Kasus: pembunuhan

  • Jejak Hitam Satria Johanda Bunuh 3 Wanita di Sumbar

    Jejak Hitam Satria Johanda Bunuh 3 Wanita di Sumbar

    Padang

    Polres Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) mengungkapkan bahwa korban tersangka pembunuhan Satria Johanda alias Wanda (25) berjumlah 3 orang wanita. Satu mayat dimutilasi dengan sadis.

    Dua kasus lainnya terungkap dari keterangan pelaku Wanda setelah ditangkap oleh Polisi pada Kamis (19/6) sekitar pukul 02.00 WIB, di rumahnya yang beralamat di Batang Anai, Padang Pariaman. Mayat dua korban itu dibuang ke sumur.

    “Selain mutilasi, pelaku juga mengaku telah melakukan pembunuhan terhadap dua perempuan lain,” kata Kepala Kepolisian Resor Padang Parimana AKBP Ahmad Faisol Amir di Paritmalintang, dilansir Antara, Kamis (19/6/2025).

    Dia mengatakan polisi kini melakukan penyelidikan lebih dalam karena ada tiga kasus dugaan pembunuhan yang dilakukan oleh satu pelaku yang sama.

    Sementara itu untuk profil pelaku, Wanda diketahui adalah seorang pemuda yang kini berusia 25 tahun. Ia merupakan warga Korong Lakuak, Pasar Usang, Kabupaten Padang Pariaman.

    Sedangkan ketiga korban berjenis kelamin perempuan yakni Septia Adinda berusia 25 tahun, ia dihabisi pelaku lalu dimutilasi dengan cara yang sadis.

    Kedua korban ini juga ditemukan dengan kondisi yang sadis, jasad keduanya dibuang oleh pelaku di dalam sumur tua yang berada di Pasar Usang sekitar satu tahun yang lalu.

    Pada Kamis (19/6), petugas Kepolisian bersama BPBD Padang Pariaman, serta instansi lainnya telah mengeluarkan jasad kedua korban dari dalam sumur yang hanya tinggal tulang-belulang.

    Faisol mengatakan saat ini Polisi tengah melakukan penyelidikan lebih dalam sekaligus menggali fakta-fakta lain yang terkait dengan perbuatan pelaku.

    “Dengan adanya fakta penambahan korban ini, maka kami perlu memastikan apakah ada kemungkinan korban lain, sementara pelaku kini sudah di Polres untuk diproses secara hukum,” jelasnya.

    (idh/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Fakta-Fakta Kasus Mutilasi di Padang Pariaman Sumbar, Motif Pelaku hingga Ada 2 Korban Lain

    Fakta-Fakta Kasus Mutilasi di Padang Pariaman Sumbar, Motif Pelaku hingga Ada 2 Korban Lain

    Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, mengatakan pelaku mengaku memotong tubuh korban menjadi 10 bagian sebelum membuangnya ke aliran Sungai Batang Anai.

    “Pengakuan pelaku, tubuh korban dipotong menjadi 10 bagian, lalu dibuang ke sungai. Saat ini baru empat potong yang berhasil ditemukan,” ujarnya, Kamis (19/6/2025).

    Pencarian potongan tubuh lainnya masih berlangsung dengan melibatkan tim kepolisian dan warga sekitar.

    3. Motif Pembunuhan Dipicu Utang Rp3,5 Juta

    Motif pelaku melakukan pembunuhan dan mutilasi terhadap korban diduga karena persoalan utang. Korban disebut berutang Rp3,5 juta kepada pelaku namun tidak kunjung mengembalikan uang tersebut.

    “Pelaku mengaku sakit hati karena korban tidak juga mengembalikan pinjaman. Keduanya diketahui berteman,” jelas AKBP Ahmad Faisol Amir. Namun hingga saat ini, kepolisian masih mendalami motif pelaku.

