Kasus: covid-19

  • Dulu Ramai, Kolam Renang Kedhaton Pare Kediri Kini Bangkit di Tengah Gempuran Wisata Baru

    Dulu Ramai, Kolam Renang Kedhaton Pare Kediri Kini Bangkit di Tengah Gempuran Wisata Baru

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNMATARAMAN.COM, KEDIRI – Di tengah derasnya persaingan destinasi wisata di Kabupaten Kediri, kolam renang Kedhaton yang berlokasi di Desa Bendo, Kecamatan Pare, terus berupaya bertahan. 

    Kawasan wisata yang sempat menjadi primadona sejak didirikan pada 2018 kini perlahan bangkit, mencoba merebut kembali hati pengunjung yang sempat hilang selama pandemi COVID-19.

    Pemilik kolam renang M. Khoirul Anwar yang akrab disapa Gus War, menceritakan bagaimana masa sulit pandemi menjadi pukulan besar bagi keberlangsungan usahanya. 

    Wisata yang dulunya ramai oleh keluarga, anak-anak sekolah, dan komunitas pemancing, tiba-tiba sepi pengunjung.  

    “Memang dulu tempat ini jadi tujuan utama liburan keluarga di Pare. Tapi, pandemi membuat semuanya berubah. Pengunjung sepi, dan kami sulit untuk melakukan perawatan,” kenang Gus War, Sabtu (4/1/2025). 

    Namun, semangat untuk bertahan membuat Gus War memutuskan melakukan renovasi. Dari pengecatan ulang area kolam renang, pembenahan fasilitas umum, hingga revitalisasi wahana permainan anak, semua dilakukan agar kolam renang Kedhaton kembali menarik perhatian pengunjung.  

    “Kami ingin memberikan wajah baru untuk kolam renang ini. Harapannya, pengunjung bisa merasa nyaman lagi,” imbuhnya. 

    Salah satu daya tarik Kedhaton yang mulai meredup adalah kolam pemancingan yang dulunya ramai digunakan untuk perlombaan. 

    Kini, kolam itu terlihat kurang terawat, dengan daun bambu kering memenuhi permukaan air. 

    Namun, Gus War berencana menghidupkan kembali area ini dengan beberapa pembenahan dan pemberian aneka jenis ikan. 

    “Ke depannya, kami akan isi kolam dengan ikan gurami, lele, dan nila. Kami ingin menciptakan suasana baru yang bisa menarik perhatian para pemancing,” bebernya.

    Sebelum pandemi, kolam renang Kedhaton bisa menarik hingga 1.000 pengunjung setiap harinya. Dua kolam renang di sisi timur dan barat menjadi favorit, terutama bagi keluarga. 

    Di sela-sela menunggu anak-anak berenang, pengunjung bisa menikmati kuliner khas seperti nasi ampok, aneka botok, dan olahan ikan air tawar.  

    “Dulu suasananya ramai sekali. Bahkan banyak anak sekolah yang ekskul atau membuat acara di sini. Kami ingin momen itu kembali,” ujar Gus War.

    Meski harus bersaing dengan destinasi wisata baru yang terus bermunculan, Gus War tetap bersyukur usahanya bisa bertahan.  

    “Memang banyak wisata baru yang viral, apalagi saat puncak gerakan Desa Wisata pada 2022. Tapi kami tetap optimis, dengan pembenahan dan inovasi, Kedhaton bisa kembali menjadi favorit warga Pare dan sekitarnya,” tegasnya.  

    Sementara itu, Ali Mas’ud, salah seorang pengunjung asal Pare, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi Kedhaton saat ini.  

    “Sayang sekali kalau tempat ini dibiarkan seperti sekarang. Dulu, gerai kulinernya penuh pilihan, dan fasilitasnya cukup memadai. Kalau diperbaiki, saya yakin akan ramai lagi,” ujarnya.  

    Ali berharap renovasi yang dilakukan pemilik wisata bisa memberikan suasana baru yang mampu bersaing dengan destinasi wisata air lainnya di Kediri.

