Kasus: kecelakaan

  • Gunung Semeru yang Memeluk Jenazah Soe Hok Gie

    Gunung Semeru yang Memeluk Jenazah Soe Hok Gie

    Pada 14 September 1969, tubuh Soe Hok Gie kedinginan. Saat itu, dia kesal pada Aristides yang mengigau sepanjang malam dan membuatnya tak bisa tidur.

    “Lu sangat gelisah. Gue enggak mau lagi tidur di sebelah lu,” kata Aristides menirukan ucapan Soe Hok Gie, dalam Seri Buku Tempo: Gie dan Surat-surat Tersembunyi.

    Kegelisahan Aristides itu berasal dari sebuah mimpi kecelakaan di gunung di mana terdapat tiga mayat. Aristides yang kala itu menjabat redaktur pelaksana Sinar Harapan, mengaku tak melihat jelas wajah ketiga jenazah dalam mimpinya tersebut.

    Perjalanan pun dilanjutkan dengan Aristides berada di depan memimpin pendakian. Pandangannya tiba-tiba tertutup kabut.

    “Saya melihat Semeru angker dan menakutkan. Saya seperti melihat maut,” ujarnya.

    Hok Gie lalu mengambil alih komando, menjadi pemimpin perjalanan. Aristides melihat Hok Gie termenung di tengah-tengah perjalanan.

    “Saya tanya kenapa, dia bilang, ‘Saya takut,’”ucap Aristides.

    Mereka melanjutkan perjalanan menuju Recodopo. Saat berada di ketinggian sekitar 3.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), tim lantas membentangkan ponco untuk dijadikan shelter atau tempat peristirahatan dan meninggalkan tas dan tenda di sana.

    Mereka hanya membawa minuman sebagai bekal menuju puncak. Rombongan kemudian dibagi dua kelompok. Aristides bersama Gie, Badil, Maman, Wiwiek, dan Freddy. Sementara itu, Herman bersama Idhan.

    Mereka tiba di Puncak Mahameru menjelang sore. Namun, tenaga mereka habis karena bergelut dengan medan berpasir dan bebatuan. Gie menunggu Herman, yang tertinggal di belakang. Rekannya satu lagi, Maman tiba-tiba meracau. Aristides dan Freddy pun bahu-membahu membawa Maman kembali ke shelter.

    Sebelum Badil turun, Gie sempat menitipkan batu dan daun cemara yang akan diberikannya kepada pacar-pacarnya di Jakarta. Dia juga menitipkan kamera milik Aristides.

    “Nih, titip buat janda-janda gue,” ujar Badil menirukan Gie.

    Herman dan Idhan akhirnya tiba di Puncak Mahameru. Idhan yang melihat Gie sedang duduk mengenakan kaus polo kuning UI pun ikutan duduk. Sedangkan Herman tetap berdiri.

    Karena duduk itulah, kata Herman, Gie dan Idhan menghirup gas beracun yang massanya lebih berat daripada oksigen. Herman ingat betul kala itu kondisi Gie sudah lemas.

    “Tahu-tahu dia enggak ngomong. Menggelepar,” tutur Herman.

    Dia mencoba menuntun Gie turun ke shelter. Herman buru-buru mengecek pergelangan tangan Gie. Tak ada denyut nadi. Soe Hok Gie wafat. Tak lama, Idhan meninggal menyusul Gie.

  • Gunung Semeru yang Memeluk Jenazah Soe Hok Gie

    Gunung Semeru yang Memeluk Jenazah Soe Hok Gie

    Pada 14 September 1969, tubuh Soe Hok Gie kedinginan. Saat itu, dia kesal pada Aristides yang mengigau sepanjang malam dan membuatnya tak bisa tidur.

    “Lu sangat gelisah. Gue enggak mau lagi tidur di sebelah lu,” kata Aristides menirukan ucapan Soe Hok Gie, dalam Seri Buku Tempo: Gie dan Surat-surat Tersembunyi.

    Kegelisahan Aristides itu berasal dari sebuah mimpi kecelakaan di gunung di mana terdapat tiga mayat. Aristides yang kala itu menjabat redaktur pelaksana Sinar Harapan, mengaku tak melihat jelas wajah ketiga jenazah dalam mimpinya tersebut.

