Kasus: covid-19

  • Skybridge BIM resmi dioperasikan kembali, KAI ajak masyarakat gunakan KA Minangkabau Ekspres

    Skybridge BIM resmi dioperasikan kembali, KAI ajak masyarakat gunakan KA Minangkabau Ekspres

    Sumber foto: Musthofa/elshinta.com.

    Skybridge BIM resmi dioperasikan kembali, KAI ajak masyarakat gunakan KA Minangkabau Ekspres
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 02 Juni 2025 – 14:57 WIB

    Elshinta.com – Skybridge Bandara Internasional Minangkabau (BIM), kembali dioperasikan yang ditandai dengan peresmian, Minggu (1/6/2025).

    PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre II Sumatera Barat bersama dengan PT Angkasa Pura Indonesia Kantor Cabang Bandara Internasional Minangkabau kembali mengoperasikan Skybridge BIM, sebagai bagian dari komitmen dalam meningkatkan pelayanan kepada penumpang. 

    General Manager PT Angkasa Pura Indonesia, Dony Subardono, menyampaikan bahwa  pengoperasian sky bridge ini dirancang dengan konsep modern dan ramah lingkungan dan menjadi tonggak penting dalam pengembangan Bandara Internasional Minangkabau.

    Dengan dioperasikan kembali skybridge ini diharapkan semakin meningkatkan kenyamanan dan kemudahan penumpang, khususnya bagi pengguna KA Minangkabau Ekspres yang akan melakukan perjalanan menuju atau dari Bandara Internasional Minangkabau sehingga dapat mendukung pertumbuhan pariwisata Sumatera Barat.

    Kepala KAI Divisi Regional II Sumatera Barat, Muh. Tri Setyawan mengatakan, sky bridge menghubungkan langsung Stasiun KA Bandara Minangkabau dengan Terminal Keberangkatan dan Kedatangan Bandara Internasional Minangkabau. Sky bridge sepanjang 136 meter kini hadir lebih modern dan inklusif. Dilengkapi eskalator dan lift serta akses ramah disabilitas. Perjalanan lebih efisien, aman dan nyaman. Selain itu, desainnya menampilkan sentuhan khas budaya Minangkabau, yang menjadi identitas kebanggaan daerah.

    Untuk mendukung integrasi transportasi yang mulus, KAI Divre II Sumbar mengajak masyarakat memanfaatkan layanan KA Minangkabau Ekspres. Nikmati perjalanan dari Kota Padang hingga langsung terhubung ke terminal bandara tanpa hambatan, efisien, hemat waktu, dan pastinya nyaman.

    “Kami mengajak masyarakat untuk beralih ke transportasi kereta api Minangkabau Ekspres yang lebih cepat, aman, dan bebas macet. apalagi dengan dioperasikan kembali skybridge ini, penumpang KA Minangkabau Ekspres dapat berpindah moda transportasi menuju terminal bandara secara aman dan nyaman,” ujar Muh Tri Setiawan seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Musthofa, Senin (2/6). 

    Dengan tarif terjangkau dan waktu tempuh hanya sekitar 40 menit, KA Minangkabau Ekspres merupakan solusi transportasi yang efisien dan nyaman untuk menuju Bandara Internasional Minangkabau.

    Berikut jadwal 12 perjalanan KA Minangkabau Ekspres relasi Pulau Aie-BIM / BIM-Pulau Aie sebagai berikut :

    Stasiun BIM – Stasiun Pulai Aie
    – B21 berangkat pukul 07.40 WIB
    – ⁠B23 berangkat pukul 10.20 WIB
    – ⁠B25 berangkat pukul 12.55 WIB
    – ⁠B27 berangkat pukul 16.05 WIB
    – ⁠B29 berangkat pukul 18.05 WIB
    – ⁠B31 berangkat pukul 20.30 WIB

    Stasiun Pulau Aie – BIM
    – B22 berangkat pukul 06.05 WIB
    – ⁠B24 berangkat pukul 08.50 WIB
    – ⁠B26 berangkat pukul 11.25 WIB
    – ⁠B28 berangkat pukul 14.25 WIB
    – ⁠B30 berangkat pukul 17.05 WIB
    – ⁠B32 berangkat pukul 19.20 WIB

    Perlu diketahui, Skybridge ini merupakan bagian dari pekerjaan pengembangan bandara dan integrasi dengan layanan kereta api yang diresmikan pada tanggal 21 Mei 2018 oleh Presiden RI, Joko Widodo. Dan penggunaan Skybridge sendiri terhenti karena kondisi Covid-19, dimana saat itu hampir tidak ada penerbangan yang dilayani di BIM.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Cerita Wanita Brasil ‘Mengasuh’ Boneka Replika Bayi, Gemas atau Seram?

