Kasus: pembunuhan

  • Seorang Warga Dibunuh OTK di Yahukimo
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        7 Agustus 2025

    Seorang Warga Dibunuh OTK di Yahukimo Surabaya 7 Agustus 2025

    Seorang Warga Dibunuh OTK di Yahukimo
    Tim Redaksi
    JAYAPURA, KOMPAS.com
    – Personel Satgas Operasi Damai Cartenz sektor Yahukimo merespons kejadian pembunuhan terhadap Yohanes Entamoi (39).
    Sosok warga sipil tersebut ditemukan meninggal dunia dengan luka berat akibat kekerasan senjata tajam di area Kali Merah, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Rabu (6/8/2025).
    Setibanya di lokasi kejadian, tim melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengevakuasi jenazah korban ke RSUD Dekai untuk mendapatkan penanganan medis.
    Hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa korban mengalami sejumlah luka senjata tajam pada leher, wajah, lengan kanan, serta luka sobek di jari telunjuk kiri.
    Yohanes diketahui beralamat di Permukiman Jalur 3 dan bekerja sebagai buruh swasta.
    Dua orang saksi telah memberikan keterangan awal.
    Saksi pertama berinisial G, mengungkapkan bahwa ia dan korban sedang membangun kios di lokasi kejadian ketika tiba-tiba dua orang tak dikenal menyerang mereka.
    “Korban sempat melarikan diri ke belakang rumah, sementara saya berhasil menendang salah satu pelaku sebelum melarikan diri dan meminta pertolongan ke Polres Yahukimo,” ujarnya.
    Saksi kedua, berinisial N, menjelaskan bahwa saat kejadian ia berada di dalam rumah yang berdekatan dengan lokasi pembangunan kios.
    Ia mendengar teriakan minta tolong dan melihat dua orang tak dikenal mengejar tukang ke arah belakang rumah.
    “Salah satu pelaku sempat mengancam saya dengan kapak, namun kemudian kembali mengejar korban. Karena situasi yang mengancam, saya langsung meninggalkan rumah dan melaporkan kejadian ke pihak kepolisian,” jelasnya.
    Dalam proses olah TKP, tim juga mengamankan sejumlah barang bukti berupa pakaian korban, kacamata, ikat pinggang, topi, dan masker.
    Kepala Operasi Damai Cartenz 2025, Brigjen Pol Dr Faizal Ramadhani, menegaskan bahwa Polri melalui Satgas Damai Cartenz dan Polres Yahukimo akan mengusut tuntas kasus ini dan tidak mentolerir tindakan kriminal yang mengancam keselamatan masyarakat sipil.
    “Kami sangat prihatin atas kejadian ini. Tim telah diterjunkan untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan memastikan pelaku segera ditangkap serta diproses hukum sesuai ketentuan yang berlaku,” tegasnya dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Kamis (7/8/2025).
    Sementara itu, Kepala Satuan Tugas Humas Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol Yusuf Sutejo, menambahkan bahwa dalam dua hari terakhir telah terjadi dua aksi kekerasan terhadap masyarakat pendatang di Kota Dekai, Yahukimo, Papua Pegunungan.
    “Pada hari ini, 6 Agustus 2025, seorang warga bernama Yohanes Entamoi, usia 39 tahun, tukang kayu asal Ambon, telah menjadi korban pembacokan di leher yang berujung kematian,” jelasnya.
    Lebih lanjut, Yusuf menyatakan bahwa satu saksi selamat, Gabrielis Lifarius Ratu, berhasil melarikan diri setelah sempat diserang pelaku yang membawa parang dan panah.
    Saksi menyebut ada dua orang tak dikenal (OTK) yang melakukan aksi tersebut dengan posisi siaga dan niat menyerang.
    “Personel satgas operasi damai cartenz, segera merespon ke TKP, mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Umum Dekai dan melaksanakan patrol taktis di sekitar Lokasi kejadian.”
    “Penyelidikan lebih lanjut telah dilakukan untuk mengungkap identitas pelaku dan motif di balik serangan ini,” tutupnya. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Terungkap Ngerinya Israel Sadap Jutaan Panggilan Telepon Setiap Jam

    Terungkap Ngerinya Israel Sadap Jutaan Panggilan Telepon Setiap Jam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Unit intelijen militer Israel, Unit 8200, dilaporkan membangun sistem penyadapan massal yang mampu merekam jutaan panggilan telepon setiap jam dari warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Sistem ini didukung oleh layanan cloud milik Microsoft, Azure, dan telah beroperasi sejak 2022.

    Laporan ini diungkap melalui investigasi bersama media Inggris The Guardian, media Israel-Palestina +972 Magazine, dan outlet berbahasa Ibrani Local Call.

    Menurut laporan tersebut, pimpinan Unit 8200 Yossi Sariel bertemu langsung dengan CEO Microsoft Satya Nadella pada akhir 2021.

