Kasus: covid-19

  • Mendagri ingatkan pemda efisiensikan belanja birokrasi

    Mendagri ingatkan pemda efisiensikan belanja birokrasi

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menginstruksikan kepada seluruh pemerintah daerah untuk menerapkan efisiensi belanja birokrasi untuk menyikapi kebijakan pemangkasan transfer ke daerah (TKD) dalam APBN 2026.

    “Menghadapi dinamika transfer keuangan daerah yang beralih ke pusat maka satu tipnya, rekan-rekan di daerah harus melakukan efisiensi belanja, terutama belanja yang birokrasi,” kata Tito kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

    Belanja birokrasi yang dimaksudkan oleh Mendagri antara lain pengeluaran untuk rapat, perjalanan dinas, biaya pemeliharaan dan lain sebagainya.

    Tito mengatakan seluruh pemerintah daerah di Indonesia berhasil menerapkan efisiensi pada masa pandemi COVID-19 sehingga tidak ada alasan untuk tidak melakukan efisiensi/

    “Rapat-rapat, perjalanan dinas, segala macam, makanan-minuman, perawatan, pemeliharaan, itu anggarannya kadang-kadang, mohon maaf, berlebihan, ini harus dikurangi. Banyak daerah yang melakukan itu bisa. Kita waktu zaman Covid juga bisa, dikurangi jauh anggaran kita, bisa,” ujarnya.

    Mendagri meminta kepada semua pihak di bawah naungan Kementerian Dalam Negeri untuk senantiasa menjaga integritas dalam menjalankan tugasnya, seraya mengingatkan ada konsekuensi hukum bagi siapa saja yang mencoba bermain-main dengan anggaran.

    “Program-program juga harus betul-betul (dijalankan), anggaran untuk program harus betul-betul bisa menjadi barangnya. Jangan dijadikan bancakan, kena masalah hukum nanti,” tuturnya.

    Alokasi dana TKD secara nasional dalam Rancangan APBN tahun 2026 sebesar Rp649,99 triliun, turun signifikan dari perkiraan realisasi tahun 2025 sebesar Rp864 triliun atau dibandingkan dengan alokasi dalam APBN 2025 sebesar Rp919,9 triliun.

    Kompensasi dari pengurangan itu, Kementerian Keuangan menaikkan belanja program pemerintah pusat untuk daerah yang dikucurkan langsung melalui kementerian/lembaga (K/L), yang nilainya mencapai sekitar Rp1.300 triliun, naik signifikan dari alokasi sebelumnya Rp900 triliun.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Politik Anti-Imigran Dorong Meningkatnya Rasisme di Jerman

    Politik Anti-Imigran Dorong Meningkatnya Rasisme di Jerman

    Jakarta

    Meningkatnya dukungan terhadap kelompok sayap kanan, ekonomi yang mandek, dan fokus politik yang terus mengarah pada isu migrasi menjadi faktor utama yang memperburuk diskriminasi rasial di negara-negara Eropa, seperti Jerman.

    Tahir Della dari organisasi Initiative of Black People in Germany mengatakan kepada DW bahwa fokus politik yang berlebihan pada migrasi dikhawatirkan menimbulkan efek domino. Kemajuan yang telah dicapai Jerman selama puluhan tahun untuk menjadi negara yang lebih inklusif terhadap orang kulit hitam bisa terancam mundur.

    “Kami sudah mulai merasakannya. Setiap kali muncul perdebatan soal migrasi, keberadaan orang kulit hitam dan keturunan Afrika di Jerman sering dipertanyakan,” ujar Della.

    Menurut laporan “Being Black in the EU 2023” dari Badan Hak Asasi Manusia Uni Eropa (EU Agency for Fundamental Rights/ EUFRA), Jerman sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di Uni Eropa, mencatat peningkatan tertinggi dalam diskriminasi terhadap orang kulit hitam.

    Sejak laporan itu keluar, situasi politik Jerman berubah. Setelah pemilu federal 2025, partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (Alternative for Germany/AfD) yang dikenal dengan pandangan anti-imigrannya, menjadi partai dengan suara terbanyak kedua.

    Ekonomi Jerman, yang selama ini menjadi mesin industri Eropa, belum pulih sejak pandemi COVID-19. Dalam dua tahun terakhir, Jerman menjadi satu-satunya negara di kelompok G7 yang tidak tumbuh, dan diperkirakan kembali stagnan pada 2025. Kondisi ini bisa berdampak besar terhadap kehidupan warga kulit hitam.

    Apakah Jerman gagal mendukung imigran?

    Dari sisi ekonomi, imigran asal Afrika sub-Sahara yang sebagian besar menjadi responden kulit hitam dalam survei EUFRA, hidup dalam kondisi yang lebih sulit dibanding kelompok lain di Jerman. Tingkat pengangguran mereka mencapai lebih dari 16%, lebih dari tiga kali lipat warga negara Jerman, dan dua poin lebih tinggi dari rata-rata imigran. Pendapatan mereka juga cenderung lebih rendah.

    De Souza bercerita kepada DW bahwa ada pasien yang menolak dirawat oleh tenaga medis kulit hitam. Menurut laporan tahun 2024 dari Kantor Federal Anti-Diskriminasi Jerman, diskriminasi rasial memang masih marak di sektor kesehatan.