     

  • Geger Kasus Mutilasi di Padang Pariaman Sumbar, Pelaku Terjerat 3 Kasus Pembunuhan

    Geger Kasus Mutilasi di Padang Pariaman Sumbar, Pelaku Terjerat 3 Kasus Pembunuhan

    Sementara itu, orang tua salah satu korban pembunuhan sadis dilaporkan meninggal dunia saat menuju sumur milik Wanda, yang merupakan TKP dua mayat ditemukan.

    “Kami mendengar kabar duka tersebut, dan kami mengucapkan bela sungkawa,” kata Ahmad Faisol.

    Ucapan bela sungkawa yang lebih mendalam dari kepolisian setempat, lanjutnya jika yang bersangkutan meninggal murni karena mendengar kabar jenazahnya anak ditemukan.

    Diketahui yang bersangkutan mengalami pingsan ketika menuju lokasi sumur ditemukannya diduga anaknya lalu kemudian meninggal dunia pada pagi tadi.

    Pihak kepolisian kemarin telah melakukan autopsi terhadap dua jenazah yang ditemukan dalam sumur milik terduga pelaku. Dua jenazah tersebut diduga masuk ke dalam orang hilang sekitar satu tahun yang lalu.

    “Kami melakukan atopsi guna memastikan identitas jenazah tersebut,” katanya.

    Polisi juga melakukan autopsi terhadap korban mutilasi Septia Adinda yang tubuhnya dihanyutkan ke sungai.

    Pihak kepolisian juga masih mendalami motif Wanda membunuh dua korban lain yang jasadnya dimasukan ke dalam sumur. Sementara terhadap korban Septia Adidnda, terduga pelaku mengungkapkan tindakan membunuh karena sakit hati korban tak bayar utang. Namun pihaknya belum mengungkap motif pelaku atas tindakannya memutilasi korban.

    “Dari pengakuan terduga pelaku (SJ alias Wanda), motifnya sakit hati karena ada pinjaman yang belum dibayarkan,” kata Ahmad Faisol.

    Ahmad Faisol menjelaskan, menurut keterangan pelaku, korban Septia Adinda meminjam uang sekitar Rp3,5 juta kepadanya. Terduga pelaku menagih uang tersebut namun korban tidak kunjung membayar sehingga nekat menghabisi nyawa korban di sebuah kebun pada Minggu (15/6/2025), lalu memutilasi dan membuang beberaba bagian tubuhnya ke Sungai Batang Anai. Namun polisi masih mendalami pengakuan tersebut.

  • Saya Tak Akan Maafkan SJ

    Saya Tak Akan Maafkan SJ

    GELORA.CO  – Kasus pembunuhan keji yang dilakukan oleh pria berinisial SJ (25) di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, menggegerkan masyarakat.

    Polisi mengungkap, SJ diduga merupakan pelaku pembunuhan berantai yang telah merenggut tiga nyawa dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir, salah satunya ialah Siska Oktavia.

    Akibat mengetahui bahwa anak keduanya meninggal dunia, ibu korban, yaitu Nila Yunista (50) syok hingga kehilangan nyawanya.

    Selama lebih dari satu tahun, Nila tak pernah lelah mencari Siska yang dilaporkan hilang sejak 12 Januari 2024 lalu. 

    Ia terus berharap agar putrinya, yang berstatus mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Kota Padang itu, bisa kembali pulang dengan selamat.

    Akan tetapi, harapan itu sirna setelah dirinya memperoleh kabar bahwa Siska ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

    Nila pun dilaporkan syok berat. Ia jatuh pingsan di dekat lokasi penemuan jasad dan tak lama kemudian dinyatakan meninggal dunia.

    Di rumah duka, tangis dari anak dari Nila, Muhamad Tri Ibnu Rusdi (16), pecah di tengah pelayat yang terus berdatangan. 

    Ia tampak sesekali mengusap air matanya, menyambut pelukan dan ucapan belasungkawa dari para tetangga dan kerabat.