    Cerita Wanita Brasil ‘Mengasuh’ Boneka Replika Bayi, Gemas atau Seram?

    Jakarta

    Gabi Matos (21) seorang Youtuber mengungkapkan alasan mengapa ia begitu mencintai koleksi boneka bayi hiper-realistis milikinya. Dalam keseharian, ia bahkan memperlakukan bonekanya seperti anak asli.

    Boneka bayi yang dimiliki Matos sangat mirip dengan bayi asil. Beberapa koleksi yang disebut ‘reborn’ itu bahkan bisa menangis, mengisap dot, pipis, memiliki kuku, bulu mata, bahkan guratan wajah.

    Jika dilihat sekilas, tidak ada bedanya boneka milik Matos dengan bayi sungguhan.

    Permintaan bayi replika ini pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal 1990-an, terutama ditujukan untuk orang dewasa. Tren ini meroket di Amerika Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Boneka yang terbuat dari silikon atau vinil ini bisa dipatok hingga ribuan dollar AS.

    “Saya selalu menyukai bayi dan boneka, sejak usia sangat muda. Ketika saya menemukan model seni ini, saya langsung jatuh cinta,” kata Matos dikutip dari SCMP, Senin (2/6/2025).

    Sejauh ini, koleksi boneka bayi Matos sudah mencapai 22 buah. Melalui kanal Youtube, ia menjadikan aktivitas perawatan bayi-bayinya sebagai pekerjaan full time. Total ia sudah memiliki 1,3 juta subscriber di kanal Youtube-nya.

    Meski banyak yang menyambut baik kontennya, tak sedikit pula yang mencibir perilaku Matos. Beberapa dari netizen bahkan menyebut dirinya harus dirawat di rumah sakit jiwa.

    “Orang-orang bilang aku seharusnya dirawat di rumah sakit jiwa karena mereka percaya kami memperlakukan boneka-boneka itu seperti anak sungguhan,” katanya.

    “Padahal tidak demikian, itu sangat menyedihkan,” sambung Matos.

    Salah satu bentuk boneka replika bayi yang sangat realistis, dan banyak dibeli oleh wanita Brazil. Foto: AFP/NELSON ALMEIDA

    Tren mengasuh boneka ini menjadi sorotan di Brazil setelah sekelompok kolektor melakukan pertemuan di sebuah taman di Sao Paulo. Netizen terbagi menjadi dua kelompok, ada yang mencibir perilaku tersebut, ada yang menganggapnya hanya hobi biasa.

    Kolektor sekaligus pemilik toko boneka bayi Alana Generoso menegaskan pelanggan yang datang ke tempatnya adalah orang-orang yang waras. Ia mengklaim apa yang ditawarkan di tokonya adalah ‘mimpi’, bukan sekedar boneka biasa.

    Toko yang dibuat Alana didesain khusus seperti rumah sakit bersalin yang otentik lengkap dengan inkubator. Meski mengakui ada beberapa orang yang merawat boneka seakan bayi sungguhan, Alana menyebut jumlahnya tidak banyak.

    “Banyak anak-anak datang ke toko, begitu pula orang dewasa yang menjalani kehidupan normal,” kata Alana.

    NEXT: Termasuk gangguan jiwa?

    Psikolog Viviane Cunha menjelaskan mengoleksi boneka bayi belum tentu bisa dikatakan sebagai gangguan jiwa. Menurutnya, ini hanya bisa dikategorikan gangguan jiwa jika hobi tersebut menyebabkan kerugian sosial, emosional, atau ekonomi.

    “Jika misalnya mereka membolos kerja karena ‘bayinya demam’, dan ia meyakini hal itu benar, maka ia membutuhkan bantuan profesional,” jelas Viviane.

    Viviane menyebut tren ini mungkin berhubungan dengan epidemi kesepian global yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikaitkan dengan pembatasan sosial selama pandemi COVID-19.

    “Saya pikir boneka itu muncul dari pencarian ikatan atau koneksi emosional,” tandasnya.

  • COVID ‘Ngamuk’ di Thailand, Disebut Jadi Pemicu Kematian Terbanyak dalam Sebulan

    COVID ‘Ngamuk’ di Thailand, Disebut Jadi Pemicu Kematian Terbanyak dalam Sebulan

    Jakarta – Seorang dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Chulalongkorn, Assoc Prof Dr Thira Woratanarat telah mendesak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap jenis baru virus COVID-19. Ia memperingatkan, COVID adalah penyebab utama penyakit dan kematian selama bulan dan minggu terakhir di Thailand.

    Dikutip dari The Nation, dalam sebuah unggahan Facebook, Dr Thira mengatakan dalam sebulan terakhir, sekitar 170 ribu orang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, yang memicu 37 kematian. Sebagai perbandingan, hanya satu kematian yang dilaporkan akibat influenza selama periode yang sama.

