Kasus: pembunuhan

  • Wali Kota Tewas Ditembak Mati, Sebelumnya Diculik dari Motel

    Wali Kota Tewas Ditembak Mati, Sebelumnya Diculik dari Motel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang wali kota di Honduras tewas ditembak kelompok bersenjata. Hal ini terjadi di tengah pencalonannya kembali untuk pemilihan ulang.

    Meski berlangsung saat tahun politik, polisi menyatakan pembunuhan ini tak terkait motif politik. Francisco Martinez, Wali Kota San Isidro di wilayah barat laut Honduras, diculik dari sebuah motel di kota Siguatepeque pada Rabu malam waktu setempat dan ditemukan tewas ditembak di luar lokasi, menurut keterangan resmi kepolisian setempat pada Kamis.

    “Penyelidikan awal menunjukkan bahwa motifnya kemungkinan besar adalah balas dendam pribadi, bukan terkait aktivitas politik,” kata juru bicara kepolisian, seperti dikutip AFP, Jumat (11/7/2025).

    Martinez (45) diketahui tengah mencalonkan diri kembali sebagai wali kota dari Partai Nasional, oposisi sayap kanan, dalam pemilihan umum Honduras yang dijadwalkan pada 30 November 2025. Catatan kepolisian menunjukkan bahwa Martinez sempat ditangkap pada 2015 karena diduga mencoba membunuh pacar putrinya dengan parang meski ia dibebaskan pada tahun berikutnya.

    Honduras dikenal sebagai salah satu negara paling rawan kekerasan di Amerika Latin. Perdagangan narkoba, aksi kelompok bersenjata, dan dominasi geng menjadi faktor utama tingginya angka kejahatan di negara tersebut.

     

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Drone Kecil Bisa Menghajar Perutnya saat Berjemur

    Drone Kecil Bisa Menghajar Perutnya saat Berjemur

    GELORA.CO – Said Javad Larijani, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengklaim Iran bisa saja dengan mudah membunuh Donald Trump saat presiden AS itu berjemur di real estate-nya di Florida. Dalam sebuah potongan wawancara denga televisi Iran, dilansir Iran International, Larijani mengatakan, “Trump telah melakukan setuatu yang membuat dia tidak bisa lagi berjemur di Mar-a-Lago. Saat dia berbaring dengan perutnya menghadap matahari, drone kecil mungkin menghajar pusarnya. Itu sangat sederhana.”

    Sebelumnya, ulama-ulama Iran telah menyerukan kepada umat Muslim untuk membunuh Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai langkah balasan atas ancaman-ancaman terhadap Ayatollah Ali Khamenei. Adapun, komentar Larijani diungkapkannya setelah sebuah kampanye penggalangan dana bernama ‘pakta darah’ diluncurkan sebagai, “retribusi melawan mereka yang mengolok-olok dan mengancam Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.” Situs penggalangan dana itu dilaporkan telah berhasil mengumpulkan 40 juta dolar AS. 

    “Kami menjanjikan hadiah kepada siapa yang bisa membawa musuh Tuhan dan mereka yang mengancam nyawa Ali Khamenei ke pengadilan,” demikian pernyataan situs itu.

    Kampanye penggalangan dana itu menargetkan dana 100 juta dolar AS terkumpul untuk tujuan membunuh Donald Trump. Belum diketahui, siapa yang mengoperasikan situs itu.

    Dalam wawancaranya dengan Tucker Carlson, Presiden Iran Masoud Pezeshkian memilih menjaga jarak dengan fatwa para ulama di Iran yang membela Khamenei. “Fatwa perang itu tidak ada hubungannya dengan pemerintah Iran atau Pemimpin Tertinggi,” ujar Pezeshkian.

    Namun, koran Kayhan, media yang diawasi oleh perwakilan Khamenei, membantah pernyataan Pezeshkian. “Ini bukan opini akademis. Ini adalah aturan agama dalam upaya mempertahankan keimanan, kewajiban, dan khususnya penjagaan terhadap pengadil,” tulis koran Kayhan dalam editorialnya.

    Diketahui, pada 13 dan 24 Juni, Israel melancarkan serangan terhadap Iran dan membunuh banyak pejabat tinggi militer, ilmuwan nuklir, dan warga sipil. Pada 22 Juni, AS juga masuk ke dalam konflik dengan mengebom tiga fasilitas nuklir Iran.

    Selama konflik berlangsung, Presiden AS Donald Trump mengeklaim bahwa Ayatollah Khamenei sebagai “suatu target mudah”. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun beberapa kali menyiratkan niat pembunuhan terhadap Ayatollah Khamenei akan “mengakhiri” perang.

