Kasus: covid-19

  • Daftar Negara yang Paling Sehat di Dunia, Ada Negara Tetangga RI

    Daftar Negara yang Paling Sehat di Dunia, Ada Negara Tetangga RI

    Jakarta

    Ada banyak parameter yang bisa digunakan untuk menilai peringkat suatu negara, mulai dari Produk Domestik Bruto (PDB), biaya hidup, upah minimum, infrastruktur, hingga kualitas pendidikan. Namun, salah satu faktor paling penting adalah kesehatan.

    Meskipun gaya hidup sehat merupakan tanggung jawab pribadi, banyak negara yang terus berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan dan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

    Menurut Bloomberg Global Health Index, beberapa faktor yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu negara meliputi:

    Risiko kesehatan (seperti penggunaan tembakau, tekanan darah tinggi, dan obesitas)

    Ketersediaan air bersihRata-rata harapan hidupTingkat malnutrisiPenyebab kematian utama

    Dikutip dari Economy Middle East, berikut daftar negara yang termasuk paling sehat di dunia.

    1. Spanyol (Skor: 92,75/100)

    Spanyol menempati peringkat pertama sebagai negara paling sehat di dunia berdasarkan Bloomberg Global Health Index. Pola makan Mediterania, yang menekankan konsumsi makanan segar, mentah, dan minyak zaitun, memberikan dampak positif bagi kesehatan.

    Dikombinasikan dengan layanan kesehatan berkualitas tinggi dan tingkat perokok yang rendah, hal ini menjadikan Spanyol sebagai contoh sukses dalam menciptakan masyarakat sehat.

    Negara ini memiliki angka kematian akibat penyakit yang bisa dicegah tergolong rendah dan telah menerapkan berbagai inisiatif untuk meminimalkan faktor risiko. Tingkat skrining kanker dan vaksinasi di Spanyol umumnya di atas rata-rata Uni Eropa.

    Rendahnya angka rawat inap akibat gagal jantung dan diabetes mencerminkan sistem perawatan primer dan layanan kesehatan terpadu yang berfungsi baik. Spanyol juga mencatat harapan hidup tertinggi di Uni Eropa, yakni 83,2 tahun pada 2022. Meski sempat turun tajam antara 2019-2020 akibat pandemi COVID-19, angka tersebut kembali meningkat dalam beberapa tahun berikutnya.

    2. Italia (Skor: 91,59/100)

    Italia berada tak jauh di belakang Spanyol. Sama seperti tetangganya, pola makan khas Mediterania dengan bahan segar dan lokal berperan penting dalam menjaga kesehatan warganya. Didukung sistem kesehatan yang kuat serta fokus pada pencegahan penyakit, Italia terus menunjukkan performa baik di sektor kesehatan publik.

    Tingkat kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dan diobati di Italia tercatat lebih rendah dari rata-rata Uni Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan rendahnya prevalensi faktor risiko serta efektivitas sistem kesehatan dalam menangani penyakit serius.

    Meski akses terhadap layanan kesehatan umumnya baik, pandemi COVID-19 sempat menimbulkan gangguan besar. Sekitar 23 persen penduduk Italia melaporkan tertunda mendapat layanan kesehatan selama 12 bulan pertama pandemi, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata Uni Eropa yang sebesar 21 persen.

    3. Islandia (Skor: 91,44/100)

    Islandia termasuk salah satu negara paling sehat di kawasan Nordik. Warga Islandia menjalani gaya hidup sehat di tengah keindahan alam yang luar biasa, dengan kebiasaan aktif di luar ruangan serta pemanfaatan sumber daya panas bumi untuk energi berkelanjutan.

    Angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah di Islandia tergolong rendah dibandingkan sebagian besar negara Uni Eropa. Kasus kematian akibat alkohol, kecelakaan fatal, dan kanker paru juga jauh lebih sedikit.

    Selain itu, Islandia memiliki salah satu tingkat kematian terendah untuk penyakit yang dapat diobati, menandakan bahwa sistem kesehatannya sangat efektif dalam menyelamatkan pasien dari kondisi yang berpotensi mematikan.

    4. Jepang (Skor: 91,38/100)

    Jepang dikenal sebagai negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia. Budaya yang menekankan pada pencegahan penyakit, olahraga rutin, serta pola makan sehat berkontribusi besar terhadap kesehatan masyarakatnya.

    Harapan hidup saat lahir di Jepang meningkat dari 81,1 tahun pada tahun 2000 menjadi 84,5 tahun pada 2021. Negara ini juga memiliki angka kematian bayi dan kematian ibu terendah di dunia, mencerminkan keberhasilan sistem kesehatannya yang stabil dan berorientasi pada pencegahan.

    5. Swiss (Skor: 90,93/100)

    Swiss tak hanya terkenal dengan jam tangan dan pegunungannya, tetapi juga sebagai pelopor dalam bidang medis dan kesehatan publik. Negara ini memiliki standar kesehatan nasional yang sangat tinggi berkat sistem asuransi kesehatan universal yang menekankan pada pengobatan preventif dan gaya hidup aktif di alam terbuka.

