Kasus: Demam berdarah dengue

  • Eks Petinggi WHO Soroti Potensi KLB Penyakit Tidak Menular Pasca Bencana Sumatera

    Eks Petinggi WHO Soroti Potensi KLB Penyakit Tidak Menular Pasca Bencana Sumatera

    Jakarta

    Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan kemungkinan munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular pasca banjir bandang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatra Barat dalam dua pekan terakhir.

    Menurutnya, fase setelah bencana adalah periode krusial karena berbagai penyakit infeksi berpotensi meningkat cepat bila tidak diantisipasi sejak awal. Mengutip laporan Journal Microbiology edisi Oktober 2025, ia menekankan sejumlah pola wabah penyakit terkait banjir di Asia Tenggara.

    Prof Tjandra menekankan pentingnya mengetahui jenis penyakit yang secara ilmiah terbukti sering meningkat pasca banjir bandang. Berdasarkan kajian ilmiah tersebut, penyakit yang perlu diwaspadai antara lain:

    LeptospirosisTifoid (Salmonella Typhi)Kolera (Vibrio cholerae)Hepatitis AInfeksi parasit penyebab diare

    “Laporan kasus infeksi dari wilayah bencana sudah mulai muncul. Akan sangat baik jika segera dilaporkan pula mikroorganisme apa yang beredar agar dapat ditangani lebih tepat,” ujarnya.

    Kontaminasi Air Banjir Jadi Sumber Patogen

    Air banjir di daerah terdampak berpotensi membawa feses manusia, limbah lingkungan, serta patogen dari hewan. Ketiganya disebut Prof Tjandra mudah berkontak dengan masyarakat yang masih berada di wilayah banjir maupun pengungsian.

    “Kontaminasi seperti ini meningkatkan risiko munculnya penyakit berbasis air. Ini harus menjadi perhatian utama,” kata Prof Tjandra.

    Setelah air mulai surut, genangan kerap menjadi sarang baru nyamuk. Kondisi ini dapat memicu kenaikan kasus penyakit yang ditularkan vektor, seperti:

    Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Malaria

    Menurut Prof Tjandra, kegiatan pengendalian vektor harus digiatkan lebih awal untuk mencegah lonjakan kasus.

    Dalam kondisi bencana besar, ada lima aspek yang dapat memperparah risiko penyebaran penyakit:

    Terganggunya layanan air bersih, sanitasi, dan kebersihan (WASH)Meningkatnya resistensi antimikroba (AMR)Gangguan fisik dan psikis para pengungsiKepadatan di tempat pengungsianTerbatasnya pelayanan kesehatan akibat kerusakan fasilitas dan kurangnya tenaga

    “Kelima faktor ini bisa membuat penyakit menular menyebar lebih cepat bila tidak ditangani dengan koordinasi kuat antar sektor,” ujarnya.

    Artikel ilmiah yang menjadi rujukannya mencatat enam kejadian peningkatan penyakit menular akibat banjir dan hujan ekstrem di Asia Tenggara dalam dua tahun terakhir. Tiga di antaranya terjadi di Indonesia.

    Penyakit yang dominan dilaporkan antara lain leptospirosis, dengue, diare, dan bahkan kolera.

    “Data ini menunjukkan bahwa risiko KLB pasca banjir bukan hal teoritis, tetapi benar-benar telah terjadi di kawasan kita,” tegas Prof Tjandra.

    Prof Tjandra menegaskan bahwa upaya pencegahan KLB harus dilakukan secepat mungkin. Ia menilai pemerintah perlu memberi perhatian besar pada aspek surveilans, penyediaan air bersih, sanitasi, pengendalian vektor, serta pemulihan layanan kesehatan.

    “Kita tentu berharap tidak terjadi KLB pada bencana besar ini. Namun harapan saja tidak cukup, kesiapsiagaan adalah kunci,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Unair Kirim Bantuan Logistik dan Kebutuhan Medis untuk Korban Bencana Sumatera Menggunakan Rumah Sakit Kapal
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        9 Desember 2025

    Unair Kirim Bantuan Logistik dan Kebutuhan Medis untuk Korban Bencana Sumatera Menggunakan Rumah Sakit Kapal Surabaya 9 Desember 2025

