Kasus: Narkoba

  • 31 pengguna sabu ditangkap dalam penggerebekan di Kampung Boncos

    31 pengguna sabu ditangkap dalam penggerebekan di Kampung Boncos

    Jakarta (ANTARA) – Kepolisian menangkap 31 orang yang positif mengonsumsi narkoba jenis sabu di Kampung Narkoba Boncos, Palmerah, Jakarta Barat, pada Kamis.

    “(Dari 32 orang yang diamankan) 31 orang terindikasi positif menggunakan narkoba,” ungkap Wakapolres Metro Jakarta Barat, AKBP Teuku Arsya Khadafi saat dikonfirmasi di Jakarta.

    Dalam penggerebekan tersebut, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti berupa 21 gram narkotika jenis sabu, berbagai alat hisap (bong), empat senjata tajam jenis celurit, sebuah pistol korek api, alat timbang digital dan puluhan korek api.

    Hingga kini, para pelaku termasuk barang bukti yang diamankan dalam proses penyidikan oleh Kepolisian. “Para pelaku serta barang bukti telah diamankan untuk pendalaman lebih lanjut di Polres Metro Jakarta Barat,” katanya.

    Arsya mengungkapkan bahwa penggerebekan Kampung Boncos itu juga dilakukan untuk mendukung mendukung Program Astacita dari Presiden Prabowo Subianto.

    Razia atau penggerebekan seperti itu, kata Arsya, akan terus dilakukan secara berkala. “Harapan kami, Kampung Boncos ini ke depannya bisa berubah menjadi wilayah yang lebih positif,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024

  • Terbongkar, Elon Musk Dicurigai Bocorkan Rahasia Negara ke Putin

    Terbongkar, Elon Musk Dicurigai Bocorkan Rahasia Negara ke Putin

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO SpaceX Elon Musk ternyata sering melanggar aturan rahasia negara. Bahkan, Musk dicurigai membocorkan rahasia ke musuh Amerika Serikat seperti Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Menurut laporan New York Times, Elon Musk sedang diselidiki oleh Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan, Angkatan Udara, dan Kantor Intelijen dan Keamanan Pentagon.

    Penyebabnya, SpaceX diketahui “berulang kali gagal menjalani protokol pelaporan federal untuk melindungi rahasia negara” sejak 2021. SpaceX disebut tidak melaporkan pertemuan Musk dengan pemimpin negara asing, terutama Vladimir Putin.

    Menurut sumber NYT, permintaan Musk untuk akses rahasia negara berulang kali ditolak Angkatan Udara AS. Israel juga cemas Musk bisa membocorkan rahasia negara yang sensitif.

    Terbongkarnya kelakuan Musk ini menjadi sorotan karena ia ditugaskan oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump, memimpin badan baru di pemerintahan AS untuk memangkas anggaran. Hubungan dekat Musk dengan Trump dan kebiasaannya melanggar norma serta kebiasaan bakal membuat pejabat pemerintah AS kebingungan.

    Musk telah merespons artikel dari NYT. “Pengkhianat negara mengejar saya, menggunakan boneka mereka di media tradisional. Saya tak suka memulai pertengkaran, tetapi saya akan mengakhirinya.”

    Pegawai SpaceX yang diwawancarai NYT mengaku mereka juga cemas dengan kemampuan Musk untuk merahasiakan informasi sensitif. Sejak 2021, Musk juga mengacuhkan kewajiban pelaporan pertemuan dengan pemimpin negara asing.

    Musk juga tidak melaporkan soal kebiasaannya menggunakan narkoba dan obat bius resep. Wall Street Journal, sebelumnya melaporkan Musk kesulitan meraih akses ke rahasia negara setelah divideokan menghisap marijuana di podcast Joe Rogan pada 2018.

    Elon Musk kini memiliki akses rahasia tertinggi di Agensi Kontra-intelijen Pertahanan dan Keamanan, tetapi tidak punya akses ke urusan pemerintah level-tertinggi, seperti program satelit mata-mata SpaceX yang diberi nama Starshield.

    “Jika tidak melaporkan sendiri, pertanyaannya adalah, kenapa tidak? Apa yang coba disembunyikan?” kata Andrew Bakaj, mantan pejabat CIA.

