Kasus: kejahatan siber

  • Awas Modus Phising Web Booking Hotel Palsu Makin Banyak, Ini Datanya

    Awas Modus Phising Web Booking Hotel Palsu Makin Banyak, Ini Datanya

    Jakarta, CNBC Indonesia- Modus kejahatan siber phishing semakin banyak terjadi. Bahkan upaya phishing yang telah diblokir mencapai hampir 900 juta.

    Hal tersebut diungkap oleh perusahaan keamanan siber, Kaspersky. Mereka mengungkap telah memblokir lebih dari 893 juta upaya phishing di sepanjang 2024.

    Jumlah tersebut meningkat 26% dari tahun 2023, ketika itu totalnya hampir mencapai 710 juta.

    Lonjakan serangan phishing sendiri terjadi antara Mei-Juli 2024. Saat itu adalah musim liburan, di mana penipu mencoba menjebak wisatawan dengan penipuan yang melibatkan pemesanan tiket pesawat dan hotel palsu, hingga paket wisata yang terdengar terlalu bagus.

    Pakar di Kaspersky melihat, berbagai skema phishing dan penipuan yang dilakukan bertujuan untuk mencuri data, uang, dan instalasi software berbahaya.

    Pada 2024, penjahat siber kerap meniru situs web terkenal seperti Booking.com, AirBnB, TikTok, Telegram, dan lain-lain untuk menjerat korban.

    Salah satu kampanye memanfaatkan TikTok Shop. Di mana, pelaku membuat halaman login palsu yang dirancang untuk mencuri kredensial penjual.

    Selain itu, para penipu memanfaatkan berita yang sedang tren. Skema penipuan lainnya seperti memanfaatkan citra selebriti palsu dengan mempromosikan hadiah kepada penggemar. Tren ini terus berlanjut pada tahun 2025.

    “Mereka menggabungkan pencitraan merek dari beberapa perusahaan pada satu halaman phishing untuk meningkatkan efisiensi kampanye mereka,” ujar Olga Svistunova, pakar keamanan di Kaspersky, dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (28/2/2025).

    Tak ketinggalan alat yang digerakkan oleh AI membantu penjahat membuat situs web palsu yang sangat meyakinkan, sehingga penipuan semakin sulit dideteksi.

    (dce)

  • Video: Penipuan Deepfake Makin Ngeri, Keamanan Siber RI Bisa Lindungi?

    Video: Penipuan Deepfake Makin Ngeri, Keamanan Siber RI Bisa Lindungi?

    Jakarta, CNBC Indonesia- Terus berkembangnya adopsi teknologi digitalisasi diberbagai bidang hingga menyentuh sektor keuangan, kesehatan hingga pendidikan dan pariwisata juga diikuti dengan masifnya kasus penipuan yang menggunakan teknologi digital termasuk Artificial intelligence (AI) seperti deepfake.

    Di Indonesia kasus penipuan teknologi deepfake di sektor keuangan yakni teknologi financial melonjak 1150% di tahun 2024. Chief Customer Officer Appdome, Jamie Bertasi menyebutkan kehadiran AI telah disalahgunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk melakukan serangan deepfake yang sulit dilawan oleh konsumen termasuk para pengguna seluler.

    Appdome sebagai salah satu Platform layanan pertahanan bisnis seluler menyebutkan pentingnya perlindungan dalam aplikasi seluler. Di Appdome, perlindungan mencakup aplikasi front end serta API di backend.

    Seperti apa pengembangan keamanan siber melawan serangan deepfake? Selengkapnya simak dialog Bunga Cinka dengan Chief Customer Officer Appdome, Jamie Bertasi dalam Profit,CNBCIndonesia (Jum’at, 28/02/2025)

  • 900 Juta Upaya Phishing Ancam Pengguna Internet Dunia Sepanjang 2024 – Page 3

    900 Juta Upaya Phishing Ancam Pengguna Internet Dunia Sepanjang 2024 – Page 3

    Phishing adalah upaya pencurian informasi sensitif, seperti kata sandi, detail kartu kredit, dan data pribadi, dengan menyamar sebagai entitas terpercaya.

    Pelaku menggunakan berbagai cara, mulai dari email, pesan singkat (SMS atau smishing), media sosial, hingga situs web palsu, untuk menjebak korbannya.

    Mereka seringkali menawarkan iming-iming menggiurkan atau ancaman agar korban segera menyerahkan informasi penting.

    Modus operandi phishing dimulai dengan pengumpulan informasi korban dari media sosial atau sumber lain untuk personalisasi serangan.

