Kasus: pembunuhan

  • Bunuh ART Asal RI, Eks Finalis MasterChef Malaysia-Suami Dibui 34 Tahun

    Bunuh ART Asal RI, Eks Finalis MasterChef Malaysia-Suami Dibui 34 Tahun

    Jakarta

    Seorang asisten rumah tangga (ART) asal Indonesia, Nur Afiyah Daeng Damin, tewas dibunuh oleh dua majikannya di Malaysia. Atas pembunuhan TKI itu, kedua warga Malaysia tersebut dijatuhi hukuman penjara 34 tahun.

    Kedua terdakwa, eks finalis MasterChef Malaysia dan mantan suaminya masing-masing dijatuhi hukuman 34 tahun penjara atas pembunuhan ART mereka di kediaman mereka di Penampang, Malaysia pada tahun 2021.

    Dilansir media Malaysia, The Star, Pengadilan Tinggi Malaysia pada Jumat (20/6) memutuskan Etiqah Siti Noorashikeen Sulang (37), eks finalis MasterChef Malaysia dan mantan suaminya, Mohammad Ambree Yunos (44) bersalah atas pembunuhan Nur Afiyah Daeng Damin yang berusia 28 tahun.

    Hakim Lim Hock Leng memerintahkan hukuman penjara segera dimulai. Ambree juga dijatuhi hukuman 12 kali cambukan, sementara Etiqah dibebaskan dari hukuman cambuk karena jenis kelaminnya.

    Pengadilan memutuskan bahwa pasangan tersebut telah bertindak dengan niat yang sama, dengan bukti yang menunjukkan korban telah menderita luka fatal yang sengaja dilakukan oleh kedua terdakwa.

    “Pihak pembela gagal untuk mengajukan keraguan yang wajar,” kata Lim dalam putusannya. Dia menambahkan bahwa jaksa penuntut telah berhasil membuktikan bahwa luka-luka yang dialami korban adalah disengaja dan disebabkan oleh bersama-sama.

    Keduanya didakwa berdasarkan Pasal 302 KUHP, yang mengancam hukuman mati atau penjara 30 hingga 40 tahun dan tidak kurang dari 12 kali cambukan, jika terbukti bersalah.

    Lihat juga Video: Biadab! ART di Batam Dianiaya-Disuruh Makan Kotoran Binatang

    Wakil Jaksa Penuntut Umum Dacia Jane Romanus sebelumnya telah mendesak pengadilan untuk menjatuhkan hukuman maksimal, dengan mengatakan bahwa kebrutalan kasus tersebut telah mengejutkan negara.

    “Almarhum adalah seorang wanita muda yang meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja jujur di tengah pandemi, tetapi akhirnya kehilangan nyawanya di tempat kerjanya,” kata Dacia.

    Dacia juga mengatakan bahwa korban mengalami penganiayaan setiap hari dan ditolak hak-hak dasarnya, termasuk upah yang belum dibayar dan tidak diberi kesempatan untuk pulang ke kampung halamannya.

    Lihat juga Video: Biadab! ART di Batam Dianiaya-Disuruh Makan Kotoran Binatang

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Indonesia harus jadi pioner perdamaian 

    Indonesia harus jadi pioner perdamaian 

    Sumber foto: Efendi Murdiono/elshinta.com.

    Konflik Iran-Israel, legislator PKB: Indonesia harus jadi pioner perdamaian 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 24 Juni 2025 – 13:27 WIB

    Elshinta.com – Anggota Komisi I DPR RI Syamsu Rizal menyuarakan dukungan penuh terhadap upaya gencatan senjata antara Iran dan Israel yang belakangan ini terus diupayakan oleh berbagai pihak internasional. Menurutnya, gencatan senjata adalah langkah penting demi menyelamatkan lebih banyak nyawa dan mencegah meluasnya ketegangan di kawasan Timur Tengah.

    “Konflik berkepanjangan antara Iran dan Israel hanya akan memperbesar penderitaan rakyat sipil dan memperparah instabilitas global,” Belum lagi potensi ancaman kemanusiaan dan Lingkungan, ujar Deng Ical, sapaan akrab Syamsu Rizal dalam keterangan resminya, Selasa (24/06/2025).