  • Eks Direktur WHO Beberkan 4 Fakta Seputar HMPV, Virus yang Mewabah di China

    Eks Direktur WHO Beberkan 4 Fakta Seputar HMPV, Virus yang Mewabah di China

    Jakarta

    Wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) saat ini sedang merebak di China dan tengah menjadi perhatian internasional, termasuk Indonesia. Hal ini karena HMPV menyebar dengan sangat luas dan cepat, menyebabkan lonjakan kasus meningkat, khususnya di China bagian Utara.

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) drg Widyawati, MKM, mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir terkait HMPV ini. Terpenting saat ini adalah tetap melakukan langkah-langkah preventif seperti menjaga pola hidup sehat, mencuci tangan secara teratur, dan menggunakan masker di tempat umum.

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia. Meski begitu, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati, dikutip dari laman Kemkes, Sabtu (4/1/2025).

    Terkait hal ini, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan setidaknya ada empat fakta yang masyarakat harus tahu terkait virus ini.

    1. Bukan Virus Baru

    Prof Tjandra mengatakan HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2021 yang berjudul ‘A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease’.

    “Sesudah itu ada lagi laporan temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China,” ujar Prof Tjandra kepada detikcom, Sabtu (4/1/2025).

    “Para peneliti bahkan memperkirakan bahwa sebelum resmi dilaporkan di 2001 itu maka HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi. HMPV bukan virus baru,” sambungnya.

    2. HMPV Memiliki Kaitan dengan AMPV

    Prof Tjandra menjelaskan bahwa kata ‘human’ dalam HMPV sebenarnya memiliki kaitan dengan Animal Metapneumovirus (AMPV). AMPV atau yang dulunya dikenal sebagai Turkey Rhinotracheitis Virus (TRTV) sudah ditemukan sejak tahun 1978 di Afrika Selatan.

    “Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D,” ucapnya.

    Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat semacam evolusi dari AMPV yang sub tipe C.

    3. Pemerintah China Belum Menerapkan Keadaan Darurat

    Prof Tjandra juga menegaskan bahwa kabar yang menyebut pemerintah China menyatakan ‘state of emergency’ atau keadaan darurat yang mulai bertebaran di grup WhatsApp adalah hoaks.

    Pasalnya belum ada sumber resmi dari pemerintah China maupun World Health Organization (WHO) terkait hal itu.

    4. Tidak Bisa Disejajarkan dengan COVID-19

    Terkait kabar bahwa HMPV yang coba “disejajarkan” dengan COVID-19, Prof Tjandra mengatakan bahwa ini tidaklah tepat. Menurutnya, ada tiga alasan mengapa HMPV tidak bisa sejajar dengan COVID-19.

    “Pertama, ini (HMPV) bukanlah virus atau varian baru, ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Di sisi lain COVID-19 adalah varian baru dari virus corona,” katanya.

    Kedua terkait gejala HMPV yang dinilai sama dengan COVID-19, menurut Prof Tjandra gejala yang muncul dari masalah pernapasan dan infeksi paru-paru umumnya akan seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit.

    “Ketiga, ada juga yang menyebut HMPV mirip COVID-19 karena sekarang ada peningkatan kasus di China. Ini juga tidak tepat karena dari waktu ke waktu memang selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China,” tutur Prof Tjandra.

    “Jadi, tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan COVID-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada,” tutupnya.

    (dpy/suc)

  • Ahli Tegaskan HMPV Tidak Sama dengan Covid-19, HMPV Bukan Virus atau Varian Baru – Halaman all

    Ahli Tegaskan HMPV Tidak Sama dengan Covid-19, HMPV Bukan Virus atau Varian Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara sekaligus ahli paru Prof Tjandra Yoga Aditama menegaskan, wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China tidak sama dengan Covid-19.