    Atas ancaman Trump itu, pada Ahad (29/6/2025), ulama senior Iran, Ayatollah Nasser Makarem Shirazi dan Ayatollah Hossein Nouri-Hamedani menerbitkan fatwa terkait ancaman pembunuhan terhadap Ayatollah Khamenei. Fatwa itu menyatakan bahwa individual atau rezim yang mengancam kepemimpinan dan otoritas religius Iran dianggap melakukan moharebeh, sebuah istilah dalam yurisprudensi Islam yang artinya sebagai musuh Tuhan.

    Tidak hanya dari dalam negeri, pembelaan terhadap Khamenei juga datang dari anggota Senat Pakistan, Allama Raja Nasir Abbas Jafari, yang mengutuk ancaman dari Israel dan AS. Menurutnya, pembunuhan terhadap Khamenei bisa memicu respons dari negara-negara Muslim, termasuk Pakistan.

    Jafari menggambarkan Ayatollah Khamenei sebagai pemimpin spriritual dan seorang Marja (otoritas religius), yang juga seorang pemimpin politik. Jafari mendukung fatwa yang menyatakan bahwa siapapun yang mengancam Pemimpin Tertinggi Iran sebagai musuh Tuhan, yang hukumannya adalah hukuman mati dalam Islam.

    Pada Kamis (26/6/2025), untuk kali pertama sejak perang 12 hari Iran-Israel, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei muncul. Khamenei mengeklaim kemenangan Iran terhadap Israel dan Amerika Serikat (AS) ikut terlibat dalam perang setelah mengetahui Israel ‘akan dihancurkan’.

    “Ucapan selamat saya atas kemenangan Iran atas rezim AS. Rezim AS telah masuk ke medan perang secara langsung karena meraka jika meraka tida, rezim Zionis akan sepenuhnya dihancurkan. (AS) masuk ke peperangan sebagai upaya untuk menyelamatkan rezim itu dan tidak mendapatkan apapun,” kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi-televisi Iran pada Kamis (26/6/2025).

  • Paiman Polisikan Roy Suryo, Beathor dan Rismon ke Polda Metro Jaya

    Paiman Polisikan Roy Suryo, Beathor dan Rismon ke Polda Metro Jaya

    GELORA.CO – Mantan Rektor Universitas Moestopo (Beragama), Prof Paiman Raharjo, melaporkan Roy Suryo, Beathor Suryadi, dan Rismon Sianipar ke Polda Metro Jaya yang selama ini menuding dirinya terlibat dalam pembuatan ijazah palsu Jokowi di Pasar Pramuka.

    Laporan tersebut tak hanya terkait dugaan penyebaran berita bohong, pencemaran nama baik, namun juga dugaan pemerasan yang dialaminya dalam rangkaian polemik yang berkembang.

    “Sudah saatnya kebenaran ditegakkan. Tuduhan terhadap saya selama ini tidak hanya mencoreng nama baik saya secara pribadi, tapi juga dunia akademik dan institusi tempat saya mengabdi. Ini bukan hanya persoalan hoaks, tapi juga ada unsur pembunuhan karakter dan pemerasan yang sangat serius,” kata Prof Paiman, Jumat (11/7/2025).

    Prof Paiman secara khusus menyoroti peran Beathor Suryadi yang sebelumnya pernah bertemu dengannya secara pribadi. Dalam pertemuan tersebut, menurut Paiman, Beathor sempat menyampaikan permintaan maaf secara langsung di sebuah restoran plaza Senayan Jakarta. 

    Namun, ia merasa aneh karena pasca pertemuan itu, tuduhan dari Beathor justru kembali muncul ke publik.

    “Beathor pernah minta maaf secara langsung. Tapi setelah itu kenapa masih menyerang saya lagi? Ini jelas menunjukkan ada sesuatu di balik tuduhan ini.”

    “Karena sebelumnya Beathor minta uang Rp 20 juta dengan alasan untuk kegiatan dan oleh Paiman Raharjo hanya diberi Rp 15 juta. Rupanya Beathor tidak puas karena permintaannya tidak dikabulkan secara keseluruhan, sehingga Beathor melontarkan kembali fitnah yang lebih kejam,” katanya.

    Soal apakah tuduhan tersebut bermuatan pemerasan, Prof Paiman tidak secara gamblang menjawab, namun menegaskan bahwa semua proses hukum kini tengah ditangani oleh kuasa hukumnya, Farhat Abbas. “Itu ranah pengacara saya. Semua bukti sudah kami siapkan dan akan kami serahkan ke pihak kepolisian,” tegasnya.

    Sementara itu, kuasa hukumnya, Farhat Abbas menyatakan bahwa laporan ke Polda Metro Jaya bukan hanya untuk membela kliennya, tapi juga untuk menunjukkan bahwa tuduhan palsu dan kampanye hitam di ruang publik harus dihadapi dengan serius melalui jalur hukum.

