Kasus: Insiden penembakan

  • Penembakan di Gereja AS Tewaskan 2 Orang, Pelaku Ditembak Mati

    Penembakan di Gereja AS Tewaskan 2 Orang, Pelaku Ditembak Mati

    Kentucky

    Insiden penembakan mematikan terjadi di sebuah gereja di Kentucky, Amerika Serikat (AS), pada Minggu (13/7) waktu setempat. Sedikitnya dua wanita tewas dan tiga orang lainnya, termasuk seorang polisi negara bagian, mengalami luka-luka, dengan sang pelaku penembakan tewas ditembak.

    Kepala Kepolisian Lexington, Lawrence Weathers, seperti dilansir Associated Press, Senin (14/7/2025), menyebut pelaku awalnya membajak sebuah kendaraan saat pencegatan lalu lintas di dekat bandara Lexington, dan melarikan diri ke Gereja Baptis Richmond Road, di mana pelaku kemudian melepaskan tembakan.

    Dua wanita yang berusia 72 tahun dan 32 tahun, menurut petugas koroner setempat, tewas dalam penembakan di gereja tersebut. Dua orang lainnya mengalami luka-luka akibat penembakan di gereja yang sama dan telah dilarikan ke rumah saki setempat.

    Salah satu korban mengalami luka kritis, dan satu korban lainnya dalam kondisi stabil.

    Weathers mengatakan pelaku ditembak oleh polisi dan tewas seketika di lokasi kejadian. Identitas pelaku penembakan juga belum diungkap ke publik.

    Motif di balik insiden pembajakan kendaraan dan penembakan itu belum diketahui secara jelas. Menurut Weathers, informasi awal menunjukkan bahwa pelaku mungkin memiliki hubungan dengan orang-orang di gereja tersebut.

    Seorang polisi negara bagian, yang tidak disebut identitasnya, mengalami luka-luka saat melakukan pencegatan lalu lintas yang melibatkan pelaku. Disebutkan oleh Weathers bahwa polisi negara bagian itu mencegat kendaraan yang digunakan pelaku setelah menerima peringatan soal nomor plat kendaraan itu.

    Lihat juga Video ‘Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas’:

    Polisi negara bagian itu, sebut Weathers, ditembak pada pukul 11.30 waktu setempat. Sang polisi kini dalam kondisi stabil di rumah sakit setempat.

    Dalam penjelasannya, Weathers mengatakan bahwa pihak kepolisian melacak kendaraan yang dibajak itu hingga ke gereja tersebut, yang berjarak sekitar 26 kilometer dari lokasi sang polisi negara bagian ditembak.

    Insiden penembakan ini masih dalam penyelidikan otoritas setempat.

    Lihat juga Video ‘Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mengusut Kasus Penembakan yang Dilakukan Anak Bupati Majalengka

    Mengusut Kasus Penembakan yang Dilakukan Anak Bupati Majalengka

    JAKARTA – Urusan bisnis, khususnya utang piutang menjadi salah satu motif terjadinya tindak pidana. Salah satu contohnya adalah kasus penembakan yang dilakukan anak Bupati Majalengka Karna Sobahi, Irfan Nur Alam.

    Irfan menembak Panji Pamungkasandi yang saat itu menagih hutang proyek pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) senilai Rp500 juta.

    Insiden penembakan tersebut bermula ketika Panji berkomunikasi dengan Irfan terkait pelunasan proyek yang telah berlangsung sejak April 2019. Dari komunikasi itu disepakati untuk bertemu di di Ruko Hana Sakura, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

    Minggu, 10 November, malam, keduanya bertemu. Utang itu dibayar. Hanya saja, tanpa alasan yang jelas Irfan menembakan pistol ke arah Panji. Tangan kiri Panji terluka. 

    Sadar tangannya terluka, Panji bergegas ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Setelah itu, dia melapor polisi untuk menyelesaikan perkara tersebut.

    Berdasarkan laporan itu, polisi memulai penyelidikan. Tiga hari berselang, Irfan ditetapkan sebagai tersangka. Dia disangkakan Pasal 170 KUHP tentang penganiyaan dan undang-undang darurat no 12 tahun 1951 tentang penggunaan senjata api. 

