Kasus: kecelakaan

  • Waspada Titik Macet dan Rawan Bencana di Sukabumi Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

    Waspada Titik Macet dan Rawan Bencana di Sukabumi Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

    ​Selain masalah lalu lintas, Kapolda Jabar juga menyoroti kerawanan bencana alam di Sukabumi, terutama mengingat prediksi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

    ​”Kami sampaikan bahwa sesuai dengan prediksi ramalan cuaca BMKG, ada potensi terjadinya peningkatan curah hujan dan ini akan berakibat kepada tanah-tanah longsor di seputaran Kabupaten Sukabumi dan banjir bandang. Beberapa waktu lalu hal ini pernah terjadi,” paparnya.

    ​Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kapolda meminta pemerintah daerah dan semua pihak terkait untuk siaga.

    ​”Ini kami minta kepada Bupati menyiapkan alat-alat berat di sekitar daerah yang berpotensi terjadi bencana dan bila terjadi tanah longsor itu akan segera bergerak,” lanjut dia.

    ​Sementara itu, melalui Polres Sukabumi, telah menyiapkan posko, peralatan, dan personel, serta berkoordinasi dengan instansi terkait seperti BPBD dan SAR untuk standby dalam rangka antisipasi.

    ​Fokus Pengamanan: 4 Konsentrasi Utama

    ​Irjen Pol Rudi Setiawan menyatakan bahwa Polda Jabar telah menetapkan empat konsentrasi utama yang harus diantisipasi oleh seluruh jajaran Polres dan Pemda, terkait dalam pengamanan Nataru, yaitu wilayah rawan kemacetan, rawan kecelakaan, rawan kriminalitas, dan rawan bencana. 

    Ia menekankan bahwa kesuksesan operasi kemanusiaan ini harus dilakukan secara bersama-sama dan bersinergi. Kapolda Jabar juga memberikan arahan khusus kepada personel kepolisian.

    ​”Untuk menghindari adanya penegakan-penegakan hukum, melakukan pengaturan, lakukan pelayanan secara humanis,” tutupnya.

  • VP Sekretaris SKK Migas Hudi Meninggal Akibat Kecelakaan Sepeda di Sudirman

    VP Sekretaris SKK Migas Hudi Meninggal Akibat Kecelakaan Sepeda di Sudirman

    Bisnis.com, JAKARTA — Vice President (VP) Sekretaris SKK Migas Hudi Suryodipuro telah meninggal dunia dalam kecelakaan di Halte Transjakarta Karet-Sudirman, Jakarta.

    Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Ojo Ruslani mengatakan Hudi diduga meninggal dunia usai sepeda yang digunakannya menabrak bus Transjakarta.

    Kala itu, bus listrik yang dikemudikan BS tengah berhenti di Halte Transjakarta Karet untuk melayani penumpang yang naik turun di lokasi. Kecelakaan ini terjadi sekitar 06.20 WIB.

    “Pesepeda Angin HS melaju dari arah selatan menuju ke arah utara di Jalan Jenderal Sudirman wilayah Jakarta Pusat sesampainya di TKP tepatnya depan Halte Transjakarta Karet Sudirman diduga menabrak bodi belakang Bus,” ujar Ojo dalam keterangan tertulis, Selasa (9/12/2025).

    Ojo menambahkan, Hudi mengalami luka dan dinyatakan meninggal dunia di lokasi. Jenazah Hudi langsung dilarikan ke RSCM untuk ditangani lebih lanjut.

    “Akibat dari laka lantas tersebut Pesepeda Angin HD mengalami luka dan meninggal dunia di TKP kemudian dibawa ke RSCM,” pungkasnya.

  • Kecelakaan Sepeda di Sudirman, Pejabat SKK Migas Meninggal Dunia

    Kecelakaan Sepeda di Sudirman, Pejabat SKK Migas Meninggal Dunia

    Jakarta

    Vice President (VP) Sekretaris SKK Migas, Hudi Dananjoyo Suryodipuro meninggal dunia karena kecelakaan pagi ini. Hudi meninggal saat bersepeda di wilayah Sudirman Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2025).

    “Inalillahi wainailihi rojiun telah berpulang almarhum pak Hudi eks Kadiv Program dan Komunikasi SKK Migas,” bunyi kabar duka yang yang diterima detikcom.

    Kabar duka ini juga dibenarkan oleh pihak SKK Migas. Hudi meninggal pukul 06.20 WIB.

    “Benar, meninggal tadi pagi sekitar pukul 06.20 kecelakaan. Setiap pagi beliau memang selalu berolahraga sebelum ke kantor,” ujar salah satu staf SKK Migas.

    Sementara itu, Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Ojo Ruslani mengatakan peristiwa nahas itu terjadi saat korban sedang menuju Jalan Jenderal Sudirman.

    “Kronologi pada saat sebelum terjadinya kecelakaan lalu lintas seorang pesepeda angin melaju dari arah selatan menuju ke arah utara di Jalan Jenderal Sudirman,” kata Ojo, Selasa (9/12/2025).

    Setiba di lokasi kejadian, bus berhenti di halte tersebut. Bus berhenti untuk melayani penumpang Transjakarta yang hendak naik dan turun.

    “Korban diduga menabrak bodi belakang kendaraan bus listrik Transjakarta NRKB B-7058-SGX yang ada saat itu sedang berhenti untuk pelayanan naik turun penumpang,” jelasnya.