    Saat TribunPadang.com menyambangi rumah duka, Kamis (19/6/2025), Ibnu tampak duduk di sudut ruangan, tak jauh dari jasad sang ibu yang terbujur kaku. 

    Meskipun berusaha tegar, mata Ibnu masih sembab dan merah karena terus menangis.

    Baca juga: 2 Korban Pembunuhan di Padang Pariaman Ternyata Teman Dekat, Salah Satunya Pacar Pelaku

    “Saya nggak nyangka, Ibu bisa meninggal seperti ini. Tadi pagi masih sehat, masih bisa jawab-jawab orang yang datang.” 

    “Tapi terus-terusan nangis sejak tahu kabar kakak,” ujar Ibnu berusaha menenangkan diri sambil menarik napas dalam.

    Ibnu mengatakan, ibunya mengetahui kabar Siska dari seseorang melalui pesan WhatsApp, sekitar pukul 06.00 WIB.

    Setelah itu, Nila langsung mengajaknya ke lokasi yang diduga menjadi lokasi Siska dikubur oleh SJ.

    Akan tetapi, sebelum tiba di sana, yaitu di simpang jalan dekat rumah SJ yang saat itu sudah dipadati warga, Nila tiba-tiba jatuh pingsan sambil bersandar di bahu Ibnu.

    “Ibu pingsan di bahu saya. Kaget karena lihat orang sudah ramai di rumah SJ,” kenangnya.

    Hati Ibnu makin hancur karena SJ merupakan orang yang selama ini begitu dekat dengan keluarganya. Bahkan, SJ telah dianggap seperti anak sendiri oleh Nila.

    “SJ itu sering datang ke rumah. Setiap Lebaran dia bawa THR, nanya kabar kak Siska. Ibu percaya banget sama dia. Nggak pernah nyangka dia pelakunya,” ucap Ibnu dengan nada getir.

    Menurut Ibnu, selama proses pencarian Siska berlangsung, SJ justru kerap menemani sang ibu mencari keberadaan kakaknya. 

    Belum lama ini, ia juga masih sempat berkomunikasi dengan Nila lewat WhatsApp.

    “Sampai beberapa hari lalu, ibu masih chat sama dia. Tanya kabar, nanya soal Siska juga,” tuturnya.

    Bukan hanya mengenal SJ, Ibnu juga mengaku mengenal dua korban lainnya yang diduga dibunuh oleh pelaku yang sama.

    Kedua korban itu disebut sering menginap di rumah karena merupakan teman dekat Siska.

    “Saya tahu mereka juga. Sering nginap di rumah, temannya kakak,” terang Ibnu.

    Selain kehilangan sang ibu, Ibnu juga baru saja kehilangan ayahnya yang meninggal dunia pada akhir tahun lalu.

    “Baru enam bulan Ayah meninggal, sekarang Ibu juga pergi. Semuanya karena SJ.”

    “Sampai kapan pun, saya nggak akan bisa memaafkan SJ. Dia bunuh tiga orang. Termasuk kakak saya,” ungkapnya.

    Sebelumnya, Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir mengatakan, aksi yang dilakukan SJ tergolong sebagai pembunuhan berantai.

    “Sudah tiga korban yang menjadi sasaran pembunuhan. Kasus ini sudah masuk kategori pembunuhan berantai,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis.

    Ia menjelaskan, dua korban pertama dibunuh sekitar setahun lalu dan jasadnya telah dievakuasi. 

    Sedangkan korban ketiga, SA, dimutilasi pada Minggu (15/6/2025). Ketiga korban tewas dengan motif dan cara yang berbeda.

    Polisi masih mendalami kemungkinan adanya pelaku lain yang terlibat dalam aksi sadis ini.

    Pemeriksaan terhadap SJ dilakukan secara intensif guna mengungkap motif serta pola pembunuhan

  • PBB Pertanyakan Motif Pembunuhan Warga Palestina di Pusat-Pusat Distribusi Bantuan GHF

    PBB Pertanyakan Motif Pembunuhan Warga Palestina di Pusat-Pusat Distribusi Bantuan GHF

    PIKIRAN RAKYAT – Cara pendistribusian bantuan di Gaza yang dilakukan Israel dan Amerika Serikat lewat Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) telah menuai reaksi keras dari dunia internasional.