    Legislator PKB, Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi perdamaian dunia, harus berdiri tegas mendukung setiap upaya damai. Pemerintah Indonesia tidak boleh berhenti melakukan diplomasi untuk menghentikan perang Iran-israel.

    Presiden Prabowo saat ini telah menampilkan diplomasi cerdas dengan mengunjungi Presiden Rusia Putin. Sebelumnya, Presiden Prabowo juga bertemu Presiden Prancis dan beberapa kepala negara strategis lainnya. 

    Sekarang tinggal bagaimana Indonesia menginisiasi pertemuan regional dan multilateral dalam perpekstif lingkungan dan humanity.

    Mantan Wakil Wali Kota Makassar itu juga mengkritik sikap Amerika Serikat yang dinilainya belum menunjukkan komitmen penuh dalam mendukung perdamaian di kawasan.

    “Amerika harusnya menjadi bagian dari solusi, bukan justru memperbesar skala perang dengan dukungan senjata dan retorika yang memprovokasi. Dunia membutuhkan sikap yang bertanggung jawab dari negara-negara besar,” tegasnya.

    Deng Ical mengingatkan bahwa eskalasi konflik Iran-Israel berisiko memicu konflik regional yang lebih luas dan bahkan berpotensi menyeret negara-negara lain ke dalam pusaran perang. Oleh karena itu, ia mendorong diplomasi aktif dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan negara-negara kawasan untuk mempercepat tercapainya kesepakatan damai.

    Sebagai anggota Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan, hubungan luar negeri, dan intelijen, Deng Ical juga mengajak pemerintah Indonesia untuk terus berperan aktif dalam forum internasional guna mendorong penghentian kekerasan dan perlindungan terhadap warga sipil.

    “Suara Indonesia harus tegas: hentikan perang, lindungi rakyat sipil, dan tegakkan keadilan melalui jalur diplomasi damai,” tutupnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Efendi Murdiono, Selasa (24/6). 

    Dunia internasional juga harus terus menekan Israel agar menghentikan penjajahannya terhadap Palestina. Israel harus menghentikan genosida di Gaza yang telah menghilangkan puluhan ribu nyawa rakyat Gaza.

    “Semua ini bermula karena Israel. Israel yang melakukan penjajahan Palestina. Pembunuhan warga Palestina. Kejahatan Israel harus dihentikan. Perang Iran-Israel ini juga karena Israel,” tegas Deng Ical. 

    Dia menegaskan bahwa saatnya Indonesia membangun identitas sebagai pemimpin perdamaian dunia. Saatnya politik bebas aktif Indonesia naik level.

    Sumber : Radio Elshinta

  • AS Waspadai Serangan Siber Iran Terhadap Sektor Keuangan hingga Jaringan Listrik

    AS Waspadai Serangan Siber Iran Terhadap Sektor Keuangan hingga Jaringan Listrik

    Bisnis.com, JAKARTA—  Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (DHS) mengeluarkan peringatan kepada pelaku bisnis dan lembaga di AS untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi serangan siber yang disponsori pemerintah Iran serta gangguan digital skala kecil dari kelompok hacktivist pro-Iran, menyusul serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.

    “Baik kelompok hacktivist maupun aktor siber yang terkait dengan pemerintah Iran secara rutin menargetkan jaringan AS yang lemah dan perangkat yang terhubung ke internet guna melakukan serangan siber yang mengganggu,” demikian bunyi peringatan tersebut dikutip dari laman The Register pada Selasa (24/6/2025). 

    DHS menyebut, meski Iran memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan siber destruktif, tingkat keberhasilan dan kecanggihan teknis mereka sejauh ini masih tergolong terbatas. 

    Salah satu insiden besar terjadi pada 2023, ketika kelompok siber Iran bernama CyberAv3ngers yang dikaitkan dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) berhasil mengakses beberapa sistem air di AS melalui kata sandi bawaan pada pengendali logika yang terhubung ke internet.

    Pada akhir tahun 2023, kelompok yang sama kembali menyerang sistem pengelolaan air dan bahan bakar di AS dan Israel menggunakan malware khusus. Meski berhasil menembus sistem vital tersebut, kelompok ini tidak menyebabkan kerusakan besar dan hanya membagikan video keberhasilan mereka di kanal Telegram.

