Kasus: covid-19

  • Alert! Virus HMPV Masuk ke Indonesia, Kasus Ditemukan pada Anak-anak

    Alert! Virus HMPV Masuk ke Indonesia, Kasus Ditemukan pada Anak-anak

    Bisnis.com, JAKARTA – Virus Human Metapneumovirus (HMPV), yang baru-baru ini merebak di China, dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan semua kasus virus HMPV yang ditemukan melibatkan anak-anak.

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik karena HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada [virusnya]? itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Menkes dalam keterangan resmi yang dikutip, Selasa (7/1/2025). 

    Menkes menjelaskan virus HMPV berbeda dengan virus Covid-19. Menurutnya, Covid-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu.

    Dia mengatakan sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    “Berbeda dengan Covid-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujarnya. 

    Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di China, Budi Gunadi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti China sering terjadi saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar),” katanya. 

    Gejala dan Penularan Virus HMPV 

    Budi Gunadi juga menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang mematikan. Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

    Penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

    Karena itu, Menkes mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting adalah tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama Seperti Covid-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” imbuhnya. 

  • Pura-Pura Kerja Pakai Keyboard Palsu, Puluhan Karyawan Bank Dipecat

    Pura-Pura Kerja Pakai Keyboard Palsu, Puluhan Karyawan Bank Dipecat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Wells Fargo membongkar perilaku pura-pura kerja sejumlah karyawannya. Pihak perusahaan juga langsung memecat mereka yang ketahuan melakukan hal tersebut.

    “Setelah meninjau tuduhan yang melibatkan simulasi aktivitas keyboard yang menciptakan kesan kerja yang aktif,” kata perusahaan pada pengajuan ke Otoritas Regulasi Industri Keuangan (FINRA) soal alasan pemecatan dikutip dari Quartz, Senin (6/1/2025).

    Juru bicara Wells Fargo menjelaskan pihak bank tak bisa menoleransi perilaku tersebut. “Wells Fargo memiliki standar tinggi untuk karyawan dan tidak menoleransi perilaku tidak etis,” ucapnya.

    Pura-pura kerja itu menggunakan alat keyboard palsu. Disebut mouse jigglers, alat tersebut membuat mouse seperti bergerak dan komputer tetap terjaga.

    Mereka yang menggunakan alat ini membuat komputer juga tidak berubah menjadi mode tidur, meskipun tidak menggunakannya.

    Ternyata alat mirip mouse jigglers banyak di pasaran. Bahkan produk-produk itu sangat populer digunakan sejumlah para pekerja di dunia melakukan kerja jarak jauh saat pandemi Covid-19.

    Sebab alat ini membuat para pegawai bisa berpura-pura pekerjaan tanpa diawasi bos secara langsung seperti saat bekerja di kantor.

    Dalam beberapa kesempatan, sistem bekerja jarak jauh atau dikenal sebagai work from home (WFH) memang jadi perdebatan. Banyak yang khawatir soal keterlibatan karyawan yang melakukan WFH.

    State the Global Workplace dari Gallup juga mengungkapkan hal serupa. Laporan itu mencatat 62% pekerja seluruh dunia tidak terlibat dalam pekerjaannya.

    Sebanyak 15% disebut tidak terlibat secara aktif. Mereka menjelaskan dirinya memiliki manajer atau pekerjaan yang buruk dan aktif mencari yang baru.

    (dem/dem)

  • Virus HPMV Masih Misterius dan Belum Banyak Dikenal, Tapi…

    Virus HPMV Masih Misterius dan Belum Banyak Dikenal, Tapi…

    Jakarta

    Apa itu virus HMPV? Virus Human metapneumovirus atau HMPV, sedang jadi pembicaraan karena kasusnya disebut merebak di China. Bahkan di Amerika Serikat, virus ini diam-diam juga banyak menular.

    Virus HMPV sebenarnya belum banyak dikenal. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut terjadi kenaikan kasus HMPV sebesar 36% di Amerika Serikat pada tahun 2023.

    Dikutip detikINET dari New York Post, Human metapneumovirus atau HMPV adalah penyakit pernapasan dengan gejala yang mirip flu pada umumnya, yaitu batuk, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, dan napas pendek.

