Kasus: Demam berdarah dengue

  • Ratusan anak dan orang tua kampanyekan “Peduli Iklim Bebas DBD”

    Ratusan anak dan orang tua kampanyekan “Peduli Iklim Bebas DBD”

    Ratusan anak dan orang tua yang tergabung dalam Child Campaigner Save the Children Indonesia di Provinsi Jakarta kampanyekan gerakan edukasi bertema “Peduli Iklim Bebas DBD” di area Car Free Day (CFD) Jakarta, Minggu (17/11/2024). (ANTARA/Ho-Child Campaigner)

    Ratusan anak dan orang tua kampanyekan “Peduli Iklim Bebas DBD”
    Dalam Negeri   
    Calista Aziza   
    Minggu, 17 November 2024 – 12:27 WIB

    Elshinta.com – Ratusan anak dan orang tua yang tergabung dalam kelompok Child Campaigner Save the Children Indonesia di Provinsi DKI Jakarta menginisiasi gerakan edukasi bertema “Peduli Iklim Bebas DBD” di area Car Free Day (CFD) Jakarta Pusat, Minggu.

    “Melalui kampanye ini, kami ingin menunjukkan bahwa kami—anak dan orang muda—sebagai pihak yang paling terdampak dapat ikut membantu menghentikan penderitaan karena DBD yang dikhawatirkan terus terjadi lewat aksi yang kami lakukan dan aspirasi yang kami berikan. Sekarang saatnya untuk kita mulai peduli iklim dan basmi jentik untuk lingkungan yang lebih baik,” kata Anggota Child Campaigner Jakarta Elvira melalui keterangan resminya, Minggu.

    Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta dalam pertemuan para mitra di Balai Kota melaporkan per September 2024, sekitar 12 ribu kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di wilayah Jakarta.

    Yang semakin juga harus menjadi perhatian bersama adalah data yang dibagikan menyebutkan total angka DBD secara nasional mencapai 210.644 kasus dengan 1239 kematian terlaporkan dari 482 kabupaten/kota pada Oktober 2024. Hal ini memperlihatkan peningkatan 3 kali lipat dibanding tahun 2023 pada periode yang sama.

    “Kegiatan kampanye ini merupakan bagian dari Kampanye Nasional Aksi Generasi Iklim – Save the Children Indonesia yang bertujuan untuk memastikan agar anak-anak dan keluarga yang paling terdampak dari krisis iklim dapat bertahan hidup dan beradaptasi,” ujar Elvira.

    Para Child Campaigner yang tinggal di Jakarta mengalami dan mengamati sampah yang menumpuk, terutama yang berisi air tergenang seperti kaleng bekas, ban, botol plastik, atau wadah lainnya, menjadi habitat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, penyebab utama penularan DBD.

    Hal itu diperparah, ketika memasuki musim hujan, di mana beberapa area di Jakarta masih ditemukan adanya genangan yang berpotensi menjadi sarang bagi jentik nyamuk DBD ini.

    “Peningkatan kasus DBD salah satunya disebabkan fenomena El-Nino dan perubahan iklim. Inisiatif anak-anak hari ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan melakukan aksi nyata untuk mencegah kasus DBD yang terus bertambah. Karena satu nyawa sangatlah berharga.” ucap Interim Chief Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia Tata Sudrajat.

    Dia mengatakan bahwa peningkatan suhu bumi menjadi salah satu faktor mempercepat siklus hidup nyamuk Aedes aegypti yang berkontribusi pada peningkatan kasus DBD.

    “Permasalahan DBD di Jakarta mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup anak. Anak yang terkena DBD mengganggu aktivitas sekolah, bersosialisasi, dan bermain, dan bahkan dihadapkan dengan ancaman kematian,” katanya.

    Dia juga menjelaskan bahwa gerakan “Peduli Iklim Bebas DBD” ini merupakan puncak acara dari rangkaian kampanye yang telah dilakukan oleh Child Campaigner Jakarta selama 5 bulan terakhir.

