Jaringan Pengedar Narkoba Diungkap di Riau, Polisi Pamerkan Uang Rp 11 M Hasil Sitaan
Tim Redaksi
PEKANBARU, KOMPAS.com
– Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau mengungkap jaringan pengedar narkoba yang disertai tindak pidana pencucian uang (TPPU). Dari pengungkapan ini, polisi menyita uang tunai senilai Rp 11.340.000.000 serta aset mencapai Rp 15.260.000.000.
Direktur Reserse
Narkoba
Polda Riau, Kombes Putu Yudha Prawira, menjelaskan kasus ini bermula dari penangkapan H alias Asen di Kabupaten
Rokan Hilir
, pada Jumat (25/7/2025). Dari rumah tersangka, polisi menemukan sabu seberat 40,05 gram, 57,5 butir pil ekstasi, dan 220 butir happy five.
“Berkas perkara tersangka H alias Asen, kini telah dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi Riau,” kata Putu dalam konferensi pers di
Pekanbaru
, Selasa (11/11/2025).
Berdasarkan pemeriksaan, barang tersebut diperoleh dari MR alias Abeng. Pelaku sempat melarikan diri sebelum ditangkap di Rokan Hilir pada 30 September 2025 malam.
“Dari hasil pemeriksaan, tersangka MR alias Abeng mengaku telah lima kali bertransaksi narkotika dengan H alias Asen sejak Maret hingga Juli 2025,” ujar Putu.
Polisi kemudian menelusuri dugaan
pencucian uang
. Uang hasil transaksi narkoba ditampung melalui rekening bank atas nama istri tersangka. Aset yang diduga dibeli dari keuntungan narkoba berupa kapal, kebun sawit, rumah toko, mobil, dan rumah di Riau serta Sumatera Utara.
“Temuan ini kami kembangkan bersama tim
TPPU
. Analisis transaksi keuangan menunjukkan adanya aliran dana mencurigakan hingga miliaran rupiah,” kata Putu.
Ada satu orang lain berinisial S yang saat ini sedang diburu.
Tersangka MR alias Abeng diketahui mengedarkan narkoba sejak 2013. Ia pernah dipenjara dalam kasus serupa pada 2017 dan bebas pada 2019.
“Meski di dalam lapas, tersangka ini masih mengendalikan penjualan narkoba,” ujar Putu.
Polisi menyatakan penelusuran aset akan terus dilakukan.
“Masih kembangkan. Tersangka yang kami tangkap ini merupakan jaringan internasional. Akan kami tangkap pelaku lainnya, dan kami miskinkan bandarnya,” kata Putu.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: Narkoba
-

Trump Menggila Tembak Rudal ke Kapal Asing, 75 Orang Tewas
Jakarta, CNBC Indonesia – Militer Amerika Serikat (AS) telah melancarkan serangan udara terhadap dua kapal yang diduga digunakan untuk penyelundupan narkoba di perairan Pasifik Timur pada Minggu, (9/11/2025). Serangan ini menewaskan enam orang.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengumumkan serangan ganda ini melalui media sosial pada Senin, (10/11/2025). Hegseth menyatakan bahwa setiap kapal membawa tiga orang dan semuanya tewas.
“Kapal-kapal ini diketahui oleh intelijen kami terkait dengan penyelundupan narkotika ilegal, membawa narkotika, dan melintasi rute transit perdagangan narkotika yang terkenal di Pasifik Timur,” tulis Hegseth. Ia menambahkan bahwa kapal-kapal tersebut dioperasikan oleh “Organisasi Teroris yang Ditunjuk,” tanpa memerinci kelompok mana yang dimaksud.
Serangan ini menjadikan total serangan yang diumumkan oleh AS sejak kampanye dimulai menjadi 19, dengan jumlah korban tewas mencapai sedikitnya 75 orang.
Hegseth menegaskan bahwa serangan tersebut dilakukan di perairan internasional. Ia juga menegaskan kembali justifikasi di balik kebijakan keras tersebut.
“Di bawah Presiden Trump, kami melindungi tanah air dan membunuh para teroris kartel ini yang ingin merugikan negara kami dan rakyatnya,” kata Hegseth.
