Mengenal Sungkem Tlompak, Tradisi Penghormatan Alam di Kaki Gunung Merbabu
Tim Redaksi
MAGELANG, KOMPAS.com –
Urat leher Alip menegang ketika suara beratnya melontarkan perintah agar tidak melupakan Tlompak, mata air di kaki
Gunung Merbabu
.
Tapi, konon, itu bukan kemauan Alip untuk berbicara.
Kondisi juru kunci belik itu sudah berbeda sebelum tradisi
Sungkem Tlompak
dimulai.
Dalam perjalanan menuju mata air, Alip mesti dipapah, bahkan digendong untuk menuruni anak tangga.
Upaya untuk menjaga kesadaran pria berusia 60-an itu dilakukan dengan menyelipkan sigaret ke mulutnya, kendati sempat diisap-embuskan, tetap saja buntu dan akhirnya lemas.
Alip langsung bertenaga penuh ketika ritual Sungkem Tlompak dimulai.
“Jangan melupakan pepunden ini. Lihat saja kalau lupa,” titahnya yang merujuk Tlompak.
Dia juga mendoakan limpahan rezeki dan keselamatan hidup bagi mereka yang menghormati Tlompak.
“Mungkin kemasukan Mbah Singo Barong,” kata Sujak (72), pemimpin upacara Sungkem Tlompak, mengenai kondisi Alip, Kamis (3/4/2025).
Singo Barong, bersama Silem Dalem dan Dewi Nawang Wulan, diceritakan menjadi sosok penunggu Tlompak yang berada di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Kondisi mata air terlindungi rimbunnya hutan di lereng Gunung Merbabu. Air mengalir ke sembilan saluran yang masing-masing dipercaya punya khasiat tersendiri.
Masyarakat setempat dan sekitar memuliakan Tlompak dengan segala mitos yang melingkupinya.
Sujak, bernama asli Parto Wiyoto, selalu didapuk memimpin prosesi Sungkem Tlompak yang dimulai dengan perjalanan dari Dusun Keditan, Desa Pogalan, Pakis. Dengan pelbagai sesaji, dia merapal doa-doa kepada Semesta.
Sungkem Tlompak adalah ziarah ke mata air yang bermula dari situasi paceklik pada zaman lampau. Tradisi ini biasa dilaksanakan setiap tanggal 5 Syawal atau hari kelima Idulfitri.
Akan tetapi, 5 Syawal 1446 H jatuh pada Jumat (4/4/2025) yang kegiatannya akan bertabrakan dengan salat jumat. Sehingga tahun ini Sungkem Tlompak dimajukan satu hari.
Sujak menuturkan, Sungkem Tlompak harus dilakukan karena merupakan ungkapan syukur kepada leluhur atas kehidupan yang masih berlangsung. “Kalau tidak dilakukan, terjadi tulah sarik (mala) lewat apa saja. Bisa rezeki sulit sampai kecelakaan,” ungkapnya.
Sungkem Tlompak pun tetap digelar sewaktu pandemi Covid-19 merebak. Hanya saja, dia bilang, warga yang berziarah dibatasi dan mesti memakai masker.
Di tengah prosesi tersebut, ditampilkan pula tari prajuritan bernama Campur Baur. Sebelum beraksi, para penari membasuh muka dan perlengkapan tari dengan air di Tlompak usai ritual.
Singgih Arif Kusnadi (36), warga Dusun Gejayan, mengatakan Sungkem Tlompak merupakan bentuk penghormatan atas alam. Bahkan, masyarakat pantang untuk menebang pohon di area Tlompak karena sejumlah mitos yang menyelubunginya.
Dampak baiknya masyarakat memiliki kesadaran untuk menanam pohon di lingkungan mata air, misalnya, berupa pohon beringin.
“Tradisi ini mempunyai spirit ekologis,” ucap Singgih, pemimpin kelompok kesenian rakyat di desanya bernama Padepokan Wargi Budoyo.
Sungkem Tlompak ditengarai berawal saat kondisi gagal panen serta susah cari makan yang dihadapi warga Dusun Keditan.
Masyarakat kemudian menghelat syukuran memohon kepada Semesta supaya jauh dari mala. Selain berdoa, mereka juga menggelar pentas kesenian untuk menolak bala.
