Kasus: kebakaran

  • TPPI Pastikan Kebakaran Unit di Tuban Tidak Timbulkan Dampak Beracun

    TPPI Pastikan Kebakaran Unit di Tuban Tidak Timbulkan Dampak Beracun

    Tuban (beritajatim.com) – PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) memastikan kebakaran yang terjadi di salah satu unitnya pada Kamis (16/10/2025) tidak menimbulkan dampak beracun bagi masyarakat sekitar.
    Asap hitam yang sempat terlihat dari area pabrik disebut berasal dari unit non-toksik dan telah terbawa angin.

    Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) Manager PT TPPI Tuban, Darmanto, menjelaskan bahwa kebakaran terjadi pada pompa di salah satu unit produksi dan berhasil dipadamkan dalam waktu sekitar 40 menit.

    “Suara keras yang terdengar masyarakat bukan ledakan, melainkan suara steam yang harus dikeluarkan dalam proses pemadaman. Jadi mohon dikoreksi, tidak ada ledakan, hanya kebakaran,” jelas Darmanto.

    Kepulan asap hitam yang berasal dari PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).

    Asap Tidak Beracun, Kualitas Udara Aman

    Darmanto menegaskan bahwa hasil pengecekan kualitas udara di sekitar area pabrik menunjukkan angka tidak melebihi indeks 50, sehingga dinyatakan aman dan tidak berdampak bagi masyarakat.

    “Asap hitam yang sempat terlihat sudah terbawa angin dan tidak beracun. Hasil pengecekan kualitas udara di area perusahaan semuanya di bawah angka 50,” ujarnya.

    Ia menambahkan, meski satu unit masih dalam tahap identifikasi penyebab kebakaran, operasional utama perusahaan tetap berjalan normal, dan pasokan BBM serta petrokimia nasional tidak terganggu.

    Tidak Ada Pemeriksaan Kesehatan Massal

    Terkait permintaan masyarakat mengenai pemeriksaan kesehatan, Darmanto menegaskan tidak dilakukan tes kesehatan massal karena tidak ada efek atau dampak dari kejadian tersebut.

    “Karena tidak ada efek dari insiden ini, jadi tidak dilakukan tes kesehatan,” pungkasnya.

    Dengan langkah cepat penanganan dan hasil pemantauan udara yang aman, TPPI memastikan insiden tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitar. [dya/but]

     

     

  • Gudang Jagung di Perak Jombang Terbakar, Ini Penyebabnya

    Gudang Jagung di Perak Jombang Terbakar, Ini Penyebabnya

    Jombang (beritajatim.com) – Sebuah gudang jagung di Dusun Pedes, Desa Sukorejo, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, terbakar hebat, Kamis (16/10/2025) siang. Gudang yang berukuran 4 x 6 meter persegi ini menjadi lokasi terjadinya kebakaran yang cukup besar.

    Komandan Damkar Jombang, Syamsul Bahri, menjelaskan bahwa kebakaran diduga bermula dari pembakaran sisa bonggol jagung yang tidak terkendali. “Kobaran api berasal dari gudang jagung, diduga munculnya api saat pembakaran sisa bonggol jagung hingga tidak terkendali,” ujar Syamsul Bahri.

    Sekitar pukul 11.50 WIB, warga pertama kali melihat api yang menyala dari dalam gudang jagung tersebut. Meskipun beberapa warga berusaha memadamkan api menggunakan alat seadanya pada pukul 12.00 WIB, usaha mereka gagal dan api semakin membesar.

    “Warga berusaha mencoba memadamkan api dengan alat seadanya, tapi api tidak kunjung padam dan api semakin menjalar dan membesar,” tambahnya.

    Selanjutnya, salah seorang karyawan pabrik yang berada di sekitar lokasi kejadian melaporkan kebakaran tersebut kepada Pos Damkar Kabupaten Jombang. Segera setelah menerima laporan, Pos Damkar Jombang mengirimkan bantuan.

    Pukul 12.15 WIB, satu unit fire pumper truck Truk pemadam) dan satu unit supply truck (truk penyullai air) dikerahkan untuk menuju lokasi kejadian. Tim Damkar tiba di lokasi pada pukul 12.35 WIB dan langsung melakukan pemadaman dan pembasahan di area kebakaran.

    Setelah hampir dua jam berusaha, tim Damkar akhirnya berhasil memadamkan api pada pukul 13.50 WIB. Semua proses penanganan kebakaran selesai dengan baik, dan tim kembali ke markas.

