Kasus: pembunuhan

  • 2 Wanita Ditemukan Tewas di Bawah Pohon Sawit di Solok, Pembunuh Ditangkap

    2 Wanita Ditemukan Tewas di Bawah Pohon Sawit di Solok, Pembunuh Ditangkap

    Jakarta

    Dua wanita ditemukan tewas tergeletak di bawah pohon sawit di Nagari Abai, Solok Selatan, Sumatera Barat. Kedua korban diduga orban pembunuhan.

    “Benar, ditemukan di bawah pohon sawit,” kata Kapolres Solok Selatan, AKBP Faisal dilansir detikSumut, Minggu (22/6/2025).

    Saat ditemukan, ada luka di bagian kepala korban. Faisal mengatakan identitas kedua korban tersebut yakni Indarwati (40) dan Rohani (41).

    Setelah dilakukan penyelidikan, polisi menangkap pria bernama Karolus Bago (34) yang diduga pelaku pembunuhan kedua korban. Pelaku berusaha kabur usai melakukan pembunuhan namun ditangkap di Kota Padang, Sabtu (21/6).

    Faisal mengatakan, dari tangan pelaku, turut disita sejumlah uang yang diduga milik korban. Saat ini pelaku masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

    “Dengan dukungan tim Resmob Polda Sumbar, pelaku berhasil kami identifikasi dan buru hingga ke Kota Padang,” ujarnya.

    (wnv/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Aktivis HAM Ita Fatia Ngaku Diancam Dimatiin Usai Sebut Fadli Zon Bohongi Publik

    Aktivis HAM Ita Fatia Ngaku Diancam Dimatiin Usai Sebut Fadli Zon Bohongi Publik

    GELORA.CO –  Aktivis sekaligus anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) tragedi Mei 1998, Ita Fatia Nadia, kembali menyuarakan kebenaran soal pemerkosaan massal yang terjadi kala itu. Usai menyebut pernyataan Fadli Zon sebagai bentuk pembohongan publik, ia justru mendapat ancaman pembunuhan.

    Ancaman tersebut datang setelah Ita menggelar konferensi pers yang menanggapi ucapan Fadli Zon. Dalam pernyataannya, Fadli Zon menyebut bahwa isu pemerkosaan 98 hanya sekadar rumor, yang kemudian dibantah tegas oleh Ita.

    Pernyataan Tegas Ita Fatia Soal Pemerkosaan 98

    Dalam kanal YouTube Tempo pada Sabtu, 21 Juni 2025, Ita menyatakan bahwa konferensi pers digelar sebagai respons atas klaim Fadli Zon.

    “Kami mengadakan konferensi pers tentang (keterangan) Fadli Zon yang mengatakan pemerkosaan di 98 adalah rumor,” kata Ita Fatia Nadia.

    Sebagai sosok yang pernah langsung mendampingi korban pemerkosaan, bahkan hingga wafat, Ita jelas merasa marah terhadap pernyataan tersebut.

    “Statemen saya adalah bahwa Fadli Zon telah membohongi publik, berdusta kepada publik dan perempuan Indonesia. Fadli Zon juga telah melakukan pembohongan fakta sejarah,” ujarnya.

    Menurut Ita, kehadiran TGPF saja sudah membuktikan keseriusan negara menanggapi peristiwa itu. Bukan hanya aktivis, tim ini juga dibentuk oleh lima menteri dan satu jaksa agung.

    “Karena Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) didirikan oleh 5 menteri dan satu jaksa agung untuk mengungkap peristiwa Mei 1998, termasuk pemerkosaan,” jelasnya.

    Komnas Perempuan dan Fakta Sejarah yang Dihilangkan

    Tak hanya TGPF, pembentukan Komnas Perempuan juga menjadi bukti kuat atas peristiwa tersebut. Ita bahkan mengaku sebagai salah satu komisioner pertama lembaga itu.

    “Saya komisioner pertama,” ucap Ita Fatia Nadia.

    Bahkan Presiden BJ Habibie saat itu sempat menyampaikan permintaan maaf kepada publik, sebuah pengakuan yang menurut Ita cukup menegaskan bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi.

    “Artinya Fadli Zon telah melakukan pengingkaran terhadap fakta sejarah,” tegas Ita.

    Teror dan Ancaman Pembunuhan Muncul Usai Konferensi Pers

    Usai konferensi pers, Ita kembali ke aktivitas normal. Namun teror mulai datang pada Jumat malam. Sebuah telepon mengganggu kediamannya pukul 23.00 WIB.

    “Jumat malam, saya mendapatkan telepon di jam 11 malam, ‘antek Cina kamu!’,” katanya.

