Kasus: covid-19

  • Kampung Cina Cibubur di Ujung Napas: Pusat Wisata Ikonik yang Mulai Terlupakan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        23 Oktober 2025

    Kampung Cina Cibubur di Ujung Napas: Pusat Wisata Ikonik yang Mulai Terlupakan Megapolitan 23 Oktober 2025

    Kampung Cina Cibubur di Ujung Napas: Pusat Wisata Ikonik yang Mulai Terlupakan
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com
    – Kampung Cina di kawasan Kota Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor sempat menjadi magnet wisata. Namun, kini perlahan kehilangan napasnya.
    Bangunan yang dulu megah dengan ornamen oriental kini dibiarkan keropos dan ditumbuhi ilalang.
    Kawasan yang ramai pada tahun 2000-an itu pernah menjadi destinasi favorit warga untuk berburu pernak-pernik Tiongkok, berfoto di bawah lampion merah, dan menikmati kuliner khas oriental.
    Namun, sejak pandemi Covid-19, pesonanya memudar dan menyisakan kenangan.
    Saat
    Kompas.com
    menelusuri kawasan ini pada Selasa (21/10/2025), suasana yang ditemui jauh dari ingatan masa kejayaannya.
    Dari ratusan kios yang dulu beroperasi, kini hanya empat yang masih buka, tiga di antaranya warung makan.
    Atap-atap bangunan banyak yang bocor, cat dinding terkelupas, dan dedaunan kering menumpuk di jalan setapak yang dulu ramai oleh wisatawan.
    “Suasananya udah beda banget. Banyak toko tutup, bangunan-bangunannya udah pada hancur, udah ga keurus ini, kayaknya emang udah ga buat wisata lagi deh,” kata Rani (44), salah satu pengunjung.
    Ia masih mengingat masa ketika Kampung Cina menjadi tempat favorit keluarga untuk berfoto, nongkrong, hingga menikmati jajanan khas Tiongkok.
    “Saya datang ke sini karena kebetulan lagi lewat aja, sekian lah lihat-lihat buat nostalgia. Dulu waktu jamannya ini rame banget. Jadi tempat foto-foto, nongkrong, sama jajanan-jajanan khasnya juga banyak,” ujar dia
    Kini, Kampung Cina tak lagi dikenal sebagai tujuan wisata, melainkan sekadar tempat makan siang bagi pekerja di sekitar kawasan Kota Wisata Cibubur.
    “Ya karena kerja di sini kebetulan. Tapi emang sekarang yang datang paling orang-orang sekitar aja, atau karyawan lain yang makan siang,” ujar Dito (41), salah satu karyawan yang bekerja tak jauh dari lokasi.
    Ia mengaku datang ke kawasan itu bukan untuk berwisata, melainkan sekadar mencari makan.
    “Biasanya cuma buat makan siang, udah jadi kebiasaan. Kalau bukan karena kerja, mungkin saya juga gak akan ke sini,” kata dia.
    Dito masih mengingat jelas saat kawasan ini menjadi magnet wisata setiap akhir pekan.
    “Dulu rame banget. Tiap hari ada aja rombongan datang, terutama pas weekend. Toko-toko semua buka, ada musik, dekorasinya rame. Sekarang mah kaya foodcourt jatuhnya,” ucap dia.
    Menurut Dito, perubahan drastis itu mulai terjadi sejak pandemi, saat itu banyak pedagang yang tak lagi kembali pasca pembatasan aktivitas.
    “Kalau ga salah itu sejak pandemi itu. Waktu itu tuh banyak yang ga buka lagi pedagang jadi yang buka tuh cuma beberapa kaya tukang baju kebanyakan, terus mungkin pengunjung juga semakin sepi jadinya pada pindah, akhirnya kelihatan makin mati,” ungkap dia.
    Meski kini nyaris ditinggalkan, sejumlah pengunjung berharap agar Kampung Cina bisa kembali hidup.
    Baik Dito maupun Rani percaya, suasana meriah Kampung Cina bisa kembali jika pengelola melakukan revitalisasi dan menghadirkan kegiatan yang menarik wisatawan.
    “Harapan saya sih Kampung Cina bisa kembali ramai engga cuma (jadi) tempat makan siang, jadi ada kehidupan di sini, engga sepi kayak sekarang,” kata Dito.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bikin Ketar-ketir Koruptor, Natalius Pigai Usul Korupsi Dimasukkan sebagai Pelanggaran HAM

    Bikin Ketar-ketir Koruptor, Natalius Pigai Usul Korupsi Dimasukkan sebagai Pelanggaran HAM

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Menteri Hak Asasi Manusia (HAM), Natalius Pigai, kembali membuat terobosan hukum yang dianggap bakal jadi perhatian dunia.