    Sistem kesehatan Swiss bersifat terdesentralisasi, setiap kanton (negara bagian) memiliki peran penting dalam pengelolaannya. Pendanaannya berasal dari premi peserta, pajak (terutama dari pemerintah daerah), iuran sosial, dan pembayaran pribadi (out-of-pocket). Semua penduduk diwajibkan untuk memiliki asuransi dari penyedia nirlaba swasta.

    6. Swedia (Skor: 90,24/100)

    Swedia menempati posisi keenam sebagai salah satu negara dengan masyarakat paling sehat di dunia. Kombinasi jaminan sosial yang kuat, akses layanan kesehatan yang merata, dan budaya aktif berolahraga membuat tingkat kesehatannya tinggi.

    Negara ini memiliki angka kematian rendah akibat kanker paru, konsumsi alkohol, serta kecelakaan lalu lintas, berkat kebijakan kesehatan publik yang kuat. Rendahnya tingkat kematian akibat penyakit yang dapat diobati juga menunjukkan efektivitas sistem kesehatannya.

    7. Australia (Skor: 89,75/100)

    Australia menempati posisi berikutnya dalam daftar. Warga Australia dikenal dengan gaya hidup sehat, konsumsi makanan segar, dan kecintaan pada aktivitas luar ruangan.

    Negara ini memiliki program asuransi kesehatan publik universal yang dikelola secara regional dan dibiayai melalui pajak umum serta pungutan pemerintah. Warga secara otomatis terdaftar dan mendapatkan layanan rumah sakit publik gratis, termasuk cakupan besar untuk konsultasi medis, obat-obatan, dan layanan kesehatan lainnya.

    Harapan hidup di Australia meningkat dari 79,7 tahun pada tahun 2000 menjadi 83,1 tahun pada 2021, menunjukkan keberhasilan kebijakan kesehatan yang berfokus pada pencegahan dan akses universal.

    8. Singapura (Skor: 89,29/100)

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Singapura memiliki salah satu sistem kesehatan terbaik di dunia dalam hal kualitas dan aksesibilitas. Hal ini berkat standar pelatihan medis yang tinggi, teknologi kesehatan canggih, dan sistem pelayanan yang efisien.

    Negara ini juga dikenal memiliki udara dan air yang sangat bersih, yang membantu mencegah penyakit pernapasan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Tingkat penyakit menular seperti tuberkulosis dan HIV-AIDS juga sangat rendah, berkat program kesehatan publik yang kuat seperti kampanye vaksinasi dan sistem pemantauan penyakit yang efektif.

    9. Norwegia (Skor: 89,09/100)

    Norwegia termasuk negara paling sehat di dunia berkat sistem layanan kesehatan universal, gaya hidup aktif di alam terbuka, serta ketersediaan pangan bergizi dan layanan kesehatan berkualitas tinggi.

    Negara ini memiliki sistem kesehatan berbasis pajak yang menjamin akses perawatan dasar bagi semua warganya. Kualitas layanan medisnya pun sangat baik, terlihat dari rasio tenaga kesehatan yang tinggi, yaitu 4,9 dokter serta 18,3 perawat dan bidan per 1.000 penduduk.

    Sementara menurut World Population Review Global Health Index 2024, Singapura menduduki peringkat pertama sebagai negara paling sehat di dunia dengan skor 95,3. Kemudian disusul oleh Jepang, 95,1, Korea Selatan, 94,3, Taiwan, 94,2 Israel, 94,2 hingga Norwegia dengan skor 93,6.

    Halaman 2 dari 4

    (suc/kna)

  • Kemenkes Ungkap Alasan Masih Banyak Pasien RI Berobat ke Luar Negeri

    Kemenkes Ungkap Alasan Masih Banyak Pasien RI Berobat ke Luar Negeri

    Jakarta

    Meski industri alat kesehatan (alkes) dalam negeri meningkat signifikan, masih banyak pasien Indonesia yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Direktur Jenderal Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Lucia Rizka Andalusia, mengungkapkan salah satu penyebabnya adalah akses terhadap teknologi kesehatan inovatif yang masih terbatas di Tanah Air.

    “Kalau untuk mendapatkan akses teknologi kesehatan inovatif, apakah itu alat kesehatan atau obat-obatan, masih sulit di Indonesia, ya pasti orang akan berobat ke luar negeri karena di sana lebih mudah,” ujar Rizka dalam konferensi pers Minggu (26/10/2025).

    Menurutnya, persoalan ini bukan sekadar preferensi pasien, melainkan akibat dari lambatnya ketersediaan teknologi kesehatan mutakhir di rumah sakit dalam negeri, yang berdampak ke layanan pasien.

    “Misalnya untuk radioterapi, di Indonesia harus antre berminggu-minggu, bahkan berbulan. Sementara di negara tetangga bisa cepat. Itu yang membuat orang akhirnya memilih berobat ke luar negeri,” lanjutnya.

    Rizka menegaskan, dari sisi produksi alkes dalam negeri, kemajuan Indonesia sebenarnya dinilai tajam.
    Sebelum pandemi COVID-19, hanya ada sekitar 400 industri alkes di Indonesia, yang sebagian besar masih bergantung pada impor. Kini, jumlahnya melonjak dua kali lipat menjadi sekitar 815 industri.

    Tidak hanya itu, belanja alat kesehatan dalam negeri dalam tiga tahun terakhir meningkat 3,4 kali lipat dibandingkan 2019.