    Meski jadi tersangka, Irfan tak ditahan. Alasannya, Irfan akan diperiksa berlebih dahulu yang sesuai jadwal pada Jumat, 15 November.

    “Hari ini kita periksa (Irfan). (Soal penahanan) Nanti penyidik yang akan menentukan,” ucap Kapolres Majalengka, AKBP Mariyono kepasa VOI, Jumat, 14 November.

    Sementara, pistol yang digunakan Irfan telah disita sebagai barang bukti. Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa senjata tersebut hanya berisi peluru karet ketika digunakan untuk menembak Panji.  Hanya saja, polisi masih menelusuri perizinan kepemilikan senjata api tersebut.

    “Iya betul, senjatanya berisi peluru karet bukan peluru tajam,” kata Martono.

    Kasus penembakan tersebut pun disoroti Ketua Komisi III DPR-RI Herman Herry. Politikus PDI Perjuangan ini meminta polisi mengusut tuntas kasus penembakan tersebut, serta menyelesaikan ini secepatnya agar tak berlarut guna menghindari opini negatif di masyarakat.

    “Saya imbau kepada Kapolda Jabar (Irjen Rudy Sufahriadi) untuk perintahkan jajarannya dalam penegakan hukum hendaknya objektif dan profesional, terlebih dalam menangani kasus penembakan dan menarik perhatian publik,” ucap Herman, Kamis, 13 November.

    “Segera ambil langkah-langkah profesional penyidikan, jangan bertele-tele sehingga membuat para pihak curiga bahwa polisi tidak profesional,” tambah Herman.

  • Polda Sulsel Kejar Pelaku Penembakan Staf Desa di Gowa

    Polda Sulsel Kejar Pelaku Penembakan Staf Desa di Gowa

    JAKARTA – Polda Sulawesi Selatan (Sulel) menurunkan tim untuk membantu mengejar pelaku penembakan menggunakan senapan angin terhadap korban staf Desa Panaikang bernama Hardianto (35) oleh orang tidak dikenal di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.  

    “Iya, di back up (dibantu), Insyaallah (sampai) tertangkap (pelakunya),” kata Direktur Ditreskrimum Polda Sulsel Kombes Setiadi Sulaksono dikutip ANTARA, Sabtu, 28 Juni.

    Dikonfirmasi terpisah, Kepala Unit Satuan Reskrim Polres Gowa Ipda Andi Muhammad Alfian menyatakan tim sudah mendapat titik terang ciri-ciri terduga pelaku penembakan tersebut. 

    “Untuk terduga pelaku yang kami curigai sementara ini dalam pengejaran tim. Sudah ada saksi diperiksa” ujarnya saat ditanyakan sampai di mana proses penyelidikan terhadap kasus tersebut.  

    Sebelumnya, insiden penembakan korban oleh OTK diduga kuat menggunakan senapan angin pada Kamis (26/5) dini hari, di Dusun Jenetallasa, Desa Panaikang, Kecamatan Pattalassang, Gowa.

    Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Bahtiar menegaskan tim telah melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut. Selanjutnya, petugas menganalisa kronologi kejadian termasuk jenis senjata digunakan.  

    “Jenis senjata ini sementara kami dalami, sambil menunggu proyektil yang bersarang dikeluarkan (di tubuh korban) dengan cara dioperasi. Lalu, kita uji lab untuk menentukan apakah jenis senjata yang digunakan. Sampai saat ini kita belum mengetahui siapa pelakunya,” paparnya.

     

    Saat itu korban berjalan dari menuju rumahnya sepulang dari rumah pamannya, namun terdengar suara ledakan.

    Korban sempat merasa dilempari batu oleh seseorang, tetapi dia lihat sekelilingnya tidak ada orang. 

    Namun koran memutuskan kembali ke rumah pamannya. Sesampai di sana, terlihat ada lubang pada baju dikenakan persis di bawah ketiaknya setelah diperiksa pamannya mengeluarkan darah, sehingga dirujuk ke RSUD Syekh Yusuf Gowa.  