    Selain melakukan jalan sehat, ratusan anak, orang muda serta para peserta CFD dapat menyaksikan mini talkshow, Pameran Edukasi, Permainan Interaktif tentang Krisis Iklim dan Cegah DBD serta kegiatan menarik lainnya. Beragam bentuk dialog, edukasi, dan kompetisi di sekolah-sekolah juga telah dilakukan dengan tema mengusung sekolah anti jentik nyamuk DBD.

    Sumber : Antara

  • Cuaca Hari Ini Minggu 17 November 2024: Hujan Diprediksi Guyur Jabodetabek Siang hingga Malam – Page 3

    Cuaca Hari Ini Minggu 17 November 2024: Hujan Diprediksi Guyur Jabodetabek Siang hingga Malam – Page 3

    Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut sebagai penyakit tropis yang paling serius ketika musim hujan tiba.

    Menurut ahli Keamanan dan Ketahanan Kesehatan dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, kasus demam berdarah dapat meningkat dari tahun ke tahun. Ini karena adanya pemanasan global, curah hujan, dan kelembapan.

    “Kasus demam berdarah ini akan cenderung semakin tahun semakin meningkat dan untuk diketahui yang paling rawan adalah anak-anak,” kata Dicky kepada Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Selasa 12 November 2024.

    Dia menambahkan, meski angka kematian global akibat dengue terbilang kecil, yakni 1 persen. Namun, angkanya bisa meningkat di negara-negara tropis hingga 50 persen jika tidak ditangani.

    “Angka kematian global di satu persen, kurang bahkan. Namun, dalam konteks beberapa negara tropis data menunjukkan ketika kasusnya sudah ditangani, angka kematiannya bisa sekitar 2 sampai 5 persen. Tapi kalau terlambat atau bahkan tidak ditangani, angka kematiannya bisa sampai 50 persen,” ucap Dicky.

    Dengue terbilang penyakit yang bisa sembuh sendiri tapi tanpa adanya akses pengobatan, sistem diagnosis, konsultasi, dan terapi pendukung maka penyakit ini bisa menjadi serius dan meningkatkan angka kematian.

    Mengingat pentingnya penanganan dengue, terutama di Indonesia yang termasuk negara tropis, maka Dicky mendorong pemerintah untuk melakukan antisipasi.

  • Cuaca Hari Ini Kamis 14 November 2024: Langit Pagi Jabodetabek Berawan Tebal – Page 3

    Cuaca Hari Ini Kamis 14 November 2024: Langit Pagi Jabodetabek Berawan Tebal – Page 3

    Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut sebagai penyakit tropis yang paling serius ketika musim hujan tiba.

    Menurut ahli Keamanan dan Ketahanan Kesehatan dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, kasus demam berdarah dapat meningkat dari tahun ke tahun. Ini karena adanya pemanasan global, curah hujan, dan kelembapan.

    “Kasus demam berdarah ini akan cenderung semakin tahun semakin meningkat dan untuk diketahui yang paling rawan adalah anak-anak,” kata Dicky kepada Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Selasa 12 November 2024.

    Dia menambahkan, meski angka kematian global akibat dengue terbilang kecil, yakni 1 persen. Namun, angkanya bisa meningkat di negara-negara tropis hingga 50 persen jika tidak ditangani.

    “Angka kematian global di satu persen, kurang bahkan. Namun, dalam konteks beberapa negara tropis data menunjukkan ketika kasusnya sudah ditangani, angka kematiannya bisa sekitar 2 sampai 5 persen. Tapi kalau terlambat atau bahkan tidak ditangani, angka kematiannya bisa sampai 50 persen,” ucap Dicky.

    Dengue terbilang penyakit yang bisa sembuh sendiri tapi tanpa adanya akses pengobatan, sistem diagnosis, konsultasi, dan terapi pendukung maka penyakit ini bisa menjadi serius dan meningkatkan angka kematian.