    Pun, Prof Paiman juga mengingatkan bahwa polemik ini telah merusak integritas dunia pendidikan dan memanipulasi opini publik. Lantas dia meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap isu yang tidak berbasis fakta dan tidak memiliki dasar hukum yang jelas.

  • Pembunuhan penjaga parkir di Jaktim terjadi karena tersinggung

    Pembunuhan penjaga parkir di Jaktim terjadi karena tersinggung

    Jakarta (ANTARA) – Perkelahian antara dua penjaga parkir yang memiliki hubungan saudara di depan minimarket sekitar Jalan H Jenih RT 012/RW 001, Ciracas, Jakarta Timur, yang mengakibatkan satu korban tewas terjadi karena tersinggung.

    “Korban merasa tak terima, tersinggung karena ditelepon juru sekretaris atau bendahara parkir atas inisal D yang sebelumnya ditelepon sama pelaku,” kata Kapolsek Ciracas Kompol Rohmad Supriyanto saat konferensi pers di Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur, Jumat.

    Rohmad menyebutkan, kejadian bermula ketika pelaku mendapatkan jatah kerja menjadi tukang parkir di minimarket tersebut pada Rabu (9/7) sekitar pukul 16.00 WIB.

    Pengelola lahan parkir sudah membagi jam jaga di minimarket sekitar tiga jam sekali. Korban menjaga lahan parkir dari pukul 08.00-11.00 WIB dan pelaku bertugas dari pukul 16.00-22.00 WIB.

    Lalu, pukul 17.40 WIB korban datang dan nongkrong di minimarket tersebut. Pukul 20.00 WIB korban meminta waktu tambahan menjaga parkir kepada pelaku.

    Pelaku pun memberikan waktunya dari jam 21.30 WIB sampai 22.00 WIB untuk mengatur parkir di toko minimarket. Kemudian, korban meminta waktu parkir kembali kepada pelaku karena ada peraturan parkir baru bahwa parkir di toko tidak boleh sampai malam hari.

    Tak sampai di situ, korban kembali meminta waktu parkir menjaga parkiran. Pelaku tidak memberikan jam tambahan jaga karena sudah sesuai aturan yang berlaku.

    Pelaku langsung menghubungi bendahara yang kas parkiran berinisial D untuk menanyakan kebenaran soal peraturan baru.

    “Lalu dijawab tidak ada, kemudian D menelepon korban yang kemungkinan D menegur korban. Di situlah korban tidak terima kepada pelaku dengan berteriak ‘Lo ngadu ya?’ dan pelaku menjawab ‘iya’. Korban juga langsung memukul pelaku”,” katanya.

    Terjadi adu mulut hingga perkelahian fisik antara keduanya hingga salah satu rekan pelaku berinisial E sempat mencoba melerai. Setelah itu, pelaku pulang ke rumah, namun korban FF mengikuti sambil membawa batu bata.

    Merasa terancam, pelaku berlari ke lapak kebab terdekat dan mengambil pisau dapur tanpa izin. Korban lebih dulu memukul dan menendang hingga pelaku terjatuh, namun saat itu pelaku sudah menggenggam pisau.

    Dalam kondisi emosi, pelaku menusuk korban di bagian ulu hati dan kepala sebelah kiri. Setelah menusuk, pelaku mengembalikan pisau ke tempat semula dan pergi meninggalkan lokasi.

    Sementara korban yang terluka parah sempat meminta tolong di lapak gorengan dan diantar warga ke Rumah Sakit Harapan Bunda. Namun, nyawanya tak tertolong akibat luka tusukan yang cukup dalam.

    “Pelaku bangun dan langsung menusukan pisau yang dipegang di tangan kanan pelaku ke perut korban sebanyak satu kali tusukan dan menusuk kembali kepala korban sebelah kiri korban,” katanya.

    Polisi menangkap pelaku pembunuhan seorang pria berinisial FF (36) di Ciracas, Jakarta Timur (Jaktim) karena rebutan lahan parkir di minimarket sekitar Jalan H Jenih RT 012/RW 001.

    Pelaku berinisial AN (24) merupakan adik sepupu korban. Atas perbuatannya, pelaku AN dijerat perkara pembunuhan terhadap orang dan atau penganiayaan berat yang menyebabkan kematian sebagaimana Pasal 338 dan atau 351 ayat (3) KUHP dengan ancaman kurungan penjara kurang lebih selama 15 tahun.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Peraih Nobel Perdamaian Klaim Iran Ancam Bunuh Dirinya

    Peraih Nobel Perdamaian Klaim Iran Ancam Bunuh Dirinya

    Teheran

    Aktivis Iran, Narges Mohammadi, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2023 atas perjuangannya untuk hak asasi perempuan dan hak asasi manusia (HAM), mengatakan dirinya menerima ancaman pembunuhan dari otoritas Iran.

