Kasus: kecelakaan

  • Kampanye keselamatan perjalanan KA fokus di Penyangga Jakarta

    Kampanye keselamatan perjalanan KA fokus di Penyangga Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 1 Jakarta menyasar area penyangga Jakarta yakni Cilebut, Bogor, Jawa Barat sebagai lokasi kampanye atau sosialisasi keselamatan perjalanan kereta api melalui pendekatan kolaboratif bersama masyarakat.

    Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko di Jakarta, Minggu, mengatakan kampanye dilakukan hari ini di perlintasan sebidang JPL 26 di Jalan Masjid Nurul Hidayah, antara Stasiun Bojonggede – Stasiun Cilebut, KM 46+900.

    “Lokasi dipilih karena memiliki mobilitas yang tinggi dari kendaraan pribadi, baik roda 2, roda 4, maupun truk, sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan,” kata dia.

    Ixfan menyampaikan, kampanye keselamatan yang kali ini dilakukan bekerja sama dengan komunitas pecinta kereta api Java Train, bukan sekadar aksi simpatik,namun wujud partisipasi aktif komunitas pecinta kereta api untuk mendukung keselamatan perjalanan kereta dan pengguna jalan.

    “Kolaborasi dengan komunitas lokal menjadi jembatan efektif untuk mendekatkan pesan kami kepada masyarakat,” ujar dia.

    Dalam kegiatan tersebut, pengendara yang melintas juga mendapatkan suvenir disertai imbauan untuk tidak menerobos palang perlintasan serta selalu mendahulukan perjalanan kereta api sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 114.

    Pasal 114 UU tersebut menyebutkan pada perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan Jalan, pengemudi kendaraan wajib berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kereta api sudah mulai ditutup, dan/atau ada isyarat lain; serta mendahulukan kereta api.

    Ixfan menambahkan, kampanye keselamatan juga merupakan bagian dari pendekatan partisipatif-edukatif yang didorong KAI untuk menciptakan lingkungan transportasi yang aman, tertib, dan humanis.

    KAI berharap semakin banyak komunitas muda terlibat dalam kampanye serupa sebagai bagian dari gerakan bersama menuju transportasi publik yang berkelanjutan dan ramah keselamatan.

    “Langkah ini merupakan bagian dari program berkelanjutan KAI dalam menekan angka kecelakaan di perlintasan sebidang sekaligus mendorong budaya tertib berlalu lintas,” katanya.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Alviansyah Pasaribu
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Awal Mula ‘Sleeping Prince’ Kecelakaan, 20 Tahun Koma hingga Meninggal

    Awal Mula ‘Sleeping Prince’ Kecelakaan, 20 Tahun Koma hingga Meninggal

    Riyadh

    Pangeran Arab Saudi yang koma selama lebih dari 20 tahun, Al-Waleed bin Khalid Al-Saud, meninggal dunia. Pangeran yang disebut sebagai ‘Sleeping Prince’ ini koma bertahun-tahun setelah mengalami kecelakaan mobil di London, Inggris.

    Dilansir Daily Mail, Minggu (20/7/2025), Al-Waleed mengalami kecelakaan pada tahun 2005 atau saat berusia 15 tahun. Dia menderita cedera otak parah dan pendarahan internal dalam kecelakaan mengerikan tersebut.

    Pangeran Al-Waleed sedang kuliah di sebuah perguruan tinggi militer di London ketika dia mengalami kecelakaan mobil yang memilukan itu. Setelah kecelakaan itu, dia dirawat di King Abdulaziz Medical City di Riyadh, Arab Saudi.

    Dia terus mengalami koma selama perawatan. Ayah Pangeran Al-Waleed, Pangeran Khaled bin Talal Al Saud, merupakan saudara dari taipan bisnis Pangeran Al-Waleed bin Talal bin Abdulaziz Al-Saud. Khaled tidak pernah putus asa dan berharap putranya dapat pulih sepenuhnya.

    Dia tetap terlibat dalam perawatan sang pangeran dan menentang pencabutan alat bantu hidup. Dalam video yang dibagikan di media sosial pada tahun 2020, Al-Waleed tampak mengangkat jari-jarinya saat seorang wanita menyapanya.