    Pasalnya, Israel melakukan serangan ke warga Palestina yang tengah mencari dan mengharap bantuan di titik-titik distribusi. Lebih dari 400 orang dilaporkan telah tewas di dekat lokasi distribusi.

    Kepala penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Navi Pillay menilai apa yang dilakukan Israel dan AS sudah keterlaluan. Orang-orang yang pergi ke pusat bantuan di Gaza malah dibunuh.

    “Dalam setiap perang, pengepungan dan kelaparan pasti berujung pada kematian. Tetapi inisiatif dari apa yang disebut yayasan, yayasan swasta, untuk memasok makanan, adalah apa yang saya lihat sebagai keterlaluan. Karena melibatkan Amerika Serikat sendiri, pemerintah, dan ternyata, seperti yang kita saksikan setiap hari, orang-orang yang pergi ke pusat-pusat itu dibunuh saat mereka mencari makanan,” katanya dilaporkan Arab News.

    GHF mulai beroperasi sejak 26 Mei 2025 setelah Israel benar-benar memutus pasokan ke Gaza selama lebih dari dua bulan. Blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel telah memicu peringatan akan kelaparan massal.

    PBB dan kelompok-kelompok bantuan besar telah menolak untuk bekerja sama dengan GHF. Pasalnya dikhawatirkan yayasan tersebut dirancang untuk melayani tujuan militer Israel.

    “Kita harus menjelaskan apa motif, saat ini, pembunuhan terhadap orang-orang yang datang untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan dari yayasan yang disebut-sebut ini. Nyawa melayang hanya karena mencoba mengamankan makanan untuk anak-anak mereka,” tuturnya.

    Sejak GHF meluncurkan operasinya tiga minggu lalu, koresponden MEE yang berbasis di Gaza  telah melaporkan  bahwa sedikitnya 420 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka oleh tembakan Israel di dekat tiga lokasi distribusi bantuan di Gaza tengah dan selatan.

    “Anda pergi ke sana untuk mendapatkan makanan, tetapi Anda tidak pernah tahu apakah Anda akan berhasil kembali,” kata seorang warga Palestina di Gaza kepada MEE minggu ini, menggambarkan pusat GHF sebagai ‘tempat eksekusi’.

    Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mencatat hanya dalam 24 jam terakhir, lebih dari 140 orang tewas, banyak dari mereka tewas di lokasi bantuan. Jumlah korban tewas menjadi lebih dari 55.630 sejak 7 Oktober 2023.***

  • Ibu Korban Pelaku Mutilasi di Padang Pariaman Meninggal Saat Saksikan Pembongkaran Sumur

    Ibu Korban Pelaku Mutilasi di Padang Pariaman Meninggal Saat Saksikan Pembongkaran Sumur

    GELORA.CO – Duka mendalam dialami keluarga yang diduga korban pembunuhan pelaku mutilasi di Batang Anai, Padang Pariaman, Sumatera Barat.

    Nila Yusnita, orangtua Siska Oktavia Rusdi (23), yang disebut pelaku SJ sebagai korbannya, meninggal dunia saat melihat pembongkaran sumur yang diduga tempat pembuangan mayat Siska.

    “Kami mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Ibu Nila,” kata Kapolres Padang Pariaman AKBP Ahmad Faisol Amir saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/6/2025).

    Nila mendatangi lokasi sumur tua dekat rumah pelaku SJ (25) di kawasan Pasar Usang, Batang Anai.

    Namun, Nila tiba-tiba pingsan dan kemudian menghembuskan napas terakhirnya.

    Nila merupakan ibu kandung Siska yang hilang sejak Januari 2024, tetapi hingga sekarang belum melihat jenazah anaknya tersebut.

