Kasus: covid-19

  • 8 Fakta Inul Daratista, Ratu Goyang Ngebor yang Terserang Bakteri Langka Clostridium Difficile

    8 Fakta Inul Daratista, Ratu Goyang Ngebor yang Terserang Bakteri Langka Clostridium Difficile

    Jakarta, Beritasatu.com – Inul Daratista terserang bakteri langka Clostridium Difficile. Penyanyi dangdut yang terkenal dengan goyang ngebor ini mulai jarang tampil di layar kaca karena sedang fokus pemulihan.   

    “Jadi, aku itu terkena bakteri langka. Penyakit ini semacam covid-19 zaman now. Obatnya kayak kena covid. Aku dirawat 10 hari, bahkan satu bulan harus memulihkan kesehatan. Makanya ini kenapa aku menghilang dari televisi,” kata Inul Daratista dikutip dari video di YouTube, Selasa (12/11/2024). 

    Clostridium Difficile merupakan bakteri yang hidup di usus besar dan bisa berkembang meski tidak ada oksigen. Bakteri tersebut bisa menyebabkan perdagangan usus besar. Penderitanya bisa mengalami diare akut dan kram perut.

    “Aku juga bingung kenapa bisa kena sama ini penyakit, padahal aku selalu hidup sehat, stamina oke, selalu olahraga, selalu makanan yang sehat,” kata Inul Daratista.

    Berikut fakta-fakta tentang Inul Daratista 

    Nama asli
    Inul lahir di Pasuruan, Jawa Timur 21 Januari 1979. Nama aslinya adalah Ainur Rokhimah. Ia pernah menggunakan nama panggung Iin Ariesta lalu berganti jadi Iin Daratista kemudian menjadi Inul Daratista.

    Awal karier
    Inul yang kini berusia 45 tahun memulai karier sebagai penyanyi dangdut di acara-acara hiburan rakyat dari kampung ke kampung di Pasuruan. 

    Inul Daratista dikabarkan sakit parah terinfeksi bakteri langka – (Instagram @inul.d/Istimewa)

    Goyang ngebor direkam
    Inul awalnya tidak mengetahui kalau aksi panggungnya dengan goyang ngebor direkam lalu diperbanyak dalam format VCD dan disebar. Sejak itu Namanya makin dikenal warga lokal dan jadwal manggungnya makin padat.

    Tampil di televisi
    Setelah VCD aksi goyang ngebor-nya beredar luas, Inul kebanjiran job dan mulai tampil di televisi nasional. Akhirnya Inul dijuluki sebagai ‘Ratu Goyang Ngebor’. Status Inul berubah dari penyanyi kampung menjadi artis ibu kota. 

    Konflik dengan Rhoma Irama
    Goyang ngebor yang ditampilkan Inul ternyata menuai kontroversi. Raja Dangdut Rhoma Irama memprotes goyangan Inul yang dinilai berbau pornografi dan merendahkan pamor musik dangdut.

    Rhoma Irama menentang peredaran album pertama Inul yang menampilkan aksi goyang ngebor.

    Didukung Titiek Puspa
    Setelah mendapat penolakan dari Rhoma Irama, Inul justru mendapat dukungan dari artis senior Titiek Puspa dan Ellya Khadam. Mereka tidak mempermasalahkan goyangan ngebor Inul karena menganggap itu bagian dari perkembangan musik dangdut dan menyesuaikan zaman. 

  • Ini Gejala dan Pencegahan Infeksi Bakteri Clostridium Difficile yang Diderita Inul Daratista

    Ini Gejala dan Pencegahan Infeksi Bakteri Clostridium Difficile yang Diderita Inul Daratista

    Jakarta, Beritasatu.com – Saat ini media sosial sedang dikejutkan dengan berita penyanyi dangdut terkenal Inul Daratista yang terinfeksi bakteri Clostridium difficile. Lalu, bagaimana gejala dan pencegahan infeksi bakteri Clostridium difficile?

    Setelah cukup lama tidak muncul di layar kaca, banyak penggemar yang penasaran dengan keberadaan Inul Daratista. Kini, Inul memberikan klarifikasi dia harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 10 hari akibat infeksi Clostridium difficile, bakteri langka yang menyebabkan nyeri di seluruh tubuhnya.

    “Aku terkena bakteri langka, seperti versi baru dari Covid-19. Pengobatannya mirip dengan pengobatan Covid-19. Aku dirawat 10 hari, dan butuh waktu satu bulan untuk benar-benar pulih. Itu sebabnya aku menghilang dari televisi,” ujar Inul dalam pernyataannya di saluran YouTube, dikutip pada Rabu (13/11/2024).

    “Padahal aku merasa selalu hidup sehat, olahraga, dan menjaga asupan makanan, tapi tetap bisa terinfeksi,” tambahnya.

    Jadi, bagaimana gejala bakteri Clostridium difficile dan cara pencegahannya? Berikut ini penjelasannya yang dikutip dari Mayo Clinic, Rabu (13/11/2024).

    Apa Itu Bakteri Clostridium Difficile?
    Clostridioides difficile atau dikenal sebagai C difficile atau C diff, merupakan bakteri yang dapat menginfeksi usus besar. Infeksi ini biasanya terjadi setelah seseorang mengonsumsi antibiotik, dan umumnya menyerang orang dewasa yang berusia lanjut di rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang.

    Namun, orang di luar lingkungan medis pun bisa terinfeksi. Infeksi C diff dapat dimulai dari diare ringan hingga kerusakan parah pada usus besar yang dapat mengancam jiwa.

    Gejala Infeksi Clostridium Difficile
    Gejala infeksi Clostridium difficile biasanya muncul antara 5 hingga 10 hari setelah mengonsumsi antibiotik, meskipun pada beberapa kasus dapat muncul segera atau bahkan hingga tiga bulan kemudian.

    Pada infeksi ringan hingga sedang, penderita mungkin mengalami diare berair sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari yang berlangsung lebih dari satu hari, disertai nyeri atau keram perut ringan.

    Sementara itu, infeksi yang lebih parah dapat menyebabkan gejala yang jauh lebih serius, seperti diare berair hingga 10-15 kali sehari, keram perut yang sangat menyakitkan, detak jantung yang cepat, dehidrasi, demam, mual, peningkatan jumlah sel darah putih, dan bahkan gagal ginjal.

    Selain itu, penderita mungkin juga mengalami kehilangan nafsu makan, perut kembung, penurunan berat badan, serta tinja yang mengandung darah atau nanah.

    Pada kasus yang sangat parah, infeksi ini bisa menyebabkan kondisi yang disebut megakolon toksik, sebuah kondisi ketika usus besar menjadi sangat meradang dan membesar, serta dapat menyebabkan sepsis, kondisi respons tubuh terhadap infeksi justru merusak jaringan tubuh sendiri. Kasus megakolon toksik dan sepsis ini tergolong jarang, tetapi jika terjadi, penderita biasanya memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

    Cara Mencegah Penularan Clostridium Difficile
    Terdapat beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penularan Clostridium difficile di rumah dan lingkungan sekitar Anda, antara lain:

    1. Mencuci tangan secara rutin
    Clostridium difficile dapat menyebar melalui kontak dengan permukaan yang terinfeksi. Setelah menggunakan kamar mandi atau sebelum makan, cuci tangan menggunakan sabun dan air hangat untuk mencegah penularan.

    2.  Mandi setiap hari
    Bakteri Clostridium difficile dapat hidup di kulit, sehingga mandi dengan sabun dan air hangat setiap hari selama atau setelah masa infeksi sangat disarankan.

    3. Mencuci pakaian dengan baik
    Cuci kain atau pakaian yang mungkin terkontaminasi, seperti seprai, handuk, dan pakaian, pada suhu tinggi sebelum digunakan orang lain.

    4. Membersihkan permukaan dengan pemutih
    Tidak semua produk pembersih membunuh bakteri Clostridium difficile. Gunakan produk yang mengandung pemutih untuk membersihkan permukaan agar lebih efektif.

    5. Membersihkan area yang sering digunakan
    Jaga kebersihan area yang sering disentuh di rumah, seperti kamar mandi, dapur, gagang pintu, dan perangkat elektronik.

    6. Menggunakan kamar mandi terpisah
    Jika Anda menderita diare dan tinggal dengan orang lain, gunakan satu kamar mandi khusus yang tidak digunakan orang lain sampai area tersebut dibersihkan.

    7. Mengonsumsi antibiotik sesuai resep dokter
    Konsumsi antibiotik meningkatkan risiko infeksi Clostridium difficile. Hindari penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan, dan pastikan hanya mengonsumsinya sesuai petunjuk dokter.

  • Terlantar di Hong Kong, Pemuda Trenggalek Korban Penipuan Pekerjaan LN

    Terlantar di Hong Kong, Pemuda Trenggalek Korban Penipuan Pekerjaan LN

    Surabaya (beritajatim.com) – Ingin mengubah nasib menjadi lebih baik dengan bekerja di luar negeri, namun malah terlantar di negeri orang. Itulah gambaran nasib yang dialami Prasetyo Wahyu Ababil, 24, warga Trenggalek. Padahal uang yang dikeluarkan juga tak sedikit, bahkan mencapai ratusan juta rupiah.

    Mirisnya, Prasetyo sempat tinggal di tenda rooftop apartemen dekat kandang kelinci di Hongkong selama dua hari. Dia juga tinggal kos di Hongkong selama enam bulan tanpa kejelasan. Pada hal korban sudah menyerahkan uang ke WN total Rp 105 juta.

    Prasetyo mengatakan, kasus yang menimpanya bermula pada tahun 2019. Orang tua korban bermaksud mencarikan kerja korban supaya bekerja di luar negeri. Setelah mencari informasi, orang tua korban kenal seseorang perempuan inisial WN.

    WN menawarkan kepada orang tua korban bahwa bisa memberangkatkan anaknya kerja keluar negeri dengan syarat membayar sejumlah uang. Merasa tertarik dan tergiur janji WN, orang tua korban lalu menyuruh korban berangkat ke Jakarta dan bertemu WN di salah satu tempat di Jakarta.

    WN saat itu akan akan memberangkatkan korban ke Korea atau Australia dengan pekerjaan gaji menjanjikan. Di Korea korban akan dipekerjakan di pabrik. Sementara di Australia kerja di restoran.

    “Terus sepakat saya menyerahkan uang cash Rp 85 juta ke ibu WN. Sesudah pembayaran dapat kwitansi dan lain-lain disuruh pulang nunggu di rumah,” ujar Prasetyo, ditulis Rabu (13/11/2024).

    Prasetyo lalu pulang ke rumahnya sambil menunggu panggilan berangkat. Setelah menunggu setahun tidak ada kejelasan. Dia sempat beberapa kali menghubungi WN melaui sambungan ponsel. Pada tahun 2020 korban ke Jakarta dengan dijanjikan akan dialihkan berangkat kerja ke Inggris.

    Setelah proses seminggu, visa turun. Sialnya, saat akan berangkat, Covid-19 mengganas dan terjadi lockdown. Akhirnya korban gagal terbang. Korban ditampung di kontrakan selama satu tahun di Jakarta.

    Setelah mulai longgar, korban pulang ke rumah. Pihak korban kembali terus menghubungi WN terkait kejelasan keberangkatan.

    “Ada kabar lagi terus berangkat ke Jakarta. Saya sudah diuruskan visa Australia. September 2022 berangkat ke Australia. Sampai di Bandara Sidney ditahan imigrasi. Ternyata ada dokumen palsu, kemudian dideportasi pulang ke Indonesia,” terangnya.

    Sesampainya di Jakarta korban ditampung kembali di sebuah rumah kontrakan. Saat hendak pulang ke Trenggalek, ternyata rumah orang tuanya sudah dijual. Sebab, orang tua korban pinjam uang untuk memberangkatkan kerja anak.

    Korban ditampung di Jakarta selama empat bulan. Setelah itu korban dipindah ke Nganjuk. Dia ditampung di rumah kontrakan selama satu tahun. Korban tidak beraktivitas dan hanya makan minum. Hingga pada awal tahun 2024 ada kabar dari WN. Korban lalu ke Jakarta dan akan diberangkatkan kerja ke Hongkong.

    “Terus awal Maret berangkat ke Hong Kong. Dijanjikan kerja laundri dan cuci mobil,” ungkapnya.

    Sesampainya di Hong Kong korban dijemput orangnya WN. Korban disuruh tinggal di tenda rooftop apartemen yang ada kandang hewannya. Setelah dua hari korban tak kuat. Lalu mencari kos sendiri.

    “Saya sama Mas Aji (korban dari Banyuwangi) lalu ditempatkan di kos (apartemen) dikasih bekal beras dan mie selama satu bulan,” ungkapnya.

    Setelah itu korban keluar kos. Korban selama enam bulan tanpa kejelasan di Hongkong. Bahkan untuk biaya tinggal dan mencukupi hidup korban minta kiriman uang dari orang tua hingga habis sekitar Rp20 juta.

    Setelah itu merasa tidak kuat korban dan Aji menyerahkan diri ke imigrasi di Hongkong. Kemudian di sana korban didampingi salah satu organisasi. Teman korban juga melapor ke KBRI di Hongkong.

    “Sempat ditampung di shelter di sana. Terus September 2024 pulang ke Indonesia,” paparnya.

    Atas kejadian tersebut korban dan temannya kemudian melaporkan WN ke Polda Jatim atas dugaan tindak pidana TPPO. [uci/beq]

  • Perempuan di RI Mulai Ogah Punya Bayi, Susul Jepang dan Korsel?

    Perempuan di RI Mulai Ogah Punya Bayi, Susul Jepang dan Korsel?

    Jakarta

    Fenomena childfree atau memilih tidak punya anak, bukan hanya dihadapi banyak negara maju, seperti Jepang dan Korea Selatan, tetapi trennya belakangan ikut meningkat di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik Indonesia (2023) mencatat sebanyak 8,2 persen perempuan usia subur 15-49 tahun memilih hidup childfree. Sebagai catatan, survei ini hanya dilakukan pada kelompok perempuan sudah pernah menikah dan tidak memiliki anak, juga pasangan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.

    Artinya, data kasus childfree bisa lebih besar bila sebaran perempuan yang belum menikah dan menggunakan alat kontrasepsi turut diperhitungkan dalam survei. Peningkatan kasus childfree tercatat dalam empat tahun terakhir dengan didominasi sebagian warga DKI Jakarta (14,3 persen), Jawa Barat (11,3), hingga Banten (15,3 persen).

    Meski dikhawatirkan berdampak serius pada struktur penduduk dan ketahanan bangsa di masa depan imbas merosotnya angka kelahiran atau total fertility rate (TFR), pilihan semacam ini jelas wajib dihargai. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Nur Ainy Fardana, N, MSi, Psikolog, mengingatkan childfree bukan hanya sebatas pilihan.

    Beberapa dari mereka hidup tanpa anak karena masalah kesehatan yang dialami. Wanita bisa mengalami gangguan kesuburan atau dalam beberapa kondisi tidak memiliki organ reproduksi sempurna, seperti tidak memiliki rahim dan berisiko fatal saat mengandung atau melahirkan, baik bagi kesehatan ibu, juga janinnya.

    Catatan prevalensi gangguan kesuburan atau infertilitas di Indonesia menurut data Kementerian Kesehatan RI 2022 berada di 10-15 persen. Ada empat hingga enam pasangan usia subur dari 39,8 juta membutuhkan pengobatan untuk memiliki anak.

    “Kita tidak boleh menghakimi seseorang karena childfree,” tegas wanita yang akrab disapa Neny, dalam keterangan tertulis, dikutip detikcom Selasa (12/11/2024)

    Beberapa kasus wanita dengan pilihan childfree juga dilatarbelakangi trauma masa lampau. Dalam kasus ini, pilihan childfree jelas berdampak positif, yakni menghindari risiko sakit baik secara fisik maupun mental.

    Di sisi lain, adanya perasaan takut terkait tanggung jawab dan komitmen yang besar saat memiliki anak juga ikut berperan. BPS melaporkan lebih banyak kasus perempuan dengan lulusan SMA yang memilih hidup childfree, alih-alih kelompok wanita dengan karier dan pendidikan tinggi, seperti S2 dan S3. Alasannya jelas karena kesulitan ekonomi di tengah melambungnya biaya hidup, seseorang merasa tidak mampu menjadi orangtua atau memiliki anak.

    Meski begitu, Neny juga berpesan agar masyarakat tidak memutuskan ‘childfree’ dengan alasan tak matang. Hal ini dikarenakan seseorang bisa merasa kesepian dan terisolasi lantaran tidak memiliki tempat untuk menyalurkan kasih sayang, tidak mendapat pemenuhan dukungan emosional. Selain itu, seseorang harus siap dengan tekanan keluarga dan masyarakat yang memandang childfree sebagai pilihan tidak lazim.

    “Harus benar-benar melihat bahwa childfree harus dipertimbangkan dampak positif dan negatifnya,” pungkas dia.

    NEXT: Daftar Wilayah dengan Catatan Kasus Childfree Tertinggi di RI

    Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, pulau Jawa menjadi wilayah dengan perempuan terbanyak hidup childfree.

    Sebagian besar berdomisili di DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Banten. Masing-masing melaporkan kasus melampaui 10 persen pada 2022.

    Tingginya childfree di tiga wilayah terkait, berkaitan dengan paparan pola pikir yang sangat terbuka pada modernisasi. Pada awal penyebaran COVID-19, pemerintah mulai menerapkan kebijakan untuk membatasi mobilitas masyarakat di luar rumah.
    Secara umum, prevalensi perempuan childfree pada periode ini menurun dibandingkan sebelum pandemi.

    Namun, data BPS justru menunjukkan fenomena sebaliknya untuk DKI Jakarta dan Jawa Timur pada 2020, yaitu persentase perempuan childfree di kedua provinsi ini meningkat pada awal pandemi.

    Fakta tersebut memunculkan dugaan bahwa COVID-19 menurunkan kemampuan finansial dan daya beli masyarakat DKI Jakarta dan Jawa Timur, pada level yang sangat rendah. Akibatnya, semakin banyak perempuan yang memilih childfree agar tidak memperburuk perekonomian keluarga.

    Tren kenaikan kasus childfree di tiga wilayah tertinggi terpantau seperti berikut:

    DKI Jakarta dari 8,8 persen meningkat menjadi 14,3 persen dalam empat tahun terakhirJawa Barat dari 7,8 persen menjadi 11,3 persen dalam empat tahun terakhirBanten 8 persen menjadi 15,3 persen dalam empat tahun terakhir

    (naf/kna)

  • Polda Sulsel Ungkap Kasus Korupsi Rp 84 Miliar yang Melibatkan Mantan Kadinsos Makassar

    Polda Sulsel Ungkap Kasus Korupsi Rp 84 Miliar yang Melibatkan Mantan Kadinsos Makassar

    Makassar, Beritasatu.com – Polda Sulawesi Selatan mengungkap sejumlah kasus korupsi yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 84 Miliar dari 21 orang tersangka. Satu di antaranya yakni mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar berinisial MT yang merupakan tersangka kasus dugaan korupsi bantuan sosial (Bansos) covid-19 Makassar pada 2020.

    Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) itu menyita sejumlah barang bukti berupa 10 unit truk, delapan unit forklift dan 14 unit kendaraan roda empat, serta uang tunai sebanyak Rp 2,295 Miliar dan 350 dokumen resmi.

    Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Yudhiawan mengatakan, 21 orang tersangka yang terlibat dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi dari bidang konstruksi, kredit perbankan hingga penyalahgunaan bantuan covid-19.

    “Polda Sulsel melalui Dirkrimsus Tipikor telah melakukan penyidikan tindak pidana korupsi dan kita berhasil mengungkap penanganan tersebut ada 3 LP,” ujar Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Yudhiawan di halaman Mapolda Sulsel, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar, Selasa (12/11/2024).

    Meliputi pekerjaaan fisik pembangunan jalan ruas Sabbang–Tallang di Kabupaten Luwu Utara sepanjang 18 kilometer pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sulawesi Selatan tahun anggaran 2020, pembangunan Pasar Labbukang pada Dinas Perdagangan Kota Parepare tahun anggaran 2019, serta kasus korupsi sektor perbankan dengan modus operandi melakukan analisa kredit modal kerja yang tidak sesuai mekanisme.

    Kemudian, pemberian kredit di luar wilayah kerja cabang, pembayaran termin yang tidak didebetkan menggunakan dokumen topingan dan dokumentasi fiktif untuk pencairan Kredit Usaha Rakyat, serta korupsi penyalahgunaan wewenang dan jabatan dengan modus operandi melakukan pemotongan kepada tenaga kesehatan atas penerimaan klaim BPJS tetapi tidak menyetorkan PPH 21, melainkan disimpan di rekening pribadi dengan memalsukan slip setoran klaim BPJS dan menjual menyewakan barang milik negara tetapi tidak disetorkan ke kas negara.

    “Ini sebenarnya modus operandinya sangat kasar. Jadi betul-betul terdapat niat jahatnya yang sudah ada dari para tersangka,” tuturnya.

    Upaya penyelamatan kerugian negara sejauh ini mencapai lebih dari Rp 8 Miliar, sedangkan kerugian ditaksir sebanyak Rp 84 Miliar.

    Atas perbuatannya para tersangka dijerat Undang Undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) KUHpidana dengan hukuman penjara minimal satu tahun, maksimal 20 tahun atau seumur hidup serta denda minimal Rp 200 juta dan maksimal Rp 1 Miliar.

    “Karena ada kondisi covid, makanya ada kondisi darurat,” tandasnya.

    Pengungkapan tindak pidana korupsi ini berkaitan dengan implememtasi delapan program prioritas yang tergabung dalam asta cita selama seratus hari pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

  • Momen Terberat dalam Hidup? Jefri Nichol: Kasus Narkoba

    Momen Terberat dalam Hidup? Jefri Nichol: Kasus Narkoba

    Jakarta, Beritasatu.com – Aktor Jefri Nichol mengaku pernah memiliki titik terberat dalam menjalani kehidupan. Pria yang mengaku pernah meniduri lebih dari 20 wanita itu menyebut kasus narkoba yang pernah dialaminya pada 2019 menjadi persoalan yang berat dalam hidupnya.

    “Kalau soal itu (titik terberat dalam hidup), pasti semua orang pernah merasakan termasuk gue dan gue tidak mau munafik soal itu karena gue pernah merasakan sedih saat lagi sendiri,” kata Jefri Nichol kepada Ebel Cobra dan Praz Teguh dikutip dari podcast Goyang Lidah milik Deddy Corbuzier, Selasa (12/11/2024).

    “Kapan momen terberat itu lo rasakan, Jef?” tanya Praz Teguh kepada Jefri Nichol.

    Jefri Nichol merasa momen terberat dalam hidupnya saat terjerat kasus narkoba jenis ganja pada 2019 yang sempat dialaminya.

    “Mungkin karena hal yang pernah gue rasakan (kasus narkoba), gara-gara baru keluar rehabilitasi dan buat gue itu lumayan berat,” jelasnya.

    Ia bersyukur, pil pahit yang pernah dialaminya tidak terlalu lama dirasakan sehingga Jefri Nichol bisa bangkit lagi.

    “Namun, untungnya itu gue banyak yang memberikan support dari sineas film. Gue langsung bisa kerja setelah bebas rehabilitasi, tetapi pas gue mau kerja enggak bisa karena ada covid saat itu,” tambahnya.

    Adanya virus covid-19 yang menyerang seluruh dunia termasuk Indonesia, membuat mantan pacar Maria Theodore itu tak bisa berbuat banyak. Ia hanya menghabiskan waktu di rumah.

    “Gue cuma di rumah saja, karena saat itu perfilman enggak jalan kan hampir lebih dari setahun. Paling, gue cuma sebatas menerima endorse saja,” tandasnya.

    Seperti diketahui, Jefri Nichol pernah ditangkap pihak kepolisian pada 22 Juli 2019 atas kasus narkoba jenis ganja. Ia ditangkap di kediamannya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

    Pada penangkapan itu, polisi mengamankan barang bukti ganja dengan berat 6,01 gram.

  • Pendapatan Naik Terus, Ternyata Ini Rahasia Grab

    Pendapatan Naik Terus, Ternyata Ini Rahasia Grab

    Jakarta, CNBC Indonesia – Usai pandemi Covid-19, keadaan Grab mulai membaik. Perusahaan teknologi yang beroperasi di hampir semua negara di Asia Tenggara memasang target pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan.

    Sebelumnya, Grab memproyeksikan pendapatan US$ 2,70 miliar hingga US$ 2,75 miliar (Rp 42,7 triliun-Rp 43,9 triliun). Kini, mereka merevisi target pendapatan menjadi US$ 2,76 miliar -US$ 2,78 miliar (Rp 43,6 triliun-Rp 43,9 triliun).

    “Kami optimistis dengan prospek pertumbuhan jangka panjang Asia Tenggara. Bekerja keras menangkap tren permintaan yang kuat,” kata CEO Grab Anthony Tan dikutip dari Reuters, Selasa (12/11/2024).

    Hasil positif dibukukan Grab dengan pendapatan Q3 sebesar US$716 juta (Rp 11,3 triliun). Transaksi pelanggan mengalami kenaikan 22% pada periode yang sama.

    Bisnis pengiriman makanan yang porak poranda selama pandemi juga telah kembali pulih. Berbagai upaya juga dilakukan Grab untuk meraih lebih banyak pengguna.

    Misalnya memperkenalkan opsi harga lebih murah pada layanan transportasi untuk mereka yang masih berhati-hati membelanjakan pengeluarannya. Selain itu juga tetap mempromosikan layanan premium.

    Upaya itu nampaknya berbuah manis. CFO Grab Peter Oey mengatakan margin pada perjalanan lebih premium 1,2 kali lebih tinggi dari versi standar.

    Grab menaikkan pula perkiraan laba inti tahunannya. Dari sebelumnya US$ 250 juta-US$ 270 juta (Rp 3,9 triliun-Rp 42, triliun) menjadi US$ 308 juta-US$ 313 juta (Rp 4,8 triliun-Rp 4,9 triliun).

    (dem/dem)

  • Unair Luncurkan Vaksin PMK, Rektor: Bagian dari Kontribusi untuk Bangsa dan Negara

    Unair Luncurkan Vaksin PMK, Rektor: Bagian dari Kontribusi untuk Bangsa dan Negara

    Surabaya, Beritasatu.com – Setelah sukses mengembangkan vaksin Covid-19, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kembali menciptakan vaksin baru, kali ini untuk penyakit mulut dan kuku (PMK). 

    Vaksin PMK ini merupakan hasil riset kolaboratif dari tim peneliti Unair sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat Indonesia. Peluncuran vaksin tersebut diharapkan dapat mendukung program pemerintah dalam meningkatkan asupan gizi masyarakat.

    “Insyaallah, kami siap berkontribusi di bidang kesehatan dengan vaksinasi ini sebagai bagian dari kontribusi kami untuk bangsa dan negara,” ujar Rektor Unair Prof M Nasih dalam keterangannya kepada wartawan pada Selasa (12/11/2024).

    Ia menambahkan, meski usia universitas semakin matang, Unair bertekad untuk terus berinovasi dengan menghasilkan riset berkualitas yang memberi manfaat bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan, kampus tersebut tidak hanya berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga pada kontribusi nyata bagi bangsa dan negara.

    Sebelumnya, Unair menggelar Sidang Dies Natalis ke-70 pada Senin (11/11/2024), yang juga menjadi momen peluncuran vaksin PMK. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Lustrum XIV Unair sebagai institusi pendidikan unggulan di Indonesia. 

    Sidang Dies Natalis tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga refleksi atas capaian dan inovasi yang telah diraih Unair sepanjang perjalanan institusi ini.

    Salah satu momen penting dalam sidang tersebut adalah pemberian penghargaan kepada ilmuwan-ilmuwan Unair yang masuk dalam daftar Top 2% Scientists versi Stanford University dan Elsevier. 

    Penghargaan tersebut diberikan kepada Ferry Efendi S Kep Ns Msc PhD, Dr Veryl Hasan SPi Mp, Prof Dr Santi Martini dr MKes, Prof Ratna Dwi Wulandari SKM MKes, dan Prof Dr Moh Yasin MSi (almarhum).

    Penghargaan ini merupakan apresiasi atas dedikasi dan kontribusi mereka dalam bidang penelitian. Pencapaian ini juga menegaskan komitmen Unair dalam mendorong riset yang tidak hanya relevan di tingkat nasional, tetapi juga berpengaruh di kancah internasional.

  • Daftar Wilayah RI yang Warganya Pilih Childfree, Ramai-ramai Ogah Punya Anak

    Daftar Wilayah RI yang Warganya Pilih Childfree, Ramai-ramai Ogah Punya Anak

    Jakarta

    Tercatat sebanyak 71 ribu perempuan di Indonesia memilih tidak memiliki anak alias ‘childfree’. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, pulau Jawa menjadi wilayah dengan perempuan terbanyak hidup childfree.

    Sebagian besar berdomisili di DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Banten. Masing-masing melaporkan kasus melampaui 10 persen pada 2022.

    Tingginya childfree di tiga wilayah terkait, berkaitan dengan paparan pola pikir yang sangat terbuka pada modernisasi. Pada awal penyebaran COVID-19, pemerintah mulai menerapkan kebijakan untuk membatasi mobilitas masyarakat di luar rumah.
    Secara umum, prevalensi perempuan childfree pada periode ini menurun dibandingkan sebelum pandemi.

    Namun, data BPS justru menunjukkan fenomena sebaliknya untuk DKI Jakarta dan Jawa Timur pada 2020, yaitu persentase perempuan childfree di kedua provinsi ini meningkat pada awal pandemi.

    Fakta tersebut memunculkan dugaan bahwa COVID-19 menurunkan kemampuan finansial dan daya beli masyarakat DKI Jakarta dan Jawa Timur, pada level yang sangat rendah. Akibatnya, semakin banyak perempuan yang memilih childfree agar tidak memperburuk perekonomian keluarga.

    Tren kenaikan kasus childfree di tiga wilayah tertinggi terpantau seperti berikut:

    DKI Jakarta dari 8,8 persen meningkat menjadi 14,3 persen dalam empat tahun terakhirJawa Barat dari 7,8 persen menjadi 11,3 persen dalam empat tahun terakhirBanten 8 persen menjadi 15,3 persen dalam empat tahun terakhir

    Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022 juga menemukan 57 persen perempuan childfree tidak terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi. Perempuan childfree yang bekerja umumnya bergerak di sektor perdagangan. Namun, 80 persen perempuan childfree sudah menempati rumah milik sendiri di tengah menanjaknya harga properti.

    Laporan BPS Menelusuri Jejak Childfree (2023) tersebut sekaligus menyimpulkan jumlah perempuan yang ‘ogah’ memiliki anak diprediksi lebih besar dari 71 ribu, bila melibatkan survei pada perempuan yang belum menikah. Terlebih, dalam survei tersebut juga ditemukan 44,67 persen penduduk memiliki pandangan netral terkait pemahaman childfree dan 8,17 persen di antaranya mendukung.

    (naf/kna)

  • Fenomena Childfree di RI Meningkat, 71 Ribu Perempuan Tak Mau Punya Anak

    Fenomena Childfree di RI Meningkat, 71 Ribu Perempuan Tak Mau Punya Anak

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis laporan periode 2023 terkait kasus childfree. BPS melakukan survei kepada kelompok perempuan dan ditemukan 71 ribu perempuan berusia 15 hingga 49 tahun yang tidak ingin memiliki anak.

    “Perempuan yang menjalani hidup secara childfree terindikasi memiliki pendidikan tinggi atau mengalami kesulitan ekonomi. Akan tetapi gaya hidup homoseksual kemungkinan juga menjadi alasan tersembunyi,” demikian laporan BPS, dikutip detikcom Selasa (12/11/2024).

    Angka childfree pada perempuan di Indonesia terpantau meningkat dalam empat tahun terakhir. Meski prevalensinya sempat menurun di awal pandemi COVID-19 yakni pada angka 6,3 hingga 6,5, tren kembali menanjak di tahun-tahun pasca pandemi. BPS menilai, kebijakan work from home tampaknya bersinggungan dengan keputusan perempuan memilih childfree.

    Angka ini diprediksi akan berpengaruh pada total fertility rate (TFR) atau angka kelahiran. Tren TFR belakangan dilaporkan secara global dan jumlah penyusutan terbanyak terjadi di Jepang hingga Korea Selatan. Artinya, seiring bertambahnya waktu, semakin sedikit anak yang lahir.

    Saat ini, satu dari 1.000 perempuan di Indonesia diketahui memilih hidup childfree.

    Kok Banyak yang Ogah Punya Anak?

    Dari data yang dihimpun oleh BPS, ada beberapa alasan wanita tidak segera ingin memiliki keturunan, di antaranya:

    Perempuan mengejar pendidikan lebih tinggi, menunda atau bahkan tidak berkeinginan memiliki ancak, khususnya yang menempuh S2 dan S2.Faktor kesulitan ekonomi

    Faktor kesulitan ekonomi dilaporkan menjadi alasan lebih banyak seseorang memilih childfree, perempuan childfree berpendidikan SMA ke bawah tercatat memiliki persentase lebih tinggi. Artinya, pemicu seseorang hidup childfree tidak hanya dipengaruhi oleh membaiknya level pendidikan, tetapi juga dilatarbelakangi kesulitan ekonomi.

    (naf/kna)