    Dalam pertemuan di kantor pusat Microsoft di Seattle itu, Sariel meminta akses khusus ke ruang penyimpanan cloud Azure untuk menyimpan materi intelijen rahasia dalam skala besar. Nadella disebut mendukung rencana tersebut.

    Menurut tiga sumber dari Unit 8200, platform penyimpanan cloud tersebut telah membantu dalam persiapan serangan udara mematikan dan turut menentukan jalannya operasi militer di Gaza dan West Bank.

    Dengan dukungan kapasitas Azure, Unit 8200 membangun sistem pengawasan canggih yang merekam dan menyimpan isi jutaan panggilan telepon seluler warga Palestina setiap harinya. Para pejabat intelijen menyebut proyek ini memiliki sebutan “Sejuta panggilan per jam.”

    Sistem tersebut memungkinkan petugas intelijen memutar ulang percakapan dari panggilan warga sipil secara luas, bukan hanya target tertentu. Beberapa sumber menyebut data ini telah digunakan untuk menyusun serangan udara di Gaza, termasuk di area padat penduduk.

    Microsoft menyatakan tidak mengetahui jenis data yang disimpan oleh Unit 8200 di Azure. Perusahaan menegaskan keterlibatan mereka hanya bertujuan memperkuat keamanan siber dan melindungi Israel dari serangan siber oleh negara atau kelompok teroris.

    “Kita tidak pernah mengetahui adanya pengawasan terhadap warga sipil atau penyadapan percakapan ponsel melalui layanan Microsoft, termasuk hasil tinjauan eksternal yang kami tunjuk,” kata juru bicara Microsoft, dikutip dari Guardian, Kamis (7/8/2025).

    Namun, dokumen internal Microsoft yang bocor dan kesaksian 11 sumber dari perusahaan dan intelijen Israel menunjukkan sebaliknya, data rekaman panggilan warga Palestina disimpan di pusat data Microsoft di Belanda dan Irlandia.

    Unit 8200 disebut meningkatkan penyadapan secara masif setelah gelombang serangan individu oleh warga Palestina pada 2015. Alih-alih hanya menyasar target tertentu, unit ini mulai melacak semua orang setiap saat dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) yang menyisir isi pesan dan panggilan untuk menilai potensi ancaman.

    Salah satu sistem yang dikembangkan bahkan mampu memindai seluruh pesan teks dan memberi nilai risiko otomatis jika ada kata-kata seperti senjata atau keinginan bunuh diri. Sistem ini masih aktif digunakan hingga kini.

    Fokus awal dari sistem ini sebenarnya adalah wilayah West Bank, tempat sekitar 3 juta warga Palestina hidup di bawah pendudukan militer Israel. Sumber dari Unit 8200 menyebutkan bahwa informasi yang disimpan di Azure menjadi gudang intelijen tentang penduduk, yang dalam beberapa kasus digunakan untuk memeras, menahan, atau bahkan membenarkan pembunuhan setelah kejadian.

    “Kalau mereka butuh menangkap seseorang tapi tidak ada alasan yang cukup kuat, dari sanalah mereka cari alasan,” kata salah satu sumber, merujuk pada data yang disimpan di cloud.

    Sumber-sumber tersebut juga menyebutkan bahwa penggunaan sistem ini meningkat selama serangan militer di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 60.000 orang.

    Penghancuran infrastruktur telekomunikasi Gaza oleh Israel memang telah mengurangi volume panggilan telepon di wilayah tersebut, namun sumber menyatakan bahwa informasi yang telah disimpan di cloud tetap berguna.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jerman Bimbang untuk Mengakui Negara Palestina

    Jerman Bimbang untuk Mengakui Negara Palestina

    Berlin

    Akhir pekan lalu, muncul video-video dari Hamas dan kaum jihadis yang memperlihatkan sandera-sandera yang tampak kelaparan di Jalur Gaza. Kelompok-kelompok militan Islamis dan para simpatisannya menculik para sandera dalam serangan berdarah ke Israel pada 7 Oktober 2023. Dalang dari serangan tersebut adalah Hamas, yang oleh AS, Uni Eropa, Jerman, dan beberapa negara lain diklasifikasikan sebagai organisasi teroris.

    Kini diberitakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemungkinan ingin menduduki seluruh Jalur Gaza. Perdana Menteri yang kontroversial itu mengklaim bahwa ia akan melakukan segalanya untuk membebaskan sandera-sandera. Sementara itu, kelaparan dan kematian di kalangan warga sipil Palestina di Gaza terus berlanjut.

    Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan keterkejutannya atas gambar-gambar tersebut. “Hamas menyiksa para sandera, meneror Israel, dan menggunakan penduduknya sendiri di Jalur Gaza sebagai tameng manusia,” ujar Merz kepada surat kabar Bild.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menulis di platform X bahwa Hamas telah menunjukkan “ketidakmanusiawian yang tak berbatas.” Ia menegaskan bahwa pembebasan segera seluruh sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza merupakan “prioritas mutlak” bagi pemerintahannya.

    Merz juga menekankan kepada media Bild bahwa Hamas “tidak boleh memainkan peran apa pun di masa depan Gaza.” Macron menyuarakan hal serupa.

    Prancis dan Jerman tidak sepakat soal pengakuan Palestina sebagai negara

    Namun dalam hal pengakuan Palestina sebagai sebuah negara, Prancis dan Jerman saling bertolak belakang.

    Macron baru-baru ini mengumumkan bahwa ia berniat mengakui Palestina sebagai negara dalam Sidang Umum PBB bulan September mendatang. Israel segera mengutuk langkah tersebut setelah diumumkan oleh Prancis. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkritik, bahwa ini sama saja dengan “memberi penghargaan pada terorisme.”

    Sebaliknya, pemerintah Jerman untuk saat ini tidak merencanakan langkah tersebut, dan menganggap pengakuan negara Palestina hanya masuk akal apabila sebagai hasil dari proses negosiasi.

    Apakah Palestina sudah menjadi sebuah negara?

    Ada tiga kriteria utama yang harus dipenuhi agar suatu wilayah dapat disebut sebagai negara, jelas pakar hukum internasional Aaron Dumont dari Institut Hukum Perlindungan Perdamaian dan Hukum Kemanusiaan Universitas Bochum dalam wawancara dengan DW.

    Kriteria tersebut adalah:

    Wilayah negara yang jelasPenduduk negaraPemerintahan yang menjalankan kekuasaan negara.

    “Dua dari tiga kriteria dasar tersebut sudah pasti terpenuhi. Yang sulit adalah soal kekuasaan negara. Bisa dikatakan bahwa hal itu belum dimiliki oleh Palestina. Karena itu, negara tersebut belum benar-benar ada.”

    Di kalangan pakar hukum internasional sendiri, definisi pengakuan negara masih diperdebatkan — dan dengan demikian juga pertanyaan apakah Palestina sudah menjadi sebuah negara.

    Pakar Timur Tengah, Muriel Asseburg dari Lembaga Ilmu dan Politik, mengatakan dalam wawancara dengan DW bahwa pengakuan Palestina oleh negara-negara lain tidak akan langsung berdampak pada kehidupan nyata warga di wilayah tersebut. Beberapa negara saat ini pun sudah memiliki hubungan diplomatik langsung dengan Palestina, yang diwakili oleh Otoritas Palestina.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Otoritas Palestina mengelola Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas sejak 2013 menyatakan akan berhenti menggunakan istilah “Otoritas Palestina” dan mulai menyebutnya sebagai “Negara Palestina”. Namun, pemimpin berusia 89 tahun ini sendiri tidak populer di kalangan rakyatnya. Pemilu terakhir berlangsung hampir dua dekade lalu. Pemerintah Fatah yang dipimpinnya mengakui eksistensi negara Israel.

    Di Jalur Gaza, Hamas memegang kendali dan menciptakan rasa ketakutan serta teror, serta tidak mengakui negara Israel. Bagi sebagian besar negara yang telah mengakui Palestina sebagai negara, Hamas dianggap sebagai mitra negosiasi yang sama sekali tidak bisa diterima.

    Pengakuan negara juga menjadi rumit karena batas-batas antara Israel dan wilayah Palestina belum jelas, begitu pula status Yerusalem Timur. Israel secara de facto menguasai sebagian besar wilayah yang sebenarnya berada di bawah kendali Otoritas Palestina. Mahkamah Internasional dalam opini terakhirnya menyatakan bahwa pendudukan wilayah Palestina — Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza — adalah ilegal.

    Pakar politik Asseburg menjelaskan dalam wawancara dengan DW: “Pengakuan negara Palestina akan memberikan sinyal bahwa: Kita tidak hanya sekadar menuntut solusi dua negara secara abstrak, tetapi kita ingin berkontribusi agar negara Palestina benar-benar ada berdampingan dengan Israel. Untuk itu, harus ada langkah konkret untuk mengakhiri pendudukan Israel.”

    149 dari 193 negara anggota PBB sudah mengakui Palestina

    Saat ini, 149 dari total 193 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat. Pakar hukum internasional Dumont menegaskan: “Tidak bisa dikatakan bahwa kalau sejumlah negara mengakui Palestina, maka otomatis menjadi sebuah negara.”

    Namun, keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York masih dianggap tidak mungkin untuk saat ini. Pakar Timur Tengah Asseburg menjelaskan lebih lanjut:

    “Keanggotaan penuh Palestina di PBB tidak akan terjadi dalam waktu dekat, karena hal itu membutuhkan keputusan dari Dewan Keamanan PBB. Dan untuk itu dibutuhkan persetujuan Amerika Serikat — yang saat ini tampaknya tidak akan diberikan.”