Namun, kampanye militer ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk pakar hukum perang, organisasi hak asasi manusia PBB, hingga anggota parlemen AS dari kedua partai. Para kritikus berpendapat bahwa serangan mematikan terhadap kapal kecil yang diduga membawa warga sipil yang terlibat dalam perdagangan komersial narkoba, meskipun mereka adalah penyelundup, dapat dianggap sebagai eksekusi di luar proses hukum dan melanggar hukum internasional.
Pemerintahan Trump membela tindakan tersebut, mengklaim bahwa AS berada dalam “konflik bersenjata” dengan kartel narkoba dan menyebut mereka sebagai “teroris narkotika.” Meskipun demikian, AS belum merilis bukti konkret yang memverifikasi klaim bahwa kapal-kapal yang ditargetkan membawa narkotika atau menimbulkan ancaman bersenjata terhadap AS.
Serangan terbaru ini dilakukan di perairan Pasifik Timur, yang merupakan rute utama bagi kokain dari produsen terbesar Amerika Selatan, setelah sebagian besar serangan awal berfokus di Laut Karibia. Aksi militer ini juga bertepatan dengan peningkatan kehadiran militer AS yang signifikan di Karibia.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5408551/original/061464500_1762824356-BNN.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Operasi BNN di 53 Titik Kampung Narkoba: 1.259 Orang Diamankan, 19 Pucuk Senjata Disita
Liputan6.com, Jakarta – Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia berhasil menangkap 1.259 orang dalam Operasi Bersama Pemberantasan dan Pemulihan Kampung Rawan Narkotika yang dilaksanakan serentak di 53 titik di seluruh Indonesia pada 5–7 November 2025.
“Adapun dari hasil operasi ini, tim gabungan telah mengamankan sebanyak 1.259 orang, terdiri dari 830 laki-laki dan 429 perempuan yang diduga terlibat peredaran dan penyalahgunaan narkotika,” kata Kepala BNN Komisaris Jenderal Polisi Suyudi Ario Seto di Kantor BNN RI, Jakarta Timur, dikutip dari Antara, Selasa (11/11/2025).
Dari hasil pemeriksaan penyidik, sebanyak 395 orang di antara mereka diketahui positif mengonsumsi narkoba.
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, sebanyak 37 orang ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara dugaan tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan 359 orang lainnya direkomendasikan untuk direhabilitasi.
“Pemulihan penyalahguna narkotika ini dimaksudkan untuk memberikan pesan kepada publik bahwa BNN Republik Indonesia bukan hanya fokus pada pemberantasan, namun juga berkomitmen memperkuat upaya rehabilitasi penyalahguna narkotika, pemberdayaan masyarakat dan juga pencegahan,” ujarnya.
Operasi tersebut melibatkan sekitar 4.720 personel yang terdiri atas personel BNN, TNI, Polri, dan unsur masyarakat lainnya.
Sedangkan barang bukti yang disita dalam operasi gabungan tersebut meliputi narkotika jenis sabu seberat 126,325 kilogram, 12,726 kilogram ganja, dan ekstasi 1.428 butir. Tim gabungan juga menyita obat keras jenis Trihex dan Tramadol sebanyak 120 butir.
Suyudi menjelaskan dalam operasi tersebut, personel gabungan juga berhasil mengamankan uang tunai senilai Rp1.543.699.000 dan uang tunai yang diduga palsu Rp5.500.000.
-

Basori Divonis 5 Tahun Penjara Kasus Narkoba, Pura-pura Jadi Peternak Ayam
Surabaya (beritajatim.com) – Basori Alwi bin Suyanto harus menerima hukuman lima tahun penjara setelah hakim Sih Yuliarti memutuskan bahwa ia terbukti bersalah dalam kasus peredaran narkoba jenis sabu-sabu. Modus operandi yang digunakan Terdakwa cukup mengejutkan, yaitu dengan berpura-pura menjadi peternak ayam untuk menutupi aktivitas ilegalnya.
“Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 114 ayat (1) Jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotik,” ujar hakim dalam putusannya, Senin (10/11/2025).
Hakim Sih Yuliarti memutuskan Basori Alwi dihukum dengan pidana penjara selama lima tahun serta denda sebesar Rp1 miliar, yang jika tidak dibayar akan digantikan dengan hukuman tambahan berupa tiga bulan penjara.