    Jadi, kebanyakan orang berasumsi HMPV hanya flu biasa. Namun bagi anak-anak atau lansia serta orang dengan imun lemah, HMPV bisa menyebabkan sakit yang cukup berat dan harus dirawat di rumah sakit.

    Tidak mengejutkan jika kebanyakan orang belum pernah mendengar mengenai HMPV lantaran virus ini memang baru ditemukan tahun 2021. Namun saat ilmuwan menguji sampel darah sampai tahun 1950-an, ditemukan bukti bahwa virus ini mungkin sudah bersirkulasi setidaknya 50 tahun lamanya.

    “Namun saya merasa banyak orang bahkan di bidang kesehatan tidak familiar dengan virus ini. HMPV padahal adalah virus paling penting yang tidak pernah Anda dengar,” kata John V Williams, profesor mikrobioogi di University of Pittsburgh.

    Kebanyakan orang yang terinfeksi HMPV membaik setelah beberapa hari beristirahat, minum cairan, dan mengonsumsi dekongestan serta obat pereda nyeri yang dijual bebas.

    Kebanyakan anak-anak sudah terinfeksi HMPV saat mereka mencapai usia 5 tahun. Namun, bagi sebagian anak kecil, penyakit ini dapat berubah menjadi lebih serius.

    Dalam studi tahun 2015 di Journal of the Pediatric Infectious Diseases Society, bayi dan anak-anak berusia kurang dari 2 tahun kemungkinan besar dirawat di rumah sakit karena HMPV. Dan 18% anak-anak yang dirawat di rumah sakit dirawat di unit perawatan intensif, sementara 6% memerlukan ventilasi mekanis karena kesulitan bernapas.

    Sebuah studi yang diterbitkan Lancet memperkirakan di tahun 2018, HMPV menyebabkan 643.000 pasien rawat inap dan 16.100 kematian di seluruh dunia di antara anak-anak berusia di bawah 5 tahun.

    Saat ini belum ada obat atau vaksin untuk penyakit ini, tetapi hal itu mungkin akan segera berubah karena berbagai riset sedang dilakukan. Moderna, produsen vaksin COVID-19, telah memulai uji klinis awal vaksin terhadap HMPV.

    Hingga vaksin tersebut dikembangkan, dokter menyarankan tindakan pencegahan umum terhadap HMPV dan virus pernapasan lainnya yaitu mencuci tangan secara teratur, menghindari orang yang sakit, dan tinggal di rumah jika merasa terinfeksi.

    [Gambas:Youtube]

    (fyk/afr)

  • Menteri Budi Buka Peluang Revisi Permendag 8 yang Dituding Biang Kerok Rontoknya Industri Tekstil RI – Halaman all

    Menteri Budi Buka Peluang Revisi Permendag 8 yang Dituding Biang Kerok Rontoknya Industri Tekstil RI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Perdagangan Budi Santoso membuka peluang merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan 36/2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.

    Permendag 8 kerap dituding menjadi biang kerok jatuhnya industri tekstil dalam negeri karena memudahkan masuknya barang impor jadi ke Indonesia.

    Menurut Budi, pada dasarnya, semua kebijakan itu pasti dievaluasi, salah satunya adalah Permendag 8.

    Ia mengatakan, Kemendag sering mengundang pemangku kepentingan tekrkat dalam membahas evaluasi Permendag 8.

    “Kemarin beberapa kali Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri juga mengundang rapat dengan industri hulu hilir, untuk evaluasi ini ke depannya seperti apa. Kalau misalnya harus diubah, ya kita ubah,” kata Budi kepada wartawan di Jakarta, Senin (6/1/2025).

    Budi menyebut Permendag 8 dapat direvisi jika memang dari hasil review-nya ternyata dibutuhkan perubahan.

    Ia menegaskan Kemendag terbuka berdiskusi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas peraturan yang sekiranya perlu di-review.

    “Bisa diubah. Tidak hanya Permendag 8, apa saja. Perdagangan dalam negeri juga begitu ya. Semua kebijakan perdagangan itu dinamis,” ujar Budi. 

    “Kita terbuka, kita tidak diam saja. Kita terbuka kepada masyarakat, pelaku usaha, ini kita review bareng apa yang kurang pas dan sebagainya,” lanjutnya.

    Ia memastikan pembahasan untuk me-review Permendag 8 juga melibatkan kementerian/lembaga lain, salah satunya Kementerian Perindustrian.