    Mengingat pentingnya penanganan dengue, terutama di Indonesia yang termasuk negara tropis, maka Dicky mendorong pemerintah untuk melakukan antisipasi.

  • Cuaca Besok Kamis 14 November 2024: Jakarta Pagi Berawan Tebal, Malam Turun Hujan – Page 3

    Cuaca Besok Kamis 14 November 2024: Jakarta Pagi Berawan Tebal, Malam Turun Hujan – Page 3

    Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut sebagai penyakit tropis yang paling serius ketika musim hujan tiba.

    Menurut ahli Keamanan dan Ketahanan Kesehatan dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, kasus demam berdarah dapat meningkat dari tahun ke tahun. Ini karena adanya pemanasan global, curah hujan, dan kelembapan.

    “Kasus demam berdarah ini akan cenderung semakin tahun semakin meningkat dan untuk diketahui yang paling rawan adalah anak-anak,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Selasa (11/12/2024).

    Dia menambahkan, meski angka kematian global akibat dengue terbilang kecil, yakni 1 persen. Namun, angkanya bisa meningkat di negara-negara tropis hingga 50 persen jika tidak ditangani.

    “Angka kematian global di satu persen, kurang bahkan. Namun, dalam konteks beberapa negara tropis data menunjukkan ketika kasusnya sudah ditangani, angka kematiannya bisa sekitar 2 sampai 5 persen. Tapi kalau terlambat atau bahkan tidak ditangani, angka kematiannya bisa sampai 50 persen.”

    Dengue terbilang penyakit yang bisa sembuh sendiri tapi tanpa adanya akses pengobatan, sistem diagnosis, konsultasi, dan terapi pendukung maka penyakit ini bisa menjadi serius dan meningkatkan angka kematian.

    Mengingat pentingnya penanganan dengue, terutama di Indonesia yang termasuk negara tropis, maka Dicky mendorong pemerintah untuk melakukan antisipasi.

  • Cuaca Hari Ini Rabu 13 November 2024: Mayoritas Jabodetabek Hujan Siang hingga Malam – Page 3

    Cuaca Hari Ini Rabu 13 November 2024: Mayoritas Jabodetabek Hujan Siang hingga Malam – Page 3

    Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut sebagai penyakit tropis yang paling serius ketika musim hujan tiba.

    Menurut ahli Keamanan dan Ketahanan Kesehatan dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, kasus demam berdarah dapat meningkat dari tahun ke tahun. Ini karena adanya pemanasan global, curah hujan, dan kelembapan.

    “Kasus demam berdarah ini akan cenderung semakin tahun semakin meningkat dan untuk diketahui yang paling rawan adalah anak-anak,” kata Dicky kepada Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Selasa 12 November 2024.

    Dia menambahkan, meski angka kematian global akibat dengue terbilang kecil, yakni 1 persen. Namun, angkanya bisa meningkat di negara-negara tropis hingga 50 persen jika tidak ditangani.

    “Angka kematian global di satu persen, kurang bahkan. Namun, dalam konteks beberapa negara tropis data menunjukkan ketika kasusnya sudah ditangani, angka kematiannya bisa sekitar 2 sampai 5 persen. Tapi kalau terlambat atau bahkan tidak ditangani, angka kematiannya bisa sampai 50 persen,” ucap Dicky.

    Dengue terbilang penyakit yang bisa sembuh sendiri tapi tanpa adanya akses pengobatan, sistem diagnosis, konsultasi, dan terapi pendukung maka penyakit ini bisa menjadi serius dan meningkatkan angka kematian.

    Mengingat pentingnya penanganan dengue, terutama di Indonesia yang termasuk negara tropis, maka Dicky mendorong pemerintah untuk melakukan antisipasi.