    “Banyak yang ‘mensejajarkan’ infeksi HMPV ini mirip dengan Covid-19. Itu pernyataan yang tidak tepat,” kata Tjandra Yoga kepada wartawan, Sabtu (4/1/2024).

    Prof Tjandra menyebut, HMPV bukanlah virus atau varian baru.

    HMPV sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

    Sementara, Covid-19 adalah varian baru dari virus corona.

    “Jika gejalanya adalah serupa, seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit. Perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu,” tutur Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini.

    Lebih jauh ia menuturkan, peningkatan kasus HMPV di China yang dikhawatirkan sama seperti Covid-19 juga tidak tepat.

    Hal ini dikarenakan dari waktu ke waktu, selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China.

    “Sehingga tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada,” jelas dia.

    Asal Usul HMPV

    HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 yang berjudul “A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease”.

    Pasca temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China, para peneliti bahkan memperkirakan HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi.

    Virus ini tidak hanya ada pada manusia melainkan juga pada hewan atau Animal Metapneumovirus.

    AMPV bahkan sudah lebih awal ditemukan, yaitu di tahun 1978 di Afrika Selatan, yang awalnya diberi nama “Turkey Rhinotracheitis Virus” (TRTV)  lalu menjadi AMPV Animal Metapneumovirus.

    Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D.

    Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat evolusi dari AMPV sub tipe C. (Tribunnews.com/Rina Ayu)

  • Selama Libur Nataru, Okupansi Hotel Banyuwangi Capai 100 Persen

    Selama Libur Nataru, Okupansi Hotel Banyuwangi Capai 100 Persen

    Liputan6.com, Banyuwangi – Kabupaten Banyuwangi tetap menjadi salah satu tujuan wisata selama masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024. Ini terlihat dari banyaknya hotel di Banyuwangi kebanjiran pengunjung sejak awal musim libur Natal 2024 hingga awal tahun 2025. “Alhamdulilah, Banyuwangi kembali menjadi jujugan wisatawan menghabiskan masa liburan. Ini menjadi berkah tersendiri bagi Banyuwangi,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Kamis (2/1/2025).

    Rata-rata okupansi hotel di Banyuwangi selama Nataru berkisar antara 95-98 persen. Bahkan ketika malam tahun baru okupansi hotel di Banyuwangi mencapai 100 persen atau full booking. “Okupansi bagus. Bahkan 25 hingga 30 Desember okupansi 100 persen. Untuk tamu yang datang, mayoritas dari luar kota seperti Jakarta dan Surabaya,” kata GM Secretary & Public Relations Santika Banyuwangi, Janes Adi. 

    Ia membeberkan banyak dari tamu bercerita bahwa mereka menginap untuk sepenuhnya berwisata di Banyuwangi. Bukan sekadar transit ke daerah lain. Beberapa destinasi wisata yang menjadi tujuan utama para tamu, antara lain, TWA Kawah Ijen dan Hutan De Djawatan.

    Janes menjelaskan, lonjakan pengunjung sudah terlihat sejak pertengahan Desember. Pesanan kamar hotal di Santika Banyuwangi juga telah padat hingga awal tahun 2025. “Estimasi kami sampai tanggal 6-7 Januari masih akan padat,” lanjutnya.

    Tingginya kunjungan tamu di hotel-hotel Banyuwangi merupakan tren tahunan saat libur panjang Nataru. Banyaknya destinasi menarik menjadikan kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu salah satu jujukan wisatawan. “Selepas Covid-19, tahun 2022 sampai sekarang, kunjungan ke hotel selalu tinggi saat libur panjang,” terang Assistant Marcomm Manager Aston Banyuwangi, Hilman Thontowi.

    Hilman menjelaskan bahwa, lonjakan tamu juga sudah terasa sejak sebelum libur Natal. Hal ini, kata dia, menunjukkan bahwa Banyuwangi masih menjadi salah satu destinasi pilihan bagi wisatawan.