    Wamenaker Singgung Permendag 8

    Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer menyebut ada 60 perusahaan di Indonesia yang akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

    Pria yang akrab disapa Noel itu memandang hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat mengerikan.

    “Kemarin saya diskusi dengan beberapa kawan-kawan, ada sekitar 60 perusahaan yang akan melakukan PHK. Ini kan mengerikan sekali,” katanya ketika ditemui di kantor Kemnaker, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2024).

    Setelah berdiskusi dengan pengusaha dan serikat pekerja, ia menyimpulkan bahwa Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan 36/2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor menjadi biang keroknya

    Menurut dia, dari beberapa masukan yang ditampung, Permendag 8/2024 membuat barang impor jadi dapat masuk ke Indonesia secara mudah.

    “Permendag nomor 8 terlalu meringankan yang namanya impor bahan jadi (masuk Indonesia). Itu dari kawan-kawan keluhannya ke saya,” ujar Noel.

    Atas hal itu, Noel meminta Permendag 8/2024 direvisi.

    Ditemui di lokasi sama, Direktur Kelembagaan dan Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemnaker, Heru Widianto, menjelaskan bahwa Kemnaker memiliki Lembaga Kerja Sama Tripartit Nasional (LKS Tripnas).

    LKS Tripnas diisi oleh pengusaha, pekerja, dan pemerintah. Dari hasil pembicaraan di situ, disetujui bahwa Permendag 8/2024 perlu direvisi atau disempurnakan.

    “Hasil kesepakatan bersamanya sebagaimana tadi Pak Wamen menyebutkan, Permendag 8 disempurnakan,” kata Heru.

    Sementara itu, terkait dengan 60 perusahaan yang akan melakukan PHK, Heru mengatakan Kemenaker masih menunggu data pasti berapa total pekerja yang akan terkena PHK dari mediator mereka yang ada di provinsi dan kabupaten/kota.

    Jadi, belum ada angka pasti yang bisa Kemnaker sebutkan berapa total karyawan yang akan kena PHK dari 60 perusahaan tersebut.

    “Itu kan baru catatan 60 perusahaan. Kami belum mendapatkan angka pasti dari 60 perusahaan tersebut, terutama sektor mana yang paling banyak, kita juga belum kelihatan. Nanti kami akan mencoba koordinasi dengan teman-teman provinsi,” ujar Heru.

    Berdasarkan data yang Noel berikan, jumlah 60 perusahaan yang akan melakukan PHK itu mengacu catatan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI), dan Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN).

    Mayoritas dari perusahaan itu banyak yang tutup dan berhenti melakukan produksi.

    Ada juga yang melakukan PHK. Contohnya seperti PT Pismatex kepada 1.700 tenaga kerjanya, PT Asia Pasific Fiber (Karawang) PHK 2.500 tenaga kerja, PT Chingluh PHK 2.000 tenaga kerja, PT Tuntex PHK 1.163 tenaga kerjanya, PT Kabana PHK 1.200 tenaga kerjanya, dan lain-lain.

    Sisanya ada yang merumahkan pekerjanya, salah satunya Sritex Group.

    60 Perusahaan Tekstil Tutup Dua Tahun Terakhir

    Sebelumnya, APSyFI menyatakan bahwa selama 2022-2024 atau dalam dua tahun terakhir, sebanyak 60 perusahaan tekstil terpaksa tutup.

    Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wirawasta mengatakan sekitar 60 perusahaan di sektor hilir dan tengah industri tekstil telah berhenti beroperasi. Akhirnya, sekitar 250 ribu karyawan mengalami PHK.

    Menurut Redma, penutupan perusahaan-perusahaan tekstil ini dipicu oleh meningkatnya impor ilegal yang mengalir ke pasar domestik tanpa kontrol yang ketat dari pemerintah.

    Hal itu telah memperburuk kondisi industri tekstil di Indonesia, yang menurut dia telah mengalami deindustrialisasi selama 10 tahun terakhir.

    Redma menjelaskan, pada 2021 saat pandemi COVID-19, ketika impor dari China terhenti, industri tekstil Indonesia sempat mengalami pemulihan.

    Namun, begitu lockdown berakhir dan impor dibuka kembali, barang-barang ilegal pun membanjiri pasar, membuat banyak perusahaan terpaksa menghentikan operasional mereka.