Tidak ada sumber tertulis yang menyebut waktu persis kali pertama tradisi tersebut digelar. Menurut penuturan sesepuh, Sungkem Tlompak sudah digelar sejak masa kolonialisme Belanda.
Singgih menyatakan, bagi warga sekitar lebaran sesungguhnya saat berlangsungnya Sungkem Tlompak. Pasalnya, hal itu juga menjadi ajang bersilaturahmi.
“Sungkem Tlompak ini menjadikan Dusun Gejayan dan Keditan seperti keris dan warangka atau sebaliknya,” cetusnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: covid-19
-
/data/photo/2025/04/03/67ee5f59bdf6c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mengenal Sungkem Tlompak, Tradisi Penghormatan Alam di Kaki Gunung Merbabu Yogyakarta 3 April 2025
-

‘Biang Kerok’ di Balik Krisis Populasi China Makin Nyata
Jakarta –
Ancaman krisis populasi di China makin nyata, angka kelahiran diperkirakan menurun dari 9,54 juta pada 2024 menjadi 7,3 juta di 2025. Meski China termasuk 17,2 persen dari populasi global, jumlah kelahiran terus menyusut hingga setara dengan Nigeria, hanya menyumbang kurang dari 6 persen di dunia.
Total fertility rate (TFR) atau angka kesuburan per wanita juga diperkirakan menjadi 0,9 pada 2025, jauh dari angka ideal di 2,1.
Realitas demografi tersebut mengkhawatirkan, sehingga Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang awal bulan ini mengumumkan rencana kebijakan baru untuk meningkatkan angka kelahiran.
Jumlah pernikahan anjlok dari 13,47 juta pasangan pada 2013 menjadi 6,11 juta pada 2024, meskipun salah satunya diyakini terjadi karena pembatasan di masa COVID-19. Angka pernikahan secara keseluruhan turun dari 9,9 per 1.000 orang menjadi 4,3 selama periode yang sama, dibandingkan dengan 5,4 di Taiwan dan 6,1 di AS.
Apa Penyebabnya?
Faktor-faktor atau penyebab utamanya termasuk populasi usia subur China yang terus menurun, perubahan gaya hidup, efek dari kebijakan satu anak yang akhirnya kini tidak berlaku lagi, serta pengangguran kaum muda yang tinggi.
Rasio wanita dan pria juga dinilai berperan. Menurut sensus China pada 2020, 61 persen bayi lahir dari wanita berusia 20 hingga 30 tahun. Namun, jumlah wanita dalam kelompok ini turun dari 111 juta pada 2012 menjadi 73 juta pada 2024, dan diperkirakan akan terus menurun hingga 37 juta pada 2050. Bahkan jika tingkat kesuburan meningkat sedikit, kelahiran akan terus menurun dengan cepat.
Sementara rasio jenis kelamin biologis yang umum saat lahir adalah antara 102 dan 106 laki-laki per 100 perempuan, sensus China pada 2000 menunjukkan rasio jenis kelamin (pada anak usia 0 hingga 4 tahun) sebesar 120 secara nasional, 133 di Provinsi Jiangxi, dan 197 di Kota Wuxue, Provinsi Hubei.
Lebih Pilih Karier-Harapan Tinggi Calon Menantu
Namun, terlepas dari asimetri yang mendalam ini, masih banyak perempuan yang tersisa, karena banyak orang tua dengan anak perempuan memprioritaskan pendidikan dan kemandirian ekonominya ketimbang pernikahan, dan menaruh harapan tinggi pada calon menantu laki-laki.
Proporsi perempuan yang belum menikah berusia 25 hingga 29 tahun di China melonjak dari 9 persen pada 2000 menjadi 33 persen pada 2020 dan 43 persen pada 2023, tren ini terus meningkat.
Ketika China menerapkan kebijakan satu anak pada tahun 1980, kebijakan tersebut tidak hanya meningkatkan hambatan untuk menikah tetapi juga mempermudah perceraian, yang semakin memperburuk krisis populasi. Angka perceraian melonjak dari 0,3 per 1.000 orang pada 1980 menjadi 3,4 pada 2019.
Masa reproduksi pria dan wanita Tiongkok sangat singkat. Seorang wanita biasanya memiliki 12 persen sel telur yang tersisa pada usia 30 tahun, dan hanya 3 persen pada usia 40 tahun.