  • Waspadai Kasus DBD Meningkat di Musim Hujan, Ini Siasat Kemenkes RI

    Waspadai Kasus DBD Meningkat di Musim Hujan, Ini Siasat Kemenkes RI

    Jakarta

    Memasuki musim hujan, penyakit-penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD) mengalami peningkatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) memberikan imbauan terkait hal ini.

    Tim Kerja Arbovirosis Dirjen P2P Kemenkes Agus Handito mengungkapkan DBD masih menjadi masalah kesehatan yang cukup tinggi. Ini masih terus terjadi meski sudah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasinya.

    “Saat ini, prevalensi dengue di Indonesia menunjukkan tantangan yang serius. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, terutama terkait Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), kita masih melihat angka kasus yang fluktuatif setiap tahunnya,” kata Agus dalam gelar wicara ‘Lindungi Keluarga dari Ancaman DBD’, Sabtu (9/11/2024).

    Berdasarkan data Kemenkes, sampai dengan minggu ke-42 tahun 2024, terdapat 203.921 kasus dengue di 482 kabupaten/kota di 36 provinsi. Dengan 1.210 kematian di 258 kabupaten/kota di 32 provinsi.

    Maka dari itu, pihaknya semakin gencar mengajak masyarakat untuk melakukan vaksinasi DBD dosis lengkap untuk mencapai nol kematian akibat demam berdarah (Zero Dengue Death) pada tahun 2030.

    Saat ini, sudah ada dua jenis vaksin dengue yang telah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin ini dapat digunakan melalui skema berbayar.

    Lantas, Kapan Orang Boleh Mendapatkan Vaksin DBD?

    Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2004-2024, Prof Dr dr Soedjatmiko, SpA(K), mengungkapkan saat ini anak-anak di atas 5 tahun hingga orang dewasa usia 45 tahun bisa mendapatkan vaksinasi DBD. Tak terkecuali mereka yang sudah pernah terkena penyakit DBD.

    “Seperti kita tahu, virus dengue itu ada 4 macam. Jadi, kalau seorang anak atau dewasa sudah sembuh dari virus dengue tetap perlu divaksinasi. Kita nggak tau nanti terinfeksi berikutnya oleh virus tipe yang mana, karena untuk periksanya itu susah dan mahal,” jelas Prof Soedjatmiko.

    “Pokoknya, walaupun sudah kena dengue tetap bersihkan sarang nyamuk dan imunisasi dilakukan dua kali. Walaupun sudah sakit atau baru sembuh sakit, jaraknya sekitar 3 bulan setelahnya, kita vaksin lagi dan tetap akan dapat dua kali,” sambungnya.

    Meski DBD dapat menyerang semua usia, data menunjukkan hampir separuh kematian akibat DBD terjadi pada anak-anak berusia 5 hingga 14 tahun. Dengan angka kasus pada anak-anak usia sekolah sekitar 400-800 kasus. Mengapa bisa terjadi?

    Menurut Prof Soedjatmiko, ada dua alasan utama. Pertama, anak-anak di usia ini belum memiliki kekebalan tubuh yang cukup untuk melawan infeksi DBD.

    “Kedua, anak-anak sering terpapar gigitan nyamuk di sekolah, yang biasanya terjadi di siang hari, saat mereka bermain atau berkumpul,” katanya.

    NEXT: Terkait fogging dan gejala DBD yang muncul

  • Alert! Kemenkes Keluarkan 2 SE Antisipasi DBD-Leptospirosis, Kasusnya Meningkat di RI

    Alert! Kemenkes Keluarkan 2 SE Antisipasi DBD-Leptospirosis, Kasusnya Meningkat di RI

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menerbitkan dua Surat Edaran (SE) Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) terkait Antisipasi Peningkatan Kasus Dengue serta tentang Kewaspadan Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis dalam menghadapi musim penghujan saat ini.

    Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Aji Muhawarman mengatakan situasi kasus demam berdarah dengue (DBD) pada 2024 sampai dengan minggu ke-30 sebanyak 202.012 kasus, dengan Incident Rate (IR) sebesar 72,19 per 100.000 penduduk, serta dan 1.202 kematian dengan Case Fatality Rate sebesar 0,60 persen.

    “Kasus Dengue/DBD tersebut dilaporkan dari 481 kabupaten dan kota di 36 provinsi. Kematian DBD terjadi di 255 kabupaten dan kota di 32 provinsi,” kata Aji saat dihubungi detikcom, Minggu (10/11/2024).

    Tak hanya itu, Aji juga menyebut kasus leptospirosis cenderung meningkat setiap tahunnya. Di awal tahun, kata Aji, beberapa daerah sudah melaporkan peningkatan kasus leptospirosis, seperti di Jawa Barat 8 kasus dengan 2 meninggal, Jawa Tengah ada 19 kasus selama bulan Januari 2024.

    Terkait peningkatan kasus DBD, Aji mengatakan pihaknya mengimbau pemerintah daerah (pemda) dan publik untuk melakukan langkah-langkah antisipatif penyebaran DBD.

    Adapun langkah-langkahnya melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, yakni menguras penampungan air seperti bak mandi, menutup tempat penampungan air seperti drum dan tempayan, mendaur ulang barang bekas, dan Plus seperti memperbaiki saluran air dan lainnya.

    Sementara untuk Leptospirosis, pemda diharapkan melakukan kesiapsiagaan KLB Leptospirosis dengan meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dengan melakukan surveilans pada manusia dan deteksi dini kasus di daerah yang mempunyai faktor risiko.

    Misalnya, seperti daerah banjir, area pertanian dan persawahan, peternakan, serta yang populasi tikusnya tinggi.

    Dia juga menilai pentingnya melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar aman dari jangkauan tikus, memakai alas kaki (sepatu boot) pada saat beraktivitas di tempat berair, tanah, lumpur atau genangan air yang kemungkinan tercemar kencing tikus.

    “Membersihkan dan memberantas tikus di sekitar rumah dan tempat-tempat umum seperti pasar terminal, tempat rekreasi dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan yaitu dengan memakai masker, mencuci tangan setelah beraktivitas, dan menjaga jarak pada saat membersihkan lingkungan,” katanya.

    Selain itu, pengelolaan limbah rumah tangga yang benar dengan menyediakan dan menutup rapat tempat sampah juga penting dilakukan. A

    ji juga menilai pentingnya meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan kesiapsiagaan fasilitas pelayanan kesehatan, serta menguatkan jejaring dengan Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) dalam pemeriksaan konfirmasi sampel leptospirosis yang ada di daerah masing-masing.

    (suc/suc)

  • Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan Minta Masyarakat Waspada Penyakit DBD dan Leptospirosis

    Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan Minta Masyarakat Waspada Penyakit DBD dan Leptospirosis

    Lamongan, Beritasatu.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan mengimbau masyarakat agar waspada terhadap penyakit yang rawan menular saat pergantian musim, khususnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan Leptospirosis. 

    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Lamongan, dr Mafidhatul laely mengatakan, hingga Oktober 2024, pihaknya mencatat terdapat 553 kasus DBD yang merebak di Lamongan. 

    “Jumlah kasus tertinggi di Karangbinangun dan Mantup. Masing-masing sebanyak 43 kasus. Beberapa pasien dirawat di RSM, RSUD, dan RSI,” kata dr Fidha kepada awal media, Sabtu (9/11/2024). 

    Fidha mengatakan kasus DBD itu muncul dikarenakan adanya pergantian musim, pihaknya menekankan kepada masyarakat untuk melakukan langkah pencegahan dengan cara menerapkan prinsip 3M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. 

    Selain DBD, jelas Fidha, ia menyebutkan adanya penyakit lain yang perlu diwaspadai saat musim hujan adalah leptospirosis yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. 

    “Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi,” tuturnya. 