    Kondisi ini juga berdampak pada sektor-sektor terkait seperti industri petrokimia dan produksi Purified Terephtalic Acid (PTA) yang merupakan bahan baku utama tekstil.

    Menurutnya, jika produksi PTA terganggu, permintaan listrik untuk sektor tekstil pun menurun.

    “Masalahnya adalah impor yang tidak terkendali. Hal ini menurunkan utilisasi industri kita dan berdampak pada sektor lain, seperti listrik dan logistik,” kata Redma dalam keterangan tertulis.

    Menurut dia, industri tekstil sebenarnya sangat penting bagi perekonomian Indonesia.

    Industri tekstil berkontribusi 11,73 persen terhadap konsumsi listrik sektor industri dan 5,56 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

    Namun, sebagian besar pasar domestik kini dipenuhi oleh barang-barang impor ilegal yang menyebabkan kerugian bagi negara, baik dari sisi pajak maupun bea masuk.

    “Impor ilegal menjadi pembunuh utama bagi industri tekstil Indonesia, dengan sekitar 40 persen barang yang masuk ke Indonesia tidak tercatat secara resmi,” tambahnya.

    Ia pun menyarankan agar pemerintah segera mengatasi masalah impor ilegal ini untuk menyelamatkan pasar domestik dan memungkinkan industri tekstil lokal pulih.

    Jika masalah ini diatasi, Redma yakin sektor tekstil bisa kembali menyumbang hingga 8 persen terhadap PDB.

    Untuk itu, berbagai langkah harus diambil, termasuk pembatasan impor yang lebih ketat dan perbaikan sistem di pelabuhan.

    Menurutnya, ada kelemahan sistem di pelabuhan, terutama terkait penggunaan scanner dan data manifest import (dokumen resmi barang impor) yang tidak sinkron.

    Kelemahan sistem di pelabuhan disebut menjadi celah bagi masuknya barang ilegal.

    Ia turut menekankan pentingnya meningkatkan daya saing produk lokal.

    Dengan memanfaatkan potensi pasar domestik yang besar, Indonesia bisa menghidupkan kembali industri tekstil dan mengurangi ketergantungan pada impor.

    “Namun, semua ini harus dimulai dengan memperbaiki regulasi dan menangani masalah impor ilegal,” pungkas Redma. 

  • Menkes Budi Sebut Virus HMPV Mirip Flu Biasa, Tak Mematikan seperti Covid-19 – Halaman all

    Menkes Budi Sebut Virus HMPV Mirip Flu Biasa, Tak Mematikan seperti Covid-19 – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik dengan kemunculan informasi wabah HMPV atau Human Metapneumovirus (HMPV).

    Ia menegaskan, HMPV memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa dan tidak mematikan seperti Covid-19.

    “Kalau virus baru Covid-19, tubuh manusia belum tahu bagaimana meresponsnya. Akibatnya, kalau menyerang tubuh, tubuh bingung bagaimana merespons Covid-19. Sehingga kemungkinan besar risiko fatalitasnya tinggi. HMPV ini tidak mematikan. Sama seperti flu biasa,” kata dia saat ditemui di Ditjen Tenaga Kesehatan, Jakarta, Senin (6/1/2025).

    Ia mengatakan, virus tersebut sudah ada sejak tahun 2001 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Menkes.

    Berbagai referensi menyatakan, HMPV merupakan virus yang sudah lama ada sehingga respons imun tubuh bisa biasa mengenali dan melawan virus tersebut.

    “Seperti itu (HMPV) supaya tidak panik. Semua orang bisa terkena flu. Kalau daya tahan tubuh  baik, HMPV itu otomatis akan bisa ditahan oleh sistem imun kita,” ungkap dirut Bank Mandiri ini.

    Menkes Budi juga menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang mematikan.

    Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

    Meski tidak mematikan, Budi pun mengingatkan agar waspada dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat.

    Makan yang cukup, olahraga dan istirahat yang cukup.

    Saat mulai batuk, pilek segeralah beristirahat.

    “Tips-nya 3M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker. Sama seperti Covid-19,” ujar BGS.