    Perjalanan pun dilanjutkan dengan Aristides berada di depan memimpin pendakian. Pandangannya tiba-tiba tertutup kabut.

    “Saya melihat Semeru angker dan menakutkan. Saya seperti melihat maut,” ujarnya.

    Hok Gie lalu mengambil alih komando, menjadi pemimpin perjalanan. Aristides melihat Hok Gie termenung di tengah-tengah perjalanan.

    “Saya tanya kenapa, dia bilang, ‘Saya takut,’”ucap Aristides.

    Mereka melanjutkan perjalanan menuju Recodopo. Saat berada di ketinggian sekitar 3.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), tim lantas membentangkan ponco untuk dijadikan shelter atau tempat peristirahatan dan meninggalkan tas dan tenda di sana.

    Mereka hanya membawa minuman sebagai bekal menuju puncak. Rombongan kemudian dibagi dua kelompok. Aristides bersama Gie, Badil, Maman, Wiwiek, dan Freddy. Sementara itu, Herman bersama Idhan.

    Mereka tiba di Puncak Mahameru menjelang sore. Namun, tenaga mereka habis karena bergelut dengan medan berpasir dan bebatuan. Gie menunggu Herman, yang tertinggal di belakang. Rekannya satu lagi, Maman tiba-tiba meracau. Aristides dan Freddy pun bahu-membahu membawa Maman kembali ke shelter.

    Sebelum Badil turun, Gie sempat menitipkan batu dan daun cemara yang akan diberikannya kepada pacar-pacarnya di Jakarta. Dia juga menitipkan kamera milik Aristides.

    “Nih, titip buat janda-janda gue,” ujar Badil menirukan Gie.

    Herman dan Idhan akhirnya tiba di Puncak Mahameru. Idhan yang melihat Gie sedang duduk mengenakan kaus polo kuning UI pun ikutan duduk. Sedangkan Herman tetap berdiri.

    Karena duduk itulah, kata Herman, Gie dan Idhan menghirup gas beracun yang massanya lebih berat daripada oksigen. Herman ingat betul kala itu kondisi Gie sudah lemas.

    “Tahu-tahu dia enggak ngomong. Menggelepar,” tutur Herman.

    Dia mencoba menuntun Gie turun ke shelter. Herman buru-buru mengecek pergelangan tangan Gie. Tak ada denyut nadi. Soe Hok Gie wafat. Tak lama, Idhan meninggal menyusul Gie.

  • Ketua DPRD Luwu Timur Alami Kecelakaan, Dilarikan ke RS karena Kepala Robek

    Ketua DPRD Luwu Timur Alami Kecelakaan, Dilarikan ke RS karena Kepala Robek

    Liputan6.com, Jakarta- Ketua DPRD Luwu Timur, Ober Datte mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan pada Rabu (19/11/2025) sekitar pukul 20.00 Wita. Akibatnya Ober harus dilarikan ke rumah sakit karena menderita luka di bagian kepala.

    Kasat Lantas Polres Luwu Timur, Iptu Agusnawan membenarkan kejadian tersebut. Dia menyebut bahwa Ober mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil pribadinya jenis Toyota Fortuner dengan nomor plat DP 1289 G.

    “Iya betul, mobil korban masuk ke saluran drainase,” kata Agusnawan, Kamis (20/11/2025).

    Lebih jauh dia menjelaskan bahwa kejadian itu bermula kala Ober mengendarai mobilnya dari arah Lioka menuju Wawondula dengan kecepatan sedang. Sebuah mobil dari arah depan lalu menyalakan lampu jarak jauh sehingga Ober silau dan kehilangan kendali.

    “Dari arah berlawanan mobil yang tidak diketahui identitasnya menggunakan lampu utama yang membuat pengemudi mobil Toyota Fortuner silau sehingga pengemudi mobil Toyota Fortuner menghindar dan membanting stir ke arah kiri dan turun di drainase kemudian terjadilah kecelakaan lalu lintas,” jelas Gunawan.