    “Hai, Didi, halo, halo, coba kulihat, hai,” sapanya saat sang pangeran menggoyangkan jari-jarinya sebagai jawaban.

    Meskipun ada tanda-tanda pemulihan, Pangeran Al-Waleed tetap dalam kondisi kritis. Pada Sabtu (19/7/2025), Pangeran Al-Waleed meninggal dunia dalam usia 36 tahun.

    Khaled mengumumkan putranya meninggal dalam sebuah unggahan memilukan di X. Pangeran Al-Waleed disalatkan dan dimakamkan di Riyadh hari ini.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Waktu Pak, Waktu Adalah Uang

    Waktu Pak, Waktu Adalah Uang

    Jakarta

    Polda Metro Jaya sedang menggelar Operasi Patuh Jaya 2025. Salah satu pelanggaran yang menjadi incaran adalah pengendara yang melawan arah. Tapi, masih banyak pengendara sepeda motor yang melawan arah. Salah satu alasannya adalah karena mengejar waktu.

    Dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram TMC Polda Metro Jaya, petugas kepolisian bersama dengan content creator melakukan imbauan kepada pengendara sepeda motor yang melawan arah. Beberapa pengendara yang melawan arah tampak kooperatif.

    Namun, ada satu pengendara sepeda motor pengemudi ojek online (ojol) yang melawan arah saat petugas kepolisian melakukan teguran kepada pengendara lain. Pengemudi ojol itu mengaku melihat ada petugas polisi yang sedang memberikan teguran kepada pemotor yang melawan arah. Pengemudi ojol itu beralasan mengejar waktu.

    “Ini waktu, Pak. Waktu adalah uang,” katanya.

    Petugas polisi langsung memberikan teguran kepada pengemudi ojol itu. Pengendara sepeda motor itu diminta untuk tidak mengulangi pelanggaran itu lagi.

    “Saya berbuat seperti ini memberhentikan bapak semata-mata bukan nyari kesalahan atau bagaimana. Tapi ini untuk keselamatan bapak sama keselamatan pengguna jalan lainnya, Pak, yang udah jelas arahnya berlawanan. Kalau tadi bapak putar balik, terus kecelakaan bagaimana?” kata petugas tersebut.

    Jika merujuk pada Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), perbuatan pemotor melawan arah itu jelas melanggar aturan. Pasal 287 menegaskan, pelanggar bisa dikenakan sanksi denda dan pidana kurungan.

    “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah),” demikian bunyi pasal tersebut.

    Director Training Safety Defensive Consultant (SDCI), Sony Susmana mengatakan, kebiasaan melawan arah merupakan ‘penyakit’ para pengguna jalan raya di Indonesia. Menurutnya, kebiasaan itu sering dilakukan orang yang maunya buru-buru tanpa memikirkan keselamatan.

    “(Mereka mikir) mumpung sepi, cuma dekat, kok, dan lain-lain membuat semua jalan disamaratakan. Bahkan aturan lalin diabaikan meski membahayakan,” ujar Sony kepada detikOto beberapa waktu lalu.

    (rgr/din)

  • Siapa Pangeran Al Waleed? The Sleeping Prince yang Meninggal Dunia Usai Koma 20 Tahun – Page 3

    Siapa Pangeran Al Waleed? The Sleeping Prince yang Meninggal Dunia Usai Koma 20 Tahun – Page 3

    Pangeran Al Waleed bin Khaled bin Talal bin Abdulaziz Al Saud adalah anggota keluarga kerajaan Arab Saudi, cicit dari Raja Abdulaziz, pendiri Kerajaan Arab Saudi. Meskipun bukan pewaris takhta utama, ia memiliki posisi terhormat dan dikenal karena kecerdasan serta semangat nasionalismenya. Ia memiliki cita-cita untuk berkarier di bidang militer, menunjukkan dedikasinya terhadap negaranya.

    Pada tahun 2005, saat berusia 15 tahun, Pangeran Al Waleed bin Khaled mengalami kecelakaan mobil serius di London yang mengubah seluruh jalan hidupnya. Kecelakaan tersebut mengakibatkannya jatuh ke dalam kondisi koma yang berkepanjangan.

