Fortuner Hantam Pembatas Jalan di Jembatan Suramadu, Mobil Ringsek, Pengemudi Luka Berat
Tim Redaksi
BANGKALAN, KOMPAS.com
– Sebuah mobil
Fortuner
mengalami
kecelakaan
tunggal saat melintas di Jembatan
Suramadu
,
Jawa Timur
.
Diduga, kecelakaan itu diakibatkan pengemudi mengantuk saat berkendara.
Kanit PJR Jatim VIII Suramadu, AKP Darwoyo mengatakan, kejadian bermula saat mobil Fortuner dengan pelat L 70 CE dikendarai oleh Aldo Wira Putra, warga Dusun Kauman, Desa Socah, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan.
“Pengemudi semula berkendara dari arah Surabaya dan hendak pulang ke Bangkalan,” ucapnya, Sabtu (21/6/2025).
Namun, saat pengemudi baru masuk
Jembatan Suramadu
, pengemudi diduga mengalami
microsleep
saat tiba di kilometer 2 jembatan tersebut.
Akibatnya, mobil yang dikendarai seorang diri itu menabrak pembatas jalan.
“Kendaraan Fortuner oleng ke kanan dan menghantam pembatas jalan yang ada di sisi tengah, mobil lalu terpental dan menepi ke sisi sebelah kiri,” ujarnya.
Kecelakaan
itu mengakibatkan pengemudi mengalami luka parah di sekujur badannya.
Bahkan, kendaraan berwarna hitam itu mengalami rusak pada bagian depannya. Bagian kaca depan hancur dan atap bagian kemudi ringsek.
“Untuk korban mengalami luka berat dan sudah kami evakuasi ke rumah sakit. Untuk mobil hancur bagian depan,” ucapnya.
Setelah melakukan evakuasi, petugas menyerahkan barang bukti tersebut ke Kantor Unit Gakkum Polres Pelabuhan Tanjung Perak.
“Kami hanya bantu pengamanan dan evakuasi, untuk selanjutnya ditangani Polres Tanjung Perak, Surabaya,” katanya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: kecelakaan
-
/data/photo/2025/06/21/68564f16b8ca2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Fortuner Hantam Pembatas Jalan di Jembatan Suramadu, Mobil Ringsek, Pengemudi Luka Berat Surabaya
-

Terpopuler, Tarif MRT, LRT, TJ Rp1 hingga Formula E Jakarta 2025
Jakarta (ANTARA) – Sejumlah berita unggulan akhir pekan untuk disimak, Tarif MRT, LRT, dan Transjakarta hanya Rp1 saat HUT Jakarta 22 Juni hingga Formula E Jakarta 2025.
Berikut berita-berita unggulan tersebut:
1. Tarif MRT, LRT, dan Transjakarta hanya Rp1 saat HUT Jakarta 22 Juni
Provinsi DKI Jakarta menetapkan tarif khusus sebesar Rp1 untuk layanan angkutan umum MRT, LRT dan Transjakarta pada Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-498 Kota Jakarta pada 22 Juni 2025.
Kebijakan penetapan tarif Rp1 ini juga didukung dengan perpanjangan jam operasional di sejumlah rute.
Baca selengkapnya di sini
2. Hoaks uang Rupiah edisi 80 tahun Kemerdekaan RI
Video uang kertas yang diklaim sebagai pecahan Rupiah edisi HUT ke-80 Republik Indonesia beredar luas di media sosial pada Juni 2025. Uang kertas dengan dominasi warna abu-abu dan putih itu, di antaranya menampilkan gambar peta, bendera, serta lambang negara Indonesia.
Faktanya, Bank Indonesia (BI) membantah menerbitkan uang terbaru dengan nominal 80 ribu Rupiah.
Baca selengkapnya di sini
3. KPK panggil Gubernur Jatim Khofifah jadi saksi kasus dana hibah
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (KIP) sebagai saksi kasus dugaan korupsi pengelolaan dana hibah untuk kelompok masyarakat (pokmas) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jatim tahun anggaran 2021–2022.
Selain Khofifah, Budi mengatakan bahwa KPK turut memanggil Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur berinisial AM sebagai saksi kasus tersebut.
Baca selengkapnya di sini
4. KAI Commuter Line tempuh jalur hukum atas kecelakaan di Tangerang
Manajemen PT KAI Commuter Line menempuh jalur hukum atas kecelakaan Commuter Line Tangerang Nomor 1907 relasi Tangerang-Duri dengan truk di JPL 27, tepatnya di KM 18+000 antara Stasiun Tangerang-Batuceper, pada Jumat sekitar pukul 05.11 WIB.