Risiko keguguran meningkat dari 10 persen untuk wanita di bawah usia 30 tahun menjadi 20 persen pada usia 35 tahun, antara 33 persen dan 40 persen pada usia 40 tahun, dan 57 persen serta 80 persen pada usia 45 tahun. Peluang untuk mengandung anak dengan down syndrome meningkat seiring bertambahnya usia ibu, meningkat dari satu 2.000 pada usia 20 tahun menjadi satu dari 350 pada usia 35 tahun, dan hingga satu dari 30 pada usia 45 tahun.
Seiring dengan penundaan usia pernikahan, minat untuk membesarkan anak juga menurun.
Itulah sebabnya sekitar dua pertiga bayi di seluruh dunia lahir dari wanita berusia 30 tahun ke bawah. Pada 2021, usia rata-rata ibu saat melahirkan anak pertama adalah 27 tahun di Amerika Serikat, 27 tahun di Meksiko, dan hanya 21 tahun di India.
Sebagai perbandingan, usia rata-rata saat melahirkan pertama bagi perempuan China telah meningkat dari 25 tahun pada tahun 2000 menjadi 28 tahun pada 2020, dengan peningkatan yang semakin cepat dalam beberapa tahun terakhir. Di Shanghai, angka tersebut meningkat dari 30 tahun pada 2019 menjadi 32 tahun pada 2024.
Lebih buruk lagi, tingkat infertilitas secara keseluruhan di China juga meningkat dari antara 1 persen dan 2 persen pada 1970-an menjadi 18 persen pada 2020. Semakin banyak orang menjadi tidak subur setelah menikah atau setelah memiliki anak pertama mereka.
Saksikan Live DetikPagi:
(naf/kna)
-

Pascagempa Dahsyat, WHO Tanggapi Kerusakan Fasilitas Kesehatan di Myanmar
JAKARTA – Gempa besar yang mengguncang Myanmar bagian tengah beberapa waktu lalu meninggalkan dampak luar biasa, tak hanya menelan ribuan korban jiwa, tetapi juga menghancurkan fasilitas-fasilitas kesehatan yang sudah terpuruk. Setelah bencana alam tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan situasi kritis yang dihadapi oleh sistem kesehatan negara tersebut.
Gempa berkekuatan 7,7 dan 6,4 skala Richter yang terjadi pada dua hari berturut-turut telah menelan lebih dari 2.148 nyawa dan menyebabkan lebih dari 3.892 orang terluka. Sebagai respon cepat, WHO segera meluncurkan upaya darurat untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana. WHO mengirimkan berbagai bantuan medis ke daerah-daerah yang paling terdampak, seperti Nay Pyi Taw, Mandalay, dan daerah-daerah di sekitarnya.
Namun, situasi yang dihadapi oleh fasilitas kesehatan di Myanmar jauh dari kata normal. Sebagian besar rumah sakit yang sudah berjuang untuk bertahan sebelum gempa kini menghadapi kesulitan lebih besar, dengan banyak fasilitas yang rusak parah akibat gempa.
“Rakyat Myanmar sedang menanggung penderitaan yang tak terbayangkan. Gempa ini hanya memperburuk penderitaan komunitas yang sudah berjuang melawan pengungsian, sistem kesehatan yang rapuh, dan akses terbatas ke layanan dasar,” ujar Dr. Thushara Fernando, Perwakilan WHO untuk Myanmar dalam pernyataannya, dikutip VOI dari laman WHO pada Rabu, 2 Maret.
Pasca gempa, WHO mencatat bahwa tiga rumah sakit telah hancur total dan 22 lainnya mengalami kerusakan parah. Ini semakin memperburuk situasi karena akses ke layanan kesehatan menjadi sangat terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau karena rusaknya jalan dan jembatan. Keadaan ini mempersulit upaya penanganan medis terhadap ribuan korban luka, yang membutuhkan perawatan trauma intensif dan mendesak.
Meskipun banyak fasilitas kesehatan yang rusak, WHO terus bergerak cepat untuk memberikan bantuan. Rumah sakit dalam keadaan darurat sudah menerima perlengkapan medis penting dari WHO, termasuk peralatan medis, perlengkapan bedah, dan tenda serbaguna yang digunakan untuk memperluas kapasitas ruang perawatan.
Meskipun bantuan telah sampai, kebutuhan yang ada masih sangat besar. Ada kekurangan dalam hal anestesi, perlengkapan transfusi darah, serta dukungan untuk kesehatan mental yang sangat dibutuhkan oleh korban dan petugas medis.