  • Tentara Israel ‘Diperintahkan’ Tembaki Pencari Bantuan Tak Bersenjata di Gaza, Terkuak Pengakuan Mengejutkan

    Tentara Israel ‘Diperintahkan’ Tembaki Pencari Bantuan Tak Bersenjata di Gaza, Terkuak Pengakuan Mengejutkan

    PIKIRAN RAKYAT – Laporan terbaru dari surat kabar Haaretz memicu kemarahan internasional setelah mengungkap kesaksian bahwa tentara Israel penjajah diduga mendapat perintah langsung untuk menembaki warga Palestina tidak bersenjata yang sedang mengantre bantuan pangan di Gaza.

    Temuan ini memperkuat tuduhan bahwa aksi militer di lokasi distribusi bantuan bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang.

    Pengakuan Tentara: “Kami Menembakkan Senapan Mesin dan Melempar Granat”

    Dalam laporan Haaretz yang terbit Jumat 21 Juni 2025, beberapa tentara Israel penjajah yang identitasnya disamarkan mengaku bahwa mereka diinstruksikan menembak kerumunan warga Palestina, meski tahu para pencari bantuan tersebut tidak membawa senjata dan tak menimbulkan ancaman.

    “Kami menembakkan senapan mesin dari tank dan melemparkan granat,” kata seorang tentara kepada Haaretz.

    “Ada satu insiden di mana sekelompok warga sipil terkena serangan saat maju di bawah penutup kabut,” tuturnya menambahkan.

    Pengakuan serupa datang dari tentara lain yang menyebut bahwa di titik penempatan mereka di Gaza, antara satu hingga lima orang tewas setiap hari.

    “Ini adalah ladang pembunuhan,” ucapnya tegas.

    Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, hingga Kamis 20 Juni 2025, sedikitnya 549 warga Palestina tewas dan 4.066 lainnya terluka di lokasi distribusi bantuan yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Israel penjajah dan Amerika Serikat.

    Ironisnya, GHF yang didirikan Mei lalu justru menuai kritik tajam karena menjadi magnet penembakan massal di area distribusi. Beberapa pusat distribusi, menurut Al Jazeera, kini disebut warga Gaza sebagai “jebakan maut”.

    Israel Membantah, Namun Buka Penyelidikan

    Militer Israel penjajah menepis laporan tersebut. Dalam pernyataan resminya di Telegram, Angkatan Pertahanan Israel (IDF) menegaskan tuduhan itu tidak sesuai fakta lapangan.

    “Setiap tuduhan pelanggaran hukum atau perintah militer akan diperiksa secara menyeluruh, dan tindakan lebih lanjut akan diambil sesuai kebutuhan. Tuduhan api sengaja yang diarahkan kepada sipil tidak diakui di lapangan,” tutur pernyataan IDF.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel penjajah Benjamin Netanyahu bersama Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengecam laporan Haaretz sebagai “fitnah darah”.

    “IDF beroperasi dalam kondisi sulit melawan musuh teroris yang bersembunyi di balik populasi sipil,” kata Netanyahu dalam pernyataan dikutip The Times of Israel.

    Bagian dari Metode ‘Kontrol Kerumunan’?

    Nir Hasson, jurnalis Haaretz yang terlibat dalam investigasi, menjelaskan bahwa perintah menembak warga sipil ini bukan kebetulan.

    “Sebenarnya ini praktik untuk mengendalikan kerumunan dengan api. Jika Anda ingin kerumunan pergi dari suatu tempat, Anda tembakkan kepada mereka meskipun Anda tahu mereka tidak bersenjata,” kata Hasson dari Yerusalem Barat.

    Meski demikian, nama komandan yang diduga memberi perintah tembak tidak diungkapkan. Namun Hasson menduga orang tersebut memiliki jabatan tinggi di militer.

    Kecaman Dunia: “Pembantaian yang Menyamar Sebagai Bantuan”

    Temuan ini segera memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang menegaskan pentingnya akuntabilitas.

    “Kami tidak perlu laporan semacam itu untuk mengakui bahwa telah terjadi pelanggaran besar terhadap hukum internasional (di Gaza),” ujar Guterres dalam konferensi pers di New York.

    “Dan ketika ada pelanggaran hukum internasional, harus ada pertanggungjawaban,” ucapnya menambahkan.

    Organisasi medis internasional Doctors Without Borders (MSF) menyebut pusat distribusi bantuan GHF sebagai “pembantaian yang menyamar sebagai bantuan kemanusiaan.”