    (dem/dem)

  • Sebelum Dilaporkan Menganiaya, Chandrika Chika Sempat Tersangkut Kasus Narkoba

    Sebelum Dilaporkan Menganiaya, Chandrika Chika Sempat Tersangkut Kasus Narkoba

    Jakarta, Beritasatu.com – Selebgram Chandrika Chika dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan oleh seorang wanita berinisial YB karena diduga melakukan penganiayaan di tempat hiburan malam di kawasan SCBD Senayan, Jakarta, Sabtu (14/12/2024) 

    Sebelum diduga menganiaya, selebgram kelahiran Jakarta, 7 November 2003 itu ternyata sempat tersangkut kasus narkoba dan ditangkap Polres Metro Jakarta Selatan pada 22 April 2024.

    Dalam pemeriksaan Chandrika Chika terkait kasus narkoba, polisi menyita satu pod vape atau rokok elektrik yang mengandung cairan ganja sebagai barang bukti. Saat ditangkap, Chandrika tengah berpesta narkoba bersama lima temannya. Berdasarkan hasil tes urine, Chandrika positif menggunakan ganja.  Chandrika dijerat dengan pelanggaran Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dan pidananya kurang lebih 4 tahun. 

    Kepada media, Chandrika mengaku sempat syok dan mentalnya terganggu karena baru pertama berurusan dengan pihak kepolisian. “Begitu diperlihatkan hasil tes, aku syok. Mental aku langsung drop. Aku tidak menyangka hasilnya positif. Aku hanya bisa terdiam,” tutur Chandrika saat diwawancara di sebuah program televisi, Kamis (13/6/2024).

    Atas penangkapannya itu, Chandrika mengaku trauma dan ke depan akan lebih selektif memilih teman dalam pergaulannya. “Kejadian itu bikin aku trauma dan ini murni kesalahan aku karena kurang berhati-hati dalam pergaulan, aku kurang menjaga diri. Aku sampai detik ini takut kalau bakal terulang lagi,” tegasnya.

    Akibat kasus dugaan penggunaan narkoba, Chandrika mengaku harus menjalani rehabilitasi ketergantungan narkoba selama 2 bulan.  

    Kontroversi Chandrika Chika sebenarnya tidak hanya terkait kasus narkoba. Chandrika Chika juga sempat berseteru dengan selebgram Fujianti yang kala itu masih menjalin hubungan dengan Thariq Halilintar. 

    Tak hanya dengan Fuji, Chandrika juga sempat berseteru dengan beberapa artis, seperti  Azizah Salsha, Safira Prameswari, Khanza Naila, Ansellma Putri,  Satine Zanesta juga Shakira. Akibat perseteruannya itu, Chandrika sempat dijuluki netizen sebagai Drama Queen.

    Seusai beberapa kontroversinya dengan sejumlah artis dan juga tertangkap dalam kasus narkoba, kini Chandrika kembali tersangkut kasus dugaan penganiayaan yang dilaporkan korbannya berinisial YB ke Polres Metro Jakarta Selatan.

    Atas perbuatannya itu, Chandrika diduga melanggar Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman minimal 2 tahun 8 bulan dan hukuman maksimalnya 7 tahun penjara.

    Hingga kini penyidik masih mencari barang bukti dan memeriksa saksi-saksi serta memeriksa CCTV di lokasi kejadian. Polres Jakarta Selatan masih mempersiapkan surat pemanggilan kepada Chandrika terkait kasus penganiayaan.
     

  • Viral DWP 2024 Dicoreng Perilaku Oknum Polisi, Propam Polda Metro Jaya Turun Tangan – Page 3

    Viral DWP 2024 Dicoreng Perilaku Oknum Polisi, Propam Polda Metro Jaya Turun Tangan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Penyelenggaraan Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 diwarnai berita miring. Beberapa warga negara Malaysia yang juga pengunjung disebut-sebut ditangkap serampangan oleh oknum polisi. Peristiwa itu menjadi viral di media sosial.

    Salah seorang pemilik akun Instagram menceritakan, peristiwa itu berawal dari adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh jajaran kepolisian. Disebutkan satu persatu pengunjung diciduk, termasuk beberapa warga negara Malaysia.

    “Saat aku sedang bersenang-senang, polisi tiba-tiba datang dan mulai menangkap orang-orang di sekitarku. Aku benar-benar merasa kasihan pada semua orang yang kulihat di hari ke-1, ke-2, dan ke-3. Acara internasional dan begitu banyak turis internasional yang ditangkap. Bagaimana ini bisa terjadi? Aku tidak menggunakan narkoba, tetapi aku tidak punya masalah dengan orang-orang yang menggunakannya,” kata pemilik akun seperti dikutip, Kamis (19/12/2024).