    Keluarganya, terutama sang ayah, Pangeran Khaled bin Talal, menunjukkan kesetiaan luar biasa dengan merawatnya selama hampir dua dekade, menolak saran medis untuk mencabut alat bantu hidupnya.

     

  • Sederet Pasien yang Koma Bertahun-tahun, Pangeran Alwaleed ‘Tidur’ 20 Tahun

    Sederet Pasien yang Koma Bertahun-tahun, Pangeran Alwaleed ‘Tidur’ 20 Tahun

    Jakarta

    Koma merupakan keadaan tidak sadar yang berkepanjangan yang membuat seseorang yang masih hidup, tetapi tidak dapat dibangunkan dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Kondisi ini adalah keadaan darurat medis yang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, termasuk cedera otak traumatis, stroke, atau penyakit lainnya.

    Ternyata, ada beberapa orang di dunia yang mengalami kondisi koma dalam waktu yang lama. Bahkan, kondisi itu terjadi selama puluhan tahun.

    Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa pasien yang ‘tidur’ terlama akibat koma:

    1. Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal Al Saud

    Salah satu pasien yang mengalami koma terlama adalah Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal Al Saud atau dikenal sebagai ‘Sleeping Prince’. Kondisi ini terjadi setelah ia kecelakaan lalu lintas, saat belajar sebagai kadet militer di London.

    Saat itu, ia baru berusia 15 tahun saat insiden itu terjadi pada 2005. Pangeran Al-Waleed mengalami cedera otak parah dan perdarahan internal dan koma hingga 20 tahun.

    Namun, putra sulung Pangeran Khaled bin Talal Al Saud, mengumumkan kematian ‘Sleeping Prince’ dalam sebuah unggahan di X, Sabtu (19/7/2025).

    “Dengan hati yang meyakini kehendak dan ketetapan Tuhan, serta dengan kesedihan dan duka yang mendalam, kami berduka atas putra tercinta kami, Pangeran Al-Waleed Bin Khalid Bin Talal Bin Abdulaziz Al Saud, semoga Tuhan mengasihaninya, yang meninggal dunia hari ini.”

    2. Edwarda O’Bara ‘Putri Salju yang Tertidur’

    Edwarda O’Bara dikenal sebagai ‘Putri Salju yang Tertidur’ di Amerika. Kehidupannya berubah tragis saat ia mengalami koma selama empat dekade saat remaja, tetapi tidak pernah bangun lagi.

    Dikutip dari The Sun, saat Edwarda berusia 16 tahun ia mengalami pneumonia. Tetapi, ia bereaksi buruk terhadap obat yang diberikan kepadanya.

    Orang tua Edwarda, Kaye dan Joye, mengatakan putrinya itu sempat terbangun dengan gemetar dan kesakitan yang luar biasa karena insulin oral yang ia konsumsi tidak mencapai aliran darahnya. Joye sempat mendapati kaki Edwarda dipenuhi ‘benjolan gula’ di bawah kulit.

    Edwarda menghabiskan 42 tahun tanpa sadarkan diri, sementara keluarganya berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya. Tetapi, sebelum koma Edwarda meninggalkan keluarganya dengan satu pesan terakhir yang akan mengubah hidup mereka.

    “Janji, ibu tidak akan meninggalkanku,” kata Edwarda sebelum koma.

    Edwarda akhirnya meninggal dunia pada 21 November 2012 di usia 59 tahun. Ribuan orang terus mengunjungi rumah O’Bara setelah kematiannya, yang memang tergerak karena kisah luar biasa tentang cinta dan komitmen yang tidak pernah pudar.

    3. Jean-Pierre Adams

    Mantan pesepakbola Prancis, Jean-Pierre Adams, meninggal dunia setelah 39 koma. Ia meninggal pada usia 73 tahun.

    Adams dirawat di rumah sakit untuk operasi lutut pada Maret 1982, tetapi tidak pernah sadar kembali setelah terjadi kesalahan dalam pemberian anestesi.

    Pada saat itu, Adams menjalani operasi untuk memperbaiki tendon yang rusak di lututnya. Kondisi itu dialaminya saat mengikuti kamp pelatihan, banyak staf di rumah sakit di Lyon mogok kerja, secara eksternal.