    Akibat kecelakaan itu, korban mengalami luka pada bagian kepalanya. Ojo menjelaskan, korban kemudian meninggal dunia di lokasi kejadian.

    (fdl/fdl)

  • Tabrak Bus TransJ yang Sedang Berhenti di Halte, Pesepeda Tewas

    Tabrak Bus TransJ yang Sedang Berhenti di Halte, Pesepeda Tewas

    Jakarta

    Kecelakaan lalu lintas melibatkan sepeda dengan bus TransJakarta (TransJ) terjadi di Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di depan Halte Karet Sudirman, Jakarta Pusat (Jakpus). Pesepeda bernama Budi Suryodipuro (48) tewas dalam kecelakaan itu.

    “Korban mengalami luka pada bagian kepala, meninggal dunia di TKP (tempat kejadian perkara),” kata Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Ojo Ruslani, Selasa (9/12/2025).

    Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 06.20 WIB pagi tadi. Kecelakaan berawal ketika korban melaju dari arah selatan menuju utara di Jalan Jenderal Sudirman.

    “Sesampainya di TKP, tepatnya depan Halte TransJakarta Karet Sudirman, diduga menabrak bodi belakang kendaraan bus listrik TransJakarta NRKB B-7058-SGX,” jelasnya.

    Saat itu, jelas Ojo, bus TransJakarta sedang berhenti di halte untuk pelayanan naik-turun penumpang. Korban meninggal dunia seketika.

    “Korban kemudian dibawa ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) serta ver (visum et repertum) luar jenazah dimintakan,” pungkasnya.

    (rdh/jbr)

  • Bocornya Rekaman Assad Olok-olok Rakyat Suriah Hidup Susah

    Bocornya Rekaman Assad Olok-olok Rakyat Suriah Hidup Susah

    Jakarta

    Rekaman percakapan yang diklaim melibatkan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad bocor ke publik. Dalam rekaman tersebut, Assad diduga mengolok-olok penderitaan rakyat Suriah yang hidup dalam kesulitan akibat perang berkepanjangan.

    Untuk diketahui, Assad digulingkan dari kekuasaannya oleh pasukan oposisi Suriah pada Desember 2024 lalu. Setelah lengser, Assad mencari perlindungan di Rusia, negara yang mendukungnya selama perang berkecamuk di Suriah. Saat ini Assad, dan keluarganya, diyakini tinggal di Moskow, ibu kota Rusia.

    Kembali ke rekaman yang bocor, percakapan Assad mengejek rakyat Suriah itu diyakini merupakan video lama, namun baru mencuat ke permukaan dalam beberapa waktu terakhir. Stasiun televisi Al Arabiya memperoleh video itu secara eksklusif, sehingga membuka tabir percakapan yang selama ini tersembunyi dari publik.

    Dilansir Al Arabiya, Senin (8/12/2025), dalam video tersebut, Assad terlihat sedang mengemudikan mobil sambil berbicara dengan mantan penasihatnya, Luna al-Shibl. Selain al-Shibl, sejumlah sumber mengatakan bahwa asisten Al-Shibl, Amjad Issa juga berada di mobil tersebut.

    Percakapan dalam rekaman tersebut sarat dengan kritik tajam dan sindiran pedas terhadap sejumlah tokoh dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin yang dikenal sebagai sekutu dekat Assad, serta berbagai peristiwa penting di Suriah.

    Dalam salah satu cuplikan, Assad bahkan melontarkan komentar yang dinilai merendahkan rakyat Suriah. Ia menyebut warga Suriah menghabiskan uang untuk membangun masjid, padahal kata Assad rakyat Suriah “bahkan tak sanggup membeli makanan”.

    Selain mengejek rakyat Suriah, Assad juga mengejek para tentara Suriah. Assad berbicara kepada Al-Shibl bahwa dirinya tidak merasakan apa-apa ketika potretnya banyak dipajang di jalanan Suriah. Terdengar keduanya mengejek tentara Suriah.

    Saat membahas soal situasi di Suriah, Assad terdengar mengatakan: “Saya tidak merasa malu, saya merasa jijik.”

    Assad Juga Ejek Putin

    Dalam rekaman itu juga terdengar percakapan Assad dan Al-Shibl mengejek Putin. Percakapan itu diawali Al-Shibl berkomentar sinis mengenai penampilan dan kesehatan Putin, dengan mengatakan: “Apakah Anda melihat betapa membengkaknya penampilan Putin?”

    Assad menjawab: “Itu semua operasi.”

    Al-Shibl menimpali Assad dengan mengatakan: “Iya, semuanya tentang Putin adalah operasi. Dia berusia 65 tahun… klip itu mengeksposenya secara buruk.”

    Belum ada tanggapan langsung dari Kremlin mengenai video yang bocor tersebut.

    Hingga saat ini, belum diketahui tanggal pasti soal kapan video itu direkam. Diketahui, Al-Shibl yang mendampingi Assad dalam video itu telah meninggal dunia pada Juli 2024, setelah dia mengalami luka parah dalam sebuah kecelakaan mobil.

    Menurut salah satu koresponden Al Arabiya, Mahmoud al-Wawi, rekaman video itu “lebih mengejutkan bagi para pendukung al-Assad daripada para penentangnya”.