    Mantan agen FBI dan wakil presiden di perusahaan keamanan siber Optiv, James Turgal memperkirakan balasan Iran akan diwujudkan dalam bentuk serangan siber destruktif, termasuk peluncuran malware penghancur (wiper), terhadap situs pemerintah AS, sektor jasa keuangan, serta infrastruktur penting seperti pembangkit listrik dan instalasi pengolahan air.

    “Iran juga mungkin kembali menggunakan serangan DDoS [Distributed Denial of Service]. Tim peretas pro-Iran ‘313 Team’ telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan DDoS terhadap platform Truth Social hanya beberapa jam setelah serangan udara AS,” kata Turgal.

    Selain itu, serangan siber diperkirakan mencakup kampanye disinformasi dan manipulasi media, termasuk perusakan situs web dan penyebaran video propaganda deepfake, serupa dengan taktik yang digunakan Rusia saat awal invasi ke Ukraina.

    Think tank keamanan nasional Foundation for Defense of Democracies mengungkap Iran telah menjalankan kampanye psikologis melalui akun-akun palsu yang menyamar sebagai warga Israel di platform Telegram dan X (dahulu Twitter), dengan menyebarkan pesan-pesan yang bersifat merusak moral dalam bahasa Ibrani. 

    Meski menyasar publik Israel, Turgal memperingatkan warga AS juga berpotensi menjadi target kampanye psikologis serupa.

    “Dengan sekitar 62% warga Amerika mendapatkan berita dari media sosial, platform-platform tersebut akan dibanjiri narasi tandingan, misinformasi, dan disinformasi terkait dampak serangan udara AS dan sentimen anti-Amerika lainnya,” imbuhnya.

    Selain serangan siber terbuka, Iran juga terus menjalankan operasi spionase dunia maya. Menurut John Hultquist, analis utama di Google Threat Intelligence Group, kelompok siber yang didukung pemerintah Iran secara rutin memata-matai individu dan organisasi yang memiliki keterkaitan dengan kebijakan luar negeri AS terhadap Iran.

    “Mereka kerap menargetkan individu melalui akun pribadi dan organisasi, serta memanfaatkan data dari perusahaan telekomunikasi, maskapai, dan perhotelan untuk melacak pergerakan dan aktivitas sasaran,” ujar Hultquist.

    Taktik utama mereka meliputi rekayasa sosial dan spear phishing untuk mendapatkan akses terhadap data sensitif. Ancaman ini diperburuk dengan fakta bahwa IRGC pernah terlibat dalam upaya pembunuhan terhadap warga AS, termasuk mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton.

    “Penegak hukum AS telah beberapa kali menggagalkan rencana pembunuhan yang disponsori Iran sejak 2020,” kata DHS dalam pernyataannya. 

    Selain itu, Iran juga tercatat beberapa kali mencoba menargetkan pengkritik rezimnya di AS dalam upaya serangan mematikan. DHS mendesak seluruh lembaga dan pelaku usaha untuk memperketat keamanan siber dan mengambil langkah pencegahan yang sama seperti dalam menghadapi ancaman ransomware, mengingat dampaknya tetap bisa sangat serius bagi masing-masing institusi, meskipun skala serangan secara umum mungkin dilebih-lebihkan oleh pelaku.

  • Video Ancaman Hukuman Mati Menanti Pemutilasi Gadis di Padang Pariaman

    Video Ancaman Hukuman Mati Menanti Pemutilasi Gadis di Padang Pariaman

    Polisi resmi menetapkan SJ alias Wanda sebagai tersangka pelaku pembunuhan dan mutilasi wanita bernama Septia Adinda (25 tahun) yang tubuhnya ditemukan di berbagai tempat dari Padang Pariaman hingga Kota Padang. Tersangka dijerat pasal 338 dan 340 tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati.

    Kasat Reskrim Polres Padang Pariaman Iptu AA Reggy mengatakan penetapan tersangka dilakukan setelah penyidik mendapatkan alat bukti yang cukup. Saat ini penyidik juga terus memeriksa sejumlah saksi dan mengumpulkan bukti-bukti lain.

  • Balita Korban Pembunuhan di Singkawang Diduga Sempat Alami Kekerasan Fisik

    Balita Korban Pembunuhan di Singkawang Diduga Sempat Alami Kekerasan Fisik

    JAKARTA – Kuasa hukum keluarga korban balita yang meninggal dunia akibat pembunuhan di Singkawang, Charlie Nobel mengatakan, berdasarkan autopsi yang dilakukan pihak kepolisian pada Jumat (19/6) diduga ada kejanggalan yang dialami balita RF.

