Kasus: kebakaran

  • Bertambah, Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Kini 176 Orang

    Bertambah, Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Kini 176 Orang

    Jakarta

    Korban tewas kecelakaan pesawat Boeing 737-800 Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan terus bertambah. Data terbaru, jumlah korban tewas sebanyak 176 orang.

    Dikutip BBC, Minggu (29/12/2024), Pejabat di Korsel menyampaikan sebanyak 176 orang tewas akibat kecelakaan Jeju Air pagi tadi. Sejauh ini korban yang teridentifikasi baru 22 orang.

    Badan Pemadam Kebakaran Nasional terus memperbarui jumlah korban tewas. Pesawat Jeju Air diketahui membawa 181 penumpang, di mana 175 penumpang dan enam awak pesawat.

    Dua orang awak pesawat diselamatkan dari reruntuhan dan dibawa ke rumah sakit. Dikutip Yonhap, pihak berwenang mengatakan tiga orang lainnya belum ditemukan. Operasi pencarian akan terus berlanjut untuk menemukan tiga korban lagi.

    Pihk Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan yang mengawasi keselamatan penerbangan, menara pengawas Bandara sempat mengeluarkan peringatan bird strike pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.

    Dikutip Yonhap, pilot pesawat kemudian mengumumkan mayday pukul 8.58 pagi dan berusaha mendarat pada pukul 9 pagi. Namun tiga menit kemudian pesawat tergelincir pada pukul 9.03 pagi saat mendarat tanpa roda pendaratan.

    “Saat mencoba mendarat di landasan pacu No 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan pilot mengumumkan mayday tak lama setelahnya,” kata kementerian tersebut.

    Lihat juga video: Kecelakaan Jeju Air di Korsel: 80 Orang Tewas, 2 Luka, dan 99 Hilang

    (idn/knv)

  • Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun – Halaman all

    Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun – Halaman all

    Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel (IDF) yang beroperasi di wilayah yang mereka kepung secara total di Jalur Gaza utara , mengunggah rekaman di media sosial yang membuktikan kalau tuduhan genosida memang benar terjadi di Gaza.

    Unggahan yang beredar pada Sabtu (28/12/2024) itu menampilkan personel IDF membakar rumah-rumah di kota Beit Hanoun, Gaza Utara.

    “Aksi pembakaran rumah-rumah warga oleh IDF itu disertai dengan lagu rasis “Biarkan desamu terbakar”,” tulis laporan Anews, Minggu (29/12/2024).

    Para prajurit IDF, diketahui merupakan bagian dari Batalyon ke-92 militer Israel, difilmkan sedang membakar rumah-rumah milik penduduk Beit Hanoun yang mengungsi paksa.

    Rekaman yang diambil menggunakan pesawat tanpa awak (drone) menggambarkan kehancuran yang meluas di area yang menjadi sasaran.

    Sebagai informasi, lagu rasis “Biarkan desamu terbakar” telah menjadi elemen yang berulang dalam perayaan dan selebrasi oleh tentara dan bahkan pemukim Israel saat fasilitas milik Palestina dihancurkan.

    Selebrasi pasukan Israel (IDF) saat melakukan penyerbuan dan pembakaran rumah-rumah warga Palestina di Beit Hanoun, Gaza Utara. Mereka menyanyikan lagu rasis, Biarkan Desamu Terbakar yang ditujukan bagi Palestina.

    Laporan Anews, mencontohkan, lagu itu dinyanyikan saat IDF melakukan serangan genosida ke Rafah, Gaza Selatan.

    “Setelah pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Israel di Rafah di Gaza selatan, warga Israel di Yerusalem terlihat merayakan dengan lagu yang sama,” kata laporan tersebut.

    Nyanyian tersebut juga populer di kalangan pendukung klub sepak bola Israel tertentu, yang sering mengarahkannya kepada warga Palestina selama pertandingan.

    Israel telah menewaskan lebih dari 45.400 korban di Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menghancurkan daerah kantong itu menjadi puing-puing.

    Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong Palestina tersebut.

    Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. Penyergapan demi penyergapan menyebabkan kerugian besar di kalangan IDF. (rntv/tangkap layar)

    Kronologi Penyerbuan IDF ke Beit Hanoun

    Militer Israel baru-baru ini meluncurkan serangan besar-besaran di daerah Beit Hanoun, Gaza.