    “Dulu belanja alkes dalam negeri itu sangat rendah. Tapi sekarang sudah jauh meningkat karena berbagai upaya kita lakukan,” jelasnya.

    Salah satu strategi utama Kemenkes adalah penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan kebijakan freeze-unfreeze terhadap produk impor.

    “Kalau kita sudah bisa membuat produk dalam negeri dan jumlahnya mencukupi, maka kita akan ‘freeze’ produk impornya. Ini sangat efektif, sehingga rumah sakit pemerintah, termasuk RS vertikal, akan memilih produk dalam negeri,” ujar Rizka.

    Kemenkes juga menggelar business matching antara industri alkes lokal dan fasilitas kesehatan (faskes). Langkah ini terbukti penting agar produk dalam negeri dikenal dan digunakan oleh rumah sakit di Indonesia.

    “Kalau tidak ada business matching, industri dan rumah sakit tidak saling tahu. Misalnya ada yang bikin hospital bed elektrik otomatis di dalam negeri, tapi rumah sakit tidak tahu, akhirnya tetap beli impor,” katanya.

    Rizka memastikan peluang produk alkes seperti linet dan dv medika yang wacananya akan membantu memproduksi bed dengan teknologi advanced di Indonesia terbuka, selama mematuhi mekanisme pengadaan yang berlaku.

    “Yang penting harganya kompetitif dan spesifikasinya sesuai kebutuhan rumah sakit,” tandas dia.

    Meski capaian industri alkes dalam negeri sudah menggembirakan, Rizka menilai tantangan terbesar Indonesia justru terletak pada akses terhadap teknologi kesehatan inovatif.

    Tanpa perbaikan di sisi ini, pasien akan terus mencari pengobatan di luar negeri.

    “Pemerintah berupaya keras agar masyarakat bisa mendapatkan akses terhadap teknologi inovatif secepat mungkin, supaya mereka bisa berobat di Indonesia dengan kualitas yang sama seperti di negara lain,” tegasnya.

    Pertumbuhan pesat industri alkes lokal menunjukkan Indonesia punya kapasitas besar untuk mandiri. Namun, persoalan akses, efisiensi layanan, dan kecepatan adopsi teknologi menjadi titik lemah yang masih membuat pasien memilih pengobatan di luar negeri.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Kemenkes Spill Alasan Banyak Warga RI Berobat ke Luar Negeri!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Kemenkes Ungkap Alasan Masih Banyak Pasien RI Berobat ke Luar Negeri

    Kemenkes Ungkap Alasan Masih Banyak Pasien RI Berobat ke Luar Negeri

    Jakarta

    Meski industri alat kesehatan (alkes) dalam negeri meningkat signifikan, masih banyak pasien Indonesia yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Direktur Jenderal Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Lucia Rizka Andalusia, mengungkapkan salah satu penyebabnya adalah akses terhadap teknologi kesehatan inovatif yang masih terbatas di Tanah Air.

    “Kalau untuk mendapatkan akses teknologi kesehatan inovatif, apakah itu alat kesehatan atau obat-obatan, masih sulit di Indonesia, ya pasti orang akan berobat ke luar negeri karena di sana lebih mudah,” ujar Rizka dalam konferensi pers Minggu (26/10/2025).

    Menurutnya, persoalan ini bukan sekadar preferensi pasien, melainkan akibat dari lambatnya ketersediaan teknologi kesehatan mutakhir di rumah sakit dalam negeri, yang berdampak ke layanan pasien.

    “Misalnya untuk radioterapi, di Indonesia harus antre berminggu-minggu, bahkan berbulan. Sementara di negara tetangga bisa cepat. Itu yang membuat orang akhirnya memilih berobat ke luar negeri,” lanjutnya.

    Rizka menegaskan, dari sisi produksi alkes dalam negeri, kemajuan Indonesia sebenarnya dinilai tajam.
    Sebelum pandemi COVID-19, hanya ada sekitar 400 industri alkes di Indonesia, yang sebagian besar masih bergantung pada impor. Kini, jumlahnya melonjak dua kali lipat menjadi sekitar 815 industri.

    Tidak hanya itu, belanja alat kesehatan dalam negeri dalam tiga tahun terakhir meningkat 3,4 kali lipat dibandingkan 2019.

    “Dulu belanja alkes dalam negeri itu sangat rendah. Tapi sekarang sudah jauh meningkat karena berbagai upaya kita lakukan,” jelasnya.

    Salah satu strategi utama Kemenkes adalah penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan kebijakan freeze-unfreeze terhadap produk impor.

    “Kalau kita sudah bisa membuat produk dalam negeri dan jumlahnya mencukupi, maka kita akan ‘freeze’ produk impornya. Ini sangat efektif, sehingga rumah sakit pemerintah, termasuk RS vertikal, akan memilih produk dalam negeri,” ujar Rizka.

    Kemenkes juga menggelar business matching antara industri alkes lokal dan fasilitas kesehatan (faskes). Langkah ini terbukti penting agar produk dalam negeri dikenal dan digunakan oleh rumah sakit di Indonesia.

    “Kalau tidak ada business matching, industri dan rumah sakit tidak saling tahu. Misalnya ada yang bikin hospital bed elektrik otomatis di dalam negeri, tapi rumah sakit tidak tahu, akhirnya tetap beli impor,” katanya.