    Pemilik akun mempertanyakan dasar kepolisian menangkap dan menggiring beberapa penonton. “Semua orang bersenang-senang dengan cara mereka sendiri. Bagaimana bisa polisi menangkap dan membawa orang satu per satu? Seperti yang kita tahu, wilayah ini termasuk dalam wilayah hukum Polres Jakarta Pusat,” tulisnya lagi.

    Terkait kejadian ini, pihak penyelenggara Djakarta Warehouse Project telah memberikan pernyataan resminya. Di mengunggah via Instagram @djakartawarehouseproject.

    Pihak panitia menyesalkan adanya kejadian itu. Namun, dia menegaskan penangkapan maupun pemeriksaan dari kepolisian di luar kendali langsung dari pihak panitia.

    “We hear your concerns and deeply regret the challenges and frustrations you experienced. While certain aspects of the situation were beyond our direct control, we fully understand the impact this has had on you. Your safety, your well-being, and your experience are-and will always. remain-our top priorities,” seperti dikutip Kamis malam.

    Terkait peristiwa itu, pihak panitia mengaku tengah bekerja sama dengan instansi terkait untuk menyelidiki secara menyeluruh insiden yang terjadi. Hal ini dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang kembali di kemudian hari.

    “We are actively working with the relevant authorities and government bodies to thoroughly investigate what occurred and to ensure concrete measures are implemented to prevent such incidents from happening again in the future,” ucapnya.

    Baca juga 5 Hal Mengapa DWP 2024 Jadi Festival EDM Paling Seru

    Festival musik Djakarta Warehouse Project (DWP) kembali digelar. Pemprov DKI mengaku raup untung atas penyelenggaraannya.

  • Andreas DPR Kritik Pemindahan Napi Bali Nine ke Australia, Integritas Hukum RI Dipertanyakan – Page 3

    Andreas DPR Kritik Pemindahan Napi Bali Nine ke Australia, Integritas Hukum RI Dipertanyakan – Page 3

    Sebagai informasi, Bali Nine merupakan julukan untuk 9 narapidana asal Australia yang ditangkap di Bali karena terbukti menyelundupkan 8,2 kilogram narkoba jenis heroin.

    Kesembilan narapidana itu adalah Andrew Chan, Myuran Sukumaran, Si Yi Chen, Michael Czugaj, Renae Lawrence, Tan Duc Thanh Nguyen, Matthew Norman, Scott Rush, dan Martin Stephens.

    Pada tahun 2015 Andrew Chan dan Myuran Sukumaran telah dieksekusi mati, sedangkan Renae divonis 20 tahun penjara dan telah bebas pada 2018 setelah mendapatkan beberapa remisi. Sementara itu, Tan Duc meninggal di dalam tahanan saat menjalani pidana penjara seumur hidup pada 2018.

    Sehingga mereka yang tersida dan dipulangkan ke Australia adalah Scott Anthony Rush, Mathew James Norman, Si Yi Chen, Michael William Czugaj, dan Martin Eric Stephens.

       

  • 3
                    
                        Polisi Saling Lempar Tanggung Jawab soal Kabar Pemerasan Penonton DWP 2024
                        Megapolitan