    Pada periode 18 hingga 24 Mei, COVID-19 terus menyebabkan jumlah penyakit dan kematian tertinggi di antara warga Thailand. Jumlah kasus COVID lima kali lebih banyak daripada kasus diare, sepuluh kali lebih banyak daripada kasus influenza, dan 30 kali lebih banyak daripada kasus keracunan makanan.

    Dr Thira menekankan, meski COVID telah menjadi endemik, penyakit ini tidak boleh dianggap remeh sebagai penyakit ringan. Ia menjelaskan COVID tidak sama dengan flu biasa dan biasanya tidak menimbulkan gejala ringan seperti influenza.

    Ia menghimbau masyarakat untuk mewaspadai gejala-gejala dan bertindak secara bertanggung jawab guna mencegah penyebaran virus di lingkungan masyarakat.

    Di sisi lain, Dr Thira juga menyebutkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini tengah memantau varian LP.8.1 dan NB.1.8.1.

    Varian LP.8.1 kini menyumbang sekitar 39 persen infeksi di 51 negara. Sementara itu, varian NB.1.8.1 terus meningkat, dengan tingkat infeksi 10,7 persen di 22 negara.

    WHO telah mengklasifikasikan NB.1.8.1 sebagai variant under monitoring (VUM) karena lebih cepat menyebar atau menular dibandingkan LP.8.1, serta mampu menghindari kekebalan tubuh 1,5 hingga 1,6 kali lebih besar terhadap perlindungan dari vaksin atau infeksi sebelumnya.

    (suc/kna)

  • COVID-19 Naik Lagi, Benarkah Cuma Propaganda? Ini Faktanya

    COVID-19 Naik Lagi, Benarkah Cuma Propaganda? Ini Faktanya

    Jakarta

    Setelah pencabutan status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO pada Mei 2023, ancaman COVID-19 perlahan memang mulai terabaikan. Namun sebenarnya, virus ini belum sepenuhnya hilang. Kasus penularan tetap ada dan fluktuatif, dengan lonjakan terbaru terjadi di berbagai negara akibat varian baru NB.1.8.1, turunan dari Omicron JN.1.

    India mencatat lonjakan signifikan, dari 257 kasus aktif pada 22 Mei menjadi 3.758 kasus pada awal Juni 2025. Lonjakan serupa terjadi di West Bengal, dengan peningkatan lebih dari 20 kali lipat dalam dua minggu terakhir. Meskipun sebagian besar kasus bersifat ringan, rumah sakit di Kolkata telah menambah kapasitas isolasi untuk mengantisipasi peningkatan pasien.

    Di Australia, varian NB.1.8.1 menyebabkan peningkatan kasus, terutama di Tasmania. Otoritas kesehatan mendesak warga untuk mendapatkan vaksinasi booster COVID-19 dan vaksin flu, mengingat rendahnya tingkat vaksinasi pasca status PHEIC dicabut.

    Kondisi yang tidak jauh berbeda terjadi di Singapura dan Thailand. Dalam sepekan, kedua negara tersebut mencatat lebih dari 15 ribu kasus. Bahkan, Thailand melaporkan sekitar 200 ribu infeksi COVID-19 sepanjang 2025.

    Lain halnya dengan Indonesia, imbas testing COVID-19 menurun, ‘hanya’ terlaporkan 75 kasus sejak awal 2025. Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menilai total kasus di lapangan bisa jauh lebih tinggi dari yang tercatat resmi.

    “Kalau naik pun nggak terdeteksi juga, nggak ada yang mau testing. Siapa sekarang yang mau testing, orang mungkin juga nggak bergejala. Testing kan nggak murah dan bukan jaman seperti COVID-19 yang tesnya bisa gratis,” jelas Pandu kepada detikcom, Senin (2/6/2025).

    Kenaikan kasus COVID-19 yang terkesan ‘tiba-tiba’ memicu beragam spekulasi, termasuk dugaan adanya propaganda terselubung. Ada yang menganggap tren tersebut seolah-olah dibuat dengan maksud dan kepentingan tertentu.

    Faktanya, meski status PHEIC atau ‘pandemi’ dalam istilah awam, dicabut, seluruh dunia belum benar-benar ‘terbebas’ dari virus COVID-19. Artinya, virus tetap bersirkulasi atau menularkan, tetapi menjadi tidak ‘ganas’ dan hanya memicu gejala ringan, atau bisa tidak bergejala sama sekali.

    Hal ini terjadi karena program vaksinasi COVID-19 yang sudah dilakukan di banyak negara. Indonesia misalnya, lebih dari 80 persen masyarakat di Tanah Air sudah menerima dua dosis vaksin COVID-19.

    Pandu juga menilai hal ini yang menjadi keuntungan Indonesia dalam menghadapi virus maupun mutasi COVID-19 belakangan. Kasus kematian bisa ditekan hingga 0 laporan, berdasarkan catatan Kemenkes RI sepanjang 2025. Pandu juga meyakini kenaikan kasus COVID-19 di banyak negara tidak perlu disikapi dengan kepanikan, termasuk mendadak berburu vaksinasi COVID-19 tambahan.

    “Kalau divaksinasi lagi nggak perlu, nggak ada evidence based vaksinasi ulang itu bisa menangani, karena imunitas yang ada saat ini sudah cukup memadai. Nanti kan jadi kontraproduktif Menkes (dituduh) jualan vaksin lagi,” beber Pandu.

    “Kita juga kan sangat beruntung sama menggunakan Sinovac, vaksin yang cukup andal, Sinovac kan virus utuh, kalau mRNA kan cuma bagian dari virus, yang suka berubah nah itu yang mengkhawatirkan di banyak negara, kalau Indonesia sih nggak perlu khawatir,” pungkasnya.

    NEXT: COVID-19 Cuma Propaganda?

    COVID-19 Cuma Propaganda?

    Mari dilihat dari laporan kasus COVID-19 setiap tahun. Catatan Our Wold in Data menunjukkan puncak kasus COVID-19 dunia terjadi pada 21 Juni 2022 dengan hampir 4 juta kasus dalam 24 jam. Sementara puncak kematian terjadi di tahun sebelumnya yakni 21 Januari 2021, mencapai 17.049 per hari.

    Tren kasus maupun kematian karena COVID-19 berangsur menurun signifikan tetapi tidak pernah benar-benar ‘lenyap’.

    Terendah konsisten di angka 2 ribu kasus selama periode Juni 2023 hingga akhir 2024. Pemicunya tidak lain karena kondisi kekebalan imunitas tubuh dan mutasi virus yang dapat memengaruhi tingkat penularan dan efektivitas vaksin.

    Kabar baiknya, sifat virus COVID-19 belakangan sudah tidak lagi mematikan, meskipun catatan infeksi melonjak. Meski begitu, pakar epidemiologi Dicky Budiman mengingatkan risiko yang bisa muncul di balik infeksi berulang.

    “Memang beruntungnya kita saat ini COVID-19 secara akut tidak menjadi masalah, ketika terinfeksi yasudah gejala-nya ringan,” beber dia kepada detikcom, Selasa (2/6).

    “Tapi ingat COVID-19 ini kalau berulang-ulang ada fase kronis lanjutan yang serius yang disebut dengan long COVID-19 yang cuma tidak bermasalah pada bagian paru-paru, tetapi ke jantung, dan organ lain,” sorot dia.

    Dihubungi terpisah, Hermawan Saputra dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) juga mewanti-wanti kemungkinan risiko fatal tidak hilang sepenuhnya. Terutama pada mereka dengan kelompok rentan. Hal ini terlihat dari laporan Thailand yang mencatat 50-an kasus kematian dari 200 ribu infeksi COVID-19.

    “Kasus-kasus lupus, kelainan-kelainan bawaan, orang dengan hipersensitivitas, itu sangat berisiko. Artinya daya tahannya, imunitasnya tidak optimal, kedua adalah orang-orang lanjut usia dan orang-orang yang punya penyakit komorbid, istilahnya, terutama pneumonia berat karena asma, kemudian ada penyakit-penyakit diabetes, itu yang harus dilindungi lebih awal,” beber dia, kepada detikcom Senin (2/6).

    Menurutnya, pemerintah perlu melakukan skrining utamanya di pintu-pintu masuk dan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) memastikan subvarian yang dominan menyebar, meski sebagian besar karakteristik virus bersifat ringan. Hal ini tetap perlu dilakukan sebagai kewaspadaan menghadapi risiko lonjakan kasus.

    Ia tidak menampik kemungkinan beberapa orang kemudian berspekulasi dan menganggap COVID-19 sebagai teori konspirasi saat lonjakan terkesan tiba-tiba terjadi.

    “Yang perlu dipahami adalah COVID-19 itu masih ada, dia selalu ada di sekitar kita, yang membedakan saat status PHEIC dicabut, karakteristik virus maupun gejalanya saat ini relatif ringan, tidak lagi memicu gejala berat, atau kasus rawat inap, karena sudah terbentuk imunitas atau kekebalan terhadap infeksi di masyarakat, baik dari paparan maupun vaksinasi,” lanjutnya.

    NEXT: Endemik tak berarti hilang dari peredaran

    Hermawan menyebut status COVID-19 saat ini sudah menjadi endemik seperti penyakit menular lain, misalnya demam berdarah dengue (DBD). Artinya, virus tetap ada tetapi dinilai tidak lagi mengkhawatirkan.

