejak 2022.

    Terpisah, Kapolsek Sekupang Kompol Benhur Gultom menyebut reka ulang ini merupakan salah satu langkah penyidikan untuk membuat terang perkara.

    Setelah reka ulang, pihaknya segera melengkapi berkas perkara untuk selanjutnya dilimpahkan tahap satu kepada jaksa penuntut umum (JPU).

    “Kami segera melengkapi berkas perkara setelah rekonstruksi ini supaya bisa segera ditahap satukan,” kata Benhurn.

  • 2 Eks Kepala Badan Intelijen Kuak Sosok Hercules di Medan Operasi: Aksi Heroik hingga Nyali Penakut

    2 Eks Kepala Badan Intelijen Kuak Sosok Hercules di Medan Operasi: Aksi Heroik hingga Nyali Penakut

    TRIBUNJAKARTA.COM – Polemik premanisme yang menyorot Ketua Umum Grib Jaya, Hercules, memantik sejumlah nama besar purnawirawan TNI muncul ke permukaan.

    Di antaranya adalah dua jenderal korps baret merah yang pernah menduduki jabatan tertinggi Intelijen di Indonesia.

    Mereka adalah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) (2001-2004), Jenderal TNI (HOR) (Purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono dan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) (2015-2016), Letjen TNI (Purn) Yayat Sudrajat.

    Keduanya mengungkap sisi berbeda dari sosok Hercules semasa di Timor Timur (Timtim), sekarang Timor Leste.

    Sebagai informasi, Hercules merupakan pria asal Timtim yang akhirnya menyeberang ke Indonesia.

    Ia menjadi tenaga bantuan operasional (TBO) pasukan Kopassus pada masa operasi pendudukan Indonesia di Timtim, medio 1970-1990-an.

    Sosok yang pernah dijuluki preman hingga mafia itu akhirnya memilih menyeberang ke Indonesia, saat rakyat Timtim memilih melepaskan diri NKRI.

    Heroisme

    Hendropriyono mengonfirmasi soal peran penting Hercules di Timor Leste.

    Profesor bidang filsafat intelijen itu ikut terjun pada Operasi Seroja semasa berpangkat perwira pertama. Ia mengungkap betapa tentara mempercayai Hercules.

    “Dulu dia (Hercules) waktu di Timor Timur (sebutan sebelum menjadi Timor Leste), dia itu kita percaya pegang kunci gudang senjata dan peluru. Dia yang pegang,” katanya seperti dikutip dari YouTube Prof. Rhenald Kasali yang tayang pada Minggu (4/5/2025). 

    Jasa menjadi kuncen gudang senjata itu membuat Hendropriyono meminta Hercules tidak dibunuh secara perdata karena perkara premanisme.

    Yang dimaksud dengan pembunuhan secara perdata, menurut Hendropriyono, adalah perundungan atau pembunuhan karakter.

    Menurut Hendropriyono, heroisme Hercules membantu Indonesia perlu tetap dipandang.

    “Orang yang begitu dipercaya sekarang berbuat apapun, istilah katanya jangan dibunuh dong, jangan dibunuh walaupun pembunuhan itu perdata. Lalu nasionalisme dia (Hercules) langsung padam, bukannya saya mau bela premanisme, saya tetap anti premanisme tapi kita kan punya hati nurani.”

    “Kalau cuma Hercules soal kecil, kita kan mikirnya perang global dong,” pungkas eks Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu.

    Nyali Penakut

    Sementara itu, Yayat Sudrajat mengungkap sosok Hercules yang kini kerap ditakuti dengan ormasnya, justru bernyali penakut ketika di kampung halaman, Timor Leste.

    Semasa jajak pendapat 1999 yang akhirnya membuat Timtim lepas dari Indonesia, Yayat saat itu masih berpangkat Letnan Kolonel.

    Ia diterjunkan ke Timtim dari Kopassus sebagai Dansatgas Intelijen Tribuana 8.

    Yayat memiliki misi memastikan jajak pendapat atau referendum berjalan baik.

    Pada satu momen, Yayat yang sedang berada di Dili, didatangi Hercules.

    Membawa nama senior Yayat, yakni Zacky Anwar Makarim.

    Sebagai gambaran, Yayat merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1982, sedangkan Zacky lulusan Akabri tahun 1971.

    Hercules datang ke Yayat untuk minta dikawal pulang ke kampung halaman, di sebuah daerah di Timtim.

    Ia tidak berani pulang sendirian karena situasi masih kacau saat itu.

    “Intinya bahwa dia mau ke kampung halamannya dia tidak berani karena memang di sana pada saat itu di mana-mana chaos,  sehingga ya karena dia bawa nama Pak Zacky Anwar, ya saya siapkanlah ya dan aman gitu,” kata Yayat bercerita di kanal Youtube Hersubeno Point, tayang, Minggu (4/5/2025).

    Dengan jasa itu, seharusnya Hercules berterima kasih kepada TNI dan menghormati setiap pasukan serta purnawirawannya.

    “Itulah ya si Hercules lah, dan semua orang tahulah kalau si Hercules itu memang preman gitu loh”

    “Dan dia bisa hebat seperti itu, menurut dia ya, kalau saya enggak hebat gitu kan, tadi sudah disampaikan, dia balik ke kampungnya aja dia takut balik ke kampungnya.”

    “Dia takut pada saat jajak pendapat, saya ketemu dia, dia minta bantuan saya untuk ‘Pak tolong saya mengawal saya,’ dengan membawa nama Pak Zacky Anwar,” paparnya.

    Yayat begitu marahnya dengan Hercules sampai-sampai menyebut dadanya ingin meledak.

    Seharusnya, kata Yayat, Hercules harus selalu ingat utang budinya kepada TNI yang membawanya ke Indonesia.

    “Sebenarnya dada ini pengin meledak gitu loh dengan omongan-omongan dia itu ya enggak tahu diri ya.”

    “Saya walaupun misalnya berseberangan dengan siapa gitu dengan senior saya gak akan mungkin saya mau bicara kemudian menghinakan senior saya,” jelas Yayat.

    Menurut Yayat, Hercules ke Indonesia bukan karena cinta Merah Putih, melainkan karena nyalinya takut tinggal di tanah kelahirannya.