  • Dirlantas Polda Jatim Gandeng Gus Iqdam untuk Imbau Masyarakat Tentang Pentingnya Keselamatan Berlalu Lintas

    Dirlantas Polda Jatim Gandeng Gus Iqdam untuk Imbau Masyarakat Tentang Pentingnya Keselamatan Berlalu Lintas

    Surabaya (beritajatim.com) – Dalam rangka menurunkan angka kecelakaan lalu lintas di Jawa Timur, Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jatim berkolaborasi dengan ulama, termasuk ulama muda Agus Muhammad Iqdam Kholid atau yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Iqdam.

    Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan berkendara, terutama selama pelaksanaan Operasi Zebra Semeru 2025 yang berlangsung pada 17 hingga 30 November 2025.

    Dirlantas Polda Jatim, Kombes Pol Iwan Saktiadi, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan ulama, khususnya Gus Iqdam, bukanlah tanpa alasan. Gus Iqdam yang dikenal memiliki pengaruh besar di kalangan anak muda dan santri dianggap dapat mengubah pola pikir masyarakat terkait keselamatan berlalu lintas.

    “Beliau (Gus Iqdam) memiliki kapasitas moral yang sangat kuat untuk mengajak masyarakat, khususnya jamaahnya, agar peduli terhadap keselamatan saat berkendara,” kata Kombes Pol Iwan Saktiadi dalam sebuah wawancara pada Rabu, 19 November 2025.

    Dalam kesempatan yang sama, Agus Muhammad Iqdam Kholid, pengasuh Pondok Pesantren Sabilu Taubah di Blitar, Jawa Timur, turut mengajak jamaahnya dan masyarakat Jawa Timur untuk mengikuti aturan berlalu lintas dengan tertib selama Operasi Zebra Semeru 2025.

    Gus Iqdam menyampaikan pesan penting mengenai kesadaran berkendara yang aman dan patuh pada peraturan lalu lintas.

    “Bapak-bapak Polisi ini luar biasa, biar tidak melanggar lalulintas justru diumumkan mau ada operasi. Sehingga panjengan semua harus taat dan patuh peraturan berlalulintas,” ungkap Gus Iqdam, yang turut memberikan tausyiah kepada masyarakat pada kesempatan tersebut.

    Lebih lanjut, Gus Iqdam menekankan beberapa aturan lalu lintas yang harus dipatuhi untuk menciptakan keselamatan di jalan. Ia mengingatkan agar tidak menggunakan ponsel saat berkendara, tidak berboncengan lebih dari dua orang, serta tidak mengendarai kendaraan dalam pengaruh alkohol atau di bawah umur.

    Selain itu, ia juga mengingatkan pengendara untuk tidak melawan arus lalu lintas, tidak melebihi batas kecepatan, serta wajib menggunakan helm dan memasang spion motor.

    Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan angka kecelakaan lalu lintas di Jawa Timur dapat berkurang dan masyarakat semakin sadar akan pentingnya keselamatan saat berkendara. [uci/suf]

  • Pejalan Kaki Jadi Prioritas Pengamanan Operasi Zebra di Kabupaten Malang

    Pejalan Kaki Jadi Prioritas Pengamanan Operasi Zebra di Kabupaten Malang

    Malang (beritajatim.com) – Satlantas Polres Malang menaruh perhatian khusus terhadap keselamatan pejalan kaki selama pelaksanaan Operasi Zebra Semeru 2025. Hal ini menyusul masih tingginya potensi kecelakaan yang melibatkan pengguna jalan yang paling rentan tersebut.

    Kasatlantas Polres Malang, AKP Muhammad Alif Chelvin Arliska mengatakan, bahwa perlindungan pejalan kaki kini masuk dalam sasaran prioritas operasi. Polisi akan menindak pelanggaran yang mengancam keselamatan pedestrian, seperti pengendara yang tak memberi prioritas di zebra cross, melawan arus, hingga melaju dengan kecepatan tinggi di kawasan ramai.

    “Keselamatan pejalan kaki menjadi perhatian utama kami. Banyak pelajar dan warga yang setiap hari menggunakan trotoar atau menyeberang jalan utama. Mereka harus dilindungi,” tegas Chelvin, Rabu (19/11/2025).

    Pejalan kaki di jalanan wilayah Kabupaten Malang.