    3 Polisi Saling Lempar Tanggung Jawab soal Kabar Pemerasan Penonton DWP 2024 Megapolitan

    Polisi Saling Lempar Tanggung Jawab soal Kabar Pemerasan Penonton DWP 2024
    Tim Redaksi
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pihak kepolisian saling melempar tanggung jawab saat diminta penjelasan soal kabar sejumlah warga negara asal Malaysia diperas oknum polisi ketika menyaksikan perhelatan Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024.
    Mulanya, Kompas.com menghubungi Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Ahmad Fuady pada Rabu (18/12/2024).
    Hanya saja, dia menyarankan agar bertanya langsung kepada Polres Metro Jakarta Pusat.
    Pasalnya, berlangsungnya Djakarta Warehouse Project 2024 masuk ke dalam wilayah hukum Polres Jakarta Pusat.
    Sementara, pada hari yang sama, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro menyarankan Kompas.com agar bertanya langsung kepada Polda Metro Jaya.
    “Koordinasi (dengan) Ditresnarkoba Polda ya,” ujar Susatyo.
    Kompas.com menghubungi Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Donald Parlaungan Simanjuntak.
    Bukan hanya itu, kami juga menghubungi Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi pada Kamis (19/12/2024).
    Kendati demikian, kedua pejabat utama Polda Metro Jaya itu tak kunjung merespons.
    Di sisi lain, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Jamalinus Nababan mengaku, Polres Metro Jakarta Pusat tidak memonitor kejadian tersebut.
    “Kalau sepengetahuan kami, kami tidak monitor kejadian seperti itu, ditangkap, dipalak dan tes urine,” ucap Jamalinus saat dihubungi wartawan, Kamis.
    Meski begitu, Jamalinus tidak menjawab secara gamblang ketika ditanya apakah ada penonton
    DWP 2024
    yang ditangkap atau tidak.
    “Kami saat itu, pengamanan (keberlangsungan acara),” kata Jamalinus.
    Mengenai beredarnya kabar ini, Jamalinus mengatakan, Polres Metro Jakarta Pusat tengah mengecek ke jajaran apakah ada yang terlibat perkara tersebut atau tidak.
    Ilham (26), bukan nama sebenarnya, warga negara asal Malaysia terpaksa merogoh kocek Rp 200.000 agar paspor miliknya dikembalikan oleh terduga anggota polisi saat menonton Djakarta Warehouse Project di JIExpo Kemayoran, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (15/12/2024).
    Hal ini diungkap oleh teman Ilham asal Indonesia, Raka (27), bukan nama sebenarnya, yang ada di lokasi kejadian saat itu.
    “Ternyata paspornya dipegang polisi. Ya karena aku tahu polisi di Indonesia suka dengan
    bribe
    (suap), ya sudah, aku kasih yang ada di dompet aku. Kalau enggak salah, Rp 200.000,” kata Raka saat dihubungi Kompas.com melalui pesan Instagram, Kamis (19/12/2024).
    Penahanan paspor ini bermula saat Ilham dan Raka tengah asyik menyaksikan penampilan disjoki Steve Aoki di panggung Garuda Land.
    Tiba-tiba, seorang pria yang mengaku dari pihak kepolisian menarik tangan Ilham. Orang tersebut meminta agar Ilham mengikutinya.
    Terduga polisi itu menarik Ilham sambil mengatakan, “Polisi, ayo ikut ke belakang”.
    Menurut cerita Ilham, dia tidak sendiri. Ada beberapa penonton DWP 2024 lain yang turut dibawa untuk dikumpulkan dan diperiksa terduga polisi itu.
    Kepada terduga polisi ini, Ilham menjelaskan dirinya WNA asal Malaysia. Petugas lantas meminta paspor Ilham yang katanya untuk kebutuhan pemeriksaan administrasi.
    Setelah pemeriksaan ini, paspor Ilham tidak langsung dikembalikan. Terduga polisi tersebut malah mengetes tingkat kesadaran Ilham apakah mabuk atau tidak.
    “Kata teman aku, tes kesadarannya itu kayak bisa baca angka pada jari atau enggak, sama jalannya linglung atau enggak, sama dari bau mulut sih,” ujar Raka.
    Usai tes, paspor Ilham tak kunjung dikembalikan. Ilham berupaya meminta, namun petugas tidak menggubris dan memilih berbincang dengan petugas lain.
    Di sisi lain, Raka yang menyadari Ilham tak kunjung kembali setelah 30 menit mencari keberadaan temannya.
    Singkat cerita, Raka bertemu dengan Ilham yang tengah memohon agar polisi mengembalikan paspor miliknya. Saat itu, wajah Ilham terlihat panik, sama seperti beberapa penonton DWP 2024 lain yang paspornya turut ditahan.
    Raka pun turut meminta polisi mengembalikan paspor tersebut. Namun, upaya ini tak juga membuahkan hasil.
    Raka lantas melihat paspor milik penonton DWP lain yang turut disita polisi, di dalamnya terselip uang. Dengan begitu, ia berinisiatif memberikan uang Rp 200.000.
    “Teman aku dites kesadaran doang. Tapi, kata diaz ada yang dites urine juga. Tapi ya gitu, dipersulit pas balikin paspornya, pas habis bayar, ‘ya sudah sana’, gitu,” pungkas Raka.
    Setelah Raka memberikan uang, terduga polisi itu mengembalikan paspor milik Ilham.
    Adapun beredar kabar sejumlah penonton DWP 2024 ditangkap polisi lalu mengalami pemerasan.
    Salah satu yang menggaungkan kabar ini adalah pemilik akun X @Twt_Rave dengan menyebar beberapa yang berisi pemboikotan terhadap DWP.
    “DWP 2024. 400++ Malaysian di pau polisi Indonesia,” bentuk tulisan pada gambar yang diunggah @Twt_Rave.
    “DWP 2024. RM 9 Juta duit pau terkumpul,” tulis pada gambar yang diunggah pada akun yang sama.
    “DWP 2024. Checkout hotel pun polisi tunggu,” tulis pada gambar yang lain.
    Akun tersebut menyebutkan, pengalaman serupa juga dialami oleh warga negara asing (WNA) asal Singapura dan Thailand.
    Pengalaman lain juga diceritakan pemilik akun Instagram @ez.rawr yang berkomentar pada salah satu unggahan Instagram @djakartawarehouseproject.
    “Ada dua polisi yang menyamar menatap temanku dan aku selama 15 menit, ketika kami mabuk. Kami melihat kembali mereka setelah kami menyadari bahwa mereka adalah UC (undercover),” tulis @ez.rawr menggunakan bahasa Inggris.
    Sekira beberapa menit kemudian, petugas kepolisian yang tengah menyamar itu disebut pergi meninggalkan dia dan temannya.
    “Mereka pergi untuk menghentikan pasangan lain secara ACAK, tanpa alasan, dan membawa mereka keluar. (Sedangkan) lima dari mereka (polisi) mengawal,” ujar dia.
    “Tidak akan pernah lagi. Merasa sangat tidak aman setelah mendengar cerita negatif tetapi meminta suap. Mengerikan. Tidak akan pernah kembali ke DWP dan saya akan pergi ke sebuah festival di Thailand sebagai gantinya,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kronologis Lengkap WN Malaysia Mengaku Diperas Oknum Polisi Saat Konser DWP 2024: Paspor Ditahan – Halaman all