    Kejanggalan tersebut seperti ada luka pada bagian telinga korban. Selain di telinga, juga ada luka gores di bagian kening korban. Kuat diduga korban sebelumnnya mengalami penganiayaan oleh pelaku.

    “Mengenai penyebabnya masih dilakukan pemeriksaan oleh pihak kepolisian,” kata Charlie dikutip dari ANTARA, Minggu, 22 Juni.

    Pihaknya juga bakal terus mengawal penanganan kasus ini hingga tuntas dan menyerahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian.

    Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Singkawang AKP Deddi Sitepu dalam keterangannya mengatakan autopsi dilakukan guna mengetahui penyebab dan waktu kematian sehingga dapat membuka kasus ini secara terang.

    “Dari hasii hasil visum luar kita menemukan beberapa kejanggalan. Mudah-mudahan dengan dilakukannya autopsi ini bisa membuat terang dari kejadian tersebut,” ujarnya.

    Dia menjelaskan autopsi terhadap balita 1 tahun 11 bulan yang sudah dimakamkan ini dilakukan bersama dengan Biddokkes Polda Kalbar di pemakaman Masjid At Taqwa, Jalan RA Kartini, Kelurahan Sekip Lama, Kecamatan Singkawang Tengah atas permintaan pihak keluarga korban.

    Dia juga mengatakan autopsi dilakukan dengan pembongkaran jenazah RF yang disaksikan oleh kuasa hukum maupun keluarga korban dengan tujuan untuk membuat terang benderang rangkaian tindak pidana dugaan hilangnya nyawa almarhum RF.

    “Mudah-mudahan dengan rangkaian autopsi ini bisa membuat terang apa penyebab dan kapan waktu kematian balita RF,” katanya.

    Selain itu, berdasarkan pemeriksaan luar (visum luar) yang dilakukan oleh dokter RSUD Abdul Aziz Singkawang, bahwa ada bekas luka di bagian wajah dan tangan korban.

    “Sehingga pihak keluarga memohon untuk dilakukan autopsi guna menguatkan apa penyebab dari luka-luka tersebut,” ujarnya.

    Hasil visum tersebut berbeda dengan pengakuan dari tersangka yang mengaku jika anak tersebut hanya ditutup mulut dan hidung korban dengan tangannya. Seluruh prosedur autopsi dilaksanakan dengan mengedepankan aspek legalitas dan etika, serta telah mendapatkan izin dari pihak keluarga dan otoritas terkait.

    Tim forensik melakukan pemeriksaan awal secara eksternal untuk mencari indikasi luka, memar, atau tanda-tanda kekerasan lain yang dapat memperkuat dugaan tindak pidana. Selanjutnya, dilakukan otopsi internal dengan membuka bagian tubuh tertentu guna meneliti kondisi organ dalam serta mengambil sampel jaringan untuk analisa laboratorium.

    “Hasil dari proses autopsi ini nantinya akan menjadi bagian penting dalam mengungkap penyebab kematian korban secara ilmiah dan mendukung pembuktian dalam proses penyelidikan. Dokumentasi secara rinci juga dilakukan untuk keperluan administrasi hukum dan penyidikan lanjutan oleh pihak kepolisian, dan akan disampaikan Minggu depan,” ujarnya.

    Dia menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menangani kasus ini secara profesional, transparan, dan tuntas. Proses ekshumasi dan autopsi merupakan bagian dari upaya menghadirkan keadilan bagi korban dan keluarga, sekaligus sebagai bentuk nyata penegakan hukum terhadap kekerasan terhadap anak di wilayah hukum Polres Singkawang.

  • Tampang Pembunuh 3 Wanita di Sumbar Kini Berbaju Tahanan

    Tampang Pembunuh 3 Wanita di Sumbar Kini Berbaju Tahanan

    Padang

    Polisi resmi menetapkan Satria Johanda alias Wanda sebagai tersangka pelaku pembunuhan dan mutilasi Septia Adinda (25 tahun) yang tubuhnya ditemukan di berbagai tempat dari Padang Pariaman hingga Kota Padang. Selain Septia, Satria juga membunuh dua wanita lain dan membuang jasadnya ke sumur.