    Diketahui, virus HMPV memiliki risiko tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

  • Menkes Budi Sebut Virus HMPV Mirip Flu Biasa, Tak Mematikan seperti Covid-19 – Halaman all

    Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Mirip Flu Biasa, Tak Perlu Panik – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Virus Human Metapneumovirus (HMPV), yang baru-baru ini merebak di Tiongkok, dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Semua kasus yang ditemukan melibatkan anak-anak.

    Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik.

    Karena HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Budi dilansir dari website resmi, Senin (6/1/2025).

    Budi menjelaskan, virus HMPV berbeda dengan virus COVID-19. 

    Menurutnya, COVID-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. 

    Sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    “Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,”lanjutnya.  

    Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di Tiongkok, Budi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. 

    Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

    Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti Tiongkok sering terjadi saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar),” kata Menkes. 

    Budi juga menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang mematikan. 

    Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. 

    Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

    Penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. 

    Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

    Karena itu, Budi mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan.

    Segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting adalah tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama Seperti COVID-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baiknya.”

  • VIDEO HMPV Cepat Menyebar di China: Indonesia Perketat Pengawasan di Pintu Masuk RI dan Pesan Menkes – Halaman all

    VIDEO HMPV Cepat Menyebar di China: Indonesia Perketat Pengawasan di Pintu Masuk RI dan Pesan Menkes – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan situasi wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang kini sedang merebak di China dan beberapa negara lainnya.

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg Widyawati MKM, menyampaikan salah satu langkah yang diambil untuk mencegah penyebaran virus tersebut ke Tanah Air adalah dengan meningkatkan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara. 

    Hal ini dilakukan melalui pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).

    “Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan langkah-langkah preventif yang efektif.”

    “Upaya ini dilakukan agar virus ini tidak masuk ke Indonesia,” ujar Widyawati di Jakarta, Sabtu (4/1/2025).

    Kemenkes: Belum Masuk Indonesia

    Lantas, apakah virus HMPV sudah ada di Indonesia? 

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, drg Widyawati MKM mengungkapkan jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia.

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati pada keterangannya, Minggu (5/1/2024). 

    Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan. 

    “Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati.

    Sebagai informasi, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. 

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. 

    Meski begitu, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    Kemenkes mengajak masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi terkait perkembangan virus ini. 

    Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama masyarakat dalam menerapkan langkah pencegahan.

    Jangan lupa segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.

    Menkes: Masyarakat Jangan Panik

    Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik dengan kemunculan informasi wabah HMPV yang kini sedang melanda China.

    Ia menegaskan, HMPV memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa dan tidak mematikan seperti Covid19.

    “Kalau virus baru Covid-19, tubuh manusia belum tahu bagaimana meresponsnya. Akibatnya, kalau menyerang tubuh, tubuh bingung bagaimana merespons Covid-19.”

    “Sehingga kemungkinan besar risiko fatalitynya tinggi. HMPV ini tidak mematikan. Sama seperti flu biasa,” kata dia saat ditemui di Ditjen Tenaga Kesehatan, Jakarta, Senin (6/1/2025).

    Ia mengatakan, virus tersebut sudah ada sejak tahun 2001 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

    Berbagai referensi menyatakan, HMPV merupakan virus yang sudah lama ada sehingga respons imun tubuh bisa biasa mengenali dan melawan virus tersebut.

    “Seperti itu (HMPV) supaya tidak panik. Semua orang bisa terkena flu. Kalau daya tahan tubuh  baik, HMPV itu otomatis akan bisa ditahan oleh sistem imun kita,” ujar eks dirut Bank Mandiri ini.

    Meski tidak mematikan, Budi pun mengingatkan agar waspada dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Makan yang cukup, olahraga dan istirahat yang cukup.

    Saat mulai batuk, pilek segeralah beristirahat. “Tips-nya 3M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker. Sama seperti Covid-19,” ujar BGS.

    Diketahui, virus HMPV memiliki risiko tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.(Tribunnews/Rina Ayu/Aisyah Nursyamsi)

     
     

  • Apa Itu Wabah HMPV yang Merebak di China? Begini Gejala dan Cara Penularannya

    Apa Itu Wabah HMPV yang Merebak di China? Begini Gejala dan Cara Penularannya

    Jakarta

    Belakangan dunia digemparkan dengan wabah baru virus HMPV yang menyebar di China. Kini, beberapa negara telah mengkonfirmasi adanya kasus akibat virus tersebut.’

    Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, penyakit HMPV yang mirip flu ini tengah meningkat di negara tersebut. Lantas, apa itu HMPV?

    Apa Itu HMPV?

    Human metapneumovirus (HMPV) adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit mirip flu pada orang-orang dari segala usia.

    “Anak-anak kecil, orang tua, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah adalah yang paling rentan terhadap gejala yang parah,” menurut CDC yang dikutip dari Live Science.

    Virus ini baru ditemukan pada tahun 2001. Virus HMPV termasuk dalam famili virus yang sama dengan respiratory syncytial virus (RSV), virus musiman yang juga menyebabkan pilek dan infeksi paru-paru.

    Menurut epidemiolog Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Eileen Schneider, virus ini dikaitkan dengan sekitar 20.000 rawat inap di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun di AS setiap tahun.

    Apa Saja Gejala HMPV?

    Gejala HMPV mirip dengan penyakit flu lainnya. Beberapa gejala umumnya, meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas. Namun, ini dapat berkembang menjadi bronkitis atau pneumonia.

    Dikutip dari Newsweek, lamanya penyakit bergantung pada tingkat keparahan gejala orang tersebut. Tetapi, secara umum biasanya sama seperti penyakit flu.

    Bagaimana Penularan HMPV?

    Seperti virus serupa lainnya, HMPV biasanya menyebar antarmanusia melalui percikan batuk dan bersin. Selain itu, bisa menular melalui berpelukan, berciuman, dan melalui sentuhan permukaan dan benda yang terkontaminasi virus lalu mulut, hidung, atau mata.

    Di AS, HMPV beredar secara musiman bersamaan dengan flu dan penyakit serupa. Penyebaran yang paling aktif terjadi di akhir musim dingin dan musim semi.

    Bagaimana Cara Agar Tidak Tertular HMPV?

    Menurut CDC AS, tidak ada pengobatan ataupun vaksin untuk melawan virus HMPV. Pengobatan untuk HMPV bersifat suportif, artinya bertujuan untuk mengurangi gejala dan menjaga tanda-tanda vital tetap stabil.

    Untuk mencegah infeksi HMPV, individu dapat mengambil tindakan pencegahan yang sama seperti yang mereka lakukan untuk virus pernapasan lainnya.

    “HMPV adalah infeksi pernapasan yang menyebar dengan cara yang sama seperti virus pernapasan lainnya seperti flu dan COVID-19,” kata profesor virologi di University of Warwick di Inggris yang mempelajari pneumovirus, Andrew Easton.

    “Kita dapat melindungi diri dari HMPV dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan untuk virus tersebut,” sambungnya.

    CDC merekomendasikan hal-hal berikut:

    Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air selama minimal 20 detik.Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang tidak sehatTutup mulut saat batuk dan bersin.

    Negara Mana Saja yang Melaporkan Kasus HMPV?

    Beberapa negara telah melaporkan temuan kasus virus HMPV. Berikut daftarnya:

    Malaysia

    Malaysia mendeteksi 327 kasus infeksi human human metapneumovirus (hMPV). Kementerian Kesehatan setempat mengatakan HMPV merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dari famili Pneumoviridae.

    “Ini bukan penyakit baru dan di negara ini, infeksi HMPV tidak perlu dilaporkan atau diberitahukan menurut Undang-Undang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular 1988,” katanya dalam sebuah pernyataan, baru-baru ini, dikutip dari Straits Times, Minggu (5/1/2025).

    India

    Dikutip dari Business Standard, India mendeteksi kasus pertama yang diduga Human Metapneumovirus (HMPV) pada bayi berusia delapan bulan di Bengaluru.

    Berdasarkan laporan dari Bruhat Bengaluru Mahanagara Palike (BBMP), kasus diduga HMPV itu terdeteksi melalui laboratorium swasta. Namun, pasien dan keluarganya tidak memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terdampak.

    “Kasus itu berasal dari Hunasanahalli di distrik Pedesaan Bengaluru. Anak itu telah dirawat di Rumah Sakit Baptis Bengaluru,” kata sumber itu, seraya menambahkan bahwa anak itu akan dipulangkan hari ini, Senin (6/1/2025).