  • Apa Itu Virus HMPV China, Kenali Gejala dan Risikonya

    Apa Itu Virus HMPV China, Kenali Gejala dan Risikonya

    Jakarta

    Di China lagi ramai dengan infeksi human metapneumovirus (HMPV). Yuk kita kenali gejala dan risikonya menurut sains.

    Apa Itu HMPV

    Dilansir NDTV, Sabtu (4/1/2025) human metapneumovirus (HMPV) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan atas tetapi bisa kadang-kadang menyebabkan infeksi pernapasan bawah. HMPV umum terjadi di musim dingin dan musim semi.

    Dilansir Reuters, Badan Pengendalian Penyakit China mengatakan HMPV ikut berkontribusi dalam infeksi pernapasan di saat musim dingin kali ini. Mereka telah menetapkan protokol untuk pelaporan laboratorium dan verifikasi kasus tersebut.

    “Infeksi pernapasan musim dingin ini sebagian besar disebabkan oleh virus influenza, dengan HMPV juga ikut berkontribusi,” jelas Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China.

    Gejala Infeksi HMPV

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC China) menyatakan gejala infeksi HMPV yang kerap ditemui antara lain adalah batuk, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan dan mengi.

    “Kasus yang parah dapat mengakibatkan bronkitis atau pneumonia, terutama di kalangan bayi, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,” tambah keterangan tersebut.

    Risiko Infeksi HMPV

    Menurut CDC China, mereka yang memiliki riwayat asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau emfisema, berisiko lebih tinggi terjangkit HMPV.

    Virus menyebar terutama melalui droplet atau aerosol dari batuk atau bersin, serta kontak dekat atau paparan lingkungan yang terkontaminasi. Masa inkubasi berkisar antara tiga hingga lima hari.

    Pencegahan Infeksi HMPV

    Rekomendasi pencegahan penularan layaknya COVID-19, yakni memakai masker di keramaian, menjaga jarak sosial, sering mencuci tangan, dan menghindari tempat ramai sebisa mungkin. Juga menjaga kebersihan, memastikan ventilasi ruangan yang baik, dan menerapkan gaya hidup sehat.

    Untuk di Indonesia, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Widyawati, menyatakan sejauh ini belum ditemukan infeksi virus seperti di China. Mengutip data World Health Organization (WHO), Widyawati menekankan lonjakan kasus influenza maupun HMPV hanya menyebar di China.

    Kasus influenza tipe A untuk varian H5N1 pernah terjadi di Indonesia, pada 2005 hingga 2017. Namun sejak 2018 belum ada kasus baru pada manusia.

    “Untuk varian H5N6 dan H9N2 dilaporkan terjadi beberapa kasus di Tiongkok tapi belum kedua varian tersebut pernah dilaporkan di Indonesia,” jelas Widyawati dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

    Saksikan juga Sosok: Karni, Pahlawan Kartu Identitas di Kampung Pemulung

    (fay/vmp)

  • Kasus Penyakit HMPV Melonjak di China, Gejalanya Mirip COVID-19?

    Kasus Penyakit HMPV Melonjak di China, Gejalanya Mirip COVID-19?

    Jakarta

    Beredar di media sosial rumah sakit di China dibanjiri pasien penyakit pernapasan Human Metapneumovirus atau HMPV. Meningkatnya kasus HMPV ini terjadi terutama di kalangan anak di bawah 14 tahun.

    Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China juga melaporkan kejadian penyakit pernapasan di periode 16-22 Desember tahun lalu. Gejala HMPV di antaranya yakni batuk, demam, hidung tersumbat, hingga mengi atau sesak napas.

    Terkait penyebaran HMPV di China, spesialis paru dari RS Persahabatan dr Erlina Burhan, SpP mengatakan meski kasusnya belum ditemukan di Indonesia, masyarakat tidak boleh lengah dan tetap harus waspada.

    “Penyakit menular menyebar dengan cepat. Dunia yang terhubung mempermudah virus melintasi banyak negara. Kita tak bisa santai, meskipun Indonesia belum terdampak,” katanya di akun X pribadinya dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan, Jumat (3/1/2025).