    Seperti diketahui, pembongkaran sumur tua itu berdasarkan pengakuan SJ yang menyebutkan dirinya juga membunuh Siska dan Adek.

    Lalu, kedua mayatnya dibuang di sumur tua dekat rumah pelaku.

    “Pengakuan pelaku memang seperti itu sehingga dilakukan pembongkaran sumur tua itu,” kata Faisol.

    Penangkapan SJ berawal dari penemuan potongan mayat Septia Adinda (23) di aliran sungai Batang Anai, Selasa (17/6/2025).

    Polisi melakukan penyelidikan dan kemudian menangkap SJ, Kamis (19/6/2025).

  • Setahun Hilang, Siska Dibunuh Pacarnya di Padang Pariaman, Pelaku Juga Mutilasi 2 Korban Lainnya

    Setahun Hilang, Siska Dibunuh Pacarnya di Padang Pariaman, Pelaku Juga Mutilasi 2 Korban Lainnya

    GELORA.CO – Setahun hilang, Siska Oktovia warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) ternyata jadi korban pembunuhan.

    Pelaku pembunuhan Siska yakni SJ alias Wanda, pacar korban dan juga pelaku pembunuhan mutilasi 2 orang lainnya.

    Jasad Siska ditemukan dalam sumur di rumah pelaku, pada Kamis (19/6/2025).

    Kasus pembunuhan Siska terungkap setelah polisi menangkap pelaku SJ atas kasus pembunuhan mutilasi yang potongan tubuh dari korban ditemukan di aliran Sungai Batang Anai, Padang Pariaman.

    Suji Selsya Utami (28), sepupu dari Siska Oktavia, tak menyangka kerabatnya menjadi salah satu korban pembunuhan sadis yang diduga dilakukan oleh SJ di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).

    Suji mengungkapkan bahwa dirinya sangat mengenal dekat pelaku SJ, yang selama ini berstatus sebagai pacar Siska.

    “Pelaku ini sangat dekat dengan keluarga korban, bahkan dikenal sebagai sosok yang baik,” ujar Suji Selsya Utami dikutip dari TribunPadang.com.

    Saat lebaran, ketika korban dinyatakan hilang, pelaku masih sempat datang ke rumah dan memberikan THR kepada adik-adik korban.

    “Hubungan mereka memang pacaran,” ujar Suji Selsya Utami.

    Suji menyebutkan bahwa hubungan asmara antara Siska dan SJ telah terjalin cukup lama.

    “Keduanya sudah pacaran sejak 2019. Jadi memang sudah cukup lama,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, Suji mengatakan bahwa lokasi penemuan jenazah diduga merupakan rumah milik pelaku SJ sendiri.

    “Tempat korban dikubur ini adalah rumah SJ. Jadi kami benar-benar tidak menyangka hal seperti ini terjadi,” jelasnya.

    Ia juga menambahkan bahwa Siska mengenal korban mutilasi SJ lainnya, yang jasadnya ditemukan dalam kondisi terpisah di Batang Anai.

    “Siska berteman dengan korban mutilasi itu. Bahkan, korban tersebut juga sering menginap di rumah Siska,” tegasnya.

    Pelaku Ditangkap 

    Akhirnya  Wanda alias SJ terduga pelaku mutilasi di Muaro Anai Padang Pariaman diamankan.

    “Alhamdulillah, kami berhasil mengamankan pelaku yang tiga hari terakhir menghebohkan masyarakat yang ada di Padang Pariaman,” Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, saat ditemui awak media dikutip dari TribunPadang.com, Kamis (19/6/2025). 

    Ia menyebutkan potongan tubuh dari korban ditemukan di aliran Sungai Batang Anai.

    Kemudian dievakuasi untuk dilakukan identifikasi di RS Bhayangkara Padang.

    “Pelaku berinisial SJ alias Wanda,” sebut AKBP Ahmad Faisol. 

    Inisial SJ diringkus pada Kamis sekitar pukul 02.00 WIB di kawasan Batang Anai.