    Saat ini, kebakaran di gudang jagung di Dusun Pedes, Desa Sukorejo, sudah berhasil dipadamkan dengan bantuan penuh dari berbagai pihak terkait. Selain tim Damkar, ada juga keterlibatan pihak kepolisian, Koramil, perangkat desa, serta warga yang turut serta dalam upaya penanggulangan kebakaran ini.

    Kebakaran ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bahaya kebakaran di lingkungan sekitar, terutama yang melibatkan bahan mudah terbakar seperti jagung dan sisa-sisa pertanian. [suf]

  • Arus Pendek Listrik Jadi Penyebab Utama Kebakaran di Gudang Ekspedisi Cakung

    Arus Pendek Listrik Jadi Penyebab Utama Kebakaran di Gudang Ekspedisi Cakung

    JAKARTA – Kepala Seksi Operasi Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur Abdul Wahid menjelaskan bila kebakaran yang melanda gudang ekspedisi di Cakung, disebabkan oleh arus pendek listrik.

    Diketahui, gudang tersebut milik PT Cuculemon yang terletak di Jalan Cakung Cilincing Timur, Gang Damai RT 1 RW 6, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, dan terbakar pada Rabu, 15 Oktober.

    “Objek yang terbakar gudang penyimpanan dengan luas area terbakar sekitar 200 meter persegi milik PT Cuculemon. Penyebabnya dipicu arus pendek listrik,” kata Abdul Wahid, Kamis, 16 Oktober.

    Informasi kebakaran itu diketahui sekitar pukul 18.46 WIB dari seorang warga bernama Aden, dan petugas Sudin Gulkarmat Jakarta Timur langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP) bersama satu unit pemadam kebakaran untuk pengerahan awal.

    Abdul menyebutkan arus pendek listrik pertama kali terlihat saat adanya percikan api di area lorong gudang.

    Menurut dia, sejumlah karyawan sempat berupaya memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Namun, api sudah membesar dan menyebar dengan cepat.

    “Api dimulai dari lorong gudang, lalu dicoba padamkan dengan alat pemadam api ringan (APAR) oleh karyawan, namun tidak dapat dikuasai dan membesar,” jelas Abdul.

    Unit pertama tiba di lokasi pada pukul 18.54 WIB dan langsung melakukan pemadaman. Proses pemadaman dimulai satu menit kemudian, tepatnya pukul 18.55 WIB.

    Secara keseluruhan, Sudin Gulkarmat Jakarta Timur mengerahkan 14 unit mobil pemadam kebakaran dan 70 personel.

    “Api berhasil dilokalisir pukul 19.37 WIB, pendinginan pukul 19.44 WIB. Pemadaman dinyatakan selesai sekitar pukul 21.15 WIB,” ucap Abdul.

    Lebih lanjut, dia mengungkapkan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Sebanyak 20 orang karyawan dapat menyelamatkan diri sebelum api meluas.

    “Alhamdulillah, tidak ada korban. Semua karyawan berhasil keluar dengan selamat,” tutur Abdul.

    Dia pun mengimbau masyarakat dan pelaku usaha agar lebih memperhatikan kondisi instalasi listrik di tempat kerja maupun rumah tinggal.

  • Pakai Patwal ‘Tot Tot Wuk Wuk’, Mobil Sekprov Sulsel Jadi Sasaran Emosi Pengguna Jalan

    Pakai Patwal ‘Tot Tot Wuk Wuk’, Mobil Sekprov Sulsel Jadi Sasaran Emosi Pengguna Jalan

    Terpisah, Kasubdit Penegakan Hukum Ditlantas Polda Sulsel, AKBP Amin Toha, menegaskan bahwa penggunaan sirine dan lampu strobo oleh kendaraan Satpol PP untuk mengawal pejabat pemerintah melanggar aturan lalu lintas. 

    “Itu jelas pelanggaran. Kalau kita bicara aturan, sudah diatur dalam Pasal 59 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,” tegas AKBP Amin Toha.

    “Lampu isyarat warna biru dengan sirine hanya boleh digunakan untuk kendaraan Kepolisian. Sementara lampu merah dengan sirine untuk kendaraan tahanan, pengawal TNI, pemadam kebakaran, Palang Merah, ambulans, dan jenazah. Sedangkan lampu kuning tanpa sirine digunakan untuk patroli jalan tol atau kendaraan pembersih fasilitas umum,” tambahnya.

    Amin menegaskan, mobil Satpol PP tidak termasuk kategori yang diperbolehkan menggunakan sirine atau strobo warna biru. Apalagi untuk membuka jalan bagi pejabat. 