    Pantauan detikSumut, tampak tersangka berbaju tahanan saat digiring petugas. Tangan tersangka juga terborgol.

    “Sesuai hasil gelar perkara, penyidik menyimpulkan sudah cukup alat bukti untuk menetapkan SJ alias Wanda sebagai tersangka,” kata Kasat Reskrim Polres Padang Pariaman, Iptu AA Reggy kepada wartawan, dilansir detikSumut, Senin (23/6/2025).

    Tersangka dijerat dengan pasal 338 dan 340 tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati.

    Menurut Reggy, saat ini penyidik masih memeriksa sejumlah saksi dan mengumpulkan bukti-bukti lain. “Masih memeriksa beberapa sakti. Soal sampel DNA, sudah kita kirim ke Puslabfor. Masih menunggu,” katanya.

    Ia menyebut, soal motif yang menyebabkan tersangka nekad memutilasi korbannya, masih dalam pendalaman.

    Baca selengkapnya di sini

    (idh/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pria Bunuh 3 Mahasiswi di Sumbar, Komnas Perempuan Duga Femisida

    Pria Bunuh 3 Mahasiswi di Sumbar, Komnas Perempuan Duga Femisida

    Jakarta

    Pria bernama Satria Johanda alias Wanda (25) tega membunuh dan memutilasi wanita inisial SA (25) di Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar). Pelaku juga diduga membunuh dua mahasiswi lainnya dan membuang jasad korban ke dalam sumur.

    Komnas Perempuan ikut menyoroti kasus dugaan pembunuhan itu. Komisioner Komnas Perempuan, Rr. Sri Agustini, menilai kasus ini salah satu bentuk kekerasan berbasis gender.

    “Mengenai kasus 3 mahasiswi yang diduga dibunuh oleh SJ di Padang Pariaman, apabila menilik pada ketiga korban yang secara jenis kelamin dan gender adalah perempuan, serta cara terduga pelaku melakukan pembunuhannya secara sadis, maka pembunuhan yang dilakukan pelaku terhadap korban merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan berbasis gender,” kata Sri kepada wartawan, Senin (23/6/2025).

    Sri kemudian menyinggung femisida dalam kasus ini. Menurutnya, jika pelaku dan korban memiliki relasi, maka kasus ini kemungkinan bagian dari femisida.

    “Apabila motif dari terduga pelaku sudah selesai didalami oleh penyidik, dan relasi antara terduga pelaku dengan ketiga korban terungkap, tidak menutup kemungkinan kasus ini merupakan bagian dari femisida,” tutur dia.

    Sri mengatakan bahwa Komnas Perempuan merumuskan pengertian dari femisida sebagai pembunuhan terhadap perempuan secara sengaja karena jenis kelamin atau gendernya, yang didorong superioritas, dominasi, hegemoni, agresi maupun misogini terhadap perempuan, rasa memiliki perempuan, ketimpangan relasi kuasa, dan sadistik. Komnas Perempuan juga memilah femisida berdasar niat pembunuhan ke dalam dua jenis.

    Sri menyebut kasus pembunuhan di Padang Parimanan ini bisa diduga sudah direncanakan pelaku. Kini, Komnas Perempuan menunggu pendalaman polisi terkait motif dari pelaku.

    “Dari Kasus terduga pelaku SJ yang melakukan pembunuhan berlanjut kepada tiga korban yang berjenis kelamin dan bergender perempuan secara sadis, patut diduga sudah direncanakan yang artinya dilakukan secara sengaja, untuk itu apabila nanti dari motifnya teridentifikasi sebagai femisida, bisa dikategorikan sebagai femisida langsung,” tutur dia.

    Ratusan Kasus Femisida Sejak 2019

    “Komnas Perempuan melakukan pemantauan terhadap berita media daring sepanjang 2019 tentang femisida mencatat jumlah yang memprihatinkan, yakni 145 kasus. Jumlah ini baru sebatas kasus femisida yang diliput oleh media massa, belum terhitung yang tidak diberitakan,” ucap dia.

    “Lima peringkat teratas untuk relasi pelaku dengan korbannya itu suami (48 kasus) yang menunjukkan bahwa sebagian besar femisida dilakukan oleh suami terhadap istri. Selanjutnya, relasi pertemanan (19 kasus), relasi pacaran (13 kasus), kerabat dekat (7 kasus), dan belum diketahui (21 kasus),” imbuhnya.

