Kasus: pembunuhan

  • Pria di Tuban Peragakan 38 Adegan Pembunuhan Terhadap Kekasihnya.
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        13 Juli 2025

    Pria di Tuban Peragakan 38 Adegan Pembunuhan Terhadap Kekasihnya. Regional 13 Juli 2025

    Pria di Tuban Peragakan 38 Adegan Pembunuhan Terhadap Kekasihnya.
    Tim Redaksi
    TUBAN, KOMPAS.com –
    Sulton Farid (25), tersangka
    pembunuhan
    gadis muda
    Puji Rahayu
    (21), warga Dusun Tingkis, Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten
    Tuban
    , Jawa Timur, melakukan 38 adegan reka ulang.
    Dengan pengawalan anggota kepolisian, tersangka memperagakan satu per satu adegan dirinya menghajar kekasihnya tersebut hingga membenamkan jasad korban ke dalam lumpur sawah.
    Kasat Reskrim Polres Tuban, AKP Dimas Robin Alexander, mengatakan bahwa
    rekonstruksi
    tersebut bertujuan untuk mengetahui rangkaian tindakan yang terjadi dan memperjelas motif tersangka.
    Reka ulang yang digelar di Mapolres Tuban, Kamis (10/7/2025), dimulai dari adegan tersangka mengurus perpindahan identitas kependudukan dari Kabupaten Tuban ke Kabupaten Sidoarjo, ikut alamat rumah saudaranya.
    Tersangka lalu menjemput korban di tempat kerjanya di toko buah di Kecamatan Singgahan menggunakan sepeda motor Honda Beat dan mengantarkannya pulang ke rumah korban sekitar pukul 20.45 WIB, Jum’at (20/6/2025).
    Setibanya di rumah, korban kembali meminta tersangka menjemputnya di dekat gang masuk rumahnya dan mengajaknya jalan-jalan ke arah Kecamatan Bangilan, Tuban.
    Saat perjalanan pulang dari jalan-jalan tersebut, keduanya terlibat cek-cok setelah korban menuntut tersangka untuk segera mempersuntingnya agar hubungannya lebih jelas.
    Namun, tersangka beralasan masih belum siap untuk menikahi korban dalam waktu dekat, lantaran belum memiliki pekerjaan tetap sebagai sumber ekonomi keluarga.
    Percekcokan keduanya semakin memanas hingga korban memukul tersangka beberapa kali, dan tersangka pun membalas pukulan tersebut yang mengenai leher belakang korban.
    “Tersangka memukul korban dua kali di bagian leher belakang dan sekali di bagian pipi kiri hingga korban terkapar di pinggir jalan,” kata AKP Dimas Robin Alexander, Sabtu (12/7/2025).
    Setelah korban terkapar tak sadarkan diri, tersangka pun secara beringas menginjak-injak punggung korban, lalu membuangnya ke sawah dan membenamkan kepala korban ke dalam lumpur.
    Selanjutnya, tersangka pergi meninggalkan jasad kekasihnya tersebut di lokasi kejadian sambil membawa handphone korban.
    Bahkan, tersangka sempat berpura-pura datang dan menanyakan keberadaan korban ke rumah orang tuanya dua hari setelah membunuh korban.
    “Pihak keluarga sendiri baru mengetahui anaknya tidak ada di rumah usai tersangka menanyakan keberadaan korban,” terangnya.
    Pihak keluarga korban pun berusaha mencarinya dan tidak juga ditemukan keberadaan anak perempuan semata wayang.
    Jasad korban baru ditemukan oleh warga di dekat Jalan arah menuju Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Tuban, dalam kondisi kepala terbenam di lumpur sawah, Senin (23/6/2025).
    Hasil reka ulang adegan pembunuhan terhadap Puji Rahayu (21) tersebut akan dilakukan pendalaman penyidikan terkait adanya unsur kesengajaan dalam tindakan tersangka.
    Adapun motifnya sementara adalah percekcokan masalah asmara, dan proses penyidikan saat ini masih terus berlanjut.
    “Saat ini tersangka masih dilakukan penahanan di Mapolres Tuban untuk keperluan penyidikan lebih lanjut,” jelasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Detik 23.25.19 Tiba-tiba jadi 23.25.53

    Detik 23.25.19 Tiba-tiba jadi 23.25.53

    GELORA.CO – Kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (39) masih misteri. Kejanggalan demi kejanggalan mulai terungkap. Salah satunya dari rekaman CCTV di lokasi kos korban di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat itu.