    Kronologis Lengkap WN Malaysia Mengaku Diperas Oknum Polisi Saat Konser DWP 2024: Paspor Ditahan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seorang warga negara Malaysia mengaku diperas Rp200 ribu oleh oknum polisi saat menonton konser Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, 13-15 Desember 2024.

    Ilham (26), bukan nama sebenarnya, terpaksa mengeluarkan Rp 200.000 agar paspor miliknya dikembalikan oleh terduga anggota polisi. 

    Hal ini diungkap oleh teman Ilham asal Indonesia, Raka (27), bukan nama sebenarnya, yang ada di lokasi kejadian saat itu. 

    “Ternyata paspornya dipegang polisi. Ya karena aku tahu polisi di Indonesia suka dengan bribe (suap), ya sudah, aku kasih yang ada di dompet aku. Kalau enggak salah, Rp 200.000,” kata Raka saat dihubungi Kompas.com melalui pesan Instagram, Kamis (19/12/2024).

    Penahanan paspor ini bermula saat Ilham dan Raka tengah asyik menyaksikan penampilan disjoki Steve Aoki di panggung Garuda Land. 

    Tiba-tiba, seorang pria yang mengaku dari pihak kepolisian menarik tangan Ilham. Orang tersebut meminta agar Ilham mengikutinya.

    Raka bilang, terduga polisi itu menarik Ilham sambil mengatakan, ‘Polisi, ayo ikut ke belakang’. Menurut cerita Ilham, dia tidak sendiri. Ada beberapa penonton DWP 2024 lain yang turut dibawa untuk dikumpulkan dan diperiksa terduga polisi itu.

    Kepada terduga polisi tersebut, Ilham menjelaskan bahwa dirinya WNA asal Malaysia. Petugas lantas meminta paspor Ilham yang katanya untuk kebutuhan pemeriksaan administrasi.

    Setelah pemeriksaan ini, paspor Ilham tidak langsung dikembalikan. Terduga polisi tersebut malah mengetes tingkat kesadaran Ilham apakah mabuk atau tidak.

    “Kata teman aku, tes kesadarannya itu kayak bisa baca angka pada jari atau enggak, sama jalannya linglung atau enggak, sama dari bau mulut sih,” ujar Raka.  

    Usai tes, paspor Ilham tak kunjung dikembalikan. Ilham berupaya meminta, namun petugas tidak menggubris dan memilih berbincang dengan petugas lain.

    Di sisi lain, Raka yang menyadari Ilham tak kunjung kembali setelah 30 menit mencari keberadaan temannya. Singkat cerita, Raka bertemu dengan Ilham yang tengah memohon agar polisi mengembalikan paspor miliknya.