    Dalam operasi ini, mereka menggunakan tank tempur dan kendaraan lapis baja, serta melibatkan tentara bersenjata lengkap.

    Artikel ini akan membahas rincian dari serangan tersebut, dampaknya terhadap warga sipil, dan latar belakang Beit Hanoun.

    Apa Penyebab Serangan di Beit Hanoun?

    Menurut laporan dari militer Israel, serangan ini dilakukan berdasarkan informasi intelijen yang menyebutkan bahwa militan dan infrastruktur mereka berada di daerah tersebut.

    Sebelum invasi darat dilakukan, pesawat tempur Israel telah menyerang berbagai target yang diyakini terkait dengan militan.

    Bagaimana Dampak Serangan Terhadap Warga Sipil?
    Serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan

    Pada tanggal 26 Desember 2024, militer Israel menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara.

    Serangan ini menyebabkan kebakaran besar yang merusak fasilitas penting, termasuk ruang operasi dan arsip rumah sakit.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sekitar 400 orang, termasuk staf medis dan pasien, terjebak di dalam rumah sakit saat serangan berlangsung.

    Pasukan Israel dilaporkan menahan banyak dari mereka, dengan beberapa mengalami pemukulan dan dibiarkan kedinginan setelah diusir.

    Di antara yang ditahan adalah Dr Hussam Abu Safia, direktur rumah sakit.

    Nasib pasien lainnya yang terjebak dalam situasi tersebut hingga kini belum diketahui.

    Apa Reaksi Internasional Terhadap Serangan Ini?

    Serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan mendapat kecaman keras, termasuk dari Iran yang menyebutnya sebagai kejahatan perang.

    Mereka mengeklaim bahwa serangan ini bertujuan untuk menghancurkan sistem kesehatan di wilayah Gaza yang sudah tertekan oleh situasi perang.

    Apa yang Terjadi di Beit Hanoun Pasca Serangan?

    Setelah serangan, laporan menunjukkan bahwa pasukan Israel mengepung daerah tempat tinggal 300 keluarga di Beit Hanoun.

    Serangan ini merupakan bagian dari serangkaian serangan mematikan yang terjadi di Jalur Gaza, termasuk beberapa serangan pesawat yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa.

    Dari laporan yang ada, dua orang dilaporkan tewas akibat serangan di lingkungan Remal, dan satu orang lainnya tewas di dekat Rumah Sakit Lapangan Yordania di Sabra.

    Selain itu, tujuh orang ditemukan tewas di reruntuhan rumah setelah serangan di kamp pengungsi Maghazi.

    Apa yang Terjadi Selanjutnya di Beit Hanoun?

    Kehadiran militer Israel di Rafah, selatan Gaza, juga dilaporkan sedang mengalami revitalisasi, dengan Brigade Kiryati mengambil alih dari Brigade Nahal setelah tujuh bulan.

    Semua informasi ini menunjukkan ketegangan yang terus berlanjut di kawasan tersebut, yang semakin mempengaruhi kehidupan warga sipil di Gaza.

    Beit Hanoun sendiri, yang merupakan kota Palestina di tepi timur laut Jalur Gaza, memiliki populasi sekitar 52.237 jiwa pada tahun 2017 dan telah berada di bawah administrasi Hamas sejak pertengahan tahun 2007.

    Situasi yang kian memburuk ini menambah kompleksitas konflik di kawasan yang sudah penuh dengan ketegangan ini.

    Dengan latar belakang serangan yang terus berlangsung dan dampaknya yang parah terhadap kehidupan warga sipil, situasi di Beit Hanoun dan Gaza secara keseluruhan tetap menjadi perhatian dunia.

     

    (oln/anews/khbrn/*)

     

  • Pilot Jeju Air Sempat Beri Kode Darurat Usai Terima Peringatan ‘Bird Strike’

    Pilot Jeju Air Sempat Beri Kode Darurat Usai Terima Peringatan ‘Bird Strike’

    Jakarta

    Menara pengawas Bandara Internasional Muan, Korea Selatan sempat memberikan peringatan bird strike atau gangguan serangan burung sebelum pesawat Jeju Air kecelakaan. Peringatan itu dikeluarkan enam menit sebelum kecelakaan maut terjadi.