    ‎Diketahui bahwa rekaman CCTV Arya Daru Pangayunan terakhir tercatat pada pukul 23.36 WIB. Setelah itu, tidak ada lagi aktivitas yang terekam hingga Arya ditemukan tak bernyawa pada pagi harinya, 8 Juli 2025. Tubuh Arya ditemukan di kamarnya, dengan kepala terbungkus lakban kuning dan seluruh badan tertutup selimut.

    Namun, ada kejanggalan dalam rekaman CCTV itu, bahwa pada detik 23.25.19 tiba-tiba menjadi 23.25.53. Rekaman video itu terjadi pada Selasa 8 Juli 2025 pagi. Tepatnya usai mendapat laporan dari istri Arya jika sang suami tak merespons telepon.

    Selain itu ada pula dalam video menampilkan penjaga kos bersama seorang pria lain tengah berusaha membuka paksa kamar Arya dari jendela dan video menunjukkan kegiatan mendiang sebelum ditemukan meninggal dunia.

    Kemudian, kamera CCTV menangkap penjaga kos yang berusaha masuk dengan mencongkel jendela kamar bersama seorang pria lain yang merekam kejadian. Tampak keduanya tidak dalam kondisi panik dan atau khawatir adanya mayat di dalam kos tersebut.

    Telihat santai masuk ke dalam.  Sementara jendela tak berteralis yang dicongkel dari samping, padahal kuncinya berada di tengah. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa keduanya terlihat santai? Lalu meninggalkan kamar dalam keadaan terbuka. 

    Dalam video lainnya memperlihatkan aktivitas terakhir Arya pada malam sebelumnya. Namun rekaman CCTV di kos Menteng justru tidak menangkap arah pintu kamar korban.

    Adapun rekaman detik-detik terakhir Arya yang terekam menunjukkan ia keluar dari kamarnya pada Senin malam 7 Juli 2025 pukul 23.24 WIB, membawa sebuah kantong plastik hitam berukuran cukup besar. Hingga kini, belum diketahui isi dari kantong tersebut. Dalam video, Arya juga terlihat membuka seluruh kancing bajunya sambil berjalan kembali ke kamar.

    ‎Hal ini lantas menimbulkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat, apakah kamera sengaja diubah atau mengalami gangguan teknis. Hanya waktu yang menjawab.

    Apa kata kriminolog?

    Pakar hukum pidana dari Universitas Borobudur (Unbor) yang juga kriminolog, Hudi Yusuf, menduga diplomat muda itu dibunuh, sebab tak ada kejahatan yang sempurna. Bahkan jika di kasus-kasus bunuh diri hampir tidak ada cara menghakhiri hidupnya dalam waktu yang lama. 

    “Bunuh diri cenderung ingin cepat meninggal. Maka dugaan kuat saya adalah pembunuhan dan pelaku menghilangkan jejak, tetapi saya yakin tidak ada kejahatan yang sempurna dan tidak ada kejahatan yang tidak meninggalkan petunjuk,” kata Hudi kepada Monitorindonesia.com, Sabtu (12/7/2025).

    Pun, Hudi berharap agar kasus ini diusut sampai tuntas dan tak ada yang ditutup-tutupi. “Saya berharap aparat penegak hukum melakukan penyelidikan sedetil mungkin untuk mengungkap kejadian tersebut,” tandas Hudi.

    Kriminolog Haniva Hasna juga menduga bahwa Arya Daru adalah korban pembunuhan. Menurut Haniva, penggunaan lakban sangat jarang sekali digunakan dalam kasus-kasus bunuh diri. 

    Sebab, secara logika, korban akan memilih menggunakan cara cepat untuk mengakhiri hidupnya. “Sangat memungkinkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan, karena kita kan perlu melihat ya seberapa ketat dia melilitkan lakban ini.”