    Ia mengusulkan agar tindak pidana korupsi dikategorikan sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

    Dikatakan Natalius, rancangan usulan tersebut telah rampung dan siap diserahkan ke DPR RI untuk dibahas lebih lanjut.

    “Pasalnya sudah ada, tinggal kami serahkan ke DPR. Mudah-mudahan ada doa supaya DPR mengesahkan,” ujar Natalius di kantor Kementerian HAM, Jakarta.

    Natalius menilai, langkah ini bisa menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang secara tegas menghubungkan korupsi dengan pelanggaran HAM.

    “Kami kan di seluruh dunia tidak ada loh, dalam induk undang-undang hak asasi manusia itu ada korupsi dan HAM,” Natalius menuturkan.

    “Induk undang-undangnya ya, instrumen undang-undang sebuah negara itu belum ada. Kami baru pertama yang mengkaitkan antara korupsi dan HAM,” tambahnya.

    Dijelaskan mantan Komisioner Komnas HAM itu, korupsi dapat digolongkan sebagai pelanggaran HAM apabila dilakukan dalam situasi darurat dan berdampak langsung terhadap keselamatan warga negara.

    “Misalnya dalam suasana COVID atau satu pulau kena dan dia dinyatakan oleh para ahli bahwa kalau dalam satu minggu tidak ditangani pemerintah, tidak dikasih makan, maka orang mati semua,” imbuhnya.

    “Ini contoh ya, orang mati semua. Lalu ada pemerintah punya anggaran besar, wajib ngasih, kan gitu,” sambung dia.

    Ia menggambarkan bila tiba-tiba anggaran diembat oknum sehingga suplai makanannya terhenti.

  • Kemenkes RI Ungkap Tren COVID-19 Dirawat di RS, Terbanyak Kasusnya di Usia Ini

    Kemenkes RI Ungkap Tren COVID-19 Dirawat di RS, Terbanyak Kasusnya di Usia Ini

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan tren pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan di ICU cenderung stabil pada tahun 2025. Pada minggu ke-41, terdapat 2 kasus COVID 19 yang dirawat di ICU. Meski begitu, kondisi ini bersifat sementara dan bisa berubah di kemudian hari, sehingga masyarakat tetap perlu waspada.

    Berdasarkan data dari 35 rumah sakit sentinel SARI pada minggu ke-41 tahun 2025, proporsi kasus COVID-19 di rumah sakit sentinel meningkat. Ditemukan juga 2 kasus positif COVID-19 di rumah sakit sentinel pada minggu ini.

    “Kelompok umur balita (0-4 tahun) dan lansia (≥60 tahun) sering ditemukan selama satu bulan terakhir,” ucap Laporan Pengawasan Kasus Influenza dan COVID-19 pada 18 Oktober 2025 atau Minggu ke 42 yang dipublikasikan oleh Kemenkes, dikutip Rabu (22/10/2025).

    Di sisi lain, berdasarkan laporan mingguan M42 (periode 12-12 Oktober 2025), dari total 258 pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan 11 kasus positif COVID-19 yang terdiri atas 7 kasus sentinel SARI dan 4 kasus non-sentinel, dengan tingkat positivitas (positivity rate) sebesar 4,26 persen.

    Adapun varian tengah merebak di Indonesia saat ini adalah XFG (57 persen), LF.7 (29 persen), XFG 3.4.3 (14 persen) di bulan Agustus.

    “Varian dominan COVID-19 yang ada di Indonesia saat ini termasuk dalam kategori varian dengan risiko rendah, sehingga tidak perlu panik, namun tetap penting menjaga protokol kesehatan,” kata Kemenkes.

    Sebagai kewaspadaan, Kemenkes mengimbau untuk menerapkan pencegahan untuk menghindari kemungkinan terpapar, seperti berikut:

    Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).Menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain.Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau menggunakan hand sanitizer.Menggunakan masker bagi masyarakat jika jika berada di kerumunan atau sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risikoBagi pelaku perjalanan jika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/ bandar udara/ PLBN setempat.