    “Mungkin dia enggak ngerti, enggak paham gitu apa sih etika budaya di Indonesia karena dia kan awalnya dari Timtim. Dan dia juga bukan karena cinta ke Indonesia dia lari dari sana takut dia,” kata Yayat.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Mahasiswi di Majalengka Aniaya Kekasih hingga Tewas, Sempat Dikurung 3 Hari

    Mahasiswi di Majalengka Aniaya Kekasih hingga Tewas, Sempat Dikurung 3 Hari

    MAJALENGKA – Kepolisian Resor Majalengka, Jawa Barat, mengungkap kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan seorang mahasiswi berinisial APA (21) terhadap kekasihnya hingga mengakibatkan korban meninggal dunia di Desa Lengkong, Kecamatan Sindangwangi.

    Kapolres Majalengka AKBP Willy Andrian mengatakan kasus dugaan penganiayaan itu terungkap setelah adanya laporan dari RSUD Majalengka terkait kedatangan seorang perempuan yang membawa jenazah seorang laki-laki pada Sabtu (3/5).

    “Dari hasil penyelidikan, korban diketahui mengalami kekerasan fisik sebelum meninggal dunia. Pelaku telah kami tetapkan sebagai tersangka pada hari ini,” kata Willy dilansir ANTARA, Senin, 5 Mei.

    Ia menjelaskan korban yang berusia 22 tahun dijemput pada Selasa (30/4), kemudian dibawa ke rumah tersangka APA di Desa Lengkong, Majalengka.

    Saat korban menyatakan ingin pulang ke rumah orang tuanya pada keesokan harinya, tersangka APA diduga emosi dan langsung melakukan kekerasan.

    “Tersangka memukul wajah korban menggunakan tangan kosong dan juga dengan telepon genggam,” ujar Kapolres.

    Akibat tindakan tersebut, kata Willy, korban mengalami luka serius di bagian wajah hingga sesak napas dan akhirnya meninggal dunia

    Ia juga mengatakan korban sempat dikurung selama tiga hari di dalam kamar rumah tersangka dengan kondisi lemah.

    Selain itu, korban tidak diizinkan keluar, bahkan untuk buang air hanya menggunakan botol dan popok yang disediakan oleh tersangka.

    “Selama itu korban hanya diberi makan oleh pelaku. Saat pelaku meninggalkan rumah, kamar korban dikunci dari luar agar tidak diketahui oleh orang tua tersangka,” katanya.

    Willy menyampaikan dari pengakuan sementara, pelaku tidak ingin korban pulang karena merasa telah merawatnya selama setahun.

    “Mereka menjalin hubungan khusus selama tiga tahun,” katanya.

     

    Sementara itu, Kepala Satreskrim Polres Majalengka AKP Ari Rinaldo mengatakan korban dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (3/5) sekitar pukul 16.30 WIB.

    Tersangka yang panik, kemudian meminta bantuan temannya berinisial TD untuk membawa jenazah korban ke rumah sakit.

    “Jenazah korban sempat diletakkan di bagasi mobil hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sempat ada keinginan dari pelaku untuk membuang jenazah,” katanya.

    Dari hasil autopsi, ditemukan sejumlah luka di bagian wajah dan tubuh korban yang mengarah pada tindak kekerasan.

    Penyidik juga memastikan bahwa korban tidak melakukan perlawanan karena dalam kondisi tidak sehat saat kejadian.

    “Tersangka dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan jo Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian,” ucapnya.

  • Oknum TNI AL Sempat Setubuhi Jurnalis Juwita di Mobil Sebelum Dihabisi

    Oknum TNI AL Sempat Setubuhi Jurnalis Juwita di Mobil Sebelum Dihabisi

    GELORA.CO – Kepala Oditurat Militer (Odmil) III-15 Banjarmasin Letkol CHK Sunandi mengatakan oknum TNI AL Kelasi Satu Jumran selaku terdakwa pembunuh jurnalis asal Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), Juwita (23) sempat merayu korban agar mau berhubungan badan sebelum menghabisi nyawa korban.

    Letkol Sunandi mengungkapkan bukti tersebut dalam sidang perdana dengan agenda pembacaan surat dakwaan di Pengadilan Militer (Dilmil) I-06 Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Senin (5/5/2025).

    “Saat bertemu di Banjarbaru pada 22 Maret 2025, terdakwa menjemput korban menggunakan mobil rental di pinggir jalan (diminta menunggu di lokasi tersebut). Terdakwa sambil memegang tangan korban dan mengelus-elus dengan kata-kata romantis, lalu korban menyandarkan kepala di bahu terdakwa,” kata Letkol Sunandi dalam surat dakwaan.

    Kata-kata romantis itu, kata Sunandi, untuk mengelabui korban agar tidak curiga dengan pembunuhan yang akan dilakukan terdakwa pada hari itu.

    “Korban dilembuti, seolah-olah agar korban tidak curiga mau dibunuh. Dibawa keliling menggunakan mobil ke area perkantoran Gubernur Kalsel di Banjarbaru,” ujar Sunandi.

    Dalam pembacaan surat dakwaan itu, terungkap bahwa korban sempat bertanya apa kegiatan terdakwa sehingga datang ke Banjarbaru, lalu terdakwa memberhentikan mobil di pinggir jalan yang sepi. Kemudian terdakwa menyuruh korban pindah ke jok tengah mobil dan disusul terdakwa. Terdakwa mulai bersentuhan badan dengan korban, hingga akhirnya melakukan hubungan layaknya suami istri sekitar 20 menit.

    Setelah melakukan hubungan terlarang, terdakwa menyetir kembali mobil yang ditumpangi, dan sedikit mengajak korban ngobrol, lalu berkeliling di kawasan perkantoran Gubernur Kalsel menggunakan mobil tersebut sambil melihat situasi apakah aman untuk membunuh korban.

    Karena melihat situasi tidak aman, kata Sunandi, terdakwa menyetir mobil ke arah tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Trans Gunung Kupang, Kelurahan Cempaka, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.

    Setelah di TKP, terdakwa melihat situasi sepi, kemudian memarkir mobil ke pinggir jalan. Lantas korban bertanya mengapa berhenti di pinggir jalan yang sepi itu.

    Tanpa berbicara panjang, terdakwa menyuruh korban pindah ke jok belakang mobil, diikuti terdakwa dan mendekati korban. Tak menunggu lama, terdakwa langsung menjulurkan kaki ke badan korban, mengunci leher korban menggunakan tangan, lalu kedua tangan ditarik ke arah belakang, korban sempat melawan namun tidak berdaya.

    Karena kurang efektif, terdakwa melepas kuncian tangan, korban sempat bertanya apakah terdakwa ingin membunuhnya. Lalu terdakwa berpindah ke depan korban, mendorong bahu dan mencekik leher korban disertai dengan mengunci bagian paha korban menggunakan kaki sekitar 10 menit.