    “Diawali dari mana dulu apakah dari kening apakah dari leher apakah dari dagu. Sementara kalau lakban dia harus menggunakan peralatan yang lebih lama dia kehilangan nyawanya dan membutuhkan keterampilan khusus,” jelas Haniva.

    Pun, Haniva menganalisis ada dua kemungkinan penggunaan lakban di mulut terhadap korban. Kemungkinan pertama adalah upaya untuk membungkam agar korban tidak boleh berteriak.

    “Berarti, kasus ini menjadi kasus yang sangat-sangat kompleks karena sudah dipersiapkan dengan rapi oleh pelaku,” demikian Haniva.

    Kini Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya mengambil alih kasus kematian misterius Arya Daru. Wadirreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Putu Kholis Aryana mengatakan akan melakukan proses penyelidikan secara lebih mendalam dan komprehensif.

    Namun, pihaknya belum dapat menyampaikan perkembangan penanganan kasus tersebut. “Betul masih dalam penyelidikan,” kata AKBP Putu, Kamis (10/7/2025).

  • Iran Eksekusi Mati Pria di Depan Publik Atas Pemerkosaan-Pembunuhan Anak

    Iran Eksekusi Mati Pria di Depan Publik Atas Pemerkosaan-Pembunuhan Anak

    Jakarta

    Otoritas Iran melaksanakan eksekusi mati terhadap seorang pria yang dihukum karena memperkosa dan membunuh seorang anak perempuan. Eksekusi mati itu dilakukan depan publik pada hari Sabtu (12/7).

    Keluarga korban, dari kota Bukan di barat laut Iran, telah dilibatkan dalam proses hukum dan meminta eksekusi mati dilakukan di depan publik, menurut situs web berita milik pengadilan, Mizan Online.

    “Kasus ini mendapat perhatian khusus karena dampak emosional yang ditimbulkannya terhadap opini publik,” kata Mizan mengutip pernyataan Ketua Mahkamah Agung Provinsi, Naser Atabati, dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (12/7/2025).

    Hukuman mati dijatuhkan pada bulan Maret lalu, dan kemudian dikuatkan oleh putusan Mahkamah Agung Republik Islam tersebut.

    Eksekusi mati dilakukan di depan publik “atas permintaan keluarga korban dan warga negara, karena dampak emosional yang ditimbulkan kasus ini terhadap masyarakat”, kata Atabati.

    Eksekusi mati di depan publik, biasanya dengan cara digantung, bukanlah hal yang jarang terjadi di Iran, tetapi memang hanya terjadi dalam kasus-kasus yang dianggap sangat berat.

    Pembunuhan dan pemerkosaan dapat dihukum mati di Iran. Iran merupakan negara dengan eksekusi mati terbanyak kedua di dunia setelah China, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia termasuk Amnesty International.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ejekan Berujung Maut, Pria di Lampung Tengah Tewas Dibacok Tetangganya

    Ejekan Berujung Maut, Pria di Lampung Tengah Tewas Dibacok Tetangganya

    Lampung Tengah, Beritasatu.com – Seorang pria di Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah meregang nyawa akibat dibacok tetangganya sendiri. Korban tewas dengan luka serius pada bagian kepala. Pelaku membacok korban lantaran sakit hati dengan ejekan korban yang menyebut pelaku pernah dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ).

    Seorang pria bernama Ahmad harus tewas di tangan tetangganya sendiri. Pria berusia 73 tahun tersebut tewas setelah dibacok BY (32). Peristiwa pembacokan korban itu terjadi di jembatan Kampung Haduyang Ratu, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah pada Kamis (10/7/2025) sekitar pukul 11.00 WIB.

    Pelaku membacok korban hingga tewas lantaran dipicu sakit hati pelaku terhadap korban. Pelaku sering diejek oleh korban yang menyebut pelaku pernah dirawat di rumah sakit jiwa.

    Sakit hati pelaku terhadap korban menimbulkan dendam. Rasa dendam tersebut membuat pelaku merencanakan untuk menghabisi nyawa korban.