    Benarkah gejala HMPV mirip COVID-19?

    Dikutip dari Medical News Today yang telah ditinjau oleh Jabeen Begum, MD, Human metapneumovirus, yang juga dikenal sebagai HMPV, adalah jenis virus pernapasan umum. Virus ini termasuk dalam famili virus yang disebut pneumoviridae, kelompok yang sama dengan respiratory syncytial virus (RSV).

    Seperti halnya COVID-19, penyakit HMPV juga termasuk penyakit pernapasan menular dengan gejala serupa seperti hidung meler, batuk, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, dan sesak napas. Keduanya menyebar dengan cara yang sama. Dalam bentuk yang paling serius, keduanya dapat menyebabkan rawat inap.

    Namun tidak seperti COVID-19, belum ada terapi antivirus atau vaksin untuk mengobati HMPV. Penyakit HMPV merupakan virus musiman, yang biasanya muncul pada musim dingin dan semi, berbeda dengan COVID-19, yang terkadang dapat beredar sepanjang tahun karena perkembangan varian baru.

    Penelitian telah menunjukkan bahwa insiden HMPV meningkat tiga kali lipat di negara-negara tertentu setelah pandemi COVID-19. Ketika tindakan pencegahan COVID-19 berlaku penuh, orang-orang tidak terlalu terpapar pada semua jenis penyakit pernapasan.

    HMPV membutuhkan waktu sekitar tiga hingga enam hari inkubasi dan gejalanya berlangsung hampir sama lamanya dengan virus pernapasan ringan lainnya, yaitu dari dua hingga tujuh hari.

    Jika tidak mengalami kondisi yang parah, biasanya butuh waktu beberapa hari hingga seminggu untuk pulih dari HMPV. Gejala seperti batuk mungkin berlangsung sedikit lebih lama.

    (kna/kna)

  • Viral Wabah HMPV, Pemerintah China Pastikan Turis Aman Bepergian ke Negaranya – Halaman all

    Viral Wabah HMPV, Pemerintah China Pastikan Turis Aman Bepergian ke Negaranya – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning merespons video viral mengenai kondisi di sejumlah rumah sakit yang kewalahan menangani pasien HMPV atau human meta pneumo virus.

    Dalam konferensi pers Jumat (3/1/2025), ia mengatakan, kasus penyakit pernapasan itu selama musim dingin tahun ini tidak separah tahun sebelumnya.

    Penyakit ini tidak terlalu parah dan penyebarannya masih dalam skala yang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya.

    “Infeksi saluran pernapasan cenderung mencapai puncaknya selama musim dingin di belahan bumi utara,” kata Mao Ning.

    Pihaknya juga meyakinkan berpergian ke Tiongkok bagi turis saat ini juga aman.

    “Kami  peduli terhadap kesehatan warga negara Tiongkok dan orang asing di Tiongkok. Aman untuk bepergian,” kata Mao Ning.

    Untuk diketahui, HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut.

    Gejalanya mirip dengan flu biasa namun ada pula yang mengkaitkan dengan gejala Covid-19.

    Gejalanya berupa batuk, demam, hidung berair atau tersumbat, sakit tenggorokan, mengi, sesak napas (dispnea) maupun ruam.

    HMPV sangat rentan dialami bayi, anak kecil dan siapa saja yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah.

    HMPV bisa mengakibatkan bronkiolitis, asma, dan pneumonia.

  • Mewabah di China, Akankah Virus HMPV Picu Pandemi seperti Covid-19? Ini Kata Pakar – Halaman all

    Mewabah di China, Akankah Virus HMPV Picu Pandemi seperti Covid-19? Ini Kata Pakar – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus penyakit yang disebabkan Human Metapneumovirus (HMPV) meningkat di China, tepat lima tahun setelah munculnya pandemi Covid-19. 

    Diketahui, virus ini dikenal sebagai penyebab gejala mirip flu. 