    Setelah tidak bernyawa, terdakwa pindah ke kursi depan mobil. Lalu mengambil telepon seluler korban untuk dihancurkan, mengambil sepeda motor korban yang sebelumnya diparkirkan di salah satu supermarket, dan meletakkan motor itu di TKP, menarik korban dari mobil sambil mengatur posisi bersama motor korban seolah kecelakaan tunggal.

    Berdasarkan keterangan sementara hasil penyidikan, terdakwa membunuh korban karena tidak mau bertanggung jawab menikahi korban setelah dugaan hubungan badan terendus oleh pihak keluarga korban.

    Dalam sidang perdana hari ini, majelis hakim Pengadilan Militer (Dilmil) I-06 Banjarmasin telah memeriksa sebanyak enam saksi dari total 11 saksi, lima saksi lain dan alat bukti lain akan diperiksa pada Kamis (8/5). Sedangkan terdakwa kembali ditahan untuk mengikuti agenda sidang selanjutnya.

    Sebagai informasi, korban bernama Juwita (23) bekerja sebagai jurnalis media dalam jaringan (daring) lokal di Banjarbaru dan telah mengantongi uji kompetensi wartawan (UKW) dengan kualifikasi wartawan muda.

    Jasadnya tergeletak di tepi jalan bersama sepeda motor miliknya yang kemudian muncul dugaan menjadi korban kecelakaan tunggal.

    Warga yang menemukan pertama kali justru tidak melihat tanda-tanda korban mengalami kecelakaan lalu lintas. Di bagian leher korban terdapat sejumlah luka lebam, dan kerabat korban juga menyebut ponsel milik Juwita tidak ditemukan di lokasi.

  • Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur untuk Ukraina Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia – Halaman all

    Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur untuk Ukraina Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia – Halaman all

    Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur Bela Ukraina Lebih Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang tentara bayaran asal Inggris yang bertempur di Ukraina memberi pengakuan kalau personel Angkatan Bersenjata Rusia memiliki reputasi yang sangat brutal.

    Saking brutalnya pasukan Rusia, sampai-sampai unit tentara bayaran itu setuju untuk tidak pernah ditangkap hidup-hidup.

    Pasukan Rusia adalah “orang-orang yang sangat berbahaya, seringkali fanatik atau putus asa yang akan menyiksa dan membunuh Anda jika mereka menangkap Anda,” kata Macer Gifford.

    Gifford dilansir BI, memiliki nama asli Harry Rowe yang sebelumnya berprofesi sebagai  pedagang di Inggris.

    Gifford, yang sebelumnya menjadi sukarelawan untuk bertempur di Suriah, disebutkan bertempur di lokasi-lokasi penting di Ukraina, termasuk di Kherson dan Lyman.

    Dalam lansira BI, mantan tentara bayaran ini berbicara tentang realitas perang melawan Rusia, dan keputusan sulit yang harus diambil unitnya.

    Tentara Rusia di garis depan (TASS)

    Aksi-Aksi Brutal, Diminta Gali Lubang Kubur Sendiri Lalu Ditembak

    Ulasan BI itu menggambarkan, laporan tindak penyiksaan oleh personel dari kedua kubu sebenarnya bermunculan.

    Namun, menurut penyelidikan PBB tahun lalu, laporan adanya penyiksaan oleh tentara Ukraina terhadap personel Rusia yang tertangkap “berhenti ketika para tahanan tiba di tempat penahanan resmi”. 

    “Tidak demikian halnya dengan Rusia. Investigasi tersebut menyatakan bahwa ada “penyiksaan dan perlakuan buruk yang meluas dan sistematis” terhadap tawanan perang di seluruh sistem penahanan Rusia,” kata laporan itu.

    Aksi-aksi brutal itu termasuk pemukulan, sengatan listrik, kekerasan seksual, pencekikan, perampasan tidur, dan eksekusi pura-pura, katanya.

    “Terjadi pula pembunuhan, satu di antara yang terkenal adalah tentara Ukraina Oleksandr Matsievsky. Dia dipaksa menggali kuburnya sendiri sebelum ditembak di tahanan,” BBC melaporkan .

    “Rusia telah melakukan segala macam kejahatan yang dapat Anda bayangkan,” kata Gifford.

    Itulah sebabnya unitnya mengadakan perjanjian — bahkan mengeluarkan satu anggota yang mencoba menyerah saat baku tembak, katanya.

    Ada kesepakatan bahwa “tidak seorang pun di unit itu boleh ditangkap hidup-hidup,” katanya.

    Mengakui bahwa semua perang bersifat kekerasan, Gifford mengatakan ia tetap “benar-benar terkejut” dengan apa yang ia lihat dalam pertempuran melawan Rusia.

    Rusia Belajar dari ISIS

    Gifford yakin bahwa pasukan Rusia mempelajari banyak taktik brutal mereka di Suriah.

    Seperti diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan dukungan militer kepada presiden Suriah saat itu, Bashar Assad, mulai tahun 2015, dengan memasok peralatan militer dan serangan udara untuk memukul mundur kelompok pemberontak, termasuk ISIS.

    Namun, kelompok itulah yang tampaknya telah memberikan model bagi pasukan Rusia di Ukraina, kata Gifford.

    “Tingkat dan cakupan” kebiadaban Rusia terhadap warga sipil, katanya, mengingatkannya “pada taktik yang sama yang digunakan ISIS.”

    Gifford mengenang bagaimana, selama ia bertempur di Suriah, ia menemukan sangkar, alat penyiksaan, dan kasur dengan rantai di sampingnya untuk menahan tawanan wanita di wilayah yang dikuasai ISIS.

    “Saya pikir ISIS adalah kelompok pinggiran, bahwa mereka adalah kelompok yang unik,” katanya, tetapi menurutnya, “banyak praktik brutal mereka telah diadopsi oleh Rusia — terutama, saya kira, karena mereka sangat efektif di Suriah,” tambahnya.

    Rusia berhasil menghancurkan sebagian besar pasukan dan peralatan Ukraina yang memasuki wilayah Kursk, menurut klaim Komandan Pasukan Khusus Rusia, Akhmat Alaudinov. Situasi di wilayah Kursk telah terkendali. (Sputnik)

    Mesin Perang Rusia

    Gifford menggambarkan mesin perang Rusia sebagai “sangat besar dan sangat berbahaya.”

    Namun, meski Rusia memimpin dalam hal skala jumah — di mana pasukan tumbuh hingga mencapai 1,5 juta tentara aktif — pasukan Moskow telah “dihancurkan” di Ukraina, katanya.