    Rencana menghabisi nyawa korban terlaksana ketika pelaku melihat korban pergi ke luar rumah dengan mengendarai sepeda motor. Pelaku kemudian membuntuti korban yang juga mengendarai sepeda motor dan membawa sebilah golok.

    Setibanya di lokasi kejadian perkara (TKP), yakni di Jembatan Haduyang Ratu, pelaku sengaja menabrakkan sepeda motornya ke sepeda motor korban hingga jatuh dan mengalami pendarahan.

    Saat korban tersungkur, pelaku langsung menghampirinya lalu menebaskan sebilah golok ke kepala korban. Akibat tebasan golok pelaku, pelaku bersimbah darah di lokasi kejadian.

    Peristiwa pembacokan korban sempat disaksikan warga, tetapi kondisi korban sudah bersimbah darah akibat sabetan golok pelaku. Setelah membacok korban, pelaku melarikan diri. Warga kemudian melaporkan peristiwa ini ke pihak kepolisian.

    Polisi kemudian mengevakuasi korban yang bersimbah darah ke rumah sakit setempat, tetapi korban dinyatakan telah meninggal dunia. Korban meninggal dunia dengan luka serius pada bagian kepala akibat tebasan golok pelaku.

    Seusai kejadian, polisi langsung bergerak cepat memburu BY. Pelaku berhasil ditangkap beberapa jam setelah kejadian. Pelaku ditangkap saat bersembunyi di rumah kerabatnya di Kecamatan Padang Ratu, Lampung Tengah pada Kamis (10/7/2025) petang.

    Saat ini pelaku telah diamankan di Mapolres Lampung Tengah untuk menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik. Dari penangkapan pelaku, polisi menyita barang bukti satu unit sepeda motor dan sebilah golok yang digunakan oleh pelaku membacok korban.

    Untuk kepentingan proses penyidikan lebih lanjut, jenazah korban saat ini telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung untuk diautopsi.

    Kasatreskrim Polres Lampung Tengah, AKP Devrat Aolia Arfan mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara dan keterangan sejumlah saksi di lokasi kejadian, motif penganiayaan yang menewaskan korban diduga dipicu oleh dendam pribadi pelaku terhadap korban.

    “Pelaku mengaku sering diejek oleh korban, hingga akhirnya timbul rasa dendam yang memuncak pada hari kejadian,” kata Devrat, di ruang kerjanya, Sabtu (12/7/2025).

    Devrat menjelaskan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan medis lanjutan untuk memastikan kondisi kejiwaan pelaku.

    “Kami juga akan memeriksa pelaku yang diketahui memiliki riwayat penyakit kejiwaan di rumah sakit jiwa,” jelas Devrat.

    Devrat mengimbau kepada seluruh masyarakat Kecamatan Padang Ratu, Lampung Tengah agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang berkembang.

    “Kami meminta masyarakat untuk menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada pihak kepolisian. Proses hukum akan kami jalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” ucap Devrat.

     Atas perbuatan, pelaku dijerat dengan Pasal 351 ayat (3), dan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman pidana minimal 20 tahun dan maksimal hukuman mati atau seumur hidup.

  • Polisi Sebut Jasad Tanpa Kepala di Kali Ciliwung Adalah Korban Longsor di Megamendung – Page 3

    Polisi Sebut Jasad Tanpa Kepala di Kali Ciliwung Adalah Korban Longsor di Megamendung – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Polisi menemukan fakta bahwa jasad tanpa kepala yang ditemukan di Kali Ciliwung merupakan korban dari peristiwa longsor di Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

    Saat kejadian, korban disebut tengah memancing.

    “Betul, mereka sedang aktif saat mancing dengan teman-temannya. Namun dia keasyikan, sudah dikasih tahu yang temannya suruh kembali ke tempat yang lebih aman tidak dihiraukan,” tutur Kapolsek Pancoran Kompol Mansur kepada wartawan, Sabtu (12/7/2025).

    “Dia tetep asyik memancing di lokasi tersebut. Padahal situasinya sudah tidak bersahabat lagi itu, tidak kondusif,” sambungnya.