Manager Public Relations KAI Commuter, Leza Arlan menambahkan atas kejadian tersebut, masinis mengalami luka dan terjadi kerusakan pada sarana Commuter Line tersebut.
Baca selengkapnya di sini
5. Formula E Jakarta 2025: Jadwal, format balapan, dan teknologi terbaru
Ajang balap mobil listrik dunia, ABB FIA Formula E World Championship atau yang dikenal sebagai Formula E, kembali digelar di Jakarta pada 21 Juni 2025. Balapan yang akan berlangsung di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta Utara ini menjadi bagian dari kalender resmi musim ke-11 Formula E.
Baca selengkapnya di sini
Pewarta: Tiara Hana Pratiwi
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Long COVID: Luka yang Masih Tertinggal setelah Dunia Move On
Jakarta –
Saya sendiri sudah lebih dari setahun tidak bisa berlama-lama melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar. Padahal di awal pandemi, saya bisa berjam-jam berdiri di dapur membuat roti. Tapi setelah sembuh dari COVID-19, hidup saya tidak pernah benar-benar kembali seperti semula.
Selama dua tahun setelah sembuh, tubuh saya sulit diajak kompromi. Aktivitas fisik ringan pun bisa memicu rasa lelah yang tak biasa, pegal di sekujur badan, dan kadang nyeri pinggul. Dari luar, saya terlihat baik-baik saja. Tapi tubuh saya bicara sebaliknya.
Bukan hanya orang dewasa, anak-anak ikut terdampak. Misalnya Indra (bukan nama sebenarnya), 11 tahun. Ia nyaris putus sekolah setelah didiagnosis epilepsi fokal usai sembuh dari COVID-19. Sebelum itu, ia kerap mengeluh sakit kepala selama berbulan-bulan, matanya terasa ‘melayang’, dan sulit fokus belajar. Kini, muncul pula alergi yang sebelumnya tidak pernah ada. Setiap bulan, kedua orang tuanya harus merogoh kocek dalam untuk pengobatan.
Tapi siapa yang peduli sekarang?
Ketika Dunia Ingin Cepat ‘Move On’
Indonesia sudah masuk era endemi. Tapi Long COVID tetap nyata. Sayangnya, topik ini nyaris lenyap dari ruang publik.
Tak ada lagi kampanye. Tak ada edukasi di media sosial. Tak ada layanan pemulihan khusus. Bahkan, pejabat pun jarang membicarakan masalah ini.
Padahal WHO menegaskan, Long COVID bisa menyerang siapa saja-bahkan mereka yang saat terinfeksi hanya mengalami gejala ringan.
Gejalanya bukan sekadar batuk. Tapi bisa berupa:
Kelelahan ekstremKebingungan mental (brain fog)Detak jantung tidak stabilDepresi dan kecemasanGangguan pernapasan atau nyeri dada,
Dan masih banyak lagi gejala yang dirasakan penyintas COVID.
Riset WHO memperkirakan 10-20 persen penyintas mengalami kondisi ini. Di Asia, angka itu bisa lebih tinggi karena banyak kasus infeksi yang tidak terdiagnosis atau tercatat.
Negara Diam, Warga Cuek
Long COVID seperti tak dianggap. Pemerintah diam, masyarakat pun bosan.
Bisa jadi ini karena kepercayaan publik yang sudah telanjur rusak. Selama pandemi, informasi terus berubah. Banyak yang akhirnya skeptis-bahkan sinis.
Tak sedikit yang berkomentar, “Ah, ini cuma mau jual vaksin lagi,” atau, “Nakut-nakutin biar kita takut lagi.”
Lebih buruk lagi, gejala-gejala usai terkena COVID seperti kelelahan, gangguan saraf, atau nyeri dada seringkali dianggap sebagai efek vaksin, bukan virus. Ini membuat para penyintas makin terpinggirkan. Keluhan mereka sering kali dibantah atau dialihkan ke isu lain.
Padahal, baik vaksin maupun virus COVID-19 bisa menimbulkan efek samping. Tapi tanpa komunikasi publik yang jujur dan terbuka, kebingungan ini hanya akan memperburuk stigma dan memecah solidaritas.
Hidup dengan gejala yang tak diakui
Yang paling menderita adalah penyintas. Mereka dipaksa terlihat sembuh, padahal belum.