    Bagi de Souza, bekerja dan tinggal di Berlin terasa lebih aman dibanding pindah ke daerah lain seperti Brandenburg, meski biaya hidup di ibu kota jauh lebih tinggi.

    “Dalam dunia kesehatan, tim kerja itu sangat penting,” ujarnya, sambil menambahkan bahwa banyak rekan asal Afrika yang bekerja di luar Berlin menghadapi situasi yang jauh lebih berat.

    Namun, keputusan tinggal di kota yang lebih mahal karena takut diskriminasi juga bisa berarti sebagian besar penghasilannya habis untuk membayar sewa.

    Peneliti yang meneliti kesenjangan gaji antara imigran dan warga lokal menyebut fenomena ini sebagai “sorting”, yaitu imigran cenderung terkumpul di pekerjaan dengan bayaran rendah. Di Jerman, warga keturunan Afrika banyak bekerja di sektor kebersihan dan pekerjaan kasar lainnya. Negara ini juga termasuk yang paling buruk di Eropa dalam hal kesenjangan pendapatan bagi imigran asal Afrika sub-Sahara.

    Perbedaan penghasilan juga bisa disebabkan oleh sulitnya pengakuan terhadap ijazah dan pengalaman kerja dari luar negeri. Selain itu, kebijakan imigrasi turut mempengaruhi siapa yang diizinkan masuk dan seberapa besar peluang mereka untuk berhasil di pasar kerja.

    Diskriminasi dalam perekrutan kerja

    Meskipun kesenjangan upah mulai menyempit di generasi berikutnya, termasuk bagi keturunan Afrika sub-Sahara, diskriminasi dalam proses perekrutan masih banyak terjadi di Jerman.

    Menurut riset Universitas Siegen, antara 2023 hingga awal 2025, pelamar dengan nama bernuansa Afrika atau Arab menjadi yang paling jarang mendapat panggilan wawancara untuk pelatihan vokasi. Ironisnya, ini terjadi di tengah kekurangan tenaga magang di banyak perusahaan Jerman.

    Diskursus publik juga bisa memperburuk diskriminasi dalam perekrutan, kata sosiolog Malte Reichelt dari Lembaga Riset Ketenagakerjaan (Institute for Employment Research) Jerman, yang ikut meneliti kesenjangan upah antara imigran dan warga lokal. “Kategori ras tertentu menjadi lebih menonjol dalam perdebatan publik, dan itu terbawa ke proses perekrutan,” ujarnya.

    Fenomena ini bukan hanya terjadi di Jerman. Di seluruh Uni Eropa, orang kulit hitam merupakan kelompok yang paling sering melaporkan diskriminasi ketika mencari pekerjaan dan Jerman kembali menempati posisi kedua terburuk.

    Meski laporan seperti ini bisa memberi gambaran, data tersebut belum sepenuhnya mencerminkan pengalaman nyata orang-orang yang mengalaminya.

    Luksemburg jadi contoh kecil yang bisa ditiru

    Setelah mendapat peringkat buruk dalam laporan Being Black in the EU tahun 2017, Luksemburg, sebuah negara kecil namun makmur, tempat lebih dari 10% penduduknya lahir di luar Uni Eropa, mengambil langkah maju dengan melakukan survei nasional soal persepsi publik terhadap diskriminasi rasial dan etnis. Hasilnya dipublikasikan pada 2022, dan kini negara itu tengah menyusun rencana aksi nasional melawan rasisme.

    “Rencana ini bertujuan mengambil langkah konkret untuk memerangi semua bentuk rasisme dan diskriminasi melalui penelitian, pelatihan, dan kampanye kesadaran publik,” ujar Frederic Docquier, ekonom asal Belgia sekaligus wakil direktur Lembaga Riset Sosioekonomi (Luxembourg Institute of Socio-Economic Research/LISER).

    “Kita perlu memastikan bahwa diskriminasi itu nyata, bukan sekadar persepsi,” tambahnya.

    Menurut Docquier, diskriminasi juga punya dampak ekonomi. “Kelompok yang terdiskriminasi membayar pajak lebih sedikit dibanding potensi mereka dan jika mereka kesulitan mendapat pekerjaan, mereka akan bergantung pada tunjangan pengangguran yang tentu membebani negara.”

    Sementara itu, Tahir Della berharap Jerman bisa melakukan penelitian dan pengumpulan data yang lebih menyeluruh, bukan hanya menggambarkan kondisi saat ini, tetapi juga perjalanan hidup orang-orang yang mengalami diskriminasi.

    “Kita perlu tahu seperti apa rasanya tumbuh dan hidup di sini, serta pengalaman yang mereka alami setiap hari,” ujarnya.