    Tonton juga video “Menkes saat Konpers KLB gegara MBG: Teringat Covid Dulu” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Dinkes DKI Catat 1,9 Juta Kasus Mirip COVID, Pramono Sebut Tak Bakal Jadi Pandemi

    Dinkes DKI Catat 1,9 Juta Kasus Mirip COVID, Pramono Sebut Tak Bakal Jadi Pandemi

    Jakarta

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memastikan bahwa Ibu Kota tak akan ‘dihantam’ pandemi COVID-19 lagi. Ini setelah Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta merilis data lonjakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang mirip COVID-19.

    “Yang pertama mengenai COVID-19 dan Influenza, kalau di Jakarta saya pastikan bukan menjadi pandemi,” kata Pramono kepada awak media di Jakarta Pusat, Rabu (22/10/2025).

    “Memang ada 1-2 (kasus COVID-19 di DKI) dan saat ini COVID-19 seperti flu. Memang ada beberapa yang akhirnya (dirawat) di Puskesmas, ada yang di rumah sakit dan mereka segera bisa disembuhkan,” sambungnya.

    Meskipun gejala-gejala infeksi yang muncul mirip dengan COVID-19, Pramono mengatakan situasi ini masih bisa dikendalikan.

    ISPA Banyak Dialami Balita

    Senada, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta, dr Ovi Norfiana mengatakan kasus ISPA tercatat banyak dialami oleh balita.

    “Memang, data ISPA di DKI Jakarta saat ini ada peningkatan. Mayoritas memang terjadi pada kelompok balita ya,” kata dr Ovi.

    Sementara itu, untuk kasus COVID-19 di DKI kasusnya menurun.

    “Positivity rate-nya itu di kisaran 4,65 persen tertinggi ya. Tapi kisaran rata-rata di 0,43 persen. Jadi angka positivity ini masih di bawah batas aman 5 persen yang ditetapkan WHO, untuk COVID ya,” katanya.

    Kasus ISPA Tinggi di Puskesmas

    Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, mengungkapkan ISPA saat ini menjadi penyakit dengan jumlah kunjungan tertinggi di puskesmas. Penularan penyakit ini, kata Ani, sangat mudah terjadi melalui percikan droplet dan partikel aerosol di udara.

    “Total kasus ISPA di DKI Jakarta hingga Oktober 2025 sebesar 1.966.308. Peningkatan kasus terlihat mulai bulan Juli,” kata Ani kepada detikcom Kamis (16/10/2025).

    Selain di tengah cuaca yang tak menentu dan polusi udara, peningkatan kasus ISPA disebut Ani juga bisa berkaitan dengan imunitas yang turun di masyarakat. Adapun gejala ISPA di antaranya:

    BatukPilekSakit tenggorokanDemam

    “Gejala lainnya bisa berupa hidung tersumbat, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, bersin, dan suara serak. Pada kasus ISPA yang lebih berat, gejala dapat mencakup sesak napas, yang membutuhkan penanganan segera,” kata Ani.

    Tonton juga video “Menkes saat Konpers KLB gegara MBG: Teringat Covid Dulu” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Mengenal Varian COVID-19 LF.7 yang Merebak di RI, Ini Gejalanya

    Mengenal Varian COVID-19 LF.7 yang Merebak di RI, Ini Gejalanya

    Jakarta

    Laporan Pengawasan Kasus Influenza dan COVID-19 pada 18 Oktober 2025 atau Minggu ke 42 yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), mencatat proporsi positif COVID-19 di Indonesia meningkat menjadi 3 persen dari 1 persen di minggu sebelumnya.

    Berdasarkan laporan mingguan M42 (periode 12-12 Oktober 2025), dari total 258 pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan 11 kasus positif COVID-19 yang terdiri atas 7 kasus sentinel SARI dan 4 kasus non-sentinel, dengan tingkat positivitas (positivity rate) sebesar 4,26 persen.

    Adapun varian tengah merebak di Indonesia saat ini adalah XFG (57 persen), LF.7 (29 persen), XFG 3.4.3 (14 persen) di bulan Agustus.

    “Varian dominan COVID-19 yang ada di Indonesia saat ini termasuk dalam kategori varian dengan risiko rendah, sehingga tidak perlu panik, namun tetap penting menjaga protokol kesehatan,” kata laporan Kemenkes, dikutip Rabu (22/10/2025).

    Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman mengatakan LF.7 adalah subvarian Omicron yang awalnya terdeteksi di India, khususnya di Gujarat.

    “Diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai Variant Under Monitoring,” katanya saat dihubungi detikcom, Rabu (22/10).

    Aji mengatakan, gejala LF. 7 serupa dengan varian COVID-19 lainnya, bahkan mirip seperti flu biasa. Varian ini juga tergolong lebih ringan dibandingkan varian Delta.