    Menurut Mansur, berdasarkan hasil autopsi, sementara diketahui korban meninggal akibat longsor dan tertimpa pohon, sebelum akhirnya terseret arus air.

    “Kalau dikaitkan dengan pembunuhan sampai saat ini belum ada,” kata Mansur.

     

  • 8
                    
                        Ibu Tersangka Pembunuhan Brigadir Nurhadi Trauma: Jangan Bully Putri Saya
                        Regional

    8 Ibu Tersangka Pembunuhan Brigadir Nurhadi Trauma: Jangan Bully Putri Saya Regional

    Ibu Tersangka Pembunuhan Brigadir Nurhadi Trauma: Jangan Bully Putri Saya
    Tim Redaksi
    JAMBI, KOMPAS.COM- 
    Lita Krisna (44), ibu kandung M, tersangka kasus pembunuhan
    Brigadir Nurhadi
    , mengalami tekanan psikologis berat usai tragedi di vila Gili Trawangan, Lombok, 16 April 2025 lalu.
    Ia memilih tak membuka media sosial karena pemberitaan yang menurutnya menyudutkan kehidupan pribadi putrinya.
    Setiap kali membuka media sosial, Lita semakin terpuruk. Menurutnya, foto anaknya diunggah dengan narasi yang liar, sehingga memancing komentar negatif netizen.
    Dia mengaku tak sanggup membaca media sosial, yang terus memojokkan anaknya dengan stigma tertentu.
    Kondisi itu, membuat kondisi kesehatannya menurun dan dia mengaku kesulitan untuk tidur.
    Bahkan, Lita saat ini memilih untuk berdiam diri di dalam rumah akibat informasi dan pemberitaan kehidupan pribadi putrinya itu.
    Lita sebenarnya sudah sangat resah dengan pemberitaan miring itu, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak mampu membendung narasi-narasi miring tentang putrinya.
    Saat ini, kata Lita, masyarakat justru fokus mengulik kehidupan pribadi putrinya, bukan pada peristiwa pembunuhannya.
    “Saya bingung juga, kenapa semua membahas anak saya? kehidupan pribadinya dikulik, padahal dia gak pernah neko-neko, dia perempuan baik-baik, seorang kakak yang mencari uang untuk 5 adik-adiknya,” kata Lita, saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Sabtu (12/7/2025).
    Kepada Kompas.com, dia mengungkapkan keresahannya tersebut. Dia sangat berharap, supaya masyarkat untuk fokus pada proses hukum atas peristiwa tersebut.
    Katanya, tidak ada satupun kebenaran yang saat ini ramai di media sosial tentang putrinya.
    “Dia perempuan baik-baik, saya mohon jangan bully anak saya. Saya sudah gak sanggup baca media sosial, saya gak merasa bingung, dan tidurpun saya kesusahan,” katanya.
    Teman kecil hingga tetangga tak menduga bahwa M yang dikenal ramah, baik dan kerap mengulurkan bantuan kepada orang lain dijadikan tersangka
    pembunuhan Brigadir Nurhadi
    .
    Keluarga masih tak terima. Mereka menyebut, kasus ini belum terbuka seutuhnya dan berharap sebuah keadilan datang pada M.
    Menilik jauh ke belakang, M lahir dan tumbuh dari keluarga yang sangat sederhana. Sebuah rumah kontrakan dengan bangunan kayu dan genting dari tanah liat yang sudah usang menjadi saksi kehidupan M.
    Rumah itu berada di Kecamatan Danau Sipin, Kota
    Jambi
    . Di kontrakan dua pintu itu, M lahir dan tumbuh remaja.
    Masa kecilnya juga tidak bergelimang kemewahan, dia bermain layaknya anak-anak pada umumnya.
    Dari keterangan teman kecilnya berinisial I, dia menyebut M adalah sosok yang pendiam dan baik.
    “Kalau sebagai teman, saya taunya dia gak banyak perangai, dan gak nakal kok,” katanya.
    Diapun terkejut saat mendengar kabar kasus yang menjerat M.
    “Nggak nyangka aja, dia jadi tersangka pembunuhan,” katanya.
    Hal serupa juga diungkapkan oleh bibi M (adik dari ayah M), yang saat ini tinggal di sebelah rumah kontrakan tempat tinggal M dulu.
    Dia tahu betul, sejak sekolah M dikenal berprestasi dan tidak pernah menyakiti orang lain.
    “Gak pernah dengar dia neko-neko, dia banyak prestasi juga,” katanya, saat diwawancarai Kompas.com di rumahnya, Jumat (11/7/2025).
    Saat M duduk di bangku SMA, dia meraih belasan penghargaan hingga diangkat berbagai macam duta. Belasan sertifikat, selempang dan seragam yang berkaitan dengan penghargaan itu, kini masih tersimpan rapi di rumah ibunya.
    Saking cemerlangnya, M pernah diundang langsung oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara sebagai perwakilan pelajar berprestasi dari Jambi.
    M hanyalah wanita tamatan SMA, dengan prestasi yang dia capai, M mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke bangku perkuliahaan.
    Namun, dia menunda mimpinya itu, dan memilih untuk bekerja demi memenuhi dan menanggungjawapi ibu dan lima adiknya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dalam Duka, Istri Brigadir Nurhadi Bantah Tukar Nyawa Suami dengan Rp 400 Juta
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        12 Juli 2025