    Saat itu, wajah Ilham terlihat panik, sama seperti beberapa penonton DWP 2024 lain yang paspornya turut ditahan.

    Raka pun turut meminta polisi mengembalikan paspor tersebut. Namun, upaya ini tak juga membuahkan hasil.

    Raka lantas melihat paspor milik penonton DWP lain yang turut disita polisi, di dalamnya terselip uang. Dengan begitu, ia berinisiatif memberikan uang Rp 200.000.

    “Teman aku dites kesadaran doang. Tapi, kata diaz ada yang dites urine juga. Tapi ya gitu, dipersulit pas balikin paspornya, pas habis bayar, ‘ya sudah sana’, gitu,” pungkas Raka. Setelah Raka memberikan uang, terduga polisi itu mengembalikan paspor milik Ilham.

     

    Keterangan Kapolres

    Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi Susatyo Purnomo Condro tidak banyak bicara perihal banyaknya WN Malaysia yang menjadi korban pemerasan.

    Susatyo menuturkan agar hal tersebut ditanyakan ke Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya.

     

    “Koordinasi dengan Narkoba Polda,” katanya.

    Berdasarkan informasi yang beredar ada lebih 400 penonton DWP yang menjadi korban pemerasan oleh oknum polisi dengan nilai mencapai 9 juta ringgit atau sekitar Rp32 miliar.

    Sebelumnya, penyelenggara DWP Ismaya Live membuat pernyataan terkait kabar kejadian pemalakan dan pemerasan yang terjadi.

     

    “Kepada keluarga besar DWP kami yang luar biasa. Kami mendengar kekhawatiran Anda dan sangat menyesalkan tantangan dan frustrasi yang Anda alami,” tulis pernyataan resmi DWP di Instagram, Kamis (19/12/2024).

     

    DWP komitmen akan bekerja sama dengan pihak berwenang dan pemerintah guna menyelidiki kasus ini secara menyeluruh.

     

    “Kami secara aktif bekerja sama dengan pihak berwenang dan badan pemerintah untuk menyelidiki secara menyeluruh apa yang terjadi dan untuk memastikan langkah-langkah konkret diterapkan untuk mencegah insiden semacam itu terjadi lagi di masa depan,” lanjutnya.

     

    Pihaknya mengutamakan keselamatan, kesejahteraan, dan pengalaman. (Kompas.com/Tribunnews)

     

  • 6
                    
                        WNA Malaysia Tiba-tiba Ditahan Paspornya oleh Polisi Saat Nonton DWP, Tebus Rp 200.000
                        Megapolitan