    Unair Kirim Bantuan Logistik dan Kebutuhan Medis untuk Korban Bencana Sumatera Menggunakan Rumah Sakit Kapal
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Univeristas Airlangga (Unair) mengirimkan bantuan dan kebutuhan medis untuk korban bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera menggunakan Rumah Sakit Kapal Ksatria Airlangga (RSKKA).
    Ketua LPMB (Lembaga Pengabdian Masyarakat Berkelanjutan) Prof Hery Purnobasuki MSi PhD mengatakan bahwa hingga saat tim Rapid Health Assessment RSKKA telah berkoordinasi dengan RS Unair.
    Tim tersebut telah mendapatkan klinik sebagai basecamp untuk lokasi rawat jalan hingga rawat inap di Aceh Tamiang.
    “Laporan yang kami terima dari tim Aceh menyebut adanya kebutuhan mendesak berupa tenaga dokter umum, perawat, bidan, tenaga gizi, apoteker, kesehatan masyarakat, mahasiswa, serta dukungan logistik.”
    “Sehingga kami kirimkan tenaga medis sesuai kebutuhan yang sudah dibekali dengan logistik dan genset dan bahan bakar tambahan,” jelasnya, Selasa (9/12/2025).
    Dalam penyaluran
    bantuan medis
    , ia menyebut Unair berkoordinasi dengan tim dokter yang ada di RSKKA.
    Bantuan medis dan obat-obatan yang diberikan akan berfokus pada pencegahan penyakit yang berpotensi muncul dan menyebar akibat bencana banjir sehingga perlu antisipasi dini.
    Seperti penyakit diare, tifus, kolera, hepatitis yang sering muncul akibat kontaminasi makanan dari air banjir.
    “Ada juga, leptospirosis (demam tikus) yang ditularkan oleh tikus melalui luka, demam berdarah (DBD) serta malaria dari nyamuk, ada infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan penyakit ruam kulit,” ungkapnya.
    Meskipun RSKKA masih melaksanakan misi kemanusiaan di lokasi lain, tim RSKKA mengirimkan dokter terlebih dahulu sebagai bentuk respon tanggap darurat.
    Tim dokter tersebut berangkat melalui jalur udara terlebih dahulu untuk memberikan pelayanan bagi warga terdampak banjir dan longsor
    Sumatera
    .
    “Harapannya tim dokter yang dikirim awal ini bisa memetakan kebutuhan, menggambarkan kondisi riil masyarakat terdampak dan sekaligus membantu penanganan kasus trauma korban. RSKKA akan mengambil peran terutama untuk pemulihan sistem pelayanan,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Waspada Adanya Retakan Tanah, Wali Kota Bandung Minta Warga Segera Mengungsi

    Waspada Adanya Retakan Tanah, Wali Kota Bandung Minta Warga Segera Mengungsi

    Farhan menyatakan, bencana serupa dapat terjadi di sejumlah titik rawan lainnya yang tersebar di Bandung Utara dan Bandung Timur.

    Menurutnya, kawasan seperti Isola, Ledeng, Tamansari, Cipaganti, hingga Ciumbuleuit rentan longsor akibat kepadatan bangunan di lereng curam. Sedangkan kawasan Ujungberung, Cibiru, dan Mandalajati juga berpotensi terdampak longsoran besar dari kawasan hutan Gunung Manglayang.

    “Kita sedang menghadapi musim ekstrem. Semua warga di zona rawan harus waspada dan segera melapor jika melihat retakan tanah, pergeseran pondasi, atau tanda-tanda awal longsor,” kata Farhan.

    Pemerintah Kota Bandung kini mengintensifkan patroli kewilayahan serta pemetaan ulang titik berisiko, termasuk kemungkinan peninjauan ulang terhadap tata ruang di kawasan padat pemukiman lereng.

    “Terpenting saat ini adalah pencegahan. Lebih baik bertindak sebelum terjadi, daripada menyesal ketika bencana sudah terjadi,” ujar Farhan.

    Evakuasi dua rumah ini menjadi alarm penting bagi seluruh warga Bandung, khususnya yang tinggal di daerah ketinggian dan lereng.

    Pemerintah memastikan proses penanganan tidak berhenti pada pengungsian, namun akan dilanjutkan dengan asesmen teknis, stabilisasi kawasan, dan mitigasi jangka panjang.

    “Kami ingin memastikan warga merasa aman. Kita bergerak bersama, kita antisipasi bersama,” tukas Farhan.

    Waspada Ancaman DBD

    Selain bencana hidrometeorologi, Farhan juga mengingatkan ancaman demam berdarah dengue (DBD) yang biasanya meningkat pada awal tahun.

    “Kalau Anda merasakan demam selama 24 jam, walaupun sudah dikasih obat, turun sebentar naik lagi, segera bawa ke Puskesmas,” sebut Farhan.