    Disebutkan oleh Al-Wawi bahwa rekaman video itu ditemukan disimpan di dalam Istana Kepresidenan Suriah dalam sebuah amplop bertanda “Top Secret” bersama dengan dokumen-dokumen pribadi milik Al-Shibl.

    Lihat juga Video ‘Trump Usai Bertemu Presiden Suriah di Gedung Putih: Saya Menyukainya’:

    Halaman 2 dari 2

    (eva/lir)

  • 2 Pelari Meninggal di Siksorogo Lawu Ultra Tak Tercover Asuransi, Keluarga Dapat Santunan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        8 Desember 2025

    2 Pelari Meninggal di Siksorogo Lawu Ultra Tak Tercover Asuransi, Keluarga Dapat Santunan Regional 8 Desember 2025

    2 Pelari Meninggal di Siksorogo Lawu Ultra Tak Tercover Asuransi, Keluarga Dapat Santunan
    Tim Redaksi

    KARANGANYAR, KOMPAS.com
    – Pihak panitia event lari Siksorogo Lawu Ultra menyebut dua pelari yang meninggal dunia tidak tercover asuransi.
    Meski begitu,
    keluarga korban
    telah diberikan
    santunan
    .
    Selain itu, para peserta juga telah menanda tangani
    surat pelepasan tanggung jawab
    yang menyatakan tidak akan menuntut panitia apabila terjadi peristiwa luar biasa, salah satunya meninggal dunia.
    Dua peserta
    event lari

    Siksorogo Lawu Ultra
    2025, dilaporkan meninggal dunia saat mengikuti perlombaan kategori fun trail run 15 kilometer pada Minggu (7/12/2025).
    Panitia Siksorogo Lawu Ultra 2025 mengungkapkan, bahwa para peserta telah mengumpulkan dan menyetujui sejumlah dokumen sebagai prasyarat keikutsertaan.
    Salah satunya adalah surat
    pelepasan tanggung jawab
    .
    Ketua Panitia Siksorogo Lawu Ultra 2025, Fajar Brilianto, mengungkapkan bahwa surat tersebut menyatakan bahwa para peserta tidak akan menuntut panitia apabila terjadi peristiwa luar biasa.
    Dengan menandatangani surat tersebut, peserta telah memahami risiko-risiko yang mungkin terjadi saat mengikuti race.
    “Kami menyadari bahwa olahraga ini bukan olahraga sepele. Tetapi benar-benar olahraga yang tingkat risikonya tinggi,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor DPRD
    Karanganyar
    , Jawa Tengah (Jateng), Senin (8/12/2025).
    Brilianto menjelaskan, salah satu peristiwa luar biasa itu adalah meninggal dunia saat race.
    Selain itu, cuaca ekstrem juga dianggap sebagai situasi luar biasa karena peserta dituntut meiliki ketahanan tubuh yang ekstra.
    Dewan Pembina Siksorogo Lawu Ultra 2025, Tony Harmoko, menambahkan bahwa event Siksorogo memiliki standard operating procedure (SOP) yang ketat.
    Selain menandatangani, para peserta wajib menandatangani surat pelepasan tanggung jawab, dan mereka juga harus menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter.
    “Semua SOP itu sudah ada, baik itu surat sehat atau surat pelepasan tanda tangan. Itu semua sudah menjadi SOP kami,” tegasnya.
    Tony menambahkan bahwa pihaknya telah menjelaskan peristiwa yang terjadi kepada pihak kepolisian dan
    asuransi
    .
    Asuransi yang diberikan hanya mencakup kecelakaan seperti jatuh ke jurang, kejatuhan pohon, dan tersandung.
    “Itu merupakan kedua korban terkena serangan jantung. Korban tidak mendapatkan asuransi,” bebernya.
    Namun demikian, Tony menegaskan bahwa pihak keluarga telah mendapatkan uang santunan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kecelakaan Beruntun di Kota Blitar, Ini Pemicunya

    Kecelakaan Beruntun di Kota Blitar, Ini Pemicunya

    Blitar (beritajatim.com) – Kecelakaan beruntun melibatkan 3 kendaraan, satu truk, satu sepeda motor, dan satu mobil terjadi di Jalan Kalimantan, Kelurahan Sananwetan, Kota Blitar, pada Senin (08/12/2025). Insiden dipicu oleh kelalaian pengemudi truk yang diduga kurang menjaga jarak dan kurang konsentrasi saat menghindari kendaraan di depannya yang berhenti mendadak.

    “Melibatkan 3 kendaraan,” ucap Kasat Lantas Polres Blitar, AKP Agus Prayitno

    Dipaparkannya, kecelakaan bermula ketika Kendaraan R6 Dump Truk dengan nomor polisi AG 9704 US, yang dikemudikan oleh Didiet Yoga Pratama (33) dari Tulungagung, melaju dari arah utara menuju selatan.

    Saat melintas di lokasi kejadian, tepat di depan truk tersebut, terdapat mobil R4 tak dikenal yang tiba-tiba berhenti. Karena terkejut dan tidak sempat mengerem, pengemudi truk Didiet memutuskan membanting setir ke sisi barat jalan untuk menghindar.