    Selanjutnya, mereka membuat email, pesan, atau situs web palsu yang tampak meyakinkan, meniru tampilan dan nuansa organisasi atau individu terpercaya.

    Teknik manipulasi psikologis, seperti menciptakan rasa urgensi atau ancaman, juga kerap digunakan untuk menekan korban agar segera bertindak.

    Setelah korban tertipu dan memberikan informasi sensitif, data tersebut akan disalahgunakan untuk berbagai tujuan jahat, termasuk pencurian identitas, penipuan keuangan, atau penyebaran malware.

    Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai jenis phishing dan cara mencegahnya agar terhindar dari kejahatan siber ini.

     

  • Cegah Kejahatan Siber, Digital Forensic Rilis Aplikasi IC4

    Cegah Kejahatan Siber, Digital Forensic Rilis Aplikasi IC4

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Digital Forensic Indonesia (DFI) meluncurkan aplikasi layanan digital untuk membantu masyarakat mencegah dan menanggulangi berbagai bentuk kejahatan siber bernama Indonesia Cyber Crime Combat Center (IC4).

    CEO sekaligus Founder IC4 Ruby Alamsyah mengatakan masyarakat dapat mengunjungi website dan aplikasi IC4, serta berinteraksi dengan tim support untuk berkonsultasi terkait kejahatan daring, modus operasinya, hingga melakukan pengecekan data digital.

    “Dengan adanya IC4, diharapkan tingkat literasi digital masyarakat meningkat, serta tercipta ekosistem digital yang lebih aman dan tepercaya di Indonesia. Sehingga istilah no viral, no justice tidak akan terjadi lagi karena masyarakat dapat melaporkan kejahatan online secara gratis,” kata Ruby dalam siaran pers, Rabu (26/2/2025).

    IC4 menyediakan berbagai fitur layanan, seperti Cek Data sebagai deteksi awal kejahatan online. Melalui fitur ini, kita dapat mengecek email, link phishing, file/APK, rekening, pesan penipuan, nomor telepon, hingga profil fintech. Selain itu, lewat IC4, kita juga bisa melaporkan kasus kejahatan online.

    IC4 juga menampilkan artikel-artikel pakar yang mengulas tentang kejahatan siber, termasuk modus dan saran pencegahan. Kita juga dapat melakukan take down permanen link/URL terkait kejahatan online dengan cepat untuk mencegah kerugian melalui aplikasi ini.

    Ruby menambahkan korporasi juga bisa memanfaatkan aplikasi IC4 untuk memperkuat sistem keamanan digital. Terutama, perusahaan-perusahaan yang memiliki klien atau langganan dalam jumlah besar.

    “IC4 dapat membantu korporasi meningkatkan keamanan digital di ekosistemnya, seperti melindungi nasabah atau pelanggan,” tambahnya.

    Sebagai informasi, masyarakat dapat mengakses layanan IC4 melalui situs resmi maupun aplikasi yang tersedia di platform Android dan iOS.

  • Waspada Peretasan Siber, Begini Cara Lindungi Akun WhatsApp

    Waspada Peretasan Siber, Begini Cara Lindungi Akun WhatsApp

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemakaian yang mudah, praktis, dan proses pengunduhan yang dapat dilakukan secara gratis merupakan beberapa alasan utama mengapa WhatsApp menjadi aplikasi berkirim pesan instan paling populer di Indonesia dan dunia. Menurut Business of Apps, jumlah pengguna aplikasi buatan Brian Acton dan Jan Koum ini setiap tahun terus naik.

    Saat ini, tercatat 2,5 miliar orang di lebih dari 100 negara memakai WhatsApp. Mereka menggunakannya sebagai alat komunikasi pribadi, bisnis, hingga media penyebaran pesan layanan publik.

    Beberapa fitur user friendly yang kerap digunakan pengguna aktif WhatsApp di antaranya pengiriman pesan teks dan audio, panggilan video pribadi maupun grup, hingga pengiriman titik lokasi yang akurat.

    Perlindungan Privasi dan Data Pengguna

    Demi keamanan penggunanya, WhatsApp menyiapkan berbagai fitur keamanan seperti enkripsi end-to-end, verifikasi dua langkah dengan PIN tambahan, serta verifikasi perangkat dengan sistem keamanan kriptografi untuk mencegah akses ilegal seperti malware atau kloning akun.

    Tak hanya itu, WhatsApp juga memiliki fitur-fitur kontrol privasi, pemblokiran dan pelaporan, perlindungan dari spam dan hoaks, opsi enkripsi cadangan chat di Cloud, serta notifikasi keamanan otomatis jika kode keamanan kontak pengguna tiba-tiba berubah.