    Rizka memastikan peluang produk alkes seperti linet dan dv medika yang wacananya akan membantu memproduksi bed dengan teknologi advanced di Indonesia terbuka, selama mematuhi mekanisme pengadaan yang berlaku.

    “Yang penting harganya kompetitif dan spesifikasinya sesuai kebutuhan rumah sakit,” tandas dia.

    Meski capaian industri alkes dalam negeri sudah menggembirakan, Rizka menilai tantangan terbesar Indonesia justru terletak pada akses terhadap teknologi kesehatan inovatif.

    Tanpa perbaikan di sisi ini, pasien akan terus mencari pengobatan di luar negeri.

    “Pemerintah berupaya keras agar masyarakat bisa mendapatkan akses terhadap teknologi inovatif secepat mungkin, supaya mereka bisa berobat di Indonesia dengan kualitas yang sama seperti di negara lain,” tegasnya.

    Pertumbuhan pesat industri alkes lokal menunjukkan Indonesia punya kapasitas besar untuk mandiri. Namun, persoalan akses, efisiensi layanan, dan kecepatan adopsi teknologi menjadi titik lemah yang masih membuat pasien memilih pengobatan di luar negeri.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Kemenkes Spill Alasan Banyak Warga RI Berobat ke Luar Negeri!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Potensi Ekonomi Digital RI Diramal Tembus US0 Miliar pada 2030

    Potensi Ekonomi Digital RI Diramal Tembus US$360 Miliar pada 2030

    Bisnis.com, JAKARTA — Standard Chartered Indonesia menyampaikan Indonesia merupakan salah satu ekonomi paling dinamis di dunia dengan potensi ekonomi digital yang diproyeksikan menembus US$360 miliar pada 2030.  

    CEO Standard Chartered Indonesia Donny Donosepoetro menilai bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu pemimpin regional dalam ekonomi dan sistem pembayaran digital di Asia. Transformasi digital yang pesat di sektor keuangan dan korporasi disebut menjadi fondasi penting bagi efisiensi dan daya saing ekonomi nasional.

    Dia menyebut ekonomi digital Indonesia memiliki prospek yang sangat kuat dan akan terus tumbuh seiring dengan percepatan digitalisasi lintas sektor.

    “Indonesia adalah salah satu ekonomi paling dinamis, tidak hanya di Asia tetapi juga di dunia. Ekonomi digital kita diproyeksikan mencapai US$360 miliar pada 2030, meningkat signifikan dari sekitar US$90 miliar pada 2024,” ujar Donny dalam Standard Chartered Treasury Leadership Forum 2025, dikutip Minggu (26/10/2025).

    Menurut Donny, percepatan digitalisasi sejak pandemi Covid-19 telah mendorong perubahan mendasar dalam operasional bisnis, mulai dari e-commerce, otomatisasi proses, hingga pemanfaatan analitik data dan application programming interface (API) untuk meningkatkan ketepatan dan kecepatan pengambilan keputusan.

    Namun demikian, dia menegaskan, transformasi tersebut tidak terjadi dalam ruang hampa. Pemerintah dan regulator, khususnya Bank Indonesia (BI), berperan penting dalam menyiapkan infrastruktur pembayaran digital nasional.

    “Inisiatif seperti BI-FAST, QRIS, dan pembayaran lintas batas di Asia bukan hanya langkah mengejar ketertinggalan, tetapi justru menempatkan Indonesia di garis depan dalam mendefinisikan masa depan sistem pembayaran yang instan, efisien, dan tanpa batas,” ujarnya.

    Selain itu Donny menambahkan, fungsi treasury korporasi kini mengalami perubahan mendasar, dari yang dulunya bersifat administratif menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan strategis.

    Dengan dukungan teknologi, data real-time, dan infrastruktur digital, fungsi treasury kini berperan besar dalam mengelola likuiditas, efisiensi kas, serta memperkuat ketahanan bisnis di tengah volatilitas global.

    “Treasury bukan lagi back office, tapi jantung strategi keuangan perusahaan. Teknologi memungkinkan para treasurer beralih dari pelaksana transaksi menjadi pengarah strategi yang mampu menciptakan nilai baru,” jelasnya.

    Untuk mendukung hal tersebut, Standard Chartered terus memperkuat investasi pada platform digital, termasuk API, analitik berbasis kecerdasan buatan (AI), solusi perdagangan digital, dan konektivitas pembayaran instan lintas negara.

    Dia menjabarkan bahwa 99,8% klien korporasi bank tersebut telah menggunakan platform digital untuk transaksi harian, sementara 86% memanfaatkan solusi perdagangan digital seperti letter of credit dan garansi bank. Selain itu, 100% klien korporasi telah mengakses layanan pembiayaan pemasok melalui kanal digital.

  • Dam Payung, Permata Tersembunyi di Pedesaan Mojokerto yang Kian Memikat Wisatawan

    Dam Payung, Permata Tersembunyi di Pedesaan Mojokerto yang Kian Memikat Wisatawan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Di tengah semilir angin pedesaan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, ada sebidang surga kecil yang kian ramai dibicarakan.