    Sejak 2012, Palestina memiliki status pengamat di Sidang Umum PBB, jelas Asseburg. “Sejak memperoleh status pengamat, Palestina dapat bergabung dengan berbagai organisasi internasional lainnya — termasuk Mahkamah Pidana Internasional.”

    Status pengamat ini dianggap sebagai langkah awal menuju keanggotaan penuh di PBB.

    Komitmen Jerman terhadap Israel

    Tekanan terhadap pemerintah Jerman meningkat agar bersikap lebih kritis terhadap Israel. Setelah laporan mengenai niat Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk menduduki seluruh Gaza, juru bicara partai kiri yang merupakan oposisi – Die Linke, Lea Reisner, menuntut:

    “Harus ada tekanan politik, termasuk terhadap sekutu.” Ia menyebut sikap pemerintah koalisi Jerman sejauh ini sebagai “kebangkrutan total dalam kebijakan luar negeri Jerman.”

    Permintaan agar Palestina diakui sebagai negara terus bermunculan. Namun, Jerman masih jauh dari langkah tersebut. Salah satu alasan utama yang dikemukakan pemerintah Jerman adalah komitmen khusus terhadap Israel karena holokaus, yakni pembunuhan jutaan orang Yahudi selama masa rezim Nazi. Dari situ lahirlah apa yang disebut “raison d’etat” Jerman — komitmen nasional untuk menjamin keamanan Israel.

    Meskipun begitu, Kanselir Jerman Friedrich Merz telah memperkeras nada terhadap Israel. Ia menuntut gencatan senjata permanen di Gaza dan lebih banyak bantuan kemanusiaan dari Israel bagi warga di sana. Namun, di saat yang bersamaan, ia tidak ingin membuat Israel, tersinggung.

    Menurut Merz, pengakuan Palestina hanya bisa dilakukan di akhir dari proses menuju solusi dua negara antara Israel dan Palestina. Saat ini, ia tidak menganggap pengakuan itu sebagai “langkah yang tepat.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Jerman Desak Israel Beri Bantuan ke Gaza” di sini:

    (nvc/nvc)

  • 1
                    
                        Awal Mula Terungkapnya Keberadaan Mayer Wenda hingga Dilumpuhkan TNI, Warga Lapor Ada OPM di Mukoni
                        Nasional

    1 Awal Mula Terungkapnya Keberadaan Mayer Wenda hingga Dilumpuhkan TNI, Warga Lapor Ada OPM di Mukoni Nasional

    Awal Mula Terungkapnya Keberadaan Mayer Wenda hingga Dilumpuhkan TNI, Warga Lapor Ada OPM di Mukoni
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Baku tembak antara prajurit TNI dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Distrik Mukoni, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan, berujung pada tewasnya Mayer Wenda alias Kuloi Wonda, tokoh penting yang menjabat Wakil Panglima Kodap XII/Lanny Jaya.
    Kontak senjata ini berawal dari informasi yang disampaikan masyarakat sekitar pada Selasa (5/8/2025) sore.
    Warga melaporkan adanya keberadaan kelompok bersenjata di Kampung Mukoni.
    “Berdasarkan informasi dari masyarakat, Prajurit TNI melaksanakan operasi penindakan pada hari Selasa, 5 Agustus 2025 pukul 16.30 WIT, di Kampung Mukoni, Distrik Mukoni, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan,” kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, dalam keterangannya, Rabu (6/8/2025).
    Informasi itu langsung ditindaklanjuti. Tim TNI bergerak ke lokasi untuk melakukan penyergapan terhadap target yang diyakini sebagai salah satu buronan lama aparat keamanan.
    Saat upaya penangkapan dilakukan, Mayer Wenda beserta kelompoknya disebut melakukan perlawanan dengan senjata api.
    TNI pun membalas dengan tindakan tegas dan terukur sesuai prosedur operasi militer.
    “Dalam kontak tembak tersebut, Mayer Wenda dinyatakan tewas di tempat, bersama satu orang lainnya yang diduga adiknya, Dani Wenda,” jelas Kristomei.
    Kedua jenazah kini telah dievakuasi ke RSUD Wamena untuk proses identifikasi dan penanganan lebih lanjut.
    Mayer Wenda merupakan salah satu nama yang sudah lama masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2014.
    Ia disebut terlibat dalam sejumlah aksi kekerasan di Papua, di antaranya penyerangan Mapolsek Pirime (2012), pembunuhan terhadap anggota Polri di Tolikara (2012), dan penghadangan serta penembakan terhadap aparat di Lanny Jaya (2014).
    Dari lokasi kejadian, prajurit TNI turut mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain satu pucuk senjata api jenis revolver, 24 butir amunisi, dua KTP atas nama Dani Wenda dan Pemina Wenda, dua unit telepon genggam, uang tunai Rp 65.000, serta satu buah noken.
    Kapuspen menegaskan bahwa operasi ini dilaksanakan sesuai aturan hukum dan tugas pokok TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP), sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 3 Tahun 2025.
    “Setiap tindakan prajurit TNI dalam menghadapi kelompok bersenjata dilaksanakan secara profesional, terukur, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan,” ujar dia.
    Meski melakukan tindakan tegas terhadap kelompok separatis bersenjata, TNI, kata dia, tetap mengedepankan pendekatan teritorial yang humanis dan dialogis.
    Di lain sisi, ia juga menyampaikan bahwa TNI akan terus menjalankan perannya sebagai penjaga kedaulatan dan pelindung masyarakat, serta membuka ruang bagi anggota OPM yang ingin kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
    “TNI tetap menyambut dengan tangan terbuka apabila ada anggota OPM yang menyadari kekeliruannya dan ingin kembali ke pangkuan NKRI dan bersama-sama membangun Papua demi masa depan masyarakat Papua yang lebih damai dan sejahtera,” tutup dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kita Ingin Ibu Kota Aman dan Hebat