Ketika memeriksakan diri, diagnosis yang ditegakkan sering kali hanyalah psikosomatis atau gangguan lain tanpa mempertimbangkan kemungkinan Long COVID. Berganti-ganti dokter pun sudah dijalani. Hasilnya nihil. Yang ada biaya membengkak, hasil tetap buram.
Berganti-ganti dokter pun sudah dijalani, namun tak ada hasil. Yang ada, habis biaya yang tak sedikit untuk mencari pengobatan. Banyak penyintas akhirnya memilih diam. Mereka berdamai sendiri dengan tubuh yang tak lagi seperti dulu.
Tak ada ruang bicara. Tak ada empati. Hidup dalam masyarakat yang ingin cepat move on.
Di luar, taman hiburan dan konser sudah ramai lagi. Tapi di rumah, ada yang bahkan keluar kamar pun tak sanggup.
NEXT: Ketika dampaknya tak lagi personal
Ketika dampaknya tak lagi personal
Long COVID bukan hanya tentang individu yang menderita diam-diam. Dampaknya bisa jauh lebih luas.
Beberapa pakar menduga penurunan fungsi kognitif akibat Long COVID, seperti kebingungan atau gangguan konsentrasi, bisa berkontribusi terhadap meningkatnya kecelakaan lalu lintas. Gejala seperti brain fog, kelelahan akut, atau gangguan tidur bisa memengaruhi konsentrasi saat berkendara-tanpa disadari.
Belum lagi meningkatnya kasus kematian mendadak pada usia produktif yang banyak dilaporkan belakangan ini. Meski tak semua bisa dikaitkan langsung, Long COVID patut dicurigai sebagai salah satu faktor tersembunyi yang memperburuk kondisi kesehatan tanpa gejala jelas.
Beberapa perusahaan asuransi bahkan mencatat lonjakan klaim untuk masalah jantung, paru-paru, dan gangguan saraf dalam dua tahun terakhir. Gejala-gejala ini sejalan dengan daftar dampak Long COVID versi WHO.
Apakah kita cukup serius melihat ini sebagai ancaman terhadap keselamatan publik?
Long COVID adalah tes solidaritas
Ini bukan cuma soal virus. Ini soal ingatan. Soal empati. Soal apakah kita benar-benar belajar dari pandemi.
Jika negara terus mengabaikan, dan masyarakat terus melupakan, Long COVID akan menjadi luka kolektif yang tidak pernah sembuh.
Saya menulis ini bukan untuk dikasihani. Tapi karena saya tahu masih banyak yang seperti saya, diam-diam menderita, tapi tak dianggap. Kami butuh didengar. Kami butuh diingat.
Akhirnya, ini bukan lagi soal kesehatan. Ini soal solidaritas.
Lalu apa yang bisa dilakukan?
Untuk menghadapi Long COVID secara serius, beberapa langkah awal bisa dilakukan:
Pemerintah daerah dan pusat perlu membentuk layanan rehabilitasi Long COVID di rumah sakit rujukan, bekerja sama dengan spesialis paru, neurologi, psikiatri, dan rehabilitasi medik. Selain itu menyediakan layanan booster vaksin untuk warga yang membutuhkan.Komunitas penyintas dan LSM bisa memperkuat peran advokasi dan pendampingan, terutama untuk kasus anak-anak dan penyintas rentan.Media massa perlu memberi ruang untuk cerita penyintas agar publik sadar bahwa penyakit ini belum selesai.Kita, sebagai individu bisa berkontribusi, misalnya dengan tetap memakai masker saat flu, rutin memeriksakan kesehatan pascainfeksi, dan berbagi informasi yang benar.
Long COVID bukan aib. Ini bagian dari realitas pascapandemi yang harus kita hadapi bersama, dengan ilmu, dengan empati, dan tentu saja, dengan hadirnya kebijakan.
Catatan Redaksi: Penulis merupakan anggota Covid Survivor Indonesia (CSI) dan jurnalis lepas
Simak Video “Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia”
[Gambas:Video 20detik] -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5259515/original/005686500_1750436312-Screenshot_20250620-211428_WhatsApp__1_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kronologi KRL Tabrak Truk di Perlintasan Kereta Tangerang – Page 3
Saat ini pihaknya masih mendalami penyebab kecelakaan tersebut. Prapto menyebut, petugas palang pintu kereta di lokasi tengah dilakukan pemeriksaan juga
Tak hanya itu sejumlah barang bukti seperti dua sepeda motor hingga truk box telah diamankan.