    Selain penindakan pelanggaran, petugas juga melakukan penataan pada titik keramaian yang dikenal rawan kecelakaan. Termasuk pasar rakyat, depan sekolah, halte, hingga persimpangan padat kendaraan.

    “Penindakan kami lakukan secara humanis. Namun bagi pengendara yang melakukan pelanggaran fatal dan berpotensi membahayakan pejalan kaki, kami akan memberikan tilang sesuai aturan,” lanjutnya.

    Sejak awal tahun hingga pertengahan November 2025, tercatat 723 kecelakaan di wilayah Polres Malang. 141 orang meninggal dunia, 10 luka berat, dan 1.114 luka ringan. Proporsi korban pejalan kaki masih tergolong tinggi sehingga upaya pencegahan harus ditingkatkan.

    Satlantas Polres Malang berharap pelaksanaan Operasi Zebra Semeru 2025 dapat menciptakan budaya tertib berlalu lintas yang lebih baik, serta memberikan ruang aman bagi seluruh pengguna jalan, terutama pejalan kaki sebagai kelompok paling rentan di jalan raya.

    “Kalau semua patuh, keselamatan akan tercipta. Mulai dari menghormati zebra cross hingga tidak memodifikasi kendaraan sembarangan. Mari bersama-sama lindungi sesama pengguna jalan,” kata Chelvin. (yog/but)

  • Pengamat UGM Yakin Pertamina Siap Jaga Pasokan Energi Akhir Tahun

    Pengamat UGM Yakin Pertamina Siap Jaga Pasokan Energi Akhir Tahun

    Jakarta, Beritasatu.com – Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menyampaikan keyakinan bahwa PT Pertamina (Persero) mampu mencukupi pasokan dan distribusi energi yang dibutuhkan masyarakat jelang akhir tahun 2025. Secara persentase, kinerja Pertamina dalam upaya memenuhi ketersediaan energi sudah mencapai 95%.

    “Ya melihat data sebelumnya itu ya, saya kira Pertamina selalu siap (memenuhi ketersediaan energi). Bahkan saya bisa menetapkan angka ya sekitar 95%,” kata Fahmy saat dihubungi, Jakarta, Selasa (18/11/2025).

    Fahmy berpandangan, kekuatan utama Pertamina terletak pada jaringan distribusi energi yang sangat luas, yang mencakup lebih dari 8.000 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Pertamina dinilai selalu siap menghadapi periode permintaan tinggi seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru) maupun Hari Raya Idul Fitri.

    Adapun sisa 5% yang kerap menjadi masalah, menurut Fahmy, adalah kelangkaan energi (seperti BBM dan gas LPG) yang terjadi di beberapa wilayah akibat situasi yang tidak terkendali (uncontrollable). Namun, ia tetap meyakini Pertamina akan mengatasi kelangkaan tersebut secepatnya.

    Fahmy juga menuturkan, kesiapan Pertamina dalam menjaga ketersediaan energi ini termasuk di tengah cuaca ekstrem yang diprediksi BMKG akan terjadi selama November 2025 hingga Februari 2026. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, seperti insiden kebakaran Depo Pertamina Plumpang pada 2023, cuaca ekstrem seperti hujan lebat atau longsor tidak menjadi penghambat serius karena Pertamina mampu dengan cepat memenuhinya dari depo-depo lain.

    “Dengan jaringan yang demikian luas itu, apakah terjadi kecelakaan pada deponya Pertamina atau terjadi cuaca ekstrem, menurut saya berdasarkan pengalaman sebelumnya, itu tidak menjadi masalah sama sekali bagi Pertamina,” tutur Fahmy.

    Meskipun menilai Pertamina sudah berhasil secara keseluruhan, Fahmy memberikan dua catatan penting untuk memaksimalkan kinerja dan mencapai komitmen swasembada energi Presiden Prabowo. Pertama, agar mengatasi kelangkaan BBM dan gas LPG yang masih terjadi di beberapa wilayah dengan melakukan diversifikasi sumber energi.

    Kedua, perlu meningkatkan ketahanan energi dengan menghasilkan Energi Baru Terbarukan (EBT), seperti melanjutkan produksi campuran bahan bakar diesel konvensional (E50) menjadi biodiesel 100% (B100). Menurut Fahmy, jika langkah diversifikasi EBT ini dapat dilakukan dengan baik, maka swasembada energi yang menjadi komitmen pemerintah tidak hanya sekadar wacana.