    Meski awalnya diam, Ita kemudian mengabarkan ke temannya bahwa dirinya tidak takut dengan ancaman tersebut. Ia merasa sudah terbiasa.

    Ancaman tak berhenti di situ. Di Minggu dini hari, penelepon yang sama kembali menghubungi. Kali ini dengan kalimat yang lebih menyeramkan.

    “Katanya ‘kamu keluarga PKI, suamimu tapol, matiin orang PKI itu, gampang, tidak ada yang membela’. Nada suaranya keras,” ujar Ita.

    Ancaman itu bahkan diakhiri dengan niat untuk membunuh Ita.

    “Terakhir ‘saya bungkam mulut kamu sampai mati’,” katanya.

    Suami Seorang Tapol, Tapi Tak Mengendurkan Perjuangan

    Dalam pernyataannya, Ita membenarkan bahwa suaminya memang seorang tapol (tahanan politik). Namun saat ini sudah sepuh dan sedang sakit.

    “Suami saya tapol, tapi sudah sepuh, sedang sakit, tapi kami semua merawat dengan cinta kasih,” katanya.

    Meski menghadapi tekanan dan ancaman serius, Ita tetap lantang menyuarakan kebenaran. Hal itu dibuktikan dengan kehadirannya di podcast dan wawancara media yang membahas tragedi pemerkosaan 98.

    Ancaman Bukan Hal Baru bagi Ita Fatia Nadia

    Ita mengungkap bahwa ini bukan kali pertama dirinya diteror karena membela korban pemerkosaan 98. Pada tahun peristiwa itu terjadi, ia juga mengalami teror langsung.

    “Teror yang pertama adalah saat saya mengurus Fransisca dan dua anak di Pondok Bambu. Saya mendapatkan surat kalau anak saya akan diculik,” jelasnya.

    Ancaman tersebut bahkan menyasar guru dari anaknya. Hal ini tentu membuat keluarga Ita khawatir dan turun tangan langsung.

    “Orangtua saya dari Jogja datang dan membawa anak-anak. Ibu saya bilang, kamu tetap bekerja, anak-anak bersama kami,” kata Ita Fatia Nadia.

    Bukti Nyata Bahwa Pemerkosaan 98 Bukan Sekadar Rumor

    Pernyataan Fadli Zon yang menyebut bahwa pemerkosaan 98 adalah rumor mendapat banyak kecaman, terutama dari mereka yang terlibat langsung dalam penanganan tragedi tersebut. Fakta-fakta seperti pembentukan TGPF, pengakuan Presiden Habibie, hingga pengalaman langsung Ita Fatia Nadia menjadi bukti bahwa peristiwa itu nyata.

    Ancaman yang kini dihadapi Ita juga menunjukkan bahwa upaya pelurusan sejarah masih menghadapi tantangan besar. Meski demikian, ia tetap bersuara, tidak gentar menghadapi tekanan.***

  • Padang Pariaman Heboh Lagi, Puluhan Celana Dalam Mahasiswi KKN Hilang di Jemuran

    Padang Pariaman Heboh Lagi, Puluhan Celana Dalam Mahasiswi KKN Hilang di Jemuran

    GELORA.CO –  PADANG PARIAMAN heboh lagi, dimana puluhan celana dalam mahasiswi KKN hilang dicuri orang.

    “Mahasiswi-mahasiswi ini menjemur pakaian dalam mereka di depan posko KKN,” ungkap @aprizani25_ di konten terbarunya, Sabtu 21 Juni 2025.

    Kejadiannya di Nagari Batu Kalang, Kecamatan Padang Sago, Kabupaten Padang Pariaman, Kamis 19 Juni 2025.

    Tapi saat sore hari akan mengangkat jemuran, ternyata pakaian dalam yang jumlahnya puluhan sudah hilang dicuri orang.

    “Yang hilang khusus celana dalam saja guys,” ungkap konten kreator Aprizani.

    Malingnya masih belum diketahui, perempuan atau laki-laki, atau untuk apa mencuri celana dalam itu?

    “Apa ada ilmu hitam sehingga harus maling celana dalam,” ujar Aprizani dengan nada bertanya.

    Beberapa sumber yang dibaca Aprizani, ternyata celana dalam terutama yang bekas, itu bisa saja dipakai buat ritual.

    “Asumsi aku sudah kemana-mana, bahkan ke ilmu pelet, ilmu hitam atau pesugihan, menurut kalian (netizen) bagaimana?,” tanya Aprizani.

    Bahkan ada juga celana dalam ini untuk ritual mengunci hati seseorang, mempelet seseorang.

    Aprizani menyarankan untuk celana dalam jemur di dalam area rumah saja agar lebih safety.