    Dalam Duka, Istri Brigadir Nurhadi Bantah Tukar Nyawa Suami dengan Rp 400 Juta Regional 12 Juli 2025

    Dalam Duka, Istri Brigadir Nurhadi Bantah Tukar Nyawa Suami dengan Rp 400 Juta
    Tim Redaksi
    LOMBOK BARAT, KOMPAS.com 
    – Suasana rumah almarhum Brigadir Muhammad
    Nurhadi
    –anggota polisi yang bertugas di Paminal Propam Polda NTB– di Desa Sembung, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Jumat (1/7/2025) masih terasa berselimut duka. 
    Elma Agustina (28), istri Nurhadi masih terlihat terpukul atas kepergian suaminya. Rasa duka serupa pun ditunjukkan anggota keluarga lainnya, dan bahkan para tetangga. 
    Empat bulan sudah Brigadir Nurhadi berpulang, namun kasus pembunuhannya tak kunjung terang. Polda NTB belum bisa menunjukkan siapa pelaku utama pembunuhan polisi muda itu. 
    Elma membenarkan sejumlah polisi mendatanginya, termasuk dua istri atasan yang menjadi tersangka pembunuh suaminya, istri Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan istri I Gede Haris Chandra.
    Beredar tuduhan, Elma menerima uang dari tersangka Kompol YG sebesar Rp 400 juta agar menerima kematian suaminya, dan tidak memperkarakannya lagi. 
    “Itu semua fitnah, saya tidak akan menukar nyawa suami saya dengan uang, tidak pernah ada uang Rp 400 juta itu demi Allah.”
    “Seperti apa yang Rp 400 juta saja tidak pernah saya lihat,” ungkap Elma pada
    Kompas.com
    di kediamannya. 
    Elma mengaku hanya menginginkan keadilan bagi suaminya. Dia berharap penyebab kematian suaminya segera terungkap.
    Dia menyebut, banyak yang mestinya bisa dicari tahu melalui
    handphone
    Nurhadi, sayangnya
    handphone
    tersebut sudah disita tim penyidik Polda NTB. 
    Namun sebelumnya Reni sempat membuka WA di HP Nurhadi bersama keluarga, yang di dalamnya ada pesan dari tersangka HC yang memintanya tak ikut campur. 
    “Di WhatsApp itu terlihat percakapan tersangka HC yang memintanya (Nurhadi) diam saja, itu di
    screenshot
    oleh almarhum dikirim ke tersangka YG, sayangnya saya tidak kirim hasil
    screenshot
    itu ke
    handphone
    saya.”
    “Ada banyak yang bisa kita lihat di sana, tapi sudah disita,” kata Reni. 
    Reni juga selalu mengecek apa yang sebenarnya terjadi di Gili Trawangan saat Nurhadi dibawa ke Klinik Warga.
    Reni mendapati informasi yang berbeda antara keterangan polisi dan informasi dari rekan rekannya di Gili Trawangan. 
    Reni mengatakan, polisi menyebut kepada keluarga, luka pada Nurhadi karena terjatuh dari cidomo (alat transportasi tradisional yang ada di Gili Trawangan). 
    “Kemudian juga kami dikabari Nurhadi saat kritis dibawa ke Klinik Warna diantarkan YG tetapi rekannya di klinik mengatakan tidak ada YG yang ikut mengantar ke klinik,” kata dia. 
    “Jadi banyak sekali informasi yang tidak sesuai, sehingga kami keluarga sudah tidak percaya pada siapa pun,” sambung dia. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Pelecehan Anak dan Perempuan Guncang Komunitas Ultraortodoks Israel