    “Kalau kendaraan bukan Polri, tidak boleh menggunakan sirine warna biru. Itu bukan wewenangnya. Bahkan kami di kepolisian pun sangat selektif, hanya menggunakan sirine dalam kondisi urgensi tinggi, seperti menolong korban kecelakaan atau keadaan darurat lainnya,” ujarnya.

    Setiap bentuk pengawalan yang tidak sesuai aturan bisa ditindak. Apalagi jika pengawalan itu dilakukan tanpa unsur urgensi. 

    “Kalau pengawalannya tidak memenuhi unsur urgensi, apalagi dilakukan oleh instansi non-Polri, itu pelanggaran. Kami imbau agar masyarakat maupun instansi pemerintah mematuhi ketentuan yang berlaku,” ucapnya. 

    Polisi telah menyampaikan petunjuk dan arahan dari Dirlantas Polda Sulsel kepada seluruh Polres jajaran agar penggunaan sirine dan strobo dilakukan secara selektif, proporsional, dan sesuai peraturan.

    “Kalau memang bukan kendaraan yang berhak, sebaiknya tidak menggunakan lampu strobo atau sirine. Kami akan terus melakukan penertiban terhadap penggunaan perangkat tersebut di jalan raya,” tutup Amin.

     

     

     

  • Ini Identitas 10 Korban Tewas Terbakarnya Kapal Tanker MT Federal II di Galangan Batam

    Ini Identitas 10 Korban Tewas Terbakarnya Kapal Tanker MT Federal II di Galangan Batam

    JAKARTA – Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Kepulauan Riau pada Kamis, telah selesai mengidentifikasi 10 jenazah korban kebakaran kapal tanker MT Federal II yang terjadi di galangan milik PT ASL Marine Shipyard.

    Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Kepri Komisaris Besar Polisi M. Zakir mengatakan seluruh jenazah berhasil diidentifikasi dengan kecocokan sidik jari dan ciri medik khusus.

    “Kami bersama tim melaksanakan operasi DVI dengan pendekatan sidik jari, kecocokan data medik, kecocokan properti dan kecocokan profil gigi (odontologi) maka Tim DVI Polda Kepri melalui proses sidang rekonsiliasi telah mengidentifikasi keseluruhan korban,” kata Zakir di RS Bhayangkara Polda Kepri, Kamis, disitat Antara. 

    Ia menjelaskan operasi DVI terhadap korban kebakaran kapal Federal II ini telah dilaksanakan sejak Rabu 15 Oktober pukul 13.00 WIB.

    Kesepuluh jenazah yang sebelumnya dievakuasi dari lokasi kebakaran ke sejumlah rumah sakit, dikirim ke RS Bhayangkara Polda Kepri untuk keperluan identifikasi.

    Proses identifikasi ini, lanjut dia, rampung pada Kamis pagi pukul 05.00 WIB dan selesai diserahterimakan kepada pihak keluarga pada pukul 09.45 WIB.

    Dalam proses identifikasi ini, personel DVI Polda Kepri meminta data pendukung dari keluarga korban.

    Setelah proses identifikasi jenazah selesai, selanjutnya Tim DVI Polda Kepri melakukan langkah-langkah pemulasaran jenazah, pengawetan, dan pemetian.

    “Seluruh jenazah sudah diserahkan kepada ahli waris dan pemulangan ke kampung halaman,” ujar Zakir yang juga Ketua Tim DVI Polda Kepri.

    Dari 10 jenazah itu, kata dia, dua jenazah diserahkan kepada ahli waris di wilayah Kota Batam, satu jenazah ke Pekanbaru, satu jenazah ke Pagar Alam, Sumatera Selatan, dan lima jenazah ke Medan, Sumatera Utara.

    “Pemulangan jenazah ke kampung halaman dilaksanakan secara kolektif,” ujarnya.

    Adapun penyebab kematian para korban berdasarkan hasil identifikasi karena luka bakar serius yang dialami.

    “Luka bakar yang ditemukan bervariasi, ada ringan, sedang, sampai berat, sehingga yang ringan ini bisa langsung teridentifikasi. Sebenarnya ada beberapa yang bisa dilihat langsung secara fisik, tetapi proses identifikasi tentunya harus kami laksanakan sesuai prosedur DVI,” kata Zakir.

    Berikut data kesepuluh korban:

    1. Jenazah dengan kode PM 002 teridentifikasi sebagai Prengki Protestane Pane, warga Batu Aji dengan dasar identifikasi sidik jari dan kecocokan ciri khusus.

    2. Jenazah dengan kode PM 001 teridentifikasi sebagai Anton, warga Sagulung, dengan dasar identifikasi sidik jari, kecocokan ciri medik khusus dan kecocokan data properti.