Putusan ini lebih ringan dibandingkan dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Yustus One Simus.P, yang sebelumnya menuntut Basori dengan pidana penjara enam tahun dan denda Rp1 miliar, subsidair empat bulan penjara.
Kronologi Penangkapan Basori Alwi
Peristiwa bermula pada April 2025 ketika Basori Alwi bekerja sebagai pemelihara ayam di bawah pengawasan Suliadi bin Sugeng Pramono. Ia tinggal di sebuah rumah di Desa Segawe Kidul, Mojokerto, bersama Suliadi.
Namun, Basori mengetahui bahwa Suliadi juga terlibat dalam peredaran sabu-sabu, bahkan dirinya juga turut mengonsumsi narkoba tersebut secara gratis.Pada Senin, 5 Mei 2025, Basori diminta oleh Suliadi untuk mengantarkan sabu kepada seseorang bernama Kiky. Sebagai imbalannya, Basori diberikan uang dan sabu gratis. Dalam perjalanan, pada pukul 04.00 WIB, Basori menyerahkan satu poket sabu kepada Kiky di pinggir jalan Desa Kemlagi, Mojokerto. Sebagai bayaran, Basori menerima uang sebesar Rp300 ribu dari Suliadi.
Keesokan harinya, pada 6 Mei 2025, polisi mendapat informasi dari masyarakat dan langsung melakukan penggeledahan di rumah Suliadi dan Basori.
Dalam penggeledahan tersebut, polisi menemukan barang bukti berupa satu wadah biskuit bekas yang berisi lima paket sabu dengan berat total 2,13 gram, sebuah ponsel Xiaomi Note 1, dan barang bukti lainnya yang disimpan di kamar. Suliadi dan Basori akhirnya diamankan oleh pihak kepolisian dari Polres Pelabuhan Tanjung Perak. [uci/suf]
-

Operasi Tindak Narkoba, BNN Komitmen Perkuat Rehabilitasi-Pemberdayaan Warga
Jakarta –
Badan Narkotika Nasional (BNN) RI telah menggelar operasi penindakan narkoba di seluruh Indonesia selama tiga hari. Harapannya, hasil dari operasi tersebut bisa menjadi pintu masuk atau entry point rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat.
“Pelaksanaan operasi ini diharapkan dapat menjadi entry point untuk membuka jalan program rehabilitasi, pemberdayaan masyarakat,” kata Kepala BNN RI Komjen Suyudi Ario Seto, kepada wartawan saat konferensi pers di kantornya, Senin (10/11/2025).
“BNN Republik Indonesia bukan hanya fokus pada pemberantasan saja, namun juga berkomitmen memperkuat upaya rehabilitasi penyalahguna narkotika, pemberdayaan masyarakat dan pencegahan melalui edukasi bahaya narkotika dan pengembangan karakter serta moral masyarakat,” tuturnya.
Dia mengatakan pemberdayaan warga dan program rehabilitasi penting di wilayah yang menjadi zona rawan narkoba. Sehingga program pencegahan berkelanjutan bisa dilakukan setelah operasi tuntas
“Dan tentunya program pencegahan yang berkelanjutan di kawasan rawan narkotika dari berbagai pihak secara kolaboratif dan terpadu,” ungkapnya.
“Negara berkewajiban menciptakan kawasan pemukiman yang ramah bagi tumbuh kebanggaan nilai-nilai moralitas dalam kehidupan sosial masyarakat,” jelasnya.
Suyudi menyebut tujuan operasi tersebut bukan hanya sebagai pemberantasan. Melainkan juga pemulihan terhadap korban penyalahgunaan narkoba.
“Sedangkan kepada 359 lainnya direkomendasikan untuk menjalani rehabilitasi serta mengikuti program wajib lapor ke institusi penerima wajib lapor atau IPWl,” tambah Suyudi.
(rdh/idn)
-

Horor Rusuh Penjara Ekuador Tewaskan 31 Orang, Banyak yang Dicekik
Jakarta –
Setidaknya 31 orang tewas dalam kerusuhan di sebuah penjara di Ekuador. Otoritas setempat mengatakan bahwa dari jumlah itu, setidaknya 27 narapidana ditemukan tewas akibat sesak napas setelah diduga saling mencekik di antara mereka.