    Jebakan Maut di Tengah Kelaparan

    Banyak warga Gaza terjebak dalam pilihan tragis: menunggu makanan dengan risiko ditembak, atau mati perlahan karena kelaparan. Wartawan Al Jazeera, Hamdah Salhut, melaporkan dari Amman, Yordania.

    “Orang-orang di Gaza mengatakan pusat distribusi ini sekarang menjadi jebakan maut bagi warga Palestina. Mereka tidak punya pilihan: mati kelaparan atau mati mencari makanan yang sedikit,” katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

    Saat ini, GHF mengoperasikan empat titik distribusi: satu di Gaza Tengah dan tiga di Gaza Selatan. Namun, penembakan di area distribusi justru semakin sering terjadi sejak blokade Israel penjajah mencabut sebagian pembatasan per Mei lalu.

    Korban Terus Bertambah

    Sejak Israel penjajah memulai serangan ke Gaza pada Oktober 2023, data Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 56.331 orang tewas dan 132.632 orang terluka. Insiden penembakan di lokasi bantuan menambah panjang daftar korban sipil.***

  • Trump Sebut Gencatan Senjata di Gaza Bisa Tercapai Minggu Depan

    Trump Sebut Gencatan Senjata di Gaza Bisa Tercapai Minggu Depan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas bisa saja tercapai dalam waktu dekat, bahkan dalam satu minggu ke depan. Hal ini disampaikan Trump dalam pernyataan kepada media, menegaskan bahwa pihaknya melihat peluang besar bagi tercapainya kesepakatan damai sementara.

    “Saya pikir kita hampir sampai,” ujar Trump, dikutip dari CBS News, dikutip Sabtu (28/6/2025).

    Ia melanjutkan dengan menyatakan keyakinannya bahwa pekan depan dapat mencapai kesepakatan.

    Sejak beberapa pekan terakhir, Gedung Putih gencar mendorong solusi damai atas konflik berkepanjangan di Gaza yang telah menelan puluhan ribu korban jiwa. Salah satu upaya yang menonjol adalah proposal gencatan senjata selama 50 hingga 60 hari yang diajukan utusan Timur Tengah Presiden Trump, Steve Witkoff, pada akhir Mei lalu.

    Dalam proposal itu, Hamas diminta untuk membebaskan 10 sandera yang masih hidup dan menyerahkan jenazah 18 orang lainnya. Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 125 narapidana seumur hidup, 1.111 tahanan Palestina, serta 180 jenazah tahanan.

    Pemerintah Israel dikabarkan menyetujui kesepakatan tersebut. Namun, Hamas hanya merespons dengan berbagai catatan dan amandemen, yang kemudian dinilai oleh Witkoff tidak dapat diterima. Kebuntuan ini membuat pembicaraan sempat mandek, namun Trump tetap optimis bahwa titik temu bisa ditemukan dalam waktu dekat.

    Agresi Israel di Gaza bermula pada 7 Oktober 2023, usai Hamas melancarkan serangan ke wilayah selatan Israel dan menewaskan sekitar 1.200 orang, serta menculik lebih dari 250 sandera. Israel merespons dengan serangan udara dan darat besar-besaran ke Gaza, yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, telah menewaskan lebih dari 56.000 orang hingga saat ini. Beberapa jeda kemanusiaan sempat disepakati sejak awal 2025, namun tidak berlangsung lama dan pertempuran kembali berlanjut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus ditekan oleh keluarga sandera untuk segera mencapai kesepakatan. Namun, ia tetap berpegang pada sikap bahwa perang tidak akan berakhir sebelum Hamas dilumpuhkan. Netanyahu membuka kemungkinan adanya jeda sementara, tetapi hanya untuk kepentingan pembebasan sandera, bukan penghentian permanen operasi militer.

    Di tengah konflik yang terus memanas, bantuan kemanusiaan mulai disalurkan kembali melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah badan yang didukung oleh AS dan Israel. Distribusi bantuan ini sempat menuai kontroversi karena adanya insiden penembakan di sekitar lokasi pembagian makanan. Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, menyebut lokasi itu sebagai “jebakan maut”, meskipun pihak penyelenggara membantah tuduhan tersebut. Trump sendiri menilai sistem distribusi saat ini “berfungsi cukup baik.”