     Pendekatan Rusia terhadap perang adalah tentang skala dan serangan “meat grinder” yang mana jumlah korban yang sangat besar ditoleransi, kata Gifford.

    “Perbedaan yang nyata” antara kedua negara itu bermuara pada “cara mereka menghargai kehidupan,” tambahnya.

    “Ukraina berjuang untuk hidup mereka. Rusia hanya berjuang untuk mendapatkan lebih banyak wilayah, dan itulah perbedaannya.”

    Namun Gifford menekankan bahwa sekutu Ukraina perlu berhenti melihat perang sebagai “konflik di pinggiran Eropa,” dan bagi Putin hal ini berarti lebih dari itu.

    Baginya, ini adalah “perang pemusnahan,” kata Gifford. Ini adalah “perang untuk mengakhiri semua perang di mata Vladimir Putin.”

    “Rusia secara rutin membantah tuduhan kejahatan perang. Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar,” tulis disclaimer laporan BI tersebut.

     

     

    (oln/BI/*)
     
     
     
     
     
     

     

  • Tanggapan Menteri HAM Soal Dedi Mulyadi Kirim Siswa ke Barak TNI

    Tanggapan Menteri HAM Soal Dedi Mulyadi Kirim Siswa ke Barak TNI

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menyebut kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk mengirimkan anak-anak bermasalah ke barak militer tidak menyalahi standar HAM. 

    Menurut Pigai, langkah Dedi untuk mengirimkan anak-anak sekolah itu untuk dididik ke barak militer bukan merupakan corporal punishment, atau kekerasan fisik. Pigai menyebut langkah Dedi itu adalah bagian dari pendidikan pembentukan karakter, mental dan tanggung jawab. 

    “Apa yang dilakukan Pemda Jabar tersebut bukan merupakan Corporal Punishment tetapi bagian dari pembentukan karakter, mental dan tanggung jawab anak. Maka tentu tidak menyalahi standar Hak Asasi Manusia,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Senin (5/5/2025). 

    Adapun Pigai menjelaskan bahwa corporal punishment merupakan penggunaan kekerasan fisik yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada anak sebagai bentuk hukuman atau disiplin. 

    Bentuknya, lanjut Pigai, bisa meliputi tindakan memukul, menampar, atau menggunakan benda keras untuk memukul anak. 

    “Dan ini kontroversial karena dampaknya yang negatif terhadap kesehatan fisik dan mental anak. Terkait hal ini pun masih dalam perdebatan, tapi yang dilakukan oleh Pemda Jabar tentu bukan ini,” jelas Pigai.

    Menurut Pigai, pendidikan yang diterapkan selama menyangkut pembinaan mental, karakter dan nilai maka bakal sesuai dengan prinsip dan standar HAM. 

    Sebelumnya, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi membeberkan alasan mengapa dirinya mengirim siswa bermasalah di Jabar agar dididik di barak militer mulai 2 Mei 2025. Mulanya, dia menyoroti soal kenakalan akut yang dilakukan siswa.

    Mulai dari waktu malamnya digunakan bermain game mobile legend, berkumpul alias nongkrong dengan grup motornya sampai malam, hingga ada kasus siswa SMP melakukan pembunuhan berencana ke kakeknya. 

    Di sisi lain, dia juga menyebut orang tua siswa yang menjadi korban pinjaman daring atau pinjaman online (pinjol), korban bank emok (rentenir), hingga bank keliling. 

    Maka demikian, dia khawatir dalam jangka panjang anak-anak di Jawa Barat akan lemah dan tidak kompetitif, sehingga dia berencana mendidik siswa bermasalah di barak militer. 

    Apalagi, kata dia, saat ini banyak orang tua dan guru yang tak sanggup lagi menghadapi anak-anak yang jika dibiarkan bisa berujung kriminalisasi. 

    “Kan perlu dilakukan tindakan-tindakan yang nyata, terukur dan terencana. Maka, salah satu pilihannya adalah melibatkan TNI/Polri menjadi bagian dari upaya pembinaan mereka,” ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).

  • Kian Mencekam di Gaza Gara-gara Israel Blokir Bantuan

    Kian Mencekam di Gaza Gara-gara Israel Blokir Bantuan

    Jakarta

    Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza yang terus-terusan digempur militer Israel semakin mencekam. Keadaan ini diperparah karena tidak ada bantuan yang masuk akibat diblokir oleh Israel.

    Dirangkum detikcom, Senin (5/5/2025), sudah hampir 19 bulan perang berkecamuk di Gaza. Warga Gaza mulai kehabisan cara untuk bertahan hidup dan khawatir dengan kondisi masa depan.

    Blokade Israel atas semua pasokan bantuan kemanusiaan dan komersial telah berlangsung selama dua bulan. Sementara, pengeboman Israel di seluruh Gaza masih terus berlanjut.

    “Kenyataan di Gaza tidak bisa digambarkan,” kata Ahmad Qattawi kepada Deutsche Welle (DW) melalui sambungan telepon dari Kota Gaza.

    “Kami hidup dalam tragedi, mencoba bertahan hidup tanpa mengetahui keselamatan kami nantinya. Kami mungkin bisa bertahan hidup, tapi jiwa kami sudah lama mati. Ketakutan akan serangan bom adalah salah satu penyebabnya, dan menemukan makanan yang cukup adalah masalah lainnya,” katanya.

    “Kami sibuk mencari makan setiap hari, menyimpan makanan untuk beberapa hari ke depan,” ujarnya.

    “Kami makan dengan hemat, dan cukup,” lanjutnya.

    Sejumlah lembaga bantuan secara konsisten memperingatkan tentang meningkatnya risiko malnutrisi dan kelaparan akibat penutupan toko-toko roti, melambungnya harga bahan makanan pokok, dan penutupan perbatasan yang terus berlanjut.

    Sejumlah kecil sayuran masih tersedia di pasaran, tapi sekarang harganya tidak terjangkau bagi kebanyakan orang. Harga-harga melambung tinggi dan banyak warga Gaza yang tidak memiliki penghasilan. Satu kilogram tomat, bahan pokok di dapur-dapur Palestina, sekarang harganya sekitar 30 shekel (sekitar Rp137 ribu). Padahal sebelum perang harganya hanya 1-3 shekel (sekitar Rp4-13.000). Saat ini, satu kilogram gula bisa mencapai lebih dari 60 shekel (sekitar Rp274 ribu).