    Meski telah terlindung oleh berbagai fitur keamanan tersebut, tetap ada risiko akun WhatsApp mengalami peretasan, penyadapan, atau pembajakan. Modus kejahatan siber ini dilakukan para hackers atau peretas di tingkat lokal hingga internasional.

    Bila pengguna tidak waspada, akun atau nomor WhatsApp bisa jadi sasaran empuk tindakan pencurian data, pencurian identitas, penipuan, hingga pengurasan uang melalui pembobolan rekening tabungan di ponsel.

    Tanda Peretasan Akun WhatsApp

    Sebagai pengguna aplikasi yang bertanggung jawab, pengguna WhatsApp wajib mengenali ciri-ciri akun yang telah mengalami peretasan. Berikut tanda-tandanya.

    -Menerima OTP Asing

    One Time Password (OTP) adalah kode enam angka yang dikirim melalui SMS untuk mengakses WhatsApp. Ketika ada pesan berisi nomor OTP tiba-tiba masuk, ini menandakan ada pihak luar yang berusaha masuk dan mengakses akun WhatsApp.

    -Keluar dari WhatsApp

    WhatsApp yang tiba-tiba keluar atau log out sendiri menandakan ada perangkat lain yang mencoba masuk ke akun. Pengguna harus segera mengecek daftar perangkat lain dengan menekan ikon tiga titik pada aplikasi, lalu memilih WhatsApp Web.

    -Pesan Terbaca atau Terkirim Sendiri

    Pesan terbaca atau tiba-tiba terkirim sendiri tanpa sepengetahuan pengguna.

    -Melakukan panggilan telepon

    WhatsApp tiba-tiba melakukan atau tercatat telah melakukan panggilan telepon sendiri.

    -Status WA Misterius

    Status WhatsApp tiba-tiba berubah tanpa sepengetahuan pengguna.

    Terlanjur Diretas? Lakukan Hal Ini!

    Pengguna sebaiknya tidak panik jika menyadari akun WhatsApp-nya telah mengalami peretasan. Berikut langkah yang bisa dilakukan.

    -Lapor ke WhatsApp

    Nonaktifkan akun dan jelaskan kronologi kejadian melalui email ke [email protected] dengan keyword “Lost/stolen: please deactivate my account” di badan email. Pengguna biasanya mendapat waktu 30 hari untuk proses pengaktifan kembali akun sebelum WhatsApp terhapus selamanya.

    -Log in Ulang

    Segera keluar dari akun dan lakukan uninstall WhatsApp. Lalu, install ulang aplikasi dan masuk dengan menggunakan nomor yang terdaftar sebelumnya supaya bisa menerima kode OTP.

    -Kunci Layar Akun WhatsApp

    Cara ini hanya bisa dilakukan oleh pemakai Android. Untuk mengaktifkannya, tekan Pengaturan, lalu Privasi. Kemudian pilih opsi Kunci Layar dan Pindai sidik jari.

    -Cek WhatsApp Web

    Dilakukan untuk mengetahui apakah ada perangkat tidak dikenal yang terhubung dengan akun melalui WhatsApp Web. Jika ada, segera hapus atau keluarkan perangkat tersebut dengan menekan opsi tiga titik, lalu klik WhatsApp Web. Dengan begitu, terlihat daftar perangkat yang terhubung dengan akun WhatsApp sehingga pengguna bisa memilih opsi Keluar dari semua perangkat.

    Hindari Peretasan dengan Cara Ini

    Supaya peretasan tidak kembali terjadi, pengguna WhatsApp bisa mencegah kemungkinan terjadinya peretasan atau penyadapan kembali dengan mengaktifkan fitur Two-Step Verification atau two-factor authentication (2FA). Pemanfaatan fitur ini akan memperkecil kemungkinan akun WhatsApp diakses pihak lain karena pengguna mengaktifkan dua langkah autentikasi dan verifikasi ganda.

    Selain itu, pengguna juga bisa menambahkan sistem keamanan dengan menggunakan autentikasi biometrik (sidik jari atau wajah) guna meningkatkan keamanan secara berlapis.

    Cara pengaktifan fitur 2FA ini mudah. Pengguna tinggal menekan opsi tiga titik untuk masuk ke Settings. Lalu pilih Account, tekan Two-Step Verification, dan pilih Enable. Selanjutnya pengguna tinggal memasukkan enam kode dan tidak lupa memasukkan alamat email.

    Selain menggunakan dan mengaktifkan Two-Step Verification pengguna juga harus senantiasa berhati-hati terhadap upaya social engineering atau phising yang dilakukan pihak tidak bertanggung jawab dengan mengirim tautan asing, file palsu dan mencurigakan yang berisi malware sehingga akun dapat diambil alih.