    Kasus Pelecehan Anak dan Perempuan Guncang Komunitas Ultraortodoks Israel

    Jakarta

    Sebuah kasus kekerasan seksual telah mengguncang komunitas ultraortodoks Israel. Tersangka terungkap telah menjadi sukarelawan bersama polisi di sebuah kota yang mayoritas penduduknya beragama Yahudi.

    Dilansir AFP, Sabtu (12/7/2025), pengadilan Tel Aviv memperpanjang masa tahanan Chaim Rotter, seorang tokoh dalam komunitas ultraortodoks, selama enam hari, seminggu setelah mengizinkan publikasi namanya.

    Rotter, 36 tahun, ditangkap pada awal Juli dan diduga melakukan serangkaian kekerasan seksual selama setidaknya satu dekade di kota Bnei Brak– sebuah pusat komunitas ultraortodoks Israel yang tertutup, yang seringkali enggan bersaksi di hadapan pihak berwenang.

    Rotter mendirikan organisasi sukarelawan di kota itu 15 tahun yang lalu untuk membantu polisi melacak para penjahat.

    “Menurut penyelidikan, ia diduga melakukan kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur dan perempuan selama setidaknya 10 tahun,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.

    Dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran publik Israel, Rotter mengatakan bahwa organisasi sukarelawannya, yang disebut ‘The Guardians’, membantu masyarakat melindungi diri dari pencurian dan juga melaporkan dugaan pedofilia.

    “Bersaksi adalah kewajiban agama, tidak ada rasa malu untuk melakukannya,” tulis Shmuel Eliyahu dalam surat yang dirilis oleh kantornya pada Jumat (11/7).

    “Kejahatan-kejahatan ini sama seriusnya dengan pembunuhan di mata Taurat.”

    Tokoh lain dalam komunitas ultraortodoks, Yehuda Meshi-Zahav, meninggal dunia setelah koma selama setahun setelah percobaan bunuh diri. Dia diduga melakukan ratusan serangan seksual terhadap orang dewasa dan anak di bawah umur, tetapi mencoba bunuh diri sebelum diinterogasi oleh polisi.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Semasa Hidup Sering Bantu Anak Telantar, Anak Diplomat Muda Mainkan Lagu Perpisahan di Depan Jenazah Ayahnya

    Semasa Hidup Sering Bantu Anak Telantar, Anak Diplomat Muda Mainkan Lagu Perpisahan di Depan Jenazah Ayahnya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Kematian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kementerian Luar Negeri menjadi sorotan setelah jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan.

    Tubuh Arya terbungkus selimut dan kepalanya terikat lakban, tergeletak di atas kasur kamar 105 Guest House Gondia, Jalan Gondangdia Kecil No 22, Menteng, Jakarta Pusat.

    Hingga kini polisi masih mendalami penyebab kematian Arya, apakah merupakan korban pembunuhan atau ternyata bunuh diri.

    Jenazah Arya tiba di rumah duka sekitar pukul 15.42 WIB, Rabu (9/7/2025).