    Farhan memastikan, pemeriksaan darah di Puskesmas gratis, apabila dinilai perlu oleh dokter.

    “Jika dokter mengatakan memang perlu dites, maka tes ini gratis,” kata Farhan.

    Dalam forum Siskamling, warga juga menanyakan persoalan sampah. Menurut Farhan, masalah di kawasan Pasir Kaliki bukan pada pemilahan, melainkan pengangkutan.

    “Pengangkutannya memang harus diatur lebih cepat karena rumahnya padat penduduk dan berada di jalan protokol yang tidak boleh dibiarkan lama-lama,” ujar Farhan.

    Sebagai bagian dari solusi jangka panjang, Pemkot Bandung akan menempatkan petugas khusus pemilah dan pengolah organik di setiap RW.

    “Ada petugas pemilah dan pengolah setiap hari khusus untuk sampah organik,” kata Farhan.

  • 126 Kelurahan Masuk Zona Endemis

    126 Kelurahan Masuk Zona Endemis

    Liputan6.com, Lampung Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung mencatat 382 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang Januari hingga November 2025.

    Meski jumlah kasus bulanan menunjukkan penurunan sejak awal tahun, sebaran wilayah endemis masih tergolong luas.

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Muhtadi Arsyad Temenggung, mengatakan 78 dari total 126 kelurahan masuk kategori endemis atau sekitar 60 persen wilayah kota.

    “Dari 382 kasus itu, Januari ada 58 kasus, Februari 57, Maret 49, April 46, Mei 42, Juni 31, Juli 26, Agustus 28, September dan Oktober masing-masing 20 kasus, dan November 5 kasus. Sebanyak 78 kelurahan endemis, sementara 48 lainnya sporadis,” ujar Muhtadi, Kamis (20/11/2025).

    Dia menjelaskan, wilayah endemis adalah area yang setiap tahun selalu mencatat kasus DBD, sedangkan kategori sporadis hanya muncul pada waktu tertentu.

    Dari seluruh puskesmas, Rajabasa Indah menjadi wilayah dengan kasus terbanyak, yakni 49 kasus. Posisi berikutnya Puskesmas Bakung dengan 34 kasus, disusul Sumur Batu dengan 29 kasus.

    Setiap temuan kasus, kata Muhtadi, akan diikuti penyelidikan epidemiologi untuk menelusuri penularan di lingkungan sekitar.

     

  • Sudinkes Jaksel tangani 1.384 kasus DBD hingga November 2025

    Sudinkes Jaksel tangani 1.384 kasus DBD hingga November 2025

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan telah menangani 1.384 kasus demam berdarah dengue (DBD) sejak Januari hingga pertengahan November 2025.

    “Sampai pertengahan November ini, total kasus DBD di Jakarta Selatan tercatat 1.384,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Yudi Dimyati saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

    Yudi mengatakan angka tersebut berasal dari laporan bulanan di 10 kecamatan, dengan pola fluktuatif sejak Januari 2025.

    Menurut data Sudinkes Jaksel, kasus tertinggi terjadi pada Juli sebanyak 181 kasus, disusul Januari 169 kasus dan Februari 141 kasus.

    Kemudian, secara wilayah, lima kecamatan dengan kasus tertinggi sepanjang 2025 adalah Pancoran dengan 216 kasus, Jagakarsa 192 kasus, Mampang Prapatan 171 kasus, Pasar Minggu 160 kasus, dan Pesanggrahan 145 kasus.

    Dia mengatakan kasus DBD masih menjadi perhatian serius, meski beberapa bulan terakhir menunjukkan tren penurunan. “Kita terus memonitor dan memperkuat langkah pencegahan di seluruh kecamatan,” ucapnya.

    Upaya Suku Dinas Jakarta Selatan menangani DBD di wilayahnya, di antaranya memaksimalkan peran kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dua kali seminggu.

    Lalu, melakukan pengasapan atau fogging di lingkungan sekolah dan pemukiman warga, serta sosialisasi kepada warga tentang pencegahan DBD, termasuk juga praktek pembuatan perangkap nyamuk (flytrap) di sejumlah sekolah.

    Yudi juga mengimbau masyarakat segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bila mengalami gejala demam tinggi, nyeri otot, atau tanda-tanda yang mengarah pada DBD.

    Berdasarkan data yang dihimpun ANTARA, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menangani 9.362 kasus DBD hingga pertengahan November 2025. Jakarta Barat menjadi wilayah kasus DBD tertinggi di Jakarta dengan 2.676 kasus.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Perkantoran dan sekolah harus punya Jumantik mandiri untuk cegah DBD

    Perkantoran dan sekolah harus punya Jumantik mandiri untuk cegah DBD

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat mengimbau perkantoran dan sekolah di wilayah tersebut untuk membentuk Juru Pemantau Jentik (Jumantik) mandiri guna mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD).

    “Tempat kerja dan sekolah merupakan tempat kita menghabiskan sebagian besar waktu, juga perlu menjadi perhatian utama dalam upaya pencegahan penyakit DBD,” kata Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat (Asminkesra) Sekretariat Kota Jakarta Pusat, Reza Pahlevi di Jakarta, Senin.

    Menurut dia, DBD masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Karena itu semua berkepentingan mencegah penyakit tersebut.

    Ia mengatakan, data dari Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Pusat menunjukkan adanya kasus DBD tidak hanya terjadi di lingkungan perumahan, tetapi juga berpotensi muncul di area perkantoran dan sekolah.

    Reza menambahkan, kunci utama pencegahan DBD adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui Gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang dan Mencegah gigitan nyamuk dengan cara lain).

    Pelaksanaan PSN sampai saat ini masih berfokus di tatanan pemukiman saja. “Saya sangat berharap bahwa pelaksanaan PSN 3M Plus dapat dilaksanakan di 7 tatanan dalam penanggulangan DBD,” ujarnya.

    Tujuh tatanan yang dimaksud, yaitu tatanan pemukiman, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, tempat pengelolaan makanan, sarana olahraga dan sarana kesehatan.

    Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Pusat, Rismasari mengatakan, data terbaru kasus DBD pada tahun 2025 menunjukkan penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya.

    Kasus DBD pada 2024 sebanyak 1.222 orang, meninggal enam orang dengan angka insiden rate 110,1 per 1.000 penduduk. “Sedangkan pada 2025 total kasus 924, yang meninggal dua orang,” katanya.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kasus Demam Berdarah Mulai Merebak, 8 Pasien Jalani Perawatan di RSUD Jombang
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        12 November 2025

    Kasus Demam Berdarah Mulai Merebak, 8 Pasien Jalani Perawatan di RSUD Jombang Surabaya 12 November 2025

    Kasus Demam Berdarah Mulai Merebak, 8 Pasien Jalani Perawatan di RSUD Jombang
    Tim Redaksi
    JOMBANG, KOMPAS.com
    – Memasuki musim hujan yang telah berlangsung selama beberapa pekan, sejumlah warga Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mulai ada yang terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD).
    Direktur RSUD
    Jombang
    , Puji Umbaran mengungkapkan, saat ini pihaknya tengah merawat 8 pasien yang positif terkena DBD.
    Kedelapan pasien yang terkena DBD tersebut terdiri dari 3 pasien dewasa dan 5 pasien anak-anak.
    “Hari ini kami menangani sekitar 8 kasus DBD. Tiga pasien dewasa dan lima anak-anak,” kata Puji Umbaran, Rabu (12/11/2025). 
    Puji menjelaskan, dari delapan pasien DBD yang tengah menjalani perawatan, dua di antaranya masih menjalani observasi dan perawatan intensif.
    Adapun untuk 3 pasien dewasa dan 3 pasien anak-anak, sudah memasuki kondisi stabil dan tengah menjalani perawatan di ruang rawat inap.
    “Tiga anak di ruang (perawatan) Srikandi, kondisinya stabil. Sedangkan dua anak masih berada di ruang ICU karena masih memerlukan penanganan yang relatif intensif,” ujar Puji.
    Ia mengatakan, memasuki musim hujan, potensi masyarakat terserang virus Aedes Aegypti yang ditularkan nyamuk demam berdarah cukup terbuka.
    Untuk itu, Puji mengingatkan agar masyarakat selalu menjaga kebersihan lingkungan untuk meminimalisasi tumbuh kembangnya nyamuk berdarah.
    Ia menegaskan, dengan pola hidup bersih, perkembangbiakan nyamuk demam berdarah bisa ditekan, sehingga bisa mengurangi resiko terkena DBD.
    “Dengan cara apa, yaitu melakukan pencegahan dengan 3M. 3M ini yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang atau memanfaatkan barang bekas,” kata Puji Umbaran.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sudinkes Jaktim tekankan pentingnya gunakan pelindung diri saat banjir

    Sudinkes Jaktim tekankan pentingnya gunakan pelindung diri saat banjir

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur (Jaktim) menekankan pentingnya menggunakan alat pelindung diri (APD) saat beraktivitas di lingkungan yang tergenang air atau banjir.