    Sementara itu, gencatan senjata terpisah antara Israel dan Iran yang diumumkan awal pekan ini dilaporkan masih berlangsung stabil, mengakhiri lebih dari satu pekan ketegangan antara dua negara tersebut.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Polisi jaga ketat para saksi penembakan WN Australia di Badung

    Polisi jaga ketat para saksi penembakan WN Australia di Badung

    ANTARA – Kapolres Badung, AKBP M. Arif Batubara memastikan keamanan korban selamat dalam insiden penembakan di sebuah vila di Desa Munggu, Sabtu (14/6) lalu, termasuk perlindungan terhadap istri korban yang juga menjadi saksi kunci. Dalam keterangannya di Badung, Sabtu (21/6), Kapolres menyatakan bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan bersama Kepolisian Federal Australia (AFP) guna mengungkap motif dan kemungkinan keterlibatan jaringan internasional dalam kasus ini. (Rita Laura/Agha Yuninda Maulana/Hilary Pasulu)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 72 Warga Gaza Tewas Ditembak Israel, Beberapa di Dekat Pusat Bantuan

    72 Warga Gaza Tewas Ditembak Israel, Beberapa di Dekat Pusat Bantuan

    Gaza

    Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan sebanyak 72 orang tewas dalam serangan terbaru militer Israel. Sebanyak 21 korban di antaranya tewas ditembak saat berkumpul di dekat lokasi distribusi bantuan.

    Dilansir AFP, Kamis (19/6/2025), juru bicara pertahanan sipil Gaza Mahmud Bassal mengatakan kepada AFP bahwa 6 orang tewas saat menunggu bantuan di Jalur Gaza selatan. Sementara 16 lainnya tewas di Gaza tengah, yang dikenal sebagai koridor Netzarim, tempat ribuan warga Palestina berkumpul setiap hari dengan harapan menerima jatah makanan.

    Militer Israel mengatakan kepada AFP bahwa pasukannya di koridor Netzarim, telah melepaskan tembakan peringatan ke tersangka yang mendekati mereka. Militer Israel berdalih “tidak mengetahui adanya individu yang terluka”.

    Sementara itu, militer Israel tidak mengomentari insiden yang terjadi di Gaza selatan.

    Jubir pertahanan sipil, Bassal, mengatakan bahwa di Gaza utara, Israel melancarkan 9 serangan terpisah. Sebanyak 51 orang dilaporkan tewas akibat gempuran Israel itu.

    Kesaksian Warga Gaza

    Bassam Abu Shaar, yang menyaksikan insiden penembakan di daerah Netzarim, mengatakan ribuan orang telah berkumpul di sana semalam. Mereka datang dengan harapan menerima bantuan di lokasi distribusi, saat dibuka pada pagi hari.

    Dia mengaku pasukan Israel melepaskan tembakan dengan senjata, penembakan dengan tank, dan bom yang dijatuhkan oleh drone.

    Abu Shaar mengatakan bahwa besarnya kerumunan itu membuat orang-orang tidak dapat melarikan diri. Dia menyebut korban tergeletak di tanah. Lokasi ini dalam jarak berjalan kaki dari titik distribusi, yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza.

    Setidaknya 300 warga Palestina telah tewas dalam beberapa minggu terakhir saat mencoba mencapai titik distribusi bantuan di Gaza, yang menderita kondisi seperti kelaparan. Data ini berdasarkan Kementerian Kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas itu.

    Pada awal Maret, Israel memberlakukan blokade bantuan di Gaza di tengah kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata, hanya melonggarkan sebagian pembatasan pada akhir Mei.

    Setelah Israel melonggarkan blokadenya, Yayasan Kemanusiaan Gaza yang dikelola secara pribadi mulai mendistribusikan bantuan. Yayasan ini didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel.

    Badan-badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan besar telah menolak untuk bekerja sama dengan yayasan tersebut, karena kekhawatiran bahwa yayasan itu dirancang untuk memenuhi tujuan militer Israel.