Selain itu, layanan sanitasi dan kebersihan yang terhambat meningkatkan risiko wabah penyakit, terutama kolera dan diare akut yang sudah mulai muncul di beberapa wilayah terdampak. WHO juga melaporkan air bersih dan akses ke fasilitas sanitasi sangat terbatas di banyak daerah yang terdampak gempa.
“Layanan air bersih, sanitasi, dan kebersihan terganggu dapat meningkatkan ancaman penyakit, terutama kolera dan diare akut, yang sudah ada di beberapa wilayah yang terdampak,” ujar WHO dalam laporan terbarunya.
Menurut WHO, situasi ini adalah krisis berlapis. Sebelum gempa, masyarakat di Myanmar sudah berjuang melawan dampak konflik yang berkepanjangan serta pandemi Covid-19 yang menghantam negara tersebut. Dengan sistem kesehatan yang sudah rapuh, bencana alam ini memperburuk kondisi Myanmar.
“Kami bertindak dengan urgensi untuk memberikan dukungan yang mereka butuhkan sekarang, mengingat sistem kesehatan sudah lemah dan infrastruktur yang runtuh,” imbuh Dr. Fernando.
WHO telah mengklasifikasikan keadaan ini sebagai darurat Kelas 3, yang berarti merupakan respons darurat tertinggi. Dalam situasi ini, WHO memobilisasi dukungan dari seluruh dunia untuk menangani masalah yang ada, termasuk mengirimkan lebih banyak peralatan medis, mendirikan rumah sakit lapangan, serta mempersiapkan Tim Medis Darurat Global (EMT) yang dapat langsung dikerahkan ke lapangan.
Meskipun tantangan yang ada sangat besar, WHO berkomitmen untuk terus memberikan dukungan kepada rakyat Myanmar. Selama 30 hari ke depan, prioritas WHO akan mencakup penanganan trauma dan bedah melalui tim medis mobile, memperkuat pengawasan penyakit untuk mencegah wabah, memulihkan perawatan kesehatan untuk ibu dan anak, serta penyakit kronis.
“Ini adalah perlombaan melawan waktu, bukan hanya untuk menyelamatkan nyawa hari ini, tetapi untuk melindungi sistem kesehatan yang sudah rapuh agar tidak runtuh lagi keesokan harinya.” tegas Dr. Fernando.
WHO berjanji akan terus bekerja keras, baik dalam menghadapi krisis ini maupun dalam memastikan pemulihan dan ketahanan masyarakat Myanmar ke depan.
-

Pasar Gembrong Sepi Pembeli, Gara-gara Toko Online?
Jakarta –
Sejumlah pedagang mainan di Pasar Gembrong mengaku omzetnya terkikis akibat kehadiran e-commerce atau toko online. Para pedagang bahkan terpaksa memotong keuntungannya kala pembeli membandingkan harga jual konvensional dengan toko online.
Seorang pedagang pemilik Toko Mainan Pelangi di Pasar Gembrong, Ice (30) mengaku hanya mengambil untung 10% dari modal awal penjualan mainan kala pembeli sengaja membandingkan harga. Adapun biasanya, ia mengambil untung penjualan sebesar 20% dari modal awal penjualan mainan.
Ia mengatakan, toko online kerapkali menjual mainan di bawah harga modal pegangan konvensional di Pasar Gembrong. Padahal, kata Ice, seringkali barang yang sampai tidak sesuai jika membeli mainan di toko online.
“Misal modal Rp 150.000, di online cuman Rp 140.000. Padahal barangnya beda, gambarnya sama. Jadi banyakan orang tertipunya di gambarnya,” kata Ice saat ditemui detikcom di rukonya, Pasar Gembrong, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2025).
Ice sendiri mengaku tak menjual mainannya di toko online. Pasalnya, ia khawatir ada kerusakan pada mainan yang dikirim ke pembeli.
Imbas kehadiran toko online, Ice mengaku pengunjung Pasar Gembrong terus mengalami penurunan. Ia sendiri eksis berdagang di lokasi tersebut sejak 2016 silam.
Ia berkisah, saat itu Pasar Gembrong menjadi tempat masyarakat mencari mainan anak. Setelah relokasi dan pandemi COVID-19, Ice menyebut pengunjung menurun seiring dengan banyaknya pedagang yang bangkrut.