    Tak Ada Tempat Aman, Semua Orang Kelaparan

    Dapur Umum di Gaza Terancam Tutup gegara Stok Makanan Habis (Foto: REUTERS/Mahmoud Issa)

    Direktur Jaringan Organisasi Nonpemerintah Palestina (Palestinian Non-Govermental Organizations Network/PNGO), Amjad Shawa, mengatakan situasi yang terjadi di Gaza saat ini adalah bencana.

    “Sepanjang sejarah Gaza, kami tidak pernah mengalami situasi seperti ini,” kata Amjad Shawa kepada DW lewat sambungan telepon. “Ini adalah bencana.”

    “Ada serangan udara, artileri, serangan ke tenda-tenda, dan ke tempat perlindungan,” ujar Shawa.

    “Tidak ada tempat aman. Ditambah lagi, semua orang kelaparan. Bahkan, secara pribadi, kami tidak tahu harus makan apa. Hampir tidak ada apa-apa,” imbuhnya

    Shawa menyatakan bahwa warga merasa terus terdesak dan disudutkan tanpa ada tanda-tanda situasi akan berakhir. Dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.

    “Hal terburuk bagi kami sebagai pekerja kemanusiaan adalah kami tidak bisa berbuat apa-apa, tidak punya apa-apa untuk diberikan,” jelasnya.

    “Kami berusaha sekuat tenaga memberi harapan di sana-sini, tapi di sisi lain, kami adalah bagian dari masyarakat dan tidak bisa memisahkan diri dari keadaan ini,” kata dia.

    Sistem Kesehatan di Ambang Kehancuran

    Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian/OCHA) menyatakan bahwa sistem layanan kesehatan Gaza “berada di ambang kehancuran, kewalahan menangani korban massal dan sangat terhambat oleh pemblokiran total yang memutus pasokan obat-obatan penting, vaksin, hingga peralatan medis.”

    Badan Pangan Dunia (WFP) baru-baru ini mengumumkan bahwa stok makanan mereka untuk Gaza telah habis, dan sisa persediaan terakhir dikirimkan ke dapur umum yang menyediakan makanan dasar bagi kelompok paling rentan, serta sisa tepung terigu ke para tukang roti.

    “Pada 31 Maret, semua 25 tukang roti yang didukung WFP tutup karena stok tepung terigu dan bahan bakar memasak habis,” kata WFP dalam sebuah pernyataan.

    “Di minggu yang sama, paket makanan WFP yang dibagikan ke keluarga, yang isinya stok makanan untuk dua minggu, juga telah habis. WFP sangat prihatin dengan kekurangan air bersih dan bahan bakar untuk memasak sehingga memaksa warga mencari barang apa saja yang bisa dibakar untuk memasak.”

    Saat persediaan menipis, kekhawatiran tentang cara menghidupi keluarga mengalahkan segalanya, kata Mahmoud Hassouna, warga Kota Khan Younis di Gaza selatan, kepada DW melalui telepon. Pemuda 24 tahun ini mengungsi di awal perang 2023, saat rumah keluarganya hancur akibat serangan bom Israel.

    Dia menghabiskan hari dengan beraktivitas di sekitar rumah darurat keluarganya dan membantu ibunya menyiapkan makanan.

    “Kami kembali bergantung pada makanan kaleng,” ungkapnya. “Kami tak punya cukup uang untuk membeli sayuran, yang harganya melambung tinggi di pasaran.”

    Tugas Hassouna adalah mencari kayu bakar, yang sekarang menjadi sangat sulit karena sebagian besar pohon telah ditebang atau hancur oleh bom. Banyak warga nekat memasuki rumah-rumah yang hancur untuk menyelamatkan pintu atau barang kayu.

    “Hampir dua tahun hidupku dihabiskan di bawah bom, pembunuhan, dan kematian. Aku bahkan tak lagi mengenali diriku sendiri.”

    Gencatan senjata yang dimulai Januari 2025 dan berlangsung hingga awal Maret 2025 sempat memberi sedikit kelegaan bagi warga Gaza, sekaligus waktu untuk mengisi pasokan gudang organisasi bantuan. Namun, situasi kembali memburuk ketika Israel melanggar gencatan senjata dan melanjutkan serangan pada 18 Maret 2025, setelah fase pertama kesepakatan gencatan dan pembebasan sandera berakhir, sementara negosiasi fase kedua gagal.

    Sebelum melanggar gencatan senjata, pemerintah Israel telah memerintahkan penutupan semua perlintasan perbatasan dan menghentikan seluruh pengiriman bantuan kemanusiaan serta komersial ke Gaza.

    Blokade Israel

    Hancur Lebur Sekolah yang Tampung Pengungsi Palestina Dibombardir Israel (Foto: REUTERS/Mahmoud Issa)

    Blokade ini merupakan bagian dari strategi yang disebut pihak Israel sebagai “tekanan maksimum” untuk memaksa Hamas membebaskan sisa sandera di bawah kesepakatan baru gencatan senjata sementara, sekaligus bertujuan menggulingkan kelompok militan Palestina tersebut. Pejabat Israel menuduh Hamas mencuri bantuan kemanusiaan dan menggunakannya untuk pasukan mereka sendiri.

    Media Israel melaporkan bahwa dewan keamanan sedang menyiapkan persetujuan rencana operasional untuk memperluas serangan militer, termasuk memanggil pulang puluhan ribu pasukan cadangan. Hanya saja, belum dijelaskan waktu pelaksanaan ekspansi tersebut.

    Hamas menolak semua tuntutan pelucutan senjata dan bersikeras pada kesepakatan yang menjamin berakhirnya perang.

    Sejak penyerangan Hamas pada 7 Oktober 2023, pejabat Israel menyatakan 59 sandera masih berada di Gaza, dengan kurang dari separuhnya diperkirakan masih hidup.

    Pekan lalu, jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 52.000, menurut data Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Sementara, ribuan lainnya diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan.

    Sejumlah lembaga bantuan hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat politik. Tindakan ini berpotensi menjadi kejahatan perang karena berdampak pada seluruh populasi Gaza yang berjumlah 2,2 juta jiwa.

    Wakil Sekretaris Jenderal PBB bidang Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Tom Fletcher, mengingatkan Israel dalam sebuah pernyataan: “Hukum internasional cukup jelas: Sebagai kekuatan pendudukan, Israel wajib mengizinkan akses bantuan kemanusiaan. Bantuan, dan nyawa sipil yang diselamatkannya, tidak boleh dijadikan alat tawar-menawar.”

    Sepanjang perang, populasi Gaza hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan dan pasokan komersial dari luar. Militer Israel secara terus menerus membuat warga mengungsi hingga membentuk zona penyangga besar di utara, perbatasan timur, serta selatan, yang berakibat pada hilangnya akses warga Palestina ke lahan pertanian paling subur di Gaza.