    Kita Ingin Ibu Kota Aman dan Hebat

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya sedang mempertimbangkan kemungkinan mengambil alih kendali federal atas Ibu Kota AS, Washington. Dia ingin menekan angka kejahatan di kota tersebut.

    Sebagaimana diketahui, berdasarkan perjanjian yang berlaku selama lebih dari 50 tahun, tata kelola Washington berada di tangan pemerintah Distrik Columbia yang dipilih secara lokal. Termasuk, wali kotanya dengan kongres memegang peran pengawasan.

    Trump mengaku sudah lama kesal dengan pengaturan tersebut. Dia juga telah berulang kali menyatakan bahwa ia ingin memfederalisasikan kota tersebut, memberikan Gedung Putih keputusan akhir dalam pengelolaan yang berjalan ini.

    “Kami sedang mempertimbangkannya, ya, karena kejahatannya konyol,” kata Trump kepada wartawan menanggapi pertanyaan tentang apakah ia seharusnya bertanggung jawab atas kepolisian kota tersebut, sebagaimana dilansir AFP, Kamis (7/8/2025).

    “Kita ingin memiliki ibu kota yang aman dan hebat, dan kita akan mewujudkannya,” imbuh Trump.

    Dia mengatakan tingkat kejahatan di kota itu meningkat. Dia pun mempertimbangkan menurunkan tentara nasional untuk melawan kejahatan di kota itu.

    “Tingkat kejahatan, tingkat perampokan, pembunuhan, dan sebagainya; kita tidak akan membiarkannya — dan itu termasuk mendatangkan Garda Nasional, mungkin dengan sangat cepat juga,” ucap Trump.

    Rencana mengenai pengambil alihan Washington itu mulanya disampaikan Trump di media sosialnya. Dia meminta Kota Washington bertindak seiring maraknya aksi kejahatan di sana.

    “Jika DC tidak segera bertindak, kita tidak punya pilihan selain mengambil alih kendali Kota oleh Pemerintah Federal, dan menjalankan Kota ini sebagaimana mestinya,” tulisnya.

    Tingkat Kejahatan di Washington

    Menurut data statistik kepolisian, kejahatan dengan kekerasan di Washington yang dipimpin oleh Partai Demokrat turun 26 persen pada paruh pertama tahun 2025 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Tingkat kejahatan di kota tersebut pada tahun 2024 sudah mencapai titik terendah dalam tiga dekade, menurut data yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman sebelum Trump menjabat.

    Ancaman Trump untuk mengirim Garda Nasional ke ibu kota muncul beberapa minggu setelah ia mengerahkan pasukan cadangan militer California ke Los Angeles untuk meredam protes atas penggerebekan imigrasi, meskipun ada keberatan dari para pemimpin lokal dan penegak hukum.

    Trump sering mempertimbangkan untuk menggunakan militer untuk mengendalikan kota-kota di Amerika, yang banyak di antaranya berada di bawah kendali Partai Demokrat dan bertentangan dengan dorongan nasionalisnya.

    Pada Rabu lalu, delegasi kongres Washington yang tidak memiliki hak suara, Eleanor Holmes Norton, menolak klaim Trump bahwa kejahatan kekerasan sedang meningkat, dan ancamannya untuk memfederalisasi ibu kota.

    “Presiden tidak memiliki wewenang untuk mengambil alih kendali DC secara sepihak. Kongres harus mengesahkan undang-undang, dan saya tidak akan membiarkan upaya yang sedang berlangsung sejauh itu,” ujarnya di X.