    Meski demikian, lanjutnya, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama bagi kelompok rentan, seperti lanjut usia hingga komorbid.

    “Mirip flu biasa tapi perlu waspada untuk kelompok rentan,” ucapnya lagi.

    Adapun gejala COVID-19 di antaranya:

    Demam atau menggigilBatukSesak napas atau kesulitan bernapasSakit tenggorokanHidung tersumbat atau berairKehilangan rasa atau penciuman baruKelelahanNyeri otot atau badanSakit kepalaMual atau muntahDiare

    Tonton juga video “Menkes saat Konpers KLB gegara MBG: Teringat Covid Dulu” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Tren COVID-19 di RI Naik, Ini Varian yang Lagi Merebak

    Tren COVID-19 di RI Naik, Ini Varian yang Lagi Merebak

    Jakarta

    Tren COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini diketahui melalui Laporan Pengawasan Kasus Influenza dan COVID-19 pada 18 Oktober 2025 atau Minggu ke 42 yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes).

    Adapun proporsi positif COVID-19 di Indonesia meningkat menjadi 3 persen dari 1 persen di minggu sebelumnya. Berdasarkan laporan mingguan M42 (periode 12-12 Oktober 2025), dari total 258 pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan 11 kasus positif COVID-19 yang terdiri atas 7 kasus sentinel SARI dan 4 kasus non-sentinel, dengan tingkat positivitas (positivity rate) sebesar 4,26 persen.

    Secara kumulatif sepanjang tahun 2025 (M1-M42), tercatat 447 kasus positif dari 16.617 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate 2,69 persen. Provinsi dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.

    “Sementara itu, pada sentinel site hingga minggu ke-25 (M25), tercatat 82 kasus positif dari 2.613 spesimen yang telah diperiksa,” demikian laporan Kemenkes, dikutip Rabu (22/10/2025).

    “Varian dominan di Indonesia adalah XFG (57 persen), LF.7 (29 persen), XFG 3.4.3 (14 persen) di bulan Agustus.”

    Kemenkes mengatakan varian dominan COVID-19 yang ada di Indonesia saat ini termasuk dalam kategori varian dengan risiko rendah, sehingga tidak perlu panik, namun tetap penting menjaga protokol kesehatan.

    “Subvarian LF.7.9.1 dan LP.7, secara umum memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 JN.1 masih menjadi Variants of Interest (VoI) sejak ditetapkan pada Desember 2023,” demikian laporan Kemenkes.

    (suc/kna)

  • Langkah Prabowo Evaluasi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat Masih Dinanti

    Langkah Prabowo Evaluasi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat Masih Dinanti

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat penerbangan masih menanti evaluasi kebijakan tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB) tiket pesawat, yang selama ini menjadi perhatian.

    Pemerhati Penerbangan Gerry Soejatman menyampaikan, pada tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto pun, evaluasi batasan harga tiket pesawat belum kunjung rampung. 

    “Kembali lagi, TBA masih harus direvisi naik sesuai perkembangan biaya,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (21/10/2025). 

    Padahal, wacana evaluasi ini telah bergulir sejak 2024 yang kala itu masih dipimpin Jokowi dan Kementerian Perhubungan masih dinahkodai Budi Karya Sumadi. 

    Gerry mendorong pemerintah untuk tidak harus takut jika TBA naik, karena maskapai akan tetap menyesuaikan harga sesuai permintaan. 

    Misalnya, pada low season tahun ini maskapai menurunkan harga karena demand dari perjalanan dinas memang menurun, dan ini cukup membantu masyarakat di low season. Namun, tetap masih tidak masuk akal dipaksakan penurunan TBA sementara pada peak season, karena disitulah demand tinggi.

    Dengan kata lain, peak season menjadi ladang bagi maskapai untuk menutup biaya di low season. 

    Paksaan diskon tiket dari TBA di peak season ini, lanjut Gerry, sama sekali tidak berpihak kepada pihak maskapai, dan kepada industri secara menyeluruh. Kebijakan ini justru menghambat pertumbuhan/pemulihan sektor penerbangan pascapandemi.

    Penerbangan domestik nyatanya masih kesulitan bangkit. Tercermin dari proyeksi Kementerian Perhubungan, di mana recovery rate maskapai domestik hanya akan tumbuh 2% dari 83%, menjadi 85% terhadap 2019. 

    Artinya, penerbangan domestik masih belum pulih 100% dari 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. Jauh berbeda dengan internasional yang tumbuh 14% tahun ini dan akan pulih secara penuh.