  • Operasi Zebra Nggak Melulu Langsung Tilang, Ini Tindakannya

    Operasi Zebra Nggak Melulu Langsung Tilang, Ini Tindakannya

    Jakarta

    Kepolisian lalu lintas sedang melakukan Operasi Zebra 2025. Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menerapkan sejumlah pola operasi tindakan dalam Operasi Zebra Jaya 2025, yakni preemtif, preventif, dan penegakan hukum.

    “Pola operasi yang kita lakukan 40% kita menggunakan cara bertindak preemptive, ya, kita akan banyak sosialisasi, identifikasi, imbauan. Kemudian, 40% pola preventive, dengan kekuatan secara masif, yang terakhir 20% adalah penegakan hukum,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin saat ditemui di Jakarta, dikutip Antara.

    Lebih lanjut, dia menjelaskan penegakan hukum itu dilakukan dengan sejumlah metode, salah satunya dengan electronic traffic law enforcement(ETLE).

    “Menggunakan ETLE Statis, penegakan hukum dengan ETLE mobile dan juga penegakan hukum dengan menggunakan tilang konvensional,” ujar Komarudin.

    Di sisi lain, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya juga membeberkan sejumlah target Operasi Zebra Jaya 2025 yang akan digelar selama 14 hari ke depan, mulai 17 hingga 30 November.

    Menurut dia, Operasi Zebra Jaya itu bertujuan menurunkan pelanggaran, mengurangi kecelakaan, dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas.

    Operasi Zebra 2025 berlangsung selama dua pekan mulai hari ini, Senin (17/11/2025) sampai dengan 30 November 2025. Operasi Zebra ini menjadi langkah strategis untuk menciptakan kondisi lalu lintas yang aman, tertib, dan lancar menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Dikutip dari akun media sosial resmi TMC Polda Metro Jaya, setidaknya ada tujuh pelanggaran yang menjadi incaran dalam Operasi Zebra Jaya 2025. Berikut tujuh pelanggaran yang menjadi target Operasi Zebra Jaya 2025:

    1. Berkendara sambil main HP

    2. Pengendara di bawah umur

    3. Pengendara sepeda motor tidak menggunakan helm

    4. Pengguna mobil tidak memakai sabuk pengaman

    5. Pengendara di bawah pengaruh alkohol

    6. Pengendara yang tidak melengkapi surat-surat dan pelat nomor resmi

    7. Pengendara yang tidak menggunakan pelat nomor sesuai aturan.

    (riar/dry)

  • Polres Jaksel tindak 497 pelanggar dalam Operasi Zebra Jaya 2025

    Polres Jaksel tindak 497 pelanggar dalam Operasi Zebra Jaya 2025

    Jakarta (ANTARA) – Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Selatan (Jaksel) menindak sebanyak 497 pelanggar pada hari ke-3 pelaksanaan Operasi Zebra Jaya 2025, sejak dimulai pada 17 November.

    “Sudah 497 yang sudah divalidasi untuk pelanggaran yang tercakup di Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) Mobile wilayah Jakarta Selatan,” kata Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Mujiyanto kepada wartawan di Jakarta, Rabu.

    Pelaksanaan operasi pada Rabu, kata dia, dipusatkan di kawasan Jalan Fatmawati dengan metode yang sama seperti hari-hari sebelumnya, yakni preemtif dan preventif.

    “Kami mengerahkan personel untuk kegiatan preemtif berupa imbauan dan kegiatan preventif melalui penjagaan di sepanjang ruas Jalan Fatmawati sejak pagi hingga sore,” ujar Mujiyanto.

    Dia menyebutkan terdapat tujuh target operasi pada Operasi Zebra Jaya 2025, dan beberapa di antaranya dapat ditindak secara konvensional, termasuk penggunaan knalpot “brong” dan kendaraan tanpa Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB).

    “Pelanggaran yang terekam ETLE mobil itu, di antaranya tidak memakai helm, melawan arus, dan tidak menggunakan sabuk keselamatan. Itu yang paling banyak,” ucap Mujiyanto.