    Sri mengungkapkan bahwa dari data tersebut dapat dilihat bahwa relasi pelaku dengan korban sebagian besar masih berada dalam ranah relasi personal. Dia juga menyinggung soal pola kasus.

    “Terdapat pola yang sama, yakni sadisme berlapis terhadap perempuan dengan dianiaya, diperkosa, dibunuh dan ditelanjangi dan bahkan dimutilasi. Dari perspektif kekerasan berbasis gender, penelanjangan dan mutilasi korban yang telah menjadi mayat menunjukkan tindak pelucutan harkat dan martabat korban,” pungkasnya.

    Pelaku Ditetapkan Tersangka

    Pria berinisial SJ, tersangka pembunuhan yang memutilasi korbannya di Padang Pariaman, Sumatera Barat, masih diperiksa polisi secara intensi. Pelaku mengaku memutilasi korban dalam 10 potongan.

    Berdasarkan pengakuan sementara pelaku, korban dihabisi gara-gara persoalan hutang. Usai dihabisi, pelaku lalu memutilasi korbannya hingga menjadi 10 potongan.

    Adapun identitas korban yang dihabisi itu disebut-sebut bernama SA (25). Namun polisi belum bisa memastikan, karena masih menunggu proses autopsi dari RS Bhayangkara.

    “Sesuai pengakuan, pembunuhan dilakukan pada hari Minggu, 15 Juni 2025 pukul 3 sore. Tersangka pelaku adalah sekuriti salah satu perusahaan,” kata Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, dilansir detikSumut, Kamis (19/6).

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Situs Nuklir Diserang AS, Menlu Iran: Tak Ada Lagi Diplomasi!

    Situs Nuklir Diserang AS, Menlu Iran: Tak Ada Lagi Diplomasi!

    GELORA.CO – Menteri Luar Negeri Iran mengatakan Israel dan AS telah “meledakkan” diplomasi dengan serangan udara mereka dalam beberapa pekan terakhir. Ia menegaskan, Iran tak bisa lagi dirayu kembali ke perundingan karena bukan mereka yang meninggalkan meja perundingan itu.

    Hal ini disampaikan Abbas Araghchi menanggapi seruan dari Inggris dan Uni Eropa agar Iran kembali ke meja perundingan. Dalam postingannya di X, dia berkata: “Pekan lalu, kami melakukan negosiasi dengan AS ketika Israel memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut.”

    “Pekan ini, kami mengadakan pembicaraan dengan E3/EU ketika AS memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut. Kesimpulan apa yang akan Anda ambil?” Ia tak habis pikir, bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi UE, Iranlah yang harus ‘kembali’ ke meja perundingan. “Tapi bagaimana Iran bisa kembali ke diplomasi yang tidak pernah ia tinggalkan, apalagi diledakkannya?”

    Ketika ditanya apakah masih ada ruang untuk diplomasi setelah serangan AS, Araghchi menekankan “tidak sekarang”. “Pintu diplomasi harus selalu terbuka, namun hal tersebut tidak terjadi saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Iran. 

    “Negara saya sedang diserang, di bawah agresi, dan kami harus merespons berdasarkan hak sah kami untuk membela diri.” Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, “merupakan pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat dimaafkan”.

    Menteri luar negeri Iran mengatakan pemerintahan AS yang “menghasut perang dan melanggar hukum” akan “bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi berbahaya dan dampak penerapan tindakan agresinya”.

    “Serangan militer AS terhadap integritas teritorial dan kedaulatan nasional negara anggota PBB yang dilakukan dengan berkolusi dengan rezim genosida [Israel], sekali lagi mengungkapkan sejauh mana permusuhan Amerika Serikat terhadap rakyat Iran yang mencari perdamaian,” tambahnya.

    Hassan Ahmadian, asisten profesor di Universitas Teheran, mengatakan sistem berbasis aturan internasional “berantakan” ketika Amerika ikut serta dalam serangan Israel terhadap Iran. “Sebelumnya, Israel menyerang fasilitas nuklir Iran dan jelas melanggar piagam IAEA. Kini Amerika Serikat melakukan hal yang sama. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa mereka pada dasarnya melanggar Piagam PBB,” kata Ahmadian kepada Aljazirah. 