    Dikutip Yonhap, Minggu (29/12/2024), menurut jumpa pers Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi yang mengawasi keselamatan penerbangan, menara pengawas mengeluarkan peringatan pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.

    Pilot pesawat kemudian mengumumkan mayday pukul 8:58 pagi dan berusaha mendarat pada pukul 9 pagi. Namun tiga menit kemudian pesawat tergelincir pada pukul 9:03 pagi saat mendarat tanpa roda pendaratan.

    “Saat mencoba mendarat di landasan pacu No 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan pilot mengumumkan mayday tak lama setelahnya,” kata kementerian tersebut.

    Para pejabat mengatakan menara kontrol memberikan izin untuk mendarat di arah yang berlawanan di landasan pacu, setelah itu pilot mencoba mendarat hingga melewati landasan pacu dan menabrak dinding.

    Jumlah korban tewas dalam kecelakaan pesawat Jeju Air bertambah jadi 151 orang. Saat ini operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung.

    “Sejauh ini dua orang diselamatkan, 151 dipastikan meninggal,” kata Badan Pemadam Kebakaran Nasional dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.

    (idn/knv)

  • Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Bertambah Jadi 151 Orang

    Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Bertambah Jadi 151 Orang

    Jakarta

    Jumlah korban tewas dalam kecelakaan pesawat Jeju Air yang membawa 181 orang di Bandara International Muan, Korsel bertambah. Badan Pemadam Kebakaran Korsel melaporkan saat ini korban tewas berjumlah 151 orang.

    “Sejauh ini dua orang diselamatkan, 151 dipastikan meninggal,” kata Badan Pemadam Kebakaran Nasional dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP, Minggu (29/12/2024).

    Saat ini operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Keluarga dan kerabat korban berkumpul di Bandara Muan.

    Adapun kecelakaan itu terjadi pukul 9 pagi waktu setempat. Pesawat Boeing 737-800 itu membawa 175 penumpang dan enam orang awak. Pesawat tersebut berangkat dari Bangkok pada pukul 01.30 pagi dan dijadwalkan tiba di Muan sekitar pukul 08.30 pagi.

    Pesawat tersebut tergelincir di tanah tanpa roda pendaratan yang terpasang. Pesawat kemudian menabrak tembok beton sebelum meledak dan terbakar.

    “Setelah pesawat menabrak dinding, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah,” kata seorang pejabat badan pemadam kebakaran, dikutip Yonhap.

    “Pesawat itu hampir hancur total, dan sulit untuk mengidentifikasi korban tewas. Kami sedang dalam proses evakuasi jenazah, yang akan memakan waktu,” sambungnya.

    (idn/knv)

  • Menlu Ucapkan Duka kepada Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat Jeju Air

    Menlu Ucapkan Duka kepada Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat Jeju Air

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Luar Negeri RI Sugiono turut menyampaikan duka cita atas kecelakaan tragis pesawat Jeju Air di Bandara International Muan, Korea Selatan, Minggu (29/12).

    Ia mengungkapkan rasa belasungkawa dan duka cita atas kejadian itu. Sugiono juga menyampaikan doa dan dukungannya untuk semua pihak yang terkena dampak kecelakaan tersebut.

    “Kami sangat berduka cita atas insiden tragis pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan,” ujar Sugiono via akun Twitter/X @Menlu_RI.

    “Doa dan dukungan kami menyertai para korban, keluarga mereka, dan semua yang terkena dampak dari insiden menghancurkan ini,” lanjutnya.

    Pesawat Jeju Air bernomor penerbangan 7CC216 mengalami kecelakaan ketika hendak mendarat di Bandara Internasional Muan Korea Selatan. Pesawat itu semula terbang dari Bangkok ke Korea, tetapi mengalami masalah jelang pendaratan.

    Berdasarkan sejumlah sumber, mesin pesawat itu mengalami kerusakan akibat menabrak kawanan burung. Di sisi lain, ketika akan mendarat, pesawat juga tidak mengeluarkan roda pendaratan hingga kehilangan kendali di landasan pacu.