    Kendaraan yang terlibat kecelakaan beruntun di Blitar. (foto : Winanto/beritajatim.com)

    Nahas, saat menghindar, truk tersebut langsung bertabrakan dengan Kendaraan Sepeda Motor Honda Supra AG 5043 KCP yang dikendarai oleh Muji Santoso (43), seorang karyawan swasta warga Sananwetan, yang datang dari arah berlawanan (selatan ke utara).

    Benturan keras membuat sepeda motor tersebut terpental dan kemudian menghantam Kendaraan R4 Honda Yaris AG 1146 MD yang dikemudikan oleh seorang dokter bernama Gatut Wicaksono (41).

    “Diduga pengemudi Kendaraan R6 Dump Truk AG 9704 US tidak menjaga jarak serta kurang berkonsentrasi sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas,” jelasnya.

    Akibat kecelakaan ini, pengendara sepeda motor Honda Supra, Muji Santoso, dilaporkan mengalami luka lecet (babras) pada bagian kaki dan dalam kondisi sadar Luka Ringan. Sementara itu, pengemudi truk, Didiet Yoga Pratama, dan pengemudi Honda Yaris, Gatut Wicaksono, dinyatakan tidak mengalami luka fisik.

    Semua kendaraan yang terlibat, yakni truk AG 9704 US, sepeda motor Honda Supra AG 5043 KCP, dan mobil Honda Yaris AG 1146 MD, mengalami kerusakan.

    Saat ini, kasus kecelakaan lalu lintas ini masih dalam penanganan lebih lanjut oleh Unit Gakkum Satlantas Polres Blitar Kota untuk proses penyelidikan dan penentuan pihak yang bertanggung jawab.

    “Kasus ini masih kami tangani lebih lanjut, untuk proses penyelidikan,” tegasnya. (owi/but)

  • Perias Jenazah Bukan Sekadar Pekerjaan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Perias Jenazah Bukan Sekadar Pekerjaan Megapolitan 8 Desember 2025