    “Kami selalu mengingatkan warga untuk menggunakan alat pelindung diri apabila sedang melakukan aktivitas di genangan air ataupun banjir, apalagi sekarang musim hujan,” kata Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Timur Herwin Meifendy kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

    Dia menyarankan warga untuk mengenakan sepatu boot dan sarung tangan apabila harus berjalan atau bekerja di area yang terkena banjir.

    “Gunakan sepatu boot dan sarung tangan bila melakukan aktivitas di genangan air. Hal ini penting untuk mencegah kulit terpapar langsung oleh air yang mungkin terkontaminasi bakteri atau virus,” ujarnya.

    Selain itu, Herwin mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan air bersih dan detergen setiap selesai beraktivitas di luar rumah atau setelah kontak dengan air banjir.

    Kebiasaan sederhana itu dapat mencegah penyebaran penyakit melalui tangan yang kotor. “Setelah beraktivitas di luar rumah, pastikan mencuci tangan dengan air bersih dan detergen sebelum makan atau menyentuh wajah. Ini langkah kecil tapi sangat penting untuk mencegah penyakit menular,” paparnya.

    Dia juga mengingatkan masyarakat agar menghindari kontak dengan air banjir apabila memiliki luka terbuka di kulit. Luka kecil sekalipun dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri penyebab leptospirosis yang sering muncul setelah banjir.

    Gejala penyakit ini biasanya berupa demam tinggi, nyeri otot, dan sakit kepala, dan bisa berujung fatal bila tidak segera ditangani.

    Selain itu, kata dia, menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci penting lainnya dalam upaya pencegahan penyakit.

    Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan masing-masing, seperti menjaga kebersihan rumah dan halaman, tidak membuang sampah sembarangan, serta memastikan saluran air tidak tersumbat.

    “Selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan PHBS. Ini sangat penting agar lingkungan tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk atau tikus yang dapat membawa penyakit,” ucap Herwin.

    Adapun penyakit menular yang sering muncul saat musim hujan dan banjir di antaranya Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk dan Leptospirosis ditularkan melalui tikus.

    Selain itu, ada penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik seperti diare, penyakit kulit (gatal-gatal) dan penyakit lainnya.

    Kelompok masyarakat yang paling rentan terkena penyakit tersebut seperti anak-anak, lanjut usia (lansia), dan petugas kebersihan yang sering bersentuhan langsung dengan air atau lumpur di wilayah banjir.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sudinkes Jaktim imbau warga waspadai penyakit di musim hujan

    Sudinkes Jaktim imbau warga waspadai penyakit di musim hujan

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur mengingatkan warga untuk meningkatkan kewaspadaan penyakit bersumber dari nyamuk dan tikus yang rentan muncul akibat curah hujan tinggi dan genangan air (banjir).

    “Penyakit menular yang sering muncul saat musim hujan dan banjir biasanya penyakit menular berbasis lingkungan, bisa bersumber dari nyamuk hingga tikus,” kata Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Timur Herwin Meifendy kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

    Penyakit menular yang sering muncul saat musim hujan dan banjir di antaranya Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk dan Leptospirosis ditularkan melalui tikus.

    Selain itu, ada penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik seperti diare, penyakit kulit (gatal-gatal) dan penyakit lainnya.

    Menurut Herwin, kelompok masyarakat yang paling rentan terkena penyakit tersebut seperti anak-anak, lanjut usia (lansia), dan petugas kebersihan yang sering bersentuhan langsung dengan air atau lumpur di wilayah banjir.

    “Penyakit tersebut biasanya paling rentan terkena oleh anak-anak dan usia lanjut di daerah terdampak. Apalagi petugas kebersihan atau relawan yang membantu masyarakat di daerah banjir,” ujarnya.

    Selain itu, musim hujan dan banjir akan mempengaruhi kondisi lingkungan yang mendukung terhadap munculnya kejadian penyakit.

    Curah hujan tinggi menyebabkan munculnya habitat-habitat perkembangbiakan nyamuk terutama di luar rumah, seperti barang bekas yang akan terisi air hujan dan berdampak pada peningkatan faktor risiko penularan DBD.

    Lalu, genangan air hujan akan tercemar oleh urine tikus yang mengandung bakteri leptospira dan mengakibatkan terjadinya penularan leptospirosis kepada masyarakat.