    Virus HMPV ini termasuk infeksi saluran pernapasan, pneumonia, serta dapat memperburuk kondisi paru obstruktif kronis (PPOK).

    Lantas, akankah virus HMPV bisa sebabkan pandemi seperti Covid-19? 

    Terkait hal ini, Pakar Kesehatan  sekaligus Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman beri penjelasan. 

    Menurutnya, kemungkinan ini sangat kecil terjadi. 

    “Kalau bicara seperti Covid-19, tentu kecil kemungkinan. Karena, virus khusus HPV ini, virus sudah deteksi sejak 2021. Artinya, sudah terjadi penyebaran sebelumnya dan polanya musiman.  Khususnya menjelang awal dan akhir tahun,” ungkap Dicky pada keterangannya, Jumat (3/1/2025). 

    Penyebarannya pun semakin masif saat ini, terlebih di belahan bumi bagian utara sedang mengalami musim dingin. 

    Sehingga ada dugaan kuat, penduduk Asia Timur,  termasuk China, sudah memiliki kekebalan dari virus ini.

    Di sisi lain, HMPV punya perbedaan dengan Covid-19. 

    Pada saat kemunculannya, Covid-19 adalah penyakit baru dan belum ditemukan obat atau pun vaksin.

    “Sehingga (virus HMPV) sangat mudah menginfeksi manusia mayoritas di dunia,” imbuhnya . 

    Lebih lanjut, untuk mencegah masuknya penyakit ini, Dicky menekankan pentingnya skrining di pintu masuk negara. 

    Skrining dasar seperti pengukuran suhu, deteksi hingga pengenalan gejala. 

    Jika ada gejala yang mencurigakan, maka perlu dilakukan karantina. 

    “Kemudian untuk masyarakat saat ini harus selalu diingat pembelajaran pandemi perilaku hidup bersih dan sehat,” imbaunya. 

    Beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk pencegahan seperti mengenakan masker di tengah keramaian. 

    Bahkan kalau bisa menghindari keramaian itu sendiri. Menjaga ventilasi sirkulasi udara dan rutin mencuci tangan.

    “Itu yang harus rutin dilakukan. Selain tentu vaksinasi flu juga sangt penting. Meski tidak spesifik mencegah HMPV, setidaknya meningkatkan imunitas, dan mengurangi gejala keparahan ketika terinfeksi,” sambung Dicky. 

    Terakhir, menurut Dicky pemerintah juga perlu meningkatkan kemampuan teknologi untuk diagnosis. 

    Teknologi ini harus diperkuat dengan kualitas deteksi di laboratorium pusat di setiap provinsi. 

    “Khususnya berbatasan dengan negara lain, seperti singapura atau wilayah lain yang ada penerbangan internasional,” tutupnya. 

     

  • HMPV Mewabah di China, Ini Pesan Kemenkes kepada WNI yang Pergi ke Luar Negeri – Halaman all

    HMPV Mewabah di China, Ini Pesan Kemenkes kepada WNI yang Pergi ke Luar Negeri – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Drg. Widyawati mengimbau, masyarakat yang hendak berpergian ke luar negeri untuk menerapkan protokol kesehatan.

    Hal ini sebagai upaya untuk mencegah penularan penyakit infeksi pernafasan HMPV atau human metapneumovirus yang sedang merebak di Tiongkok, China.

    “Jika harus bepergian ke luar negeri, pastikan untuk memeriksa situasi dan kebijakan di negara tujuan. Jangan lupa terapkan protokol kesehatan,” ungkap perempuan yang biasa disapa Wiwid ini.

    Pihaknya berharap masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan terhadap penyakit tersebut  lantaran sampai saat ini belum ditemukan di Indonesia.

    Masyarakat tetap harus menjaga kesehatan dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain : rajin mencuci tangan, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin atau memakai masker, serta disarankan tetap di rumah jika mengalami demam, batuk, pilek atau gejala flu.