    “Secara sederhana, Israel tidak hanya menghalangi makanan masuk ke Gaza, tetapi juga menciptakan keadaan yang membuat warga Palestina tidak bisa menanam atau memproduksi makanannya sendiri,” ujar Gavin Kelleher, pekerja kemanusiaan Dewan Pengungsi Norwegia yang baru kembali dari Gaza, dalam konferensi pers.

    Warga Gaza juga melaporkan adanya insiden penjarahan gudang serta suasana mencekam dan keamanan internal yang rapuh selama serangan Israel.

    Berdasarkan laporan OCHA pada hari Kamis (01/05): “Serangan baru-baru ini dilaporkan menghantam gedung permukiman dan tenda pengungsian, terutama di Rafah dan Gaza Timur. Hingga Selasa (29/04), lembaga kemanusiaan memperkirakan lebih dari 423.000 orang di Gaza kembali mengungsi tanpa adanya tempat aman.”

    Ini menjadi mimpi buruk bagi Mahmoud Hassouna. “Harapanku satu-satunya adalah tidak lagi mengungsi,” katanya. “Setelah itu, aku ingin perang mengerikan ini berakhir.”

    19 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel

    Gempuran Israel di Gaza tak ada habis-habisnya di tengah blokade bantuan kemanusiaan. Pada Senin (5/5) dini hari waktu setempat, dua serangan udara Israel menghantam sejumlah apartemen dan rumah di wilayah Jalur Gaza. Nahas, sedikitnya 19 orang tewas akibat rentetan serangan tersebut.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Senin (5/5), mengatakan bahwa dua serangan udara Tel Aviv itu menghantam area-area permukiman yang ada di Gaza City.

    “Tim kami menemukan 15 martir dan 10 orang luka-luka, sebagian besar anak-anak dan wanita, setelah serangan Israel terhadap tiga apartemen (di barat laut Gaza City),” kata Bassal dalam pernyataannya.

    Empat orang lainnya, sebut Bassal, tewas dalam serangan udara yang menghantam sebuah rumah di area Beit Lahiya, sebelah utara Gaza City. Bassal menambahkan bahwa empat orang lainnya mengalami luka-luka dalam serangan yang sama.

    Militer Israel belum memberikan komentar langsung atas laporan serangan mematikan itu.

    Tel Aviv semakin mengintensifkan pengeboman udara dan memperluas operasi darat di Jalur Gaza, sejak melanjutkan kembali serangannya di daerah kantong Palestina tersebut pada 18 Maret lalu, menyusul kolapsnya gencatan senjata dengan Hamas.

    Halaman 2 dari 3

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Berbeda dengan Hakim Lain, Heru Hanindyo Tegaskan Tak Terlibat Suap Vonis Bebas Ronald Tannur

    Berbeda dengan Hakim Lain, Heru Hanindyo Tegaskan Tak Terlibat Suap Vonis Bebas Ronald Tannur

    Berbeda dengan Hakim Lain, Heru Hanindyo Tegaskan Tak Terlibat Suap Vonis Bebas Ronald Tannur
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Hakim nonaktif Pengadilan Negeri (PN) Surabaya,
    Heru Hanindyo
    menegaskan bahwa dirinya tidak terlibat dan tidak menerima uang terkait dugaan suap vonis bebas Gregorius
    Ronald Tannur
    di PN Surabaya.
    Pernyataan itu disampaikan Heru dalam duplik dalam kasus suap penanganan perkara yang menjerat tiga hakim PN Surabaya yang membebaskan Ronald Tannur yang digelar di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (5/5/2025).
    Adapun tiga hakim yang menjatuhkan vonis bebas terhadap terdakwa kasus pembunuhan Dini Sera Afrianti itu adalah Erintuah Damanik sebagai ketua majelis serta Mangapul dan Heru Hanindyo selaku anggota.
    “Bantahan atau keberatan saya di muka persidangan seharusnya terhadap keterangan Erintuah Damanik dan Mangapul adalah suatu keadaan yang sebenar-benarnya saya alami dan rasakan berdasarkan pancaindra yang saya miliki,” kata Heru dalam sidang, Senin.
    Heru tetap membantah keberadaannya di kantor PN Surabaya sebagaimana peristiwa pembagian uang yang disebutkan oleh Erintuah dan Mangapul dalam perkara tersebut.
    “Keberadaan saya pada
    tempus
    yang disebutkan Erintuah Damanik dan Mangapul sejatinya saya tidak berada di tempat sebagaimana dimaksud,
    in casu
    di ruangan kerja dan area PN Surabaya pada saat hari Senin tanggal 3 Juni 2024 dan Senin 17 Juni 2024,” ucap dia.
    Heru bahkan menyebut memiliki bukti bahwa Erintuah memberikan keterangan yang tidak benar terkait keberadaannya pada hari Sabtu, 1 Juni 2024.
    Pasalnya, tanggal tersebut, Erintuah berada di Surabaya untuk mengikuti upacaya. Hal ini berbeda dengan keterangan Erintuah yang mengaku bertemu dengan pengacara Ronald Tannur, Lisa Rachmat di Semarang.
    “Saya dapat membuktikan bahwa keberadaan Erintuah Damanik pada hari Sabtu tanggal 1 Juni 2024 sejatinya Erintuah Damanik tidak berada di Semarang, tetapi berada di Surabaya, sehingga pada hari Sabtu tanggal 1 Juni 2024 tidak mungkin Erintuah Damanik bertemu dengan Lisa Rahmat, termasuk menerima uang SGD 140.000 pecahan SGD 1000 di Dunkin Donnuts Bandara A. Yani Semarang,” katanya.
    Heru juga membantah disebut mengetahui atau menerima bagian dari uang sebesar SGD 140.000 sebagaimana keterangan para Erintuah maupun Mangapul.
    Ia menegaskan bahwa keberatan atas keterangan dua saksi lainnya merupakan bagian dari hak konstitusional untuk membela diri.
    “Bantahan atau keberatan diri saya dalam persidangan ini tidak serta merta tanpa suatu alasan yang rasional, bahkan tidak ada yang kontradiktif sebagaimana disebutkan penuntut umum di dalam replik, melainkan bantahan atau keberatan tersebut didasari argumentasi dan pembuktian bahkan adanya suatu peristiwa notoire feiten,” kata Heru.
    “Oleh karenanya, pertahankan hak dan kewajiban di muka hukum,
    in casu
    , dalam persidangan ini dalam bentuk bantahan atau keberatan dan suatu pernyataan yang tidak mengakui, tidak turut serta, dan tidak menerima sejumlah uang sebagaimana perbuatan-perbuatan tersebut dituduhkan kepada diri saya haruslah jangan dipandang sebagai perbuatan yang bernilai negatif atau buruk bahkan dipertimbangkan sebagai hal memberatkan yaitu tidak kooperatif,” ucapnya.
    Heru menekankan pentingnya menjalankan proses hukum secara benar dan menjunjung asas praduga tak bersalah terhadap siapapun yang duduk sebagai terdakwa.
    Seyogianya, kata dia, dalam menjustifikasi seorang terdakwa, penuntut umum memahami esensi Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan mengedepankan logika.
    “Jika terdakwa harus mengakui perbuatan yang dituduhkan kepada dirinya maka apa gunanya hukum acara sebagai hukum prosedur yang menjalankan hukum materiil dan apa gunanya lembaga pengadilan dengan kewenangannya mengadili perkara
    a quo
    ,” kata Heru.
    Sebagaimana diketahui, tiga hakim PN Surabaya tersebut didakwa menerima suap senilai Rp 4,6 miliar untuk membebaskan Ronald Tannur dari dakwaan jaksa.
    Suap tersebut diberikan dalam pecahan Rp 1 miliar dan 308.000 dollar Singapura oleh pengacara Ronald Tannur, Lisa Rachmat.
    Jaksa penuntut umum (JPU) pada Kejaksaan Agung menyebutkan bahwa uang suap itu bersumber dari ibu Ronald Tannur, Meirizka Widjaja Tannur.
    Ketiga hakim itu kemudian menjatuhkan putusan bebas (vrijspraak) terhadap Ronald Tannur.
    Ketua majelis hakim yang menyidangkan perkara Ronald Tannur, Erintuah Damanik dituntut sembilan tahun penjara.
    Dalam proses persidangan, Erintuah memang mengakui menerima suap untuk membebaskan Ronald Tannur.
    Kemudian, hakim anggota yang menyidangkan perkara Ronald Tannur, Mangapul juga dituntut sembilan tahun penjara oleh JPU.
    Senada dengan Erintuah, Mangapul dalam proses persidangan juga mengakui bahwa dirinya menerima suap untuk membebaskan Ronald Tannur.
    Sementara, hakim Heru Hanindyo yang dijatuhi tuntutan paling berat, yakni 12 tahun penjara setelah dianggap terbukti menerima suap untuk membebaskan pelaku pembunuhan Gregorius Ronald Tannur.
    Dalam proses persidangan, Heru Hanindyo memang bersikeras tidak menerima suap dari Lisa Rachmat untuk membebaskan Ronald Tannur.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sosok Galuh Widyasmoro, Bunuh Kekasihnya Remi Yuliana Putri di Denpasar, Dendam Dihina – Halaman all