    Namanya Dam Payung, sebuah destinasi wisata alam di Dusun Lebak Ledok, Desa Lebak Jabung, yang kini menjelma menjadi tempat pelarian bagi warga yang rindu ketenangan alam.

    Terletak di tepian Sungai Boro, Dam Payung menawarkan panorama yang memanjakan mata—air jernih mengalir lembut di antara bebatuan besar, diteduhi rindangnya pepohonan yang seolah menari mengikuti arah angin.

    Di sinilah, para pengunjung datang bukan sekadar untuk bermain air, tetapi untuk merasakan kedamaian yang mungkin telah lama hilang di tengah hiruk pikuk kota.

    “Airnya jernih sekali, anak-anak senang main di sini. Tempatnya juga masih alami, belum ramai seperti wisata di Pacet atau Trawas,” tutur Denhas Sudibyo (36), pengunjung asal Mojokerto yang datang bersama keluarganya, Sabtu (25/10/2025).

    Keindahan Dam Payung tak lahir dari rencana besar, melainkan dari kebetulan yang membawa berkah. “Dam Payung buka awal Covid-19, tahun 2020 akhir atau 2021 awal.

    Dulu wisata banyak yang tutup, tapi di sini ada penggali pasir. Lama-lama banyak orang datang ke sini, jadi ramai. Orang-orang akhirnya inisiatif bikin parkiran biar tidak mengganggu yang kerja,” ungkap Nilo Akemei, anggota pengelola Padusan Trawas Dam Payung.

    Awalnya, parkir di lokasi ini hanya diperuntukkan bagi sepeda motor karena akses jalan yang masih berupa setapak. Namun seiring bertambahnya pengunjung, fasilitas pun pelan-pelan berkembang.

    Kini, area parkirnya mampu menampung hingga 80 kendaraan roda empat, dengan biaya parkir yang sangat terjangkau—Rp5.000 untuk motor, Rp10.000 untuk mobil, dan Rp15.000 untuk Elf atau bus.

    Tak ada tiket masuk yang dibebankan kepada wisatawan, hanya biaya parkir sederhana. “Kita juga menawarkan sewa ban pelampung. Harga sewanya cuma Rp10.000 dan nggak dibatasi jam sewa. Kalau mobil mau masuk area Dam Payung, kita ada yang ngawal,” tambah Nilo.

    Di sungai yang dangkal dan berarus tenang, anak-anak bebas bermain air atau sekadar berendam. Sementara orang dewasa menikmati waktu bersantai di tepian batu atau berswafoto dengan latar alam yang memesona. Bagi yang ingin menginap, tersedia juga penginapan sederhana milik warga sekitar.

    Pengunjung Dam Payung paling ramai saat akhir pekan dan hari libur nasional. Meski belum memiliki sistem tiket resmi, Nilo memastikan antusiasme warga sangat tinggi.

    “Kalau weekend itu pasti ramai. Pengunjungnya kebanyakan dari Jawa Timur, seperti Surabaya dan Malang. Tapi kemarin juga sempat ada bule yang datang ke sini. Kami buka mulai pukul 07.00 sampai 17.00 WIB, dikelola langsung oleh pemuda Dusun Lebak Ledok,” jelasnya.

    Meski fasilitasnya masih sederhana, pesona utama Dam Payung terletak pada keaslian dan ketenangan alamnya.

    Dulu, bendungan peninggalan masa kolonial Belanda ini hanya berfungsi sebagai pengairan sawah. Kini, ia telah berubah menjadi permata wisata baru Mojokerto—tempat di mana gemericik air menjadi musik, pepohonan menjadi atap, dan tawa pengunjung menjadi harmoni yang melengkapi keindahan alamnya.

    Dengan akses yang mudah dijangkau dan suasana yang menenangkan, Dam Payung menjadi pilihan sempurna bagi siapa pun yang ingin menepi sejenak dari kesibukan, tanpa harus jauh-jauh ke Pacet atau Trawas. Sebuah oase alami yang lahir dari kebersahajaan, namun menyentuh hati siapa pun yang datang.(tin/ted)

  • Link Nonton Sprint Race MotoGP Malaysia 2025 Siang Ini, Live 14.00 WIB

    Link Nonton Sprint Race MotoGP Malaysia 2025 Siang Ini, Live 14.00 WIB

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perhelatan hari ke-2 MotoGP Malaysia 2025 berlangsung hari ini Sabtu (25/10/2025), di Sirkuit Sepang. Fokus utama hari ini adalah kualifikasi dan sprint race, yang akan menentukan starting grid dan peluang para rider di balapan utama.

    Setelah sesi latihan bebas pertama (FP1) pada Jumat, 24 Oktober 2025, para tim mempersiapkan motor dan strategi untuk menghadapi trek Sepang yang terkenal panas dan menantang.

    Mengutuip detikcom (25/10), sesi hari ini dibuka dengan Free Practice 2 (FP2). Pada FP1 hari Jumat (24/10), Fermin Aldaguer keluar sebagai yang tercepat dengan waktu 2 menit 00,199 detik.

    Francesco Bagnaia berada di belakang Aldaguer dalam FP1. Pecco diyakini bakal menggebrak dalam MotoGP Malaysia 2025, mengingat rekor okenya di Sirkuit Sepang.