    Terbaru Wanda alias SJ rupanya selain memutilasi teman dekatnya sendiri, pelaku juga pernah mengubur 2 korban lainnya dalam sumur. 

    “Motifnya belum kita ketahui pasti, namun kedua korban tersebut memang pernah kami terima laporan kehilangan dari masyarakat,” ujar Kapolres.

    Kapolres mengaku saat ini pihaknya sedang melakukan penggalian sumur tempat pengakuan tersangka mengubur korban setelah melakukan pembunuhan di kawasan Batang Anai.

    Melalui keterangan pelaku ini, total sudah ada tiga korban yang ia bunuh, namun motifnya belum terungkap dengan jelas.

    Melihat perbuatannya, pelaku sudah melakukan pembunuhan berantai, mengingat ketiga korban tersebut masih memiliki hubungan sebagai teman.

  • Peresmian Sejarah Hanya Dilakukan Negara Fasis

    Peresmian Sejarah Hanya Dilakukan Negara Fasis

    JAKARTA – Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid mengkritik langkah Kementerian Kebudayaan RI yang menulis ulang sejarah Indonesia. Ia menilai penulisan yang nantinya akan ditetapkan sebagai sejarah resmi itu dapat mengarahkan Indonesia ke dalam sistem negara fasisme.

    “Apakah tepat mengambil kebijakan menulis ulang sejarah untuk dijadikan sejarah resmi? Buat kami tidak, itu hanya negara-negara dengan sistem politik fasis. Fasisme itu punya beberapa unsur, otoritarianisme artinya pemerintahan terpusat, kuat, tidak ada oposisi, dan militerisme, dikendalikan dengan cara-cara militer,” ujar Usman saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 18 Juni 2025.

    Menurut Usman, ciri-ciri  negara dengan sistem fasisme yakni melakukan gerakan penyeragaman sejarah melalui klaim sejarah resmi yang menarasikan kebesarannya, sehingga mengakibatkan tumbuhnya kebanggaan nasional yang berlebihan dalam diri masyarakat.

    “Hitler (Jerman) inginnya sejarah tunggal, Mussolini di Italia inginnya sejarah tunggal, sejarah resmi, Franco di Spanyol inginnya sejarah resmi,” kata dia. “Itu bisa menimbulkan nasionalisme yang agresif, nasionalisme yang dalam istilah Sukarno, chauvinistic yang seolah-olah bangsa kita jauh lebih tinggi dari bangsa lain. Jadi fasis,” katanya menambahkan.

    Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengeluarkan kebijakan yang kontroversial melalui rencana penulisan ulang sejarah Indonesia. Penulisan akan disusun ke dalam 10 jilid besar yang mencakup sejarah Indonesia mulai dari prasejarah hingga era Presiden Joko Widodo. Proyek itu segera diselesaikan karena akan menjadi hadiah saat Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-80 pada 17 Agustus 2025. Namun berbagai pihak menolak kebijakan tersebut karena dikhawatirkan hanya sesuai keinginan penguasa. Arkeolog Harry Truman Simanjuntak yang semula menjadi salah satu tim penulis akhirnya mengundurkan diri pada 22 Januari 2025.

    Usman menjelaskan, dampak fasisme yang bisa ditimbulkan oleh sejarah resmi dapat dihindari dengan menulis sejarah dengan jujur, termasuk peristiwa kelam masa lalu seperti kerusuhan 1988 yakni penculikan aktivis mahasiswa, tragedi penembakan mahasiswa Tri Sakti, dan penindasan terhadap etnis Tionghoa. “Nah itu harusnya menjadi bagian dari penulisan ulang sejarah. Jadi kekelaman masa lalu kita, termasuk (tahun) 65 pembunuhan orang-orang yang dianggap komunis,” kata jebolan Fakultas Hukum Universitas Tri Sakti itu.