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

  • 5
                    
                        Mendagri: Anggaran Perjalanan Dinas, Rapat, hingga Makan Berlebihan, Harus Dikurangi!
                        Nasional

    5 Mendagri: Anggaran Perjalanan Dinas, Rapat, hingga Makan Berlebihan, Harus Dikurangi! Nasional

    Mendagri: Anggaran Perjalanan Dinas, Rapat, hingga Makan Berlebihan, Harus Dikurangi!
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Jenderal (Purn) Tito Karnavian menegaskan bahwa anggaran daerah untuk melakukan rapat, perjalanan dinas, hingga makan dan minum terlalu berlebihan.
    Tito menegaskan, anggaran tersebut harus dikurangi, apalagi dana Transfer ke Daerah (TKD) 2026 dipangkas.
    “Tadi saya sudah menyampaikan tips-tips menghadapi tahun depan, di antaranya adalah efisiensi belanja semua daerah. Karena menghadapi dinamika transfer keuangan daerah yang beralih ke pusat, maka satu tipsnya, rekan-rekan di daerah harus melakukan efisiensi belanja, terutama belanja yang birokrasi,” ujar Tito di Hotel Pullman, Jakarta Barat, Kamis (9/10/2025).
    “Rapat-rapat, perjalanan dinas, segala macam, makanan, minuman, perawatan, pemeliharaan, itu anggarannya kadang-kadang, mohon maaf, berlebihan. Ini harus dikurangi. Banyak daerah yang melakukan itu bisa,” sambungnya.
    Tito mengatakan, pada masa Covid-19 beberapa tahun lalu, Kemendagri juga mengalami pengurangan anggaran yang nominalnya jauh sekali.
    Dia mengeklaim, mereka tetap bisa bertahan dengan anggaran terbatas tersebut.
    Lalu, Tito mengingatkan bahwa setiap program di daerah betul-betul harus terlaksana.
    Jika tidak, mereka bisa berurusan dengan masalah hukum.
    “Program-program juga harus betul-betul, anggaran untuk program harus betul-betul bisa menjadi barangnya. Jangan dijadikan bancakan, kena masalah hukum nanti,” kata Tito.
    Tips selanjutnya, Tito meminta para gubernur untuk bekerja cerdas dan inovatif dalam mencari pendapatan tambahan.
    Dia menyampaikan, yang terpenting adalah mereka tidak memberatkan rakyat kecil saat mencari dana tambahan.
    “Ya misalnya ya, yang sudah ada saja, restoran, hotel misalnya. Silakan datang ke restoran-restoran, hotel kan umumnya dipajakin itu. Mungkin yang
    customer
    -nya enggak baca, di
    bill
    itu ada pajaknya,
    lho
    . Itu belum tentu, pajaknya artinya di-
    collect
    oleh restoran, hotel. Pertanyaannya apakah ini semua akan disampaikan kepada Dispenda daerah? Belum tentu,” jelasnya.
    “Parkir, misalnya. Ini harus dibuat sistem supaya pajak yang memang sudah ada ini, yang tadinya bocor, bisa masuk ke kas pemerintah daerah,” imbuh Tito.
    Diketahui, pemerintah telah menambah alokasi anggaran TKD dalam APBN 2026 sebesar Rp 43 triliun dari Rp 649,99 triliun menjadi Rp 693 triliun.
    Namun, walau sudah ditambah, anggaran TKD 2026 tetap lebih kecil dibandingkan alokasi pada APBN 2025 sebesar Rp 919,87 triliun.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Viral Warganet Ngeluh Batuk Pilek Tak Kunjung Sembuh, Ada Penyakit Apa? Kemenkes Bilang Gini

    Viral Warganet Ngeluh Batuk Pilek Tak Kunjung Sembuh, Ada Penyakit Apa? Kemenkes Bilang Gini

    GELORA.CO – Keluhan batuk, pilek, demam tak kunjung membaik belakangan ramai dikeluhkan warganet. Tidak hanya satu dua orang yang mengalaminya, beberapa netizen mengaku heran gejalanya terasa menetap lebih lama, dibandingkan batuk pilek biasanya.

    Kementerian Kesehatan RI membenarkan terjadi peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sepanjang 2025. Kenaikan bahkan mulai tercatat signifikan sejak awal 2025 hingga di minggu tiga pekan terakhir.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Aji Muhawarman menyebut peningkatan kasus ISPA berkaitan dengan musim hujan.

    “Iya terkait musim hujan, saat suhu lebih rendah dan kelembapan tinggi,” tegas dia saat dihubungi detikcom Rabu (8/10/2025).

    Menurutnya, bila cakupan vaksin influenza rendah, risiko infeksi juga akan terus meningkat.

    Sementara untuk kasus penyakit serupa influenza, relatif fluktuatif dalam empat pekan terakhir, meski secara umum trennya juga meningkat.

    “Pola kasus penyakit serupa influenza ini dilaporkan secara nasional cenderung konsisten, ini bisa terjadi kemungkinan tidak dipengaruhi pola musiman,” tuturnya.

    Dugaan lain yang muncul di balik banyaknya keluhan batuk pilek tak kunjung sembuh adalah terkait infeksi COVID-19. Mengacu data Kemenkes RI hingga pekan ke-39 2025, tidak ada kenaikan signifikan.

    Laporan kasus COVID-19 harian masih terkendali dengan rata-rata tercatat di bawah 20 kasus per hari. Terakhir, tercatat tujuh kasus baru COVID-19 di 6 provinsi, dengan penambahan terbanyak yakni Sumatera Selatan.

    Sepanjang 2025, Indonesia mencatat 414 kasus positif COVID-19 dengan nol kematian.