    3. Jenazah kode PM 005 teridentifikasi sebagai Chandra Edi Saputra Pasaribu, warga Sagulung, dengan dasar identifikasi sidik jari, dan kecocokan ciri medik khusus.

    4. Jenazah dengan kode PM 008 teridentifikasi sebagai Andi Haryono, warga Batu Aji, dengan dasar identifikasi sidik jari, kecocokan ciri medik khusus dan kecocokan data properti.

    5. Jenazah kode PM 003 teridentifikasi sebagai Habibullah Siregar, warga Medan, dengan dasar identifikasi sidik jari dan kecocokan ciri medik khusus.

    6. Jenazah kode PM 006 teridentifikasi sebagai Krisman Simatupang, warga Batu Aji, dengan dasar identifikasi sidik jari dan kecocokan ciri medik khusus.

    7. Jenazah kode PM 004 teridentifikasi sebagai Ramadan Rizki, dengan dasar identifikasi kecocokan profil gigi dan kecocokan properti.

    8. Jenazah kode PM 007 teridentifikasi sebagai Maradong Tampubolon, warga Batu Aji, dengan dasar identifikasi kecocokan profil gigi.

    9. Jenazah kode 009 teridentifikasi sebagai Dimas Saputra, warga Pagar Alam, dengan dasar identifikasi kecocokan profile gigi dan kecocokan ciri medik khusus.

    10. Jenazah kode PM 0010 teridentifikasi sebagai Indris Sardi warga Bilah Buluh, Aceh, dengan dasar identifikasi kecocokan medik khusus.

  • Megawati, Kepemimpinan Feminin dan Perubahan Iklim

    Megawati, Kepemimpinan Feminin dan Perubahan Iklim

    Jakarta

    Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan keberagaman. Namun, hal ini sekaligus menjadi tantangan tersendiri. Apalagi di tengah isu krusial perubahan iklim. Tantangannya pun sempat menjadi diskursus yang coba dipantik oleh Presiden RI Kelima, Megawati Soekarnoputri lewat sebuah pertanyaan.

    “Apa benar pulau kita jumlahnya masih 17 ribu?”

    Pertanyaan sederhana Megawati Soekarnoputri di sebuah forum Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini bukan sekadar guyon, melainkan alarm tentang betapa seriusnya ancaman perubahan iklim bagi eksistensi negara kepulauan seperti Indonesia. Bagi Megawati, pulau republik ini jumlahnya bisa saja lebih banyak atau lebih kecil, tergerus oleh naiknya permukaan air laut.

    Negara kepulauan menjadi yang paling rentan menghadapi ancaman tenggelam, intrusi air laut, dan kerusakan ekosistem pesisir. Persoalan perubahan iklim ini bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi mempengaruhi eksistensi dan bahkan kedaulatan sebuah negara kepulauan seperti Indonesia dalam berbagai dimensi. Megawati tampak memahami hal ini dengan pendekatan yang khas: reflektif, berakar budaya, namun berpandangan ilmiah.

    Ini sebenarnya bukan pertama kali Megawati menyinggung soal isu perubahan iklim. Dalam suatu pertemuan di Roma bulan Februari 2025, Megawati berdiskusi dengan Al Gore, Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, tentang kaitan pemanasan global dan kebakaran hebat yang terjadi di Los Angeles baru-baru ini.

    Berkaitan dengan perannya sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN, Megawati kerap membahas tentang isu pangan dan biodiversitas dengan menekankan pentingnya riset dan inovasi. Ia mengingatkan kembali pesan Bung Karno bahwa urusan pangan adalah “hidup-matinya sebuah bangsa.” Maka, inovasi di bidang pangan dan keanekaragaman hayati menjadi kunci membangun ketahanan bangsa di tengah krisis iklim.

    Lalu bagaimana perspektif Megawati dalam membangun resiliensi terhadap perubahan iklim?

    Kepemimpinan Feminin dan Kearifan Lokal sebagai Fondasi Resiliensi

    Ide dan gagasan untuk membangun resiliensi terhadap perubahan iklim bukan hanya bersandar pada hal-hal yang canggih dan sophisticated. Bagi Megawati, bangsa Indonesia memiliki kekuatan kebudayaan dan lokalitas yang mampu menjadi landasan berpikir dan bertindak dalam menghadapi krisis global.

    Lebih lanjut, ia menolak cara pandang antroposentris yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segalanya. Di alam semesta, manusia perlu mengambil posisi sebagai bagian integral dan tidak terpisahkan dari semesta. Sikap ini sejalan dengan berbagai filosofi Nusantara yang telah mengakar selama berabad-abad lamanya.