    Ancaman pembunuhan terhadap Mohammadi ini, seperti dilansir AFP, Jumat (11/7/2025), diungkapkan oleh Komite Nobel Norwegia dalam pernyataannya.

    Mohammadi yang berusia 53 tahun ini, telah menghabiskan sebagian besar satu dekade terakhir di balik jeruji besi. Dia dibebaskan dari penjara Evin di ibu kota Iran, Teheran pada Desember tahun lalu untuk sementara waktu karena alasan medis. Tim kuasa hukumnya berulang kali menyampaikan bahwa dia dapat ditangkap kembali kapan saja.

    Ketua Komite Nobel Norwegia, Jorgen Watne Frydnes, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dirinya telah menerima “panggilan telepon mendesak” dari Mohammadi yang mengatakan nyawanya kini dalam bahaya.

    “Pesan yang jelas, dalam kata-katanya sendiri, adalah bahwa ‘Saya telah diancam secara langsung dan tidak langsung dengan ‘pembunuhan fisik’ oleh agen-agen rezim,” kata Frydnes dalam pernyataannya, mengutip pesan Mohammadi kepada dirinya.

    “Ancaman yang disampaikan kepada Ibu Mohammadi memperjelas bahwa keamanannya dipertaruhkan, kecuali dia berkomitmen untuk mengakhiri semua keterlibatan publik di Iran, serta advokasi internasional atau penampilan media apa pun yang mendukung demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan berekspresi,” tambah pernyataan tersebut.

    Komite Nobel Norwegia menyatakan “sangat prihatin” atas ancaman terhadap Mohammadi dan “seluruh warga negara Iran yang kritis, dan mendesak otoritas terkait untuk melindungi tidak hanya nyawa mereka, tetapi juga kebebasan berekspresi mereka”.

    Mohammadi telah berulang kali diadili dan dipenjara karena kampanyenya yang vokal dalam menentang penerapan hukuman mati yang meluas di Iran dan aturan berpakaian yang wajib bagi perempuan di negara tersebut.

    Dia memenangkan Nobel Perdamaian terutama atas perjuangannya melawan penindasan perempuan di Iran. Anak-anaknya menerima penghargaan tersebut mewakili dirinya yang sedang dipenjara pada saat itu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ngeri! Ayah Bunuh Putrinya karena Tak Mau Hapus Akun TikTok

    Ngeri! Ayah Bunuh Putrinya karena Tak Mau Hapus Akun TikTok

    Jakarta

    Mengerikan! Seorang ayah di Pakistan menembak mati putrinya setelah dia menolak menghapus akunnya di aplikasi berbagi video populer TikTok.

    “Ayah gadis itu telah memintanya untuk menghapus akun TikTok-nya. Karena menolak, ia membunuhnya,” kata seorang juru bicara polisi Pakistan kepada kantor berita AFP, Jumat (11/7/2025).

    Menurut laporan polisi yang dibagikan kepada AFP, penyidik mengatakan sang ayah membunuh putrinya yang berusia 16 tahun itu pada hari Selasa lalu “demi kehormatan”. Ia kemudian ditangkap.

    Di Pakistan, perempuan dapat menjadi korban kekerasan oleh anggota keluarga mereka karena tidak mengikuti aturan ketat tentang bagaimana berperilaku di depan umum, termasuk di media sosial.

    Keluarga korban awalnya mencoba “menggambarkan pembunuhan itu sebagai bunuh diri” menurut polisi di kota Rawalpindi, tempat serangan itu terjadi. Rawalpindi berada di dekat ibu kota Pakistan, Islamabad.

    Bulan lalu, seorang gadis berusia 17 tahun yang merupakan influencer TikTok dengan ratusan ribu pengikut online, dibunuh oleh seorang pria yang rayuannya telah ditolaknya.

    TikTok sangat populer di Pakistan, sebagian karena aksesibilitasnya bagi populasi dengan tingkat literasi rendah.

    Di Balochistan, Pakistan barat daya, di mana hukum adat mengatur banyak daerah pedesaan, seorang pria mengaku mendalangi pembunuhan putrinya yang berusia 14 tahun awal tahun ini gara-gara video-video TikTok, yang menurutnya mencemarkan nama baik putrinya.

    Lihat juga Video: Anjing Pelacak Dikerahkan Buru Pria yang Bunuh Putri Tiri di Dharmasraya

    Saksikan juga edisi perdana Shout Out, Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ulama Iran Tawarkan Hadiah Rp 18,5 M untuk Kepala Trump

    Ulama Iran Tawarkan Hadiah Rp 18,5 M untuk Kepala Trump

    Teheran

    Seorang ulama Iran menawarkan hadiah uang sebesar 100 miliar Tomans atau setara Rp 18,5 miliar kepada siapa saja yang membunuh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan membawakan kepalanya.