    6 WNA Malaysia Tiba-tiba Ditahan Paspornya oleh Polisi Saat Nonton DWP, Tebus Rp 200.000 Megapolitan

    WNA Malaysia Tiba-tiba Ditahan Paspornya oleh Polisi Saat Nonton DWP, Tebus Rp 200.000
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ilham (26), bukan nama sebenarnya, warga negara asing (WNA) asal Malaysia terpaksa merogoh kocek Rp 200.000 agar paspor miliknya dikembalikan oleh terduga anggota polisi saat menonton Djakarta Warehouse Project di JIExpo Kemayoran, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (15/12/2024).
    Hal ini diungkap oleh teman Ilham asal Indonesia, Raka (27), bukan nama sebenarnya, yang ada di lokasi kejadian saat itu.
    “Ternyata paspornya dipegang polisi. Ya karena aku tahu polisi di Indonesia suka dengan
    bribe
    (suap), ya sudah, aku kasih yang ada di dompet aku. Kalau enggak salah, Rp 200.000,” kata Raka saat dihubungi
    Kompas.com
    melalui pesan Instagram, Kamis (19/12/2024).
    Penahanan paspor ini bermula saat Ilham dan Raka tengah asyik menyaksikan penampilan disjoki Steve Aoki di panggung Garuda Land. 
    Tiba-tiba, seorang pria yang mengaku dari pihak kepolisian menarik tangan Ilham. Orang tersebut meminta agar Ilham mengikutinya.
    Raka bilang, terduga polisi itu menarik Ilham sambil mengatakan, ‘Polisi, ayo ikut ke belakang’.
    Menurut cerita Ilham, dia tidak sendiri. Ada beberapa penonton
    DWP 2024
    lain yang turut dibawa untuk dikumpulkan dan diperiksa terduga polisi itu.
    Kepada terduga polisi tersebut, Ilham menjelaskan bahwa dirinya WNA asal Malaysia. Petugas lantas meminta paspor Ilham yang katanya untuk kebutuhan pemeriksaan administrasi.
    Setelah pemeriksaan ini, paspor Ilham tidak langsung dikembalikan. Terduga polisi tersebut malah mengetes tingkat kesadaran Ilham apakah mabuk atau tidak.
    “Kata teman aku, tes kesadarannya itu kayak bisa baca angka pada jari atau enggak, sama jalannya linglung atau enggak, sama dari bau mulut sih,” ujar Raka. 
    Usai tes, paspor Ilham tak kunjung dikembalikan. Ilham berupaya meminta, namun petugas tidak menggubris dan memilih berbincang dengan petugas lain.
    Di sisi lain, Raka yang menyadari Ilham tak kunjung kembali setelah 30 menit mencari keberadaan temannya.
    Singkat cerita, Raka bertemu dengan Ilham yang tengah memohon agar polisi mengembalikan paspor miliknya. Saat itu, wajah Ilham terlihat panik, sama seperti beberapa penonton DWP 2024 lain yang paspornya turut ditahan.
    Raka pun turut meminta polisi mengembalikan paspor tersebut. Namun, upaya ini tak juga membuahkan hasil.
    Raka lantas melihat paspor milik penonton DWP lain yang turut disita polisi, di dalamnya terselip uang. Dengan begitu, ia berinisiatif memberikan uang Rp 200.000.
    “Teman aku dites kesadaran doang. Tapi, kata diaz ada yang dites urine juga. Tapi ya gitu, dipersulit pas balikin paspornya, pas habis bayar, ‘ya sudah sana’, gitu,” pungkas Raka.
    Setelah Raka memberikan uang, terduga polisi itu mengembalikan paspor milik Ilham.
    Adapun beredar kabar sejumlah penonton DWP 2024 ditangkap polisi lalu mengalami pemerasan.
    Salah satu yang menggaungkan kabar ini adalah pemilik akun X @Twt_Rave dengan menyebar beberapa yang berisi pemboikotan terhadap DWP.
    “DWP 2024. 400++ Malaysian di pau polisi Indonesia,” bentuk tulisan pada gambar yang diunggah @Twt_Rave.
    “DWP 2024. RM 9 Juta duit pau terkumpul,” tulis pada gambar yang diunggah pada akun yang sama.
    “DWP 2024. Checkout hotel pun polisi tunggu,” tulis pada gambar yang lain.
    Akun tersebut menyebutkan, pengalaman serupa juga dialami oleh warga negara asing (WNA) asal Singapura dan Thailand.
    Pengalaman lain juga diceritakan pemilik akun Instagram @ez.rawr yang berkomentar pada salah satu unggahan Instagram @djakartawarehouseproject.
    “Ada dua polisi yang menyamar menatap temanku dan aku selama 15 menit, ketika kami mabuk. Kami melihat kembali mereka setelah kami menyadari bahwa mereka adalah UC (undercover),” tulis @ez.rawr menggunakan bahasa Inggris.
    Sekira beberapa menit kemudian, petugas kepolisian yang tengah menyamar itu disebut pergi meninggalkan dia dan temannya.
    “Mereka pergi untuk menghentikan pasangan lain secara ACAK, tanpa alasan, dan membawa mereka keluar. (Sedangkan) lima dari mereka (polisi) mengawal,” ujar dia.
    “Tidak akan pernah lagi. Merasa sangat tidak aman setelah mendengar cerita negatif tetapi meminta suap. Mengerikan. Tidak akan pernah kembali ke DWP dan saya akan pergi ke sebuah festival di Thailand sebagai gantinya,” tambahnya.
    Setelah beredarnya kabar ini, Kompas.com menghubungi Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Ahmad Fuady pada Rabu (18/12/2024).
    Hanya saja, ia menyarankan agar bertanya langsung kepada Polres Metro Jakarta Pusat.
    Pasalnya, berlangsungnya Djakarta Warehouse Project 2024 masuk ke dalam wilayah hukum Polres Jakarta Pusat.
    Sementara, pada hari yang sama, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro menyarankan Kompas.com agar bertanya langsung kepada Polda Metro Jaya.
    “Koordinasi (dengan) Ditresnarkoba Polda ya,” ujar Susatyo.
    Kompas.com menghubungi Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Donald Parlaungan Simanjuntak.
    Kendati demikian, hingga berita ini diterbitkan, yang bersangkutan belum merespons.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemulangan Mary Jane Dinilai Momentum Hapus Hukuman Mati RI