    Pastikan juga tidak memberikan kode OTP kepada siapa pun. Hindari juga mengunduh dan menggunakan aplikasi modifikasi yang tidak resmi yang sering mengandung malware atau spyware (backdoor) yang memungkinkan peretas mengambil alih akun dan mencuri data.

    Peretasan WhatsApp adalah tindakan kriminal yang melanggar UU ITE dan UU PDP. Korban dapat melapor kepada pihak berwenang. WhatsApp memiliki sistem end-to-end encryption, sehingga peretasan skala besar sulit dilakukan tanpa kelalaian pengguna.

    Keamanan digital adalah tanggung jawab bersama. Sebagai pengguna layanan digital, OTT, dan media sosial bukan menjadi pihak yang membuka ruang peretasan karena kelalaian diri sendiri.

    (rah/rah)

  • Waspada Peretasan Siber, Begini Cara Cermat Lindungi Akun WhatsApp

    Waspada Peretasan Siber, Begini Cara Cermat Lindungi Akun WhatsApp

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemakaian yang mudah, praktis, dan proses pengunduhan yang dapat dilakukan secara gratis merupakan beberapa alasan utama mengapa WhatsApp menjadi aplikasi berkirim pesan instan paling populer di Indonesia dan dunia.

    Menurut Business of Apps, jumlah pengguna aplikasi buatan Brian Acton dan Jan Koum ini setiap tahun terus naik. Saat ini, tercatat 2,5 miliar orang di lebih dari 100 negara telah memakai WhatsApp.

    Popularitas yang sama juga terjadi di Indonesia. Mengutip laporan Tempo, pada 2024, 86,9 juta orang telah menjadi pengguna aktif WhatsApp dan menggunakannya sebagai alat komunikasi pribadi, bisnis, hingga media penyebaran pesan layanan publik.

    Beberapa fitur user friendly yang kerap digunakan pengguna aktif WhatsApp di antaranya pengiriman pesan teks dan audio, panggilan video pribadi maupun grup, hingga pengiriman titik lokasi yang akurat.

    Perlindungan Privasi & Data Pengguna

    Demi keamanan penggunanya, WhatsApp telah menyiapkan berbagai fitur keamanan seperti enkripsi end-to-end, verifikasi dua langkah dengan PIN tambahan, serta verifikasi perangkat dengan sistem keamanan kriptografi untuk mencegah akses ilegal seperti malware atau kloning akun.

    Tak hanya itu, WhatsApp juga memiliki fitur-fitur kontrol privasi, pemblokiran dan pelaporan, perlindungan dari spam dan hoaks, opsi enkripsi cadangan chat di Cloud, serta notifikasi keamanan otomatis jika kode keamanan kontak pengguna tiba-tiba berubah.

    Meski telah terlindung oleh berbagai fitur keamanan tersebut, tetap ada risiko akun WhatsApp mengalami peretasan, penyadapan, atau pembajakan. Modus kejahatan siber ini dilakukan para hackers atau peretas di tingkat lokal hingga internasional.

    Bila pengguna tidak waspada, akun atau nomor WhatsApp bisa jadi sasaran empuk tindakan pencurian data, pencurian identitas, penipuan, hingga pengurasan uang melalui pembobolan rekening tabungan di ponsel.

    Apa saja Tanda Peretasan Akun WhatsApp?

    Sebagai pengguna aplikasi yang bertanggung jawab, pengguna WhatsApp wajib mengenali ciri-ciri akun yang telah mengalami peretasan berikut:

    Menerima OTP Asing
    One Time Password (OTP) adalah kode enam angka yang dikirim melalui SMS untuk mengakses WhatsApp. Ketika ada pesan berisi nomor OTP tiba-tiba masuk, ini menandakan ada pihak luar yang berusaha masuk dan mengakses akun WhatsApp.
    Keluar dari WhatsApp
    WhatsApp yang tiba-tiba keluar atau log out sendiri menandakan ada perangkat lain yang mencoba masuk ke akun. Pengguna harus segera mengecek daftar perangkat lain dengan menekan ikon tiga titik pada aplikasi, lalu memilih WhatsApp Web.
    Pesan Terbaca atau Terkirim Sendiri
    Pesan terbaca atau tiba-tiba terkirim sendiri tanpa sepengetahuan pengguna.
    Melakukan panggilan telepon
    WhatsApp tiba-tiba melakukan atau tercatat telah melakukan panggilan telepon sendiri.
    Status WA Misterius
    Status WhatsApp tiba-tiba berubah tanpa sepengetahuan pengguna.