  • Ahli Buktikan Long COVID Nyata! Pasien Bisa Alami ‘Kabut Otak’

    Ahli Buktikan Long COVID Nyata! Pasien Bisa Alami ‘Kabut Otak’

    Jakarta

    Para ilmuwan mengatakan mereka akhirnya menemukan penyebab brain fog atau kabut otak pada orang-orang dengan long COVID-19. Itu merupakan kondisi saat pasien masih merasakan gejala COVID-19 berkepanjangan, meski statusnya sudah dinyatakan negatif.

    Temuan ini dapat menjelaskan mengapa jutaan orang terus mengalami masalah memori dan konsentrasi berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi.

    Di Inggris, diperkirakan 1,9 juta orang hidup dengan long COVID, yang terdiri dari kelelahan, sesak napas, dan nyeri sendi. Tetapi, salah satu yang paling melemahkan adalah kabut otak.

    Kabut otak merupakan masalah kognitif, termasuk daya ingat yang buruk, berpikir lebih lambat, dan kesulitan fokus, yang mempengaruhi lebih dari 80 persen orang yang pernah terinfeksi COVID-19.

    Hingga saat ini, para peneliti menduga COVID-19 dapat memicu perubahan struktural di otak, tetapi belum dapat menentukan penyebab molekulernya.

    Kini, para ilmuwan Jepang telah mengembangkan cara untuk secara langsung memvisualisasikan reseptor kunci di otak yang terkait dengan memori dan pembelajaran. Ini dilakukan untuk mengungkap apa yang mungkin mendasari masalah tersebut.

    Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Brain Communications, para peneliti mengamati reseptor AMPAR, protein pada permukaan sel otak yang membantu mengirimkan sinyal yang terlibat dalam pembelajaran dan memori.

    Aktivitas abnormal pada AMPAR sebelumnya dikaitkan dengan kondisi, seperti depresi, gangguan bipolar, dan demensia. Dengan menggunakan pemindaian otak tingkat lanjut, para peneliti membandingkan 30 pasien COVID-19 jangka panjang dengan 80 relawan sehat dan menemukan peningkatan aktivitas AMPAR yang signifikan, di antara mereka yang memiliki gejala kognitif.

    Semakin parah kabut otak, maka semakin padat aktivitas reseptornya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan biologis yang jelas dengan COVID-19 jangka panjang, dan target potensial untuk pengobatan di masa mendatang.

    “Temuan kami dengan jelas menunjukkan bahwa kabut otak COVID-19 jangka panjang harus diakui sebagai kondisi klinis yang sah,” beber Profesor Takuya Takahashi, seorang pakar mekanisme molekuler dan rekan penulis studi, dikutip dari Daily Mail.

    “Hal ini dapat mendorong industri perawatan kesehatan untuk mempercepat pengembangan pendekatan diagnostik dan terapeutik untuk gangguan ini,” sambungnya.

    Tim tersebut berhasil membedakan setiap pasien long COVID dari kelompok kontrol yang sehat menggunakan teknik pencitraan otak baru mereka, sebuah terobosan potensial untuk diagnosis.

    Para peneliti kini berharap teknologi ini dapat membantu mengembangkan pengobatan yang menekan aktivitas AMPAR, sehingga mengurangi kabut otak pada pasien di masa mendatang.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Viral Warganet Ngeluh Batpil Tak Sembuh, Ada Penyakit Apa? Kemenkes Buka Data

    Viral Warganet Ngeluh Batpil Tak Sembuh, Ada Penyakit Apa? Kemenkes Buka Data

    Jakarta

    Keluhan batuk, pilek, demam tak kunjung membaik belakangan ramai dikeluhkan warganet. Tidak hanya satu dua orang yang mengalaminya, beberapa netizen mengaku heran gejalanya terasa menetap lebih lama, dibandingkan batuk pilek biasanya.

    Kementerian Kesehatan RI membenarkan terjadi peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sepanjang 2025. Kenaikan bahkan mulai tercatat signifikan sejak awal 2025 hingga di minggu tiga pekan terakhir.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Aji Muhawarman menyebut peningkatan kasus ISPA berkaitan dengan musim hujan.

    “Iya terkait musim hujan, saat suhu lebih rendah dan kelembapan tinggi,” tegas dia saat dihubungi detikcom Rabu (8/10/2025).

    Menurutnya, bila cakupan vaksin influenza rendah, risiko infeksi juga akan terus meningkat.

    Sementara untuk kasus penyakit serupa influenza, relatif fluktuatif dalam empat pekan terakhir, meski secara umum trennya juga meningkat.

    “Pola kasus penyakit serupa influenza ini dilaporkan secara nasional cenderung konsisten, ini bisa terjadi kemungkinan tidak dipengaruhi pola musiman,” tuturnya.

    Dugaan lain yang muncul di balik banyaknya keluhan batuk pilek tak kunjung sembuh adalah terkait infeksi COVID-19. Mengacu data Kemenkes RI hingga pekan ke-39 2025, tidak ada kenaikan signifikan.

    Laporan kasus COVID-19 harian masih terkendali dengan rata-rata tercatat di bawah 20 kasus per hari. Terakhir, tercatat tujuh kasus baru COVID-19 di 6 provinsi, dengan penambahan terbanyak yakni Sumatera Selatan.

    Sepanjang 2025, Indonesia mencatat 414 kasus positif COVID-19 dengan nol kematian.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

    Musim Batuk-Radang Tenggorokan

    7 Konten

    Cuaca tak menentu belakangan ini membuat daya tahan tubuh menurun. Alhasil banyak yang ngedrop, batuk-batuk hingga radang tenggorokan. Flu biasa, atau memang ada lonjakan COVID-19?