    Sebelumnya, Padang Pariaman dihebohnya dengan terungkapnya kasus pembunuhan berantai 3 mahasiswi yang dilakukan oleh seorang pria bernama Wanda.

    Kasus ini sedang diusut pihak Polres Padang Pariaman, sejauh ini baru satu orang pelaku yaitu Wanda yang ditangkap polisi.

    Kasus ini bikin geger, pasalnya salah seorang mahasiswi dimutilasi oleh Wanda, dan kasus ini menyingkap tabir pembunuhan 2 mahasiswa 1,5 tahun lalu dengan pelaku yang sama.

    Sementara di kolom komentar video  Aprizani ramai netizen memberikan tanggapannya:

    “Bamacam ajo kejadian di Pariaman ko ma,” ucap pemilik akun @tali tigo sapilin.

    “Iyo lah parah bana kabupaten padang pariaman ko,” jawab @penyiarSWL99.

    “Lebih hati-hati lagi guys, 2 tahun lalu temen KKN ku yang cewek jemur pakaian dalam di dalam WC yang masih bisa ada celah tembus cahaya mataharinya,” kenang @Ahsanuz Zikri.

    “Uni nandak Viral mah, mencari kesalahan urang Pariaman taruih…

    dimano² kejahatan ko banyak,” kata @fitrikanency.

    “Mungkin banyak kelainan sss di situ,” ucap @IlhamAbadi**.

  • Cika Dilaporkan Hilang, Ditemukan Tinggal Tulang

    Cika Dilaporkan Hilang, Ditemukan Tinggal Tulang

    PIKIRAN RAKYAT – Warga Sumatra Barat dikejutkan oleh pengungkapan kasus pembunuhan mengerikan yang melibatkan seorang pemuda berusia 25 tahun bernama Wanda, atau SJ, asal Korong Lakuak, Pasar Usang, Padang Pariaman.

    Dalam kasus yang tengah viral ini, Wanda ditetapkan sebagai tersangka mutilasi terhadap tiga perempuan muda, dua di antaranya telah dinyatakan hilang sejak lebih dari satu tahun lalu.

    Kasus ini mencuat setelah ditemukannya potongan tubuh perempuan yang mengambang di Sungai Batang Anai, pada Senin 16 Juni 2025. Korban diketahui bernama Septia Adinda (25), mahasiswi asal Kota Padang. Saat ditemukan, jasadnya telah dimutilasi menjadi sepuluh bagian.

    Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir mengatakan bahwa Wanda telah mengakui seluruh perbuatannya. Motif dari pembunuhan pertama terhadap Septia disebut karena urusan utang.

    “Dari pengakuan terduga pelaku, motifnya sakit hati karena ada pinjaman yang belum dibayarkan sebesar Rp3,5 juta,” ujar Faisol dalam konferensi pers di Parik Malintang, Kamis 19 Juni 2025.

    Menurut keterangan pelaku, korban dibunuh pada Sabtu 15 Juni 2025 sore di sebuah kebun kawasan Nagari Sungai Buluah. Setelahnya, tubuh Septia dipotong-potong menggunakan sebilah parang dan dibuang ke sungai.

    Terbongkar Dua Pembunuhan Lain: Cika dan Adek Jadi Korban

    Hal yang membuat kasus ini semakin menggemparkan, Wanda juga mengaku telah membunuh dua perempuan lainnya, yakni Siska Oktavia Rusdi (Cika) berusia 23 tahun, dan Adek Gustiana berusia 24 tahun.

    Keduanya telah dilaporkan hilang sejak awal tahun 2024, namun pencarian tak membuahkan hasil. Wanda menyimpan jasad keduanya dalam sumur tua di Pasar Usang, hanya beberapa meter dari rumahnya sendiri. Sumur tersebut baru digali dan diinspeksi oleh tim gabungan Polisi dan BPBD pada Kamis 19 Juni 2025, dan ditemukan kerangka manusia yang tinggal tulang-belulang.

    “Selain mutilasi, pelaku juga mengaku telah melakukan pembunuhan terhadap dua perempuan lain,” ucap Faisol.

    Ketiga korban ternyata memiliki kesamaan latar belakang: mereka pernah tercatat sebagai mahasiswi di STIE KBP Kota Padang, dan diduga telah mengenal pelaku sebelumnya.

    Barang Bukti dan Pengakuan Sadis Pelaku

    Dari lokasi penangkapan, Polisi menyita sejumlah barang bukti, termasuk parang yang digunakan untuk memutilasi, telepon genggam, sepeda motor, dan pakaian pelaku. Wanda ditangkap tanpa perlawanan di rumahnya pada Kamis 19 Juni 2025 dini hari sekira pukul 2.00 WIB.