    Bagnaia memenangkan 2 race di Malaysia dalam 3 tahun terakhir selepas COVID-19. Rider tim Ducati itu berstatus juara bertahan di Sirkuit Sepang setelah memenangkan balapan musim lalu.

    Dominasi Bagnaia di Malaysia bisa saja dipecahkan oleh rider lain seperti Fermin Aldaguer. Pebalap rookie ini juga lagi gaspol usai memenangkan MotoGP Mandalika 2025.

    Juara dunia MotoGP 2025, Marc Marquez, tidak akan mengikuti balapan di Malaysia dan juga sisa musim ini. The Baby Alien mengalami cedera dan digantikan Michele Pirro.

    Jadwal Kualifikasi dan Sprint Race MotoGP Malaysia 2025 Sabtu (25/10):

    09:10-09:40 WIB: Free Practice 2 MotoGP

    09:50-10:05 WIB: Qualifying 1 MotoGP

    10:15-10:30 WIB: Qualifying 2 MotoGP

    14:00 WIB: Sprint Race MotoGP (10 Laps).

    Link Nonton Sprint Race MotoGP Malaysia 2025

    Situs MotoGP

    Vidio

    TransTV

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • YouTube Tambah Fitur Pembatas Waktu di Shorts, Pengguna Bisa Atur Durasi Nonton Harian – Page 3

    YouTube Tambah Fitur Pembatas Waktu di Shorts, Pengguna Bisa Atur Durasi Nonton Harian – Page 3

    YouTube baru saja membuka izin bagi pengguna yang diblokir beberapa tahun silam untuk kembali mengakses platform-nya. 

    Setelah diselidiki, penerapan aturan ini berlaku bagi penyebar konten misinformasi tentang pemilu Amerika Serikat (AS) 2020 dan Covid-19.

    Mengutip CNN, Rabu (15/10/2025), awal mula dari kasus ini adalah tekanan politik yang diberikan oleh kubu Demokrat dari mantan Presiden AS, Joe Biden (saat masih menjabat) kepada jajaran perusahaan perangkat lunak dan media sosial, seperti Meta dan Google.

    Terkait konteks paksaan di atas, Partai Republik (kubu Donald Trump) menuduh desakan tersebut berfokus pada tindakan sensorhip atau pun menghapus konten yang dirasa bersebrangan atau menyebarkan misinformasi dari sisi Demokrat.

    Apa Dampak Bagi Republican?

    Selain memberikan paksaan, mereka juga merasa menjadi korban atas hak kebebasan berekspresi pada tahun 2020. Sebab, dengan disensornya konten postingan dari kubu konservatif, suara dan pendapat tidak bisa sampai ke telinga masyarakat.

    Para kreator yang ingin dan diizinkan kembali harus membuat saluran (channel) baru. Dalam kanal tersebut, mereka dibebaskan mengunggah ulang konten lama karena aturan sensor dari kubu Presiden Joe Biden sudah dihapuskan.

  • YouTuber di RI Makin Susah, Pendapatan Turun Drastis Gara-gara Ini

    YouTuber di RI Makin Susah, Pendapatan Turun Drastis Gara-gara Ini

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menjadi YouTuber di Indonesia kini tak semanis yang dibayangkan. Pendapatan para kreator turun drastis akibat beberapa faktor. Mulai dari perubahan algoritma, pergeseran minat penonton, hingga makin ramainya kompetisi di dalam platform video milik Google itu.

    Meski jumlah kreator di YouTube terus bertambah, para YouTuber saat ini lebih mengandalkan kerja sama dengan brand sebagai sumber penghasilan, alih-alih bergantung pada pendapatan iklan dari platform.

    YouTuber otomotif Fitra Eri mengakui bahwa AdSense di Indonesia tidak bisa diandalkan sebagai sumber utama penghasilan. Menurutnya, nilai iklan di Indonesia jauh lebih kecil dibanding negara lain.

    “AdSense itu untuk Indonesia ukurannya kecil. Di Amerika, untuk view yang sama bisa 10 kali lipatnya Indonesia,” kata Fitra kepada CNBC Indonesia.

    Ia menjelaskan, sebagian besar konten kreator kini menganggap AdSense hanya sebagai bonus. Sedangkan penghasilan yang lebih banyak itu datang dari kerjasama brand.

    “Itu nilainya bisa berkali-kali lipatnya AdSense. Jadi sebenarnya yang dibutuhkan itu bukan nilai AdSense, tapi view. Karena kalau view kita banyak, pasti harga kita untuk ke brand pasti jadi lebih tinggi,” ujar Fitra Eri dalam sambungan telepon dengan CNBC Indonesia, Kamis (23/10/2025).

    [Gambas:Youtube]

    Fitra menambahkan, bahkan jika AdSense dihapus, para kreator tetap bisa hidup dari kerja sama brand, seperti yang terjadi di Instagram atau TikTok yang tidak memiliki sistem bagi hasil langsung.

    “Kalau konten kreator itu view-nya banyak, entah di Instagram atau di TikTok yang tidak ada AdSense, mereka dapat penghasilannya itu dari kerjasama brand. Jadi menurut saya AdSense itu bukan sesuatu yang krusial buat konten kreator,” jelasnya.