    Terlanjur Diretas? Lakukan Hal Ini!

    Pengguna sebaiknya tidak panik jika menyadari akun WhatsApp-nya telah mengalami peretasan. Sebaliknya, segera lakukan langkah-langkah berikut:

    Lapor ke WhatsApp
    Nonaktifkan akun dan jelaskan kronologi kejadian melalui email ke [email protected] dengan keyword “Lost/stolen: please deactivate my account” di badan email. Pengguna biasanya mendapat waktu 30 hari untuk proses pengaktifan kembali akun sebelum WhatsApp terhapus selamanya.
    Log in Ulang
    Segera keluar dari akun dan lakukan uninstall WhatsApp. Lalu, install ulang aplikasi dan masuk dengan menggunakan nomor yang terdaftar sebelumnya supaya bisa menerima kode OTP.
    Kunci Layar Akun WhatsApp
    Cara ini hanya bisa dilakukan oleh pemakai Android. Untuk mengaktifkannya, tekan Pengaturan, lalu Privasi. Kemudian pilih opsi Kunci Layar dan Pindai sidik jari.
    Cek WhatsApp Web
    Dilakukan untuk mengetahui apakah ada perangkat tidak dikenal yang terhubung dengan akun melalui WhatsApp Web. Jika ada, segera hapus atau keluarkan perangkat tersebut dengan menekan opsi tiga titik, lalu klik WhatsApp Web. Dengan begitu, terlihat daftar perangkat yang terhubung dengan akun WhatsApp sehingga pengguna bisa memilih opsi Keluar dari semua perangkat.

    Hindari Peretasan dengan Cara Ini

    Supaya peretasan tidak kembali terjadi, pengguna WhatsApp bisa mencegah kemungkinan terjadinya peretasan atau penyadapan kembali dengan mengaktifkan fitur Two-Step Verification atau two-factor authentication (2FA).

    Pemanfaatan fitur ini akan memperkecil kemungkinan akun WhatsApp diakses pihak lain karena pengguna mengangktifkan dua langkah autentikasi dan verifikasi ganda. Selain itu, pengguna juga bisa menambahkan sistem keamanan dengan menggunakan autentikasi biometrik (sidik jari atau wajah) guna meningkatkan kemanan secara berlapis.

    Cara pengaktifan fitur 2FA ini mudah. Pengguna tinggal menekan opsi tiga titik untuk masuk ke Settings. Lalu pilih Account, tekan Two-Step Verification, dan pilih Enable. Selanjutnya pengguna tinggal memasukkan enam kode dan tidak lupa memasukkan alamat email.

    Selain menggunakan dan mengaktifkan Two-Step Verification pengguna juga harus senantiasa berhati-hati terhadap upaya social engineering atau phising yang dilakukan pihak tidak bertanggung jawab dengan mengirim tautan asing, file palsu dan mencurigakan yang berisi malware sehingga akun dapat diambil alih. Pastikan juga tidak memberikan kode OTP kepada siapa pun. Hindari juga mengunduh dan menggunakan aplikasi modifikasi yang tidak resmi yang sering mengandung malware atau spyware (backdoor) yang memungkinkan peretas mengambil alih akun dan mencuri data.

    Peretasan WhatsApp adalah tindakan kriminal yang melanggar UU ITE dan UU PDP. Korban dapat melapor kepada pihak berwenang. WhatsApp memiliki sistem end-to-end encryption, sehingga peretasan skala besar sulit dilakukan tanpa kelalaian pengguna.  

    Keamanan digital adalah tanggung jawab bersama. Pastikan kita sebagai pengguna layanan digital, OTT, dan media sosial bukan menjadi pihak yang membuka ruang peretasan karena kelalaian diri sendiri.

  • Polisi cegah pelajar jadi korban kejahatan siber lewat program edukasi

    Polisi cegah pelajar jadi korban kejahatan siber lewat program edukasi

    pelajar jangan menjadi korban atau menjadi pelaku kasus kejahatan siber

    Jakarta (ANTARA) –

    Kepolisian Sektor (Polsek) Kelapa Gading mencegah pelajar di Jakarta Utara menjadi korban kejahatan siber melalui program edukasi Police Goes to School yang kali ini diselenggarakan di Sekolah Marie Joseph, Kelapa Gading.

    “Kejahatan siber yang sering dialami kalangan remaja mulai dari judi online, penipuan daring hingga porn revenge atau mengirimkan video porno sebagai balas dendam,” kata Kapolsek Kelapa Gading Kompol Seto Handoko Putra di Jakarta, Senin.