    Operasi tetap berjalan dengan ahli anestesi menangani delapan pasien, termasuk Adams, pada saat yang bersamaan. Adams diawasi oleh seorang peserta pelatihan.

    “Saya tidak mampu melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada saya,” tutur Adams yang dikutip dari BBC.

    Banyak kesalahan yang dilakukan antara ahli anestesi dan peserta pelatihan, menyebabkan Adams mengalami henti jantung dan kerusakan otak. Baru pada pertengahan 1990-an, ahli anestesi dan peserta pelatihan dihukum – hukuman percobaan satu bulan dan denda 750 euro atau sekitar 14 juta rupiah.

    Adams dipulangkan dari rumah sakit setelah 15 bulan dan dirawat di rumah di Nimes oleh istrinya, Bernadette, sejak saat itu. Selama empat dekade, ia menghabiskan hampir setiap hari merawat Jean-Pierre, mengganti pakaiannya, menyiapkan makanannya, tak pernah lupa memberinya hadiah, dan sering kali juga berbicara dengannya.

    Namun, Bernadette mengungkapkan bahwa rumah sakit tidak pernah meminta maaf atas kecelakaan yang selalu ia pikirkan setiap hari.

    4. Munira Abdulla

    Seorang wanita asal Uni Emirat Arab (UEA) yang mengalami luka parah dalam kecelakaan lalu lintas pada tahun 1991 di Jerman. Beruntungnya, ia pulih setelah koma selama 27 tahun.

    Dikutip dari BBC, Abdulla yang pada saat 32 tahun mengalami kecelakaan hingga menyebabkan cedera otak parah. Mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan sebuah bus dalam perjalanannya menjemput putranya dari sekolah.

    Putranya, Omar Webair, yang saat digendong ibunya berhasil selamat tanpa cedera. Tetapi, Abdulla mengalami luka parah yang dirawat di rumah sakit di Jerman.

    Abdulla akhirnya dibawa ke rumah sakit, dan kemudian dipindahkan ke London. Di sana, dia dinyatakan dalam kondisi vegetatif atau tidak responsif, tetapi masih bisa merasakan sakit.

    Ia dikembalikan ke Al Ain, sebuah kota di UEA di perbatasan dengan Oman. Abdulla dipindahkan ke berbagai fasilitas medis sesuai dengan persyaratan asuransi.

    Abdulla tinggal di sana selama beberapa tahun, diberi makan melalui selang dan tetap hidup. Ia menjalani fisioterapi untuk memastikan otot-ototnya tidak melemah karena kurangnya gerakan.

    Sampai akhirnya, ia sadar dan menjadi lebih responsif. Abdulla bisa merasakan sakit dan berbicara.

    Namun, untuk bisa pulih ia harus menjalani fisioterapi dan rehabilitasi lebih lanjut. Terutama untuk memperbaiki postur tubuhnya saat duduk dan mencegah otot berkontraksi.

    5. Martha von Bulow

    Seorang pewaris di Amerika Serikat, Martha von Bulow, menghabiskan hampir tiga dekade dalam keadaan koma. Wanita yang dikenal sebagai Sunny itu ditemukan tak sadarkan diri di rumah besarnya di Rhode Island pada Desember 1980.

    Keluarga von Bulow sedang merayakan Natal tepat sebelum Natal tahun 1980 ketika Sunny von Bulow. Sunny yang saat itu berusia 48 tahun dan memiliki riwayat konsumsi narkoba, serta kebiasaan minum alkohol yang berlebihan jatuh sakit dalam keadaan linglung.

    Dikutip dari BBC News, dokter menyimpulkan bahwa Sunny menderita kerusakan otak yang membuatnya berada dalam ‘kondisi vegetatif persisten’. Meskipun ia tetap hidup melalui selang makanan dengan perkiraan biaya ratusan ribu dolar per tahun, Sunny von Bulow tidak pernah sadar kembali.

    Sampai akhirnya, Sunny meninggal dunia pada usia 76 tahun setelah dinyatakan koma selama 28 tahun.