    Dalam budaya Jawa, frasa ‘Memayu Hayuning Bawana’ yang artinya memperindah alam semesta yang sudah indah menegaskan kewajiban manusia untuk menjaga alam semesta, menempatkan manusia pada bagian integral dalam penjagaan eksistensi alam semesta. Begitu pula dengan konsep Tri Hita Karana dari Bali yang menekankan keseimbangan antara manusia dengan pencipta-Nya, dengan alam semesta, dan dengan sesamanya. Nilai-nilai ini adalah dasar moral bangsa untuk menghadapi krisis ekologi yang kian nyata.

    Gagasan Megawati ini memancarkan kekhasan dari kepemimpinan feminin, sebuah model kepemimpinan yang menonjolkan empati, kepedulian serta kemampuan memelihara dan merawat kehidupan. Dalam menghadapi perubahan iklim, alam diposisikan sebagai mitra eksistensial yang harus dijaga keseimbangannya.

    Pandangan Megawati ini bertolak belakang dengan gaya kepemimpinan maskulin yang cenderung berorientasi pada penaklukan alam, alih-alih menjaga keseimbangannya. Hal ini mengamini pandangan ecofeminis Vandana Shiva dan Maria Mies (1993) yang pada intinya mengemukakan bahwa kerusakan alam berakar dari cara pandang patriarkis yang memisahkan manusia dari alam serta menganggap keduanya dapat dikendalikan.

    Perempuan dan Kepemimpinan Ekologis

    Penelitian Mujere (2016) menggambarkan bahwa perempuan dan kelompok miskin paling rentan terhadap dampak perubahan iklim karena ketimpangan peran sosial, ekonomi, dan akses terhadap sumber daya. Perempuan sering menjadi pihak pertama yang merasakan dampak perubahan iklim ketika air bersih menipis, harga pangan naik, atau panen gagal. Hal ini mengafirmasi perlunya perspektif gender dalam kebijakan yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan yang inklusif.

    Megawati tidak sekadar menampilkan simbol kepemimpinan perempuan, tetapi menghadirkan nilai-nilai itu dalam kebijakan yang menyentuh akar kehidupan masyarakat.

    Misalnya saja, Megawati kerap menyoroti tentang peran sentral Ibu dan perempuan dalam komunitas. Emak-emak dihimbau untuk lebih kreatif dalam menyajikan makanan di atas meja keluarganya dengan tidak hanya mengandalkan beras sebagai kontributor karbohidrat. Makan tidak harus beras, katanya.

    Seruan sederhana ini sejatinya merupakan gagasan politik pangan yang progresif: mengembalikan kedaulatan pangan kepada rakyat, terutama melalui peran perempuan sebagai pengatur konsumsi rumah tangga. Ia mendorong “emak-emak” untuk mengenali kembali pangan lokal seperti jagung, singkong, dan ubi sebagai sumber karbohidrat yang sehat dan adaptif terhadap perubahan iklim.

    Pengaturan pola konsumsi pangan keluarga umumnya dilakukan oleh emak-emak atau ibu rumah tangga. Megawati berpandangan bahwa diversifikasi pangan bukan hanya strategi ekonomi, tetapi juga bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim. Dan pada pokoknya, emak-emak berperan sentral dalam upaya adaptasi dan membangun resiliensi masyarakat ini.

    Melalui pembumian buku “Mustika Rasa”, sebuah warisan proyek Soekarno yang mendokumentasikan cita rasa kuliner nusantara, Megawati mendorong masyarakat untuk kembali pada “kompas pangan” bangsa. Pangan lokal adalah simbol kedaulatan, dan dapur keluarga menjadi ruang pertama pendidikan ekologi: tempat nilai keberlanjutan dipraktikkan setiap hari.

    Dari Dapur ke Kebijakan

    Perubahan iklim berpotensi menurunkan produksi pangan hingga 30 persen di negara tropis seperti Indonesia, menurut laporan FAO. Meski saat ini Indonesia masih menikmati surplus beras, ketahanan pangan jangka panjang memerlukan strategi yang berkelanjutan melalui riset, inovasi, dan perubahan perilaku konsumsi.

    Sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN, Megawati mendorong riset pangan berbasis biodiversitas lokal. Ia menantang peneliti dan perguruan tinggi untuk mengeksplorasi kekayaan pangan nusantara, serta mengembangkan teknologi pertanian adaptif.