    Perias Jenazah Bukan Sekadar Pekerjaan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Masyarakat perkotaan seringkali berorientasi pada pekerjaan formal, bergaji tetap, dan standar pendidikan tertentu, profesi perias jenazah muncul sebagai sebuah fenomena unik.
    Tidak banyak orang yang menekuni bidang ini, dan justru karena kelangkaannya, pekerjaan ini dianggap sebagai sebuah calling, panggilan hati yang tidak hanya soal materi, melainkan dedikasi, kemanusiaan, dan keberanian menghadapi kematian secara langsung.
    Kompas.com menelusuri lebih dalam dunia
    perias jenazah
    melalui wawancara dengan sosiolog Rakhmat Hidayat dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
    “Semakin suatu pekerjaan langka, jarang digeluti, atau tidak menarik bagi sebagian besar orang, maka pekerjaan itu cenderung menjadi panggilan, atau calling,” ujar Rakhmat saat dihubungi Jumat (5/12/2025).
    Ia menjelaskan bahwa perias jenazah adalah antitesis dari orientasi masyarakat perkotaan yang cenderung mengejar pekerjaan komersial, stabil, serta memiliki standar pendidikan dan administrasi formal.
    Sementara itu, mereka yang menggeluti profesi merias jenazah justru berhadapan dengan sesuatu yang masih distigmakan, kematian. “Kematian bukan sesuatu yang menyeramkan bagi mereka. Kematian adalah dunia mereka, sesuatu yang mereka hadapi setiap hari secara sosial,” tuturnya.
    Dalam perspektif
    sosiologi pekerjaan
    , profesi ini masuk kategori kerja yang tidak tercatat, tidak terstandar, dan tidak memiliki pengakuan formal.
    Karena itu, pelakunya sering mengalami marginalisasi maupun stigma sosial.
    “Mereka bekerja dengan hati. Mereka tidak money oriented. Namun secara materi, sering justru tidak mendapatkan kompensasi yang layak,” ujar Rakhmat.
    Gloria, Perias Jenazah Salah satu perias jenazah yang menekuni profesi ini di Jakarta adalah
    Gloria Elsa Hutasoit
    (42).
    Gloria bekerja di wilayah DKI Jakarta, namun bila diminta, ia juga menerima jasa di luar kota.
    Dalam sehari, ia dapat menangani satu hingga tiga jenazah, tergantung kebutuhan.
    “Dalam sehari bisa satu sampai tiga jenazah. Tapi ada hari-hari di mana saya tidak merias sama sekali,” ujarnya ketika dihubungi Jumat (5/12/2025).
    Kepiawaiannya merias jenazah bukan datang tiba-tiba. Ia sudah menyukai makeup sejak kecil.
    Ibunya, yang berprofesi sebagai perawat sekaligus terlibat dalam pelayanan memandikan jenazah di gereja, memperkenalkannya pada pekerjaan ini sejak muda.
    Momen paling menentukan adalah ketika ia merias tante yang meninggal dan berprofesi sebagai pemulung di tahun 2001.
    “Di situ saya tergerak. Saya ingin memberikan pelayanan agar pengantin Tuhan dipersiapkan dengan layak di hari terakhirnya,” ujar Gloria.
    Sejak saat itu, Gloria pun mulai menekuni profesi sebagai perias jenazah, namun terbatas hanya di kalangan keluarga dan gereja saja.
    Barulah di tahun 2016, ia mulai menjalankan karier tersebut secara profesional.
    Ia menganggap hal tersebut bukan pekerjaan, melainkan bentuk pelayanan kemanusiaan.
    Tentu, tidak semua orang mampu dengan mudah menghadapi tubuh yang telah tak bernyawa.
    Gloria mengakui bahwa ada rasa tertentu ketika pertama kali menyentuh atau melihat jenazah yang baru diserahkan untuk dirias. Namun bukan takut yang ia rasakan.
    “Yang saya rasakan justru bahagia bisa menolong, terutama jenazah yang tidak mampu,” tuturnya.
    Proses merias jenazah tidak sepenuhnya sama dengan merias orang hidup. Ada tantangan teknis yang tidak semua perias makeup biasa bisa hadapi.
    Menurut Gloria, kulit jenazah berbeda total dari kulit manusia hidup.
    “Struktur kulit jenazah cenderung keras dan kering. Meriasnya seperti merias di atas kaca,” jelasnya.
    Tantangan paling besar biasanya muncul ketika jenazah mengalami perubahan warna, luka, atau lebam.
    “Paling menantang ketika harus menutup luka, lebam, atau ketika kulit menghitam dan menguning,” katanya.
    Untuk kasus tertentu, ia bahkan harus melakukan rebuilding, membentuk kembali bagian wajah atau tubuh yang rusak akibat kecelakaan atau penyakit.
    “Paling lama itu ketika harus menutup luka jahitan atau membentuk organ yang rusak,” lanjutnya.
    Kemampuan teknis ini membuat perias jenazah berada pada posisi penting dalam proses perpisahan terakhir keluarga.
    Setiap keluarga datang dengan kondisi berbeda. Ada yang tenang, ada yang terpukul, ada pula yang histeris.
    Bagi Gloria, menjaga batas emosional adalah kunci agar tetap fokus bekerja.
    “Sudah terlatih untuk boleh simpati tapi tidak boleh empati. Karena kalau ikut tenggelam dalam kesedihan, kami tidak bisa bekerja,” jelasnya.
    Namun ia mengakui bahwa ada momen-momen yang menempel kuat dalam ingatannya, terutama ketika merias orang yang meninggal secara mendadak.
    “Keluarga biasanya lebih terpukul. Di situ terasa sekali makna emosionalnya,” katanya.
    Gloria juga sering membagikan kisah-kisah tertentu melalui akun Instagram pribadinya @periasjenazah.gloriaelsa sebagai bentuk edukasi kepada publik bahwa pekerjaan ini bukan sesuatu yang tabu.
    Untuk mengetahui bagaimana pekerjaan ini dirasakan oleh keluarga, Kompas.com mewawancarai Cristiene Maria (38), warga Jakarta Barat yang menggunakan jasa perias jenazah ketika ibunya meninggal mendadak akibat serangan jantung.
    Cristiene tidak menggunakan jasa Gloria, ia menggunakan jasa perias lain.
    Namun ia mengaku keputusan memakai jasa perias jenazah datang dari keinginan untuk memberi penghormatan terakhir yang layak.
    “Kami ingin wajah Ibu terlihat rapi dan terawat. Mereka menutup pucat dan lebam dengan riasan tipis, sangat natural,” katanya.
    Ia menilai komunikasi dengan perias sangat baik. Keluarga bahkan memberikan foto sang ibu ketika masih sehat sebagai acuan.
    Biaya yang ia keluarkan sekitar Rp 1,5 juta.
    “Rasanya lega ketika melihat Ibu terlihat damai, seperti tidur. Itu membantu kami menerima kepergiannya,” ucapnya.
    Baginya,
    profesi perias jenazah
    layak dihargai jauh lebih tinggi.
    “Mereka sangat sabar dan berhati-hati. Rasanya mereka memberi keindahan terakhir bagi orang yang kita cintai,” ujarnya.
    Meski mulai banyak keluarga kelas menengah ke atas menggunakan jasa perias jenazah profesional, Rakhmat menilai hal itu belum menjadi transformasi besar dalam budaya kematian di Indonesia.
    “Belum ada perubahan mayor. Kematian masih dianggap hal misterius dan menyeramkan, terutama di kelas menengah ke bawah,” ujarnya.
    Menurutnya, perubahan budaya kematian bisa terlihat dari bagaimana sebuah kota merawat pemakamannya.
    “Di luar negeri, pemakaman adalah ruang publik. Rapi, bersih, ada kursi, dan berada di tengah kota. Tidak menyeramkan,” jelasnya.
    Sementara di Indonesia, pemakaman masih dianggap ruang gelap, tidak terurus, dan tidak ramah bagi masyarakat umum, kecuali beberapa makam komersial milik kelas menengah ke atas.
    Pengalaman pandemi Covid-19 juga menunjukkan betapa pentingnya profesi perias dan pengurus jenazah.
    Ketika angka kematian melonjak, negara-negara di seluruh dunia sangat bergantung pada mereka yang berani berada di garis depan urusan kematian.
    “Mereka bekerja melampaui batas risiko, penyakit, batas geografis, dan latar belakang etnis,” tutur Rakhmat.
    Ia melihat profesi ini sebagai pekerjaan kemanusiaan yang melampaui batas profesi resmi.
    Meskipun tidak tercatat secara formal sebagai tenaga kesehatan atau pekerja administrasi, kontribusinya sangat besar.
    Profesi ini sering dipandang rendah, dianggap tabu, dan tidak dipahami secara luas.
    Ketika pekerjaan lain memiliki struktur karier jelas, perias jenazah justru berada pada ruang abu-abu.
    “Kita belum memiliki standar profesi untuk perias jenazah. Mereka tidak mendapatkan perlindungan formal seperti pekerja formal lainnya,” kata Rakhmat.
    Rakhmat menegaskan bahwa profesi ini harus dilihat sebagai sebuah
    panggilan kemanusiaan
    .
    “Bayangkan jika tidak ada orang yang mau menggeluti pekerjaan ini, maka banyak jenazah yang telantar. Ini pekerjaan sangat berarti secara sosial,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ngeri! Taksi Otonom Tabrak Dua Pejalan Kaki, Ada yang Kejepit di Bawah Mobil