    Nantinya, sambung dia, pelanggar diberikan teguran dan imbauan agar segera memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, salah satunya memasang plat nomor kendaraan.

    “Plat nomor itu wajib dipasang. Walaupun ETLE masih bisa merekam dari plat depan, tetap harus dipasang depan dan belakang sesuai aturan,” tegas Mujiyanto.

    Operasi Zebra Jaya 2025 digelar secara serentak di Jakarta dengan tujuan meningkatkan disiplin berlalu lintas dan menekan angka pelanggaran yang berpotensi menyebabkan kecelakaan.

    Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya membeberkan sejumlah target Operasi Zebra Jaya 2025 yang digelar selama 14 hari ke depan, mulai 17 hingga 30 November, di antaranya pelanggaran terkait penggunaan helm, pengendara kendaraan roda dua yang di bawah umur, kecepatan melebihi aturan serta penggunaan TNKB, termasuk kendaraan ataupun penggunaan pelat TNI maupun Polri yang tidak sesuai ketentuan.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • ​Operasi Zebra Jaya 2025 Terapkan Hunting System, Apa Itu?

    ​Operasi Zebra Jaya 2025 Terapkan Hunting System, Apa Itu?

    Jakarta: Selain mengandalkan teknologi canggih seperti ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), Polda Metro Jaya menerapkan pola penindakan baru berupa hunting system dalam Operasi Zebra Jaya 2025. Metode ini diberlakukan selama operasi berlangsung pada 17–30 November 2025 sebagai langkah memperkuat penegakan hukum di titik-titik rawan pelanggaran lalu lintas.

    Apa itu Hunting System?
    Hunting system adalah pola penindakan di mana petugas melakukan patroli bergerak untuk menyisir lokasi-lokasi yang sering terjadi pelanggaran, alih-alih melakukan razia statis di satu titik. Dengan metode ini, petugas dapat langsung menghentikan dan menindak pelanggar yang terpantau di lapangan.

    Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Komaruddin menjelaskan pola baru ini memungkinkan petugas menjangkau lebih banyak wilayah.

    “Ini untuk diketahui, tidak lagi menggunakan pola razia stasioner tapi kita lebih menggunakan hunting system. Nanti akan banyak personel gabungan, TNI, Polri, Dinas Perhubungan, akan menyisir ruas-ruas jalan yang biasanya banyak sekali terjadi pelanggaran di luar dari 127 ruas jalan yang terpantau langsung oleh kamera E-TLE,” ujar Komaruddin dikutip dari Metro TV News.
    ​Kenapa Hunting System Diterapkan?
    ​Penerapan Hunting System dalam Operasi Zebra 2025 memiliki beberapa alasan strategis, seperti masih banyaknya titik blind spot atau jalan kecil yang tidak terpasang kamera statis walaupun ETLE sudah luas. Hunting System memastikan tidak ada celah bagi pelanggar di area tersebut.

    Selain itu, metode ini dianggap lebih efektif untuk mencegah pelanggaran fatal dan menekan angka kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polda Metro Jaya.
     

     

    Pola Pelaksanaan di Lapangan

    Dalam Operasi Zebra Jaya 2025, kepolisian menggunakan tiga pola penindakan:

    – 40 persen tindakan preventif, berupa penggelaran personel secara masif dan edukasi kepada masyarakat.

    – 40 persen tindakan preemtif, melalui pengaturan dan pengawasan di titik-titik rawan.

    – 20 persen penegakan hukum, baik dengan tilang elektronik (ETLE) maupun penindakan langsung melalui hunting system.

    Sebanyak 2.939 personel gabungan dikerahkan untuk mendukung pelaksanaan operasi di berbagai titik strategis.

    Dengan penerapan pola patroli bergerak ini, diharapkan Operasi Zebra Jaya 2025 dapat menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih aman dan tertib. Disiplin pengendara dinilai menjadi kunci utama dalam menekan angka pelanggaran serta mengurangi risiko kecelakaan di jalan raya.

    (Sheva Asyraful Fali)

    Jakarta: Selain mengandalkan teknologi canggih seperti ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), Polda Metro Jaya menerapkan pola penindakan baru berupa hunting system dalam Operasi Zebra Jaya 2025. Metode ini diberlakukan selama operasi berlangsung pada 17–30 November 2025 sebagai langkah memperkuat penegakan hukum di titik-titik rawan pelanggaran lalu lintas.