     “Tidak perlu panik, tetapi tetap waspada, pantau perkembangan kasus melalui media terpercaya,” kata dia.

    Sebelumnya dilaporkan bahwa sejumlah RS di Tiongkok kewalahan menangani pasien HMPV yang jumlahnya naik signifikan.

    HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut.

    Gejalanya mirip dengan flu biasa namun ada pula yang mengkaitkan dengan gejala Covid-19.

    Gejalanya berupa batuk, demam, hidung berair atau tersumbat, sakit tenggorokan, mengi, sesak napas (dispnea) maupun ruam.

    HMPV sangat rentan dialami bayi, anak kecil dan siapa saja yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah.

    HMPV bisa mengakibatkan bronkiolitis, asma, dan pneumonia.

  • Ekonom Berharap Insentif Rp38,6 Triliun Mampu Kerek Daya Beli

    Ekonom Berharap Insentif Rp38,6 Triliun Mampu Kerek Daya Beli

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom berharap beragam insentif senilai Rp38,6 triliun yang akan pemerintah gelontorkan sepanjang tahun ini akan mampu mendorong daya beli masyarakat di tengah pelemahan dan kebingungan akan PPN 12%.

    Dosen Ilmu Hukum Pajak Fakultas Hukum UGM Adrianto Dwi Nugroho menilai insentif tersebut selain untuk membuat masyarakat tetap melakukan belanja, juga akan mendorong kenaikan penerimaan pajak.

    Pasalnya, penerimaan pajak dikhawatirkan hilang lebih dari Rp70 triliun sebagai imbas dari batalnya kenaikan PPN 12% bagi barang/jasa umum. Tarif tersebut diputuskan hanya berlaku untuk barang/jasa mewah.

    “Cara lain menaikkan penerimaan adalah meningkatkan daya beli masyarakat [salah satunya dengan insentif Rp38,5 triliun tersebut], sehingga konsumsi meningkat dan target penerimaan PPN dapat dicapai,” ujarnya, Jumat (3/12/2024).

    Di sisi lain, penurunan daya beli masyarakat sangat nyata yang tercermin dari realisasi inflasi 2024 sebesar 1,57%—terendah sepanjang sejarah bahkan lebih rendah dari masa pandemi Covid-19.

    Adapun belasan insentif yang terangkum dalam paket stimulus ekonomi 2025 tersebut direncanakan senilai Rp38,6 triliun.

    Termasuk bantuan beras 10 kg per bulan untuk Januari hingga Februari 2025 untuk 16 juta penerima bantuan pangan. Kemudian yang mulai dirasakan sejak awal tahun ini, yakni diskon tagihan listrik sebesar 50% untuk pelanggan dengan kapasitas daya 2.200 VA atau kurang untuk dua bulan pertama tahun ini.

    Insentif lainnya berupa pembebasan pajak penghasilan final 0,5% untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan omzet tahunan di bawah Rp500 juta. Pajak penghasilan yang ditanggung pemerintah (PPh Pasal 21) untuk karyawan dengan penghasilan hingga Rp10 juta/bulan.

    Pemerintah juga memberikan pinjaman bersubsidi untuk industri padat karya untuk merevitalisasi mesin, dengan subsidi bunga sebesar 5%.

    Pagi pekerja, cakupan asuransi kecelakaan kerja sebesar 50% untuk sektor padat karya selama enam bulan. Peningkatan akses terhadap Jaminan Kecelakaan Kerja (JKP) bagi pekerja yang memenuhi syarat.

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subiato menyampaikan upaya stimulus tersebut merupakan wujud komitmen pemerintah untuk menciptakan sistem perpajakan yang adil dan pro rakyat.

    “Saya kira sudah sangat jelas bahwa pemerintah akan terus berupaya untuk menciptakan sistem perpajakan yang adil dan pro rakyat. Saya kira hal-hal yang lebih teknis akan ditindaklanjuti oleh Kementerian terkait dan semua lembaga yang terkait,” pungkas Prabowo.