Di hari biasa pada tahun-tahun sebelumnya, omzet Ice bisa menyentuh hingga Rp 8 juta dalam sepanjang Senin hingga Kamis. Kini, pendapatan Ice susut dalam kurun waktu yang sama menjadi Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.
“Penjualan hari biasa sepi banget. Segede ini toko kadang-kadang cuma sejuta (per hari),” jelasnya.
Ia menilai, hal ini terjadi imbas pemerintah membuka perdagangan pasar bebas. Akibat pasar bebas ini, kata Ice, banyak pedagang asing yang mencatut nama pedagang lokal untuk menjual mainan di bawah harga modal.
“Kadang kita kalau ngomong pun susah juga ke Pemerintah. Kan sebenarnya dampaknya kan dari pemerintah juga yang bikin pasar bebas,” ujar dia.
Ditemui terpisah, pemilik toko Komahkota Toys Alvi (30), tak menampik ancaman toko online terhadap penjualan di kiosnya. Menurutnya, toko online menjual jauh dari harga modal yang ia keluarkan.
“Pengaruh juga dari online juga. Pengaruh lah. Kebanting. Harganya juga lebih jauh,” jelas Alvi.
Bahkan pada momentum Lebaran 2025, Alvi mengatakan omzet penjualannya tak banyak berubah. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, omzet penjualan justru turun hampir 50%.
Alvi berkisah, pendapatannya pada Lebaran tahun lalu mencapai Rp 15 juta per hari. Sementara saat ini, ia hanya mengantongi pendapatan dari penjualan sekitar Rp 8 juta per hari.
Sementara hari di luar perayaan Lebaran, Alvi mengaku penghasilannya Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Ia mengatakan, sepinya pengunjung terjadi sejak awal tahun 2025.
“Cuma kan kita kan, namanya mengontrak (sewa ruko) ya kan, nggak bisa lah gitu menyamakan dengan online,” tutupnya.
(kil/kil)
-

Najwa Shihab Kemana? Ini 4 Kritiknya ke Pemerintah, Tak Ada soal UU TNI dan Danantara
PIKIRAN RAKYAT – Pertanyaan Najwa Shihab kemana sedang diungkap publik. Mereka mempertanyakan kemana perempuan yang sering mengkritik pemerintah tersebut di saat demo penolakan UU TNI ramai digelar sejak Ramadhan 2025, juga isu Danantara.
Biasanya Najwa kerap kali muncul ke media sosial dengan kritik tajamnya ke pemerintah terkait kinerja, korupsi, dan lainnya. Publik mempertanyakan mana kritik sang aktivis di media sosial X dan bahkan di Instagram pribadinya, @najwashihab, termasuk di unggahan terbarunya, 1 April 2025.
“Tahun ini lebih pasif,” kata akun Instagram @ymn***
“Mata Najwa ❎ mana najwa✅,” tulis akun lainnya, @azz***
“I hope u guys didn’t forget about what happened to her during peringatan darurat garuda biru. tsunami buzzer cuma serangan yg terlihat, di balik itu gatau terror macam apalagi yg menimpa. mbak nana punya keluarga dan banyak employee yg harus dijaga. doakan saja daripada menyudutkan terus, idealisme gak bisa dibeli kok,” kata akun @pou***
“Ga komen buat Danantara, UU TNI , kasus korupsi yg bejibun mba nya.. sepi bngt ini mba lohh,” ujar akun @upi***
Belum lama ini muncul foto dirinya dengan Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, saat momen Lebaran 2025. Kebersamaan mereka mengundang pertanyaan publik apakah Najwa akan gabung ke kementerian pimpinan Meutya, atau entah bagaimana.
4 kritik Najwa Shihab ke pemerintah
Berikut 4 di antara sekian banyak kritik yang diungkap Najwa selama ini:
Kursi kosong Menteri Kesehatan Terawan
Najwa pernah mewawancarai kursi kosong yang seharusnya diisi Menteri Kesehatan saat itu, Terawan Agus Putranto, pada 28 September 2020. Tujuan wawancara itu adalah mengungkap penanggulangan Covid-19 yang belum maksimal, Terawan dianggap menghilang, bahkan sampai di-reshuffle pada 23 Desember 2020.