    Halaman 2 dari 2

    (zap/yld)

  • Sudah dari Dulu Dia itu…

    Sudah dari Dulu Dia itu…

    GELORA.CO – Misteri kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Arya Daru Pangayunan, masih menjadi perhatian publik.

    Sejak ditemukan tewas mengenaskan di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025), banyak pihak terus mencari titik terang dari kasus yang penuh tanda tanya ini.

    Arya ditemukan dalam kondisi mengenaskan, yakni tubuhnya terlilit lakban kuning dengan rapi, dibalut selimut biru, dan di dalam kamarnya ditemukan obat sakit kepala hingga obat lambung.

    Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) pun ikut turun tangan membantu Polda Metro Jaya menyelidiki berbagai kemungkinan, termasuk motif bunuh diri, kecelakaan, hingga tindakan pidana.

    Di tengah penyelidikan yang terus bergulir, sosok Arya Daru perlahan mulai terungkap dari cerita orang-orang terdekatnya.

    Salah satunya adalah Arman Christian, teman sekamar sekaligus rekan kerja Arya saat bertugas di luar negeri.

    Arman akhirnya angkat bicara, membongkar kepribadian Arya semasa hidup.

    “Saya mengenal Mas Daru itu sejak tahun 2012, tepatnya dari bulan Agustus 2021 hingga kurang lebih bulan Februari 2014,” ujar Arman Christian kepada tim Fakta tvOne, Kamis (24/7/2025).

    Saat itu, Arya Daru bertugas di KBRI Yangon, Myanmar, dengan peran penting di fungsi politik.

    Menurut Arman, pekerjaan Arya tergolong berisiko tinggi karena menyangkut perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri.

    Meski demikian, Arya tak pernah menunjukkan keluhan sedikit pun.

    “Selama almarhum sebagai diplomat itu, almarhum tidak pernah cerita apa pun tentang pekerjaannya,” ungkap Arman.

    Kedekatan mereka bukan sekadar rekan kerja biasa.

    Arman menjelaskan bahwa Arya pernah menjadi diplomat pertama sebagai third secretary di KBRI Dili, Timor Timur, dan kemudian menjabat second secretary di KBRI Buenos Aires, Argentina.

    “Itu almarhum tidak pernah cerita apa-apa ke saya, dan tidak sama sekali tidak pernah membahas terkait PPPE supaya yang kasus dia pegang sebagai diplomat tidak pernah cerita,” tegas Arman.

    Tak hanya profesional, Arya juga dikenal sebagai pribadi yang penuh empati dan suka menolong.

    Arman mengenang masa-masa ketika Arya sering membantunya menghadapi berbagai kesulitan saat tinggal di Myanmar.

    Lebih dari itu, Arya adalah sosok keluarga yang sangat mencintai istri dan anaknya, meski harus berjauhan karena tuntutan pekerjaan.

    “Jadi, dia benar-benar memang saya, keluarga dia, Daru tidak mau melakukan hal-hal yang menurut saya senekat bunuh diri,” katanya jujur.

    Ketika mendengar kabar kematian Arya, Arman mengaku sangat terpukul dan tak percaya bahwa rekannya itu bunuh diri.

    Ia menilai ada kejanggalan besar dari kondisi tubuh Arya saat ditemukan.

    “Saya sebagai orang yang cukup mengenal Mas Daru, saya tidak percaya kalau itu adalah tindakan bunuh diri, tidak mungkin,” tegas Arman.

    “Saya awalnya masih terima kalau Mas Daru meninggal alami, tapi setelah lihat pemberitaan kok seperti ini, saya sedih.”

    Bahkan, ia menyebut kondisi lakban yang melilit wajah Arya dengan rapi bisa menjadi indikasi kuat adanya dugaan pembunuhan berencana.

    Duka juga dirasakan rekan-rekan Arya lainnya di KBRI Yangon, yang mengenalnya sebagai pribadi yang baik dan mudah bergaul.

    “Banyak sekali teman-teman Myanmar yang mengenal sosok almarhum, mereka sangat bersedih. Sedih sekali. Karena mereka mengenal sosok almarhum ini sebagai orang yang baik, orangnya bisa supel, humble kepada semua, baik WNI, warga Myanmar,” terang mantan teman sekamar Arya Daru.

    “Secara karakter, kepribadian. Apalagi saya yang sempat satu tahun tinggal di rantauan bersama, bahkan di satu kamar. Saya satu kamar bersama Mas Daru, kita sharing kamar bersama. Karakter tidak ada (yang aneh), baik-baik saja, tidak ada yang aneh atau segala macam, tidak ada,” pungkas Arman.

    Kini, publik menanti jawaban pasti dari pihak berwajib. Satu hal yang jelas, di balik misteri yang menyelimuti kematiannya, Arya Daru Pangayunan dikenang sebagai diplomat muda yang berdedikasi, penuh kasih terhadap keluarga, dan pribadi yang tak pernah meninggalkan jejak negatif di mata orang terdekatnya.