    Ia mengatakan Polsek Kelapa Gading baru-baru ini mengungkap kasus prostitusi daring yang melibatkan anak-anak bawah umur di kawasan Jakarta Utara.

    Seto meminta agar pelajar jangan menjadi korban atau menjadi pelaku kasus kejahatan siber yang menyebarkan konten-konten SARA, nude, kata kasar, ujaran kebencian, dan lainnya yang diatur dalam UU ITE.

    Ia menjelaskan dari survei, Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar. Hal ini diketahui, saat bangun pagi pasti yang dicari adalah smartphone (ponsel pintar) untuk mencari informasi terbaru.

    “Ini yang menjadi tantangan di dunia digital, ruang digital yang semakin luas akan banyak bermunculan konten negatif,” kata dia.

    Ia mengatakan berdasarkan usia, penetrasi internet tertinggi berada di kelompok usia antara 13-18 tahun, hampir seluruhnya atau 99,16 persen merupakan kelompok usia tersebut terhubung ke internet.

    Selanjutnya kelompok usia 19-36 tahun memiliki penetrasi internet sebesar 87,3 persen

    Ia mengatakan saat ini para remaja harus meningkatkan literasi digital sehingga dapat membedakan mana informasi yang benar dan mana yang tidak.

    Selain itu menjauhi praktik yang membuat terjebak seperti pinjaman online, judi daring, hingga membeli barang dengan iming-iming harga murah.

    “Jangan menjadi korban penipuan online, perlu ketelitian dalam membeli barang. Kami ajak pelajar meningkatkan literasi digital sebagai upaya mencegah terjadinya kejahatan siber,” kata dia.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Mendadak Google Beri Warning ke Pengguna Android, Ada Apa?

    Mendadak Google Beri Warning ke Pengguna Android, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peringatan yang sering muncul di layar pengguna Android dari Google rupanya bukan hal sepele. Peringatan ini muncul saat pengguna mengakses konten berbahaya yang mengandung malware atau upaya phishing.

    “Anda akan melihat peringatan jika konten yang ingin Anda lihat berbahaya atau menipu. Situs-situs ini sering disebut situs ‘phising’ atau ‘malware’,” kata Google, dikutip Sabtu (23/2/2025).

    Menurut Google, jika sebuah situs terdeteksi berbahaya atau menipu, sistem akan menampilkan peringatan kepada pengguna. Situs semacam ini biasanya digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk mencuri informasi pribadi korban, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk penipuan atau dijual ke pihak lain.

    Oleh karena itu, pengguna disarankan untuk selalu memperhatikan peringatan dari Google. Sistem ini bekerja secara otomatis dengan fitur deteksi phishing dan malware yang aktif secara default.

    Setidaknya ada lima peringatan yang kerap diabaikan oleh pengguna Android terkait hal tersebut. Berikut informasinya, dirangkum dari The Sun.

    1. “The site ahead contains malware”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menginstall software berbahaya alias malware ke komputer

    2. “Deceptive site ahead”

    Website yang Anda kunjungi kemungkinan besar adalah phishing

    3. “Suspicious site”

    Website yang Anda kunjungi mencurigakan dan kemungkinan berbahaya

    4. “The site ahead contains harmful programs”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menjebak Anda menginstall program yang bisa menyebabkan masalah ketika menggunakan internet

    5. “This page is trying to load scripts from unauthenticated sources”

    Website yang Anda kunjungi berbahaya.

    Aplikasi di luar Play Store

    Peringatan lain dari Google adalah soal menginstal aplikasi dari luar Play Store yang biasanya berbentuk file apk atau sideloading. Tidak seperti iPhone, Google memang sudah lama mengizinkan aplikasi diunduh dan diinstal di luar toko resmi.

    Namun, CEO Google Sundar Pichai memperingatkan para pengguna HP Android untuk tidak melakukan sideloading di perangkat mereka.

    Pembahasan soal sideloading sudah lama menjadi kontroversi. Kubu terpecah menjadi dua, di satu sisi banyak yang menyatakan sideloading memberikan kebebasan dan fleksibilitas bagi pengguna untuk bebas mengakses aplikasi buatan pengembang yang tak tersedia secara resmi.

    Namun, di sisi yang lain menilai sideloading berisiko mendatangkan bahaya. Sebab, aplikasi yang tersedia di toko aplikasi resmi sudah melalui proses penyaringan, sehingga lebih aman.

    Pichai memberikan peringatan ke semua pengguna HP Android bahwa aplikasi sideloading memiliki risiko yang tinggi karena rentan terinfeksi malware.