    Pesawat kemudian menabrak dinding pagar dan mengeluarkan gumpalan asap, sebelum seluruh badan pesawat terbakar.

    Petugas kebakaran kemudian mendatangi lokasi untuk melakukan evakuasi dan penyelidikan dari insiden tersebut. Menurut data per Minggu (29/12) pukul 14.42 waktu Korea, jumlah korban tewas sudah menyentuh angka 120 orang.

    Catatan itu sudah melampaui setengah dari total manusia yang ada di dalam pesawat saat insiden terjadi. Pesawat Jeju Air dengan penerbangan 7C2216 itu membawa 181 orang, terdiri dari 175 penumpang dan 6 kru pesawat.

    Di sisi lain, terdapat dua korban selamat yang semuanya merupakan pramugari. Keduanya juga telah dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

    (frl/mik)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kecelakaan Jeju Air Diduga Akibat Tabrak Burung dan Cuaca Buruk

    Kecelakaan Jeju Air Diduga Akibat Tabrak Burung dan Cuaca Buruk

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kecelakaan pesawat Jeju Air yang terjadi di Bandara Internasional Muan Korea Selatan, Minggu (29/12), diduga disebabkan dua hal, yakni tabrakan dengan kawanan burung dan cuaca buruk.

    Diberitakan AFP, pemadam kebakaran Korea Selatan menyatakan dua penyebab itu memantik kerusakan mesin. Namun, penjelasan rinci terkait penyebab akan diumumkan setelah investigasi gabungan selesai.

    “[Penyebab] diduga adalah tabrakan burung yang dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk,” ujar Kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Muan Lee Jeong-hyun.

    “Namun, penyebab pastinya akan diumumkan setelah penyelidikan bersama,” lanjutnya.

    Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea juga merilis pernyataan terkait kronologi di landasan pacu. Menara pengawas disebut sempat memberi peringatan tabrakan burung kepada pilot.

    Peringatan itu membuat pesawat tersebut sempat mencoba mendarat lagi di landasan. Namun, upaya itu tidak berhasil, pesawat justru mendarat tanpa roda pendaratan.

    Pesawat kemudian hilang kendali dan keluar dari landasan pendaratan, lalu menabrak pagar, dan hancur hingga memicu kepulan api.

    “Butuh waktu sekitar tiga menit dari saat menara pengawas menyampaikan peringatan tabrakan burung hingga pesawat berupaya mendarat di landasan lagi,” ujar pernyataan resmi Kementerian Pertanahan Korea.

    Pernyataan itu juga menjelaskan bahwa pilot sempat menyerukan panggilan Mayday dua menit sebelum kecelakaan. Namun, insiden itu tidak terhindarkan hingga menelan ratusan korban jiwa.

    Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi juga menilai kecelakaan itu tak disebabkan karena landasan yang terlalu pendek. Landasan itu dinilai bukan menjadi faktor lantaran panjangnya mencapai 2,8 kilometer.

    Pesawat dengan ukuran serupa juga bisa beroperasi dengan normal tanpa masalah sebelumnya. Dengan begitu, faktor ukuran lintasan pacu dinilai tak ikut berpengaruh dalam kecelakaan.

    “Landasan pacu itu panjangnya 2.800 meter, dan pesawat berukuran serupa telah beroperasi di sana tanpa masalah,” ujarnya.

    “Kecelakaan ini tidak mungkin disebabkan oleh panjangnya landasan pacu,” sambung pernyataan tersebut.

    Kecelakaan itu menelan ratusan korban jiwa yang hampir seluruhnya adalah penumpang. Menurut data per Minggu (29/12) pukul 14.42 waktu Korea, jumlah korban tewas sudah menyentuh angka 120 orang.

    Catatan itu sudah melampaui setengah dari total orang yang ada di dalam pesawat saat insiden terjadi. Pesawat Jeju Air dengan penerbangan 7C2216 itu membawa 181 orang, terdiri dari 175 penumpang dan 6 kru pesawat.

    Terdapat dua korban selamat yang semuanya merupakan pramugari. Keduanya telah dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

    (frl/tsa)

    [Gambas:Video CNN]

  • 7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

    7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

     7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

    TRIBUNJATENG.COM – Inilah 7 fakta kecelakaan pesawat Jeju Air di bandara Muan, Korea Selatan.

    Kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 dari Bangkok pada Minggu pagi (29/12/2024) telah menjadi salah satu tragedi penerbangan terburuk di Korea Selatan.

    Berikut adalah tujuh fakta insiden ini:

    1. Pesawat Mengalami Masalah pada Roda Pendarat

    Pesawat Boeing 737-800 mengalami masalah pada roda pendarat saat mendekati landasan pacu Bandara Internasional Muan.

    Pilot mencoba melakukan “go-around,” atau manuver untuk mengelilingi landasan dan mencoba mendarat ulang.

    Akan tetapi pendaratan darurat dengan “belly landing” tetap berakhir dengan bencana.

    2. Tabrak Tembok Perimeter dan Terbakar Hebat

    Saat gagal memperlambat kecepatan di ujung landasan, pesawat menabrak struktur beton perimeter bandara.

    Tabrakan tersebut menyebabkan badan pesawat terbelah dan sebagian besar fuselagenya terbakar hebat.

    3. 120 Korban Jiwa Ditemukan, 59 Orang Masih Hilang

    Otoritas kebakaran telah menemukan 120 jenazah di lokasi kecelakaan.

    Korban yang telah diidentifikasi mencakup 54 pria, 57 wanita, dan sembilan jenazah yang belum dapat dipastikan identitasnya.

    Sebanyak 59 orang masih hilang, namun pihak berwenang menyatakan bahwa peluang untuk menemukan mereka dalam keadaan hidup hampir tidak ada.

    4. Hanya Dua Orang yang Selamat

    Hanya dua orang, yakni satu penumpang dan satu awak kabin, yang berhasil diselamatkan dari bagian ekor pesawat.

    Keduanya saat ini menjalani perawatan dengan luka sedang hingga parah di rumah sakit setempat.

    5. Mayoritas Penumpang Adalah Wisatawan Natal

    Pesawat ini membawa 175 penumpang, termasuk 173 warga negara Korea Selatan dan dua warga negara Thailand, serta enam awak kabin.

    Banyak di antaranya adalah keluarga yang baru kembali dari liburan paket Natal di Thailand.

    6. Lokasi Kecelakaan Dibagi Menjadi Tiga Zona Pencarian

    Tim penyelamat telah membagi lokasi kecelakaan menjadi tiga zona untuk mempercepat pencarian korban yang hilang.

    Namun, kerusakan parah pada badan pesawat dan kebakaran besar menghambat proses penyelamatan.

    7. Respon Cepat Pemerintah dan Jeju Air

    Plt Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, langsung memimpin respons darurat dengan memobilisasi semua sumber daya yang tersedia.

    Jeju Air juga telah mengaktifkan protokol darurat perusahaan, menyediakan bantuan untuk keluarga korban, dan menyampaikan permintaan maaf yang mendalam.

    Itulah 7 fakta kecelakaan pesawat Jeju Air. Investigasi penyebab kecelakaan terus berlanjut, dengan dugaan awal mengarah pada bird strike sebagai penyebab utama kerusakan roda pendarat pesawat. (*)

  • Bertambah, Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Kini 176 Orang

    Korban Tewas Jadi 122 Orang

    Jakarta

    Jumlah korban tewas akibat kecelakaan Jeju Air yang membawa 181 orang di Bandara International Muan, Korea Selatan, bertambah. Kini total korban tewas menjadi 122 orang.

    Dilansir kantor berita Yonhap, Minggu (29/12/2024), pihak berwenang mengonfirmasi terdapat 122 orang tewas akibat kecelakaan tersebut hingga pukul 14.47 waktu setempat.

    Diketahui, kecelakaan itu terjadi pada pukul 09.07 pagi, ketika pesawat Jeju Air keluar landasan pacu saat mendarat dan bertabrakan dengan tembok pagar di Bandara Internasional Muan di wilayah Muan, Provinsi Jeolla Selatan.

    Dalam video yang ditayangkan oleh stasiun TV lokal menunjukkan pesawat itu mencoba mendarat tanpa roda pendaratan yang terpasang. Pesawat itu tergelincir di tanah, menabrak dinding beton sebelum meledak dan dilalap api.