    Untuk itu, Gerry menegaskan agar pemerintah sebaiknya melihat kepada aspek biaya, seperti kenapa harga avtur Indonesia lebih mahal dari negara sekitar dan mengambil langkah untuk menurunkan biaya avtur. Pasalnya, hal ini menjadi akar masalah biaya operasi maskapai tinggi. 

    Terpisah, Ketua Forum Transportasi Penerbangan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aris Wibowo pun satu suara dengan Gerry. 

    Aris memandang, pemerintah perlu menyiapkan suatu formulasi TBA yang lebih adaptif terhadap parameter operasional maskapai. 

    “Misalnya dari avtur, dari maintenance, leasing pesawatnya, itu mungkin lebih adaptif ke sana sehingga pada saat avturnya naik, itu formula untuk perhitungan TBA itu masih bisa menjaga maskapai untuk memberikan layanan yang terbaik,” ujarnya. 

    Pada dasarnya, Aris melihat langkah pemerintah dengan memberikan sederet penurunan tarif saat peak season memang menjadi pro rakyat. Namun, pemerintah juga harus sadar bahwa industri penerbangan harus menghadapi tantangan yang tidak mudah, yakni TBA dan tingginya biaya operasional. 

    Aris berharap, pemerintah dapat meramu kebijakan yang mencapai keseimbangan antara kemudahan masyarakat untuk menggunakan angkutan udara. Namun, di sisi lain juga harus tetap menjaga keberlangsungan para maskapai untuk melakukan bisnis transportasi udaranya. 

    “Yang penting seimbang, masyarakat bisa terbang dengan nyaman, dengan harga yang kompetitif, di sisi lain maskapai juga masih bisa menjalankan bisnisnya dengan margin yang bisa diterima,” tuturnya.

    Pada April 2025 lalu, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengatakan evaluasi TBA akan dilakukan. Pihaknya akan mendengar seluruh masukan dari stakeholder yang berkaitan dengan tiket pesawat.  

    “Dan kita evaluasi lah, kan bisa naik, bisa tidak. Kan namanya evaluasi tidak selalu harus naik kan? Saya kan enggak bisa menentukan sepihak,” kata Dudy di Gedung DPR, Rabu (23/4/2025). 

    Sayangnya, enam bulan berlalu, belum ada kabar lagi terkait evaluasi TBA dan TBB. 

  • 3
                    
                        Siti Bertahan Meski Omzet Usahanya Nol: Demi 7 Orang Karyawan, Banting Setir Jadi Daycare di Bantul
                        Yogyakarta

    3 Siti Bertahan Meski Omzet Usahanya Nol: Demi 7 Orang Karyawan, Banting Setir Jadi Daycare di Bantul Yogyakarta

    Siti Bertahan Meski Omzet Usahanya Nol: Demi 7 Orang Karyawan, Banting Setir Jadi Daycare di Bantul
    Tim Redaksi