    Pemulangan Mary Jane Dinilai Momentum Hapus Hukuman Mati RI

    Filipina telah lama menghapus hukuman mati

    Terpidana mati kasus penyelundupan narkoba Mary Jane di Lapas Perempuan Kelas IIA Pondok Bambu, Jakarta Timur, Selasa,17/12/2024 malam (IDN Times/Lia Hutasoit)

    Intinya Sih…

    Repatriasi Mary Jane Veloso menjadi langkah awal penghormatan HAM di Indonesia
    Pemindahan ke Filipina memastikan tidak akan dieksekusi mati, menjadi titik balik kebijakan hukuman mati Indonesia
    Hukuman mati melanggar HAM, pemerintah seharusnya mencabut status terpidana mati Mary Jane

    1. Mary Jane tidak akan dieksekusi mati di Filipina IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

    Lanjutkan membaca artikel di bawah

    Editor’s picks

    2. Amnesty Internasional sebut hukuman mati melanggar HAMDirektur eksekutif Amnesty International Indonesia (AII), Usman Hamid. (IDN Times/Margith Damanik)3. Pemerintah seharusnya mencabut status terpidana mati Mary JaneAktivis HAM dari Amnesty International, Usman Hamid (dok. PDIP)

    Muhammad Ilman Nafi’an
    Editor

    Berita Terkini Lainnya

  • Penjelasan Polisi Soal Viral WN Malaysia Diperas saat Nonton Konser Djakarta Warehouse Project 2024 – Halaman all

    Penjelasan Polisi Soal Viral WN Malaysia Diperas saat Nonton Konser Djakarta Warehouse Project 2024 – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejumlah warga negara asal Malaysia mengaku dipalak dan diperas oleh oknum kepolisian saat menonton konser Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 di JIEXpo Kemayoran, Jakarta Pusat, 13-15 Desember 2024.

     

    Menurut keterangan WN Malaysia, mereka diperas usai di tes urine narkotika, ujungnya oknum polisi meminta membayar sejumlah uang.

     

    Mereka kini menggaungkan hashtag Boikot DWP di media sosial sebagai bentuk kekecewaan.

    Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Jamalinus Nababan menanggapi perihal tudingan oknum polisi yang memeras WN Malaysia tersebut.

     

    Menurutnya, kehadiran personelnya dalam gelaran DWP 2024 untuk pengamanan jalannya acara.

     

    “Kalau sepengetahuan kami, kami tidak monitor kejadian seperti itu, ditangkap, dipalak, dan tes urine,” kata Jamalinus saat dihubungi Kamis (19/12/2024).

    Pihaknya bakal mengecek ke anggotanya yang bertugas di DWP 2024.

     

    Nababan juga akan memastikan apakah ada penonton yang dites urine ataukah tidak.

     

    “Kami sedang cek juga ke jajaran kita apakah ada kejadian seperti yang diberitakan,” katanya.

    Sebelumnya, viral di media sosial soal pengakuan sejumlah penonton DWP yakni WN Malaysia yang menjadi korban pemerasan oleh oknum kepolisian. 

     

    Mereka mengeklaim dipaksa melakukan tes urine hingga terjadi pemalakan. 

     

    Nilainya uang yang diperas itu dikabarkan mencapai Rp 32 miliar atau 9 juta Ringgit Malaysia.

     

    Tanggapan Penyelenggara

     

    Pihak penyelenggara DWP Ismaya Live membuat pernyataan terkait kabar kejadian pemalakan dan pemerasan yang terjadi

     

    “Kepada keluarga besar DWP kami yang luar biasa. Kami mendengar kekhawatiran Anda dan sangat menyesalkan tantangan dan frustrasi yang Anda alami,” tulis pernyataan resmi DWP di Instagram, Kamis (19/12/2024).

    DWP komitmen akan bekerja sama dengan pihak berwenang dan pemerintah guna menyelidiki kasus ini secara menyeluruh.

     

    “Kami secara aktif bekerja sama dengan pihak berwenang dan badan pemerintah untuk menyelidiki secara menyeluruh apa yang terjadi dan untuk memastikan langkah-langkah konkret diterapkan untuk mencegah insiden semacam itu terjadi lagi di masa depan,” lanjutnya.

     

     

    Pihaknya mengutamakan keselamatan, kesejahteraan, dan pengalaman.