    Gejala pada leptospirosis mirip dengan gejala penyakit flu, tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning. Apabila tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa. 

    Meski hingga saat ini di Kabupaten Lamongan belum ditemukan kasus leptospirosis, kata Fida, pihaknya tetap siaga serta mengimbau masyarakat untuk lebih waspada. 

    “Memang belum ada kasus, tetapi kami selalu siap jika ada yang muncul,” ucap Fidha. 

    Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan Lamongan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan segera meminta bantuan tenaga kesehatan jika diperlukan. Selain itu, Fida mengatakan pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi, termasuk menyediakan rapid diagnostic test (RDT) untuk leptospirosis guna mempercepat diagnosis. 

    “Kami juga akan melakukan penyelidikan epidemiologis jika ada laporan kasus, agar risiko penularan dapat segera diidentifikasi dan dikendalikan,” pungkasnya.

  • 5 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Waspada!

    5 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Waspada!

    Jakarta

    Sebagian wilayah di Indonesia mulai memasuki musim hujan pada November 2024. Tak terkecuali Jabodetabek, yang kerap diguyur hujan deras dalam beberapa hari terakhir.

    Selama musim hujan, kesehatan harus semakin diperhatikan. Pasalnya, cuaca dingin dan genangan air akibat hujan dapat memengaruhi sistem imun dan meningkatkan risiko penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan infeksi virus, bakteri, dan jamur.

    Lantas, apa saja penyakit yang kerap mengintai selama musim hujan? Berikut daftarnya.

    1.⁠ ⁠Influenza

    Influenza atau flu merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi selama musim hujan. Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, influenza disebabkan oleh infeksi virus influenza yang dapat menyebar lewat droplet, seperti ingus atau air liur.

    Influenza umumnya ditandai dengan demam, pegal, bersin, lemas, hingga nyeri pada otot atau persendian. Pada beberapa kasus, influenza juga bisa menyebabkan penyakit yang parah, seperti infeksi telinga, sinus, dan pneumonia.

    Cara mencegah influenza adalah dengan mencuci tangan usai beraktivitas di luar ruangan, mengenakan masker, istirahat yang cukup, dan memperbanyak konsumsi buah dan sayur.

    2.⁠ ⁠Demam Berdarah Dengue

    Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Selama musim hujan, populasi nyamuk ini cenderung bertambah. Akibatnya, risiko DBD pun ikut meningkat.

    Demam berdarah dengue dapat menyebabkan gejala mirip flu, seperti demam tinggi. Jika tidak ditangani dengan cepat, DBD dapat mengancam nyawa.

    Untuk mencegah penyebaran DBD, usahakan untuk selalu membersihkan genangan air atau tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang jentik-jentik nyamuk. Bila perlu, gunakan krim anti serangga dan pakaian tertutup saat berada di luar ruangan.

    3.⁠ ⁠Leptospirosis

    Dikutip dari Cleveland Clinic, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira. Penyakit ini menular lewat kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi.

    Leptispirosis dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan flu. Pada beberapa kasus, leptospirosis dapat berkembang menjadi sindrom Weil, infeksi parah yang dapat memicu perdarahan dan mengganggu fungsi sejumlah organ dalam tubuh.

    Cara mencegah penularan leptospirosis adalah dengan menghindari konsumsi air atau makanan yang tidak dimasak sempurna dan mengenakan pakaian tertutup, sepatu, serta sarung tangan saat beraktivitas di luar ruangan.

    4.⁠ ⁠Diare

    Diare adalah masalah pencernaan yang ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali sehari. Diare disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti E. coli, Salmonella, Shigella, dan lain-lain.

    Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebar lewat makanan atau minuman yang dikonsumsi. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan menghindari konsumsi makanan yang tidak dimasak matang, menghindari konsumsi makanan yang tidak bersih, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga pola makan yang bergizi seimbang.