    “Parang yang kami amankan adalah alat yang dipakai pelaku untuk memotong tubuh korban menjadi sepuluh bagian,” ujar Faisol.

    Warga sekitar menyebut Wanda dikenal tertutup, dan beberapa tetangga mengaku mencium bau aneh dari sekitar sumur sejak lama, namun tak berani menyelidiki.

    Akademisi: Ini Bukan Kejahatan Biasa, Tapi Pembunuhan Berantai

    Kasus Wanda memicu reaksi keras dari kalangan akademisi. Dr. Defika Yufiandra, akademisi hukum dari Universitas Dharma Andalas (Unidha) Sumbar, menilai kejahatan ini sebagai bentuk pembunuhan berantai, dan menuntut keadilan ditegakkan dengan maksimal.

    “Rasa adil itu pendekatannya tidak hanya dari keluarga korban saja, tapi juga kepada masyarakat secara umum karena perbuatan pelaku sudah di luar batas kewajaran dan tidak manusiawi,” tutur Defika, Jumat 20 Juni 2025.

    Ia mendorong aparat penegak hukum untuk menerapkan pasal yang tepat dan menyeluruh berdasarkan motif, relasi korban-pelaku, dan kondisi kejiwaan tersangka. Ia juga meminta agar pelaku diperiksa secara psikologis guna melihat apakah ada kecenderungan kelainan jiwa atau tidak.

    “Tiga korban ini punya keterkaitan yang perlu digali. Jika memang pelaku bisa mengulangi perbuatannya secara sadar, ini lebih dari sekadar kasus dendam atau emosi sesaat,” ujar Defika.

    Defika juga mengingatkan bahwa kasus ini mengulang kembali pola kekerasan seperti kasus pembunuhan Nia, penjual gorengan di Sumbar yang juga menjadi korban mutilasi beberapa waktu lalu.

    Pemerintah Daerah Didorong Terlibat Aktif

    Sebagai putra daerah Pariaman, Defika juga menyerukan agar pemerintah daerah tak diam dalam menyikapi kejadian yang menghebohkan ini. Ia menilai perlu adanya evaluasi terhadap fungsi lembaga adat dan sosial, yang selama ini dianggap menjadi benteng moral masyarakat.

    “Pemerintah perlu menyelidiki perkembangan masyarakat, apakah perilaku negatif seperti ini berkaitan dengan pengaruh narkoba, kesepian sosial, atau lemahnya sistem kontrol sosial,” ucapnya.

    Polisi Terus Selidiki, Potensi Korban Lain Terbuka

    Hingga kini, Wanda masih diperiksa intensif oleh Satuan Reserse Kriminal Polres Padang Pariaman. Polisi menyatakan masih membuka kemungkinan adanya korban lain.

    “Dengan fakta penambahan korban ini, kami perlu memastikan apakah ada kemungkinan korban lain. Sementara pelaku kini sudah di Polres untuk diproses hukum,” tutur Faisol.

    Publik menanti perkembangan selanjutnya, terutama vonis hukum yang akan dijatuhkan pada pelaku atas perbuatan keji yang telah mencabut nyawa tiga perempuan muda, menciptakan trauma bagi keluarga korban dan masyarakat luas.***

  • Israel Klaim Bunuh Komandan Pasukan Quds, Sebut Prestasi Besar

    Israel Klaim Bunuh Komandan Pasukan Quds, Sebut Prestasi Besar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan militer Israel mengklaim telah membunuh Komandan Korps Pasukan Quds Palestina, Saeed Izadi. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.

    Saeed Izadi merupakan pemimpin Korps Palestina dari pasukan Quds, Sayap Garda Revolusi Iran di luar negeri. Dia juga seorang perwira tinggi di Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

    Melansir Reuters, Israel Katz mengabarkan bahwa Saeed tewas dalam sebuah serangan di sebuah apartemen di kota Qom, Iran.

    Katz juga menyebut pembunuhan itu sebagai “prestasi besar bagi intelijen Israel dan angkatan udara”, dalam sebuah pernyataan, Sabtu (21/6/2025).

    Dia juga menyebut Saeed Izadi merupakan tokoh yang membiayai dan mempersenjatai kelompok militan Palestina Hamas pada serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Amerika Serikat dan Inggris juga memberikan sanksi kepada Saeed atas apa yang mereka sebut keterkaitan dengan Hamas, faksi militan, dan jihad dalam serangan itu.

    Serangan yang menewaskan komandan veteran Iran itu dilancarkan saat kedua negara terlibat perang udara dalam beberapa hari terakhir.

    Media Iran menyebut bahwa Israel telah menyerang sebuah gedung di Qom pada Sabtu ini. Laporan awal serangan itu ada remaja berusia 16 tahun yang menjadi korban tewas dan dua orang terluka.