    (lir/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hari Paling Mematikan di Lokasi Bantuan, Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    Hari Paling Mematikan di Lokasi Bantuan, Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    PIKIRAN RAKYAT – Gaza kembali berduka. Pada hari Selasa 12 Juni 2025, pasukan Israel penjajah menembaki kerumunan warga Palestina yang sedang mengantre bantuan makanan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan.

    Sedikitnya 70 orang tewas dalam serangan tersebut, menjadikannya hari paling mematikan sejak pusat distribusi bantuan didirikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Serangan itu juga melukai lebih dari 200 orang, sebagian besar dalam kondisi kritis.

    Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    Menurut laporan saksi mata dan pernyataan dari petugas medis, pasukan Israel penjajah melepaskan tembakan dengan senapan mesin berat, peluru tank, dan drone tempur ke arah kerumunan warga yang sedang menunggu tepung dan makanan.

    “Drone Israel menembaki warga. Beberapa menit kemudian, tank Israel menembakkan beberapa peluru ke warga, yang menyebabkan sejumlah besar martir dan terluka,” tutur Mahmud Bassal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza.

    Serangan tersebut terjadi di sepanjang jalan timur utama kota Khan Younis, tempat warga berkumpul untuk mengakses distribusi makanan dari GHF. Para penyintas menggambarkan suasana mencekam saat suara tembakan dan ledakan menghantam kerumunan yang tidak bersenjata.

    “Saya selamat dengan keajaiban,” ucap Mohammed Abu Qeshfa, seorang warga yang lolos dari maut.

    “Tembakan berat dan penembakan tank menyasar kami tanpa henti,” ujarnya menambahkan.

    Yousef Nofal, salah satu saksi lainnya, menyebut peristiwa itu sebagai “pembantaian” dan mengaku melihat banyak tubuh berserakan tak bernyawa.

    “Prajurit menembaki orang-orang saat mereka mencoba melarikan diri,” katanya.

    Korban Terus Bertambah

    Petugas medis di Rumah Sakit Nasser melaporkan bahwa banyak korban datang dalam keadaan “hancur berkeping-keping” dan tidak bisa diidentifikasi karena luka-luka parah yang diderita. Sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk anak-anak.

    “Puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, tewas, dan tidak ada yang bisa membantu atau menyelamatkan nyawa,” tutur Saeed Abu Liba, warga Gaza yang menyaksikan kejadian.

    Menurut laporan Al Jazeera, lebih dari 300 orang telah tewas dan 2.800 lebih luka-luka sejak GHF memulai operasi bantuan pada 26 Mei lalu.

    PBB: “Ini Tidak Dapat Diterima”

    Insiden ini mendapat kecaman keras dari komunitas internasional. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres melalui juru bicaranya, Farhan Haq, menyatakan kemarahan atas jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar saat mereka hanya mencoba mencari makanan.

    “Sekretaris Jenderal mengutuk hilangnya nyawa dan cedera pada warga sipil di Gaza, di mana sekali lagi mereka ditembak saat mencari makanan. Ini tidak dapat diterima,” tutur Haq dalam pernyataan di Markas Besar PBB di New York.

    PBB juga menyebut angka resmi yang mengerikan: hingga 12 Juni, 338 orang tewas dan lebih dari 2.800 orang terluka saat mencoba mengakses bantuan pangan dari GHF.

    Blokade dan Tuduhan Terhadap GHF

    GHF, yang didukung oleh Israel penjajah dan Amerika Serikat, mulai mendistribusikan bantuan pangan setelah Israel penjajah mencabut sebagian blokade ketat terhadap makanan dan obat-obatan yang telah berlangsung selama hampir tiga bulan.

    Namun, organisasi-organisasi kemanusiaan internasional menolak bekerja sama dengan GHF karena dinilai tidak netral dan memprioritaskan kepentingan militer.

    Meski Israel penjajah mengklaim telah melakukan “tembakan peringatan” kepada individu yang dianggap mencurigakan, mereka tidak menyebutkan apakah tembakan tersebut mengenai warga sipil.

    Dalam praktiknya, hampir setiap hari terjadi insiden penembakan di sekitar lokasi distribusi bantuan.

    Sistem Kesehatan Gaza Runtuh

    Kondisi rumah sakit di Gaza juga semakin mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa krisis bahan bakar telah menyebabkan sebagian besar rumah sakit tidak dapat beroperasi.