    5.⁠ ⁠Demam tifoid

    Demam tifoid atau tipes juga menjadi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai selamam musim hujan.

    Tipes disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang dapat menyebar lewat kontak langsung dengan makanan, minuman, dan air yang telah terkontaminasi. Tipes juga dapat menular antar manusia jika pengidapnya tidak mencuci tangan setelah dari kamar mandi.

    Tipes dapat menyebabkan demam tinggi, gejala mirip flu, dan diare. Gejala lainnya mencakup sakit kepala, menggigil, batuk, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan. Penyakit ini bisa mematikan jika tidak mendapat penanganan sesegera mungkin.

    Cara mencegah tipes adalah dengan selalu mencuci tangan sehabis dari kamar mandi, membersihkan peralatan makan, memasak air atau makanan hingga benar-benar matang, dan menghindari konsumsi makanan atau minuman yang mungkin telah terkontaminasi.

    (ath/suc)

  • Bangladesh Diamuk Lonjakan Kasus DBD, Faskes Penuh Sesak-1 Bed Diisi 2 Pasien

    Bangladesh Diamuk Lonjakan Kasus DBD, Faskes Penuh Sesak-1 Bed Diisi 2 Pasien

    Jakarta

    Ngeri, kasus demam berdarah dengue melonjak drastis di Bangladesh imbas perubahan iklim sepanjang tahun. Sejumlah fasilitas rumah sakit penuh sesak berdesakan, termasuk pasien anak yang terpaksa dirawat dalam ranjang bersamaan. Satu tempat tidur bisa terisi dua anak.

    Nyamuk aedes yang menyebarkan demam berdarah, bisa dikenali dari kakinya yang bergaris hitam dan putih, berkembang biak di genangan air, dan kasus-kasus tersebut sebetulnya pernah melambat setelah hujan monsun mereda.

    “Biasanya, sekitar waktu ini, kami memperkirakan jumlah pasien akan surut,” kata Fazlul Haque, saat berjalan melewati bangsal yang penuh dengan pasien demam berdarah di Shaheed Sohrawardi Medical College, Dhaka.

    “Selama tiga minggu terakhir, jumlah kasus demam berdarah terus meningkat. Kami menerima pasien demam berdarah hampir setiap bulan,” kata Sabina Tabassum Anika, dokter yang mengelola bangsal demam berdarah anak-anak.

    “Dengan kasus yang lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya, kami menempatkan dua anak di setiap tempat tidur rumah sakit untuk menampung mereka.”

    Bulan lalu, Bangladesh mencatat 134 kematian akibat demam berdarah, bulan paling mematikan tahun ini, sehingga totalnya tahun 2024 menjadi 326 kasus.

    Jumlah kasus tersebut tercatat lebih rendah dari tahun lalu, ketika lebih dari 1.000 orang meninggal, tetapi kematian akibat demam berdarah kini tercatat hampir setiap bulan, kata petugas medis.

    Sekitar 65.000 kasus telah dilaporkan pada awal November. Kasus yang parah dapat memicu perdarahan, baik di dalam maupun dari mulut dan hidung.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan tentang penyebaran virus yang mengkhawatirkan, dengan kasus dilaporkan di seluruh dunia meningkat sekitar dua kali lipat setiap tahun sejak 2021.

    Lebih dari 12,3 juta kasus, termasuk lebih dari 7.900 kematian, dilaporkan dalam delapan bulan pertama tahun 2024.

    Sheikh Daud Adnan, dari Pengendalian Penyakit Menular (CDC), mengatakan upaya harus dilakukan untuk menghancurkan tempat larva.

    “Terlalu sering kita menunda, dan bertindak hanya setelah terjadi wabah,” kata Adnan.

    “Masyarakat masih belum sepenuhnya percaya bahwa demam berdarah dapat menyerang kapan saja sepanjang tahun, dan sering kali menganggapnya sebagai demam musiman.”

    (naf/kna)