    Sosok Galuh Widyasmoro, Bunuh Kekasihnya Remi Yuliana Putri di Denpasar, Dendam Dihina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut sosok Galuh Widyasmoro yang tega bunuh kekasihnya sendiri Remi Yuliana Putri di Sidakarya, Denpasar, Bali.

    Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, Galuh Widyasmoro merupakan pria muda kelahiran 1999 atau kini berusia 26 tahun.

    Ia bukanlah warga asli Denpasar, Bali.

    Galuh Widyasmoro tercatat sebagai warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

    Di Pulau Dewata, pelaku bekerja sebagai sopir online.

    Galuh Widyasmoro tega membunuh kekasihnya Remi Yuliana Putri.

    Perempuan berumur 36 tahun itu juga sehari-hari berprofesi sama seperti kekasihnya.

    Sementara motif kasus ini karena pelaku menaruh dendam ke korban.

    Ia sakit hati dihina dengan kata tak pantas.

    Kasus pembunuhan bermula saat jasad Remi ditemukan dalam mobil, pada Rabu 30 April 2025 sekitar pukul 11.30 Wita lalu.

    Mobil merk Terios warna merah marun bernopol DK 1662 ACT itu terparkir depan bangunan kosong di Jalan Kerta Dalem, Sidakarya, Denpasar Selatan, Denpasar.

    Saksi mata yang menemukan jasad Remi kemudian melaporkannya ke pihak berwenang.

    Koordinator Ambulans BPBD Denpasar, Dewa Mahendra menyebut, korban tewas karena dibunuh.

    “Kejadian fantastis diduga pembunuhan. Kondisi meninggal dunia dengan luka tusuk di leher kiri,” bebernya, dikutip dari Tribun-Bali.com, Senin (5/5/2025).

    Jasad Remi dibawa petugas ke  Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr IGNG Ngoerah Denpasar guna pemeriksaan lebih lanjut.

    Sementara identitas korban diketahui berasal dari Surabaya dan tinggal di alamat Jalan Tukad Buana III No 51 Denpasar.

    Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol Laorens Rajamangapul Heselo memastikan, Remi tewas karena dibunuh oleh kekasihnya, Galuh Widyasmoro.

    Pelaku melarikan diri ke tanah kelahirannya usai kejadian.

    Jajaran kepolisian melakukan pengejaran hingga Kota Solo, Jawa Tengah.

    Aksi penangkapan Galuh Widyasmoro berjalan dramatis.

    “Tersangka melawan, bahkan mobil kami sampai tabrak-tabrakan, kami lakukan tindakan tegas terukur karena tersangka melakukan perlawanan,” jelas Kompol Laorens, dikutip dari Tribun-Bali.com.

    Polisi lantas membawa pelaku ke Bali dengan sejumlah barang bukti termasuk pisau.

    Benda tajam tersebut cocok dengan luka yang ada di leher korban.

    “Barang bukti ditemukan pisau ini posisi di dalam mobil dengan darah di TKP semua di dalam.”

    “Dari hasil autopsi penyebab kematian korban karena luka tusuk di leher sebelah kiri panjangnya 9 cm, ditusuk korban pas pembuluhnya,” jelasnya.

    PEMBUNUHAN DI DENPASAR – Penemuan jenazah perempuan di di Jalan Kerta Dalem, Sidakarya, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali, pada Rabu 30 April 2025 sekitar pukul 11.30 Wita. (Istimewa/BPBD Denpasar)

    Kapolresta Denpasar, Kombes Pol M. Iqbal Simatupang mengungkap motif pembunuhan terhadap Remi.

    Semua bermula saat Galuh Widyasmoro menyimpan dendam ke korban

    Keduanya juga sempat cekcok di dalam mobil yang terjadi Kamis malam (1/5/2025), saat korban dan pelaku tengah berada di kawasan Goa Gong, Jimbaran. 