    Senada, Dicky menyebut penyangkalan akan keberadaan COVID-19 akan selalu terjadi. Terlebih, secara psikologis pandemi COVID-19 kala itu membuat banyak orang terganggu dalam segala aktivitas dan memicu kerugian serta dampak besar bagi beberapa orang secara finansial, karena mobilitas yang mendadak dibatasi. Tidak heran, kemudian muncul penyangkalan dari situasi COVID-19 belakangan.

    “Kita tidak bisa mengandalkan penyangkalan untuk kemudian meniadakan penyakit itu. Tidak akan hilang,” tegas dia.

    “Lebih bijak yang bisa dilakukan saat ini tetap menjaga perilaku hidup bersih sehat, memakai masker, mencuci tangan,” tutupnya.

    Saksikan Live DetikSore:

  • PMK Baru Terbit, PNS Rapat Full Day Tak Lagi Dapat Uang Saku

    PMK Baru Terbit, PNS Rapat Full Day Tak Lagi Dapat Uang Saku

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati resmi menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 32 Tahun 2025 tentang Standar Biaya Masukan (SBM) untuk Tahun Anggaran 2026. 
    Kebijakan ini bertujuan menyesuaikan satuan biaya agar lebih mencerminkan kondisi riil pasar, tanpa mengabaikan prinsip efektivitas dan kredibilitas pengelolaan APBN.

    Direktur Sistem Penganggaran Kementerian Keuangan Lisbon Sirait menjelaskan, PMK SBM merupakan kebijakan rutin tahunan yang diterbitkan pada Mei atau Juni, sebagai bagian dari proses perencanaan anggaran untuk tahun berikutnya.

    “PMK ini memberikan acuan standar bagi kementerian dan lembaga dalam menyusun serta melaksanakan anggaran. Banyak kegiatan yang memiliki variasi belanja besar, sehingga diperlukan standar baku agar pelaksanaannya tetap efisien dan efektif,” ujar Lisbon dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/6/2025).

    PMK ini mengatur berbagai satuan biaya, antara lain honorarium, fasilitas seperti kendaraan dinas, perjalanan dinas, pemeliharaan, operasional perkantoran, biaya rapat, paket meeting, dan bantuan seperti beasiswa ASN untuk program gelar dalam negeri.

    Lisbon menekankan bahwa prinsip utama dalam pengaturan biaya perjalanan dinas adalah at cost, yakni sesuai dengan pengeluaran riil yang disesuaikan dengan jenjang jabatan pegawai.

    PMK SBM 2026 juga membawa sejumlah penyesuaian penting, seperti penghapusan biaya komunikasi, seiring berakhirnya masa pandemi Covid-19.

    Penghapusan uang harian (uang saku) untuk rapat full day (rapat di luar kantor selama minimal 8 jam tanpa menginap) dan penurunan honorarium penanggung jawab pengelola keuangan hingga 38%.

    Kemudina, penurunan biaya transportasi dari dan ke bandara, pelabuhan, stasiun, terminal, serta transportasi dalam wilayah Jabodetabek sebesar rata-rata 10%, yang kini dibayarkan secara lumpsum.

    Rapat luar kantor kini hanya diperbolehkan untuk kegiatan yang bersifat intensif dan koordinatif, melibatkan peserta lintas kementerian/lembaga atau masyarakat. Pelaksanaannya diutamakan melalui daring dan memanfaatkan fasilitas milik negara.

    Di sisi lain, pemerintah juga mulai memberikan uang harian untuk peserta magang, khususnya mahasiswa program S1 dan D IV, sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

    “Semua ini disusun agar pengelolaan keuangan negara makin efisien dan berkualitas tanpa mengurangi efektivitas output,” tutup Lisbon.

  • Luhut Bicara Ambisi Besar Govtech RI di Era Prabowo

    Luhut Bicara Ambisi Besar Govtech RI di Era Prabowo

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan update mengenai perkembangan teknologi di bidang pemerintahan, terutama soal implementasi kecerdasan buatan (AI).

    Luhut menyatakan penerapan govtech atau teknologi di layanan pemerintahan berkaitan dengan segala aktivitas karena dapat mengurangi korupsi dan juga inefisiensi, serta memberikan transparansi.

    “Kita masuk dalam government teknologi dan mendigitalisasikan semua,” ujar Luhut dalam peluncuran Peluncuran Sahabat-AI Model 70B dan Chatbot, di Jakarta, Senin (2/5/2025).

    Luhut bercerita saat bertanggung jawab penanggulangan Covid dengan meluncurkan PeduliLindungi yang dinilai saat itu sangat efisien dan sekarang berkembang.

    Keberhasilan sistem digitalisasi PeduliLindungi bahkan membuat Luhut merasa percaya diri dengan kemampuan RI saat Bank Dunia menawarkan bantuannya.

    “Jadi World Bank datang ke saya, bicara membantu kita. Saya bilang boleh, tapi ingat kami tidak mulai dari scratch. Kami sudah cukup maju dalam bidang ini,” kata Luhut.

    Menurut Luhut, ada dua tantangan untuk mencapai Indonesia dengan pertumbuhan 8% ke depan. Ia berharap agar program-program pemerintah sekarang, 2028-2029 mestinya bisa tumbuh di 8%.

    “Banyak faktor yang saya kita bisa membuat itu, digitalisasi juga menjadi salah satu faktor,” jelasnya.

    Ia menilai penting membangun ekosistem AI nasional melalui kolaborasi-kolaborasi pemerintah, industri, akademis dan lainnya.

    “Transformasi digital bukan pilihan, tetapi keharusan dalam meningkatkan daya saing ekonomi nasional,” ujar Luhut.

    Luhut juga mendorong AI Merah Putih. pengembangan LLM lokal berbasis data dan konteks Indonesia untuk memperluas inklusi Al, menjaga kedaulatan digital, dan mengembangkan potensi talenta nasional.

    (dem/dem)

  • Deretan Negara di Asia yang Laporkan Peningkatan Kasus COVID-19

    Deretan Negara di Asia yang Laporkan Peningkatan Kasus COVID-19

    Jakarta

    Banyak negara di Asia yang melaporkan adanya peningkatan kasus COVID-19. Hal ini dipicu oleh munculnya subvarian Corona baru, salah satunya NB.1.8.1 yang mengkhawatirkan.

    Selain itu, ada beberapa varian COVID-19 yang juga tersebar di beberapa negara. Varian itu meliputi XEC, JN.1, hingga LF.7.

    Dikutip dari berbagai sumber, berikut deretan negara di Asia yang melaporkan adanya peningkatan kasus COVID-19:

    Korea Selatan

    Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea melaporkan kasus COVID-19 yang dihitung melalui rumah sakit dan klinik pengawasan penyakit pernapasan, tercatat 8,8 persen selama minggu 18-24 Mei (minggu ke-21), menunjukkan tren peningkatan selama dua minggu berturut-turut.

    Komunitas medis juga memantau dengan cermat kemungkinan munculnya kembali penyakit menular. Komite Tanggap Penyakit Menular dari Asosiasi Medis Korea (KMA) menyatakan pada kesempatan yang sama.

    “Meskipun COVID-19 tersebar luas di luar negeri, virus pernapasan akut seperti rhinovirus, virus influenza B, dan virus parainfluenza secara bersamaan tersebar luas di Korea. Sehingga diperlukan kehati-hatian khusus,” terang komunitas tersebut, dikutip dari Business Korea.

    KMA mencatat jumlah pasien dengan infeksi saluran pernapasan akut menunjukkan sedikit peningkatan sejak pertengahan Mei. Melihat virus varian Omicron meningkat, hal ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang kebangkitan COVID-19.

    Hong Kong

    Hong Kong melaporkan adanya kenaikan kasus COVID-19 yang diperkirakan akan tetap tinggi selama satu atau dua bulan ke depan.

    Dikutip dari South China Morning Post, pusat perlindungan kesehatan juga mendesak kelompok berisiko tinggi untuk segera mendapatkan vaksin booster untuk mengurangi kemungkinan komplikasi serius, hingga kematian.

    Pengawas pusat tersebut, Dr Edwin Tsui Lok-kin menjelaskan bahwa virus Corona telah berubah menjadi penyakit endemik dengan pola siklus. Peningkatan kasus biasanya diperkirakan terjadi setiap enam hingga sembilan bulan.

    “Hong Kong telah mengalami peningkatan kasus COVID-19 sejak April 2025, lebih dari setengah tahun setelah peningkatan terakhir pada Juli dan Agustus 2024,” terang Tsui.

    Ia mengatakan bahwa aktivitas virus akan relatif tinggi dalam jangka pendek, sebelum berangsur-angsur mereda selama satu atau dua bulan ke depan.

    Thailand

    Dikutip dari Nation Thailand, data per 30 Mei 2025 menunjukkan 41.283 kasus baru, sehingga total kasus tahun ini menjadi 257.280. Dilaporkan juga ada dua kasus kematian baru, sehingga total kematian menjadi 52.

    Wilayah Bangkok mencatat kasus terbanyak, diikuti Provinsi Chonburi, dengan tingkat infeksi tertinggi di kalangan orang dewasa usia kerja, pelajar, anak-anak, dan populasi lansia.