“Itu masih kita selidiki ya, makanya tukang palang pintu sampai saat ini diperiksa polisi dan KAI, kita juga kaitkan dengan keterangan saksi. Total saksi yang diperiksa ada 3,” ujar Prapto.
Akibat kecelakaan tersebut, kaca depan atau bagian masinis KRL pun retak dan rusak di sejumlah bagian. Sempat ada penundaan keberangkatan akibat insiden tersebut.
-

Air India Pangkas 16 Penerbangan Internasional Imbas Kecelakaan Fatal
Bisnis.com, JAKARTA — Maskapai penerbangan milik Tata Group, Air India yang tengah bergulat dengan isu kecelakaan pesawat fatal pada 12 Juni lau, mengambil langkah besar untuk memulihkan perusahaan.
Dilansir NDTV, Air India pada Kamis (19/6/2025) mengatakan penerbangan akan dikurangi ke 16 rute internasional dan membatalkan tiga tujuan luar negeri antara 21 Juni dan 15 Juli.
Maskapai yang baru mengalami kecelakaan pesawat fatal pada 12 Juni di Ahmedabad, mengatakan langkah ini dilakukan untuk memulihkan stabilitas jadwal dan meminimalkan ketidaknyamanan bagi penumpang.
Pengumuman terperinci itu muncul sehari setelah maskapai itu mengatakan akan mengurangi sementara penerbangan yang dioperasikan dengan pesawat berbadan lebar sebesar 15%.
“Pengurangan ini akan berlaku mulai 21 Juni 2025, dan berlangsung setidaknya hingga 15 Juli 2025,” tulis maskapai itu dalam sebuah pernyataan, dikutip Jumat (20/6/2025).
Layanan yang akan dibatalkan adalah rute Delhi-Nairobi, Amritsar-London (Gatwick), dan Goa (Mopa)-London (Gatwick) hingga 15 Juli.
Rute Delhi-Nairobi sendiri memiliki empat penerbangan per minggu, dan rute Amritsar-London (Gatwick) dan Goa (Mopa)-London (Gatwick) masing-masing memiliki tiga penerbangan seminggu.
Selain itu, penerbangan juga akan dikurangi pada 16 rute internasional yang menghubungkan kota-kota di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Timur Jauh.
Rute-rute di Amerika Utara yang akan mengalami pengurangan frekuensi adalah Delhi-Toronto, Delhi-Vancouver, Delhi-San Francisco, Delhi-Chicago, dan Delhi-Washington.
“Pengurangan ini muncul dari keputusan untuk secara sukarela melakukan pemeriksaan keselamatan pra-penerbangan yang ditingkatkan, serta mengakomodasi durasi penerbangan tambahan yang timbul dari penutupan wilayah udara di Timur Tengah,” kata pernyataan itu.
Sebelumnya, CEO dan Direktur Pelaksana Air India Campbell Wilson dalam sebuah pesan kepada para penumpang mengatakan bahwa sebagai langkah membangun kepercayaan, maskapai telah memilih untuk melanjutkan pemeriksaan keselamatan pra-penerbangan yang ditingkatkan pada armada Boeing 787 dan Boeing 777-nya untuk sementara waktu.
Mengingat banyaknya waktu yang akan dihabiskan untuk pemeriksaan tambahan ini dan potensi dampaknya pada jadwal, Air India telah memutuskan untuk mengurangi penerbangan berbadan lebar internasionalnya sekitar 15% mulai 20 Juni hingga setidaknya pertengahan Juli.
Rute-rute di Eropa yang layanan penerbangannya dikurangi meliputi Delhi-London Heathrow, Bengaluru-London Heathrow, Amristsar-Birmingham dan Delhi-Birmingham, Delhi-Paris, Delhi-Milan, Delhi-Kopenhagen, Delhi-Wina dan Delhi-Amsterdam.
Demikian pula, layanan pada rute Delhi-Melbourne, Delhi-Sydney, Delhi-Tokyo Haneda dan Delhi-Seoul (Incheon) juga telah dikurangi sebagai bagian dari jadwal yang direvisi.
Maskapai tersebut mengatakan bahwa pihaknya secara proaktif menghubungi penumpang yang terdampak untuk menawarkan akomodasi ulang pada penerbangan alternatif, penjadwalan ulang gratis, atau pengembalian uang penuh sesuai keinginan mereka.

/data/photo/2025/06/20/685524a5c07d3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


/data/photo/2025/06/20/685578cd8fdda.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)