    Sejarah yang juga penting, Usman menjelaskan, yakni keterlibatan Indonesia dalam dunia internasional, seperti konfrensi Asia-Afrika dan kaitan Presiden Sukarno dengan pemimpin-pemimpin dunia di masanya. “Sehingga generasi muda kita, sekolah-sekolah di lembaga pendidikan SD, SMP, SMA mengerti tentang sejarah bangsanya dalam sejarah dunia,” kata.

    Anggota Aliansi Keterbukaan Sejarah Indonesia (AKSI) itu menambahkan, penulisan ulang sejarah terakhir dilakukan pada 2012 dengan judul buku Indonesia dalam Arus Sejarah. Buku ini menjadi rujukan pelajaran sejarah di sekolah, begitupun dengan sejarah baru yang akan diresmikan tersebut. “Tidak apa-apa Kementerian Kebudayaan kalau misalnya mau meneruskan, tapi jangan dijadikan itu sebagai sejarah resmi. Nanti kasihan anak-anak sekolah kita,” katanya.

    Indonesia Harus Mengakui Peristiwa Perkosaan di Kerusuhan Mei 98

    Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid menyarankan kepada Pemerintah Indonesia agar memberikan perhatian terhadap peristiwa pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa pada kerusuhan Mei 1988. Menurutnya, peristiwa kemanusiaan tersebut menjadi bagian dari sejarah kelam bangsa Indonesia yang harus diingat.

    “Pemerintah menyesali (adanya) perbuatan itu. Meminta maaf dan pemerintah berjanji tidak akan ada lagi terjadi dengan cara yang konkret. Entah itu membuat sebuah museum seperti di Jerman atau di Amerika. Menetapkan suatu hari sebagai hari berkabung nasional, memberikan keluarga korban keadilan hukum, dan keadilan moral,” ujar Usman kepada Eddy Wijaya.

    Pria kelahiran Jakarta, 6 Mei 1976 itu mengatakan, pemerintah tidak boleh mengabaikan apalagi sampai mengelak terjadinya perkosaan massal tersebut. “Harusnya kan pemerintah mengakui, benar telah terjadi kerusuhan Mei. Benar bahwa telah terjadi pemerkosaan terhadap perempuan Tionghoa,” kata Usman.

    Peristiwa itu kembali mencuat setelah Menteri Kebudayaan Fadli Zon tidak mengakui terjadinya pemerkosaan terhadap perempuan Tionghoa pada kerusuhan Mei 1988, yang ia nyatakan dalam sebuah acara Talk Show, Senin, 8 Juni 2025. Padahal, pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo telah ditetapkan 12 pelanggaran HAM berat masa lalu termasuk perkosaan massal tersebut.

    Oleh karena itu, Usman berharap peristiwa kelam masa lalu menjadi pelajaran penting untuk kemajuan Indonesia pada masa yang akan datang. “Sejarah itu bukan tentang kita dulu pernah membangun Candi Borobudur, kejayaan seperti itu tentu penting tapi kita juga harus jujur bahwa masa lalu kita ada yang kelam sebagai refleksi, introspeksi, kontemplasi,” ucapnya. 

     

    Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

    Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa.

    Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan-gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”.

  • Uang Hampir Rp1 Triliun dan 51 Kilogram Emas Milik Zarof Ricar Dirampas untuk Negara

    Uang Hampir Rp1 Triliun dan 51 Kilogram Emas Milik Zarof Ricar Dirampas untuk Negara

    JAKARTA – Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi memutuskan uang Rp915 miliar dan emas 51 kilogram yang disita dari mantan pejabat Mahkamah Agung Zarof Ricar dirampas untuk negara.

    Ketua majelis hakim Rosihan Juhriah Rangkuti mengatakan aset yang disita Kejaksaan Agung dari Zarof Ricar tersebut terbukti didapatkan dari hasil tindak pidana korupsi.

    “Tidak ada sumber penghasilan sah yang dapat menjelaskan kepemilikan aset berupa uang tunai dalam berbagai mata uang yang setara dengan Rp915 miliar dan emas logam mulia sebanyak 51 kilogram bagi seorang PNS,” kata Rosihan dilansir ANTARA, Rabu, 18 Juni.