    Para pejabat yakin bahwa kegagalan roda pendaratan, mungkin karena tabrakan burung, mungkin menjadi penyebab kecelakaan itu. Mereka memulai penyelidikan di lokasi untuk menentukan penyebab pastinya.

    Sebanyak 2 orang selamat dari kecelakaan tersebut. Dikatakan seorang pejabat pemadam kebakaran, usai pesawat menabrak tembok, sejumlah penumpang terlempar keluar dari pesawat sehingga ia menduga peluang penumpang lainnya selamat sangat rendah.

    “Setelah pesawat menabrak tembok, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah,” kata seorang pejabat pemadam kebakaran.

    “Pesawat itu hampir hancur total, dan sulit untuk mengidentifikasi korban tewas,” kata pejabat itu.

    “Kami sedang dalam proses menemukan jenazah, yang akan memakan waktu,” tambahnya.

    Pihak berwenang Jeolla Selatan menaikkan peringatan darurat ke tingkat tertinggi dan mengerahkan semua personel penyelamat dan polisi yang tersedia ke lokasi kecelakaan.

    Penjabat Presiden Choi Sang-mok mendeklarasikan daerah Muan sebagai zona bencana khusus saat ia mengunjungi lokasi kecelakaan untuk menginstruksikan para pejabat agar melakukan upaya maksimal untuk operasi pencarian.

    Choi juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada anggota keluarga yang ditinggalkan dan berjanji untuk menawarkan mereka semua bantuan pemerintah yang memungkinkan.

    (yld/knv)

  • Pesan Terakhir Penumpang Jeju Air Ungkap Detik-detik Sebelum Kecelakaan di Korsel – Halaman all

    Pesan Terakhir Penumpang Jeju Air Ungkap Detik-detik Sebelum Kecelakaan di Korsel – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM – Terjadi kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024) pagi.

    Berdasarkan informasi terbaru, korban tewas akibat insiden tersebut kini berjumlah 96 orang. 

    Adapun salah satu korban sempat membagikan pesan ke keluarganya sebelum kecelakaan terjadi.

    Dilansir dari Koreaboo, seorang anggota keluarga dari salah satu penumpang pesawat Jeju Air membagikan tangkapan layar pesan KakaoTalk sebelum kehilangan kontak. 

    Dalam obrolannya, anggota keluarga tersebut mengatakan belum berhasil menghubungi penumpang tersebut sejak saat itu.

    Berikut isi pesan tersebut:

    Penumpang: Kami sedang menahan.

    Penumpang: Seekor burung masuk ke sayap…

    Keluarga: Hah?

    Penumpang: …jadi kami belum bisa mendarat.

    Keluarga: Sejak kapan?

    Penumpang: Barusan.

    Penumpang: Haruskah aku membuat surat wasiat?

    Sebelumnya, pesawat Jeju Air yang mengangkut 175 penumpang dan enam kru dari Thailand itu gagal mendarat dan menabrak tembok di Bandara Internasional Muan pada Minggu sekira pukul 09.00 waktu setempat.

    Pihak berwenang di lokasi kejadian dan pakar penerbangan masih menyelidiki penyebab kecelakaan.

    Dengan begitu, dugaan kecelakaan pesawat setelah menabrak seekor burung.

    Namun, belum ada informasi yang dapat diverifikasi.

    Hingga saat ini, dilaporkan total korban tewas mencapai 96 orang. 

    Adapun mayoritas korban tewas adalah penumpang yaitu terdiri dari 47 penumpang laki-laki dan 48 penumpang perempuan.

    Bahkan, menurut pihak pemadam kebakaran setempat, ada satu penumpang anak-anak yang turut menjadi korban tewas.

    Di sisi lain, ada dua orang yang berhasil diselamatkan di mana mereka adalah kru dari pesawat tersebut.

     

     

  • Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    TRIBUNJATENG.COM – Sebuah kecelakaan tragis terjadi pada Minggu (29/12/2024) ketika pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 dari Bangkok gagal mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan.

    Pesawat jenis Boeing 737-800 yang membawa 175 penumpang dan enam awak tersebut menabrak tembok perimeter bandara dan terbakar hebat.

    Berdasarkan data pukul 13.36 WIB, pemadam kebarakan telah menemukan 120 jenazah di TKP.