    Peringatan tersebut sejalan dengan alasan Apple tak mau memberikan izin sideloading. Apple juga menjadikan pernyataan Google sebagai ‘senjata’, dan menyatakan Google saja tahu seberapa besar potensi bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi sideloading.

    Debat soal sideloading bertumpu pada satu hal, yakni bagaimana menciptakan keseimbangan antara kebebasan pengguna dan keamanan pengguna.

    Meski sideloading berisiko mendatangkan virus bahaya, tetapi mekanisme itu dianggap memberikan kebebasan akses bagi pengguna ke semua aplikasi. Selain itu, sideloading juga mengizinkan pengguna untuk mengakses aplikasi beta yang belum resmi.

    Poin tambahan lainnya, sideloading juga turut mendukung para developer aplikasi independen yang tak mau terikat pada sistem aplikasi resmi di Google Play Store atau Apple App Store.

    (pgr/pgr)

  • Pemimpin FBI Kash Patel Miliki Bitcoin Mencapai US$ 115.000

    Pemimpin FBI Kash Patel Miliki Bitcoin Mencapai US$ 115.000

    Jakarta, Beritasatu.com – Kashyap “Kash” Patel, seorang pengacara dan mantan jaksa federal di Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) kini resmi menjabat sebagai direktur FBI. Namun, yang menarik dari terpilihnya Kash Patel ini, yakni investasi yang dia miliki dalam bentuk aset kripto, khususnya Bitcoin.

    Melansir The Crypto News, Minggu (23/2/2025), Kash Patel memiliki investasi mencapai $115.000 dalam Bitcoin ETF serta mencapai  $250.000 di Core Scientific, sebuah perusahaan besar di industri penambangan Bitcoin.

    Pria kelahiran New York ini resmi menjadi direktur FBI setelah disahkan oleh Senat AS dalam pemungutan suara yang berlangsung sengit dengan hasil 51-49. Keputusan ini menjadi pencapaian besar bagi Donald Trump dalam perselisihannya yang berkepanjangan dengan lembaga tersebut.

    Seluruh anggota Senat dari Partai Demokrat menolak pencalonan Patel, didukung oleh dua senator dari Partai Republik, Susan Collins dan Lisa Murkowski, yang mengungkapkan kekhawatiran terhadap kedekatannya dengan Trump. Namun, Patel sebagai salah satu pendukung setia Trump berhasil mendapatkan jabatan tersebut.

    Kepemilikan aset digitalnya memang tidak menjadi topik utama dalam sidang penentuan jabatan barunya. Namun, beberapa analis percaya bahwa pemahaman Kash Patel terhadap dunia kripto, khususnya Bitcoin, bisa menjadi keuntungan bagi FBI dalam memberantas kejahatan siber, terutama serangan yang dilakukan oleh peretas Korea Utara terhadap platform aset digital.

    Bagi yang mengikuti perkembangan politik di era Trump, nama Patel bukanlah sosok asing. Ia merupakan seorang pengacara dan mantan pejabat keamanan nasional yang memiliki peran penting dalam perseteruan Trump dengan komunitas intelijen.

    Sebelumnya, ia juga pernah menjabat sebagai kepala staf menteri pertahanan sementara dan turut berperan dalam menghadapi investigasi terkait campur tangan Rusia dalam pemilu AS. Kini, Patel memimpin FBI, sebuah lembaga yang memiliki sejarah hubungan tegang dengan Trump.

    Catatan keuangan Patel mengungkapkan strategi investasi yang beragam. Kash Patel disebut memiliki beberapa investasi, yakni mencapai US$ 5 juta di EliteDepot, perusahaan yang bergerak di bidang mode dan produk perawatan kulit, mencapai US$ 250.000 di NVIDIA, salah satu produsen cip terkemuka di dunia, da mencapai US$ 250.000 di VK Integrated Systems, perusahaan perlengkapan taktis yang memiliki kontrak dengan sektor pertahanan.

    Kemudian, ia juga berinvestasi mencapai US$ 250.000 di Core Scientific, perusahaan yang berfokus pada penambangan Bitcoin, dan memiliki sebesar US$ 115.000 dalam Bitcoin ETF.

    Dengan latar belakang yang beragam dan strategi investasi yang luas pada bidang kripto, khususnya Bitcoin, Kash Patel kini menghadapi tugas besar dalam memimpin FBI di tengah dinamika politik yang terus berkembang.

  • Praktisi Bicara Pemicu Utama Error pada Mobile Banking, Serangan Siber?   – Halaman all

    Praktisi Bicara Pemicu Utama Error pada Mobile Banking, Serangan Siber?   – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG –  Dalam era digital yang semakin maju, mobile banking telah menjadi salah satu layanan perbankan yang paling banyak digunakan.