Dilansir kantor berita AFP, Senin (10/11/2025), dalam sebuah pernyataan, otoritas penjara mengatakan bahwa 27 orang yang ditemukan tewas pada Minggu (9/11) sore di penjara Machala di provinsi El Oro telah saling mencekik, hingga mengalami sesak napas.
Otoritas mengatakan mereka masih berupaya untuk “mengklarifikasi fakta sepenuhnya.” Para petugas medis forensik berada di lokasi untuk memverifikasi informasi.
Hari yang mematikan di penjara Machala tersebut menandai gelombang kerusuhan terbaru di penjara di negara Amerika Selatan tersebut.
Penjara-penjara Ekuador telah menjadi pusat operasional bagi geng-geng pengedar narkoba yang bersaing. Lebih dari 500 narapidana tewas dalam bentrokan antar kelompok yang bersaing untuk mengendalikan perdagangan yang menguntungkan, tapi ilegal ini.
Kerusuhan pada hari Minggu (9/11) bermula sekitar pukul 03.00 waktu setempat di penjara di kota Machala, sebuah kota di barat daya Ekuador. Penduduk setempat melaporkan mendengar suara tembakan, ledakan, dan teriakan minta tolong dari dalam kompleks penjara. Otoritas penjara Ekuador, SNAI, awalnya melaporkan empat orang tewas dalam bentrokan itu, sementara 33 narapidana dan seorang polisi mengalami luka-luka.
Tim polisi elite segera dikerahkan dan berhasil mengendalikan situasi setelah beberapa jam.
Kekerasan tersebut diyakini terkait dengan rencana pemindahan beberapa narapidana ke penjara baru dengan keamanan maksimum di provinsi lain. Penjara tersebut dibangun oleh pemerintahan Presiden Daniel Noboa dan akan diresmikan bulan ini.
Sebelumnya, pada akhir September lalu, konfrontasi bersenjata lainnya di penjara Machala menewaskan 13 narapidana dan seorang petugas penjara.
Lihat juga Video Ricuh Bentrokan Geng di Penjara Ekuador, 14 Orang Tewas
Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
-

Ekonomi Indonesia Turun, Apa Penyebabnya?
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Sorotan tajam diberikan oleh Said Didu terkait Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di triwulan III 2025 ini.
Lewat cuitan di akun media sosial X pribadinya, Said Didu menyebut ada penurunan di pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ia menyebut angka dari 5,12 persen harus lumayan turun angka ke 5,04 persen.
Ini juga disebut ikut mempengaruhi pertumbuhan konsumsi di Indonesia yang juga mengalami penurunan.
“Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2025 turun dari 5,12 % ke 5,04 % dan pertumbuhan konsumsi juga turun,” tulisnya dikutip Senin (10/11/2025).
Mantan sekertaris BUMN itu pun menyebut untuk pertumbuhan ekonomi ini bakalan sulit untuk kembali dinaikkan.
“Pertumbuhan ekonomi sulit dinaikkan,” ungkapnya.
Ia menyebut beberapa faktor yang membuat ini sulit seperti Judi Online, korupsi dan penyelundupan obat-obat terlarang.
“Selama kebocoran di Judi Online, korupsi, narkoba, dan penyelundupan tidak bisa dihentikan,” terangnya.
(Erfyansyah/fajar)
-

Bentrokan Maut Geng Narkoba di Penjara Ekuador, 4 Orang Tewas
Jakarta –
Setidaknya empat orang tewas dan lebih dari 30 orang terluka dalam bentrokan di penjara di Ekuador menggunakan senjata api dan bahan peledak. Bentrokan ini merupakan gelombang terbaru kerusuhan penjara di negara Amerika Selatan tersebut.
Dilansir AFP, Senin (10/11/2025), penjara-penjara Ekuador telah menjadi pusat operasional bagi geng-geng penyelundup narkoba yang bersaing, dengan lebih dari 500 narapidana tewas dalam pertempuran antarkelompok yang bersaing untuk mengendalikan perdagangan ilegal tersebut.
Insiden terbaru terjadi sekitar pukul 03.00 waktu setempat di penjara di Machala, sebuah kota di barat daya. Penduduk setempat dapat mendengar suara tembakan, ledakan, dan teriakan minta tolong yang datang dari dalam dinding penjara.
Otoritas penjara SNAI Ekuador mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa empat orang tewas dalam bentrokan tersebut, sementara 33 narapidana dan seorang petugas polisi terluka.
Tim polisi elite segera memasuki penjara dan mengambil alih kendali setelah kerusuhan pecah. Namun, laporan tersebut tidak merinci identitas korban tewas atau mengonfirmasi apakah bentrokan tersebut merupakan kasus lain dari perkelahian antar geng.
Kekerasan tersebut diyakini terkait dengan rencana pemindahan beberapa narapidana ke penjara baru dengan keamanan maksimum yang dibangun oleh pemerintahan Presiden Daniel Noboa di provinsi lain yang akan diresmikan bulan ini.
Pada akhir September, konfrontasi bersenjata lainnya di penjara Machala menewaskan 13 narapidana dan seorang petugas penjara.
(rfs/rfs)
-

Bawa-Bawa Sufmi Dasco, Reaksi Nagita Slavina Ditagih Utang Pengacara atas Kasus Narkoba Raffi Ahmad
GELORA.CO – Sebuah kisah lama dari pusaran kasus narkotika yang pernah menjerat Raffi Ahmad pada 2013 kembali terangkat ke permukaan.
Kali ini, sorotan datang dari Raden Nuh, seorang aktivis yang pernah menjadi bagian dari tim hukum presenter kondang tersebut.
Raden Nuh membeberkan adanya janji honorarium yang belum tuntas, yang bahkan coba ditagihkan melalui istri Raffi, Nagita Slavina.
Upaya penagihan itu menemui jalan buntu dan memicu reaksi yang dianggap berlebihan.
Insiden penagihan ini bermula ketika istri Raden Nuh, Dian, tidak sengaja berjumpa dengan Nagita Slavina di sebuah restoran mewah di kawasan Pondok Indah, Jakarta.
Namun, alih-alih mendapat respons positif, pendekatan tersebut justru menimbulkan kesalahpahaman.
Raden Nuh menceritakan bagaimana reaksi pihak Raffi Ahmad terhadap upaya penagihan itu.
“Rupanya responnya itu terlalu paranoid, terlalu berlebihan, gitu. Sampai ada rapat sama Dasco (Sufmi Dasco), sampai saya ditelepon juga sama beberapa senior aktivis lah,” ungkap Raden Nuh dalam sebuah wawancara virtual, Sabtu, 8 November 2025.
Ia menyadari secara hukum posisinya lemah, namun ia menyoroti ini sebagai masalah tagihan moral, terutama melihat kondisi finansial Raffi saat ini.
“Kalau orang punya tunggakan, kalau orang yang nggak mampu sih nggak apa-apa. Sementara kan kondisi ekonominya dia kan, kita lihat sudah jauh seperti bumi dan langit,” kata Raden.
Kini, Raden Nuh mengaku telah mengikhlaskan uang tersebut dan hanya berharap ada pengakuan atas bantuannya di masa lalu.
“Kalau dia bilang nggak mau bayar karena ini sudah lama, oke, sudah cukup. Tapi kalau dia bilang nggak ada kejadian itu, itu ada. Itu intinya,” ucap Raden.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Raffi Ahmad maupun Nagita Slavina terkait klaim tersebut.
Keterlibatan Raden Nuh dalam perkara hukum presenter berusia 38 tahun itu terjadi pada Januari 2013 silam.
Saat itu, Badan Narkotika Nasional (BNN) menggerebek kediaman Raffi Ahmad di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan menemukan zat turunan katinon.
Raden Nuh mengaku diminta bergabung untuk membantu penanganan kasus oleh pengacara utama Raffi saat itu, Rahmat Sorialam Harahap.
Menurutnya, bantuan tersebut diperlukan karena kasus yang dihadapi Raffi itu menjadi kompleks dan melibatkan tiga institusi besar.
Dari situlah, kesepakatan mengenai honorarium sebesar Rp250 juta untuk jasanya tercapai.
Akan tetapi, pembayaran tersebut tak kunjung terealisasi hingga bertahun-tahun kemudian.
Isu ini kembali diungkit saat Raden Nuh bertemu Rahmat Sorialam Harahap di Medan pada 2024.
/data/photo/2025/11/11/69135078df83b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
