Kasus: covid-19

  • Akhir Kisah Tumini Tinggali Ponten di Surabaya, Tak Lagi Bisa Berharap pada Lembaran Rp 2.000 dari Warga
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        4 Juli 2025

    Akhir Kisah Tumini Tinggali Ponten di Surabaya, Tak Lagi Bisa Berharap pada Lembaran Rp 2.000 dari Warga Surabaya 4 Juli 2025

    Akhir Kisah Tumini Tinggali Ponten di Surabaya, Tak Lagi Bisa Berharap pada Lembaran Rp 2.000 dari Warga
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Nasib seseorang bisa berubah dalam sehari. Itulah yang dirasakan perempuan berusia 47 tahun bernama
    Tumini
    .
    Sejak sebuah akun mengunggah video
    ponten
    umum yang dia kelola selama belasan tahun viral, dia mendapat kritik keras karena menggunakan ponten umum sebagai tempat tinggal.
    Sepanjang hari, dia lebih banyak menghabiskan waktu di bangunan 4×3 meter itu.
    Hanya duduk di pelataran ponten yang bertangga, menikmati hembusan angin dari rimbunnya pohon angsana.
    Bangunannya masih kokoh, atapnya terbuat dari besi tebal antibocor, tiang penyangga juga berbahan besi. Hanya saja, catnya yang pudar dan lusuh karena banyak debu yang menempel.
    Di samping pintu, ada kaca yang dipasang. Sementara itu, satu sisi dinding menghitam bekas api kompor yang menempel sehingga nampak kotor.
    Tempat ini hanya berjarak lima meter dari rel kereta api yang berangkat dari Stasiun
    Wonokromo

    Surabaya
    , seberangnya.
    Baginya, deru mesin dan suara roda gigi yang berputar justru membuatnya lebih tenang.
    “Saya tuh gak pernah jalan-jalan, kalau banyak pikiran, pasti ke sini, jadi merasa tenang meskipun ya duduk-duduk saja,” kata Tumini, Jumat (4/7/2025).
    Pemasukannya menyambung hidup dari lembar demi lembar nominal Rp 2.000 yang dibayar oleh warga yang menggunakan ponten umum ini.
    Ponten
    umum tetapi yang menggunakan diminta bayar, inilah yang membuat sebagian orang geram padanya.
    Menurut Tumini, 15 tahun lalu, Perum Jasa Tirta membangun ponten di atas lahan Taman Lumumba agar warga tak sembarang buang air di Sungai Jagir yang akan dikelola menjadi air bersih. Karena dulunya tempat ini kawasan kumuh.
    Suaminya, Manan yang saat itu bekerja sebagai hansip dipercaya Jasa Tirta untuk menjaga ponten. Kemudian, terjadi perjanjian Tumini dengan Perum Jasa Tirta.
    Ada biaya sewa yang dibayar Tumini setiap tahunnya sebesar Rp 1 juta sebagai bentuk pengamanan lahan agar tidak diakui dan dibuat bangunan lain.
    Tiga tahun berselang, 2013, suaminya berpulang dan dia melanjutkan mengelola ponten umum ini bersama ibunya, Taspiyah (72).
    Selama belasan tahun, dia memasang dan membayar listrik dan pompa air secara mandiri.
    Itulah yang menjadikan alasan dia menyewakan ponten umum bagi siapa saja yang menggunakan.
    “Meskipun hasilnya tidak seberapa, tapi ada pemasukan sedikit-sedikit. Kalau kita beli sesuatu dari kerja sendiri tanpa minta ke anak itu lebih lega,” ungkapnya.
    Bekerja hanya dengan menyewakan ponten umum untuk warga cukup buat makan sehari-hari. Dia kadang harus memutar uang dan menutup utang tagihan listrik-pompa air.
    “Tapi kalau sudah tanggal 20 mumet kepalanya karena waktunya bayar tagihan, jadi nyari-nyari, kadang utang. Uang ponten ini ya cukup buat makan saja, yang penting bisa muter,” kata Tumini. 
    Terkadang, dia juga dibantu oleh tetangganya yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen untuk membantu mengecat tembok ponten atau kalau ada yang rusak.
    “Kalau ada perbaikan dibantu tetangga, dia biasanya ngamen. Baik banget orangnya, kadang bantu ngecat dinding yang tinggi, dikasih rokok gitu mau aja,” ucap perempuan asal Jombang ini.
    Namun, karena belakangan pontennya semakin sepi, akhirnya ia membuka warung kopi sederhana di pelataran ponten untuk menambah pemasukan. Kompor dan lemari pun tiba-tiba memenuhi.
    Supaya perabotnya tak dicuri, ibunya, Taspiyah kadang malam hari tidur di sini untuk menjaga karena ponten dibangun secara terbuka, tanpa pintu utama.
    Namun, langkah ini justru yang membuatnya terusir.
    Fasilitas umum, tetaplah fasilitas umum, tidak boleh diperuntukkan untuk tempat tinggal. 
    Pihak kelurahan, kecamatan dan Pemerintah Kota Surabaya tegas melarang memanfaatkan fasum sebagai hunian dan pengguna tidak perlu membayar.
    Akhirnya, dia harus membawa pulang seluruh perabotnya dan mencari pekerjaan lain. Namun, dia mengaku legawa. 
    “Padahal sebelum ramai-ramai (viral) saya mau ngecat ponten jadi warna putih biar kelihatan bersih. Tapi ya mau gimana lagi,” kata Tumini. 
    Dia dijanjikan pemerintah setempat dengan ganti gerobak untuk usaha. Gerobak itu belum sampai ke tangannya, tetapi dia sudah berangan-angan untuk menjual gorengan.
    “Bisa nanti jual gorengan, karena kalau di depan rumah sepertinya ramai. Banyak orang yang nyari kalau pagi-pagi. Kalau jual di pinggir jalan, saya takut digusur Satpol PP,” ucap Tumini. 
    Saat ditanya mengapa tak mencari pekerjaan lain, Tumini pasrah cenderung menolak. Alasannya, lapangan pekerjaan semakin sempit, anaknya beberapa kali mengalami PHK.
    “Lagian juga siapa yang menerima kerja sama orang yang sudah tua seperti ini,” katanya. 
    Dia juga mengaku selama ini tidak pernah mendapat bantuan sosial dari pemerintah selain saat pandemi Covid-19. “Semoga saja ada bantuan dan gerobaknya jadi,” ucap Tumini. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bahaya Besar Mengintai Hotel di Jakarta, Ini Biang Keroknya