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Profil Benjamin Paulus Wakil Menkes Baru, Dokter Pribadi Prabowo?

    Profil Benjamin Paulus Wakil Menkes Baru, Dokter Pribadi Prabowo?

    GELORA.CO  – Benjamin Paulus Octavianus dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes). Pelantikan dilakukan di Istana Kepresidenan, Rabu 8 Oktober 2025. 

    “Mengangkat sebagai wakil menteri negara Kabinet Merah Putih dalam sisa masa jabatan periode 2024-2029. … Dua, Benjamin Paulus Octavianus sebagai Wakil Menteri Kesehatan,” kata pembawa acara pelantikan pejabat negara. 

    Menjadi pertanyaan sekarang, siapa sebenarnya Benjamin Paulus Octavianus? Simak pembahasannya berikut ini. 

    Profil Benjamin Paulus Ocatvianus

    Benjamin Paulus Octavianus adalah seorang dokter spesialis Paru dan Respirasi (Pulmonologi). Gelar dokternya adalah dr Benjamin Paulus Octavianus, Sp.PKR. 

    Dokter Benny, sapaan akrabnya, lahir pada 13 September 1963. Dia merupakan anak dari pendiri Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) Batu, Malang, Jawa Timur yaitu Pdt. Petrus Octavianus. 

    Dia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, pada 1994. Dokter Benjamin mendapat gelar spesialisnya dari Universitas Brawijaya, Malang, pada 2004. 

    Dalam praktiknya sebagai dokter spesialis, dr Benny hingga saat ini masih berpraktik di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (PIK) di bagian paru. Dia juga diketahui berpraktik di beberapa rumah sakit. 

    Dokter Benny tercatat sebagai anggota dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 

    Siapa yang menyangka, sebelum menjadi Wamenkes baru, dr Benny pernah diangkat menjadi Staf Khusus Bidang Kesehatan di Kementerian Pertahanan era Prabowo Subianto. 

    Di momen itu, dr Benny rutin memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, termasuk soal Covid-19 yang kala itu merebak luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

    Jadi, itu dia informasi mengenai sosok Dokter Benjamin Paulus Octavianus, Wakil Menteri Kesehatan baru yang dilantik langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, sebelum menjadi Wamenkes baru, dr Benny pernah diangkat menjadi Staf Khusus Bidang Kesehatan di Kementerian Pertahanan era Prabowo Subianto. 

    Di momen itu, dr Benny rutin memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, termasuk soal Covid-19 yang kala itu merebak luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

    Jadi, itu dia informasi mengenai sosok Dokter Benjamin Paulus Octavianus, Wakil Menteri Kesehatan baru yang dilantik langsung oleh Presiden Prabowo Subianto

  • Kemendagri Dukung Program Satu Rumah Satu Kolam di Jember, Perkuat Ekonomi Lokal

    Kemendagri Dukung Program Satu Rumah Satu Kolam di Jember, Perkuat Ekonomi Lokal

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memacu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember terus memperkuat ekonomi lokal melalui pengembangan inovasi Satu Rumah Satu Kolam.

    Hal tersebut disampaikan Kepala BSKDN Yusharto Huntoyungo dalam kegiatan audiensi antara BSKDN dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jember di Ruang Video Conference BSKDN Pada Rabu, 8 Oktober 2025.

    Dalam sambutannya, Yusharto menilai bahwa Jember memiliki potensi besar untuk mengembangkan inovasi berbasis sumber daya lokal. Menurutnya, inovasi Satu Rumah Satu Kolam yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Jember merupakan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat sekaligus menjaga ketahanan pangan daerah.

    Kendati terkesan sederhana, namun inovasi tersebut sangat berdampak. Melalui Satu Rumah Satu Kolam, masyarakat dapat memanfaatkan lahan di sekitar rumah untuk budidaya ikan konsumsi. Hal ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan keluarga, tetapi juga bisa menumbuhkan ekonomi dari tingkat rumah tangga.

    “Selama ini masih banyak yang salah paham, kalau inovasi itu harus digital, harus berbasis aplikasi, padahal melalui inovasi yang terkesan sederhana seperti Satu Kolam Satu Rumah ini manfaatnya luar biasa, tidak hanya untuk ketahanan pangan tapi juga pertumbuhan ekonomi lokal,” ungkap Yusharto dalam keterangannya.

    Lebih lanjut, Yusharto menjelaskan bahwa Jember sebagai salah satu lumbung pangan di Jawa Timur memiliki potensi alam yang besar, namun dihadapkan pada sejumlah tantangan geografis karena letaknya yang cukup terpencil. Meski demikian, Jember terbukti mampu bangkit lebih cepat pasca pandemi Covid-19 melalui koordinasi yang kuat antara pemerintah daerah dan forum rektor perguruan tinggi di wilayah tersebut.

    “Jember dikenal sebagai kota pendidikan, memiliki banyak universitas dan sumber daya manusia yang unggul. Ini adalah kekuatan besar yang bisa dioptimalkan dalam mendukung inovasi daerah. Semangat kolaboratif inilah yang perlu terus dijaga,” tegasnya.

     

  • Musim Batuk Pilek Melanda, Ini Wanti-wanti Menkes untuk Warga +62

    Musim Batuk Pilek Melanda, Ini Wanti-wanti Menkes untuk Warga +62

    Jakarta

    Belakangan banyak masyarakat curhat bahwa mereka mengalami sakit seperti batu, pilek, hingga tenggorokan gatal terus menerus. Bahkan, ada yang mengeluh bahwa batuk dan pileknya tak kunjung sembuh.

    “lagi musim pilek kh? temen duduk satu baris di kelas gua juga pada batuk pilek anjir,” ucap akun media sosial X @so***, dikutip detikcom, Rabu (8/10/2025).

    “Ni lagi musim sakit apa gimana. Plissss besok UTS skrng batuk pilek, tenggorokan sakit,” kata netizen lain.

    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memberikan saran kepada masyarakat yang sedang mengalami gejala di atas untuk sebisa mungkin untuk tidak menularkan ke orang lain, serta bagi mereka yang tidak sakit untuk bisa menjaga kesehatannya.

    “Orang-orang flu itu sebenarnya infeksi saluran pernapasan. Flu kan nularnya lewat droplet, kalau ada yang sebelahnya batuk-batuk atau pilek yang pakai masker, atau kalau kita batuk pilek ya pakai masker biar gak nularin,” kata Menkes saat ditemui di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Rabu (8/10/2025).

    Menkes juga memberikan saran kepada masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan di tengah banyaknya warga yang ‘tumbang’ trrkait musim yang tidak menentu seperti sekarang.

    “Kalau sarannya saya, nomor satu masyarakat harus tidur cukup, makannya cukup, olahraga cukup supaya sistem imunnya baik,” kata Menkes.

    Lagi Musim Flu

    Berkaitan dengan fenomena tersebut, spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) menjelaskan memang ada peningkatan kasus batuk dan pilek. Menurutnya, ini disebabkan oleh perubahan cuaca tak menentu dan sirkulasi virus yang terus meningkat.

    Hal ini yang membuat daya tahan tubuh menurun, sehingga seseorang lebih rentan mengalami masalah batuk dan pilek.

    “Iya sekarang lagi musim infeksi saluran pernafasan hal ini disebabkan perubahan cuaca dan sirkulasi virus yang meningkat seiring dengan perubahan cuaca,” kata dr Erlang ketika dihubungi detikcom, Rabu (8/10/2025).

    dr Erlang menjelaskan sebagian besar masalah infeksi disebabkan oleh virus dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, ia mengingatkan pada kelompok rentan, misalnya pada lansia dan orang dengan komorbid (penyakit penyerta), tetap harus berhati-hati.

    Jika dirasa masalah batuk pilek tidak sembuh dalam waktu lama, maka pemeriksaan lebih lanjut sebaiknya tetap dilakukan.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

    Musim Batuk-Radang Tenggorokan

    7 Konten

    Cuaca tak menentu belakangan ini membuat daya tahan tubuh menurun. Alhasil banyak yang ngedrop, batuk-batuk hingga radang tenggorokan. Flu biasa, atau memang ada lonjakan COVID-19?

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Pilu Remaja 14 Tahun Meninggal karena Operasi Plastik

    Pilu Remaja 14 Tahun Meninggal karena Operasi Plastik

    Jakarta

    Kematian remaja perempuan yang menjalani operasi plastik memicu reaksi kemarahan dan kekhawatiran di Meksiko. Peristiwa ini mendorong para legislator berjanji memperketat pengawasan terhadap prosedur operasi plastik pada anak di bawah umur.

    Paloma Nicole Arellano Escobedo (14) dinyatakan meninggal karena kematian otak pada 20 September lalu di klinik swasta di Durango, Meksiko.

    Selama beberapa hari, ia sempat dirawat secara intensif setelah menjalani operasi implan payudara dan transfer lemak ke bokong.

    Ayah kandung Nicole, Carlos Arrelano membawa kasus ini ke ranah hukum. Ia melaporkan mantan istrinya, Paloma Escobedo.

    Arrelano menggugat Escobedo karena memberikan izin operasi tersebut kepada dokter bedah, Victor Manuel Rosales, yang merupakan ayah tiri sang anak.

    “Mereka yang melakukan ini kepada anak saya harus membayar, mereka harus dipenjara. Karena mereka tidak hanya mengakhiri hidupnya,” kata Arrelano dalam wawancara dengan Jorge Arroyo, seorang ahli bedah yang rutin mengangkat kasus-kasus medis.

    FGEDKejaksaan Negara Bagian Durango menampilkan foto kedua tersangka.

    Escobedo sebagai wali Paloma didakwa atas “kelalaian dalam perawatan dan penyalahgunaan profesi” karena ia ikut serta dalam operasi putrinya tanpa memiliki kualifikasi sebagai tenaga medis.

    Sementara itu, Rosales dihadapkan pada dakwaan “kelalaian dan praktik medis yang tidak semestinya”.

    Para tersangka belum memberikan pernyataan publik mengenai kejadian tersebut.

    Namun, kasus ini telah memicu pertanyaan dan kekhawatiran tentang prosedur estetika pada anak di bawah umur.

    Apakah operasi plastik boleh untuk remaja?

    Dokter bedah plastik spesialis bedah mikro rekonstruktif, Mauro Armenta, menjelaskan bedah plastik dan rekonstruktif sesungguhnya punya tingkat risiko yang tak jauh berbeda dengan prosedur lain.

    “Komplikasi dapat terjadi pada siapa saja. Karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam menentukan penyebab kematian. Terkadang ada kondisi yang tidak terdeteksi dalam pemeriksaan praoperasi dan dapat menjadi faktor penyebab komplikasi yang lebih parah,” ucap dokter dari Universitas Otonom Barcelona ini.

    Akan tetapi, ia menegaskan pada BBC Mundo bahwa tidak disarankan untuk melakukan prosedur ini pada remaja, karena perkembangan emosional dan psikologisnya masih dalam tahap berkembang. Selain itu, harus ada izin penuh dari wali mereka.

    “Jika pasien masih remaja, harus ada persetujuan dari kedua orang tua dan mereka harus mengetahui risiko dan manfaatnya,” kata Armenta.

    “Pada dasarnya, operasi plastik ini tidak punya batasan usia karena ada anak-anak yang memang membutuhkan, tapi kembali lagi harus paham risiko dan manfaatnya. Persiapannya juga harus matang,” imbuh Armenta.

    Namun untuk prosedur estetika, Armenta menekankan perkembangan kepribadian remaja yang dapat berpengaruh.

    “Ini tentang perkembangan intelektual dan emosional yang harus mereka miliki. Remaja perempuan tidak memiliki kriteria yang jelas, hari ini mereka bisa menyukai sesuatu dan besok tidak. Dalam perubahan ini, mereka menemukan kepribadian mereka dan tidak disarankan untuk melakukan operasi plastik,” katanya.

    Armenta menambahkan bedah plastik tidak hanya membantu orang-orang untuk memperbaiki penampilan mereka, tapi juga membantu orang-orang yang mengalami cedera, penyakit, dan bahkan pelecehan karena suatu aspek tubuh.

    “Pada pasien yang sangat muda, kami melakukan otoplasti untuk mereka yang memiliki telinga yang sedikit menonjol atau sangat besar, karena mereka menjadi korban perundungan sejak usia dini,” kata Armenta.

    “Kami melakukan operasi pada mereka sejak usia 12 atau 13 tahun. Namun, ini adalah kasus khusus, bukan hal yang umum,” jelasnya.

    Ahli bedah, Jorge Arroyo menguatkan pernyataan ini. “Ada jenis bedah plastik, seperti untuk anak-anak dengan bibir sumbing atau yang menderita sindrom kelainan bawaan. Anak-anak ini membutuhkan bedah plastik.”

    ‘Dia adalah anak yang gembira’

    Carlos Arellano masih tak menyangka harus kehilangan putrinya.

    Sejak berpisah dengan istrinya saat Nicole berusia empat tahun, ia selalu menjaga komunikasi dengan anaknya ini seiring hak asuh bersama yang dimilikinya dan mantan istrinya.

    “Dia adalah anak yang gembira. Ia bahagia dengan tubuhnya, dengan senyumnya, bahagia dengan hidupnya. Sebentar lagi, ia berulang tahun 15 tahun. Semuanya sudah siap untuk pestanya,” tutur Arrelano.

    “Mimpi lainnya adalah mengunjungi Eropa dan perjalanan itu sudah siap,” kata Arellano dalam wawancara dengan dokter Arroyo.

    Menurut Arrelano, putrinya “sama sekali tidak pernah” mengungkapkan keinginannya untuk menjalani operasi plastik.

    Nicole disebutnya aktif berolahraga. Pada Maret lalu, ia yang tergabung dengan tim voli sekolahnya menjadi juara dalam turnamen. Namun, pada 11 September, mantan istrinya mengabarkan bahwa putrinya positif COVID-19 dengan mengirimkan hasil tes laboratorium.

    Arrelano tidak diperbolehkan menjenguk karena putrinya disebut akan diisolasi untuk menyembuhkan diri di rumah terpencil di pegunungan Durango. Namun dari informasi yang dikumpulkan, Arrelano mendapati putrinya menjalani operasi plastik yang dikerjakan oleh pasangan mantan istrinya.

    Tiga hari kemudian, pada 15 September, Arellano menerima kabar putrinya dalam kondisi kritis di unit perawatan intensif.

    Carlos ArellanoCarlos Arellano berfoto selfie bersama putrinya, Paloma Nicole.

    Nicole mengalami koma dan harus diintubasi karena mengalami peradangan otak yang parah. “Saya hancur karena tidak tahu mengapa dia seperti itu,” kata Arellano.

    “Seluruh tubuhnya ditutupi. Ada bantal di sekelilingnya. Semuanya tertutup rapat. Saya merasa aneh, tetapi baru belakangan saya mengetahui semuanya,” kata Arellano.

    Dia memperhatikan bahwa putrinya mengenakan baju bedah yang tidak ada hubungannya dengan COVID-19 atau peradangan otak yang didiagnosis padanya.

    Nicole semakin parah dan akhirnya meninggal pada 20 September. Hingga putrinya meninggal, dokter tidak memberitahu Arrelano tentang operasi plastik yang dilakukan putrinya.

    Namun ketika jaksa penuntut umum datang mengajukan otopsi, Arrelano mengaku mulai curiga mengingat anaknya diketahuinya meninggal karena COVID. Kendati demikian, ia tetap menolak untuk menyerahkan jenazah anaknya dan mengatur pemakaman.

    “Belakangan, saya ragu sehingga memutuskan untuk memeriksanya dan melihat apakah anak saya memiliki implan,” kata Arellano.

    Pada 21 September, ia menyatakan kesediaannya untuk melakukan otopsi. Menurut Kepala FGED, Sonia Yadira de la Garza, penyelidikan awal menemukan hasil positif COVID yang ditunjukkan Escobedo adalah hasil positif miliki Nicole pada 2022.

    Penyelidikan pun berlanjut. Escobedo diselidiki atas tuduhan “penyalahgunaan profesi” karena ia ikut melakukan operasi tanpa memiliki persiapan atau akreditasi resmi. Hal ini didapat dari daftar dan catatan operasi Nicole yang menunjukkan Escobedo sebagai “peserta” dalam bidang keperawatan.

    Sementara itu, Vctor Manuel Rosales yang bertindak sebagai dokter beda menghadapi tuduhan malpraktik. Ia juga menyalahgunakan wewenang dengan menandatangani persetujuan sebagai wali anak tersebut meskipun ia bukan wali.

    Ahli bedah, Jorge Arroyo menjelaskan bahwa tidak ada batasan hukum bagi kerabat langsung atau tidak langsung untuk melakukan operasi pada pasien di Meksiko.

    Selain itu, tidak ada juga batasan usia minimum untuk menjalani operasi estetik seperti yang dilakukan pada Paloma Nicole.

    “Tidak ada kontraindikasi terkait usia, selama dilakukan oleh profesional yang memiliki pelatihan yang relevan. Faktanya, Meksiko adalah rujukan dalam bedah plastik di Amerika Latin,” tambahnya

    Apa respons pemerintah terkait kasus ini?

    FGEDJaksa Negara Bagian Durango memastikan bahwa kasus tersebut sedang diselidiki secara menyeluruh.

    Selain melaporkan mantan istrinya dan dokter bedah, Arellano mengorganisir protes untuk menuntut keadilan di Durango.

    Kasus ini sampai ke konferensi pers Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, yang pekan lalu mengatakan bahwa pemerintahannya akan memberikan “pendampingan” yang diperlukan.

    Senator Gina Campuzano Gonzlez mengajukan “Undang-Undang Nicole” ke Kongres untuk melarang prosedur “murni estetika” pada anak di bawah umur dan hanya mengizinkan operasi rekonstruktif di bawah pengawasan klinis yang lebih ketat.

    “Tidak ada persetujuan orang dewasa yang dapat mengizinkan apa yang dilarang oleh undang-undang. Masa kanak-kanak tidak dapat dinegosiasikan,” kata anggota legislatif dari Durango itu.

    Anggota legislatif lain di Durango, negara bagian lain, dan parlemen federal pun mengumumkan mereka akan mengusulkan “Undang-Undang Nicole” yang bertujuan untuk menyesuaikan peraturan dan mencegah kasus serupa.

    Ahli bedah, Jorge Arroyo, menyampaikan revisi peraturan dapat menjadi hal yang positif mengingat Meksiko merupakan negara ketiga di dunia dengan praktik bedah plastik terbanyak secara umum.

    “Ini adalah masalah yang belum mendapat perhatian yang layak,” kata Arroyo dalam wawancara dengan BBC Mundo.

    Getty ImagesKepribadian pada masa remaja bersifat tidak stabil, sehingga operasi tidak dianjurkan pada mereka, kata dokter Meksiko Mauro Armenta.

    Di sisi lain, Arroyo menjelaskan bahwa ada negara-negara di mana komite etika menilai dan memberikan izin agar seorang anak di bawah umur dapat menjalani operasi plastik.

    “Negara-negara lain di Amerika Latin telah melakukannya dan saya tidak melihat ada yang salah dengan mendorong undang-undang ini yang ingin mereka sebut sebagai Undang-Undang Nicole,” katanya.

    Belum ada penelitian yang jelas, kata Arroyo, yang menunjukkan apakah ada peningkatan jumlah operasi pada anak di bawah umur dan dewasa muda karena terpapar pengaruh seperti media sosial atau tokoh-tokoh yang mempromosikan standar kecantikan.

    Namun, ia berpendapat bahwa perkembangan media telah membuatnya lebih terlihat: “Dulu, orang tidak tahu ke dokter mana harus pergi untuk melakukan semua prosedur ini. Hari ini, berkat atau tidak berkat media sosial, orang sudah tahu bahwa mereka dapat mengakses jenis prosedur ini.”

    Armenta menegaskan bahwa di Meksiko “operasi pada remaja tidak begitu umum, tidak ada ledakan”, sebagian karena keluarga yang membatasi kaum muda.

    Namun, ia menekankan bahwa yang disarankan adalah pergi ke profesional yang terakreditasi jika menginginkan prosedur ini: “Untuk benar-benar mengurangi risiko, siapa pun harus pergi ke ahli bedah plastik bersertifikat.”

    Ia pun menambahkan: “Meskipun demikian, kecelakaan seperti ini tetap bisa terjadi.”

    BBC

    Tonton juga Video Rency Milano Habiskan Rp 800 Juta untuk Operasi Plastik

    (ita/ita)