    Salah satu contohnya adalah padi biosalin, sebuah varietas padi tahan salinitas yang mampu tumbuh di wilayah pesisir. Adaptasi ini memanfaatkan potensi garis pantai Indonesia sekaligus mengatasi permasalahan kekurangan lahan pertanian di wilayah pesisir. Megawati bahkan meminta kepala daerah dari PDI Perjuangan untuk berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) dalam mengembangkan inovasi semacam ini.

    Inovasi semacam ini memperlihatkan sinergi antara sains modern dan kepemimpinan berwawasan ekologi: menggunakan pengetahuan untuk melestarikan kehidupan, bukan menguasainya. Kepemimpinan feminin semacam ini melihat sains bukan sekadar alat produksi, tetapi instrumen penyembuhan, baik bagi manusia maupun bagi alam sekaligus.

    Kepemimpinan yang Menjaga Keseimbangan

    Krisis iklim adalah cermin dari krisis kepemimpinan global: terlalu banyak menaklukkan, terlalu sedikit merawat. Di tengah situasi ini, kepemimpinan feminin menawarkan jalan alternatif, sebuah cara memimpin yang berakar pada empati ekologis, tanggung jawab sosial, dan kebijaksanaan budaya

    Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri menunjukkan bahwa menghadapi perubahan iklim tidak cukup dengan teknologi semata, tetapi juga membutuhkan pandangan hidup yang berakar pada budaya, nilai-nilai kemanusiaan, dan keseimbangan antara manusia dan alam. Dari dapur rumah tangga hingga laboratorium riset, ia memadukan empati ekologis, riset ilmiah, dan keberanian politik dalam satu tarikan nafas.

    Dalam konteks perubahan iklim yang semakin nyata, kepemimpinan feminin bukan hanya relevan, tetapi mendesak. Ia mengingatkan kita bahwa masa depan bumi bergantung bukan pada siapa yang paling kuat, tetapi pada siapa yang paling peduli.

    Muhammad Syaeful Mujab. Analis Kebijakan Publik INSITE Strategi Lulusan Magister Studi Pembangunan London School of Economics and Political Science, Inggris.

    (rdp/tor)

  • Damkar Magetan Kekurangan Personel, Dua Mako di Kecamatan Belum Aktif

    Damkar Magetan Kekurangan Personel, Dua Mako di Kecamatan Belum Aktif

    Magetan (beritajatim.com) – Dinas Satpol PP dan Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Magetan menghadapi kendala serius dalam memperluas layanan pemadamannya. Dari tiga markas komando (mako) yang dibentuk di tingkat kecamatan, baru satu yang beroperasi aktif, sedangkan dua lainnya belum berjalan karena keterbatasan jumlah personel.

    Kabid Damkar Satpol PP dan Damkar Magetan, Ali Sukamto, menyebutkan bahwa mako yang saat ini aktif berada di Kecamatan Karangrejo. Sementara dua mako lainnya di Kecamatan Kawedanan dan Parang belum bisa difungsikan karena kekurangan tenaga.

    “Mako Damkar yang ada di kecamatan memang sementara ini masih ada yang belum aktif karena masih kekurangan personel. Tapi kami berusaha semaksimal mungkin agar ke depan bisa ditambah tenaga,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).

    Ali menjelaskan, pembentukan mako damkar di tiga titik kecamatan merupakan bagian dari strategi mempercepat waktu tanggap darurat sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) 15 menit.

    “Kami mempertimbangkan di tiga titik ini karena faktor kerawanan. Jika ada laporan, yang ada di mako ini bisa menuju lokasi lebih dulu, kemudian kami yang ada di kantor pusat akan menyusul untuk membantu. Saat ini SPM Damkar Magetan mencapai 85 dari nilai maksimal 100,” terangnya.

    Saat ini, Damkar Magetan hanya memiliki 24 personel aktif. Jumlah tersebut dinilai jauh dari ideal untuk wilayah seluas Kabupaten Magetan dengan potensi risiko kebakaran yang cukup tinggi.

    “Kalau melihat luas wilayah, memang sangat kurang sekali. Tapi Alhamdulillah, tahun ini kejadian kebakaran di Magetan menurun, per tanggal 16 Oktober 2025 ini ada 58 kejadian,” jelasnya.

    Sebagian besar kebakaran yang terjadi di wilayah Magetan disebabkan oleh pembakaran sampah yang ditinggal tanpa pengawasan.

    Meski kekurangan tenaga, Ali memastikan sarana dan prasarana pemadaman masih memadai. Saat ini Damkar Magetan memiliki lima unit mobil pemadam, tiga unit tangki air, serta satu kendaraan penyelamatan untuk evakuasi hewan dan sarang tawon.