    Pelaku kepada polisi mengaku sakit hati karena dihina di dalam grup WA para sopir online.

    Singkat cerita, pelaku merencanakan pembunuhan dengan mengambil sebilah pisau sepanjang 27 cm dari rumah pamannya tiga hari sebelum kejadian pembunuhan.

    Pada Kamis (1/5/2025), keduanya sempat makan bersama di dalam mobil sebelum menuju lokasi kejadian. 

    Namun, pertengkaran kembali memanas hingga akhirnya pelaku menikam leher kiri korban dengan pisau, menyebabkan luka sedalam 9 cm. 

    Korban sempat melawan, namun tak berdaya dan akhirnya tewas di tempat.

    Setelah memastikan korban meninggal, pelaku memindahkan jenazah ke kursi belakang mobil, lalu membawa kendaraan tersebut ke kawasan Jalan Kerta Dalem. 

    Ia sengaja memarkir mobil di dekat tempat yang akrab dengan korban agar tidak langsung mencurigakan.

    “Motif pembunuhan adalah dendam pribadi dan masalah ekonomi. Ini pembunuhan berencana,” ungkap Kombes Pol M. Iqbal, dikutip dari Instgaram @polrestadenpasar.

    Polisi menjerat Galuh Widyasmoro dengan tiga pasal sekaligus.

    Yakni, pasal 340 KUHP, pasal 338 KUHP, dan Pasal 365 ayat (3) KUHP.

    Ia kini terancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Penangkapan Pelaku Pembunuhan di Sidakarya Berlangsung Sengit, Tabrak-tabrakan Mobil Polisi & Pelaku

    (Tribunnews.com/Endra)(Tribun-Bali.com/Adrian Amurwonegoro)

  • Kakak Wanita Tewas Dicor Bongkar Kebohongan Joko, Tegaskan Dwi Hastuti Dibunuh Bukan karena Asmara – Halaman all

    Kakak Wanita Tewas Dicor Bongkar Kebohongan Joko, Tegaskan Dwi Hastuti Dibunuh Bukan karena Asmara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Fakta baru kasus wanita tewas dicor di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, dibongkar oleh kakak korban Yunianto.

    Ia membantah adiknya Dwi Hastuti (48) memiliki hubungan spesial dengan pelaku Joko Nur Setyawan (34).

    “Tidak ada hubungan spesial seperti dikatakan oleh pelaku,” tegasnya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Senin (5/5/2025).

    Yunianto dalam kesempatannya menegaskan, secara pribadi dirinya tidak mengenal Joko secara dekat.

    Meskipun demikian, ia memang sempat bertemu dengannya dalam sebuah acara.

    “Tidak terlalu kenal, ketemu pelaku saat kegiatan mengantar Paguyuban Reog ke Temanggung,” tambah dia.

    Yunianto lalu menceritakan awal mula adiknya dilaporkan hilang sejak 14 Februari 2025 lalu.

    Sejak Dwi Hastuti tak ada kabar, pihak keluarga sudah curiga dengan Joko Nur.

    “Dari pihak keluarga terutama saya sendiri sudah curiga dengan pelaku. Karena (motifnya) bukan asmara seperti diviralkan itu,” sebut Yunianto.

    Memang diketahui antara pelaku dan korban sedang terlibat permasalahan perihal mobil rental.

    Mobil milik korban sengaja dibawa pelaku untuk disewakan.

    Namun dalam perjalanan, mobil tersebut digadaikan oleh pelaku.

    “Maka adek saya mencari keberadaan mobilnya di mana.,” tambahnya.

    Yunianto mengaku mencari mobilnya seorang diri tanpa didampingi polisi maupun keluarga.

    Dwi Hastuti juga sempat curhat terkait masalah ini dan meminta saran kepada teman-temannya semasa sekolah.

    “Terus dia inisiatif mencari pelaku itu untuk menunjukkan mobilnya di mana,” papar Yunianto.

    Terakhir, Yunianto meyakini pelaku sudah merencanakan pembunuhan terhadap korban.

    Sedangkan terkait motifnya, ia yakin bukan persoalan asmara.

    “Ini tentang mobil rental, kepemilikan harta. Joko sudah ada niat jahat dari awal,” tandasnya.

    Kasat Reskrim Polres Wonogiri, Iptu Agung Sadewo memberikan pernyataan berbeda terkait hubungan pelaku dan korban.

    Berdasarkan keterangan Joko Nur, ia mengakui menjalin asmara dengan Dwi Hastuti.

    Keduanya sudah saling mengenal sejak Oktober 2024 lalu.

    Sebelum dibunuh, korban juga sempat minta dinikahi.

    “Korban ini meminta untuk dinikahi oleh pelaku.”

    “Namun, pelaku karena sudah berkeluarga di situlah mulai muncul emosi daripada pelaku,” ujar dia, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews.

    Selain asmara, lanjut Iptu Agung ada motif lain, yakni masalah utang sebesar Rp15 juta.

    Polisi masih terus mendalami kasus ini termasuk menelusuri barang-barang berharga milik korban yang hilang.

    Sementara latar belakang dari pelaku adalah sopir bus.

    “Dia adalah pengemudi bus. Untuk rekam jejak kriminal belum ada,” beber Iptu Agung.

    Polisi untuk sementara menjerat tersangka dengan pasal 338 KUHP mengatur tentang tindak pidana pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.

    Joko di hadapan polisi mengakui korban adalah selingkuhannya, karena dirinya sudah beristri dan memiliki 2 anak.

    “Motifnya dia itu ngejar saya ingin dinikahi, saya tidak mau karena saya sudah punya anak istri.”

    “Motif lain saya punya pinjaman Rp 15 juta,” katanya, dikutip dari TribunSolo.com.

    Joko turut mengakui, dirinyalah pelaku tunggal dalam kasus ini.

    “Saya cekik dari belakang. Setelah (korban meninggal) dikubur di belakang rumah, saya kubur dengan tanah, saya cor biar tidak bau. Tidak ada yang membantu, saya sendiri,” tandasnya.

    Informasi tambahan, kasus ini mulai terungkap saat polisi menerima laporan penemuan mayat dicor pada 1 Mei 2025 kemarin.

    Lokasinya di rumah orang tua pelaku, di sebuah rumah sederhana di Dusun Brubuh, Desa Ngadirojo Lor, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Alasan Pria Bunuh Wanita Hingga Cor Jasadnya di Wonogiri, Ogah Nikahi dan Punya Utang Rp15 Juta

    (Tribunnews.com/Endra)(TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti)