Banyak Pusat Perbelanjaan Sepi Pengunjung, APPBI: Masyarakat Cari Interaksi Sosial
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengungkapkan alasan di balik sepinya pengunjung pusat perbelanjaan legendaris di Jakarta, bahkan sampai ada yang tutup.
Ia menilai,
masyarakat kini datang ke mal bukan semata untuk berbelanja, melainkan untuk berinteraksi sosial secara langsung, terutama setelah pandemi Covid-19.
“Setelah PPKM dicabut maka yang pertama kali dicari oleh masyarakat adalah berinteraksi sosial dengan sesamanya secara langsung yang bukan di dunia maya karena itu adalah yang dilarang selama pembatasan,” ujar Alphonzus kepada
Kompas.com
, Selasa (14/10/2025).
Ia menjelaskan, pusat perbelanjaan harus mampu menyediakan fasilitas yang memungkinkan untuk melakukan interaksi sosial sehingga dapat memberi pengalaman (
journey
/
experience
) bagi pengunjung.
“Pusat Perbelanjaan harus dapat memiliki dan menyediakan tempat ataupun fasilitas untuk pelanggan melakukan interaksi sosial dengan sesamanya, sehingga fungsi Pusat Perbelanjaan bukan lagi hanya sekedar tempat belanja,” kata dia.
Alphonzus menilai fasilitas berupa taman, tempat hiburan, dan arena rekreasi di mal masih belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Berbagai fasilitas tempat hiburan, rekreasi, atau taman bermain di Pusat Perbelanjaan menjadi salah satu pilihan dan alternatif bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dimaksud,” jelas Alphonzus.
Ia menambahkan, fungsi pusat perbelanjaan akan selalu berubah seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat.
Menurut dia, untuk menyesuaikan dengan perubahan itu, pusat perbelanjaan harus mampu berperan sebagai
social connection hub
atau pusat koneksi sosial.
“Masyarakat Indonesia juga memiliki budaya yang senang berkumpul baik bersama keluarga, sanak saudara, teman, kolega, komunitas, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Sebelumnya, Ratu Plaza yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kini tampak lengang.
Pantauan
Kompas.com
pada Selasa (14/10/2025) siang menunjukkan suasana di dalam mal terlihat sepi pengunjung. Jumlah kios yang tutup bahkan lebih banyak dibandingkan dengan kios yang masih beroperasi.
David (52), salah satu penjual di Ratu Plaza, mengatakan bahwa penurunan jumlah pengunjung mulai terasa pascapandemi Covid-19.
“Abis covid setahu saya soalnya informasi dari beberapa orang seperti itu. Jadi hampir semua terdampak,” kata David.
Selain faktor pandemi, kebiasaan masyarakat yang kini lebih sering berbelanja secara daring juga kian memperburuk kondisi.
“Ya ada juga lah beberapa. Pengaruh juga lah dari
online
itu orang kan kadang lihat harga juga kadang di
online
itu lebih murah,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: covid-19
-
/data/photo/2025/08/06/68933ee06d339.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banyak Pusat Perbelanjaan Sepi Pengunjung, APPBI: Masyarakat Cari Interaksi Sosial Megapolitan 14 Oktober 2025
-

Lawan Operasi Imigran Trump, Pejabat LA Voting Status Darurat untuk Buka Keran Bantuan Negara
JAKARTA – Pejabat Wilayah Los Angeles (LA) yang bertindak sebagai cabang legislatif dan eksekutif akan melakukan pemungutan suara untuk menetapkan status keadaan darurat lokal sehingga dapat memberikan bantuan bagi warga LA yang menderita kerugian finansial akibat maraknya penggerebekan imigrasi federal menargetkan imigran.
Langkah ini akan memungkinkan Dewan Pengawas Wilayah Los Angeles memberikan keringanan sewa bagi penyewa yang menunggak pembayaran akibat tindakan keras terhadap imigran. Status keadaan darurat lokal juga membuka penyaluran dana negara untuk bantuan hukum dan layanan lainnya.
Kantor Pengawas Lindsey Horvath, menyebutkan jika terealisasi calon penerima manfaat keringanan dana sewa dapat menfatkan diri melalui portal daring yang akan diluncurkan dalam waktu dua bulan
Status itu juga bisa menjadi langkah pertama menuju penangguhan sementara atau moratorium kebijakan penggusuran.
Keresahan akan penggusuran telah dirasakan pemilik properti di LA yang disebut mengalami pukulan finansial lain setelah kenaikan sewa yang diperpanjang selama pandemi COVID-19.
Sejak Juni 2025, wilayah Los Angeles telah menjadi medan pertempuran dalam strategi imigrasi agresif Pemerintahan Presiden AS Donal Trump yang memicu protes tetapi ditanggapi dengan pengerahan Garda Nasional dan Marinir selama lebih dari sebulan.
Dalam operasi imigrasi tersebut, agen federal AS secara masif menggerebek dan mengumpulkan imigran tanpa status legal untuk berada di AS dari Home Depot, tempat cuci mobil, halte bus, dan pertanian. Beberapa warga negara AS juga telah ditahan.
Horvath dan Janice Hahn yang merupakan Anggota Dewan Pengawas Wilayah Los Angeles, mengatakan penggerebekan tersebut telah menyebarkan rasa ketakutan masyarakat LA dan mengganggu stabilitas bisnis lokal.
“Mereka menargetkan keluarga, mengganggu ruang kelas, membungkam pekerja, dan memaksa orang untuk memilih antara tetap aman dan tetap memiliki rumah,” kata Horvath dalam sebuah pernyataan.
Menurutnya, menetapkan status keadaan darurat lokal “adalah cara kita melawan.”
-

Sindiran Yusuf Muhammad untuk Laskar Cinta Jokowi: Banyak Maunya, Sekarang Minta Pecat Menkeu Purbaya
Diceritakan Reinhart, kebijakan saat itu disebut kacau balau karena suku bunga dinaikkan hingga 60 persen, namun di sisi lain pemerintah tetap melakukan pencetakan uang besar-besaran.
Reinhart juga menyebut strategi berbeda diterapkan pada krisis global 2008.
Kala itu, Purbaya memberi masukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar peredaran uang domestik tidak ditahan, dan membiarkan sektor swasta menggerakkan roda ekonomi.
“Worked. Growth era SBY 6 persen. Walaupun gak gencar gov spending kaya Jokowi, tapi swastanya gerak,” tukasnya.
Sementara itu, lanjut Reinhart, di era Presiden Jokowi, strategi lebih banyak mengandalkan belanja pemerintah (government spending), meski pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5 persen.
Saat pandemi Covid-19, sempat ada potensi krisis, namun Menkeu mendorong agar dana bank sentral dikembalikan ke sistem.
“Untung Jokowi gercep katanya jadi bisa survive,” tambahnya.
Kini, di era Presiden Prabowo Subianto, Reinhart melihat Purbaya berusaha mengombinasikan strategi ala SBY dan Jokowi, yakni mendorong sektor swasta sekaligus memperkuat belanja pemerintah.
“Balikin uang ke sistem. Katanya ada 425 T duit cash BI, udah dia order untuk lepas 200T,” Reinhart menuturkan.
Ia juga menyebut dalam rapat tersebut ada anggota DPR yang memberikan respons positif.
Dewan dikatakan sudah lama mengingatkan soal banyaknya dana yang mengendap di Bank Indonesia (BI).
“Ada anggota DPR yang nanggepin katanya dewan udah sering ingetin pemerintah tentang banyak dana ngendep di BI, jadi katanya go ahead aja buat approach nya Menkeu ini,” kuncinya.
-

Jepang Ketar-ketir Dihantui Wabah Flu, Lebih dari 4 Ribu Dirawat-RS Sampai Kewalahan
Jakarta –
Jepang tengah menghadapi krisis kesehatan yang mengkhawatirkan setelah kasus influenza melonjak jauh lebih cepat dari perkiraan. Pemerintah secara resmi telah menyatakan epidemi flu nasional, menyusul peningkatan tajam kasus rawat inap dan penutupan sekolah yang menekan sistem kesehatan masyarakat.
Menurut laporan media Jepang, Kementerian Kesehatan Jepang mengonfirmasi bahwa rata-rata nasional telah melampaui ambang batas epidemi, yakni 1,04 pasien per fasilitas medis, angka yang belum pernah tercatat sedini ini dalam satu musim. Para ahli memperingatkan bahwa virus flu mungkin berkembang lebih cepat, menimbulkan tantangan baru bagi otoritas kesehatan.
Biasanya musim flu di Jepang memuncak pada akhir November atau Desember, namun tahun ini wabah muncul sekitar lima minggu lebih awal. Laporan menyebutkan rumah sakit kini penuh dan banyak sekolah di berbagai prefektur terpaksa ditutup untuk menekan penularan.
Hingga 3 Oktober, lebih dari 4.000 orang telah dirawat di rumah sakit, meningkat empat kali lipat dibanding minggu sebelumnya. Setidaknya 135 sekolah dan pusat penitipan anak ditutup sementara, terutama di Tokyo, Okinawa, dan Kagoshima.
Salah satu kasus terjadi di Prefektur Yamagata, 22 dari 36 siswa di sebuah sekolah dasar mengalami gejala flu, sehingga sekolah harus ditutup sementara, mencerminkan cepatnya penyebaran infeksi di kalangan anak-anak.
Pakar kesehatan menduga lonjakan cepat ini menandakan pergeseran perilaku virus flu.
“Musim flu tahun ini datang jauh lebih awal, dan dalam kondisi global yang terus berubah, pola seperti ini bisa menjadi hal yang umum di masa depan,” kata Profesor Yoko Tsukamoto dari Health Sciences University of Hokkaido.
Ia menambahkan, mobilitas penduduk dan perjalanan internasional dapat mempercepat kemampuan virus beradaptasi.
“Masyarakat perlu mengambil langkah pencegahan sederhana seperti vaksinasi, mencuci tangan, dan menghindari penularan,” ujarnya.
Menurutnya, pola ini juga terlihat di berbagai negara lain, yang menunjukkan bahwa beberapa strain influenza mungkin telah berevolusi menjadi lebih mudah menular atau lebih tahan terhadap pengobatan standar.
Rumah Sakit Kewalahan
Lonjakan pasien membuat rumah sakit di Jepang kembali menghadapi antrean panjang dan kekurangan tenaga medis, mengingatkan pada situasi pandemi COVID. Otoritas kesehatan meminta masyarakat tidak datang ke rumah sakit tanpa gejala berat dan segera mencari nasihat medis jika muncul tanda-tanda flu.
Pemerintah juga mendorong vaksinasi dini, khususnya bagi lansia, anak-anak, serta individu dengan penyakit kronis.
“Bagi sebagian besar orang sehat, flu mungkin hanya terasa tidak nyaman, tetapi bagi kelompok rentan, vaksinasi dini sangat penting.” imbuh Profesor Yoko Tsukamoto.
Halaman 2 dari 2
(suc/suc)
-
/data/photo/2025/10/14/68edfc6febfa9.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
7 Pernah Jadi Simbol Gaya Hidup Urban, Grand Paragon Mall Mulai Kehilangan Daya Tarik Megapolitan
Pernah Jadi Simbol Gaya Hidup Urban, Grand Paragon Mall Mulai Kehilangan Daya Tarik
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Dari luar, Grand Paragon Mall di Jalan Keamanan, Taman Sari, Jakarta Barat, masih tampak megah dan kokoh.
Fasadnya yang modern berdiri diapit deretan pohon palem, dengan kendaraan terparkir rapi di tepi jalan. Namun, kesan itu perlahan memudar begitu kaki melangkah ke dalam.
Bangunan yang berdiri sejak 2010 ini merupakan satu kompleks dengan Grand Paragon Hotel, hotel berbintang tiga yang langsung menempel di sisi mal. Tapi, di balik tampilannya yang masih terawat, denyut kehidupan pusat perbelanjaan ini kian melemah.
Begitu memasuki lobi utama, suasana senyap langsung menyergap. Ruang besar itu terasa dingin, seolah menelan gema langkah kaki sendiri.
Meja resepsionis hotel di sisi kanan tampak kosong tanpa petugas. Di tengah lobi, vas bunga merah artifisial berdiri di atas meja kaca, memantulkan kilau lantai marmer yang mengilap namun terasa dingin.
Eskalator utama yang seharusnya menghubungkan lantai atas dan bawah tak berfungsi. Sebagian ditutup rantai kuning dan papan larangan. Hanya satu eskalator di lantai bawah (LG) yang masih menyala.
Menuruni beberapa anak tangga ke area bawah, suasana sunyi tetap mendominasi. Restoran seperti Amano Steakhouse, Warisan Indonesia Soul Food, hingga Excelso tampak berdiri berjajar, namun hanya terlihat beberapa pelayan yang mondar-mandir di dalam.
Di sekitarnya, banyak ruko kaca yang kosong. Beberapa toko yang masih bertahan, seperti penjual perlengkapan rumah tangga dan pakaian olahraga, tampak memasang label besar “Diskon 50 Persen” di etalase depan.
Arena bermain anak “Playmania” pun tampak gelap dan tertutup. Lantai atas nyaris tanpa aktivitas.
Satu-satunya titik kehidupan datang dari Grand Lucky Superstore di sudut mal. Di sinilah suara mesin pemindai
barcode
di kasir menjadi satu-satunya dentuman ritmis yang memecah kesunyian.
“Sejak 2020, sudah lima tahun saya kerja di sini. Sepi banget. Dulu sebelum Covid, omzet kotor bisa di atas Rp 50 juta per bulan, sekarang paling Rp 30 juta, bahkan kadang cuma Rp 25 juta,” ujar Jatman (25), karyawan toko pakaian olahraga, kepada
Kompas.com
, Selasa (14/10/2025).
Ia mengaku, sebagian besar pengunjung kini hanyalah pelanggan lama. Penjualan daring melalui aplikasi ojek online pun tidak banyak membantu.
“Orang datang cuma lihat-lihat, bandingin harga
online
, terus enggak beli,” katanya sambil tersenyum pahit.
Hal serupa disampaikan Syifa (17), penjaga stan makanan dan minuman di lantai bawah.
“Sehari paling ada lima pembeli. Paling ramai itu kalau ada tamu hotel. Kadang rasanya kayak jualan di
private mall
,” ucapnya lirih.
Meski begitu, ia tetap bertahan karena bosnya masih memberi dukungan, sementara penghasilannya membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Petugas keamanan bernama Budi (bukan nama sebenarnya) menuturkan, penurunan jumlah pengunjung terasa drastis sejak pandemi.
“Dulu sebelum Covid bisa sampai 1.000–2.000 orang per hari. Sekarang paling 200–300 orang, itu pun biasanya sore jam lima ke atas, pas orang mau nonton bioskop di lantai tiga,” ujarnya.
Menurut dia, lantai satu masih diisi beberapa toko, supermarket, dan toko perabotan. Namun lantai atas sebagian besar kosong, kecuali area karaoke dan bioskop.
Beberapa pengunjung mengaku enggan datang karena mal ini dinilai tak lagi menawarkan hal baru.
“Kalau belanja
online
lebih praktis. Mal-nya juga sepi, kurang nyaman buat jalan-jalan,” ujar Alfan (26).
Faktor pencahayaan dan tampilan interior yang monoton juga membuat suasana terasa suram.
“Mal lain sekarang banyak spot foto, acara komunitas, atau tenant baru. Di sini nggak ada,” tambah Alfan.
Dulu, Grand Paragon Mall dikenal sebagai simbol gaya hidup urban warga Jakarta Barat—tempat bersantai, makan malam, dan menonton film bagi warga sekitar Mangga Besar.
Kini, bangunan megah itu seolah menjadi monumen ritel lama yang kalah oleh perubahan zaman.
Sepinya pengunjung dan minimnya pembaruan membuat mal ini terasa seperti ruang privat: tenang, bersih, namun nyaris tanpa kehidupan.
“Mungkin bisa dibilang begitu, kayak
private mall
,” kata Alfan sambil tersenyum tipis.
Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, Grand Paragon Mall masih berdiri gagah. Namun di balik lantai marmernya yang berkilau, hanya suara “beep” mesin kasir yang menjadi tanda bahwa tempat ini masih bernafas.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Rasio Utang Pemerintah Dekati Level Pandemi, Berdampak ke Rating Kredit?
Bisnis.com, JAKARTA — Rasio utang pemerintah per akhir semester I/2025 yang melebar ke 39,8% terhadap PDB dinilai belum akan memengaruhi persepsi investor maupun lembaga pemeringkat global. Meski demikian, pemerintah tetap perlu berhati-hati dan memastikan utang yang ditarik bersifat produktif.
Berdasarkan data terbaru Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu), rasio utang pemerintah menyentuh Rp9.138 triliun per Juni 2025.
Besarannya nyaris menyentuh 40% terhadap PDB atau mendekati level pandemi Covid-19.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Hosianna Evalita Situmorang menilai level rasio utang pemerintah hingga pertengahan tahun ini masih dalam koridor aman apabila mengacu pada Undang-Undang (UU) tentang Keuangan Negara, yakni 60% terhadap PDB.
Hosianna juga melihat bahwa persepsi investor tetap konstruktif karena jangkar disiplin fiskal, yakni defisit APBN masih di bawah 3% terhadap PDB, struktur tenor panjang dengan basis domestik yang kuat, serta prospek pertumbuhan.
“Bagi lembaga pemeringkat, arah kebijakan fiskal, kualitas belanja, perbaikan rasio pajak, dan kredibilitas fiskal dipandang lebih krusial. Ke depannya selama ini terjaga, risiko downgrade relatif dapat dihindari,” ujarnya, dikutip Selasa (14/10/2025).
Hosianna turut melihat kebijakan pemerintah mengarah pada potensi pengurangan beban bunga utang pemerintah, sehingga kebutuhan gross issuance atau penerbitan surat utang bisa ditekan dengan toolkit yang lebih lincah.
Contohnya, quasi burden sharing ‘jilid baru’ antara pemerintah Bank Indonesia (BI) melalui stabilisasi kurva via operasi sekunder otoritas moneter hingga pengelolaan penempatan kas pemerintah.
Debt switching serta penerbitan surat utang dari Danantara, yakni Patriot Bond, juga dinilai bisa ikut membantu pembiayaan pemerintah.
Di sisi lain, pemerintah juga dinilai masih memiliki bantalan sebelum melakukan lelang surat utang dengan merealokasi anggaran yang belum terserap dari kementerian atau lembaga.
“Dengan kombinasi ini, SBN 2026 tetap menarik (imbal hasil riil kompetitif, volatilitas kurva lebih terkelola) selama koordinasi fiskal–moneter dan komunikasi pasar dijaga konsisten,” terang Hosianna.
Di sisi lain, ekonom Center for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan turut menilai rasio utang pemerintah kini masih dalam batas aman meski sudah mendekati level pandemi. Terlebih, dia menilai rasio utang menunjukkan ketahanan terhadap risiko eksternal seba komposisi utang didominasi dengan penerbitan SBN domestik yakni Rp7.980 triliun.
Akan tetapi, Deni tidak menampik kondisi terkini rasio utang pemerintah tetap akan menjadi perhatian investor dan lembaga pemeringkat. Kaitannya terkait dengan keberlanjutan fiskal dan strategi pembiayaan ke depan.
Deni menggarisbawahi besarnya kebutuhan pembiayaan atau pembayaran utang jatuh tempo dan bunga dalam masa 2026-2028.
Adapun mengenai risiko penurunan rating surat utang pemerintah, lembaga-lembaga seperti Fitch, Moody’s maupun S&P dinilai tidak hanya akan melihat rasio, melainkan juga prospek pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan efektivitas kebijakan fiskal.
“Jika utang meningkat tanpa disertai penguatan institusi fiskal dan reformasi pendapatan, maka risiko penurunan outlook atau peringkat bisa terjadi. Tapi, selama rasio utang tetap moderat dan pemerintah menunjukkan komitmen fiskal, kemungkinan pemangkasan peringkat masih terbatas,” jelasnya kepada Bisnis.
Adapun mengenai rencana penerbitan SBN tahun depan sebagai salah satu instrumen pembiayaan fiskal, terang Deni, akan bergantung pada kredibilitas kebijakan fiskal dan kondisi pasar global. Salah satu tantangan yang dihadapi yakni suku bunga global yang relatif masih tinggi.
Tidak hanya itu, kompetisi dengan obligasi dari negara lain, serta instrumen investasi selain SBN juga tinggi. “Karena itu, agar SBN kita menarik pemerintah perlu menawarkan yield yang kompetitif, menjaga stabilitas makro dan nilai tukar, meningkatkan transparansi dan perbaikan komunikasi. Selain itu, penting juga untukk memperluas basis investor, termasuk investor ritel,” pungkasnya.
-

6 Ribuan Siswa di Malaysia Terpapar Influenza, Sekolah Langsung Ditutup
Jakarta –
Sekitar 6.000 siswa di Malaysia terpapar influenza dan beberapa sekolah telah ditutup demi memastikan kesehatan anak-anak juga staf, demikian pengumuman pejabat Kementerian Pendidikan.
“Kami sudah memiliki pengalaman luas dalam menangani penyakit menular akibat pandemi COVID-19,” kata Direktur Jenderal Mohd Azam Ahmad pada hari Senin (13/10), menurut video sambutannya yang diunggah oleh penyiar berita lokal, dikutip dari CNA.
“Kami telah mengingatkan sekolah untuk mengikuti pedoman ini, mendorong penggunaan masker wajah dan mengurangi aktivitas kelompok besar di antara siswa.”
Ia tidak merinci berapa banyak sekolah yang ditutup, tetapi mengatakan infeksi terdeteksi di beberapa daerah di seluruh Malaysia.
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan melaporkan 97 klaster influenza di seluruh negeri, naik dari 14 klaster pada minggu sebelumnya, dengan sebagian besar dilaporkan di sekolah dan taman kanak-kanak.
(naf/naf)
-
/data/photo/2025/10/13/68ecde8aa3f8e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kisah Kiara, Siswa Cerdas Istimewa yang Lawan Stigma Sulit Bergaul dan Banyak Prestasi Megapolitan 13 Oktober 2025
Kisah Kiara, Siswa Cerdas Istimewa yang Lawan Stigma Sulit Bergaul dan Banyak Prestasi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Asumsi bahwa anak dengan kecerdasan tinggi sulit bergaul sempat melekat pada diri Kiara Nadhiva Lihu (15), siswi SMP Negeri 115 Jakarta yang tergolong Anak Cerdas Istimewa (ACI).
Memiliki IQ di atas 130, Kiara dikenal sebagai sosok penuh rasa ingin tahu dan berambisi tinggi, baik di bidang akademik maupun non-akademik.
Sejak SD, ia sudah aktif mewakili sekolahnya dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Matematika serta berbagai lomba seni.
“Karena lama di rumah, lomba-lomba itu dibikin jadi lebih praktis. Di waktu SD, dalam seminggu atau satu bulan bisa ikut 2-3 lomba,” ujar Kiara kepada
Kompas.com,
beberapa waktu lalu.
Selama pandemi Covid-19, ketika banyak siswa kesulitan belajar daring, Kiara justru memanfaatkan waktu untuk mengasah kemampuan dan menambah pengalaman kompetisi.
Hasilnya, ia berhasil mengumpulkan sekitar 20 sertifikat olimpiade tingkat SD yang kemudian menjadi modal penting untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP.
Semangat belajar Kiara semakin berkembang sejak menjadi siswi SMPN 115 Jakarta. Selain berprestasi dalam olimpiade, ia juga menaruh minat besar pada pengetahuan sosial dan penelitian ilmiah.
“Sudah sekitar tiga kali ikut penelitian dari tahun lalu sama tahun ini, yang tahun ini dapat medali
gold
,” ujar Kiara.
“Dan IPS tuh aku merasa bisa terpakai banget ilmunya buat di penelitian, gimana dari sisi analisis atau melihat sudut pandang yang berbeda-beda,” tambahnya.
Kini, Kiara tengah mengikuti seleksi Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) di tingkat nasional serta Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI).
Selain aktif di bidang akademik, Kiara juga dipercaya menjadi Ketua OSIS SMPN 115 Jakarta dan anggota ekstrakurikuler
marching band
, yang kian mengasah kemampuan sosial dan kepemimpinannya.
Di balik segudang prestasi, Kiara mengaku sempat menghadapi stigma bahwa dirinya sulit diajak berteman. Hal itu ia rasakan sejak SD, ketika lebih banyak fokus belajar dibanding bersosialisasi.
“Aku pas SD emang kayak jutek gitu, gampang marah ke teman kalau lagi belajar atau apa. Kebetulan kan pas itu aku jarang ya ketemu teman karena Covid-19,” tuturnya.
“Aku pas pandemi tuh fokus banget buat belajar, jadi soal teman-teman sering aku kesampingkan,” lanjutnya.
Namun, sejak masuk SMP, Kiara bertekad memperbaiki diri. Ia mulai membuka diri, bergabung dalam kegiatan organisasi, dan berusaha lebih adaptif terhadap lingkungan pertemanan.
“Lebih karena kadang-kadang enggak merasa satu frekuensi atau orang-orang sudah takut duluan. Karena kayak sudah takut aku karena pintar doang, tapi enggak asik atau enggak bisa diajak ngobrol,” ujar Kiara.
“Masuk SMP, aku jadi ketemu orang-orang yang bisa menerima aku dan juga buat bersosialisasi itu lebih milih orang-orang yang masih bisa nyaman sama aku walaupun aku sibuk,” ucapnya menutup pembicaraan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Ketua PWM Jatim Prof. Sukadiono Terima Lencana Kehormatan Jer Basuki Mawa Beya dari Gubernur Khofifah
Surabaya (beritajatim.com) – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (PWM Jatim), Prof. Sukadiono menerima Tanda Kehormatan Lencana Jer Basuki Mawa Beya dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Penghargaan bergengsi tersebut diserahkan dalam upacara HUT ke-80 Provinsi Jatim di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu (12/10/2025).
Lencana Jer Basuki Mawa Beya diberikan oleh Pemprov Jatim sebagai apresiasi tertinggi kepada tokoh-tokoh yang dinilai memiliki jasa dan prestasi luar biasa serta memberikan manfaat besar bagi masyarakat Jatim. Falsafah Jawa dari lencana ini bermakna “kebahagiaan atau kesejahteraan memerlukan biaya dan pengorbanan.”
Gubernur Khofifah menilai, Prof. Sukadiono adalah figur yang mampu menjadi inspirasi. “Beliau sosok yang menunjukkan bagaimana dedikasi, keikhlasan, dan pengorbanan bisa membawa manfaat luas bagi umat dan bangsa,” ujarnya.
“Prof. Sukadiono bukan hanya pemimpin akademik, tetapi juga pemimpin sosial yang memajukan nilai-nilai kemanusiaan,” imbuh Khofifah.
Prof. Sukadiono dikenal luas atas kiprahnya di bidang pendidikan dan kemanusiaan. Selain menjabat Ketua PWM Jatim, ia juga merupakan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya yang membawa perguruan tinggi tersebut mengalami kemajuan pesat dan berbagai capaian internasional.
Selain itu, ia aktif dalam kegiatan sosial, terutama saat memimpin berbagai aksi kemanusiaan di masa pandemi Covid-19, mulai dari pembagian sembako, layanan kesehatan gratis, hingga penggalangan dana.
Menanggapi penghargaan tersebut, Prof. Sukadiono menyampaikan rasa syukur dan merendahkan hati, menekankan bahwa penghargaan itu bukan untuk pribadinya.
“Saya memaknai penghargaan ini bukan untuk pribadi saya semata, tetapi untuk seluruh warga Muhammadiyah Jawa Timur yang telah berjuang bersama memajukan pendidikan, kesehatan, dan dakwah sosial di provinsi ini,” katanya.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK RI ini berharap bahwa penghargaan tersebut menjadi pengingat dan penyemangat bagi seluruh pihak untuk terus berbuat baik.
“Penghargaan ini bukan akhir dari perjalanan, tetapi pengingat bahwa kita harus terus berbuat baik dengan penuh tanggung jawab dan cinta kepada sesama,” pungkasnya. [ipl/aje]
/data/photo/2025/10/11/68e9ec2bb04a5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)