    Masyarakat diimbau untuk memantau situasi, terutama karena varian NB.1.8.1 terus menyebar dengan cepat di berbagai wilayah. Meskipun situasi di Thailand belum mencapai level tertinggi, perjalanan internasional dan musim hujan, yang sering kali membawa penyakit pernapasan, dapat mempercepat wabah di masa mendatang.

    Next: Singapura dan Malaysia

    Singapura

    Negara tetangga Indonesia, yakni Singapura juga melaporkan adanya peningkatan kasus COVID-19. Singapura mengalami peningkatan tajam dalam kasus COVID-19, dengan ratusan infeksi baru dilaporkan setiap hari.

    Lonjakan ini sebagian besar disebabkan oleh varian NB.1.8.1. Kasus rawat inap juga meningkat menjadi rata-rata 350 per hari, naik dari 225 pada minggu sebelumnya. Sementara rawat inap ICU harian telah meningkat menjadi sembilan kasus.

    Malaysia

    Dikutip dari Malay Mail, situasi COVID-19 masih terkendali dan di bawah level waspada. Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan total ada 11.727 kasus COVID-19 telah tercatat sejak Minggu Epidemiologi (MEP) 1 hingga 19 di tahun ini, dengan tren penurunan yang terus berlanjut sejak awal tahun.

    “Jumlah kasus tertinggi tercatat dalam beberapa minggu pertama tahun ini dengan 960 kasus pada Minggu I/2025 dan 1.229 kasus pada Minggu II/2025 dan Minggu III/2025,” kata Kemenkes.

    “Kasus harian menunjukkan tren penurunan terus-menerus hingga mencapai 210 kasus pada Minggu I/15/2025,” kata pernyataan yang dikeluarkan hari ini.”

    Untuk periode Minggu I/16 hingga Minggu I/19, pernyataan tersebut mengatakan bahwa rata-rata sekitar 600 kasus per minggu tercatat.

    Kementerian Kesehatan meyakinkan masyarakat bahwa angka tersebut masih di bawah ambang batas peringatan dan tindakan pengendalian yang tepat sedang dilaksanakan.

  • Kasus Aktif COVID-19 di India Meroket, Naik 1.200 Persen dalam Sepekan

    Kasus Aktif COVID-19 di India Meroket, Naik 1.200 Persen dalam Sepekan

    Jakarta

    India merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami kenaikan kasus COVID-19. Menurut data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan India, ada 3.395 kasus aktif COVID-19 hingga Sabtu pagi. Jumlah tersebut naik sekitar 1.200 persen bila dibandingkan dengan pekan lalu.

    India memiliki 257 kasus aktif pada 22 Mei dan 1.010 pada 26 Mei. Sedangkan pada 27-28 Mei, tercatat sebanyak 685 kasus COVID-19 baru dengan empat kematian.

    Dikutip dari NDTV, Kerala menjadi negara bagian dengan jumlah kasus tertinggi dengan 189 kasus baru pada 27 Mei, dan memiliki 1.336 kasus aktif. Posisinya diikuti Maharashtra 467 kasus, Delhi 375 kasus, Gujarat 265 kasus, Karnataka 234 kasus, Benggala Barat 205 kasus, Tamil Nadu 185 kasus, dan Uttar Pradesh 117 kasus.

    Lalu, ada juga Rajasthan dengan 60 kasus, Puducherry 41 kasus, Haryana 26 kasus, Andhra Pradesh 17 kasus dan Madhya Pradesh 16 kasus. Sepanjang tahun 2025, India mencatat 26 kematian akibat COVID-19.

    Indian Council of Medical Research (ICMR) menyatakan hasil sekuens genom terhadap sampel di wilayah barat dan selatan menunjukkan varian baru tersebut merupakan sub-varian omicron. Strain tersebut menjadi penyebab gelombang besar COVID di India pada tahun 2022.

    “Varian tersebut adalah LF.7, XFG, JN.1, dan NB.1.8.1. Tiga varian pertama lebih umum,” kata Kepala ICMR, Dr Rajiv Behl.

    Dr Rajiv juga telah mengonfirmasi telah terjadi peningkatan kasus COVID-19 di wilayah selatan, kemudian barat, dan sekarang utara India. Menurutnya, semua kasus dipantau melalui Integrated Disease Surveillance Programme (IDSP).

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu telah mengklasifikasikan subvarian LF.7 dan NB.1.8.1 sebagai Variant Under Monitoring (VUM). WHO menyarankan vaksinasi booster sebagai langkah pencegahan keparahan gejala, khususnya untuk kelompok rentan.

    “Meskipun terjadi peningkatan kasus dan rawat inap di beberapa negara tempat NB.1.8.1 tersebar luas, data saat ini tidak menunjukkan bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian lain yang beredar,” kata WHO.