    “Kondisi banjir atau luapan air dan sisa-sisa lumpur mengakibatkan tumbuhnya berbagai bakteri penyebab penyakit yang mengakibatkan penyakit kulit dan lain-lain,” ucap Herwin.

    Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyarankan warga rutin membersihkan debu-debu di rumah sebagai upaya mencegah terpapar mikroplastik di dalam rumah, karena partikel tersebut bisa terkandung di dalam debu.

    “Kalau di luar ruangan (mikroplastik) akan dibersihkan oleh hujan, kalau di dalam ruangan, bersihkan ruangannya,” ujar Ketua Sub Kelompok Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rahmat Aji Pramono di Balai Kota Jakarta, Jumat (24/10).

    Selain itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta juga mengajak warga mendukung upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengurangi sampah plastik dan tidak membakar sampah.

    Karena selain mencemari udara, sampah plastik dan pembakaran sampah khususnya di ruang terbuka dapat menghasilkan mikroplastik.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kasus DBD di Palopo Capai 110, Diare Masih Jadi Penyakit Terbanyak Sepanjang 2025
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        7 November 2025

    Kasus DBD di Palopo Capai 110, Diare Masih Jadi Penyakit Terbanyak Sepanjang 2025 Regional 7 November 2025

    Kasus DBD di Palopo Capai 110, Diare Masih Jadi Penyakit Terbanyak Sepanjang 2025
    Tim Redaksi
    PALOPO, KOMPAS.com –
    Dinas Kesehatan Kota Palopo mencatat sebanyak 110 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi sepanjang tahun 2025.
    Sementara itu,
    penyakit diare
    masih mendominasi dengan total 1.784 kasus hingga akhir Oktober.
    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Palopo, San Ashari, menjelaskan bahwa pada Oktober saja tercatat 11
    kasus DBD
    .
    Kasus tersebut tersebar di beberapa kecamatan, masing-masing Mungkajang (2 kasus), Wara Timur (5), Wara Utara (1), Wara (2), dan Bara (1).
    “Rentang usia penderita DBD masih didominasi oleh kelompok umur 15 hingga 44 tahun,” kata San Ashari saat ditemui di Kantor
    Dinas Kesehatan Palopo
    , Jumat (7/11/2025).
    Selain DBD, penyakit diare juga tercatat tinggi di Palopo.
    Berdasarkan data Dinas Kesehatan, dari 1.784 kasus yang dilaporkan sepanjang 2025, sebanyak 661 kasus merupakan balita, sedangkan 1.127 kasus terjadi pada warga berusia di atas lima tahun.
    “Tren bulanan menunjukkan fluktuasi kasus diare. Pada Januari tercatat 230 kasus, Februari 207 kasus, Maret 154 kasus, April 196 kasus, Mei 174 kasus, Juni 187 kasus, Juli 243 kasus, Agustus 188 kasus, dan September 174 kasus,” ucap San Ashari.
    Lanjut San Ashari, sebaran kasus terbanyak tercatat di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota, dengan 162 kasus untuk kelompok usia di atas lima tahun dan 62 kasus pada balita.
    “Sementara di Puskesmas Wara melaporkan 85 kasus pada balita dan 137 kasus pada kelompok usia di atas lima tahun,” ujarnya.
    San Ashari menjelaskan bahwa perubahan cuaca serta penurunan kualitas lingkungan turut menjadi faktor meningkatnya kasus DBD dan diare di Kota Palopo.
    “Penyakit yang biasanya banyak terjadi saat
    pancaroba
    adalah diare dan DBD,” tuturnya.
    San Ashari menegaskan bahwa perubahan suhu yang ekstrem, kelembapan tinggi, dan kondisi sanitasi yang menurun dapat memicu perkembangbiakan nyamuk serta meningkatkan risiko kontaminasi air.
    “Diimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan upaya pencegahan baik di lingkungan maupun dalam menjaga kesehatan pribadi. Masyarakat diharapkan menjaga kebersihan lingkungan dengan menerapkan 3M (Menguras tempat penampungan air, Menutup wadah air, dan Mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk),” harapnya.
    Selain itu, warga diminta menjaga kesehatan diri dengan mengonsumsi air minum yang cukup, mencuci tangan sebelum makan, serta rutin berolahraga agar daya tahan tubuh tetap kuat selama musim pancaroba.
    “Kami mengimbau masyarakat agar selalu menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kesehatan diri, memperbanyak minum air, dan rutin berolahraga untuk mencegah penularan penyakit yang meningkat saat pancaroba,” imbuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.