    Masa Keemasan YouTube untuk Kreator

    Menurut Fitra, masa keemasan pendapatan dari YouTube terjadi saat pandemi Covid-19. Saat itu, hampir semua orang menghabiskan waktu di rumah dan lebih sering menonton video daring.

    “Itu adalah puncaknya, lebih 2020-2021 itu puncak-puncaknya gitu. Nah setelah itu masih orang berkegiatan lagi di luar, pasti makin sedikit yang nonton,” ujarnya.

    Meski begitu, ia menilai tantangan tiap bidang berbeda. “Kalau di otomotif, mobil selalu ada yang baru, jadi bahan konten selalu segar. Tapi kalau komedi atau hiburan, kreator harus terus berpikir supaya nggak monoton,” tambah Fitra.

    Pandangan serupa datang dari Romi, Co-founder DroidLime, salah satu kanal teknologi di YouTube, sudah berkecimpung di dunia ini sejak 2014. Ia menyebut masa-masa awal YouTube masih “murni”, di mana para kreator muncul dengan ide orisinal tanpa nama besar di belakangnya.

    “Kalau dulu mulai di 2014 akhir, 2015 awal, itu benar-benar masih pure content creator, masih banyak content creator, orang-orang yang tidak tahu, bukan basic artis, atau orang-orang yang memang sudah terkenal, itu mereka bikin konten di YouTube secara original,” ujar Romi.

    [Gambas:Youtube]

    YouTube Diserbu Artis

    Namun, lima tahun terakhir peta berubah. Banyak artis dan figur publik yang sebelumnya bermain di televisi kini ikut terjun ke YouTube. Hal itu, menurut Romi, mengubah “DNA” platform yang dulunya edukatif dan informatif menjadi lebih mengarah ke entertainment.

    “Sekarang orang lebih banyak cari hiburan, jalan-jalan, grebek rumah, hal-hal yang mirip TV. Akibatnya, konten kreator yang dulu kuat di review dan tutorial mulai turun karena karakter industrinya sudah beda,” jelasnya.

    Dampak pergeseran ini turut dirasakan dari sisi AdSense, salah satu sumber pendapatan kreator YouTube. Romi menuturkan, tingkat klik iklan di Indonesia termasuk paling rendah di Asia Tenggara.

    “Untuk AdSense sendiri, untuk pendapatan sebenarnya masih sama kayak dulu di Indonesia, itu kan rate untuk iklannya, per kliknya itu kan paling rendah untuk di Asia Tenggara, sangat jauh dibanding dengan Singapura, kalau untuk pendapatan,” kata Romi.

    Meski begitu, dari sisi brand deal atau kerja sama dengan perusahaan, Romi menilai masih stabil. “Brand masih banyak alokasi di digital karena TV makin turun. Jadi masih aman, tapi views rata-rata memang turun hampir di semua channel,” katanya.

    Pendapatan AdSense Turun 6 Kali Lipat

    Senada dengan Romi, Mikhail, kreator konten teknologi di kanal GadgetApa, juga mengaku kondisi YouTube sekarang jauh berbeda dibanding masa kejayaannya pada 2016-2018.

    “Kalau dibanding tahun 2018, pendapatan dari AdSense bisa turun sampai enam kali lipat,” ungkap Mikhail.

    Menurutnya, penurunan itu bukan semata karena algoritma yang acak, tapi juga karena jumlah konten kreator yang melonjak, terutama sejak era pandemi Covid-19.

    “Tapi ini dalam artian nggak cuman hanya algoritma doang, tapi karena banyak banget konten kreator yang baru muncul. Nggak hanya satu doang, efeknya domino banget, nggak cuman karena itu aja,” terangnya.

    [Gambas:Youtube]

    Ia juga menyoroti algoritma YouTube baik di Shorts maupun untuk konten panjang, yang dinilai tidak konsisten.

    “Itu algoritma Shorts di YouTube sangat ngawur, enggak tahu kenapa dia ngasih video-video tidak relevan itu banyak banget. Pun begitu long form-nya juga entah kenapa dia banyak sekali menyajikan video-video yang sudah lama,” ungkap Mikhail

    “Karena kami kan di bidang teknologi ya, teknologi itu kan kalau misalnya HP, kan biasanya review HP-HP baru kan. Ini kadang-kadang dia ngasih referensi, HP HP lama gitu,” imbuhnya.

    Sementara itu, mengutip blog Google, untuk mulai menerima pembayaran AdSense melalui YouTube, seorang kreator harus terlebih dahulu tergabung dalam YouTube Partner Program.

    Dalam blog tersebut, penghasilan kreator konten diukur melalui Revenue per Mille (RPM) atau pendapatan per 1.000 tayangan iklan. Rumusnya:

    RPM = (Estimasi penghasilan / Jumlah tayangan) x 1.000.

    Sebagai contoh, jika estimasi penghasilan Rp1.500 dari 25 tayangan, maka RPM-nya Rp60.000.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • TKD Dipangkas Rp243 M, Ponorogo Fokus ke Program Pro Rakyat

    TKD Dipangkas Rp243 M, Ponorogo Fokus ke Program Pro Rakyat

    Ponorogo (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menegaskan tetap memprioritaskan program yang menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat, meski menghadapi pemangkasan Transfer keuangan daerah (TKD) tahun 2026 sebesar Rp243 miliar. Bupati Sugiri Sancoko memastikan, fokus utama pemerintah daerah tidak berubah: anggaran tetap diarahkan untuk kepentingan rakyat.

    Pemangkasan dana dari pemerintah pusat tersebut berdampak signifikan, termasuk pada Dana Alokasi Umum (DAU) yang selama ini menjadi penopang utama pembiayaan daerah. Kondisi ini memaksa Pemkab Ponorogo melakukan penyesuaian ulang plafon anggaran agar program prioritas tetap berjalan.

    “Tentunya kami tetap jalani pemangkasan ini. Bersama DPRD kami hitung bersama lagi, mana yang prioritas didahulukan,” ujar Bupati Sugiri, Kamis (23/10/2025).

    Kang Giri—sapaan akrabnya—mengungkapkan, Pemkab akan menunda sejumlah program tersier yang tidak bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Pemerintah daerah memilih mengamankan tiga sektor vital: infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan, yang dinilai sebagai fondasi utama peningkatan kualitas hidup warga Ponorogo.

    “Program kami yakin masih bisa dijalankan, walaupun DAU juga terpangkas cukup besar,” katanya.

    Selain melakukan efisiensi pada belanja nonprioritas, Pemkab juga berupaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Upaya itu ditempuh melalui optimalisasi potensi pajak dan retribusi yang selama ini belum tergarap maksimal, serta memperketat pengawasan agar tidak terjadi kebocoran penerimaan daerah.

    Namun, Kang Giri memastikan langkah peningkatan PAD dilakukan dengan mempertimbangkan daya tahan masyarakat.

    “Tentu kami lakukan secara arif dan tidak mencekik rakyat,” tegasnya.

    Kang Giri menambahkan, pengalaman menghadapi refocusing anggaran saat pandemi Covid-19 menjadi pelajaran berharga bagi Pemkab Ponorogo. Pemerintah daerah telah terbiasa melakukan rasionalisasi fiskal tanpa mengorbankan pelayanan publik. Meski demikian, ia berharap pemerintah pusat dapat meninjau ulang kebijakan pemangkasan TKD tahun depan, mengingat masih banyak program pembangunan yang belum tuntas.

    “Kami tidak protes, tapi kami berdoa dari jauh semoga Allah dengar dan Pak Menteri juga dengar, tidak jadi dipotong,” ujarnya lirih.

    Dengan komitmen menjaga keberlanjutan program pro rakyat, Pemkab Ponorogo menunjukkan bahwa di tengah tekanan fiskal nasional, kebijakan daerah tetap berpihak pada kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. [end/beq]

  • Purbaya Beri Suntikan Rp20 Triliun untuk BPJS Disertai Warning Perbaiki Sistem Klaim

    Purbaya Beri Suntikan Rp20 Triliun untuk BPJS Disertai Warning Perbaiki Sistem Klaim

    GELORA.CO -Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa telah mengambil langkah sigap dengan mengalokasikan dana jumbo sebesar Rp 20 triliun untuk melunasi tunggakan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. 

    Ia mengatakan, anggaran tersebut sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 seperti yang pernah dijanjikan Presiden Prabowo Subianto.

    Meski telah menjamin ketersediaan dana, Purbaya berharap hal ini tidak berhenti pada penyelesaian utang saja. Ia secara tegas menuntut adanya reformasi fundamental dalam tata kelola BPJS Kesehatan agar kebocoran anggaran dapat dicegah.

    Purbaya juga menyoroti aturan-aturan lama yang dianggap tidak lagi relevan, khususnya pasca-pandemi Covid-19. Ia mencontohkan kebijakan Kementerian Kesehatan yang mewajibkan rumah sakit menyediakan 10 persen ventilator.

    “Karena rumah sakit sudah telanjur membeli, akhirnya setiap pasien diarahkan ke alat itu, yang otomatis membuat tagihan ke BPJS membengkak,” kritik Purbaya. Ia lantas meminta BPJS Kesehatan untuk mengevaluasi dan membatasi pembelian alat kesehatan yang tidak esensial. Namun, ia menekankan bahwa revisi kebijakan medis ini harus melibatkan pakar kesehatan agar kualitas layanan tetap terjaga.

    Selain tata kelola, perhatian Menkeu juga tertuju pada optimalisasi sistem Teknologi Informasi (TI) di BPJS Kesehatan. Purbaya terkejut mengetahui BPJS memiliki sekitar 200 tenaga TI.

    “Itu sudah seukuran perusahaan komputer besar. Saya instruksikan agar mereka mengintegrasikan seluruh sistem TI di Indonesia dan mulai menggunakan Artificial Intelligence (AI),” tegasnya.

    Purbaya meyakini integrasi sistem dan pemanfaatan AI akan menjadi alat deteksi dini yang sangat efektif untuk mengurai permasalahan layanan, termasuk mendeteksi klaim-klaim yang mencurigakan atau bermasalah.

    “Itu harus diinvestigasi. Dengan sistem yang baik, masalah seperti ini akan cepat terselesaikan. Saya targetkan enam bulan ke depan, sistem TI ini harus sudah berfungsi. Mereka menyatakan siap,” jelasnya. Ia berharap, jika target ini tercapai, BPJS Kesehatan akan memiliki sistem TI rumah sakit yang terbaik dan terbesar di dunia.