    “Selama lebih dari 100 hari, tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza dan upaya untuk mengambil persediaan dari zona evakuasi telah ditolak,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

    Saat ini, hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi secara minimal, dengan total kapasitas sekitar 1.500 tempat tidur, turun lebih dari 45 persen dari kapasitas sebelum perang.***

  • Korban Tewas di Iran-Israel Bertambah, AS Blokir Rencana Israel

    Korban Tewas di Iran-Israel Bertambah, AS Blokir Rencana Israel

    Jakarta

    Enggak sempat mengikuti perkembangan Dunia Hari Ini? Kami sudah merangkum informasi yang terjadi di sejumlah negara dalam 24 jam terakhir.Edisi Senin, 16 Juni 2025 kita awali dari perkembangan terkini serangan Israel ke Iran.

    Korban tewas di Iran bertambah

    Berikut adalah perkembangan terbaru dari Israel dan Iran yang saling menembakkan rudal:

    Setidaknya 224 orang tewas di Iran sejak konflik dimulai pada hari Jumat (13/06) berdasarkan laporan media pemerintah Iran yang mengutip kementerian kesehatan.Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel meningkat menjadi 16 orang. Layanan penyelamatan Magen David Adom melaporkan setidaknya 10 orang tewas dalam serangan pada Minggu (15/06) malamMedia pemerintah Iran mengonfirmasi jika salah satu orang yang tewas dalam serangan Israel adalah kepala unit intelijen angkatan bersenjatanya.Pejabat Amerika Serikat dilaporkan sudah mengatakan bahwa Presiden Donald Trump memblokir rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ditanyai tentang rencana pembunuhan tersebut dalam wawancara Fox News, tapi ia tidak secara langsung membahasnya.Seorang perempuan tewas di Suriah setelah sebuah pesawat tak berawak dilaporkan jatuh di rumahnya, memicu kekhawatiran atas konflik regional yang lebih luas.Iran memberi tahu mediator Qatar dan Oman jika negaranya tidak terbuka dengan pilihan merundingkan gencatan senjata saat diserang Israel, berdasarkan laporan kantor berita Reuters.

    Apa yang memicu Iran dan Israel saling serang? PM Netanyahu mengatakan Israel menyerang Iran dalam upaya menghancurkan fasilitas nuklir, yang dianggapnya sebagai “ancaman eksistensial bagi Israel”.

    Serangan Israel ke Iran terjadi tak lama setelah pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa menyimpulkan Iran melanggar kewajibannya berdasarkan perjanjian nonproliferasi global.

    Anda bisa terus mengikuti perkembangannya di situs ABC News

    Pernyataan polisi soal penembakan Bali

    Polisi Bali menarik pernyataan sebelumnya yang mengatakan telah menangkap seorang tersangka terkait insiden penembakan yang menewaskan seorang warga Australia dan melukai seorang lainnya.

    Zivan Radmanovic, pria berusia 32 tahun asal Melbourne, tewas akhir pekan lalu, ketika dua pria membobol vila tempat ia menginap di daerah Canggu.

    Warga Australia lainnya, Sanar Ghanim, terluka parah dan sedang dirawat di rumah sakit.

    Tambahan 36 negara yang warganya dilarang ke AS

    Pemerintahan Presiden AS Donald Trump tengah mempertimbangkan untuk menambah pembatasan perjalanan, atau ‘travel ban’, terhadap warga negara dari 36 negara lagi, menurut memo internal Departemen Luar Negeri yang dilihat oleh kantor berita Reuters.

    Awal bulan ini, Presiden Trump sudah menandatangani dokumen melarang masuknya warga negara dari 12 negara, dengan alasan untuk melindungi Amerika Serikat dari “teroris asing” dan ancaman keamanan nasional lainnya.

    Alasan lain yang dikhawatirkannya adalah mereka berpotensi terlibat dalam aksi terorisme di Amerika Serikat, atau aktivitas antisemit dan anti-Amerika.

    “Departemen [Luar Negeri AS] mengidentifikasi 36 negara yang perlu dikhawatirkan [dan] mungkin kedatangannya direkomendasikan ditangguhkan secara penuh atau sebagian, jika mereka tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam waktu 60 hari,” demikian isi memo yang dikirim pada akhir pekan kemarin.