    Isak tangis dan Suasana haru dan duka mendalam pun menyelimuti kediaman di Jalan Munggur Nomor 6, Jomblang, Janti, Banguntapan, Bantul,

    Melansir dari Radar Jogja (JawaPos Group), kedatangan jenazah Arya disambut isak tangis. Begitu tiba, jenazah langsung dibawa masuk untuk disalatkan. Karena banyaknya pelayat yang datang, prosesi salat jenazah dilakukan dalam beberapa kloter.

    Keluarga, kerabat, rekan kerja, hingga warga sekitar memadati lokasi untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang diplomat muda yang dikenal berdedikasi dan berhati lembut.

    Deretan karangan bunga turut membanjiri sepanjang jalan menuju rumah duka. Belasan papan belasungkawa itu datang dari berbagai kalangan, tanda bahwa kepergian Arya meninggalkan luka mendalam di banyak hati.

    Direktur Perlindungan WNI Kemenlu RI Judha Nugraha yang hadir langsung ke rumah duka, memberikan pidato penuh emosional mengenang sosok Arya.

    “Mas Daru bergabung di Kementerian Luar Negeri sejak 2014. Kami menyaksikan sendiri bagaimana ia membantu anak-anak terlantar, mengevakuasi WNI, dan selalu peduli pada sesama,” ujar Judha dengan suara bergetar menahan tangis Rabu (9/7).

  • Minta Polisi Periksa Kerabat Diplomat Kemlu, Kriminolog UI: Orang Terdekat Wajib Dicurigai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        11 Juli 2025

    Minta Polisi Periksa Kerabat Diplomat Kemlu, Kriminolog UI: Orang Terdekat Wajib Dicurigai Megapolitan 11 Juli 2025

    Minta Polisi Periksa Kerabat Diplomat Kemlu, Kriminolog UI: Orang Terdekat Wajib Dicurigai
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kriminolog Universitas Indonesia, Haniva Hasna, meminta polisi memeriksa kerabat terdekat diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), ADP (39), yang ditemukan tewas di kamar kosnya.
    Menurut Haniva, kerabat terdekat merupakan pihak yang terakhir berkomunikasi dengan ADP sebelum ia ditemukan meninggal dunia.
    “Karena dalam setiap kali ada kejahatan atau pembunuhan, orang yang pertama kali wajib dicurigai adalah orang terdekat,” ujar Haniva kepada
    Kompas.com,
    Jumat (11/7/2025).
    Haniva menilai, kerabat terdekat dapat memberikan informasi penting mengenai kondisi atau masalah yang dihadapi ADP sebelum meninggal.
    Informasi ini juga dinilai krusial untuk membangun kronologi maupun mengidentifikasi penyebab kematian.
    “Sehingga dari sini bisa diketahui sebenarnya, beberapa hari terakhir atau beberapa bulan terakhir ini (aktivitas ADP),” ungkapnya.
    Selain kerabat, Haniva juga mendorong polisi agar memeriksa ponsel milik ADP.
    “Jadi (periksa ponsel) sangat penting itu, kan bisa menjadi alat bukti, dan ponsel itu kan (benda) yang paling dekat jaraknya (dengan ADP),” ucapnya.
    Haniva menambahkan, ponsel bisa menjadi kunci untuk mengungkap penyebab kematian.
    Ia juga mengingatkan jika ponsel tidak bisa dibuka atau data di dalamnya sudah terhapus, perlu dicurigai kemungkinan adanya intervensi pihak lain.
    “Kita harus curiga, apakah di ponselnya ternyata sudah terhapus semua, berarti kalau sudah terhapus semua, berarti ya semakin meyakinkan kalau ada pihak lain,” kata Haniva.
    “Dan kalau hal itu terjadi, ini bisa merupakan rekayasa,” lanjut dia.
    Sebelumnya diberitakan, ADP ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Cikini,
    Menteng
    ,
    Jakarta
    Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
    Saat pertama kali ditemukan, ADP dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepala korban tampak terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut berwarna biru.
    Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, serta pakaian yang dikenakan korban.
    Selain itu, ditemukan pula sejumlah obat-obatan ringan di dalam kamar, seperti obat sakit kepala dan obat lambung. Namun, belum ada indikasi bahwa obat-obatan tersebut berkaitan dengan penyebab kematian korban.
    Polisi juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.