    (sao/kna)

  • Menkes: Masyarakat Jangan Panik, HMPV Seperti Flu Biasa dan Tidak Mematikan – Halaman all

    Menkes: Masyarakat Jangan Panik, HMPV Seperti Flu Biasa dan Tidak Mematikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik dengan kemunculan informasi wabah HMPV atau Human Metapneumovirus (HMPV) yang kini sedang melanda China. Ia menegaskan, HMPV memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa dan tidak mematikan seperti Covid19.

    “Kalau virus baru Covid19, tubuh manusia belum tahu bagaimana meresponsnya. Akibatnya, kalau menyerang tubuh, tubuh bingung bagaimana merespons Covid-19. Sehingga kemungkinan besar risiko fatalitynya tinggi. HMPV ini tidak mematikan. Sama seperti flu biasa,” kata dia saat ditemui di Ditjen Tenaga Kesehatan, Jakarta, Senin (6/1/2025).

    Ia mengatakan, virus tersebut sudah ada sejak tahun 2001 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Berbagai referensi menyatakan, HMPV merupakan virus yang sudah lama ada sehingga respons imun tubuh bisa biasa mengenali dan melawan virus tersebut.

    “Seperti itu (HMPV) supaya tidak panik. Semua orang bisa terkena flu. Kalau daya tahan tubuh  baik, HMPV itu otomatis akan bisa ditahan oleh sistem imun kita,” ujar eks dirut Bank Mandiri ini.

    Meski tidak mematikan, Budi pun mengingatkan agar waspada dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Makan yang cukup, olahraga dan istirahat yang cukup.

    Saat mulai batuk, pilek segeralah beristirahat. “Tips-nya 3M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker. Sama seperti Covid-19,” ujar BGS.

    Diketahui, virus HMPV memiliki risiko tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

     

  • Sri Mulyani Tarik Utang 2025 Lebih Awal, Nilainya Tembus Rp 85,9 T

    Sri Mulyani Tarik Utang 2025 Lebih Awal, Nilainya Tembus Rp 85,9 T

    Jakarta

    Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah melakukan prefunding atau menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) sebelum dimulainya tahun anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Total utang yang ditarik lebih awal senilai Rp 85,9 triliun.

    Demikian kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Suminto. Dia bilang penarikan utang yang lebih awal itu akan membuat penerbitan utang di 2025 semakin minim.

    “Kami telah melakukan prefunding sebesar Rp 85,9 triliun, yang itu akan mengurangi issuance di 2025,” kata Suminto dalam konferensi pers APBN KiTA, Senin (6/1/2025).

    Anak buah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati itu menyebut penarikan utang lebih awal sebagai antisipasi tantangan global yang masih besar.

    “Sebagaimana tantangan global yang masih besar, tentu kami antisipasi dan memastikan pembiayaan utang dilakukan dengan prudent, dengan biaya atau cost of fund yang acceptable dan pada risiko yang terkelola dengan baik,” tutur Suminto.

    Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga telah sepakat untuk melakukan debt switch atau penukaran utang antara yang jatuh tempo pada 2025 khusus untuk pembiayaan COVID-19, dengan SBN reguler yang dapat diperdagangkan di pasar keuangan senilai Rp 100 triliun.

    “Itu tentu juga akan mengurangi issuance di primary market,” tambah Suminto.

    Kemudian APBN 2024 masih memiliki catatan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) senilai Rp 45,4 triliun. Adapula Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam APBN 2024 yang dipastikan akan tersedia sebagai bantalan kebutuhan pelaksanaan APBN 2025.

    Dengan berbagai catatan itu, Suminto memastikan defisit APBN 2025 akan mencapai 2,53% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau senilai Rp 616,19 triliun. Dalam hal ini pemerintah membutuhkan pembiayaan utang senilai Rp 775,87 triliun dan pembiayaan non utang Rp 159,7 triliun sebagai faktor pengurangnya.

    “Dari Rp 775,87 triliun pembiayaan utang itu yang dari SBN sebesar Rp 642,50 triliun, sementara pinjamannya Rp 133,31 triliun. Namun demikian sesuai dengan ketentuan dalam UU APBN, kami memiliki fleksibilitas dari sisi penggunaan instrumen utang sehingga SBN dan pinjaman itu bisa saling menggantikan,” beber Suminto.

    (aid/kil)