  • Pertumbuhan Angkutan Kontainer KAI Logistik Capai 5% di Semester I-2025 – Page 3

    Pertumbuhan Angkutan Kontainer KAI Logistik Capai 5% di Semester I-2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta KAI Logistik, anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero), mencatat pertumbuhan positif dalam layanan angkutan kontainer selama Semester I 2025.

    Hingga akhir Juni, volume angkutan mencapai 1.148.904 ton, meningkat 5% dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebesar 1.092.510 ton.

    Kenaikan ini menjadi bukti bahwa moda transportasi berbasis rel semakin dipercaya pelaku usaha sebagai solusi logistik yang efisien, aman, dan berkelanjutan.

    Secara rinci, volume angkutan pada Triwulan I tercatat sebesar 536.832 ton. Angka ini meningkat sekitar 14% pada Triwulan II menjadi 612.072 ton.

    Pertumbuhan tersebut memperlihatkan bahwa kereta api semakin memainkan peran strategis dalam membentuk ekosistem logistik nasional yang andal.

    KA Kontainer Jadi Pilihan Efisien dan Aman

    Menurut Direktur Pengembangan Usaha KAI Logistik, Riyanta, peningkatan ini mencerminkan pergeseran signifikan menuju moda logistik berbasis rel.

    “Peningkatan ini merupakan sinyal positif bahwa pergeseran ke moda logistik berbasis rel semakin kuat. Sebagai bagian integral dari ekosistem logistik nasional, layanan KA Kontainer berperan penting dalam menjaga kelancaran rantai pasok antarwilayah, mulai dari distribusi bahan baku, barang industri, produk konsumsi, hingga ekspor-impor. Dengan jangkauan yang luas, kapasitas besar, serta waktu tempuh yang stabil, KA Kontainer mampu menjadi tulang punggung distribusi logistik nasional,” jelasnya, Minggu (20/7/2025).

    Dengan memanfaatkan jalur-jalur utama seperti Tanjung Priok, Karawang, Ronggowarsito, dan Kalimas, KA Kontainer turut mendukung konektivitas kawasan industri dan pelabuhan.

    Keunggulan ini sekaligus mengurangi ketergantungan pada moda jalan raya dan risiko kecelakaan akibat truk ODOL (Over Dimension Over Load).

     

  • Doa Kerajaan Saudi Atas Wafatnya ‘Sleeping Prince’ Pangeran Al-Waleed

    Doa Kerajaan Saudi Atas Wafatnya ‘Sleeping Prince’ Pangeran Al-Waleed

    Riyadh

    Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan resmi tentang meninggalnya Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal bin Abdulaziz Al Saud. Almarhum akan dimakamkan di Riyadh hari ini.

    “Yang Mulia Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal bin Abdulaziz Al Saud telah wafat. Salat jenazah akan dilaksanakan untuknya, insyaallah, Ahad bertepatan dengan 25/1/1447 H,” demikian pernyataan Pengadilan Tinggi Saudi seperti dilansir Saudi Press Agency, Minggu (20/7/2025).

    Salat jenazah akan digelar di Masjid Imam Turki bin Abdullah di Riyadh. Kerajaan Saudi mendoakan semoga Pangeran Al-Waleed diberi ampunan dan ditempatkan di surga.

    “Semoga Allah melimpahkan rahmat, ampunan, dan keridhaan-Nya serta menempatkannya di surga-Nya yang luas. Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali,” demikian pernyataan resmi tersebut.

    Dilansir dari Gulf News, Al-Waleed bin Khaled bin Talal Al Saud dikenal sebagai ‘Pangeran Tidur’ atau ‘Sleeping Prince’ meninggal dunia pada Sabtu (19/7) setelah koma selama lebih dari 20 tahun akibat kecelakaan mobil yang traumatis. Al-Waleed, yang lahir pada April 1990, merupakan putra sulung Pangeran Khaled bin Talal Al Saud, seorang bangsawan Saudi terkemuka dan keponakan miliarder Pangeran Al Waleed bin Talal.

    Pada tahun 2005 atau saat berusia 15 tahun, Al-Waleed mengalami kecelakaan lalu lintas parah saat dirinya belajar sebagai kadet militer di London. Kecelakaan itu menyebabkan cedera otak parah dan pendarahan internal.