    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Suara mesin pemotong kayu terdengar dari sebuah sudut rumah di Mantub, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 
    Rumah ini memproduksi mainan anak edukasi.
    Seorang pekerja tampak memotong kayu menjadi bagian lain. Pekerja lainnya tampak mengecat bagian permainan.
    Suasana ini terasa sepi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020. Lebih dari separuh karyawan “Yungki Edutoys” terpaksa di-PHK.
    Siti Rahma Yuliati (63), pemilik usaha kerajinan mainan edukatif berbahan baku kayu “Yungki Edutoys”, menceritakan perjalanan bisnisnya yang tak mudah.
    Pembuatan permainan edukatif anak ini dibuat sepenuhnya dengan kekuatan tangan dan kreatifitas manusia.
    Pengrajin awalnya membuat pola terlebih dahulu, kemudian memotongnya menggunakan gergaji mesin.
    Setelah itu, digergaji mengikuti pola, dan akan dibuat berapa banyak.
    “Setelah ditempel dilem, kemudian yang alas tadi kita gosok, lalu kita plamir dan kita cat sesuai dengan warna untuk dasar,” kata Siti saat ditemui wartawan di bengkelnya, Senin (20/10/2025).
    “Di dalamnya puzzle tadi tergantung, misal kelinci mau warna putih saja, lalu kita potong dan cat sesuai warna putih. Tapi kalau mau banyak warna, kita cat sesuai dengan warna-warnanya,” kata Siti.
    Siti menceritakan, usahanya ini dimulai tahun 2010. Awalnya mereka berusaha di dalam bengkelnya di rumah.
    “Halaman belakang untuk proses produksi, garasi untuk usaha,” katanya.
    Pada masa kejayaan ‘Yungki Edutoys’ mampu memproduksi 200 jenis mainan edukatif berbahan baku kayu, dengan omzet mencapai puluhan hingga ratusan juta per bulannya.
    “Untuk harganya mulai Rp 10.000 sampai yang paling mahal dari bahan kayu RDF Rp 400-500.000,” kata dia.
    Siti mengatakan, usahanya mampu memproduksi ratusan jenis mainan edukatif berbahan baku kayu, salah satunya puzzle hewan, tetapi tidak bertahan lama.
    Saat Covid-19 melanda dunia tahun 2020, usahanya pun mengalami penurunan.
    “Sekarang bisa dikatakan nol, jadi kalau kita dulu sebelum Covid-19 itu banyak omzetnya. Tapi setelah Covid-19, kita kan pasarnya di sekolah-sekolah, jadi mereka dapat bantuan dari sekolah,” kata dia.
    Mereka pun harus berpindah-pindah lokasi usaha dan baru menempati lokasi saat ini 3 tahun terakhir.
    Saat ini, dirinya hanya melayani pemesanan perorangan dengan jumlah yang terbatas dengan omzet yang jauh sekali dari sebelum pandemi.
    “Kalau sekolah tidak ada (pemesanan). Omzet? Ya sebulan omzet sekitar Rp 10 juta,” ucap dia.
    Siti mengatakan, pihaknya saat ini lebih banyak mengikuti pameran dan mulai merambah ke penjualan online.
    Namun demikian, tidak mudah karena penjualan mainan edukatif anak produksinya sedikit peminatnya.
    Untuk bertahan di tengah badai ketidakpastian usaha, dirinya mulai merumahkan karyawan.
    Sebab, stok pembuatan saat sebelum Covid-19 masih ada.
    Pihaknya tetap mempertahankan usaha meski dengan pendapatan minim karena harus bertanggung jawab terhadap belasan karyawannya saat itu.
    Sampai akhirnya pilihan terakhir harus merumahkan karyawan.
    KOMPAS.com/Markus Yuwono Pemilik rumah produksi permainan anak Siti Rahma Yuliati (63) ditemui wartawan di bengkelnya, Senin (20/10/2025).
    “Jadi kita pengeluarannya cuma untuk bayar tukang dan cat. Tapi lama-kelamaan saya sudah tidak tahan, keuangan tidak ada karena barang menumpuk banyak. Jadi seperti mati suri, dari pemerintah jarang membeli,” kata Siti.
    “Mulai bulan April 2025 saya liburkan karyawan, saya gaji 50 persen dan orang-orang tertentu ada 7 orang yang tetap bekerja,” kata dia.
    Siti menyebut, dirinya akan memperluas usaha untuk daycare atau penitipan anak.
    Harapannya, karyawan yang bertahan tetap bisa bekerja.
    “Jadi yang tujuh orang tadi buat meja kursi untuk usaha yang lain. Daycare insya Allah Januari 2026 baru buka. Ya mau gimana lagi, harus beralih jualan produk anak-anak yang lain seperti sarana dan prasarana daycare,” kata dia.
    Salah seorang warga, Edo, mengaku mengagumi permainan anak jenis puzzle.
    Anaknya yang saat ini duduk di bangku TK diperkenankan permainan ini agar tidak terlalu dekat dengan gawai.
    “Iya, sudah beli beberapa biar tidak hanya mainan tablet,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar 6 Kelompok Orang yang Tidak Boleh Donor Darah

    Daftar 6 Kelompok Orang yang Tidak Boleh Donor Darah

    Jakarta

    Donor darah merupakan salah satu tindakan sederhana yang bisa menyelamatkan banyak nyawa. Dengan menyumbangkan darah, seseorang bisa membantu pasien yang membutuhkan transfusi.

    Kendati demikian, tidak semua orang bisa menjad pendonor darah. Ada beberapa kondisi kesehatan dan faktor risiko yang membuat seseorang tidak diperbolehkan mendonorkan darah.

    Syarat Mendonorkan Darah

    Sebelum mengetahui siapa saja yang tidak dibolehkan untuk mendonorkan darah, ketahui apa saja persyaratan untuk donor darah. Dikutip dari laman PMI Kota Bandung dan PMI Jakarta Barat, berikut di antaranya:

    Sehat jasmani dan rohaniUsia 17-65 tahunBerat badan minimal 45 kgTekanan darah: Sistole 100-70 dan diastole 70-100Kadar hemoglobin 12,5% sampai dengan 17,0 g%Interval donor minimal 12 minggu atau 3 bulan sejak donor darah sebelumnya (maksimal 5 kali dalam 2 tahun).Suhu tubuh 36,5-37,5 CWanita tidak sedang hamil, menstruasi, dan menyusuiTidak bertato dan tindik, kecuali sudah lebih dari 6 bulanTidak pecandu alkohol dan narkotikTidur malam sebelum donasi minimal 5 jam dan tidak begadangSudah makan 3-4 jam sebelum donor darahKelompok Orang yang Tidak Boleh Mendonorkan Darah

    Berikut kelompok orang yang tidak boleh mendonorkan darah:

    1. Orang yang Sedang Flu-Penyakit Lainnya yang Menyebabkan Demam

    Orang yang sedang mengidap pilek atau flu saat ingin mendonorkan darah harus melakukan jadwal ulang donor selama 7 hari setelah gejala hilang. Meski pilek atau flu tidak memengaruhi darah, namun Unit Transfusi Darah (UTD) akan menolak donor darah dari orang sakit, sebagai upaya mengurangi penyebaran flu. Tak hanya flu, orang yang demam juga tidak akan diizinkan untuk mendonorkan darah.

    2. Hemoglobin Rendah

    Hemoglobin merupakan protein dalam sel darah merah yang berperan penting dalam mengangkut oksigen ke organ dan jaringan tubuh serta ke,bali ke paru-paru. Protein ini juga mengandung banyak zat besi.

    Apabila pernah kesulian dalam mendonorkan darah sebelumnya, sebab kadar zat besi/hemoglobin yang rendah, atasi kekurangan ini dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi, terutama daging dan produk hewani. Untuk vegetarian, roti dan pasta, kacang-kacangan, kacang tanah, tahu, dan telur merupakan sumber zat besi yang baik.

    3. Orang yang Sedang Mengonsumsi Obat atau Antibiotik Tertentu

    Sebagai aturan umum, sebagian obat bebas yang dikonsumsi masih bisa membuat seseorang diterima untuk mendonorkan darah. Namun, untuk lebih jelasnya, doker akan menjelaskan kepada donor saat pemeriksaan tentang boleh atau tidaknya pendonoran saat mengonsumsi obat tertentu.

    Adapun obat-obaan yang paling sering dibicarakan dalam pembatasnnya yaitu:

    Aspirin, harus menunggu 3 hari penuhPengencer darah, tidak diizinkan mendonorkan darahInsulin, bisa mendonorkan darah selama diabetes terkendali dengan baik.

    4. Orang yang Baru Divaksinasi

    Orang yang baru menerima vaksinasi atau imunisasi mungkin diminta menunggu selama beberapa waktu sebelum memenuhi syarat donor darah. Misalnya, pada saat ini UTD PMI menyatakan bahwa donor darah bisa diterima jika seseorang divaksinasi dengan vaksin COVID-19 dengan ketentuan:

    Hari keempat setelah vaksin 1 tanpa ada gejala KIPIHari ke delapan setelah vaksin 2 atau vaksin 3 tanpa ada gejala KIPIJika terdapat KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), donor darah sebaiknya ditunda dalam satu bulan.

    5. Bepergian ke Tempat Tertentu pada Waktu yang Salah

    Perjalanan bisa menghadapkan seseorang pada budaya, kebiasaan, dan penyakit yang berbeda. Beberapa penyakit tersebut bisa memengaruhi kemampuan seseorang untuk mendonokan darah.

    6. Orang yang Memiliki Masalah Kesehatan terkait Darah

    Orang dengan penyakit berkaitan dengan masalah darah dan pendarahan seringkali tidak dibolehkan untuk donor darah. Jadi, jika seseorang mengidap hemofilia, penyakit Von Willebrand, hemokromatosis heredier atau sickle cell trait, maka dia tidak bisa mendonorkan darah.