    Bahaya Besar Mengintai Hotel di Jakarta, Ini Biang Keroknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah telah mengarahkan kebijakan yang lebih ketat terhadap pengeluaran anggaran daerah yang mencakup perjalanan dinas, kunjungan studi, seminar, dan diskusi kelompok terarah. Secara historis, belanja pemerintah menopang sebagian besar permintaan hotel di Jakarta. Hal ini memicu penurunan tajam dalam pemesanan yang disponsori pemerintah. Akibatnya, para pengelola hotel melakukan efisiensi.

    “Sebagai hasil dari langkah-langkah efisiensi ini, para pelaku bisnis perhotelan juga harus efisien, menyesuaikan diri dengan kondisi pasar,” tulis Colliers dalam riset Q1 2025, Jumat (4/7/2025).

    Ada dampak yang cukup menakutkan dari langkah pengelola hotel melakukan efisiensi, yaitu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Bahkan dalam risetnya, Colliers mengungkapkan ada beberapa hotel di Jakarta yang sudah melakukan PHK. Dampak jangka panjangnya adalah tutupnya operasional hotel.

    “Di masa mendatang bukan tidak mungkin akan ada PHK di sektor perhotelan untuk menekan biaya operasional, yang sudah mulai terjadi. Jika ini terus berlanjut dalam waktu lama, ada kemungkinan beberapa hotel akan menutup operasinya lagi,” tulis Colliers.

    Tutupnya hotel terjadi seperti di masa pandemi Covid-19. Para pelaku bisnis perhotelan harus mencari pasar alternatif selain pemerintah, karena belum ada tanda-tanda pelonggaran langkah efisiensi dari pemerintah. Jika ini terjadi, maka bukan tidak mungkin bisnis hotel makin tertekan.

    “Namun diperkirakan kinerja akan kembali normal pada pertengahan Juni, mengingat April dan Mei memiliki banyak hari libur nasional yang dapat mengganggu aktivitas bisnis,” sebut Colliers.

    Berkaca pada Triwulan I 2025, periode ini secara tren merupakan triwulan paling lambat bagi sektor perhotelan Jakarta. Dua faktor utama yang berperan yakni waktu Ramadhan dan langkah-langkah efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah.

    “Memaksa pelaku usaha perhotelan untuk berinovasi guna menghasilkan pendapatan sementara penawaran F&B terutama paket buka puasa-dapat memberikan dorongan yang baik, namun pendapatan kamar tetap menjadi pendorong pendapatan utama. Akibatnya, keuntungan di F&B jarang mengimbangi penurunan jumlah kamar selama bulan puasa,” sebutnya.

    (fys/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pasar Tertua di Jakarta Mulai Sepi Ditinggal Pembeli, Pedagang Teriak

    Pasar Tertua di Jakarta Mulai Sepi Ditinggal Pembeli, Pedagang Teriak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kondisi Pasar Jatinegara, Jakarta Timur juga sudah mulai sepi pelanggan, meski beberapa tempat masih terdapat keramaian. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di pasar tersebut pada Jumat (4/7/2025), kondisinya memang tidak sepenuhnya sepi.

    Bahkan di depan pasar tepatnya pintu masuk Jalan Matraman Raya, kondisinya masih terbilang ramai meski tidak seramai seperti dahulu.

    Sebelum memasuki gedung pasar, terdapat banyak toko milik pribadi hingga pedagang kaki lima di sisi kanan dan kiri jalan. Toko-toko ini menjual berbagai jenis barang mulai dari kebutuhan rumah tangga, perlengkapan bayi, alas kaki, dan masih banyak lagi.

    Namun, pengunjung yang menghampiri toko di depan gedung pasar terlihat hanya beberapa. Kecuali toko yang menjual seragam sekolah di mana pengunjung tampaknya mulai banyak mendatangi karena para orang tua sudah mulai membeli seragam sekolah untuk anaknya.

    Setelah masuk ke dalam namun masih berada di luar gedung, terlihat toko-toko juga cenderung sepi. Kemudian memasuki gedung Utama, di lantai dasar, masih dapat ditemui para pelanggan yang berlalu-lalang. Namun tampaknya, tidak seramai dahulu. Pada lantai dasar ini, toko-toko yang ditemui menjual aneka pakaian dan produk tekstil lainnya.

    Kemudian naik ke lantai satu, berbagai pakaian masih dijual di sini. Namun, lantai ini kebanyakan menjual pakaian anak-anak. Dan lagi-lagi, pengunjung cenderung sepi.

    Bergeser ke lantai 2, pedagang di sini menjual berbagai macam alas kaki, mulai dari sepatu hingga sendal. Namun mirisnya, pengunjung di lantai ini lebih sedikit dari lantai dasar dan lantai 1.

    Terlihat hanya para pedagang yang sedang melakukan packing sepatunya dan hanya beberapa pengunjung yang mampir ke beberapa toko. Di lantai ini pula mulai banyak ruko yang sudah tutup.

    Namun Ketika bergeser ke lantai berikutnya, yakni lantai 3, ruko-ruko yang sudah tutup lebih banyak dari lantai 2. Pada lantai ini, kebanyakan diisi oleh konveksi, tukang jahit, hingga kantor cabang bank.

    Sekilas, Pasar Jatinegara terlihat sepi dan hanya ada keramaian yang berasal dari para pedagang, karyawan, dan kuli angkut. Meski begitu, di luar tepatnya depan gedung Utama pelanggan masih cukup ramai meski masih di Bawah normal.

    Beberapa pedagang mengakui pasar sudah mulai sepi selama setahun terakhir. Bahkan, petugas keamanan pun juga menanggapi bahwa kini Pasar Jatinegara tidak seramai dulu lagi.

    Taslim, salah satu pedagang pakaian yang berada di lantai dasar Pasar Jatinegara mengungkapkan sepinya pelanggan sudah terjadi selama setahun terakhir. Bahkan menurutnya, saat pandemi Covid-19, pelanggan masih cukup ramai.

    Foto: Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sepi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
    Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sepi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

    “Sepinya sudah ada sekitar setahunan, malah pas Covid-19 masih mendingan, tidak seperti ini,” kata Taslim saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Jumat (4/7/2025).

    Taslim menambahkan makin sepinya pelanggan disebabkan karena pola pergeseran belanja masyarakat, di mana hadirnya toko online membuat masyarakat kini enggan untuk datang ke pasar. Meski begitu, Ia tidak sepenuhnya menyalahkan hal itu.

    “Iya ada pengaruh toko online juga sih, tapi kita kan gak bisa salahin, sekarang kan eranya sudah berganti, mungkin dulu di sini sempat jaya, tapi sekarang ya toko online yang berjaya,” tambah Taslim.

    Menurutnya, pedagang yang tidak mampu beradaptasi dengan teknologi akan semakin ditinggalkan, sedangkan sebaliknya, jika pedagang mampu beradaptasi, maka mereka bisa bertahan meski pelanggan kini tak lagi berkunjung ke tokonya tersebut.

    “Ini kan namanya pergantian era, tidak bisa ditantang, pasar ini bisa mati tidak ke depan? bisa iya, bisa tidak, tergantung bisa beradaptasi atau tidak. Kalau kami, ada pasarnya sendiri dan kami bisa beradaptasi dengan pola belanja masyarakat sekarang yang lebih ke online, jadi walaupun terlihat sepi, tapi kami bisa selamat,” ujarnya.

    Sementara itu, Rima, pedagang sepatu yang berada di lantai 2 mengaku pelanggan memang sepi semenjak Covid-19, membuat tokonya kini sepi.

    “Iya begini kondisinya, sudah sejak Covid-19, sama sejak online makin marak,” kata Rima.

    Meski begitu, Rima tetap bertahan karena tuntutan hidup dan jika Ia pindah, maka belum tentu nasibnnya bisa seberuntung sekarang.

    “Ya mau bagaimana lagi, mau tidak mau bertahan, kalau pindah, takutnya malah lebih parah kondisinya, kami tidak mau online karena agak ribet,” ujarnya.

    Adapun Marni, petugas keamanan di Pasar Jatinegara, mengaku kini pengunjung tidak seramai dahulu. Menurutnya, pasar sekilas ramai karena lalu-lalang kendaraan pedagang, karyawan dan kuli angkut.

    “Memang sudah sepi, kelihatan ramai di dalem ya karena itu pedagang, karyawan, dan kuli angkut yang sedang beraktivitas,” kata Marni.