    Meskipun telah mendapatkan perawatan medis darurat dan ditangani oleh dokter spesialis Amerika dan Spanyol, dia tidak pernah sadar sepenuhnya. Selama lebih dari 20 tahun, Al Waleed berada dalam kondisi koma.

    Lihat juga Video: Raja Salman Dilaporkan Jalani Tes Medis Radang Paru-Paru

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kisah Haru Ayah ‘Sleeping Prince’, Rawat Anaknya dari Koma hingga Meninggal

    Kisah Haru Ayah ‘Sleeping Prince’, Rawat Anaknya dari Koma hingga Meninggal

    Jakarta

    Pangeran Khaled bin Talal mengumumkan wafatnya putranya, Pangeran Alwaleed bin Khaled bin Talal atau ‘Sleeping Prince’, setelah hampir dua dekade koma akibat kecelakaan di London pada tahun 2005. Pangeran Alwaleed mengalami koma total setelah kecelakaan tersebut saat ia menempuh pendidikan di Inggris.

    “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan menyenangkan [Nya], dan masuklah ke dalam Surga-Ku… Dengan hati yang meyakini kehendak dan ketetapan Allah, dan dengan duka yang mendalam, kami berduka atas putra tercinta kami,” tulis Pangeran Khaled bin Talal bin Abdulaziz, ayahnya, mengonfirmasi berita meninggalnya putranya.

    Diberitakan Gulf News, selama anaknya koma, Pangeran Khaled dengan tegas menolak untuk melepaskan alat bantu kehidupan, menyatakan keyakinannya yang teguh bahwa hidup dan mati sepenuhnya berada di tangan Tuhan.

    Pada tahun 2015, dokter menyarankan untuk melepaskan alat bantu kehidupan, tetapi ayahnya menolak, berpegang teguh pada harapan akan keajaiban.

    “Jika Tuhan menghendakinya meninggal dalam kecelakaan itu, ia pasti sudah berada di kuburnya sekarang,” katanya pada saat itu.

    Pada tahun 2019, kondisi Pangeran Alwaleed disebut ada kemajuan dengan bereaksi seperti mengangkat jari atau menoleh. Hanya saja setelah momen itu, tidak ada perbaikan.

    Ayahnya juga kerap mendoakan putranya dan membagikan kondisi Pangeran Alwaleed lewat sosial media. Di setiap kesempatan, sang ayah yang berduka tetap teguh pada harapan, memohon dengan keyakinan yang mendalam agar putra kesayangannya segera pulih dan menunggu keajaiban meski anaknya sudah dua dekade koma.

    Koma adalah kondisi tidak sadar yang berkepanjangan, dan meskipun beberapa orang pulih, beberapa mungkin mengalami komplikasi seperti infeksi, pembekuan darah, atau pneumonia, yang dapat berakibat fatal. Selain itu, koma dapat berkembang menjadi mati otak, ketika semua fungsi otak berhenti, dan tubuh tidak dapat bertahan hidup tanpa alat bantu hidup buatan.

    (kna/kna)

  • Angka Kecelakaan Lalu Lintas dan Korban Jiwa Turun pada 2025

    Angka Kecelakaan Lalu Lintas dan Korban Jiwa Turun pada 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri melaporkan adanya tren penurunan kecelakaan lalu lintas yang signifikan. Data tersebut diperoleh dari perbandingan periode Januari hingga Juni 2025 dengan periode yang sama pada 2024. 

    “Penurunan ini adalah hasil dari komitmen bersama, kerja keras dan konsistensi seluruh jajaran Polantas dalam meningkatkan keselamatan berlalu lintas di Indonesia,” kata Kakorlantas Irjen Pol Agus Suryonugroho, Minggu (20/7/2025).

    Berdasarkan data resmi Korlantas Polri, rincian penurunan pada berbagai aspek kecelakaan lalu lintas antara Januari 2025 hingga Juni 2025, total kasus kecelakaan lalu lintas tercatat sebanyak 70.749 kasus, menurun sebesar 2,60% dari sebelumnya pada tahun 2024 yang mencapai 72.638 kasus.

    Jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan juga mengalami penurunan signifikan. Pada 2024, korban jiwa tercatat sebanyak 13.781 orang, sementara pada 2025 turun menjadi 11.262 orang, atau turun sebesar 18,28%.

    Sementara untuk kasus kecelakaan tunggal mengalami penurunan dari 15.267 kasus pada 2024 menjadi 13.238 kasus pada 2025 atau turun 13,29%. Jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal pun turun sebesar 10,07%, dari 1.063 jiwa menjadi 956 jiwa.

    Sedangkan kecelakaan lalu lintas menonjol, tercatat mengalami penurunan sebesar 4,15% dengan dari sebanyak 739 kasus pada 2025 dibandingkan 771 kasus pada 2024. Korban meninggal dunia dari kategori ini juga berkurang dari sebelumnya tercatat 215 jiwa pada 2024 menjadi 201 jiwa pada 2025, atau turun sebesar 6,51%.

    Agus menjelaskan, penurunan ini hasil dari serangkaian strategi nyata dan program berkelanjutan yang dilakukan jajaran Polantas, seperti pperasi penertiban terpadu dengan personel Polantas turun langsung ke lapangan, program humanis Polantas Menyapa sebagai pendekatan komunikasi aktif kepada masyarakat, serta penertiban kendaraan over dimensi dan over load (ODOL) secara konsisten.

    “Data ini bukan hanya statistik, tetapi nyawa yang terselamatkan. Ini adalah bukti, keselamatan bisa dicapai jika kita bekerja bersama,” pungkasnya.

  • Penyebab Pangeran Arab ‘Sleeping Prince’ Koma 20 Tahun sebelum Meninggal

    Penyebab Pangeran Arab ‘Sleeping Prince’ Koma 20 Tahun sebelum Meninggal

    Jakarta

    Pangeran Alwaleed bin Khaled bin Talal bin Abdulaziz Al Saud atau yang dikenal dengan julukan ‘Sleeping Prince’ meninggal dunia di usia 36 tahun setelah koma selama 20 tahun. Kabar meninggalnya disampaikan langsung oleh sang ayah di unggahan X.

    “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan menyenangkan [Nya], dan masuklah ke dalam Surga-Ku… Dengan hati yang meyakini kehendak dan ketetapan Allah, dan dengan duka yang mendalam, kami berduka atas putra tercinta kami,” tulis Pangeran Khaled bin Talal bin Abdulaziz, ayahnya, mengonfirmasi berita meninggalnya putranya.

    Pangeran Alwaleed menghabiskan hampir sepanjang umurnya di rumah sakit dengan ventilator. Keluarganya memanggil para ahli medis dari seluruh dunia untuk memeriksa kondisinya dan berharap dapat menyadarkannya, tetapi ia tidak pernah sadar kembali.

    Penyebab ‘Sleeping Prince’ koma

    Pada tahun 2005, Pangeran Al-Waleed yang berusia 15 tahun terlibat dalam kecelakaan mobil parah di London. Sang ‘Sleeping Prince’ koma karena cedera otak parah dan perdarahan internal. Ia tidak pernah sadar sepenuhnya dan tetap menggunakan alat bantu hidup hingga wafatnya pada Juli 2025.

    Kerusakan atau cedera otak yang parah dapat mengganggu fungsi normal otak, yang mengakibatkan hilangnya kesadaran dan ketidakmampuan untuk dibangunkan. Hilangnya kesadaran ini dapat bermanifestasi sebagai koma.

    Dikutip dari WebMD, koma adalah kondisi tidak sadar yang berkepanjangan. Selama koma, seseorang tidak responsif terhadap lingkungannya. Orang tersebut hidup dan tampak seperti sedang tidur. Namun, tidak seperti tidur nyenyak, orang tersebut tidak dapat dibangunkan oleh rangsangan apa pun, termasuk rasa sakit.

    Umumnya, koma setelah cedera otak disebabkan oleh:

    kerusakan pada area arousal otakkerusakan sekunder akibat pergeseran struktur di dalam otakkompresi pembuluh darahpeningkatan tekanan intrakranial

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)