    Apa itu Hunting System?
    Hunting system adalah pola penindakan di mana petugas melakukan patroli bergerak untuk menyisir lokasi-lokasi yang sering terjadi pelanggaran, alih-alih melakukan razia statis di satu titik. Dengan metode ini, petugas dapat langsung menghentikan dan menindak pelanggar yang terpantau di lapangan.
     
    Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Komaruddin menjelaskan pola baru ini memungkinkan petugas menjangkau lebih banyak wilayah.
     
    “Ini untuk diketahui, tidak lagi menggunakan pola razia stasioner tapi kita lebih menggunakan hunting system. Nanti akan banyak personel gabungan, TNI, Polri, Dinas Perhubungan, akan menyisir ruas-ruas jalan yang biasanya banyak sekali terjadi pelanggaran di luar dari 127 ruas jalan yang terpantau langsung oleh kamera E-TLE,” ujar Komaruddin dikutip dari Metro TV News.
    ​Kenapa Hunting System Diterapkan?
    ​Penerapan Hunting System dalam Operasi Zebra 2025 memiliki beberapa alasan strategis, seperti masih banyaknya titik blind spot atau jalan kecil yang tidak terpasang kamera statis walaupun ETLE sudah luas. Hunting System memastikan tidak ada celah bagi pelanggar di area tersebut.

    Selain itu, metode ini dianggap lebih efektif untuk mencegah pelanggaran fatal dan menekan angka kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polda Metro Jaya.
     

     

    Pola Pelaksanaan di Lapangan

    Dalam Operasi Zebra Jaya 2025, kepolisian menggunakan tiga pola penindakan:
     
    – 40 persen tindakan preventif, berupa penggelaran personel secara masif dan edukasi kepada masyarakat.
     
    – 40 persen tindakan preemtif, melalui pengaturan dan pengawasan di titik-titik rawan.
     
    – 20 persen penegakan hukum, baik dengan tilang elektronik (ETLE) maupun penindakan langsung melalui hunting system.
     
    Sebanyak 2.939 personel gabungan dikerahkan untuk mendukung pelaksanaan operasi di berbagai titik strategis.
     
    Dengan penerapan pola patroli bergerak ini, diharapkan Operasi Zebra Jaya 2025 dapat menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih aman dan tertib. Disiplin pengendara dinilai menjadi kunci utama dalam menekan angka pelanggaran serta mengurangi risiko kecelakaan di jalan raya.
     
    (Sheva Asyraful Fali)

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (RUL)

  • Truk Muatan Kardus Melintang di Tol Bekasi Arah Jakarta, Lalin Macet

    Truk Muatan Kardus Melintang di Tol Bekasi Arah Jakarta, Lalin Macet

    Jakarta

    Satu unit truk kecelakaan di Tol Jakarta Cikampek (Japek) tepatnya di Bekasi Barat-Jatibening. Truk muatan kertas itu terbalik melintang di tengah jalan.

    Informasi kecelakaan ini disampaikan Jasa Marga di akun X-nya, Rabu (19/11/2025), pukul 08.35 WIB. Kecelakaan itu terjadi di Bekasi Barat Km 11-Jatibening Km 05+900.

    Lalu lintas di lokasi dilaporkan padat. Sebab, truk itu melintang di lajur 2 dan 3 atau di tengah jalan.

    “Tol_Japek Bekasi Barat KM 11 – Jatibening KM 05+900 PADAT, ada penanganan kecelakaan kendaraan Truk bermuatan kardus terbalik melintang di lajur 2-3/tengah, gunakan lajur 1-4/kiri-kanan,” tulis Jasa Marga.

    “Bekasi Timur KM 15 – Bekasi Barat KM 11+400 PADAT, ada penanganan kecelakaan beruntun di lajur 3/tengah. Bekasi Barat KM 10 – Jatibening KM 05+900 padat, ada proses pembersihan muatan dampak dari kecelakaan kendaraan Truk di lajur 2-3/tengah. Gunakan lajur 1-4/kiri-kanan,” tulisnya pukul 09.10 WIB.

    (zap/imk)