    Dalam pidato yang disampaikan dalam bahasa Azeri, seperti dilansir media Iran International, Jumat (11/7/2025), seorang ulama Iran bernama Mansour Emami mengumumkan imbalan yang besar tersebut bagi siapa pun yang mampu membunuh Trump.

    “Kami akan memberikan 100 miliar Tomans (setara US$ 1,14 juta atau Rp 18,5 miliar) kepada siapa pun yang membawa kepala Trump,” ucap Emami yang ditunjuk negara untuk menjabat sebagai Direktur Organisasi Dakwah Islam resmi wilayah Provinsi Azerbaijan Barat.

    Tidak hanya tawaran itu, sebuah fatwa juga dikeluarkan oleh dua ulama senior Iran lainnya yang menyerukan pembunuhan Trump dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Bahkan dilaporkan bahwa fatwa itu mendapatkan dukungan dari sekitar 10 ulama Iran lainnya dan memicu penggalangan dana secara online.

    Sebanyak 10 ulama yang ditunjuk negara itu merilis surat terbuka pada Senin (7/7) yang isinya menyebut Trump dan Netanyahu sebagai “pejuang kafir”.

    Kemudian sebuah situs web Iran, thaar.ir, melakukan kampanye publik untuk penggalangan dana secara online bagi pembunuhan Trump. Situs tersebut baru-baru ini menampilkan bahwa dana sebesar lebih dari US$ 20 juta (Rp 324,4 miliar) telah terkumpul.

    Sejauh ini belum ada konfirmasi langsung mengenai kebenaran angka tersebut.

    Saksikan juga edisi perdana Shout Out, Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian, dalam wawancara dengan tokoh media AS Tucker Carlson, yang disiarkan pada Senin (7/7) berusaha menjauhkan pemerintah Teheran dari fatwa dan seruan pembunuhan tersebut.

    “Sepengetahuan saya, mereka tidak mengeluarkan dekrit atau fatwa terhadap individu mana pun atau terhadap Donald Trump. Ini tidak ada hubungannya dengan pemerintah Iran atau pemimpin tertinggi Iran (Ayatollah Ali Khamenei),” tegas Pezeshkian.

    Bulan lalu, seorang ulama garis keras Iran yang bernama Alireza Panahian, yang dekat dengan Khamenei, menyerukan umat Muslim untuk membunuh Trump dan Netanyahu sebagai pembalasan atas ancaman kedua pemimpin itu terhadap Khamenei selama perang 12 hari pada Juni lalu.

    Panahian mengutip fatwa yang melabeli orang-orang yang melontarkan ancaman semacam itu sebagai “mohareb” atau musuh Tuhan.

    Ayatollah Naser Makarem Shirazi dan Ayatollah Hossein Nouri Hamedani sebelumnya mengeluarkan fatwa terpisah terhadap Trump dan Netanyahu.

    “Setiap rezim atau individu yang mengancam para pemimpin Umat Islam dan bertindak berdasarkan ancaman tersebut memenuhi syarat sebagai seorang mohareb,” kata Shirazi.

    Belum ada tanggapan langsung dari pemerintah AS dan Israel terkait seruan pembunuhan tersebut.

    Saksikan juga edisi perdana Shout Out, Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ini Bukti-bukti yang Menguak Kasus Pembunuhan Jamur Beracun di Australia

    Ini Bukti-bukti yang Menguak Kasus Pembunuhan Jamur Beracun di Australia

    Inilah salah satu kasus pembunuhan yang banyak menyedot perhatian media dan publik di Australia pekan ini.

    Tiga dari empat orang yang keracunan akibat jamur meninggal, pelakunya adalah keluarganya sendiri.

    Senin kemari, Erin Patterson dinyatakan bersalah atas pembunuhan mertuanya, Don dan Gail Patterson, serta Heather, yang tak lain saudara perempuan Gail atau tante dari suaminya.

    Ia juga dinyatakan bersalah atas percobaan pembunuhan terhadap Ian, suami Heather.

    Sidang pembuktian berlangsung selama berminggu-minggu sebelum memutuskan Erin bersalah atas pembunuhan.

    Berikut beberapa bukti kunci yang ditunjukkan kepada juri selama persidangan.

    Beef Wellington

    Selama persidangan, juri mendengarkan Erin menjelaskan secara rinci bagaimana ia menyiapkan hidangan beef Wellington yang dibungkus kulit ‘pastry’ satu per satu untuk makan siang di rumahnya, di kawasan Leongatha negara bagian Victoria, pada 29 Juli 2023.

    Erin menjelaskan kepada juri kalau ia memodifikasi resep dari buku masak ‘RecipeTin Eats Dinner’ karya penulis Australia Nagi Maehashi untuk membuat hidangan tersebut.