    Kamboja dan Thailand bersitegang

    Hari Minggu (15/06) kemarin, pemerintah Kamboja mengatakan sudah meminta Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menyelesaikan sengketa perbatasannya dengan Thailand, setelah pertikaian yang berlangsung lama hingga kedua negara menerjunkan pasukan ke perbatasan.

    Seorang tentara Kamboja tewas dalam pertempuran pada tanggal 28 Mei dalam konfrontasi di perbatasan sepanjang 820 kilometer, yang sebagian wilayahnya tidak jelas batasnya dan diklaim oleh kedua negara.

    “Kamboja memilih resolusi damai berdasarkan hukum internasional melalui mekanisme ICJ untuk menyelesaikan sengketa perbatasan,” unggah Perdana Menteri Hun Manet di halaman Facebook-nya.

    Kementerian Luar Negeri Thailand tidak segera menanggapi permintaan komentar, tapi Thailand sebelumnya mengatakan mereka tidak pernah mengakui yurisdiksi pengadilan dan lebih memilih untuk menyelesaikan sengketa melalui mekanisme bilateral.

    Sementara dalam pernyataannya, Kamboja mengatakan mereka telah mengusulkan kepada Thailand agar kedua negara bersama-sama membawa keempat wilayah sengketa ke ICJ.

    Lihat Video ‘Malam Mencekam di Yerusalem, Sirene Meraung Kala Iran Bombardir Israel’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Penembakan di Sekolah Austria Tewaskan 10 Orang

    Penembakan di Sekolah Austria Tewaskan 10 Orang

    Jakarta

    Penembakan terjadi pada pukul 10 waktu setempat di sekolah menengah atas Borg Dreierschtzengasse di kota Graz, selatan Austria. Operasi penyelamatan dilakukan setelah laporan masuk kepada pihak kepolisian setempat. Helikopter ikut dilibatkan dalam operasi penyelamatan para korban penembakan.

    Kepolisian Steiermark mengumumkan berhasil melakukan proses evakuasi “Situasi telah kembali aman,” jelas pihaknya, “Tidak ada bahaya baru yang terdeteksi,” laporan yang dirilis pada media X.

    Sebanyak sepuluh orang tewas dalam insiden penembakan ini, delapan diantaranya anak-anak dan satu orang dewasa, termasuk pelaku penembakan yang ditemukan tewas di lokasi kejadian.

    Berdasarkan informasi yang dirilis lembaga penyiaran ORF, penembak diperkirakan berusia 22 tahun dan merupakan mantan pelajar sekolah tersebut. Dalam aksinya ia menggunakan dua buah senjata, yakni sepucuk pistol dan senapan gentel, serta menembak di bekas ruang kelasnya. Pelaku dikatakan memiliki persenjataan tersebut secara legal.

    Merespon hal tersebut, Kanselir Federal Austria, Christian Stocker (VP), segera membentuk tim khusus untuk merespon kasus ini . “Kejadian penembakan di sebuah sekolah di Graz merupakan tragedi nasional yang sangat mengguncang seluruh negara kita,” tulis kanselir pada di Platform X.

    Ucapan belasungkawa turut disampaikan oleh Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen. “Sekolah adalah simbol harapan dan masa depan bagi kaum uda. Sangat berat menerima kenyataan ini ketika sekolah menjadi tempat yang mengancam nyawa dan penuh kekerasan.”

    Sekitar 160 petugas penyelamat dikerahkan merespon krisis ini. Palang Merah Austria memprediksikan setidaknya 50 orang terluka.

    Proyek penelitian Small Arms mencatat sekitar 30 dari 100 penduduk sipil di Austria memiliki senjata api. Meski pemerintah melarang kepemilikan senjata otomatis dan pump action namun revolver, pistol, dan senjata semi-otomatis masih diperbolehkan dengan izin khusus. Senapan dan senapan gentel diperbolehkan jika memiliki izin kepemilikan senjata api, izin menembak untuk berburu, atau merupakan anggota dari klub menembak.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris dengan sumber Reuters dan dpa

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor : Agus Setiawan/Rizki Nugraha

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini