Macet Panjang di Jalan Malang-Surabaya akibat Tembok Penahan Tanah Ambrol
Tim Redaksi
PASURUAN, KOMPAS.com
– Arus lalu lintas di jalan nasional Malang-Surabaya, Jawa Timur macet panjang pada akhir pekan, Sabtu (6/12/2025).
Sebab,
tembok penahan tanah
(TPT) di tepi jalan tersebut ambrol tergerus air hujan sejak Jumat (5/12/2025).
Untuk mengurai kemacetan, sejumlah personel dari Satuan Lalu Lintas Polres
Pasuruan
bersiaga di lokasi kemacetan.
Arus kendaraan terlihat macet sekitar 1 kilometer dari titik (TPT) di tepi jalan nasional Malang-Surabaya, tepatnya di Desa Parerejo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Rentetan pengendara mobil dan motor harus mengurangi laju kecepatan di titik tersebut yang mengalami penyempitan.
TPT yang ambrol ditandai dengan penutupan terpal berwarna biru dan tumpukan kantong sak berisi material sebagai penahan.
Selain itu, dipasang pembatas agar pengendara tidak menepi pada titik yang ambrol.
“Ya, petugas dari Satlantas sedang mengatur lalu lintas karena terjadi kemacetan akibat. Namun, sampai saat ini belum dilakukan
contraflow
,” kata Iptu Joko Suseno, Kasi Humas Polres Pasuruan, Sabtu (6/12/2025).
TPT yang ambrol akibat tergerus air hujan lebarnya 1-2 meter dengan panjang sekitar 20 meter.
Sejumlah pengendara berharap agar
perbaikan TPT
segera dilakukan dengan cepat.
Mengingat, arus jalur tersebut posisinya menurun dan ramai menjelang libur sekolah.
“Iya, kami berharap pihak pemerintah segera memperbaiki. Jalan ini ramai, apalagi di akhir pekan,” ujar Syafril, warga Pasuruan yang biasa melewati jalan tersebut.
Perbaikan TPT sebenarnya sedang dilakukan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali sejak Selasa (2/12/2025) lalu.
Namun, pada Jumat (5/12/2025) sore, kembali ambrol dan lebih parah akibat hujan deras di wilayah Purwodadi, Kabupaten Pasuruan.
“Langsung pengamanan di lokasi longsor dan dilanjut perbaikannya,” kata Dimas Prasetyo, Pengawas Lapangan BBPJN Jatim Bali ruas Sidoarjo-Porong melalui pesan singkatnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: Kemacetan
-
/data/photo/2025/12/06/69341aac6e87f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Macet Panjang di Jalan Malang-Surabaya akibat Tembok Penahan Tanah Ambrol Surabaya 6 Desember 2025
-
/data/photo/2025/08/27/68ae80079360e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
584 Pasukan Putih Disiagakan Bantu Tangani Pasien Stroke di Jakarta Megapolitan 6 Desember 2025
584 Pasukan Putih Disiagakan Bantu Tangani Pasien Stroke di Jakarta
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com –
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyiagakan ratusan Pasukan Putih dari Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta untuk membantu menangani pasien
stroke
di Jakarta.
“Ada
Pasukan Putih
yang jumlahnya 584, dan Pasukan Putih ini memang secara khusus memberikan pelayanan kepada lansia dan difabel. Maka untuk itu, kita tambahkan (tugasnya). Pasukan Putih kita tugaskan secara khusus untuk berkaitan dengan
stroke
ini,” ujar Pramono di Balai Kota Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat (5/12/2025).
Adapun Pasukan Putih merupakan julukan bagi petugas layanan kesehatan keliling dari Dinkes DKI Jakarta. Mereka bertugas untuk mendatangi langsung rumah warga rentan, di antaranya lansia dan penyandang disabilitas, untuk memberikan perawatan dasar, pendampingan, serta edukasi kesehatan.
Menurut Pramono, dukungan Pasukan Putih sangat penting karena
golden period
atau masa kritis penanganan pasien
stroke
hanya berlangsung sekitar 4,5 jam.
Ia mengakui, proses ini tidak mudah dilakukan di Jakarta yang memiliki banyak titik kemacetan.
“Jakarta berkomitmen untuk penanganan siaga stroke ini dengan sungguh-sungguh. Dan kami juga memberikan fasilitas tambahan kepada Dinas Kesehatan untuk Pasukan Putih dilengkapi dengan ambulans-ambulans, dan kami mulai sekarang punya ambulans yang listrik, mobil listrik,” kata Pramono.
Kepala Dinkes DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, angka kecacatan akibat stroke di Jakarta mencapai 21,4 persen.
“Angka kecacatan akibat stroke di Jakarta cukup tinggi. Ada 21,4 persen dan 2,9 persen di antaranya berakhir dengan kematian,” ujar Ani di Balai Kota Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat.
Ia melanjutkan,
stroke
merupakan penyakit yang perlu ditangani dengan cepat, yakni kurang dari 4,5 jam sejak gejala pertama muncul.
Penanganan yang cepat dan tepat, menurut Ani, juga dapat berkontribusi pada peningkatan Global City Index melalui perbaikan kualitas hidup (
quality of life
) dan peningkatan produk domestik bruto (PDB) per kapita.
Oleh karena itu, Dinkes mendorong Jakarta bisa menjadi kota siaga
stroke
.
Ani menyebut, Jakarta telah memiliki berbagai sumber daya yang mendukung upaya tersebut, di antaranya Pasukan Putih (petugas pelayanan kesehatan keliling), puskesmas, rumah sakit, layanan ambulans gawat darurat, command center, JakAmbulans, JakConnected, dan JakWarehouse.
Menurut dia, pelayanan bagi pasien
stroke
juga harus terintegrasi dari hulu ke hilir, mulai dari pencegahan, respons cepat, perawatan akut, hingga rehabilitasi dan pemulihan.
“Sehingga sistem ini memastikan setiap warga mendapatkan layanan yang cepat, tepat dan terstandar,” imbuhnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Warga Jember Galang Petisi Change.org Tolak Pelebaran Trotoar Jalan Kartini
Jember (beritajatim.com) – Warga Kabupaten Jember, Jawa Timur, menggalang petisi daring di situs Change.org untuk menolak pelebaran trotoar Jalan Kartini yang saat ini dilakukan pemerintah daerah setempat.
Petisi berjudul ‘Kaji Ulang Pelebaran Trotoar di Jalan Kartini, Jember’ ini dibuat pada 4 Desember 2025 oleh Armand Prasetya. Hingga Sabtu (6/12/2025) pukul 09.02 WIB, tercatat 969 orang sudah menandatangani petisi tersebut.
Dalam petisi itu, Armand Prasetya menyebut pelebaran trotoar akan memperparah kemacetan karena Jalan Kartini semakin sempit. “Jalan ini sudah terkenal dengan lalu lintas yang padat dan arus kendaraan yang sibuk setiap harinya,” tulisnya.
Armand mengingatkan, Jalan Kartini adalah pusat aktivitas dengan empat sekolah, sebuah gereja besar, kantor kepolisian resor, Kantor BRI, restoran, dan rumah sakit di sekitar lokasi. “Semua fasilitas ini berkontribusi pada lalu lintas harian yang tinggi dan memerlukan akses jalan yang efisien dan tidak terhalang,” katanya.
Armand mendesak agar pelebaran trotoar yang akan dimanfaatkan pedagang kaki lima ini ditinjau kembali. Dia menilai, kebijakan itu dapat berdampak negatif bagi mobilitas penduduk serta kegiatan operasional lembaga-lembaga yang ada di Jalan Kartini.
“Apalagi, dengan arus pejalan kaki yang sudah padat, pelebaran tersebut akan semakin menghambat efisiensi dan keselamatan, baik bagi pejalan kaki maupun pengguna jalan lainnya,” kata Armand.
Dalam petisi itu, Armand mengusulkan pengaturan jam buka bagi pedagang atau penataan ulang area berdagang tanpa harus mengorbankan arus lalu. Pemkab Jember juga diminta mempertimbangkan semua faktor dan mendengarkan suara warga setempat.
Terakhir, Armand meminta semua pihak bekerja sama untuk mengajukan kajian ulang terhadap proyek pelebaran trotoar di Jalan Kartini. “Saya memohon dukungan Anda untuk menandatangani petisi ini agar suara kita didengar oleh pihak berwenang dan perubahan yang lebih baik dapat segera diimplementasikan,” katanya.
Tak hanya Armand yang bersuara dengan petisi yang sejauh ini didukung hampir serbu orang warga. DPRD Kabupaten Jember menerima surat permohonan rapat dengar pendapat dari Gereja Katolik Paroki Santo Yusup tertanggal 4 Desember 2025.
Surat itu ditandatangani Pastor Kepala Romo Yoseph Utus O.Carm, Ketua Dewan Pastoral Paroki Angel Brigita Susanti, Kepala Taman Kanak-Kanak Katolik Siswo Rini 1 Irmina Sulastri, Kepala Sekolah Dasar Katolik Maria Fatima Suster Maria Cornelly SPM, dan Kepala Klinik Pratama Panti Siwi Suster Vincentia Misc.
Melalui rapat itu, mereka ingin mendapatkan tanggapan, klarifikasi, dan penjelasan resmi soal informasi tentang relokasi pedagang kaki lima di trotoar Jalan Kartini setelah pembangunan selesai. “Beredarnya informasi ini telah menimbulkan keresahan di kalangan umat,” demikian surat tersebut.
Surat tersebut juga menegaskan dukungan umat gereja Katolik Santo Yusup terhadap program Pemerintah Kabupaten Jember, khususnya dalam pembangunan trotoar untuk keindahan kota. “Namun, apabila terdapat rencana terkait penempatan PKL di lokasi tersebut, kami dengan sangat hormat memohon kiranya hal tersebut dapat dipertimbangkan kembali dengan seksama,” demikian permohonan dalam surat itu.
Ketua Komisi B DPRD Jember Candra Ary Fianto mengatakan, program ‘Street Food’ atau ‘Jajanan Jalanan’ yang bakal diletakkan di Jalan Kartini sempat dibahasnya bersama Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Jember.
“Saat itu disampaikan, bahwa nantinya di Jalan RA Kartini akan dibuat pusat percontohan untuk ‘Street Food’ tadi,” kata Candra, Sabtu (5/12/2025).
Candra mendukung program pemberdayaan pelaku usaha mikro kecil menengah dan pedagang kaki lima. “Namun di sisi lain, kita juga harus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pihak-pihak yang akan ditempati. Kita tahu di Jalan Kartini ada Gereja Santo Yusuf, Panti Siwi, dan sekolah,” katanya.
Candra menyarankan adanya komunikasi dengan para pemangku kepentingan di Jalan Kartini. “Perlu ada komunikasi agar tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan peribadatan maupun fungsi sekolah dan rumah sakit di wilayah tersebut,” katanya.
Candra juga meminta Pemkab Jember mempertimbangkan alternatif-alternatif penempatan PKL dan UMKM. “Tujuannya agar ke depan tidak mengganggu jalannya peribadatan, sekolah, maupun Panti Siwi,” katanya.
Gedung Jember Nusantara, menurut Candra, layak dipertimbangkan sebagai alternatif relokasi PKL dan UMKM. “Gedung Jember Nusantara bisa dicek kembali potensinya agar menjadi tempat UMKM dan PKL dengan memodifikasi bangunan maupun hal lainnya,” katanya.
Selain Gedung Jember Nusantara, Candra mengatakan, ada ruas jalan lain di dekat Alun-Alun Jember Nusantara yang bisa dimanfaatkan untuk lokasi PKL dan UMKM. “Ada Jalan Wijaya Kusuma dan Jalan Samanhudi. Namun ini kembali lagi kepada pemerintah,” katanya. [wir]
-

Ini Harga Mahal yang Dibayar Tubuh untuk Gaya Hidup Modern
Jakarta –
“Masalah sesungguhnya umat manusia adalah ini: Kita memiliki emosi zaman Paleolitikum, institusi abad pertengahan, dan teknologi bak dewa.” Itulah kutipan Edward O. Wilson, bapak sosiobiologi. Sejak ia menyampaikan kata-kata tersebut lebih dari sedekade lalu, teknologi semakin canggih namun biologi purba tetap tak berubah.
Dalam studi terbaru, para peneliti Universitas Loughborough dan Universitas Zurich mengukuhkan gagasan ini. Mereka menemukan banyak stres dan masalah kesehatan di zaman modern dapat dikaitkan dengan fakta spesies kita menghabiskan sebagian besar sejarah evolusinya di lingkungan alami. Saat ini, banyak manusia hidup di dunia berteknologi tinggi yang penuh kendaraan, cahaya, polusi, dan layar bersinar.
“Di lingkungan leluhur, kita beradaptasi dengan baik untuk menghadapi stres akut demi menghindari atau menghadapi predator. Singa akan datang sesekali dan Anda harus siap membela diri atau lari. Kuncinya adalah singa itu pada akhirnya akan pergi,” ujar Colin Shaw, penulis studi dari Universitas Zurich.
Saat ini, ancaman lama berupa predator atau perang antarsuku sebagian besar telah hilang, namun gangguan baru muncul dalam bentuk jalanan padat, kemacetan, tekanan pekerjaan, media sosial, dan sebagainya. Meski tampak sangat berbeda, semua pemicu stres ini mengaktifkan sistem biologis yang sama.
“Tubuh kita bereaksi seolah-olah semua pemicu stres ini adalah singa,” jelas Shaw.
Perbedaan utamanya adalah pemicu stres modern tidak hilang saat kita bereaksi. Jika kita menghadapi atau menghindari seekor singa, masalahnya akan selesai. Namun, sangat sadar akan suara mobil bising, notifikasi ponsel, dan keributan di internet tak menyelesaikan apa pun. Itu membuat manusia dalam kondisi tegang dan waspada tingkat rendah yang terus-menerus.
Stres halus namun tak kunjung henti ini membawa dampak signifikan bagi kesehatan. Peneliti berpendapat hal ini bermanifestasi seperti mengganggu reproduksi, berkontribusi pada kemandulan dan penurunan sperma, melemahkan sistem kekebalan yang memicu alergi dan autoimun, mengganggu fungsi kognitif yang menyebabkan perkembangan lambat dan penurunan daya pikir serta mengurangi kinerja fisik.
“Ada sebuah paradoks di mana, di satu sisi, selama tiga ratus tahun terakhir kita telah menciptakan kekayaan, kenyamanan, dan layanan kesehatan uar biasa bagi banyak orang. Namun di sisi lain, beberapa pencapaian industri ini memberikan efek cukup merugikan pada fungsi kekebalan, kognitif, fisik, dan reproduksi kita,” cetus Shaw.
Masalah ini diperkirakan akan semakin parah dalam skala global. Sekitar 45 persen dari 8,2 miliar penduduk Bumi saat ini tinggal di perkotaan. Angka tersebut diperkirakan naik menjadi dua pertiga pada tahun 2050. Itu berarti jutaan demi jutaan orang lagi akan mengalami bahaya terselubung dari dunia modern.
Solusinya, menurut para peneliti, adalah memahami bahaya-bahaya ini dengan lebih baik dan menemukan cara baru untuk membatasinya. “Salah satu pendekatannya adalah secara mendasar memikirkan kembali hubungan kita dengan alam, memperlakukannya sebagai faktor kesehatan utama dan melindungi atau meregenerasi ruang-ruang yang menyerupai lingkungan masa lalu kita sebagai pemburu-pengumpul,” kata Shaw.
“Kita perlu menata kota kita dengan benar-dan pada saat yang sama meregenerasi, menghargai, dan menghabiskan lebih banyak waktu di ruang-ruang alami,” imbuhnya yang dikutip detikINET dari IfL Science.
(fyk/afr)
-
/data/photo/2025/12/04/693197ea873c5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Macet Panjang di Ciledug yang Tak Kunjung Reda Meski Berganti Hari Megapolitan 5 Desember 2025
Macet Panjang di Ciledug yang Tak Kunjung Reda Meski Berganti Hari
Editor
TANGERANG, KOMPAS.com
— Kemacetan berkepanjangan kembali membayangi ruas Jalan KH Hasyim Ashari, Ciledug, Tangerang, Kamis (4/12/2025) malam.
Dua pekerjaan yang berjalan bersamaan, galian kabel fiber optik dan perbaikan badan jalan, membuat jalur utama menuju Jembatan Ciledug Indah itu menyempit.
Dari arah perempatan Ciledug, laju kendaraan tersendat hingga sekitar 1,5 kilometer.
Tanah galian yang bercampur air hujan menyebar ke badan jalan, membuat pengendara motor berebut ruang sempit dan mobil harus merayap tanpa jeda.
Di trotoar, gundukan tanah merah serta karung-karung berisi tanah bekas galian tampak disimpan seadanya.
Sebuah papan peringatan bertuliskan pekerjaan relokasi kabel fiber optik berdiri di antara tumpukan itu. Kemacetan semakin parah saat mendekati Jembatan Ciledug Indah.
Pada segmen sekitar 300 meter, perbaikan jalan masih berlangsung.
Salah satu sisi jalan rusak berat dan tidak bisa dilalui, sehingga kendaraan hanya bisa melewati satu jalur. Setelah melewati titik itu, arus baru kembali normal.
Situasi serupa terjadi di Jalan
Cipondoh Raya
. Dari arah Pasar Bengkok menuju Ciledug Indah, antrean kendaraan teramati mencapai hampir 3 kilometer.
Warga yang melintas mengaku kondisi macet telah berlangsung sejak dua hari terakhir tanpa perubahan berarti.
Trisna (34), warga Ciledug, mengatakan kemacetan berlangsung nyaris sepanjang hari.
“Ini udah dari kemarin, sudah dua hari ini,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa macet terjadi tanpa mengenal waktu.
“Dari pagi sampai malam kaya gini. Soalnya lagi ada perbaikan di sana (Ciledug Indah),” kata dia.
Menurutnya, penyempitan jalur menjadi sumber utama kepadatan.
“Dari kemarin macetnya sama aja, mau jam sibuk atau enggak jam sibuk, itu macet karena di sana satu jalur doang,” sambungnya.
Angga (28), juru parkir di salah satu ruko di sekitar lokasi, menilai kemacetan semakin berat sejak galian kabel dilakukan.
“Ini buat kabel di bawah tanah. Udah jalan satu minggu galiannya,” ujar Angga.
Ia mempersoalkan kondisi galian yang dinilai tidak dibereskan dengan baik.
“Kondisinya berantakan banget, banyak tanah. Enggak dirapihin sama mereka,” jelasnya.
Angga berharap pekerjaan segera selesai agar aktivitas warga tidak terus terganggu.
“Semoga cepet selesai, kasihan yang lewat, macet terus dari pagi sampai malam,” ucapnya.
Hingga Kamis malam menjelang pukul 21.00 WIB, kemacetan di kedua ruas itu masih belum terurai.
Tidak tampak petugas yang mengatur lalu lintas, sehingga warga berinisiatif membantu mengurai kepadatan secara mandiri di tengah jalan yang menyempit.
(Reporter: Intan Afrida Rafni | Editor: Larissa Huda)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Shenzhen dalam 24 jam pertama, kesan kota yang memproduksi masa depan
Shenzhen bukan hanya kota hi-tech, tetapi laboratorium sosial yang memperlihatkan apa yang terjadi ketika keberanian inovasi bertemu disiplin eksekusi
Shenzhen (ANTARA) – Kota Shenzhen tertidur hanya sebentar. Hingga pukul 02.00 dini hari, kota yang terletak di Provinsi Guangdong itu masih ruwet dengan kemacetan yang seolah tanpa ujung.
Suara klakson beradu memecah malam yang seharusnya hening, dan ketika hiruk-pikuk itu akhirnya mereda, satu dua kendaraan tetap memacu kecepatannya di Huanggang Port, Futian District.
Shenzhen adalah kota yang menolak jeda. Seakan-akan ada ritme tak terlihat yang terus memaksa kota ini bergerak.
Di balik kilatan lampu-lampu tinggi dan layar raksasa yang tak pernah mati, tampak denyut yang mengingatkan bahwa transformasi dari wilayah agraris menjadi pusat inovasi global bukan hanya soal kebijakan dan uang, tetapi mentalitas sebuah kota yang tidak mau berhenti tumbuh.
Bagi Indonesia, kota ini salah satu yang terpenting karena ada jejak jalan sutera maritim yang menghubungkan Nusantara dengan Tiongkok secara keseluruhan.
Dalam 24 jam pertama di kota ini, yang akan tampak jelas adalah laboratorium raksasa-raksasa bisnis berteknologi canggih yang memproduksi instrumen dengan visi masa depan, yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Salah satu sudut di kantor pusat BYD di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China. ANTARA/Hanni Sofia
Sebut saja BYD, ikon elektrifikasi yang namanya kini bersanding dengan para pemain besar dunia. Ruang workshop BYD tidak hanya menunjukkan kemajuan teknologi, tetapi juga logika masa depan.
Di sana, baterai diperlakukan bukan sekadar komponen, melainkan organ pusat yang menentukan kelangsungan ekosistem transportasi. Para insinyur menjelaskan bahwa setiap baterai diuji seperti organisme hidup, dipantau, diprediksi, dan disesuaikan agar mampu bertahan dalam berbagai kondisi ekstrem.
Chip-chip kecil bekerja dalam koordinasi yang nyaris musikal, mengubah rangka besi menjadi sistem mobilitas yang tidak hanya cerdas, tetapi punya intuisi mekanis.
Seorang petugas di BYD mengatakan bahwa riset mobil listrik China tidak hanya mengejar efisiensi, tetapi “kemandirian sistemik” sebuah konsep bahwa teknologi harus mampu hidup, tumbuh, dan beradaptasi tanpa ketergantungan eksternal yang melemahkan.
Di titik ini, semua bisa melihat bahwa inovasi mereka bukan hanya urusan industri, tetapi strategi geopolitik jangka panjang.
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Nusantara Infrastructure (META) Bidik JORR-E Rampung 2030, Begini Progresnya
Bisnis.com, JAKARTA — PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) menargetkan konstruksi Jalan Tol Jakarta uterus Ring Road Elevated (JORR-E) akan rampung dan dapat mulai beroperasi sepenuhnya pada 2030.
Managing Director META, Danni Hasan menjelaskan bahwa saat ini pihaknya telah merampungkan detail engineering design (DED) proyek tersebut. Dia juga menjelaskan telah melakukan kajian lanjutan mengenai trase yang bakal dilintasi ke depan.
“Dari sisi teknis sudah tahap design engineering, dimana dimulai dengan penyelesaian ROO Plan dan kita sudah mulai meneliti trase-trase alignment dan kebutuhan terhadap land acquisition,” kata Danni dalam Public Expose Tahunan, dikutip Kamis (4/12/2025).
Lebih lanjut, Dani menjelaskan bahwa pihaknya akan memulai konstruksi Tol JORR-E pada pertengahan 2026. Mengacu pada target pembangunan, pihaknya membidik konstruksi akan dijalankan selama 33 bulan hingga 42 bulan.
“Kalau semuanya lancar tahun 2029 atau awal 2030 JORR Elevated sudah dapat dioperasikan,” ujarnya.
Sebelumnya, manajemen META menang sempat mengungkap komitmennya untuk mempercepat realisasi konstruksi Proyek Tol Jakarta Outer Ring Road Elevated (JORR-E) Cikunir –Ulujami pada tahun ini.
Direktur Utama META, Ramdani Basri menjelaskan dalam rangka melakukan percepatan itu pihaknya bersama dengan PT Jakarta Metro Ekspressway (JKTMetro) selaku pemegang konsesi Tol JORR-E Cikunir – Ulujami telah melakukan audiensi bersama Gubernur DKI Jakatya, Pramono Anung.
Dalam laporannya, pertemuan tersebut membahas rencana strategis pembangunan Jalan Tol JORR-E Cikunir – Ulujami yang diharapkan dapat menjadi solusi atas kemacetan lalu lintas pada Jalan Tol JORR-1 khususnya pada Segmen Ulujami – Jati Asih.
“Kami berharap kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jakarta ini dapat mempercepat proses perencanaan dan realisasi proyek,” jelas Ramdani dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (9/9/2025).
Mengacu pada pengumuman, penetapan hasil pelelangan yang tertuang dalam surat No.64/BPJT/L/JECU/2023 Kementerian PUPR, ditetapkan konsorsium PT Marga Metro Nusantara, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) dan PT Acset Indonesia Tbk. (ACST) sebagai pemenang tender Jalan Tol JORR Elevated Cikunir-Ulujami.
Adapun, penetapan pemenang tertuang dalam Surat Menteri PUPR No. PB 0201-Mn/1465 yang diterbitkan pada tanggal 12 Juli 2023.
Asal tahu saja, PT Marga Metro Nusantara merupakan anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META), emiten perusahaan tol milik Grup Salim, sedangkan PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) perusahaan konstruksi milik Grup Astra. Di mana, nilai investasi dari proyek tersebut tembus Rp21,26 triliun.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5434699/original/021325500_1764947886-179436.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