    “Jadi semuanya berantakan jika menyangkut tanggung jawab hukum komunitas internasional.” Ketika ditanya bagaimana tanggapan Iran, Ahmadian mengatakan ia memperkirakan Iran akan melancarkan serangan terhadap pangkalan dan aset AS di wilayah tersebut, namun pihaknya akan mencoba untuk “mengkoreografikan” tindakan militer dengan cara yang tidak akan menimbulkan korban atau eskalasi. 

    “Ada 50 pangkalan di sekitar Iran yang digunakan AS…. Kita tahu bahwa masing-masing pangkalan tersebut memiliki batasan dalam kapasitas operasionalnya, dan mereka harus meminta izin untuk melancarkan serangan terhadap pihak ketiga dari wilayah mereka,” kata Ahmadian. “Hubungan baik dengan Qatar, dengan banyak negara anggota GCC, tentu saja diperhitungkan. Namun pada saat yang sama, Iran telah menegaskan kepada negara-negara ini bahwa jika kami diserang, kami akan membalas sumber serangan tersebut.”

    Mehran Kamrava, seorang profesor pemerintahan di Universitas Georgetown di Qatar, mengatakan tidak jelas bagaimana reaksi Iran setelah serangan AS semalam. “Wilayah ini penuh dengan pangkalan Amerika; terdapat lebih dari 40.000 tentara Amerika. Saya pernah mendengar seorang komandan Iran berkata, ‘itu berarti ada 40.000 target yang dapat kita serang’,” kata Kamrava kepada Aljazirah. 

    Jadi apakah Iran akan menyerang pangkalan AS di Timur Tengah? Dan jika demikian, apakah mereka akan melakukannya dengan cara yang “terukur”, seperti serangan balasan sebagai tanggapan atas pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani pada tahun 2020, tanyanya. “Saya pikir semuanya masih harus dilihat, namun demikian, Iran harus membalas. Secara politis, mereka tidak bisa hanya duduk diam dan menerima apa yang Trump inginkan,” kata Kamrava.

  • Dibunuh Dalam Tidur, Operasi Narnia Israel Incar Ilmuwan Nuklir Iran

    Dibunuh Dalam Tidur, Operasi Narnia Israel Incar Ilmuwan Nuklir Iran

    Jakarta, CNBC Indonesia — Israel melancarkan serangan pembuka yang ditujukan ke Iran pada pekan lalu, sehingga mengakibatkan tewasnya sembilan dari sepuluh ilmuwan nuklir Iran. Serangan ini dijuluki Operasi Narnia, seperti yang dilaporkan oleh Channel 12.

    Mengutip The Times of Israel, Minggu (22/5/2025) Channel 12 melaporkan, ilmuwan nuklir Iran tewas akibat serangan dengan senjata khusus yang rinciannya tidak dipublikasikan.

    Selain itu, ilmuwan nuklir kesepuluh tewas, menyusul sembilan ilmuwan lainnya. Hal ini bertepatan dengan operasi Israel yang berlangsung pada Kamis-Jumat malam yang meliputi serangan terhadap program rudal balistik Iran dan situs nuklir Natanz bersama dengan pemusnahan sejumlah anggota penting pimpinan militer Republik Islam tersebut.

    Seluruh ilmuwan nuklir Iran tewas saat mereka sedang tidur di tempat tidur mereka. Israel memutuskan untuk melakukan pembunuhan ilmuwan nuklir tersebut secara serentak, sehingga tidak ada waktu bagi pihak manapun untuk memberi tahu ilmuwan yang menjadi sasaran.

    Para ilmuwan nuklir tersebut merasa yakin bahwa mereka aman dari sasaran serangan Israel di rumah mereka, ungkap seorang pejabat senior Israel kepada Channel 12. Dia juga mencatat bahwa ilmuwan nuklir yang sebelumnya dibunuh tewas saat menuju mobil mereka setelah bekerja.

    Israel sendiri sudah melakukan pelacakan terhadap ilmuwan nuklir Iran selama bertahun-tahun. Sepuluh orang ilmuwan yang terbunuh pada minggu lalu sebenarnya telah ditandai oleh Israel sejak bulan November tahun lalu, kata Channel 12.