    Ngeri! Taksi Otonom Tabrak Dua Pejalan Kaki, Ada yang Kejepit di Bawah Mobil

    Jakarta

    Sebuah kendaraan otonom (mobil tanpa pengemudi) yang dioperasikan oleh perusahaan Hello, terlibat kecelakaan serius di Zhuzhou, Provinsi Hunan, Tiongkok.

    Dikutip dari Dafeng News, dua pejalan kaki dilarikan ke rumah sakit dan sedang dirawat di unit perawatan intensif (ICU).

    Menurut laporan saksi mata dan video yang dibagikan di media sosial, kendaraan tanpa sopir itu menabrak dua pejalan kaki sekitar pukul 9.00 pagi di Jalan Yanjiang. Satu korban terjebak di bawah kendaraan, sementara yang lain terluka di dekatnya. Rekaman video menunjukkan korban terjebak di bawah kendaraan, menggunakan helm dengan wajah yang berdarah. Hal ini terlihat saat orang-orang di sekitar berusaha mengangkat kendaraan untuk menyelamatkannya.

    Kedua korban–satu laki-laki dan satu perempuan–dibawa ke Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok Provinsi Hunan, di mana mereka saat ini dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU). Pihak rumah sakit belum merilis rincian tentang sejauh mana cedera yang dialami korban.

    Otoritas setempat membenarkan bahwa mobil otonom yang mengalami kecelakaan itu punya tanda “Hello Autonomous Driving” dan memiliki nomor “3009”. Mobil itu sedang bergerak ke arah selatan tepat setelah melintasi penyeberangan pejalan kaki.

    Kejadian ini merupakan insiden serius yang melibatkan kendaraan otonom di Tiongkok dan telah menarik perhatian mengenai keamanan teknologi tanpa pengemudi.

    Seorang perwakilan layanan pelanggan Hello membenarkan perusahaan telah menerima informasi tentang insiden tersebut. Pernyataan saat ini menyebut, mereka secara aktif bekerja sama dengan departemen terkait dalam proses penyelidikan.

    Kendaraan otonom Hello baru mulai melakukan uji coba di jalan raya pada bulan Agustus tahun ini (2025) setelah mendapatkan persetujuan regulasi di Zhuzhou. Diperkirakan ada sekitar 20 hingga 30 kendaraan yang beroperasi di jalan-jalan yang diizinkan di seluruh kota tersebut.

    Hello baru saja meluncurkan kendaraan otonom L4 yang mereka kembangkan sendiri (disebut “HR1”) pada bulan September, namun mobil yang terlibat dalam kecelakaan diduga model Apollo RT6 yang dibeli dari Baidu.

    Hello, perusahaan yang berafiliasi dengan Alibaba telah berkembang ke layanan ride-hailing.

    Perusahaan ini memiliki rencana ambisius di sektor kendaraan otonom. Beberapa hari sebelum kecelakaan ini, Hello mengumumkan bahwa kendaraan otonom L4 pertama mereka dijadwalkan untuk produksi massal pada Juni 2026.

    Saat ini Hello baru melakukan uji coba di dua kota kecil saja, yaitu Zhuzhou dan Liyang. Layanan robotaxi mereka di Zhuzhou telah ditangguhkan setelah kecelakaan serius ini.

    (riar/rgr)

  • Bisa Rias 3 Jenazah dalam Sehari, Gloria Ungkap Tantangan Menutup Luka dan Rebuilding Wajah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Desember 2025

    Bisa Rias 3 Jenazah dalam Sehari, Gloria Ungkap Tantangan Menutup Luka dan Rebuilding Wajah Megapolitan 8 Desember 2025