    Selain itu, menurut majelis hakim, Zarof Ricar gagal dalam membuktikan aset yang disita tersebut diperoleh secara legal melalui warisan, hibah, usaha, atau sumber penghasilan sah lainnya.

    Ditemukan pula catatan-catatan yang menunjukkan hubungan antara aset dan nomor-nomor perkara tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa aset tersebut diperoleh dari gratifikasi yang berhubungan dengan penanganan perkara.

    Majelis mempertimbangkan perampasan aset bertujuan untuk memberikan efek jera yang optimal. Jika koruptor dibiarkan tetap menikmati hasil kejahatannya setelah menjalani pidana, tidak ada efek pencegahan bagi sang pelaku.

    “Menimbang berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut di atas majelis hakim menetapkan status barang bukti sesuai dengan tuntutan penuntut umum di mana aset hasil gratifikasi dirampas untuk negara,” kata Rosihan.

    Adapun Zarof Ricar divonis 16 tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider 6 bulan pidana kurungan. Dia terbukti melakukan pemufakatan jahat menyuap hakim untuk memengaruhi putusan perkara terpidana kasus pembunuhan, Ronald Tannur, serta menerima gratifikasi.

    Zarof Ricar dinilai mencederai nama baik sekaligus menghilangkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga MA dan badan peradilan di bawahnya. Zarof pun disebut serakah oleh majelis hakim.

     

    Zarof didakwa melakukan pemufakatan jahat berupa pembantuan untuk memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, yakni uang senilai Rp5 miliar.

    Pemufakatan jahat diduga dilakukan bersama penasihat hukum Ronald Tannur, Lisa Rachmat, dengan tujuan menyuap Hakim Agung Soesilo yang merupakan ketua majelis dalam kelanjutan perkara Ronald Tannur di tingkat kasasi pada tahun 2024.

    Selain itu, dia didakwa menerima gratifikasi senilai Rp915 miliar dan emas seberat 51 kilogram selama menjabat di MA untuk membantu pengurusan perkara pada tahun 2012–2022.

  • Mustinya Layak Hukum Mati atau Seumur Hidup – FAJAR

    Mustinya Layak Hukum Mati atau Seumur Hidup – FAJAR

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — EKs Pejabat Mahkamah Agung Zara Ricar dijatuhi vonis 16 tahun penjara dengan Rp1 miliar subsider 6 bulan kurungan. Putusan itu menuai sorotan.

    Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Umar Hasibuan salah satu yang menyoroti. Menurutnya, putusan itu menunjukkan rusaknya hukum.

    “Betapa rusaknya hukum dan hakim yang cuma vonis 16 tahun penjara ke Zarof Richard koruptor kakap di negeri ini?” kata Umar dikutip dari unggahannya di X, Kamis (19/6/2025).

    Menurut Umar, penerima suap terpidana pembunuhan, Ronal Tannur itu layak dihukum mati. Atau minimal penjara seumur hidup.

    “Mustinya dia layak di hukum mati atau minimal seumur hidup,” terangnya.

    Ia pun meminta publik memberi satu kata kepada vonis Zarof. Ia menegaskan bahwa hakim yang menangani kasus tersebut penghianat.

    “Satu kata buat hakim yang vonis zarof ges? Saya mulai: Penghianat,” pungkasnya.

    Vonis tersebut sebelumnya dibacakan ketua majelis hakim Rosihan Juhriah Rangkuti dalam sidang pembacaan putusan seperti dilansir dari Antara.

    ”Menyatakan terdakwa Zarof Ricar telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi, yaitu memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili sebagaimana dalam dakwaan pertama kesatu penuntut umum; dan tindak pidana korupsi menerima gratifikasi yang berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya sebagaimana dalam dakwaan kedua penuntut umum,” kata Rosihan.