  • Dave Franco Terbuka Perankan Luigi Mangione, Asal Penuhi Syarat Ini

    Dave Franco Terbuka Perankan Luigi Mangione, Asal Penuhi Syarat Ini

    JAKARTA – Dave Franco merespons perbincangan warganet mengenai siapa yang cocok memerankan Luigi Mangione, pria yang dituduh membunuh CEO UnitedHealthcare Brian Thompson jika sebuah biopik dibuat. Nama sang aktor berulang kali disebut hingga ia mendengar kabar tersebut.

    Baru-baru ini, adik James Franco itu hadir dalam acara Andy Cohen. Ia merespons pertanyaan jika ia diminta memerankan karakter Mangione yang disebut memiliki fitur muka yang mirip dengannya.

    “Oh, bagaimana aku menjawabnya.. Um belum ada yang menghubungiku soal itu, aku bisa katakan itu,” kata Dave Franco.

    “Banyak orang yang menghubungiku soal ini dibanding hal-hal lain yang pernah terjadi,” kata suami Alison Brie.

    Lebih lanjut, ia terbuka jika diajak memainkan biopik itu dengan satu syarat sederhana.

    “Jadi bisa dikatakan aku terbuka (dengan peran Luigi Mangione) asal dibuat dengan orang-orang yang benar, dan mari kita biarkan seperti itu,” kata Dave Franco.

    Luigi Mangione saat ini sedang menunggu sidang setelah dituntut atas 11 kesalahan, salah satunya pembunuhan tingkat pertama. Ia dilaporkan akan mendapat hukuman mati.

    Di sisi lain, Dave Franco baru mendapat nominasi Emmy untuk peran tamu dalam serial The Studio. Saat ini, ia sedang mempromosikan film terbarunya bersama sang istri berjudul Together.

    Ia juga akan mempromosikan film Regretting You dan film Now You See Me terbaru yang akan tayang pada tahun ini.

  • 2
                    
                        Tokoh OPM Mayer Wenda Tewas Ditembak, TNI Sebut Operasi Dilakukan secara Terukur
                        Nasional

    2 Tokoh OPM Mayer Wenda Tewas Ditembak, TNI Sebut Operasi Dilakukan secara Terukur Nasional

    Tokoh OPM Mayer Wenda Tewas Ditembak, TNI Sebut Operasi Dilakukan secara Terukur
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Prajurit TNI melumpuhkan salah satu tokoh utama Organisasi Papua Merdeka (OPM), Mayer Wenda alias Kuloi Wonda, dalam sebuah kontak tembak yang terjadi di Kampung Mukoni, Distrik Mukoni, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan, Selasa (5/8/2025) sore.
    Mayer diketahui menjabat sebagai Wakil Panglima Komando Daerah Pertahanan (Kodap) XII/Lanny Jaya dan telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2014.
    Ia terlibat dalam sejumlah aksi kekerasan, termasuk penyerangan Mapolsek Pirime dan pembunuhan terhadap anggota Polri.
    “Operasi ini merupakan bagian dari pelaksanaan tugas pokok TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Perubahan atas UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI,” kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi, dalam keterangannya, Rabu (6/8/2025).
    Dalam operasi yang berlangsung sekitar pukul 16.30 WIT itu, Mayer Wenda melakukan perlawanan bersama kelompoknya.
    TNI pun mengambil tindakan tegas dan terukur. Selain Mayer, satu orang lain yang diduga adiknya, Dani Wenda, juga dinyatakan tewas di tempat.
    “Kedua jenazah telah dievakuasi ke RSUD Wamena untuk keperluan identifikasi dan penanganan lebih lanjut,” ungkap Kristomei.
    Dalam operasi itu, TNI juga mengamankan sejumlah barang bukti di lokasi, antara lain satu pucuk senjata api jenis revolver, 24 butir amunisi, dua KTP atas nama Dani Wenda dan Pemina Wenda, dua unit ponsel, uang tunai Rp 65.000, dan satu buah noken khas Papua.
    Ia menilai, operasi ini menunjukkan komitmen kuat TNI dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat, khususnya menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
    Kristomei menegaskan, seluruh tindakan prajurit TNI dalam operasi ini dilakukan secara profesional, terukur, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
    “Keberhasilan ini membuktikan bahwa setiap tindakan prajurit TNI dalam menghadapi kelompok bersenjata dilaksanakan secara profesional, terukur, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan,” tegas dia.
    Meski menggunakan pendekatan militer, Kristomei menekankan bahwa TNI juga terus mengedepankan cara-cara humanis dan dialogis sebagai bagian dari strategi jangka panjang membangun stabilitas di tanah Papua.
    Ia menambahkan, TNI tetap membuka ruang bagi siapa pun dari kelompok separatis yang ingin kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
    “TNI tetap menyambut dengan tangan terbuka apabila ada anggota OPM yang menyadari kekeliruannya dan ingin kembali ke pangkuan NKRI dan bersama-sama membangun Papua demi masa depan masyarakat Papua yang lebih damai dan sejahtera,” ucap Kristomei.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Anak Durhaka di Madina, Bunuh Ibu Gara-Gara Kesal Dinasihati Berhenti Pakai Sabu