    “Yang kita utamakan ke depan itu penambahan tenaga. Kalau kendaraan insyaallah masih cukup,” imbuhnya.

    Ali menegaskan, peningkatan pelayanan tetap menjadi prioritas utama. Pihaknya terus berupaya mengoptimalkan kinerja petugas yang ada agar waktu tanggap terhadap kebakaran tetap cepat dan efektif. [fiq/beq]

  • Update Korban Ledakan Kapal Tanker MT Federal II Batam: Total 31 Orang, 10 Meninggal Dunia
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        16 Oktober 2025

    Update Korban Ledakan Kapal Tanker MT Federal II Batam: Total 31 Orang, 10 Meninggal Dunia Regional 16 Oktober 2025

    Update Korban Ledakan Kapal Tanker MT Federal II Batam: Total 31 Orang, 10 Meninggal Dunia
    Tim Redaksi
    BATAM, KOMPAS.com
    – Ledakan yang terjadi pada kapal tanker MT Federal II, di PT ASL Shipyard Tanjunguncang, menimbulkan korban jiwa hingga 31 orang.
    Dari total korban ledakan, 10 di antaranya dilaporkan meninggal dunia dan telah dikembalikan kepada pihak keluarga.
    Kapolsek Batu Aji, AKP Raden Bimo Dwi Lambang membenarkan perubahan data korban dari sebelumnya yang dilaporkan hanya berjumlah 28 orang.
    Total korban ini dilaporkan bertambah, setelah adanya pemeriksaan ulang yang dilakukan pihak kepolisian.
    “Berdasarkan hasil pendataan ulang kami, total korban semuanya ada 31 orang, 10 orang meninggal dunia, dan 21 orang luka-luka,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (16/10/2025) siang.
    Hingga saat ini, para korban yang mengalami luka bakar masih mendapatkan perawatan di empat rumah sakit berbeda, di antaranya RS Mutiara Aini, RSUD Embung Fatimah, RS Graha Hermin, dan RS Elisabeth.
    “Tingkat luka bakar korban beragam. Beberapa di antaranya mengalami luka bakar hingga 80 persen dan belum sadarkan diri,” ucapnya.
    Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, MT Federal II sudah dalam proses perbaikan sejak Juni 2025 di PT ASL Tanjunguncang Batam. Kapal tersebut juga dilaporkan pernah mengalami kebakaran serupa pada 24 Juni 2025, yang juga menimbulkan korban jiwa.
    “Ini kejadian kedua di kapal yang sama dalam tahun yang sama. Kami sudah mengamankan lokasi, memeriksa saksi-saksi, dan berkoordinasi dengan Inafis serta RS Bhayangkara,” ujar Raden.
    Ia melanjutkan berdasarkan saksi, karyawan PT Rotary Engineer, mengatakan ledakan terjadi sekitar pukul 04.20 WIB saat ia dan rekan-rekannya sedang memperbaiki bagian atas tangki.
    Seketika api membesar dan menjalar ke seluruh area kerja.
    Tim keselamatan PT ASL Marine Shipyard dibantu petugas pemadam internal segera melakukan upaya pemadaman. Sekitar pukul 05.00 WIB, api berhasil dipadamkan dan proses evakuasi korban pun dilakukan ke berbagai rumah sakit di Batam.
    Ia menambahkan hingga pukul 09.00 WIB, seluruh korban telah dievakuasi ke rumah sakit dan situasi di lokasi dinyatakan kondusif.
    “Api muncul dari dalam tangki, langsung meledak dan membakar pekerja di sekitar,” ujarnya.
    Terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Diky Wijaya, menyebut lemahnya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT ASL Shipyard Indonesia di Tanjunguncang usai insiden kebakaran kapal MT Federal II.
    Hal ini diutarakannya sembari menyinggung insiden serupa di perusahaan yang sama dan kapal yang sama pada Juni 2025 lalu.
    “Waktu peristiwa sebelumnya, penyebabnya sudah ditetapkan sebagai kelalaian, bahkan sudah ada tersangka dari pihak kepolisian. Sekarang kejadian serupa terulang lagi, malah korban jiwa lebih banyak,” tegasnya melalui sambungan telepon, Kamis (16/10/2025).
    Diky menegaskan, pihaknya akan meminta manajemen perusahaan bertanggung jawab penuh terhadap peristiwa ini. Kini pihaknya juga akan memastikan seluruh hak pekerja yang menjadi korban dipenuhi, termasuk jaminan ketenagakerjaan.
    “Kalau pengawasan K3 mereka tidak lemah, tidak mungkin peristiwa yang sama bisa terjadi dua kali di tempat yang sama dan kapal yang sama. Ini bukti pengawasan mereka memang tidak jelas,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kebakaran Gudang Ekspedisi di Cakung Dipicu Arus Pendek Listrik, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta – Page 3