    Erin mengatakan ia mengganti daging yang secara tradisional harusnya utuh dalam satu gulungan, menjadi potongan-potongan kecil karena kurangnya ketersediaan daging sapi jenit ‘fillet’i di supermarket Woolworths setempat.

    Dari sesi mendengar di pengadilan ditemukan ia membungkus Wellington itu secara individual untuk memastikan tidak semua porsi dicampur dengan racun yang mematikan dari jamur jenis ‘Death Cap’.

    Dua hari setelah makan siang, Erin memberi tahu polisi di mana mereka dapat menemukan sisa makanan di rumahnya dan sisa-sisa makanan itu pun diambil dari tempat sampah.

    Sisa makanan tersebut, yang meliputi potongan kue kering dan jamur, dianalisis oleh beberapa ahli. Meskipun inspeksi visual tidak menunjukkan jejak jamur ‘death cap’ yang terlihat, analisis kimia menunjukkan adanya toksin Beta-amanitin, yang terkandung dalam jamur jenis ‘death cap’ yang digunakan Erin.

    Erin mengatakan kepada pengadilan kalau sisa makanan tersebut terdiri dari adonan jamur dan ‘pastry’ dari sisa Wellingtons, yang disajikan kepada anak-anaknya sehari setelahnya. Jaksa mengatakan dia berbohong, dan anak-anaknya tidak pernah makan sisa daging dari makanan yang terkontaminasi racun.

    Foto jamur ‘death cap’ di atas timbangan

    Gambar yang memperlihatkan jamur ‘death cap’ pada timbangan diambil dari perangkat tablet milik Erin Patterson.

    Gambar tersebut diperlihatkan kepada beberapa orang selama persidangan, termasuk ahli jamur Tom May yang, dengan “tingkat keyakinan yang tinggi”, mengidentifikasi jamur tersebut sebagai jamur ‘death cap’.

    Selama pemeriksaan silang atau ‘cross examination’ di pengadilan, jaksa Nanette Rogers SC mengatakan foto-foto tersebut diambil oleh Erin dan memperlihatkan dia sedang menimbang jamur ‘death cap’ yang dipetiknya dari Loch beberapa pekan sebelum makan siang, setelah melihat spesies beracun tersebut ditandai di situs iNaturalist:

    Dr Rogers: Saya pikir Anda menimbang jamur-jamur ini, jamur ‘death cap’ ini, sehingga Anda dapat menghitung berat yang dibutuhkan untuk pemberian dosis yang fatal bagi satu orang. Anda setuju atau tidak?

    Erin: Tidak setuju.

    Dr Rogers: Dan berat itu yang dibutuhkan untuk lima dosis yang fatal, bagi lima orang, setuju atau tidak?

    Erin: Tidak setuju.

    Dehidrator yang dibuang

    Sebuah dehidrator atau pengering makanan Sunbeam milik Erin Patterson menjadi barang yang menarik perhatian di awal persidangan.

    Dalam persidangan, Erin mengatakan membeli alat tersebut seharga AU$229 pada 28 April 2023.

    Ia kemudian mengaku berbohong kepada polisi tentang kepemilikan alat tersebut, dan membuangnya di tempat pembuangan Koonwarra.

    Polisi menemukan dehidrator tersebut di tempat pembuangan sampah pada 4 Agustus 2023, beberapa hari setelah peristiwa makan siang tersebut, dan mengambil foto-foto ini serta mengamankan CCTV.

    Salah satu teman Facebook Erin Patterson, Daniela Barkley, juga memberikan tangkapan layar atau ‘screenshot’ obrolan mereka bersama kepada polisi.

    Salah satunya menunjukkan pesan yang dikirim Erin di mana ia memberi tahu teman-teman Facebook-nya kalau ia telah menggerus jamur agar ia bisa menyembunyikannya dalam makanan untuk anak-anaknya.

    Gambar lainnya menunjukkan gambar jamur di dalam alat pengering.

    Dapur Erin Patterson

    Rumah Erin Patterson menjadi sasaran penggeledahan polisi pada 5 Agustus 2023.

    Foto-foto ini menunjukkan meja makan dan ruang keluarga di Leongatha tempat Erin Patterson mengundang makan siang.

    Foto-foto ini diperlihatkan kepada Ian Wilkinson saat ia memberikan kesaksian di persidangan tentang makan siang tersebut dan di mana para tamu duduk.

    Di dapur juga terdapat salinan buku masak RecipeTin Eats Dinner.

    Erin memberi tahu persidangan kalau ia baru pindah ke rumah tersebut sekitar setahun sebelum acara makan siang itu, dengan dirinya sendiri yang mengawasi proses pembangunannya:

    “Saya terlibat sejak awal desain. Simon dan saya terlibat di seluruh proses desain, tetapi saya menggambar desain sendiri terlebih dahulu di Microsoft Paint dan memberikannya kepada perancang bangunan dan dia berkata, ‘enggak tidak akan pernah berhasil dari segi teknik, mari kita ubah sedikit’, tetapi modelnya sangat mirip dengan yang saya inginkan.”

    Gambar-gambar tersebut juga menunjukkan beberapa piring di dapur Erin Patterson.

    Selama persidangan, Ian Wilkinson memberikan bukti kalau hidangan bagi para tamu disajikan di atas piring putih, sementara Erin menyantap makanannya dari piring oranye kecil.

    Erin Patterson mengatakan ia menyajikan makanan di atas berbagai piring, ada yang putih, ada yang merah, dan ada yang hitam. Sebuah piring bergaris pelangi diidentifikasi dalam persidangan sebagai piring yang dibuat di taman kanak-kanak oleh anak perempuan Erin.

    CCTV Erin saat singgah ke toilet

    Sehari setelah makan siang yang mematikan itu, Erin Patterson membawa putranya ke daerah Tyabb untuk mengikuti les terbang yang dibatalkan tak lama sebelum mereka tiba.

    Dalam perjalanan itu, ia berhenti di sebuah pom bensin.

    Rekaman CCTV menunjukkan sebuah mobil merah berhenti di pom bensin dan Erin Patterson keluar dari mobil sebelum memasuki gedung.

    Ia terlihat berjalan ke kamar mandi, dan sembilan detik kemudian, keluar.

    Selama persidangan, Erin mengatakan kepada juri kalau ia pergi ke toilet untuk membuang tisu kotor yang ia gunakan setelah ia berhenti darurat di pinggir jalan untuk buang air.

    Ia kemudian membeli beberapa makanan, yang katanya untuk anak-anaknya, sebelum pergi.

    Dokter menelepon polisi karena Erin tinggalkan rumah sakit

    Selama persidangan, dokter Rumah Sakit Leongatha, Chris Webster, mengatakan ia menelepon Erin Patterson tiga kali setelah Erin meninggalkan rumah sakit tanpa izin dokter.

    Saat itu, ia khawatir Erin terpapar racun jamur ‘death cap’ dalam dosis yang berpotensi mematikan.

    Namun, Erin memberi tahu staf medis kalau ia tidak dapat dirawat karena harus mengurus hewan-hewan peliharaan di rumahnya dan mengemas tas balet untuk putrinya.

    Ia kemudian meninggalkan rumah sakit selama kurang lebih 90 menit, di mana ia mengatakan kepada pengadilan kalau ia melakukan hal-hal tersebut dan rebah beristirahat.

    Jaksa penuntut mengatakan ia berbohong, dan menggunakan waktu itu untuk merekayasa cerita membeli jamur di toko kelontong Asia.

    Dr Webster mengatakan kepada persidangan jika ia baru membuat keputusan “serius” untuk menelepon polisi setelah tiga panggilannya ke ponsel Erin masuk ke kotak suara.

    “Saya meminta maaf dan memberi tahu melalui pesan suara bahwa saya harus menghubungi polisi demi kesehatan dan keselamatannya dan meminta mereka membawanya kembali ke rumah sakit,” kata Dr Webster dalam persidangan.

    Begini isi panggilan telepon itu:

    Buku harian ibu mertua

    Sepanjang persidangan, terdapat banyak bukti bahwa ibu mertua Erin Patterson, Gail Patterson, adalah sosok yang sangat perhatian dan penyayang.

    Erin sendiri mengatakan kepada pengadilan bahwa Gail telah menjadi penolong yang tak ternilai selama masa-masa awal dia menjadi ibu.

    Ibu mertuanya juga menandai tanggal makan siang Beef Wellington di buku hariannya.

    “Makan siang di tempat Erin bersama Heather + Ian.”

    Juri akhirnya memutuskan kalau di acara makan siang itulah ia dibunuh oleh menantu perempuannya.

    Sidang memutuskan Erin bersalah dan dia masih punya beberapa hari setelah vonis untuk mengajukan banding atas putusan itu.

    Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari laporan ABC News.

    Lihat juga video: Jerman Teliti Jamur yang Bisa Memakan Sampah Plastik

  • Legislator PKB Minta Kasus Diplomat Kemlu Tewas di Kos Diusut Tuntas

    Legislator PKB Minta Kasus Diplomat Kemlu Tewas di Kos Diusut Tuntas

    Jakarta

    Polda Metro Jaya tengah menyelidiki kasus diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), ADP (39), tewas dengan kepala terlilit lakban di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat. Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PKB, Oleh Soleh, minta kasus ini diusut tuntas.

    Oleh tak ingin menduga-duga terkait kesimpulan penyebab ADP tewas karena masih diselidiki polisi. Namun jika ADP menjadi korban pembunuhan, Oleh mengutuk keras perbuatan keji tersebut.

    “Jikalau misalkan hasil investigasi ini dilakukan oleh pihak lain atau kata lain adanya pembunuhan berencana, meminta kepada pemerintah untuk mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya dan menghukum seberat-beratnya terhadap pelaku pembunuhan,” kata Oleh kepada wartawan, Kamis (10/7/2025).

    Meski begitu, Oleh berpesan agar intelijen Polri harus meningkatkan kewaspadaan. Sebab, kata dia, jika ada kasus penyerangan kepada diplomat bisa mencederai wajah Indonesia di mata dunia.

    “Pemerintah dalam hal ini pihak keamanan dan pihak intelijen harus terus meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini bagaimana agar hal-hal seperti ini tidak terulang kembali,” ucapnya.

    Seperti diketahui, Polda Metro Jaya mengambil alih penyelidikan kasus kematian ADP. Korban ditemukan tewas dengan kondisi kepala terlilit lakban dan berselimut di dalam kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7) pagi.

    Ade Ary belum bisa menyampaikan lebih lanjut terkait sejauh mana penyelidikan yang dilakukan oleh tim Subdit Resmob.

    “Yang jelas masih diselidiki semuanya, belum ada kesimpulan,” imbuhnya.

    “CCTV itu kan hanya petunjuk. Ini membutuhkan penyelidikan yang komprehensif, harus dibuktikan secara ilmiah sehingga tidak terbantahkan,” katanya.

    Ia juga meminta masyarakat tidak berspekulasi terkait apa penyebab kematian korban sebelum ada hasil penyelidikan yang resmi keluar.

    (fas/eva)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 8
                    
                        Begini Detik-detik Terakhir Diplomat Kemlu dalam Rekaman CCTV Sebelum Tewas di Kamar Kos
                        Megapolitan

    8 Begini Detik-detik Terakhir Diplomat Kemlu dalam Rekaman CCTV Sebelum Tewas di Kamar Kos Megapolitan

    Begini Detik-detik Terakhir Diplomat Kemlu dalam Rekaman CCTV Sebelum Tewas di Kamar Kos
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Penyebab kematian ADP (39), seorang
    diplomat
    Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan wajah terlilit lakban di kamar indekos kawasan
    Menteng
    ,
    Jakarta Pusat
    , masih menjadi misteri.
    Meski demikian, aktivitas terakhir ADP sebelum ditemukan meninggal pada Selasa (8/7/2025) mulai terungkap melalui rekaman kamera pengawas (CCTV) yang diperoleh
    Kompas.com
    pada Kamis (10/7/2025).
    Dalam rekaman CCTV pada Senin (7/7/2025) pukul 23.24 WIB, ADP terlihat keluar dari kamarnya sambil membawa kantong kresek hitam di tangan kiri.
    Ia kemudian membungkuk untuk mengambil sandal yang tergeletak di depan pintu, lalu kembali masuk ke dalam kamar.
    Sesaat kemudian, ADP kembali keluar. Kali ini ia keluar dengan kantong plastik di tangan kanan dan menyusuri lorong kos menuju sebuah pintu di ujung koridor.
    Pada pukul 23.25 WIB, ia kembali terekam kamera, namun tanpa membawa kantong plastik. Ia mengenakan kemeja berlengan pendek dengan kancing terbuka, lalu masuk kembali ke kamarnya pada pukul 23.26 WIB.
    Dari tempat kejadian perkara (TKP), polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya lakban, kantong plastik, dompet korban, bantal, sarung celana, dan pakaian yang dikenakan korban saat ditemukan tak bernyawa.
    Polisi juga menemukan obat sakit kepala dan obat lambung di kamar korban. Namun, belum diketahui apakah ADP memiliki riwayat penyakit tertentu.
    “Kalau dari pemeriksaan awal kami sih belum mendalam mengarah ke sana (pembunuhan) ya,” ujar Kapolsek Menteng Komisaris Rezha Rahandhi.
    Hingga kini, polisi telah memeriksa empat saksi, yaitu pemilik dan penjaga indekos, tetangga kamar, serta istri korban. Selain itu, polisi juga menelaah rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.
    Sebelumnya diberitakan, jasad ADP ditemukan di kamar indekos di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa pagi. Penemuan jenazah bermula dari laporan warga sekitar pukul 08.30 WIB.
    “Saat ditemukan, korban dalam posisi terbaring di atas kasur dengan kepala tertutup lakban dan tubuh tertutup selimut,” jelas Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro.
    ADP diketahui berasal dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
    Polisi masih menyelidiki sejumlah kejanggalan terkait kematian korban yang hingga kini belum terungkap.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.