    Anak Durhaka di Madina, Bunuh Ibu Gara-Gara Kesal Dinasihati Berhenti Pakai Sabu

    Liputan6.com, Jakarta Seorang pria berinisial MS (38) di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut), tega membacok ibu kandung, Suharni Lubis (61), hingga tewas. Peristiwa tragis tersebut diduga dipicu karena pelaku tidak terima dinasihati ibunya untuk berhenti mengonsumsi sabu.

    Kapolres Madina AKBP Arie Sofandi Paloh mengungkapkan, jenazah korban tergeletak di ruang tamu rumah korban di Desa Huta Toras, Kecamatan Pakantan, dengan kondisi bersimbah darah.

    “Lalu di samping korban ditemukan sebilah parang yang diduga digunakan pelaku,” kata Arie, Rabu (6/8).

    Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan saksi, pelaku pembunuhan mengarah pada MS.

    Polisi segera melakukan pencarian dan berhasil menangkap MS di teras rumah warga, sekitar 10 meter dari lokasi kejadian. 

    Setelah dilakukan tes urine di Polres Mandiling Natal, pelaku dinyatakan positif sabu.

    Dijelaskan Arie, MS merasa kesal karena ibunya kerap menasihati dan memarahinya terkait kebiasaan mengonsumsi narkoba.

    “Puncaknya, pada malam hari saat korban sedang terlelap di ruang tamu, pelaku mengambil parang dari dapur dan membacok korban berulang kali di bagian kepala, leher dan pergelangan tangan,” terang Arie.

    Kini, MS telah diamankan bersama barang bukti, dan ditahan di Polres Madina untuk proses hukum lebih lanjut.

    Atas perbuatannya, MS dijerat dengan Pasal 338 KUHP atau Pasal 354 ayat 2 KUHP subsider Pasal 351 ayat 3 KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

  • Hakim Tolak Eksepsi Brigadir Ade, Polisi yang Aniaya Bayinya Sendiri hingga Tewas

    Hakim Tolak Eksepsi Brigadir Ade, Polisi yang Aniaya Bayinya Sendiri hingga Tewas

     

    Liputan6.com, Semarang – Brigadir Ade Kurniawan, polisi penganiaya bayinya sendiri yang masih berusia 2 bulan hingga tewas mulai menjalani persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Semarang. 

    Hakim Ketua Nenden Riska Puspitasari dalam sidang di PN Semarang, menolak eksepsi terdakwa Brigadir Ade.

    “Memutuskan eksepsi terdakwa tidak dapat diterima, memerintahkan kepada penuntut umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara atas nama terdakwa Ade Kurniawan,” katanya dalam persidangan, Rabu (5/8/2025)

    Dalam pertimbangannya, hakim menyatakan dakwaan jaksa sudah disusun secara cermat, jelas, dan lengkap. Ia menjelaskan dakwaan telah menguraikan waktu dan tempat terjadinya peristiwa.

    Selain itu, lanjut dia, dakwaan jaksa juga telah menguraikan perbuatan terdakwa secara cermat, jelas, dan lengkap.

    Atas putusan itu, hakim memberi kesempatan penuntut umum untuk menghadirkan saksi pada persidangan yang akan datang.

    Kronologi Kejadian

    Sebelumnya, Brigadir Ade Kurniawan melakukan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan meninggalnya bayi NA yang merupakan anak kandungnya itu.

    Jaksa menjelaskan tindak pidana tersebut bermula ketika terdakwa berkenalan dengan ibu korban yang berinisial DJP pada 2023 lalu.

    Sejak berpacaran, terdakwa dan korban tinggal bersama di sebuah rumah kontrakan yang berlokasi di Palebon, Kota Semarang

    Ibu korban yang hamil kemudian meminta terdakwa untuk bertanggung jawab dengan menikahinya, namun permintaan itu ditolak.

    Terdakwa yang merasa sakit hati karena tuntutan ibu korban pertama kali menganiaya bayi NA di rumah kontrakan pada Maret 2025.

    Ekshumasi yang dilakukan kepolisian menyatakan kematian korban diakibatkan oleh kekerasan tumpul pada kepala yang mengakibatkan pendarahan otak.

    Atas perbuatannya, terdakwa dijerat dengan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak atau Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan atau Pasal 352 KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian.