Kasus: covid-19

  • Gedung Surabaya Pagi Terancam Dieksekusi, Pimpinan Redaksi Gugat Bank Artha Graha Rp80 Miliar

    Gedung Surabaya Pagi Terancam Dieksekusi, Pimpinan Redaksi Gugat Bank Artha Graha Rp80 Miliar

    Surabaya (beritajatim.com) – Sengketa hukum melibatkan Pimpinan Redaksi Koran Surabaya Pagi, Raditya Mohammer Khadaffi, dengan Bank Artha Graha International Tbk kini memasuki babak baru. Raditya menggugat Bank Artha Graha sebesar Rp80 miliar atas dugaan perbuatan melawan hukum (PMH) terkait peralihan piutang atau cessie gedung kantor medianya yang dilakukan tanpa sepengetahuannya.

    Selain Bank Artha Graha International Tbk dan Winarta, Raditya juga menggugat notaris Mochamad Ali Wahyudi, Kepala Kantor Pertanahan Kota Surabaya 1, serta Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur. Sidang perdana gugatan tersebut dijadwalkan digelar di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada Selasa (21/10/2025) mendatang.

    Raditya mengaku peralihan utang tersebut dilakukan tanpa pemberitahuan resmi kepada dirinya. “Saat Covid-19, periode itu banyak usaha pers terguncang, termasuk usaha klien saya. Sehingga, pada tahun ketiga kredit, kurang lancar membayar cicilan,” ujar Jamal Abdul Nasir, kuasa hukum Raditya, Kamis (16/10/2025).

    Jamal menjelaskan, kliennya membeli gedung kantor Surabaya Pagi pada Juni 2017 seharga Rp7 miliar. Setahun kemudian, Raditya mengajukan kredit ke Bank Artha Graha sekitar Rp1,7 miliar untuk keperluan renovasi. Hingga akhir 2022, total angsuran yang telah dibayarkan mencapai Rp350 juta. Namun pada Januari 2023, ia mendapat informasi bahwa sisa kreditnya tinggal Rp1,4 miliar.

    Situasi berubah pada Desember 2024 ketika seorang bernama Winarta mengaku telah membeli piutang Raditya dari Bank Artha Graha Cabang Surabaya Karet senilai Rp2,5 miliar. “Angka yang menurut saya fantastis, sebab BAG cabang Surabaya mencharge klien saya bunga 13,5 persen. Bahkan berapa rinciannya juga tak pernah ditunjukkan,” lanjut Jamal.

    Peralihan piutang tersebut baru diketahui Raditya pada 21 Februari 2025 melalui Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No.07. Surat itu menyebut bahwa utangnya telah beralih tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. “Apalagi bila tidak ada pemberitahuan sebelumnya kepada klien saya, sebelum surat pemberitahuan ini dikirim. Ini jelas ada permainan dan persekongkolan,” tegas Jamal.

    Gugatan ini telah terdaftar di PN Surabaya dengan nomor perkara 1154/Pdt.G/2025/PN Sby tertanggal 13 Oktober 2025. Dalam gugatannya, pihak Raditya menuding ada dugaan permufakatan jahat antara pimpinan Bank Artha Graha Cabang Surabaya Karet dengan Winarta. “Ini katagori kejahatan kerah putih atau white collar crime yang sangat berbahaya di dunia perbankan,” ucapnya.

    Menanggapi gugatan tersebut, Corporate Secretary PT Bank Artha Graha International Tbk, Rumi Khresna Wibowo, menyatakan bahwa setiap gugatan harus dibuktikan secara formil dan materil. “Kalau kami dari Bank secara prosedur sudah terlaksana seluruh proses tahapan penjualan atau penyelesaian itu sesuai dengan prosedur,” ujar Rumi.

    Rumi menambahkan, pihak bank sudah menjalankan semua tahapan sesuai ketentuan perbankan. “Kami secara perbankan sudah melakukan sesuai dengan aturan yang ada,” katanya.

    Saat ditanya apakah pihak Bank Artha Graha telah memberitahukan Raditya terkait proses cessie, Rumi menyebut hal itu bersifat teknis. “Karena itu masuk kepada proses ya. Tapi secara umum saja, kami sudah menyelesaikan seluruh kreditur bermasalah sesuai prosedur. Tentu tahapannya sudah ada. Kalau kreditur itu bermasalah kan harus disomasi, peringatan dan sebagainya. Kami sebetulnya ini terdampak saja dari jual-beli yang mereka lakukan. Saya kira itu saja,” ujarnya.

    Sementara itu, pihak tergugat lainnya, Winarta, hingga kini belum memberikan tanggapan terkait perkara tersebut. [uci/ian]

  • Pemred Surabaya Pagi Gugat Bank Artha Graha Rp 80 Miliar

    Pemred Surabaya Pagi Gugat Bank Artha Graha Rp 80 Miliar

    Surabaya (beritajatim.com) – Raditya Mohammer Khadaffi selaku Pemimpin Redaksi Surabaya Pagi menggugat Bank Artha Graha sebesar Rp 80 miliar. Gugatan perbuatan melawan hukum (PMH) ini dilakukan karena kantor media lokal Surabaya ini tiba-tiba dilakukan cessie atau peralihan piutang kepada pihak lain.

    Selain menggugat Bank Artha Graha International Tbk dan Winarta, pihaknya juga turut menggugat notaris Mochamad Ali Wahyudi, Kepala Kantor Pertanahan Kota Surabaya 1 dan Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur.

    Sidang perdana gugatan tersebut bakal digelar di Pengadilan Negeri Surabaya pada Selasa (21/10/2025) mendatang.

    Radit sapaan akrab Raditya mengatakan peralihan hutang yang dilakukan pihak Bank Artha Graha kepada pihak lain tersebut tanpa sepengetahuan dirinya.

    Jamal Abdul Nasir, kuasa hukum Radit mengatakan, gedung tersebut dibeli kliennya pada Juni 2017 sebesar Rp7 miliar. Lalu tahun 2018, kliennya melakukan renovasi dan mengajukan ajukan kredit ke bank tersebut sekitar Rp1,7 miliar.

    “Saat Covid-19, periode itu banyak usaha pers terguncang, termasuk usaha klien saya. Sehingga, pada tahun ketiga kredit, kurang lancar membayar cicilan,” katanya, Kamis (16/10/3025).

    Pada periode Agustus 2018 hingga akhir 2022, kliennya sudah membayar angsuran dengan total mencapai Rp 350 juta. Kemudian pada 8 Januari 2023, dia mendapat informasi bila kredit tinggal Rp1,4 miliar.

    Tetapi, sekitar Desember 2024 atau Januari 2025, ada seseorang bernama Winarta, mengaku telah membeli piutang saya dari pimpinan Bank Artha Graha Internasional (Tbk) Cabang Surabaya Karet, sebesar Rp2,5 miliar.

    “Angka yang menurut saya fantastis, sebab BAG (Bank Artha Graha) cabang Surabaya, mencharge klien saya bunga 13,5 persen. Bahkan berapa rinciannya juga tak pernah ditunjukkan,” lanjutnya.

    Menurutnya Jamal, kliennya mengetahui objek bangunan itu menjadi cessie pada 21 Februari 2025 lalu. Itu diketahui berdasarkan Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No.07.

    Pada pokoknya, surat itu memberitahukan bahwasanya hutang Raditya telah beralih sejak tanggal 21 Februari 2025 tanpa ada Akte pengalihan memberitahu sebelumnya.

    “Apalagi bila tidak ada pemberitahuan sebelumnya kepada klien saya, sebelum surat pemberitahuan ini dikirim. Ini jelas ada permainan dan persekongkolan,” jelasnya.

    Atas hak tersebut, Radit mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Surabaya. Gugatannya terregister dalam nomor gugatan 1154/Pdt.G/2025/PN Sby tertanggal 13 Oktober 2025.

    Sebab, Pimpinan Bank Artha Graha Internasional Tbk cabang Surabaya – Karet ini diduga melakukan permufakatan jahat dengan Winarta, dengan melakukan cessie Gedung Media Surabaya Pagi yang diduga secara sembunyi-sembunyi dan tergopoh-gopoh.

    “Ini katagori kejahatan kerah putih atau white collar crime yang sangat berbahaya di dunia perbankan,” tegasnya.

    Tanggapan Bank Artha Graha International

    Sementara Corporate Secretary PT. Bank Artha Graha International Tbk, Rumi Khresna Wibowo saat dikonfirmasi terkait gugatan yang diajukan Raditya mengatakan bahwa sebuah gugatan tentunya harus dibuktikan secara formil dan materil.

    ” Kalau kami dari Bank secara prosedur sudah terlaksana seluruh proses tahapan penjualan atau penyelesaian itu sesuai dengan prosedur,” ujar Rumi.

    Rumi juga mengklaim bahwa pihak Bank Artha Graha sudah melakukan tahapan-tahapan diantaranya surat peringatan.

    ” Kami secara perbankan sudah melakukan sesuai dengan aturan yang ada,” ujarnya.

    Saat ditanya apakah pihak Bank Artha Graha sudah memberitahu Raditya terkait tanah dan bangunan yang dijaminkan dilakukan cessie?

    Rumi menyatakan hal tersebut terkait tekhnis sehingga pihaknya idak bisa menyampaikan lebih detail lagi.

    ” Karena itu masuk kepada proses ya. Tapi secara umum saja, kami sudah menyelesaikan seluruh kreditur bermasalah sesuai prosedur. Tentu tahapannya sudah ada. Kalau kreditur itu bermasalah kan harus di somasi, peringatan dan sebagainya. Kami sebetulnya ini terdampak saja dari jual-beli yang mereka lakukan. Saya kira itu saja,” ujarnya.

    Sementara tergugat lain yakni Winarta hingga kini belum memberikan respons. [uci/but]

     

  • Peneliti Jerman Temukan Antibodi HIV yang Sangat Efektif

    Peneliti Jerman Temukan Antibodi HIV yang Sangat Efektif

    Jakarta

    Sejak pertama kali terdeteksi pada tahun 1981 dan secara resmi diidentifikasi pada 1983, HIV/AIDS telah merenggut nyawa sekitar 44 juta orang di seluruh dunia. AIDS dianggap sebagai salah satu epidemi paling mematikan dalam sejarah manusia.

    Jumlah kematian akibat AIDS memang terus menurun berkat kampanye kesadaran, edukasi, dan upaya pencegahan. Namun, masih banyak orang meninggal karena penyakit ini. Pada 2024, UNAIDS melaporkan sekitar 630.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat AIDS setiap tahunnya.

    Kini, penemuan baru antibodi HIV oleh Rumah Sakit Universitas Kln, Jerman, memunculkan harapan akan hadirnya senjata baru dalam melawan virus tersebut.

    Lebih dari 800 antibodi diuji melawan HIV

    Tim peneliti yang dipimpin oleh Florian Klein, Direktur Institut Virologi di Kln, meneliti sampel darah dari 32 orang yang terinfeksi HIV. Menariknya, tubuh mereka mampu mengembangkan respons antibodi yang kuat dan efektif melawan virus itu tanpa bantuan pengobatan.

    Dari sampel tersebut, lebih dari 800 antibodi diuji untuk melihat kemampuannya menetralisir HIV.

    Satu antibodi menonjol: 04_A06. Antibodi ini mampu memblokir titik tempat virus menempel pada sel manusia saat infeksi terjadi sehingga HIV tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh. Jika virus berhasil masuk, ia akan mengubah fungsi sel untuk memperbanyak diri, yang pada akhirnya melemahkan sistem kekebalan tubuh.

    Antibodi dalam tubuh manusia dihasilkan oleh sel B limfosit. Ketika sel B mendeteksi patogen, mereka berubah menjadi sel plasma yang melepaskan antibodi, seperti 04_A06.

    “Kami menggunakan cetak biru genetik antibodi, mentransfernya ke garis sel di laboratorium, lalu meminta sel lain untuk memproduksi antibodi tersebut,” jelas Klein kepada DW.

    Antibodi 04_A06 untuk pengobatan dan pencegahan HIV

    Dalam percobaan pada tikus yang telah terinfeksi HIV, antibodi 04_A06 terbukti mampu menetralisir sebagian besar infeksi HIV. Secara keseluruhan, tim menguji antibodi itu terhadap hampir 340 varian HIV, termasuk yang resisten terhadap antibodi lain.

    “HIV memiliki keragaman genetik yang sangat tinggi, setiap virusnya berbeda,” ujar Klein. “Itulah yang membuat HIV sulit diobati.”

    Namun, antibodi 04_A06 mampu menetralisir 98% varian HIV yang diuji. Para peneliti percaya antibodi ini bisa membantu orang yang sudah terinfeksi HIV karena mampu menghalangi virus masuk ke dalam sel tubuh.

    “Antibodi ini menempel pada protein selubung virus sehingga virus tidak bisa lagi menginfeksi sel target,” jelas Klein. Selain itu, virus yang diblokir oleh 04_A06 lebih mudah dikenali dan dihancurkan oleh sistem imun tubuh.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Para peneliti juga berharap antibodi ini bisa digunakan untuk mencegah infeksi HIV. “Antibodi ini mencegat virus sebelum sempat menginfeksi sel dan berkembang biak di dalam tubuh,” tambah Klein.

    Dengan kata lain, antibodi ini bisa berfungsi sebagai imunisasi pasif. Imunisasi aktif, seperti vaksin, memungkinkan tubuh memproduksi antibodi sendiri. Namun, hingga kini vaksin HIV belum tersedia.

    Perkembangan vaksin dan obat HIV

    Penelitian vaksin HIV berbasis teknologi mRNA masih berlangsung. Tujuannya adalah merangsang respons imun dengan menggunakan protein dari selubung luar virus HIV, mirip dengan virus penyebab COVID-19 yang memiliki duri protein untuk menempel dan menginfeksi sel. Namun, metode ini baru diuji pada satu varian HIV.

    Klein mengatakan tantangan besar ke depan adalah bagaimana merangsang tubuh agar bisa memproduksi antibodi yang kuat dan efektif secara luas melalui vaksin aktif.

    Sementara itu, berbagai obat pencegahan infeksi HIV telah tersedia, baik dalam bentuk pil maupun suntikan, dan terbukti sangat efektif. Hanya saja, pil biasanya harus diminum setiap hari.

    Ada juga obat suntik jangka panjang seperti lenacapavir atau cabotegravir yang bekerja seperti “depot” dalam tubuh, melepaskan zat aktif secara perlahan sehingga hanya perlu disuntik dua kali setahun.

    Klein menjelaskan bahwa tujuan dari profilaksis antibodi 04_A06 adalah agar orang tidak perlu lagi minum pil setiap hari karena antibodi ini memiliki potensi lebih dari 90% untuk mencegah infeksi. Suntikan antibodi ini cukup diberikan setiap enam bulan, mirip dengan lenacapavir.

    Alternatif dan tantangan ke depan

    Peneliti juga telah menemukan antibodi lain yang mampu menetralisir HIV secara luas. Namun, menurut Alexandra Trkola, Direktur Institut Virologi Medis di Universitas Zurich, “04_A06 jelas merupakan salah satu antibodi paling kuat dalam kelompok ini.”

    Kekuatan antibodi menentukan seberapa banyak atau sedikit antibodi yang dibutuhkan untuk memberikan efek yang signifikan. Hal ini penting jika antibodi 04_A06 akan dikembangkan menjadi obat suntik.

    Kekuatan tersebut juga memengaruhi seberapa sering seseorang harus disuntik. “Secara teori, 04_A06 sendiri sudah mencapai tingkat efektivitas yang biasanya hanya bisa dicapai lewat kombinasi beberapa antibodi,” kata Trkola, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

    Namun, butuh waktu sebelum 04_A06 benar-benar bisa menjadi obat. Christoph Spinner, Kepala Divisi Infeksiologi di Rumah Sakit Klinikum rechts der Isar, Universitas Teknik Mnchen (TUM), mengatakan bahwa sejauh ini hasil studi baru sebatas data laboratorium. “Jadi efektivitasnya belum bisa langsung diterapkan pada kondisi nyata,” ujarnya.

    Spinner menambahkan bahwa diperlukan studi lanjutan untuk mengetahui dosis tepat, toleransi tubuh manusia, dan efektivitas klinisnya.

    Trkola juga sepakat masih terlalu dini memastikan apakah antibodi ini akan berhasil digunakan secara klinis, meskipun menurutnya tanda-tanda awalnya “sangat menjanjikan.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Rivi Satrianegara

    Editor: Hani Anggraini

    Tonton juga video “Pembekuan Bantuan Trump Hentikan Uji Coba Vaksin HIV di Afrika Selatan” di sini:

    (haf/haf)

  • Jaga Kondisi! Kemenkes Sebut Flu-COVID dan Sejenisnya Ngegas Lagi Belakangan Ini

    Jaga Kondisi! Kemenkes Sebut Flu-COVID dan Sejenisnya Ngegas Lagi Belakangan Ini

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut telah terjadi peningkatan tren kasus penyakit influenza atau sejenisnya (ILI, ISPA, COVID) di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir. Data diperoleh dari laporan oleh fasyankes ke SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons).

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Aji Muhawarman mengatakan hal serupa juga terjadi di negara-negara tetangga dan disebabkan oleh varian virus tertentu.

    “Kasus juga terjadi di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand yang disebabkan didominasi virus influenza tipe A,” kata Aji dalam keterangannya saat dihubungi detikcom, Kamis (16/10/2025).

    “Di negara-negara tropis, termasuk Indonesia, virus influenza bersirkulasi sepanjang tahun. Namun aktivitasnya meningkat pada masa/waktu tertentu. Saat ini mulai adanya peralihan ke musim hujan dan kualitas udara yang buruk di beberapa kota di Indonesia,” sambungnya.

    Aji menambahkan, meningkatnya kasus influenza atau ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di musim hujan atau dingin memang normal terjadi. Ini karena pada saat itu suhu udara lebih rendah dan kelembapan tinggi sehingga membuat virus mudah bertahan, mereplikasi, dan menyebar luas.

    Upaya Kemenkes Mengantisipasi Lonjakan

    Kemenkes terus berupaya untuk menekan lonjakan kasus penyakit influenza atau sejenisnya. Pertama dengan Pengamatan kasus influenza melalui SKDR, dan surveilans sentinel ILI/SARI.

    Tak berhenti di sini, Kemenkes juga akan melakukan komunikasi risiko kepada masyarakat melalui berbagai platform media.

    “Terapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, rutin aktivitas fisik, jaga kebersihan diri dan lingkungan,” kata Aji.

    “Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (CTPS) atau hand sanitizer. Gunakan masker bagi masyarakat yang sakit atau jika di keramaian dan terapkan etika batuk/bersin,” lanjutnya.

    Apabila diperlukan dapat melakukan vaksinasi influenza setahun sekali, khususnya bagi pelaku perjalanan dan masyarakat kelompok berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan, lansia, ibu hamil, dan individu dengan penyakit kronis.

    Kemenkes menekankan jika gejala terus memberat, segera dapatkan bantuan dokter atau ke fasyankes terdekat untuk meminimalisir risiko kondisi yang lebih serius.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

    Cuaca Terik Menyengat

    10 Konten

    Cuaca terik menyengat diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober 2025. Menurunnya daya tahan tubuh membuat keluhan flu dan batuk meningkat.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Dari Sampah Jadi Emas, Cerita Warga Magetan Nabung Masa Depan Lewat Bank Sampah Rejoseri
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        15 Oktober 2025

    Dari Sampah Jadi Emas, Cerita Warga Magetan Nabung Masa Depan Lewat Bank Sampah Rejoseri Surabaya 15 Oktober 2025

    Dari Sampah Jadi Emas, Cerita Warga Magetan Nabung Masa Depan Lewat Bank Sampah Rejoseri
    Tim Redaksi
    MAGETAN, KOMPAS.com
    – Di sudut yang tenang di Kelurahan Kepolorejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur berdiri sebuah gerakan kecil yang berawal dari keresahan terhadap tumpukan sampah rumah tangga.
    Dari halaman rumah dan lorong-lorong kampung itulah lahir kisah inspiratif tentang upaya menabung masa depan dari hal sederhana, yaitu sampah.
    Sosok di balik gagasan ini adalah Pramono, Ketua Bank Sampah Rejoseri, yang sejak 2018 berjuang menanamkan kesadaran lingkungan sekaligus membuka jalan ekonomi bagi warga sekitar.
    “Waktu itu kita sudah punya program bank sampah, saya jadi fasilitator dan juga petugas pengambil dari lokasi,” kata Pramono ditemui di rumahnya Rabu (15/10/2025).
    Ia bukan hanya penggerak kebersihan, tetapi juga pengangkut, pencatat, bahkan motivator. Setiap Minggu pagi, bersama beberapa relawan, ia berkeliling menjemput sampah terpilah dari rumah ke rumah.
    Warga hanya perlu mengumpulkan dan menunggu tim Rejoseri datang.
    Namun, di balik semangat itu, ada kendala besar yang dihadapi yaitu soal tempat penampungan.
    “Kesulitannya itu di tempat. Banyak warga mau setor, tapi kita enggak punya tempat menampung,” ujarnya. 
    Dari situlah muncul ide sistem “kumpul–jemput–angkut”, sebuah model sederhana yang membuat warga tak perlu repot menyimpan sampah lama-lama.
    Dari sistem sederhana itu, Rejoseri tumbuh menjadi gerakan ekonomi lingkungan. Pramono menggagas kerja sama dengan Pegadaian dan meluncurkan program tabungan emas dari hasil sampah.
    Hasil penjualan sampah warga langsung dikonversi menjadi saldo emas di akun
    Pegadaian Digital Service.
    “Misalnya hasil timbangannya Rp10.000, itu langsung kita masukkan ke tabungan emas. Dulu nilainya sekitar 0,01 gram. Kalau ada yang mau nambah, bisa setor lima puluh ribu agar cepat terkumpul emasnya. Semuanya tercatat di aplikasi,” ujarnya.
    Sistem ini membuat warga merasa memiliki sesuatu yang nyata. Mereka bisa memantau nilai emasnya naik dari waktu ke waktu.
    “Semua tercatat, jadi mereka tahu berapa gram yang dimiliki. Dulu ibu-ibu semangat banget. Setiap Minggu ngumpul, nimbang, setor, terus lihat saldo emasnya bertambah,” ujarnya.
    Namun, pandemi Covid-19 memukul aktivitas Bank Sampah Rejoseri. Kegiatan menurun, sampah berkurang, dan sebagian anggota tak lagi rutin menyetor.
    “Sebelum Covid semangatnya luar biasa, tapi setelah itu susah jalan. Tapi kami nggak menyerah. Masih ada yang menabung langsung ke Pegadaian,” kata Pramono.
    Salah satu yang masih bertahan adalah Lis Permana Wardani, anggota aktif Rejoseri sejak awal berdiri.
    Ia mengaku program tabungan emas benar-benar memberi makna baru bagi sampah rumah tangga.
    “Dulu kami dikasih modal awal Rp 50.000 buat buka tabungan emas di Pegadaian. Setelah itu tiap bulan setor minimal Rp 25.000. Sampah dari rumah, warung, minyak jelantah semua bisa masuk,” ujarnya.
    Hasil setoran sampah ditimbang, dicatat, lalu dikonversi ke saldo emas. “Awalnya kami catat manual dulu. Baru setelah ada aplikasi Pegadaian, langsung masuk saldo. Jadi bisa pantau sendiri dari HP,” ucap dia.
    Lis menuturkan, sebagian besar anggota adalah ibu rumah tangga. Mereka menyisihkan waktu untuk memilah sampah, bukan hanya demi uang, tetapi juga kebanggaan bisa berkontribusi menjaga kebersihan lingkungan.
    “Saya pernah dapat Rp1 juta dari tabungan emas. Ada yang sampai sejuta lebih. Kalau jalan terus, hasilnya lumayan,” katanya.
    Sementara itu, Titik, anggota dan penggerak Bank Sampah Rejoseri mengaku kini jumlah anggota aktif mulai menyusut.
    Dari 20 anggota, saat ini tinggal 8 ibu yang rutin menyetor sampah “Sekarang tinggal beberapa orang. Dulu hampir semua keluarga ikut. Mungkin kurang sosialisai atau karena dukungan dari desa kurang. Atau sebagian menganggap ngurus sampah itu merepotkan,” katanya.
    Titik berharap ada perhatian dari pemerintah desa agar semangat warga bisa bangkit lagi untuk menghidupkan pungut sampah di rumah serta memilah sampah sehingga bisa dimanfaatkan kembali di daur ulang menjadi tabungan emas.
    “Kalau ada pendampingan dan tempat yang layak, pasti hidup lagi. Karena ini bukan cuma soal sampah, tapi soal perubahan kebiasaan,” ujar Titik.
    Meski bank sampah masih berjalan, Pramono mengalihkan sebagian energinya ke usaha sosial lain, yaitu Air Amanah, depot air isi ulang yang sebagian keuntungannya disumbangkan untuk anak yatim.
    “Setiap tanggal 17, kami sisihkan seribu rupiah dari setiap galon yang terjual untuk anak yatim. Namanya program Seribu untuk Anak Yatim,” ucapnya.
    Meski Rejoseri tidak seaktif dulu, semangat sosial yang ia tanam tetap hidup di hati para anggota.
    Dari sisi lain, Kantor Pegadaian Magetan mengakui bahwa program tabungan emas dari daur ulang sampah seperti di Bank Smapah Rejoseri sejalan dengan upaya edukasi keuangan di tingkat masyarakat kecil.
    Puguh, pegawai Pegadaian Cabang Magetan, mengatakan bahwa semua transaksi kini bisa dilakukan secara digital untuk menjaga kepercayaan nasabah.
    Nasabah langsung tahu jumlah setoran dan jumlah emas yang mereka dapatkan dari aplikasi Tring.
    “Sekarang nasabah bisa menabung, menjual, bahkan menggadaikan emas dari HP. Semuanya tercatat otomatis,” ujarnya.
    Menurut dia, sistem Pegadaian memastikan keamanan aset.
    “Emas yang tercatat digital itu benar-benar ada fisiknya di pusat. Jadi meski cuma punya 0,1 gram, nasabah tetap punya emas batangan yang disertifikatkan,” ucapnya. 
    Biaya administrasi pun ringan, hanya Rp30.000 per tahun. “Kita ingin masyarakat merasa aman dan mudah.
    Dulu waktu kerja sama dengan Bank Sampah Rejoseri, hasilnya luar biasa. Uang dari sampah yang tadinya kecil bisa berubah jadi investasi emas,” ucap Puguh.
    Ia mengatakan, masyarakat masih salah kaprah mengira emas perhiasan sama dengan emas batangan.
    “Padahal kalau untuk investasi, lebih baik emas batangan. Nilainya stabil, nggak kena potongan ongkos,” ujarnya.
    Kini, harapan Pramono dan Puguh sejalan, yakni agar gerakan seperti Rejoseri bisa bangkit kembali, menjadi jembatan antara kesadaran lingkungan dan kemandirian ekonomi.
    Program tabungan emas yang diinisiasi Pegadaian bersama Bank Sampah Rejoseri menjadi bukti nyata semangat “Pegadaian MengEMASkan Indonesia”.
    Dari tumpukan sampah rumah tangga, warga Kepolorejo belajar menanam masa depan melalui gram-gram emas yang lahir dari kesadaran lingkungan.
    “Kalau ada penggerak lagi, saya yakin bisa jalan. Karena konsepnya bukan hanya uang, tapi nilai, dari hal kecil seperti sampah, kita bisa daur ulang menjadi emas. Kita menanam masa depan,” tutur Pramono. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ribuan Siswa Terinfeksi Influenza, Malaysia Liburkan Sekolah-sekolah

    Ribuan Siswa Terinfeksi Influenza, Malaysia Liburkan Sekolah-sekolah

    Kuala Lumpur

    Sekitar 6.000 siswa sekolah di berbagai wilayah Malaysia telah terinfeksi influenza beberapa waktu terakhir. Otoritas Kuala Lumpur pun memutuskan untuk meliburkan sejumlah sekolah demi keselamatan anak-anak dan para staf.

    “Kita sudah memiliki pengalaman luas dalam menangani penyakit menular dari pandemi COVID-19,” kata Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan Malaysia, Mohd Azam Ahmad, dalam pernyataan video yang diunggah media lokal Malaysia dan dilansir Channel News Asia, Rabu (15/10/2025).

    “Kita telah mengingatkan sekolah-sekolah untuk mematuhi pedoman ini, mendorong penggunaan masker wajah dan mengurangi aktivitas dalam kelompok besar di antara siswa,” ucap Mohd Azam dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (13/10) waktu setempat.

    Dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal jumlah sekolah yang diliburkan imbas mewabahnya influenza di kalangan siswa. Namun disebutkan bahwa infeksi sejauh ini terdeteksi di beberapa wilayah di berbagai wilayah Malaysia.

    Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Malaysia melaporkan sekitar 97 klaster influenza di seluruh wilayah negara tersebut. Angka tersebut naik drastis dari 14 klaster influenza pada minggu sebelumnya.

    Sebagian besar klaster influenza tersebut dilaporkan di sekolah-sekolah dan taman kanak-kanak.

    Laporan media lokal Malaysia, The Star, menyebut bahwa wilayah Selangor saat ini memiliki jumlah klaster influenza tertinggi dengan 43 klaster, diikuti oleh Kuala Lumpur dan Putrajaya dengan 15 klaster, Penang dengan 10 klaster, Johor dengan 9 klaster, dan Kedah dengan 5 klaster.

    Menanggapi situasi tersebut, Menteri Kesehatan Malaysia, Dzulkefly Ahmad, mengatakan kementeriannya akan berdiskusi dengan Kementerian Pendidikan mengenai tindakan lebih lanjut untuk menangkal penyebaran virus di sekolah-sekolah.

    Dia juga berusaha meyakinkan publik bahwa situasi tetap terkendali meskipun terdapat sejumlah wabah yang mengkhawatirkan.

    Sementara itu, pakar kesehatan masyarakat Sharifa Ezat Wan Puteh mengatakan bahwa perhatian khusus harus diberikan kepada anak-anak karena sebagian besar kasus influenza terdeteksi di sekolah.

    “Anak-anak juga dianjurkan untuk mendapatkan vaksin flu. Vaksinasi tahunan diperlukan karena virus influenza berubah seiring waktu, dan vaksin diperbarui setiap tahun. Vaksin cocok untuk individu berusia enam bulan ke atas,” kata Sharifa kepada The Star.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/nvc)

  • Sidang Kepailitan Hotel Garden Palace Memanas, Verifikasi Hutang Dinilai Janggal

    Sidang Kepailitan Hotel Garden Palace Memanas, Verifikasi Hutang Dinilai Janggal

    Surabaya (beritajatim.com) – Sidang perkara kepailitan PT Mas Murni Indonesia Tbk, pemilik Garden Palace Hotel Surabaya, berlangsung panas. Pihak debitur dan kreditur kompak memprotes proses verifikasi piutang serta rekomendasi pembubaran perusahaan yang dinilai janggal.

    Usai sidang, kuasa hukum PT Mas Murni, Aldrian Vernandito, mengungkap adanya dugaan kejanggalan serius dalam proses verifikasi piutang. Ia menyebut tidak pernah ada pencocokan piutang antara kurator dan debitur, namun secara tiba-tiba muncul daftar piutang tetap serta rekomendasi pembubaran perusahaan.

    “Tiba-tiba kurator mengeluarkan rekomendasi pengakhiran, lalu hakim pengawas mengusulkan pembubaran. Padahal tidak ada verifikasi ulang seperti yang kami minta secara resmi,” tegas Aldrian usai sidang.

    Lebih lanjut, ia mempertanyakan kredibilitas surat rekomendasi yang menyebut pencocokan piutang telah dilakukan. “Kapan kami mencocokkan piutang? Itu pertanyaan besar yang sampai hari ini belum dijawab oleh kurator maupun hakim pengawas,” ujarnya.

    Selain verifikasi piutang, Aldrian menyoroti inkonsistensi pengadilan dalam memberikan akses terhadap dokumen sidang. “Sebelumnya majelis memperbolehkan dokumen rekomendasi diminta melalui panitera, tapi ketika kami ajukan permintaan resmi, justru tidak diberikan. Ini membingungkan dan merusak transparansi hukum,” tambahnya.

    Ia juga menilai pemanggilan sidang awal cacat hukum, karena dilakukan bukan oleh juru sita sebagaimana diatur dalam hukum acara. “Pemanggilan sidang bukan dilakukan oleh juru sita, sehingga sejak awal sudah cacat secara formil,” tegas Aldrian.

    Kuasa hukum itu menilai tim kurator gagal melindungi hak-hak kreditur dan pemegang saham. Padahal, aset perusahaan seperti gedung di Embong Malang dan Garden Palace Hotel masih tersedia namun belum dimaksimalkan dalam proses pemberesan.

    Tak hanya dari pihak debitur, keberatan juga datang dari perwakilan kreditur. Kuasa hukum salah satu koperasi kreditur, Arief Syahrul Alam, menuturkan adanya laporan dugaan pemalsuan dokumen daftar piutang tetap yang sudah disampaikan ke Polda Jawa Timur. Bahkan, kata Arief, kurator yang sama pernah dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri atas perkara serupa.

    “Ada dua laporan di Bareskrim, dan biayanya diambil dari Boedel Pailit, masing-masing Rp1 miliar dan Rp1,5 miliar. Padahal enam kreditur lain belum dibayar, tetapi kurator mengklaim sudah melakukan pemberesan,” ungkapnya.

    Ia menegaskan bahwa prioritas pemberesan seharusnya diberikan kepada kreditur preferen seperti pajak dan buruh, bukan membebankan biaya hukum yang belum jelas dasarnya pada aset pailit. “Separatis punya hak tanggungan, lalu bagaimana dengan yang konkuren?” tegas Abah Alam.

    Sebagai informasi, PT Mas Murni Indonesia Tbk adalah perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 1994, bergerak di bidang perhotelan dan properti. Dua aset utamanya adalah Garden Palace Hotel di Jalan Yos Sudarso dan gedung di Jalan Embong Malang, Surabaya.

    Pandemi COVID-19 menjadi titik balik krisis keuangan perusahaan. Operasional hotel lumpuh, banyak karyawan dirumahkan, hingga akhirnya beberapa eks-karyawan mengajukan permohonan PKPU karena keterlambatan pembayaran pesangon. Meski sebagian kewajiban telah dibayar sesuai perjanjian, kesalahan teknis transfer akibat rekening yang ditutup sepihak dijadikan dasar untuk mempailitkan perusahaan. (uci/kun)

  • Sidang Kepailitan Hotel Garden Palace Memanas, Verifikasi Hutang Dinilai Janggal

    Sidang Kepailitan Hotel Garden Palace Memanas, Verifikasi Hutang Dinilai Janggal

    Surabaya (beritajatim.com) – Sidang perkara kepailitan PT Mas Murni Indonesia Tbk, pemilik Garden Palace Hotel Surabaya, berlangsung panas. Pihak debitur dan kreditur kompak memprotes proses verifikasi piutang serta rekomendasi pembubaran perusahaan yang dinilai janggal.

    Usai sidang, kuasa hukum PT Mas Murni, Aldrian Vernandito, mengungkap adanya dugaan kejanggalan serius dalam proses verifikasi piutang. Ia menyebut tidak pernah ada pencocokan piutang antara kurator dan debitur, namun secara tiba-tiba muncul daftar piutang tetap serta rekomendasi pembubaran perusahaan.

    “Tiba-tiba kurator mengeluarkan rekomendasi pengakhiran, lalu hakim pengawas mengusulkan pembubaran. Padahal tidak ada verifikasi ulang seperti yang kami minta secara resmi,” tegas Aldrian usai sidang.

    Lebih lanjut, ia mempertanyakan kredibilitas surat rekomendasi yang menyebut pencocokan piutang telah dilakukan. “Kapan kami mencocokkan piutang? Itu pertanyaan besar yang sampai hari ini belum dijawab oleh kurator maupun hakim pengawas,” ujarnya.

    Selain verifikasi piutang, Aldrian menyoroti inkonsistensi pengadilan dalam memberikan akses terhadap dokumen sidang. “Sebelumnya majelis memperbolehkan dokumen rekomendasi diminta melalui panitera, tapi ketika kami ajukan permintaan resmi, justru tidak diberikan. Ini membingungkan dan merusak transparansi hukum,” tambahnya.

    Ia juga menilai pemanggilan sidang awal cacat hukum, karena dilakukan bukan oleh juru sita sebagaimana diatur dalam hukum acara. “Pemanggilan sidang bukan dilakukan oleh juru sita, sehingga sejak awal sudah cacat secara formil,” tegas Aldrian.

    Kuasa hukum itu menilai tim kurator gagal melindungi hak-hak kreditur dan pemegang saham. Padahal, aset perusahaan seperti gedung di Embong Malang dan Garden Palace Hotel masih tersedia namun belum dimaksimalkan dalam proses pemberesan.

    Tak hanya dari pihak debitur, keberatan juga datang dari perwakilan kreditur. Kuasa hukum salah satu koperasi kreditur, Arief Syahrul Alam, menuturkan adanya laporan dugaan pemalsuan dokumen daftar piutang tetap yang sudah disampaikan ke Polda Jawa Timur. Bahkan, kata Arief, kurator yang sama pernah dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri atas perkara serupa.

    “Ada dua laporan di Bareskrim, dan biayanya diambil dari Boedel Pailit, masing-masing Rp1 miliar dan Rp1,5 miliar. Padahal enam kreditur lain belum dibayar, tetapi kurator mengklaim sudah melakukan pemberesan,” ungkapnya.

    Ia menegaskan bahwa prioritas pemberesan seharusnya diberikan kepada kreditur preferen seperti pajak dan buruh, bukan membebankan biaya hukum yang belum jelas dasarnya pada aset pailit. “Separatis punya hak tanggungan, lalu bagaimana dengan yang konkuren?” tegas Abah Alam.

    Sebagai informasi, PT Mas Murni Indonesia Tbk adalah perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 1994, bergerak di bidang perhotelan dan properti. Dua aset utamanya adalah Garden Palace Hotel di Jalan Yos Sudarso dan gedung di Jalan Embong Malang, Surabaya.

    Pandemi COVID-19 menjadi titik balik krisis keuangan perusahaan. Operasional hotel lumpuh, banyak karyawan dirumahkan, hingga akhirnya beberapa eks-karyawan mengajukan permohonan PKPU karena keterlambatan pembayaran pesangon. Meski sebagian kewajiban telah dibayar sesuai perjanjian, kesalahan teknis transfer akibat rekening yang ditutup sepihak dijadikan dasar untuk mempailitkan perusahaan. (uci/kun)

  • 4
                    
                        Meredupnya Era Kejayaan Mal-mal Hits di Masanya…
                        Megapolitan

    4 Meredupnya Era Kejayaan Mal-mal Hits di Masanya… Megapolitan

    Meredupnya Era Kejayaan Mal-mal Hits di Masanya…
    Penulis

    KOMPAS.com –
    Sejumlah mal-mal hits di Jakarta, Depok, hingga Bekasi kini sepi pengunjung, bahkan tutup.
    Dulu mereka menjadi destinasi favorit, tempat berburu gawai terbaru, nongkrong sepulang sekolah, hingga berburu diskon menjelang Lebaran.
    Kini, sebagian besar mal legendaris seperti Roxy Square, Ratu Plaza, dan Grand Mall Bekasi hanya menyisakan lorong sepi dan papan bertuliskan “Dijual” di beberapa sudut toko-toko yang ada di dalamnya.
    Fenomena matinya mal-mal lama ini bukan sekadar soal ekonomi, melainkan potret perubahan besar gaya hidup masyarakat perkotaan, yakni dari budaya jalan-jalan di mal ke layar ponsel, dari transaksi tatap muka ke belanja daring.
    Di masa jayanya, Roxy Square di Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat, adalah “kiblat”-nya para pemburu ponsel.
    Namun kini, sebagian besar konter handphone telah tutup. Spanduk “Dijual” menempel di dinding, dan lampu-lampu di lantai satu redup berkedip, memberi kesan bangunan yang kehilangan napas.
    Candra (bukan nama sebenarnya), pedagang aksesori yang masih bertahan, mengaku sebagian besar rekan seprofesinya telah pindah ke ITC Roxy Mas.
    “Saya sih enggak buka toko
    online
    , tapi memang semenjak pascapandemi Covid-19, mal jadi makin sepi, minat orang-orang sudah beralih belanja praktis yang simpel-simpel,” ujarnya.
    Naik ke lantai dua, suasana tak jauh berbeda. Eskalator tak lagi berfungsi, kios aksesori tersisa hanya beberapa, dan satu-satunya area yang masih hidup hanyalah pusat kebugaran.
    Di tengah hiruk-pikuk Jalan Jenderal Sudirman, Ratu Plaza kini ibarat gedung megah yang kehilangan pengunjung. Lantai demi lantai diisi toko-toko yang tutup, sebagian bahkan digembok permanen.
    Toni (40), karyawan toko elektronik, mengatakan masa sulit dimulai sejak pandemi.
    “Dari Covid, sebelum Covid masih bagus banget. Karena efek dari Covid kan jadinya kemana-mana,” ujarnya.
    Ia menambahkan, penjual yang bertahan hanyalah mereka yang punya pelanggan tetap.
    “Yang bertahan itu yang udah punya pelanggan tetap, ya emang pemain lama semua, pasti di atas sepuluh tahun semua,” katanya.
    Pengunjung seperti Rani (34) kini jarang datang karena merasa suasana Ratu Plaza sudah tertinggal zaman.
    “Menurut saya perlu banget renovasi. Mungkin ubah konsepnya jadi lebih modern dan multifungsi, gabungin area kerja, kuliner, sama
    lifestyle
    . Jadi orang datang bukan cuma buat keperluan elektronik,” ujarnya.
    Kondisi serupa terjadi di Koja Trade Mal, Jakarta Utara. Deretan toko tertutup rapat, sebagian bahkan menempelkan pengumuman “disewakan”.
    “Sejak habis Covid-19 lah, itu sepi. Habis Covid-19 kemarin masih mending, baru mulai tahun 2023–2024 dan tahun ini paling parah karena enggak ada pembeli, kata Yora (54), pedagang tas di Koja Trade Mal.
    Sebelum pandemi, omzetnya bisa mencapai Rp 2–3 juta per hari. Kini, ia kesulitan membayar sewa kios Rp 18 juta per tahun. Kondisi serupa dirasakan Avo (50), pedagang jam, yang mengaku omzetnya turun hingga 75 persen.
    Di sisi timur Jakarta, Pulogadung Trade Center (PTC) juga bernasib sama.
    Deretan kios pakaian banyak yang tutup. Okto (56), salah satu pedagang, mengaku dalam sehari sering kali tak mendapat pembeli.
    “Enggak ada sih, ya kadang kosong, tapi kadang ada satu atau dua, enggak nentu,” katanya.
    Menurutnya, masyarakat kini lebih memilih belanja online karena praktis.
    “Awalnya ya karena toko online itu terus digempur corona. Mau mulai online juga berat, saya enggak paham,” ujarnya.
    Di kawasan Taman Sari, Grand Paragon Mall kini lebih mirip gedung hotel daripada pusat belanja.
    Hanya area supermarket Grand Lucky di lantai dasar yang masih ramai. Lantai atas sunyi, toko-toko ditutup permanen.
    “Orang datang cuma lihat-lihat, bandingin harga
    online
    , terus nggak beli,” kata Jatman (25), karyawan toko olahraga.
    Sebagian besar pengunjung kini adalah tamu hotel di area yang sama.
    Pengunjung setia seperti Jafri (34) datang hanya untuk belanja kebutuhan rumah tangga.
    “Saya cuma ke Grand Lucky aja. Di atas sepi banget, kayak mal kosong,” ujarnya.
    “Mal-nya bagus sebenarnya, tapi kalau toko-tokonya tutup, orang malas datang,” kata Arumy (25), pekerja kantoran di sekitar mal.
    Nasib lebih baik sedikit terlihat di Depok Town Square (Detos). Meski tak seramai dulu, sebagian pedagang memilih bertahan.
    “Udah mulai agak stabil ya, cuman enggak terlalu ramai banget,” kata Rifa (46), pedagang aksesori di Detos.
    Ia sempat kehilangan usahanya di masa pandemi, namun kini bekerja di bawah pemilik toko lain.
    “Aku bilang, ‘Yakin,’ karena kan aku di rumah juga enggak ada kegiatan apa-apa,” tuturnya.
    Ia berharap manajemen melakukan strategi agar pengunjung kembali datang.
    Di Bekasi, dua mal legendaris, Borobudur Plaza dan Grand Mall Bekasi, resmi berhenti beroperasi.
    Borobudur Plaza, yang berdiri sejak 1993, kini hanya buka musiman saat Lebaran. Gedungnya terbengkalai, parkiran ditumbuhi rumput, dan dinding mulai retak.
    Grand Mall Bekasi pun menutup operasional ritelnya sejak awal 2025. Menurut Senior Head Marketing Communication Sufala Handri, keputusan itu diambil karena tekanan ekonomi dan menurunnya daya beli.
    “Efek pandemi pasti ada. Sampai sekarang pun kita masih merasakan efek pandemi,” ujarnya.
    Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menilai fenomena ini wajar jika mal tidak mampu beradaptasi dengan perubahan gaya hidup masyarakat.
    “Jika pusat perbelanjaan tidak memiliki ataupun tidak mampu menyediakan fasilitas maka tidak akan dipilih dan akan ditinggalkan oleh para pelanggannya,” ujarnya.
    Menurut Alphonzus, mal kini tidak lagi sekadar tempat berbelanja, tetapi menjadi ruang sosial dan hiburan.
    “Sudah sejak lama fungsi utama pusat perbelanjaan bukan lagi hanya sekadar sebagai tempat berbelanja saja,” katanya.
    Ia menegaskan, hanya mal yang mampu menambah fungsi baru, seperti ruang komunitas, tempat kuliner, hingga
    coworking space
    yang bisa bertahan.
    “Pusat perbelanjaan akan selalu berubah dari waktu ke waktu karena sangat erat dengan gaya hidup yang cepat sekali berubah,” ujarnya.
    Matinya mal-mal lawas bukan sekadar persoalan bisnis, melainkan simbol perubahan budaya kota.
    Dari Roxy hingga Borobudur Plaza, kisahnya serupa, yakni ruang yang dulu jadi pusat interaksi kini digantikan notifikasi dari aplikasi
    e-commerce
    .
    Di tengah dunia yang makin digital, keberlangsungan mal bergantung pada kemampuannya membaca ulang makna “berbelanja” bahwa bukan lagi soal transaksi, melainkan pengalaman sosial.
    (Reporter: Ardhi Ridwansyah, Faesal Mubarok, Hafizh Wahyu Darmawan, Shinta Dwi Ayu, Febryan Kevin Candra Kurniawan, Lidia Pratama Febrian, Omarali Dharmakrisna Soedirman | Editor: Tim Redaksi)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • APPBI: Mal yang Tak Beradaptasi Akan Ditinggalkan Pelanggan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        14 Oktober 2025

    APPBI: Mal yang Tak Beradaptasi Akan Ditinggalkan Pelanggan Megapolitan 14 Oktober 2025

    APPBI: Mal yang Tak Beradaptasi Akan Ditinggalkan Pelanggan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, pusat perbelanjaan yang tidak beradaptasi dengan perubahan zaman secara perlahan akan ditinggalkan pelanggan.
    “Jika pusat perbelanjaan tidak memiliki ataupun tidak mampu menyediakan fasilitas, maka tidak akan dipilih dan akan ditinggalkan oleh para pelanggannya,” ujar Alphonzus kepada
    Kompas.com
    , Selasa.
    Menurut Alphonzus, fungsi mal saat ini sudah jauh berkembang dibandingkan masa lalu yang hanya berfokus pada aktivitas jual beli.
    “Sudah sejak lama fungsi utama pusat perbelanjaan bukan lagi hanya sekadar sebagai tempat berbelanja saja, terutama bagi pusat perbelanjaan yang berlokasi di kota-kota besar,” kata Alphonzus.
    Ia menjelaskan, masyarakat kini mencari mal yang lebih dari sekadar tempat berbelanja.
    Menurut dia, mal yang mampu bertahan justru adalah yang berhasil menawarkan pengalaman sosial, hiburan, hingga gaya hidup bagi pengunjungnya.
    “Saat ini pusat perbelanjaan harus dapat menambahkan fungsi lain dari sekadar sebagai tempat berbelanja,” kata dia.
    Alphonzus mencontohkan, sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta yang kini tetap ramai justru karena mampu bertransformasi menjadi ruang multifungsi.
    “Pusat Perbelanjaan akan selalu berubah dari waktu ke waktu karena pusat perbelanjaan sangat erat dengan gaya hidup (
    lifestyle
    )yang cepat sekali berubah setiap waktu.,” ujarnya.
    Sebelumnya, Ratu Plaza yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kini tampak lengang.
    Pantauan
    Kompas.com
    pada Selasa (14/10/2025) siang menunjukkan suasana di dalam mal terlihat sepi pengunjung. Jumlah kios yang tutup bahkan lebih banyak dibandingkan dengan kios yang masih beroperasi.
    David (52), salah satu penjual di Ratu Plaza, mengatakan bahwa penurunan jumlah pengunjung mulai terasa pasca pandemi Covid-19.
    “Abis covid setahu saya soalnya informasi dari beberapa orang seperti itu. Jadi hampir semua terdampak,” kata David.
    Selain faktor pandemi, kebiasaan masyarakat yang kini lebih sering berbelanja secara daring juga kian memperburuk kondisi.
    “Ya ada juga lah beberapa. Pengaruh juga lah dari
    online
    itu orang kan kadang lihat harga juga kadang di
    online
    itu lebih murah,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.