    Kantor berita Iran, Fars, mengatakan Israel juga telah menargetkan fasilitas nuklir Isfahan, salah satu yang terbesar di negara itu. Dikabarkan bahwa tidak tidak ada kebocoran bahan berbahaya yang terjadi.

    Garda Revolusi Iran juga mengatakan bahwa lima anggotanya telah serangan di Khorramabad, namun mereka tidak menyebutkan bahwa Izadi juga menjadi korban.

    Di sisi lain, Militer Israel mengatakan telah melancarkan gelombang serangan terhadap lokasi penyimpanan rudal dan infrastruktur peluncuran di Iran.

    Perwira perang Iran, dan sekutu dekat pemimpin tertinggi Iran Ali Shamkhani mengatakan bahwa ia selamat dari serangan Israel yang dilakukan.

    “Sudah menjadi takdir saya untuk tetap tinggal dengan tubuh yang terluka, jadi saya tetap tinggal untuk terus menjadi alasan permusuhan musuh,” katanya dalam sebuah pesan yang disiarkan oleh media pemerintah.

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Israel Tewaskan Komandan Senior Iran yang Jadi Koordinator dengan Hamas

    Israel Tewaskan Komandan Senior Iran yang Jadi Koordinator dengan Hamas

    Tel Aviv

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, mengklaim pasukan negaranya telah menewaskan seorang komandan veteran Pasukan Quds, sayap luar negeri Garda Revolusi Iran, dalam serangan di wilayah Qom, sebelah selatan Teheran.

    Komandan veteran yang tewas itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (21/6/2025), diidentifikasi bernama Saeed Izadi, yang juga merupakan koordinator militer utama antara Iran dengan Hamas, kelompok yang berperang melawan Israel di Jalur Gaza selama dua tahun terakhir.

    “Jet-jet tempur (Israel) menyerang dan menyingkirkan komandan Korps Palestina dari Pasukan Quds, dan koordinator utama antara rezim Iran dan organisasi teroris Hamas, Saeed Izadi, di wilayah Qom,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Katz, dalam pernyataannya, menyebut Izadi tewas dalam serangan Israel yang menghantam sebuah apartemen di wilayah Qom, Iran.

    Menurut Katz, Izadi mendanai dan mempersenjatai Hamas selama serangan awal. Dia menggambarkan pembunuhan komandan veteran Iran itu sebagai “pencapaian besar bagi intelijen dan Angkatan Udara Israel”.

    Sejauh ini belum ada tanggapan langsung dari Garda Revolusi Iran.

    Sosok Izadi telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris atas apa yang mereka sebut sebagai keterkaitannya dengan Hamas, dan faksi militan Jihad Islam, yang terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 lalu, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.

    Lihat juga Video Iran Vs Israel: Dulu Kawan, Sekarang Lawan

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Pasukan Quds yang merupakan sayap luar negeri Garda Revolusi Iran, membangun jaringan sekutu Teheran yang dikenal sebagai Poros Perlawanan. Pasukan Quds mendirikan Hizbullah di Lebanon pada tahun 1982 silam dan mendukung kelompok militan Hamas di Jalur Gaza.

    Namun, jaringan yang mendukung Iran itu mengalami pukulan besar selama dua tahun terakhir akibat serangan-serangan Israel sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza. Rentetan serangan Tel Aviv itu diklaim telah melemahkan Hizbullah dan Hamas.

    Serangan Israel yang menewaskan komandan veteran Iran itu dilancarkan saat kedua negara terlibat perang udara sengit selama sepekan terakhir. Pada Sabtu (21/6), laporan media Iran menyebut Israel menyerang sebuah gedung di Qom, yang disebut menewaskan satu orang berusia 16 tahun dan melukai 2 orang lainnya.

    Sementara kantor berita Fars melaporkan Tel Aviv menyerang fasilitas nuklir Isfahan, salah satu yang terbesar di negara itu, namun tidak ada kebocoran bahan berbahaya dan tidak ada risiko bagi penduduk setempat.

    Militer Israel juga mengklaim pasukannya melancarkan rentetan serangan terhadap lokasi penyimpanan rudal dan infrastruktur peluncuran rudal di Iran.

    Lihat juga Video Iran Vs Israel: Dulu Kawan, Sekarang Lawan

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Suami bunuh istri di Tangsel motifnya cemburu

    Suami bunuh istri di Tangsel motifnya cemburu

    Jakarta (ANTARA) – Seorang suami berinisial JN (36) tega membunuh istrinya berinisial RK (25) di Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel) , Banten pada Senin (16/6), motifnya cemburu.