    Meski begitu, pihaknya mengatakan pelanggan sepi tetapi tidak separah dengan beberapa pasar lainnya, di mana terkadang di beberapa tempat keramaian masih terjadi.

    “Sebenarnya dibilang sepi iya, cuma kalau sepi sekali sih tidak ya, kalau di depan terlihat banyak ya mungkin karena saat ini momennya para orang tua mencari seragam sekolah,” ujarnya.

    Pasar Jatinegara atau dikenal dengan sebutan Pasar Mester merupakan pasar tertua yang masih eksis hingga kini. Sebagai informasi, dalam situs resmi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinsi Jakarta dijelaskan pasar Jatinegara atau ‘Meester Passer’ merupakan pasar tertua di pusat pemerintahan saat ini.

    Sejarah pasar ini bermula saat seorang guru agama Kristen keturunan Portugis bernama Meester Cornelis Senen membeli sebidang tanah di aliran Kali Ciliwung dan mengubah daerah tersebut menjadi kawasan perdagangan Pada 1661 silam.

    Seiring waktu berjalan penyebutan nama Meester berubah menjadi Mester karena penyesuaian dengan pelafalan masyarakat sekitar. Sepeninggal Kolonial Belanda nama Mester diganti dengan Jatinegara yang berarti ‘Negara Sejati’.

    Adapun barang yang dijual di pasar ini kebanyakan melayani sistem grosir, baik kodian maupun lusin, meski beberapa juga melayani pembelian satuan atau eceran.

    (chd/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video: Bahan Baku Obat Masih Impor, Produsen Genjot Produksi Lokal

    Video: Bahan Baku Obat Masih Impor, Produsen Genjot Produksi Lokal

    Jakarta CNBC Indonesia – Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Jasmine Karsono, menegaskan bahwa pandemi COVID-19 telah menjadi pelajaran penting bagi industri farmasi nasional. Menurutnya, pandemi mendorong kesadaran masyarakat untuk menjalani hidup sehat dan preventif, sekaligus menyadarkan pentingnya kemandirian di sektor farmasi.

    Jasmine menjelaskan bahwa Kimia Farma kini mulai bergeser dari produksi obat konvensional ke arah yang lebih modern, seperti berbasis biologi molekuler. Di saat yang sama, perusahaan juga berfokus pada pengembangan bahan baku obat dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan pada impor. Melalui anak perusahaannya, Kimia Farma bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan untuk menjadi pionir dalam pengembangan bahan baku obat lokal. Hasilnya, sudah ada 19 bahan baku strategis yang berhasil diproduksi, terutama untuk mengatasi penyakit dengan prevalensi dan tingkat kematian tinggi seperti jantung, hipertensi, hingga HIV/AIDS.

    KimiaFarma juga tengah fokus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), baik melalui bahan baku aktif,eksipien (bahan pendamping), maupun komponen kemasan. Menurut Jasmine. strategi ini dinilai krusial untuk memperkuat ketahanan sektor farmasi dan mengurangi ketergantungan pada impor. Saksikan dialog Shafinaz Nachiar bersama Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Jasmine Karsono di Program Closing Bell CNBC Indonesia, Jumat (04/07/2025).

  • Korsel Tahan Warga Korut yang Nekat Seberangi Perbatasan

    Korsel Tahan Warga Korut yang Nekat Seberangi Perbatasan

    Seoul

    Militer Korea Selatan (Korsel) menahan seorang warga negara Korea Utara (Korut) yang nekat menyeberangi perbatasan kedua negara yang memiliki penjagaan sangat ketat. Otoritas Seoul sedang menyelidiki lebih lanjut insiden tersebut.

    Kepala Staf Gabungan Militer Korsel (JCS) dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Jumat (4/7/2025), menyebut seorang warga Korut berhasil melintasi Garis Demarkasi Militer (MDL) di area barat Zona Demiliterisasi (DMZ) kedua negara pada Kamis (3/7) waktu setempat.

    MDL merupakan perbatasan de-facto antara kedua Korea, yang membentang di tengah DMZ — wilayah perbatasan yang memisahkan kedua Korea, yang merupakan salah satu lokasi dengan ranjau terbanyak di dunia.

    “Militer mengidentifikasi individu di dekat MDL, melakukan pelacakan dan pengawasan,” kata JCS dalam pernyataannya.

    Militer Korsel kemudian, sebut JCS, “berhasil melakukan operasi pemanduan standar untuk mengamankan penahanan”.

    Ditambahkan JCS dalam pernyataannya bahwa “otoritas terkait” akan menyelidiki insiden tersebut secara detail.

    Warga negara Korut biasanya diserahkan kepada badan intelijen Seoul untuk menjalani pemeriksaan setibanya di wilayah Korsel.

    Insiden ini terjadi setelah sebuah perahu kayu yang membawa empat warga Korut hanyut hingga ke perairan selatan perbatasan maritim de-facto pada Mei lalu. Seorang warga Korut lainnya membelot ke Korsel dengan menyeberang perbatasan de-facto di Laut Kuning tahun lalu, tiba di pulau Gyodong di lepas pantai barat Semenanjung Korea.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Puluhan ribu warga Korut telah melarikan diri ke Korsel sejak area semenanjung itu terbagi dalam perang yang berkecamuk tahun 1950-an silam, dengan sebagian besar nekat melewati jalur darat berbahaya ke wilayah China terlebih dahulu, lalu memasuki negara ketiga seperti Thailand, sebelum akhirnya mencapai Korsel.

    Pembelotan melintasi perbatasan darat yang membagi wilayah Semenanjung Korea tergolong jarang terjadi.

    Jumlah aksi pelarian yang sukses mengalami penurunan secara signifikan sejak tahun 2020 lalu, setelah Korut menutup perbatasannya — dirumorkan dengan perintah tembak di tempat di sepanjang perbatasan darat dengan China — untuk mencegah penyebaran COVID-19.

    Presiden Korsel Lee Jae Myung, yang menjabat sejak bulan lalu, telah bersumpah untuk bersikap lebih lunak terhadap Pyongyang dibandingkan dengan pendahulunya yang agresif, Yoon Suk Yeol.

    “Politik dan diplomasi harus ditangani tanpa emosi dan didekati dengan akal sehat dan logika. Memutus dialog sepenuhnya adalah hal yang bodoh untuk dilakukan,” sebut Lee dalam pernyataan pada Kamis (3/7).

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 6 Tips Terhindar dari Quishing, Penipuan Lewat Metode Kode QR

    6 Tips Terhindar dari Quishing, Penipuan Lewat Metode Kode QR

    Bisnis.com, JAKARTA — Penipuan lewat kode QR marak terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Siapa pun bisa menjadi korban penipuan ini.

    Metode penipuan lewat kode QR dapat juga disebut Quishing, yang diambil dari kata dasar QR dan Phising.

    Apabila metode phising tradisional mencoba membujuk pengguna perangkat untuk mengunduh lampiran file atau mengklik teks dengan hyperlink, maka quishing dilakukan dengan menyembunyikan link berbahaya dalam bentuk kode QR yang disebar melalui email, atau juga offline, misalnya ketika stiker kode QR untuk phising ditempel di area masjid dengan menyamarkannya sebagai QR untuk infaq.

    Serangan quishing dapat membahayakan kredensial pengguna, dan memberi akses untuk peretas mengeksploitasi data pribadi pengguna. Dengan kata lain, quishing mampu menyebabkan berbagai pelanggaran data, serangan ransomware, dan insiden keamanan.

    Untuk mencegah agar penipuan tersebut terjadi kepada kita, berikut ini adalah cara mencegah quishing, dilansir dari techtarget:

    1. Jangan pernah memindai kode QR dari sumber tidak dikenal

    2. Jika kode QR berasal dari sumber terpercaya lewat email, konfirmasikan menggunakan media terpisah (misalnya pesan teks atau panggilan suara) bahwa email tersebut asli

    3. Waspada terhadap ciri-ciri phising, seperti ajakan untuk membangkitkan emosi pengguna (misanya simpati atau ketakutan), kesalahan ejaan dan tata bahasa juga patut menimbulkan kecurigaan

    4. Hanya gunakan kamera bawaan perangkat seluler atau aplikasi pindai kode QR terpercaya. Pertimbangkan untuk menggunakan aplikasi pemindai kode QR dengan fitur keamanan bawaan

    5. Bila kode QR mengarah ke situs yang meminta data pribadi, kredensial login, dan informasi keuangan, lanjutkan dengan teliti dan sangat hati-hati

    6. Jaga kebersihan kata sandi dengan mengubah kata sandi secara berkala, dan jangan pernah menggunakan kata sandi yang sama pada lebih dari satu akun

    Kode QR atau Quick Response adalah kode batang persegi atau gambar yang terdiri dari kotak-kotak hitam pada latar belakang putih, yang berisikan data. 

    Ketika pengguna mengarahkan kamera atau aplikasi khusus pemindai kode QR, kode tersebut akan memindai data dan memulai tindakan, misalnya membuka laman web. Kode QR pun dapat juga memicu tindakan seperti panggilan telepon, pesan teks, atau pembayaran digital.

    Dengan kemudahan dalam pembuatannya, serta murah dari segi biaya, kode QR sering digunakan juga oleh para pelaku bisnis untuk memfasilitasi interaksi dan transaksi pelanggan. 

    Di Indonesia kita mengenal Quick Response code Indonesian Standard (QRIS), yang mengawali popularitasnya pada era pandemi COVID-19 ketika aktivitas fisik sangat dibatasi, dan terus berkembang dan digunakan hingga kini. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Pramono tanam mangrove dan berikan bibit ikan di Pulau Kelapa

    Pramono tanam mangrove dan berikan bibit ikan di Pulau Kelapa

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo melakukan penanaman pohon mangrove dan memberikan bantuan benih ikan kerapu kepada nelayan saat mengunjungi Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Jumat pagi.