    Namun, tidak jarang pengguna mengalami kendala atau error saat mengakses aplikasi tersebut.

    Lantas, apa sebenarnya penyebab utama masalah ini? Apakah disebabkan oleh serangan siber atau kesalahan teknis internal?

    Praktisi IT Perbankan,  David Formula memberikan penjelasan tentang berbagai faktor yang menyebabkan masalah atau error pada mobile banking, baik dari sisi pengguna maupun sistem internal perbankan. 

    Menurut EVP Group Strategic IT BCA ini, ada beberapa pemicu utama yang dapat menyebabkan gangguan saat menggunakan aplikasi mobile banking yang dapat dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

    1. Kualitas Sinyal

    Sinyal yang buruk menjadi salah satu penyebab paling umum masalah pada mobile banking. Ketika kualitas sinyal tidak stabil, terutama pada saat transaksi, koneksi dapat terputus, yang mengakibatkan proses transaksi gagal.

    “Hal ini sering terjadi pada pengguna yang berada di area dengan sinyal jaringan yang tidak kuat.” katanya saat talkshow Cara BCA Mengantisipasi Berbagai Kejahatan Siber di sela-sela BCA Expoversary 2025 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Sabtu (22/2/2025).

    2. Memori Penuh dan Cache Block

    Selain masalah sinyal, perangkat pengguna juga mempengaruhi performa aplikasi mobile banking.

    “Jika ponsel penuh dengan data atau memori hampir habis, sistem mobile banking akan mengalami kesulitan menyimpan data transaksi, karena cache memori penuh. Hal ini bisa menyebabkan aplikasi tidak berfungsi dengan optimal, atau bahkan mengalami hang,” katanya.

    3. Masalah pada Sistem Perbankan

    Pada sisi sistem perbankan, masalah juga bisa muncul karena kegagalan pada server atau perangkat keras.

    Misalnya, seperti yang dijelaskan oleh David, perangkat komputer atau server yang beroperasi tanpa henti selama waktu yang lama dapat mengalami overheating.

    “Proses ini bisa menyebabkan sistem macet, sama seperti saat kita bekerja terlalu lama dan tidak mendengar ketika orang lain berbicara,” katanya.

    Di BCA, mereka sudah memiliki prosedur untuk mengatasi hal ini, seperti melakukan peremajaan sistem dan pembaruan secara berkala untuk memastikan kelancaran operasional.

    4. Bug dalam Sistem

    Bugs atau kesalahan dalam pengkodean sistem juga menjadi pemicu error pada mobile banking.

    Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, pembaruan perangkat lunak (patching) sering kali menyebabkan ketidakcocokan antara aplikasi yang satu dengan yang lainnya.

    “Misalnya, aplikasi mobile banking yang mungkin tidak kompatibel dengan pembaruan terbaru pada sistem operasi perangkat pengguna, sehingga menyebabkan error,” katanya.

    5. Keamanan dan Serangan Siber

    Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, adanya potensi serangan siber atau upaya peretasan juga dapat menyebabkan gangguan pada aplikasi mobile banking.

    Serangan semacam ini bisa berupa serangan DDoS yang menargetkan server atau upaya peretasan yang menargetkan data nasabah.

    “Oleh karena itu, perbankan selalu memperbarui sistem mereka untuk menghadapi potensi ancaman dari dunia maya,” katanya.

    Sementara itu, EVP Contact Center & Digital Services BCA, Adrianus Wagimin  mengatakan, mengutamakan edukasi, inovasi, dan kolaborasi dalam mengatasi masalah mobile banking. 
    Salah satu langkah nyata yang diambil adalah mengurangi penggunaan link eksternal dalam komunikasi pemasaran dan lebih fokus pada interaksi langsung yang lebih aman.

    “Kami juga mengembangkan sistem Cyber Patrol yang memantau dan melindungi sistem dari potensi ancaman yang memungkinkan segera mengidentifikasi jika ada masalah pada transaksi atau aplikasi mobile banking, baik yang berasal dari sisi bank, nasabah, ataupun pihak ketiga seperti penyedia pulsa atau layanan lain yang terintegrasi,” katanya.

    Pihaknya juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dalam industri keuangan, termasuk lembaga lain, e-wallet, dan regulator dalam Indonesia Anti Scam Center untuk mengidentifikasi dan mengatasi penipuan yang melibatkan rekening nasabah.

    “Kolaborasi ini berperan penting dalam memitigasi risiko keamanan yang dapat memengaruhi nasabah,” katanya.