    “Berdasarkan keterangan tersangka karena cemburu, istrinya (korban) selingkuh,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

    Namun Ade Ary belum dapat menjelaskan secara lebih jauh terkait motif tersebut.

    Sebelumnya Polda Metro Jaya masih mendalami motif seorang suami berinisial JN (36) yang tega membunuh istrinya berinisial RK (25) di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.

    “Untuk motifnya masih dilakukan pendalaman, mohon waktu,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi.

    Ade Ary juga menyebutkan suami berinisial JN juga telah ditetapkan sebagai tersangka dan saat ini telah ditangkap oleh Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan (Subdit Jatanras) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya.

    “Itu ‘update’ sementaranya, sekarang masih diperiksa, nanti selanjutnya akan kami jelaskan secara rinci di saat rilis,” katanya.

    Kronologi peristiwa itu juga disampaikan ke publik oleh Polda Metro Jaya.

    “Awalnya, saksi Saudara B melaporkan pembunuhan seorang istri yang dilakukan oleh suami. Pelaku saat ini sudah diamankan oleh warga,” katanya.

    Ade Ary menjelaskan berdasarkan hasil pengumpulan keterangan di tempat kejadian perkara (TKP) bahwa pada Senin (16/6) sekitar pukul 19.00 WIB, saksi bersama istri yang tinggal sebagai tetangga korban, mendengar suara tangisan dan ribut-ribut korban dengan pelaku.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polisi Bongkar Makam Balita yang Dibunuh Tetangganya di Singkawang
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        20 Juni 2025

    Polisi Bongkar Makam Balita yang Dibunuh Tetangganya di Singkawang Regional 20 Juni 2025

    Polisi Bongkar Makam Balita yang Dibunuh Tetangganya di Singkawang
    Tim Redaksi
    SINGKAWANG, KOMPAS.com
    – Polres
    Singkawang
    melakukan proses ekshumasi atau pembongkaran makam terhadap jenazah Rafa Fauzan (1 tahun 11 bulan), balita korban pembunuhan yang dilakukan oleh UB, tetangganya sendiri.
    Ekshumasi dilakukan pada Jumat (20/6/2025) siang di pemakaman muslim Kelurahan Sekip Lama, Singkawang.
    “Hari ini kita melakukan pembongkaran makam jenazah dari Rafa Fauzan untuk dilakukan proses autopsi,” ujar AKP Deddi Sitepu, Kasatreskrim Polres Singkawang.
    Proses autopsi dilaksanakan oleh tim dokter dari Dokkes Polri.
    Autopsi ini bertujuan untuk memastikan waktu dan penyebab pasti kematian korban. Menurut Deddi, hasil autopsi diperkirakan akan keluar dalam waktu satu minggu.
    “Diperkirakan satu minggu lagi hasilnya keluar, karena kondisi jasad juga sudah diperkirakan meninggal satu minggu yang lalu,” tambahnya.
    Proses ekshumasi dilakukan atas persetujuan keluarga korban, yang disampaikan melalui kuasa hukum mereka, Charlie Nobel.
    “Pihak keluarga juga menginginkan kasus ini terang benderang,” ujar Deddi.
    Kasus ini bermula dari laporan hilangnya Rafa Fauzan dari rumah pengasuhnya di Gg Kapas, Kelurahan Sekip Lama, Singkawang pada Selasa (10/6/2025).
    Jasad balita tersebut ditemukan empat hari kemudian, pada Jumat subuh, di salah satu masjid di Kelurahan Roban, Singkawang Tengah.
    Polisi kemudian menangkap UB, tetangga pengasuh korban, pada Sabtu malam setelah mengumpulkan sejumlah barang bukti, termasuk sepeda yang digunakan pelaku saat membawa korban.
    Pelaku mengaku kepada penyidik bahwa motif pembunuhan adalah rasa sakit hati terhadap pengasuh korban, dan ia ingin membuat pengasuh dianggap bertanggung jawab atas hilangnya Rafa.
    “Penyidik masih terus melakukan pengembangan. Saat ini pasal yang dikenakan adalah Pasal 80 UU Perlindungan Anak dan Pasal 338 KUHP, masing-masing dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Tapi kami juga melihat potensi pembunuhan ini direncanakan,” kata Deddi.
    Meski pelaku mengklaim bahwa aksinya dilakukan secara spontan, polisi menemukan indikasi perencanaan.
    UB diketahui mengenakan dua lapis pakaian dan segera mengganti baju usai meninggalkan lokasi kejadian.
    “Keterangan pelaku memang masih plin-plan, tapi kita menemukan pelaku sudah menyiapkan karung untuk membawa korban. Kita lihat saja perkembangannya ke depan,” pungkas Deddi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Saat Pesanan Pizza Diduga Jadi Sinyal Operasi Militer AS ke Iran

    Saat Pesanan Pizza Diduga Jadi Sinyal Operasi Militer AS ke Iran

    Bisnis.com, JAKARTA — Media sosial diramaikan dengan spekulasi bahwa lonjakan pesanan pizza, roti bulat yang di atasnya terdapat berbaga macam toping, di dekat Pentagon ada kaitannya dengan aktivitas operasi militer Amerika Serikat ke Iran.