    Kebakaran Gudang Ekspedisi di Cakung Dipicu Arus Pendek Listrik, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Gudang ekspedisi (penyimpanan) milik PT Cuculemon di Jalan Cakung Cilincing Timur, Gang Damai RT 1 RW 6, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur terbakar hebat pada, Rabu 15 Oktober 2025. Kebakaran diduga dipicu oleh arus pendek listrik.

    “Objek yang terbakar gudang penyimpanan dengan luas area terbakar sekitar 200 meter persegi milik PT Cuculemon. Penyebabnya dipicu arus pendek listrik,” kata Kepala Seksi Operasi Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur Abdul Wahid, dikutip dari Antara, Kamis (16/10/2025).

    Informasi kebakaran itu diketahui sekitar pukul 18.46 WIB dari seorang warga bernama Aden, dan petugas Sudin Gulkarmat Jakarta Timur langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP) bersama satu unit pemadam kebakaran untuk pengerahan awal.

    Abdul menyebutkan arus pendek listrik pertama kali terlihat saat adanya percikan api di area lorong gudang. Menurut dia, sejumlah karyawan sempat berupaya memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Namun, api sudah membesar dan menyebar dengan cepat.

    “Api dimulai dari lorong gudang, lalu dicoba padamkan dengan alat pemadam api ringan (APAR) oleh karyawan, namun tidak dapat dikuasai dan membesar,” jelas Abdul.

     

  • DKI kemarin, PWNU DKI demo ke Trans7 hingga kebakaran di Jakut

    DKI kemarin, PWNU DKI demo ke Trans7 hingga kebakaran di Jakut

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa terjadi di Jakarta pada Rabu (15/10), mulai dari demonstrasi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI di gedung Trans7 Jakarta hingga kebakaran di Jakarta Utara.

    Berikut deretan berita yang menarik untuk dibaca kembali:

    1. Pengunjuk rasa PWNU DKI kibarkan bendera hijau di gedung Trans7

    Pengunjuk rasa dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta dan alumni pesantren mengibarkan bendera hijau di depan gedung Trans7 Jalan Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

    Kedatangan mereka diawali dengan melintasnya mobil komando dari arah Tendean pada Rabu sekitar pukul 09.00 WIB.

    Selengkapnya di sini

    2. Jakarta dan Danantara sepakati kerja sama bangun PTLSa

    Pembahasan teknis kerja sama Pemerintah Provinsi Jakarta dengan Danantara terkait pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) sudah disepakati.

    Menurut Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo di Balai Kota Jakarta, Rabu, dibandingkan dengan daerah lainnya, Jakarta memiliki infrastruktur yang lebih siap.

    Selengkapnya di sini

    3. GP Ansor laporkan program Trans7 tentang tayangan pesantren ke KPI

    Lembaga Bantuan Hukum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (LBH PP GP Ansor) secara resmi melaporkan program “Xpose Uncensored” yang ditayangkan Trans7 ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat karena dinilai menyinggung kalangan pondok pesantren dan kia.

    “Kami menilai tayangan “Xpose Uncensored” pada 13 Oktober 2025 memuat konten yang menghasut, mendiskreditkan, serta merendahkan martabat kiai dan pesantren,” kata Ketua Tim Advokasi LBH PP GP Ansor Afriendi Sikumbang usai menyerahkan laporan ke KPI Pusat di Jakarta, Rabu.

    Selengkapnya di sini

    4. Sentra Fauna Lenteng Agung jadi upaya agar pedagang naik kelas

    Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung, Jakarta Selatan, menjadi salah satu upaya pemerintah agar para pelaku usaha naik kelas dan dapat terus mengembangkan usahanya.

    “Kami ingin agar para pedagang tidak hanya memiliki tempat baru, tetapi juga bisa naik kelas,” kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) Provinsi DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

    Selengkapnya di sini

    5. Empat orang tewas akibat kebakaran rumah di Pademangan Jakut

    Empat orang tewas akibat kebakaran yang menghanguskan rumah dua lantai di Jalan Pademangan Raya, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, pada Rabu pagi.

    “Ada empat orang korban meninggal dunia dalam kebakaran ini,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Mohamad Yohan di Jakarta.

    Selengkapnya di sini

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.