    (elk/up)

  • Mall WTC Matahari Serpong Kian Sepi, Banyak Toko Tutup dan Fasilitas Rusak
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Mall WTC Matahari Serpong Kian Sepi, Banyak Toko Tutup dan Fasilitas Rusak Megapolitan 20 Oktober 2025

    Mall WTC Matahari Serpong Kian Sepi, Banyak Toko Tutup dan Fasilitas Rusak
    Tim Redaksi

    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
     Mall WTC Matahari yang berlokasi di Jalan Raya Serpong, Pondok Jagung, Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel), tampak sepi dari pengunjung pada Senin (20/10/2025).
    Berdasarkan pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, pusat perbelanjaan yang berdiri sejak 2004 itu kini terlihat lengang.
    Tak banyak pengunjung yang datang ke mal yang sempat populer pada masanya. Para pedagang pun perlahan meninggalkan toko mereka.
    Banyak toko di dalam mal tersebut memasang tulisan “Dijual” atau “Disewa” lengkap dengan nomor telepon pemiliknya.
    Tenant
    yang sebelumnya berjualan di area tengah, seperti penjual pakaian
    thrifting
    dan jajanan kuliner, juga terlihat menutup lapak dengan kain dan menempelkan pengumuman tentang lokasi baru mereka.
    Kondisi itu menandakan mereka sudah tidak beroperasi lagi di Mall WTC Matahari.
    Di lantai satu, hanya tersisa beberapa toko fesyen dan perhiasan emas, serta bazar Matahari dengan promo “
    buy 1 get 1
    ”.
    Sementara di lantai dua terdapat
    booth
    perhiasan di depan eskalator, dengan
    food court
    yang kini hanya menyisakan merek besar seperti KFC dan A&W.
    Lantai tiga masih memiliki Sportstation yang bertahan di antara deretan toko tutup. Namun, Metro Bookstore, Matahari Department Store, dan sejumlah toko lain sudah tidak beroperasi.
    Di lantai empat, hanya toko elektronik yang masih buka, sementara bioskop Cinepolis yang dahulu menjadi daya tarik utama tampak gelap dan tertutup.
    Fasilitas di dalam mal juga terlihat tak terurus. Beberapa eskalator tidak berfungsi dan hanya dapat digunakan hingga lantai tiga.
    Banyak eskalator dimatikan karena rusak, dan di bagian pegangannya terpasang peringatan bertuliskan, “
    Jangan dipegang, sedang rusak
    .”
    Selain eskalator, langit-langit di beberapa sisi tampak rusak dan bekas bocor akibat hujan.
    Kaca terlihat kusam, sementara lampu di sejumlah area sengaja dimatikan karena toko-tokonya sudah tidak beroperasi.
    Meski demikian, belum ada tanda-tanda bahwa mal berlantai lima itu akan ditutup secara permanen.
    Dini (50), pedagang yang sudah berjualan sejak 2016 di Mall WTC Matahari, mengatakan kondisi sepi sudah berlangsung sejak pandemi Covid-19 dan belum pulih hingga kini.
    “Sekarang kan swalayan enggak ada, gimana orang mau ke sini? Dulu orang belanja, sekalian makan, sekarang sepi banget,” kata Dini saat ditemui
    Kompas.com
    , Senin.
    Ia mengungkapkan, sebelum pandemi, pendapatannya bisa mencapai Rp 1 juta per hari, terutama saat akhir pekan. Kini, ia nyaris tak mendapat pemasukan.
    “Dulu bisa dapat sejuta sehari, apalagi kalau Sabtu-Minggu bisa lebih. Sekarang kadang nol, enggak ada pembeli,” ujarnya.
    Hal serupa disampaikan Feri (bukan nama sebenarnya), pedagang yang telah berjualan di WTC sejak 2010.
    Ia menilai pergantian manajemen sekitar lima tahun lalu justru memperburuk kondisi mal.
    “Sejak manajemennya diganti, banyak yang enggak setuju. Fasilitas mulai dikurangi, lampu digelapin, eskalator sering dimatikan,” kata Feri kepada
    Kompas.com
    .
    Menurutnya, eskalator kini hanya dihidupkan pada jam tertentu, menyulitkan pengunjung dan karyawan.
    “Kadang jam setengah empat sore baru nyala. Orang mau naik-turun susah, apalagi yang bawa anak atau orang tua,” jelasnya.
    Ia juga menyebut area depan mal yang menghadap Jalan Raya Serpong kini tampak redup dan kusam.
    Kondisi tersebut membuat penyewa satu per satu hengkang karena sepi pengunjung dan biaya operasional yang tetap harus dibayar.
    “Banyak yang keluar, yang bertahan cuma segelintir. Kalau terus begini, ya makin mati,” ujar Feri.
    Hingga berita ini ditulis,
    Kompas.com
    masih berupaya menghubungi pihak pengelola WTC Matahari untuk meminta tanggapan atas keluhan para pedagang serta kondisi terkini pusat perbelanjaan tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.