    Beberapa komunitas media online berspekulasi bahwa menjelang serangan pertama Israel dalam konflik terbarunya dengan Iran, para pengguna internet mengklaim melihat lonjakan pesanan pizza dari restoran-restoran di sekitar Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS. Fenomena ini, menurut mereka, bisa menjadi sinyal bahwa sesuatu yang besar sedang dipersiapkan—dan kembali menghidupkan teori yang kini dikenal sebagai “Pizza Index”.

    Teori ini dipopulerkan oleh akun anonim di X (dulu Twitter) bernama Pentagon Pizza Report. Mereka berpendapat bahwa lonjakan mendadak dalam pesanan makanan cepat saji—terutama pizza—di sekitar Pentagon sering kali bertepatan dengan persiapan operasi militer besar.

    Dilansir dari AN, Jumat (20/6/2025), pekan lalu, saat Israel meluncurkan serangan ke Iran, akun tersebut mencatat lonjakan pesanan di District Pizza Palace, sebuah restoran takeout sekitar tiga kilometer dari Pentagon, sekitar pukul 19.00 waktu Washington—hanya satu jam sebelum serangan dimulai.

    Seeing “busy” pizza joints near the Pentagon on Google Maps?

    There’s apparently a name for this: the Pentagon Pizza Index. When Pentagon staff can’t leave their desks during crisis situations, pizza orders spike.

    It correctly predicted major events from the 1990 Gulf War to… pic.twitter.com/bMFnXygQGl

    — Dr. Dominic Ng (@DrDominicNg) June 17, 2025

    Walaupun teorinya jauh dari ilmiah, para pengikutnya menunjuk pada sejumlah “kebetulan sejarah” misalnya, lonjakan pesanan pizza juga tercatat sebelum Operasi Desert Storm tahun 1991 dan invasi AS ke Panama tahun 1989.

    Dalam beberapa bulan terakhir, pola serupa juga diamati menjelang insiden besar di Timur Tengah, termasuk sebelum serangan balasan Iran ke Israel dan sebelum pembunuhan tokoh-tokoh penting seperti Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah.

    Meski unik, “Pizza Index” menuai skeptisisme dari para analis militer. Mereka menegaskan bahwa intelijen sungguhan mengandalkan indikator nyata seperti pergerakan pasukan, citra satelit, dan briefing rahasia—bukan data pesanan makanan.

    Namun, di era digital, teori ini tetap menarik. Dengan alat seperti Google Maps yang bisa melacak kepadatan pengunjung toko secara real-time, data non-tradisional seperti pesanan pizza atau keramaian bar di sekitar Pentagon jadi bahan spekulasi baru.

    Misalnya, Pentagon Pizza Report juga memantau keramaian di bar populer bagi staf pertahanan. Saat serangan Israel ke Iran, bar tersebut dilaporkan sepi—diinterpretasikan sebagai tanda bahwa para pejabat Pentagon sibuk bekerja. Namun, pada malam rapat Dewan Keamanan Nasional AS, bar justru penuh sesak.

    Bernard Maiks, mantan pemilik lebih dari 40 gerai Domino’s Pizza di sekitar Pentagon, pernah mengatakan kepada The Times bahwa jurnalis sering melewatkan tanda-tanda konflik karena “mereka sudah tidur lelap” saat pengemudi pizzanya sibuk mengantarkan pesanan ke Departemen Pertahanan.

    Apakah “Pizza Index” sekadar anekdot lucu atau pertanda nyata akan datangnya perang? Jawabannya masih diperdebatkan. Namun di era perang berbasis algoritma dan pengawasan digital, bahkan sepotong pepperoni bisa jadi petunjuk penting bagi mereka yang tahu cara membaca sinyal-sinyal kecil di tengah hiruk-pikuk dunia maya.

  • Pelaku Pembunuhan di Padang Pariaman Berhasil Kelabui Keluarga Korban saat Rumah Digeledah

    Pelaku Pembunuhan di Padang Pariaman Berhasil Kelabui Keluarga Korban saat Rumah Digeledah

    GELORA.CO  – Fakta lain dalam kasus pembunuhan berantai di Padang Pariaman diungkap oleh keluarga korban Siska Oktavia.