    (avk/up)

  • Situasi Terkini COVID-19 di Indonesia, Ada 72 Kasus Positif Sepanjang 2025

    Situasi Terkini COVID-19 di Indonesia, Ada 72 Kasus Positif Sepanjang 2025

    Jakarta – Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan surat edaran kewaspadaan COVID-19 setelah sejumlah negara tetangga melaporkan kenaikan kasus. Surat yang ditujukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan itu diterbitkan menanggapi peningkatan kasus COVID-19 di kawasan Asia, yakni Thailand, Hong Kong, Malaysia dan Singapura.

    Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Aji Mulawarman mengatakan surat edaran tersebut diterbitkan sebagai upaya memperkuat kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19 di layanan kesehatan.

    “Sudah ada warning di sekitar kita, kita harus lebih siap. Di negara tetangga sudah naik, kita harus siap tapi bukan untuk bikin masyarakat panik,” kata Aji kepada detikcom, Senin (2/6/2025).

    Dari data yang dihimpun Kemenkes, sepanjang 2025 ada sekitar 2.160 spesimen yang diperiksa. Hasilnya, 72 kasus di antaranya positif COVID-19.

    Kenaikan kasus tercatat di Januari 2025 kemudian menurun mulai April. Angkanya perlahan naik di minggu ke-17 hingga minggu ke-19 dengan positivity rate 3,62 persen.

    Berbeda dengan negara tetangga, Aji mengatakan situasi COVID-19 di Indonesia cenderung lebih terkendali. Melihat kondisi di negara tetangga, pemerintah juga belum memperketat mobilisasi warga dengan pemberlakukan travel banned.

    “Kita emang nggak ada travel banned. Sampai saat ini kebijakan tersebut belum ada, tapi pengawasan di pintu masuk tetap dilakukan,” pungkas Aji.

    (kna/up)

  • Thailand ‘Dihantui’ Varian Baru COVID-19, Ada Kasus Kematian

    Thailand ‘Dihantui’ Varian Baru COVID-19, Ada Kasus Kematian

    Jakarta

    Pemerintah Thailand mewaspadai varian baru COVID-19 NB.1.8.1 yang menyebar belakangan ini. Warga diminta waspada dan mengikuti langkah-langkah pencegahan.

    Deputi juru bicara pemerintah Anukool Pruksanusak mengumumkan pada Sabtu (31/5/2025), situasi makin mengkhawatirkan. Mengutip WHO, COVID-19 disebutnya meningkat secara signifikan di Pasifik Barat, Asia Tenggara, dan Mediterania Timur.

    Persebaran virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 meningkat sejak pertengahan Februari, dengan positivity rate mencapai 11 persen. Angka ini tercatat paling tinggi sejak Juli 2024.

    Dikutip dari The Nation, varian baru NB.1.8.1 mengalami perkembangan pesat. Varian ini merupakan subvarian dari XDC.1.5.1 yang juga adalah turunan dari varian JN.1.

    Pada pertengahan Mei 2025, varian ini telah mencakup 10,7 persen dari sekuens genetik global, dari yang hanya 2,5 persen empat pekan sebelumnya. Meski terbilang masih minoritas, varian ini mengalami peningkatan pesat khususnya di Pasifik barat (dari 8,9 persen menjadi 11,7 persen), Amerika (dari 1,6 persen menjadi 4,9 persen), dan Eropa (dari 1,0 persen menjadi 6,0 persen).

    Di Asia Tenggara, baru ada 5 kasus yang dilaporkan dan hingga kini belum ada laporan di Afrika dan Mediterania Timur.

    Sementara itu, Thailand melaporkan 41.283 kasus baru pada 30 Mei 2025 dengan 2 kasus kematian. Area metropolitan Bangkok mencatat jumlah kasus paling tinggi, disusul Provinsi Chonburi. dengan laju infeksi paling tinggi di kalangan dewasa-bekerja, pelajar, anak, dan lansia.

    NEXT: Indonesia mengeluarkan Imbauan

    Surat edaran Kementerian Kesehatan RI tentang kewaspadaan COVID-19 menyebut peningkatan kasus di kawasan Asia terjadi sejak minggu ke-12 tahun 2025. Varian XEC dan JN.1 dalam edaran tersebut dilaporkan paling dominan di Thailand.

    Merespons kewaspadaan tersebut, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyampaikan imbauan bagi yang berencana bepergian ke luar negeri. Selain memantau perkembangan COVID-19 melalui kanal resmi, Kemlu juga mengimbau untuk menerapkan protokol kesehatan berikut:

    Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer.Menggunakan masker bagi yang sakit atau jika berada di kerumunan.Segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernafasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Simak Video “Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]