    Bisa Rias 3 Jenazah dalam Sehari, Gloria Ungkap Tantangan Menutup Luka dan Rebuilding Wajah
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Bagi sebagian orang, pekerjaan perias jenazah masih dipenuhi stigma dan jarak emosional.
    Namun, bagi Gloria Elsa Hutasoit (42), pekerjaan tersebut justru telah menjadi bagian dari hidupnya sejak remaja.
    “Saya bekerja sehari bisa satu sampai tiga jenazah, kadang seharian tidak merias sama sekali,” ujarnya saat dihubungi
    Kompas.com
    pada Jumat (5/12/2025).
    Gloria bekerja sebagai
    perias jenazah
    di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Ia menerima panggilan dari rumah sakit, rumah duka, atau langsung dari keluarga mendiang. Tidak ada ritme yang pasti maupun jadwal rutin.
    “Saya tidak bekerja sama dengan banyak rumah sakit atau rumah duka, jadi sehari itu tidak pasti. Kadang ramai, kadang sepi,” katanya.
    Dalam dunia pekerjaan yang jarang disorot ini, Gloria menautkan pekerjaannya yang ditekuni sejak 2016 bukan hanya pada aspek teknis kecantikan, tetapi juga pada nilai-nilai kemanusiaan.
    Ia meyakini setiap jenazah berhak mendapatkan persiapan terakhir yang layak.
    Saat ditanya bagaimana awalnya ia berkecimpung dalam dunia
    merias jenazah
    , Gloria bercerita panjang.
    “Dari muda saya suka sekali
    makeup
    ,” tuturnya.
    Pengalaman pertama Gloria merias jenazah terjadi saat tantenya yang bekerja sebagai pemulung meninggal dunia pada 2001. Peristiwa itu meninggalkan kesan mendalam baginya.
    “Di situ saya tergerak. Saya merasa pengantin Tuhan berhak dipersiapkan dengan layak di hari terakhirnya,” kenangnya.
    Sejak saat itu, ia mulai sering ikut ibunya dalam pelayanan pemulasaraan. Dari satu pengalaman ke pengalaman lain, ia mulai memahami sisi teknis sekaligus emosional dari pekerjaan tersebut.
    “Saya membantu mama memandikan jenazah, sambil belajar bagaimana memperlakukan jenazah dengan penuh hormat,” kata Gloria.
    Banyak orang membayangkan profesi perias jenazah sebagai pekerjaan yang berat, kelam, bahkan menakutkan. Namun, Gloria justru merasakan sebaliknya.
    “Yang saya rasakan saat bertemu jenazah adalah bahagia,” ujarnya.
    Kebahagiaan itu muncul karena ia merasa dapat membantu keluarga yang sedang menghadapi kehilangan.
    Menurut dia, pelayanan rias jenazah bukan hanya soal berhadapan dengan tubuh yang sudah tidak bernyawa.
    Lebih dari itu, pekerjaan ini adalah tentang menjaga martabat seseorang, terutama mereka yang berasal dari keluarga sederhana.
    “Saya bahagia bisa menolong mempersiapkan jenazah tak mampu,” ucapnya.
    Meski sama-sama menggunakan alat kosmetik dan teknik dasar yang mirip dengan merias orang hidup, tantangan merias jenazah jauh lebih besar. Gloria menggambarkannya sebagai “merias di atas kaca”.
    “Struktur kulit jenazah cenderung sudah keras dan kering,” tuturnya.
    Permukaan kulit yang kehilangan elastisitas membuat produk
    makeup
    sulit menempel. Warna kulit pun sering berubah.
    Menurut Gloria, salah satu tahap paling menantang adalah ketika ia harus menutup luka atau lebam.
    Kondisi tertentu seperti jenazah yang telah lama meninggal, perbedaan penyimpanan suhu, atau riwayat medis membuat beberapa bagian kulit berubah warna menjadi menghitam atau menguning.
    Ia menyebut bahwa kondisi rumit biasanya memerlukan waktu jauh lebih lama.
    “Yang paling membutuhkan waktu itu kalau kita harus
    rebuilding
    atau membentuk kembali organ yang rusak, atau menutup luka jahitan,” jelasnya.
    Rebuilding
    pada jenazah mencakup teknik rekonstruksi wajah, di antaranya memperbaiki bentuk hidung, pipi, atau bagian lain yang rusak akibat kecelakaan, operasi, atau trauma.
    Dalam beberapa kasus, ia menggunakan kapas, lem khusus, hingga
    foundation
    padat berlapis.
    “Kadang keluarga tidak mau melihat kondisi jenazah apa adanya. Mereka ingin memberi kenangan terakhir yang damai,” kata Gloria.
    Selain tantangan teknis, sisi emosional pekerjaan ini juga tidak ringan. Seorang perias jenazah hampir selalu berhadapan dengan keluarga yang tengah berduka, mulai dari yang masih syok hingga yang dipenuhi penyesalan.
    Momen yang paling membekas bagi Gloria adalah ketika merias jenazah yang meninggal secara mendadak.
    “Keluarga pasti lebih terpukul. Suasananya berbeda sekali,” ujarnya.
    Meski demikian, ia menekankan pentingnya menjaga batas emosional.
    “Kami sudah terlatih untuk boleh simpati, tapi tidak boleh empati,” katanya.
    Empati yang terlalu dalam dinilai bisa mengganggu fokus dan membuat proses rias tidak optimal.
    Gloria mengatakan, ia harus bekerja dengan ketenangan dan konsentrasi penuh.
    “Kami harus mempersiapkan jenazah, bukan ikut tenggelam dalam duka keluarga,” tuturnya.
    Beberapa kali, ia juga membagikan proses dan hasil rias jenazah di akun Instagram pribadinya, @periasjenazah.gloriaelsa, sebagai bentuk edukasi dan dokumentasi.