    Korban yang telah diidentifikasi mencakup 54 pria, 57 wanita, dan sembilan jenazah yang belum dapat dipastikan identitasnya.

    Sebanyak 59 orang masih hilang, namun pihak berwenang menyatakan bahwa peluang untuk menemukan mereka dalam keadaan hidup nyaris tak ada.

    Kecelakaan terjadi sekitar pukul 09.03 waktu setempat ketika pesawat mengalami masalah pada roda pendarat.

    Menurut laporan Yonhap, dilansir Tribunjateng.com dari Guardian.com, pilot mencoba mendarat dengan kondisi roda pendarat tidak dapat berfungsi dengan baik.

    Pesawat sempat melakukan manuver “go-around” untuk mencoba mendarat ulang, namun upaya ini berakhir tragis.

    Saat mendekati ujung landasan pacu, pesawat kehilangan kecepatan yang cukup untuk berhenti dan menghantam struktur beton.

    Badan pesawat terbelah menjadi beberapa bagian, dengan ekor pesawat terbakar hebat.

    “Kami mendengar suara dentuman keras diikuti dengan kobaran api besar,” ujar seorang saksi mata seperti yang dilaporkan Newsis.

    Menurut otoritas pemadam kebakaran, kebakaran awal berhasil dipadamkan pada pukul 09.46, sekitar 43 menit setelah laporan pertama diterima.

    Hingga pukul 11.40, sebanyak 62 korban tewas telah diidentifikasi.

    Selain itu, dua orang berhasil selamat, yakni satu penumpang dan satu awak pesawat.

    Keduanya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.

    Tim penyelamat terus melakukan pencarian di antara puing-puing pesawat, meskipun sebagian besar badan pesawat telah hancur tak berbentuk kecuali bagian ekor.

      

      

    Beberapa korban dilaporkan terlempar keluar dari pesawat akibat benturan keras.

    “Jumlah korban tewas kemungkinan masih bertambah, mengingat banyak jasad yang masih berada di dalam badan pesawat,” ujar pemadam kebakaran setempat.

    Plt Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, memimpin langsung penanganan bencana ini.

    Ia tiba di Bandara Muan pada pukul 12.55 untuk memantau situasi.

    “Tidak ada kata-kata yang cukup untuk mengungkapkan duka atas tragedi ini. Pemerintah akan memberikan dukungan penuh kepada keluarga korban,” ujar Choi dalam pernyataannya di lokasi kejadian.

    Choi sebelumnya telah menginstruksikan mobilisasi semua peralatan dan personel yang tersedia untuk operasi penyelamatan.

    Ia juga mengaktifkan Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat sebagai tanggapan terhadap insiden ini.

    Berdasarkan informasi awal, dugaan awal penyebab kecelakaan adalah bird strike yang mengganggu fungsi roda pendarat.

    Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan pesawat mencoba mendarat tanpa roda pendarat yang terbuka, meskipun keasliannya masih diverifikasi.

    Jeju Air telah mengubah tampilan situs webnya menjadi latar belakang hitam sebagai tanda duka.

    Dalam pernyataan resminya, maskapai tersebut mengkonfirmasi bahwa pesawat membawa 175 penumpang dan enam awak, termasuk dua warga negara Thailand.

    “Kami telah mengaktifkan protokol darurat perusahaan dan membentuk tim khusus untuk mendukung keluarga korban. Kami sangat menyesal atas kecelakaan ini,” tulis Jeju Air.

    Boeing selaku produsen pesawat juga menyatakan simpati mendalam kepada keluarga korban.

    “Kami siap mendukung Jeju Air dan otoritas terkait dalam penyelidikan ini,” ujar juru bicara Boeing.

    Sebagai informasi, rute penerbangan Muan-Bangkok baru saja diluncurkan tiga minggu yang lalu tepatnya 8 Desember 2024.

    Rute penerbangan ini merupakan bagian dari upaya menghidupkan kembali layanan internasional Bandara Muan setelah 17 tahun.

    Di sisi lain, Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan belasungkawa melalui platform media sosial X.

    Ia juga meminta kementerian luar negeri Thailand untuk menyelidiki situasi dan memastikan keselamatan warganya. (*)