    Lima hari setelah Siska dilaporkan hilang, pihak keluarga korban ternyata sempat menggeledah rumah pelaku pembunuhan, SJ (25).

    Siska diketahui dilaporkan hilang sejak 12 Januari 2024.

    Namun, dalam penggeledehan itu, SJ sendiri yang menunjukkan lokasi dapur dan sumur tua yang di mana itu merupakan tempat jasad Siska ditemukan.

    Hal ini disampaikan oleh kakak sepupu korban, Randa Yulianda (29), saat ditemui di rumah duka pada Kamis (19/6/2025) sore.

    Randa mengatakan, pihak keluarga Siska sudah melakukan penggeledehan di rumah SJ pada lima hari setelah korban dinyatakan hilang.

    “Lima hari setelah Siska hilang, kami melakukan penggeledahan ke rumah SJ. Saat itu kami membawa SJ dan beberapa tokoh masyarakat setempat. Namun, saat digeledah, kami tidak menemukan keberadaan Siska,” ujar Randa, dikutip dari TribunPadang.com, Jumat (20/6/2025).

    Awalnya, keluarga Siska meminta bantuan kepada orang pintar (dukun) untuk mengetahui keberadaan korban.

    Dari penuturan orang pintar tersebut, Siska disebut-sebut disembunyikan oleh pelaku di rumahnya.

    “Orang pintar itu bilang, ‘Temui pacarnya, Siska, di rumahnya.’ Dari situlah kami datangi rumah SJ pada tengah malam. Waktu itu memang kami sudah curiga. Tapi saat kami geledah kamarnya dan beberapa sudut rumah, Siska tidak ditemukan,” jelas Randa.

    Setibanya di rumah pelaku, keluarga Siska tak bisa leluasa melakukan penggeledahan lantaran ibu pelaku terus menangis.

    “Saat itu ibunya menangis terus. Kami juga jadi tidak enak, karena penggeledahan dilakukan sekitar pukul 02.00 WIB dini hari,” tambahnya.

    Randa menyebut, kecurigaan keluarga sempat mereda karena SJ pintar bersandiwara dan berhasil menipu orang-orang di sekitarnya.

    Hal ini terlihat dari raut wajah pelaku.

    “Pelaku ini pandai bersandiwara. Raut wajahnya bisa berubah, seolah-olah bukan dia pelakunya. Bahkan waktu kami mau geledah rumahnya, dia sangat semangat dan bilang, ‘cepatlah, bang, pergi sama saya. Biar saya yang tunjukkan rumah saya itu’,” kata Randa menirukan ucapan SJ.

    Randa juga menuturkan bahwa saat penggeledahan, SJ sempat menunjukkan lokasi dapur dan sumur tua di rumahnya, yang belakangan diketahui sebagai tempat dikuburnya jasad Siska.

    “Dia sempat bilang, ‘Itu dapur, dan itu ada sumur tua.’ Tapi kami tidak memeriksanya lebih jauh karena ibunya terus menangis. Kami khawatir warga merasa tidak nyaman, karena saat itu ibunya juga sedang beristirahat,” tutup Randa.

    Diketahui, SJ sudah akrab dengan keluarga Siska, terlebih dengan Ibu korban, Nila Yunista (50). 

    Nila sudah menganggap SJ seperti anak kandung sendiri.

    Pelaku juga kerap datang ke rumah korban terutama pada saat lebaran.

    “SJ itu dekat banget sama Ibu. Pernah kasih THR, sering nanya kabar kakak. Nggak nyangka dia pelakunya,” kata adik korban, Muhamad Tri Ibnu Rusdi (16), sambil menahan tangis.

    Selama masa pencarian, SJ kerap menemani Nila mencari keberadaan Siska. Bahkan beberapa hari sebelum jasad ditemukan, SJ sempat berkomunikasi dengan Nila melalui pesan singkat.

    Namun, Nila menghembuskan nafas terakhir setelah mengetahui bahwa SJ yang menghabisi nyawa anak kandungnya.

    Selama kurang lebih 1,5 tahun, Nila tak pernah berhenti berharap putrinya pulang dalam keadaan selamat.

    Harapan itu pupus pada Kamis (19/6/2025), ketika jasad Siska ditemukan diduga menjadi korban pembunuhan SJ.

    “Pagi itu sekitar pukul enam, Ibu dapat pesan WhatsApp dari seseorang. Kami langsung ke lokasi,” ujar Ibnu saat ditemui di rumah duka.

    Namun, sebelum sampai di lokasi penemuan jasad, Nila tiba-tiba pingsan di persimpangan dekat rumah SJ yang sudah dipenuhi warga. 

    Ia sempat bersandar di bahu Ibnu sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. Tak lama kemudian, ia dinyatakan meninggal dunia