    Untuk melihat profesi ini dari sudut pandang yang lebih luas,
    Kompas.com
    mewawancarai Rakhmat Hidayat, sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
    Ia memandang profesi perias jenazah bukan sekadar pekerjaan.
    “Ini bukan semata-mata profesi. Dalam pandangan saya, ini adalah sebuah panggilan atau
    calling
    ,” kata Rakhmat saat dihubungi, Jumat.
    Menurut dia, semakin langka sebuah profesi, semakin tinggi nilai sosialnya. Dalam masyarakat perkotaan yang cenderung mengejar pekerjaan formal, bergaji tetap, dan berorientasi komersial, perias jenazah hadir sebagai antitesis.
    “Pekerjaan ini langka, tidak banyak orang mau menggelutinya, dan justru karena itulah masyarakat membutuhkannya,” ujarnya.
    Rakhmat juga menyoroti stigma yang masih melekat pada profesi ini. Banyak orang menganggap kedekatan dengan kematian sebagai sesuatu yang menyeramkan.
    Namun bagi mereka yang bekerja di bidang ini, kematian justru menjadi bagian dari keseharian.
    “Bagi mereka, kematian itu melekat secara sosial. Ini bukan hanya tentang teologi atau ritual, tetapi soal kemanusiaan mengurus jenazah tanpa memandang latar belakang agama atau status sosial,” kata Rakhmat.
    Ia mengingatkan bahwa pada masa pandemi Covid-19, peran para pekerja pemulasaraan dan perias jenazah sangat vital.
    Mereka bekerja di tengah risiko tinggi, sering kali tanpa kompensasi yang memadai.
    Selain stigma, para pekerja di bidang ini juga menghadapi marginalisasi dalam sistem kerja modern.
    Mereka kerap tidak tercatat sebagai profesi formal, tidak memiliki standar upah yang jelas, dan belum sepenuhnya diakui dalam kerangka sosiologi pekerjaan.
    “Ini pekerjaan yang bekerja dengan hati, bukan
    money oriented
    ,” tegas Rakhmat.
    Rakhmat menilai penggunaan jasa perias jenazah profesional di Indonesia sebenarnya mulai meningkat, tetapi masih terbatas di kalangan menengah ke atas.
    Ia menyebut transformasi budaya kematian di Indonesia belum berkembang secara signifikan.
    Meski ada makam-makam komersial yang tertata rapi, kebanyakan pemakaman umum masih dianggap menyeramkan dan kurang terawat.
    Berbeda dengan beberapa negara Eropa, di mana makam menjadi bagian dari ruang publik, tempat orang berjalan, duduk, bahkan melakukan wisata religi.
    “Di Indonesia, kematian masih dianggap misteri besar. Transformasi budaya kematian belum sepenuhnya terjadi,” ujarnya.
    Profesi perias jenazah pun baru dihargai sebagian kecil masyarakat, sering kali karena paket layanan pemakaman komersial.
    Untuk melihat dari sisi keluarga,
    Kompas.com
    mewawancarai Cristiene Maria (38), warga Jakarta Barat, yang pernah menggunakan jasa perias jenazah untuk ibunya.
    Meski bukan Gloria yang merias, pengalaman Cristiene memberikan gambaran penting tentang nilai profesi ini.
    Ibunya meninggal mendadak akibat serangan jantung. Dalam kondisi panik, keluarga memutuskan mencari jasa perias jenazah profesional.
    “Kami ingin Ibu terlihat rapi dan terawat untuk penghormatan terakhir,” kata Cristiene kepada
    Kompas.com
    , Jumat.
    Pihak rumah sakit kemudian memberikan rekomendasi jasa rias. Setelah dihubungi, perias datang lengkap dengan perlengkapan.
    Proses berjalan rapi dan cepat, mulai dari membersihkan wajah, merapikan rambut, hingga menggunakan
    makeup
    tipis untuk menutupi pucat dan lebam.
    Cristiene dan keluarganya juga memberikan arahan soal tampilan yang diinginkan.
    “Kami kasih foto Ibu waktu masih sehat. Kami minta riasannya natural dan tidak menor,” katanya.
    Hasil riasan sang perias membuat keluarga lega.
    “Wajah Ibu terlihat damai, seperti sedang tidur. Itu sangat membantu kami menerima keadaan,” ucapnya.
    Biaya yang dikeluarkan saat itu sekitar Rp 1,5 juta, termasuk
    makeup
    dan perapian rambut. Menurut Cristiene, profesi ini penuh dedikasi.
    “Mereka bekerja dengan hati-hati dan sabar. Rasanya mereka memberi keindahan terakhir bagi orang yang kita cintai,” katanya.
    Dari kisah Gloria, analisis sosiolog, hingga pengalaman keluarga pengguna jasa, terlihat bahwa peran perias jenazah jauh lebih besar daripada sekadar pekerjaan teknis.
    Gloria sendiri tetap menjalani profesi ini sebagai sebuah panggilan, bukan sekadar mata pencaharian.
    Dalam sehari, ia bisa menangani hingga tiga jenazah; di hari lain, tidak ada satupun. Namun ritme yang tak menentu itu tidak mengurangi dedikasinya.
    “Yang penting bagi saya adalah setiap jenazah dipersiapkan sebaik mungkin, dengan layak,” katanya.
    Di dunia yang terus berubah, pekerjaan seperti yang dilakukan Gloria mungkin jarang disorot. Namun keberadaannya menjadi tiang kecil yang menopang ritus kemanusiaan—memastikan bahwa, di penghujung kehidupan, setiap orang tetap dihargai.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.