    Pramono yang tiba di pulau tersebut pukul 08.40 WIB langsung disambut warga dengan antusias. “Assalamualaikum. Selamat pagi semua,” sapa Pramono kepada masyarakat di Pulau Kelapa, Jumat.

    Usai menyapa warga Pulau Kelapa, Pramono langsung menuju tempat penanaman pohon mangrove dan melakukan penanaman mangrove bersama-sama.

    Diketahui, sebanyak 15.000 pohon mangrove ditanam secara serentak di Kepulauan Seribu. Pramono juga memberikan 24.000 benih ikan kerapu secara simbolis untuk para nelayan di pulau tersebut.

    Dalam kunjungan kerjanya, Pramono menyempatkan diri untuk meninjau Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Nyiur Melambai dan bermain dengan anak-anak di sana. Anak-anak itu tampak sangat gembira bermain permainan kucing dan tikus bersama Pramono.

    Setelah itu, Pramono langsung bergeser mengunjungi Fasilitas layanan Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO). BWRO adalah sistem pengolahan air yang menggunakan teknologi reverse osmosis untuk mengubah air payau menjadi air tawar.

    Selain itu, Pramono juga meninjau layanan kesehatan puskesmas dan melihat kapal pelayanan kesehatan Pusat Krisis dan Kegawatdaruratan Kesehatan Daerah (PK3D) di bawah Suku Dinas Kesehatan di sana.

    “Kapalnya cukup baik, ada ruang untuk operasi. Bahkan, ada ruang untuk sterilisasi kalau orang misalnya terkena infeksi dan juga terkena COVID ada di dalam,” kata Pramono.

    Usai berkunjung ke Pulau Kelapa, sekitar pukul 09.50 WIB, Pramono pun langsung bergerak menuju Pulau Tidung untuk mengunjungi warga di sana.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bupati Ungkap Praktik Ladang di Lamandau Berbenturan dengan UU LH, Sebut Peladang Kebingungan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        4 Juli 2025

    Bupati Ungkap Praktik Ladang di Lamandau Berbenturan dengan UU LH, Sebut Peladang Kebingungan Regional 4 Juli 2025

    Bupati Ungkap Praktik Ladang di Lamandau Berbenturan dengan UU LH, Sebut Peladang Kebingungan
    Tim Redaksi
    PALANGKA RAYA, KOMPAS.com

    Bupati Lamandau
    , Kalimantan Tengah (Kalteng), Rizky Aditya Putra, turut serta dalam retret gelombang kedua yang diadakan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, beberapa hari yang lalu.
    Dalam acara tersebut, Rizky mengungkapkan bahwa ia memperoleh banyak pengetahuan terkait pengelolaan pemerintahan daerah dan pentingnya sinergi antara pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat.
    Selama retret, Rizky juga menyampaikan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Lamandau, khususnya masyarakat adat.
    Lamandau dikenal dengan kekayaan kearifan lokal dan adat istiadatnya, termasuk praktik berladang tradisional yang bertujuan untuk mencapai
    swasembada pangan
    .
    Namun, Rizky menyoroti bahwa aktivitas ini belum mendapatkan
    kepastian hukum
    , sehingga
    peladang tradisional
    sering kali terancam dengan sanksi pidana.
    “Selama ikut retret, saya banyak membawa persoalan yang terjadi di Lamandau, terutama masalah peladang tradisional, agar ke depan mereka memiliki kepastian hukum,” ungkap Rizky saat diwawancarai media di sela kegiatan Rapimpurnas KNPI 2025 di Kantor Gubernur Kalteng, Palangka Raya, Kamis (3/7/2025) malam.
    Peladang tradisional
    di Lamandau masih menggunakan metode pembukaan lahan dengan cara membakar untuk menanam komoditas hortikultura seperti beras.

    Rizky menjelaskan bahwa meskipun beberapa desa di Lamandau berhasil mencapai swasembada pangan setiap tahunnya, mereka masih menghadapi kendala hukum.
    “Ada beberapa desa di Lamandau yang masih melakukan praktik berladang tradisional, luar biasanya, mereka mencapai swasembada pangan setiap tahunnya. Selama ini kami punya perda perlindungan aktivitas berladang tradisional itu, tetapi kadang bentrok dengan aturan pusat,” jelas Rizky.
    Menurut Rizky, bentrok aturan antara pemerintah pusat dan daerah yang berdampak pada peladang tradisional terjadi karena adanya Undang-Undang Lingkungan Hidup yang melarang pembakaran lahan.
    “Ke depan kami harapkan perlu ada harmonisasi Undang-Undang tersebut, paling tidak peladang tradisional dibolehkan membakar setengah sampai satu hektar lahan,” ujarnya.
    Rizky menambahkan bahwa peladang tradisional sering kali terancam sanksi pidana akibat aktivitas mereka, padahal tujuan mereka adalah untuk mencapai swasembada pangan sesuai dengan kearifan lokal masyarakat adat.
    “Tahun ini belum ada dengar (yang dipenjara), tetapi sebelum pandemi Covid-19 marak, ini menjadi persoalan, yang berdampak bagi luas tanam dan ketahanan pangan kita,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Pedagang dan Warga Tolak Ide Dedi Mulyadi Bongkar Teras Cihampelas
                        Bandung

    7 Pedagang dan Warga Tolak Ide Dedi Mulyadi Bongkar Teras Cihampelas Bandung

    Pedagang dan Warga Tolak Ide Dedi Mulyadi Bongkar Teras Cihampelas
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Rencana pembongkaran
    Teras Cihampelas
    yang diusulkan Gubernur
    Jawa Barat
    ,
    Dedi Mulyadi
    , kepada Wali Kota
    Bandung
    ,
    Muhammad Farhan
    , menuai penolakan dari warga dan pedagang kaki lima (PKL) yang mencari nafkah di lokasi tersebut.
    “Buat apa dibongkar, sudah tanggung, mendingan ditata lagi saja biar lebih nyaman,” ujar Taufik Budi Santoso, warga Cimaung, Cihampelas saat ditemui di Cihampelas, Kamis (3/7/2025).  
    Taufik mengakui, kondisi Teras Cihampelas saat ini kurang terawat dan rusak akibat aksi vandalisme. Namun ia menilai, pembongkaran bukan solusi yang tepat.
    “Ya sangat disayangkan sekali Teras Cihampelas yang dulu bersih sekarang banyak gambar-gambar kaya gini, jadi enggak enak dilihat. Mudah-mudahan ke depan bisa rapi lagi,” tambahnya.
    Dindin Wardiman, seorang warga Setiabudi, juga menolak rencana tersebut.
    Ia berpendapat, meski banyak fasilitas yang rusak dan terdapat aksi vandalisme, Teras Cihampelas tetap menjadi salah satu destinasi ikonik Kota Bandung.
    “Kalau sekarang disayangkan saja enggak terawat, seharusnya bisa jadi obyek wisata. Tapi kalau banyak coretan-coretan gini enggak enak dilihat, jadi terlihat kumuh. Tapi sayang juga kalau dibongkar, bangunan sudah ada ngapain dibongkar, tinggal ditata ulang,” ungkapnya.
    Sementara itu, Aan Suherman, seorang pedagang nasi ayam goreng dan sambal terasi di teras 7, mengaku omzetnya bisa mencapai Rp 800.000 per hari, bahkan hingga Rp 1,5 juta saat ramai.

    Alhamdulillah
    saya banyak pelanggan dari karyawan yang kerja di Cihampelas Walk (Ciwalk) sama kantor-kantor lain seperti PT KAI,” jelasnya.
    Ia menolak keras rencana pembongkaran dan mengusulkan agar anggaran untuk pembongkaran dialokasikan untuk modal pedagang.
    “Enggak perlu dibongkar, kalau dibongkar saya mau pindah kemana, langganan saya sudah pada tahu di sini,” ucapnya.
    Irahayu, pedagang dan bendahara Koperasi Paguyuban Pedagang Teras Cihampelas juga menyatakan, jumlah pengunjung sudah mulai meningkat.
    “Sebenarnya ini udah mau mulai banyak tamu, jadi lebih baik ditata ulang dikasih daya tarik lagi biar tamu lebih banyak mau naik. Kalau dibongkar sayang banget, tempat sudah bagus gini kenapa harus dibongkar,” ujarnya.
    Saat ini, dari 191 kios yang ada di Teras Cihampelas. Dari jumlah itu, hanya 32 pedagang yang tetap bertahan.
    Irahayu menambahkan, banyak pedagang yang bangkrut sejak pandemi Covid-19, sehingga tidak memiliki modal untuk membuka kios.
    “Mending uang buat bongkarnya dikasihin ke ibu-ibu yang jualan di sini. Pak Dedi, Pak Farhan, tolonglah lebih bijaksana, kami dari awal pembangunan sudah berjuang dan bertahan di sini, jadi mohon dipertimbangkan lagi (pembongkaran),” tandasnya.
    Berita sebelumnya,
    Wali Kota Bandung
    Muhammad Farhan mengatakan, Pemerintah Provinsi mengusulkan pembongkaran skywalk Teras Cihampelas, yang dibangun pada masa Wali Kota Bandung
    Ridwan Kamil
    .
    “Kemungkinan (dibongkar), tetapi itu baru usul dari Pak Gubernur (Dedi Mulyadi), saya mesti menjalani dulu proses administrasi yang tidak sederhana dan panjang,” katanya.
    Farhan pun akan berupaya mencari kejelasan apakah memungkinkan untuk melakukan pembongkaran Teras Cihampelas.
    “Bahwa ada wacana ataupun saran dari Pemerintah Provinsi agar dilepaskan atau ada upaya pelepasan aset gitu, kami akan jajaki kemungkinan secara hukumnya,” ucapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Merinding! 2 Tubuh Pasien Ini Dipenuhi Cacing Setelah Terima Donor Ginjal

    Merinding! 2 Tubuh Pasien Ini Dipenuhi Cacing Setelah Terima Donor Ginjal

    Jakarta

    Sebuah laporan kasus mencatat dua pasien pria yang tubuhnya dipenuhi cacing parasit. Sebelumnya, keduanya telah menerima transplantasi ginjal di dua rumah sakit berbeda di Amerika Serikat (AS).

    Menurut laporan yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada 18 Juni 2025, kedua ginjal tersebut berasal dari donor organ yang sama, yang tinggal di Karibia sebelum meninggal.

    Kasus Pasien Pertama

    Pasien pertama merupakan pria berusia 61 tahun yang menjalani operasi transplantasi di Rumah Sakit Umum Massachusetts (MassGen). Sekitar 10 minggu pasca transplantasi, ia dipindahkan kembali ke MassGen setelah menjalani rawat inap di rumah sakit lain.

    Pasien dilaporkan mengalami mual, muntah, rasa haus yang berlebihan, ketidaknyamanan perut, nyeri punggung, dan demam. Di rumah sakit pertama, dokter menemukan cairan menumpuk di paru-parunya.

    Kondisi tersebut membuatnya bernapas dengan cepat, merasa seolah-olah ia tidak bisa mendapatkan cukup udara, dan kadar oksigennya menurun.

    Saat ia mengalami gagal napas dan syok, kondisi yang membuat tekanan darahnya sangat rendah, pasien harus dipindahkan ke unit perawatan intensif di MassGen. Dokter mendokumentasikan ruam ungu seperti memar menyebar di kulit perut pasien.

    Para dokter memulai penyelidikan ekstensif terhadap riwayat medis pasien dan menjalankan serangkaian tes untuk menentukan penyebab gejalanya. Pasien mengonsumsi obat imunosupresif untuk mencegah tubuhnya menolak ginjal barunya, yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

    Tim medis, termasuk ahli penyakit menular dan transplantasi organ Dr Camille Kotton, memiliki tantangan untuk menyaring daftar panjang kemungkinan infeksi untuk menemukan penyebabnya. Tim dokter menyingkirkan infeksi bakteri, karena pasien telah diberikan antibiotik dan tidak membaik.

    Pasien juga mengonsumsi antivirus dan hasil tesnya negatif terkait COVID-19. Itu menyisakan semacam parasit sebagai kemungkinan penyebabnya.

    “Hal ini didukung fakta bahwa kadar eosinpofil pasien, sejenis sel darah putih yang melawan infeksi parasit, juga meningkat. Sel-sel ini juga dapat meningkat karena reaksi obat atau penolakan transplantasi, tetapi penyebab tersebut tidak mungkin terjadi mengingat gejala yang dialami pria tersebut,” terang Dr Kotton dikutip dari Live Science, Rabu (2/7/2025).

    Ia menghubungi New England Donor Services, sebuah organisasi pengadaan organ regional, tentang potensi kontaminasi cacing gelang kecil yang disebut Strongyloides stercoralis, pasca transplantasi. Meskipun donor ginjal tersebut telah meninggal, mereka dapat menguji sebotol darah donor yang memiliki antibodi untuk Strongyloides, yang berarti sistem kekebalan donor pada suatu saat telah terpapar cacing tersebut.

    Pengujian sampel darah pasien menunjukkan bahwa ia tidak memiliki antibodi terhadap Strongyloides sebelum transplantasi, tetapi ia memilikinya setelahnya. Saat tim medis mengambil sampel dari tubuh pasien, mereka menemukan cacing tersebut telah menyebar jauh ke perut, paru-paru, dan kulitnya.

    Tim medis MassGen merawat pasien dengan ivermectin, obat antiparasit yang kuat. Mereka mendapat izin khusus untuk memberikan obat tersebut langsung di bawah kulitnya untuk melawan infeksi seluruh tubuh, yang akhirnya dapat menyembuhkan pasien.

    Saksikan Live DetikPagi:

    Kasus Pasien Kedua

    Sementara itu, pusat medis lain telah mentransplantasikan organ dari donor yang sama. Hal ini dialami oleh pria berusia 66 tahun yang dirawat di Albany Medical Center.

    Pasien dirawat karena mengalami kelelahan sel darah putih rendah, dan fungsi ginjal yang memburuk setelah operasi transplantasi. Berbagi catatan dengan MassGen, para dokter akhirnya berhasil merawat pasien kedua yang telah menerima donor ginjal lainnya.

    “Transplantasi organ menyelamatkan nyawa. Dalam kasus langka seperti ini, komunikasi dan koordinasi antara rumah sakit kami dan keterlibatan dokter penyakit menular di kedua rumah sakit sangat penting, seperti halnya peringatan yang diberikan organisasi pengadaan organ regional kami,” jelas juru bicara Albany Medical Center.

    Saksikan Live DetikPagi:

    Simak Video “Dokter Tegaskan Kematian Pasien Tak Terkait dengan Transplantasi Ginjal Babi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)