    Lebih lanjut, pejabat intelijen Israel merasa bahwa pembunuhan ilmuwan nuklir adalah bagian terpenting dari Operasi Narnia karena pimpinan militer yang terbunuh dan peralatan yang hancaur akan lebih mudah diganti. Di sisi lain, pengetahuan yang didapatkan dari ilmuwan nuklir tidak akan bisa dipulihkan dalam waktu singkat, mengutip seorang pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Khamenei Berlindung di Bunker dan Tunjuk Tiga Calon Pengganti

    Khamenei Berlindung di Bunker dan Tunjuk Tiga Calon Pengganti

    GELORA.CO -Di tengah serangan udara besar-besaran Israel terhadap Iran, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan telah mengungsi ke dalam bunker dan secara diam-diam menetapkan tiga calon penerus jika dirinya terbunuh. 

    Laporan eksklusif The New York Times pada Sabtu, 21 Juni 2025, mengutip beberapa pejabat Iran, mengungkap langkah darurat yang diambil Khamenei demi menjamin kelangsungan kepemimpinan Republik Islam.

    Khamenei, 86 tahun, disebut telah cut off dari komunikasi digital sepenuhnya dan hanya berkomunikasi melalui ajudan tepercaya dengan para komandan militer.

    “Khamenei sekarang berkomunikasi dengan komandan secara eksklusif melalui seorang ajudan dan telah berhenti menggunakan semua komunikasi digital untuk menghindari deteksi,” kata salah satu dari tiga pejabat Iran yang tidak disebutkan namanya. 

    Laporan tersebut menyebutkan bahwa Khamenei secara pribadi telah menginstruksikan Majelis Ahli, lembaga ulama senior yang berwenang memilih pemimpin tertinggi, untuk memilih penggantinya dari tiga nama yang telah ia tetapkan, apabila ia gugur.

    Biasanya, proses pemilihan pemimpin tertinggi baru bisa memakan waktu berbulan-bulan dengan diskusi panjang antarulama. Namun, situasi perang memaksa Khamenei mempercepat dan menyederhanakan proses tersebut.

    Mengejutkannya, Mojtaba Khamenei, putranya yang selama ini digadang-gadang sebagai pewaris tahta religius-politik Republik Islam, dilaporkan tidak masuk dalam daftar yang diajukan.

    “Keputusan untuk mengidentifikasi tiga penerus ulama menggarisbawahi meningkatnya ancaman terhadap kepemimpinan Khamenei,” tulis New York Times mengutip pejabat Iran.

    Calon kuat sebelumnya, Presiden Ebrahim Raisi, tewas dalam kecelakaan helikopter pada 2024, yang membuka spekulasi besar mengenai suksesi kekuasaan di Iran.

    Laporan juga menyebut bahwa Khamenei telah menunjuk pengganti untuk posisi-posisi kunci dalam rantai komando militer, sebagai tindakan pencegahan menyusul serangkaian pembunuhan terhadap pejabat tinggi Iran dalam beberapa hari pertama kampanye udara Israel.

    “Struktur komando militer tetap berfungsi, namun pejabat mengakui bahwa jaringan tersebut telah rusak parah,” kata seorang sumber Iran.

    Meskipun begitu, para pejabat Iran menegaskan belum terlihat adanya tanda pemberontakan internal di dalam rezim, meski tekanan terhadap elite kepemimpinan sangat tinggi.

    Sebagai langkah keamanan tambahan, Kementerian Intelijen Iran memerintahkan semua pejabat senior pemerintah dan militer untuk berhenti menggunakan telepon genggam serta perangkat komunikasi elektronik lainnya. 

    Langkah ini diambil untuk mencegah pelacakan, infiltrasi, atau kemungkinan serangan presisi yang dilakukan Israel.

    “Arahan keamanan tersebut mencerminkan kekhawatiran yang mendalam atas kemungkinan serangan lebih lanjut terhadap kepemimpinan Iran,” demikian dikutip dari dua sumber Iran.

    Sejak perang dimulai, Khamenei hanya muncul secara terbatas melalui dua pesan rekaman kepada rakyat Iran. Dalam kedua pesan itu, ia bersumpah bahwa Republik Islam tidak akan menyerah kepada tekanan militer maupun politik dari Israel dan sekutu-sekutunya.