DPR kena juga
Tak hanya Menkes Terawan, Anggota DPR juga ikut kena kritik terkait penanganan Covid-19 yang dinilai lamban. Najwa Shihab kala itu mengkritik pada 2 Mei 2020 dalam video yang diunggah di kanal YouTube.
“Kepada tuan dan puan para anggota DPR yang terhormat. Apa kabar hari ini? Sepertinya tak sebaik biasanya. Sama. Di sini pun begitu. Kita semua memang sedang diuji. Hidup memang tak selalu baik kan. Seperti kami-kami ini sepertinya tuan dan puan juga mungkin lebih banyak bekerja di rumah ya. Kalau lihat siaran sidang atau rapat terbuka di gedung DPR sih kelihatannya banyak kursi yang kosong. Eh, biasanya juga kosong kan ya,” katanya.
“Ada juga RUU lain yang masih nekat mau dibahas. Ada RUU KUHP yang tahun lalu diserbu unjuk rasa. Lalu, RUU Pemasyarakatan. Ada koruptor yang sudah ngebet pengen bebas kah? Eh, apa kabar Pak Yasonna?” ujarnya melanjutkan.
Jokowi tak ketinggalan
Najwa pernah menyebut Jokowi nebeng pesawat TNI Angkatan Udara saat setelah tidak lagi menjadi presiden. Padahal, sebelumnya beredar kabar ayah Wakil Presiden Gibran ini akan menaiki pesawat komersial setelah tidak menjadi pemimpin tertinggi Indonesia.
“Nggak jadi komersil, sekarang nebeng TNI AU,” katanya dalam siaran langsung pelantikan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran pada Minggu, 20 Oktober 2024.
Ikut suarakan Peringatan Darurat
Demo Peringatan Darurat pada Agustus 2024 dikaitkan dengan prediksi majunya Kaesang, anak Presiden Jokowi kala itu, di Pilgub Jawa Tengah atau Pilgub Jakarta meski belum berusia 30 tahun. Najwa Shihab mengkritik DPR yang justru tidak mematuhi putusan MK yang menganulir majunya Kaesang Pangarep tersebut. DPR kala itu memilih menggunakan putusan MA padahal bukan ranahnya.
“Kalau kalian melihat poster berwarna biru dengan tulisan Peringatan Darurat, ini memang darurat. Disebut darurat karena baru sekarang putusan MK langsung direspons DPR dengan membuat Undang-undang yang dikebut hanya dalam 1 hari saja. Sekali lagi, 1 hari! Putusan MK ini cukup progresif karena agak menjauh dari budaya kekuasaan kita yang hobi menyodorkan kandidat yang sangat sedikit hasil hom-pim-pa para elit. Setidaknya, memungkinkan lebih banyak orang dan lebih banyak partai untuk maju dalam Pilkada,” katanya.
“Sehingga memungkinkan Kaesang yang sudah dicalonkan sejumlah parpol bisa maju dalam kontestisasi. Niatnya juga sudah tidak baik sejak awal. DPR mau menyiasati keputusan MK yang sudah sangat jelas, mengikat, dan final, berlaku untuk semuanya,” ujarnya melanjutkan.
Buku Najwa Shihab Dibakar TikToker, Ada 4 Dampak Negatif, Indonesia Emas 2045 Sulit Dicapai
Netizen Puji Nikita Mirzani Dibanding Najwa Shihab, Imbas Komentar ‘Jokowi Nebeng’
Najwa Shihab masuk komdigi kah??? https://t.co/QHC0RkMdIf pic.twitter.com/nQUslY4aLV— Maudy Asmara (@Mdy_Asmara1701) April 1, 2025 Profil Najwa Shihab
Berikut profil singkatnya:
Nama lengkap: Najwa Shihab TTL: Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, 16 September 1977 Pekerjaan: pemeran, wartawan, pewara televisi Media sosial: @najwashihab (Instagram) Riwayat pendidikan Najwa Shihab TK Al-Quran Makassar Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan SMAN 6 Jakarta Universitas Indonesia jurusan Hukum Melbourne Law School Aktivitas Najwa Shihab Jurnalis Mata Najwa Duta Baca Indonesia 2016-2020 Pendiri media Narasi
Demikian penjelasan Najwa Shihab kemana disertai daftar 4 kritik di antara banyak hal yang disampaikannya kepada publik. Najwa sebelumnya kerap kali mengkritik pemerintah baik presiden, menteri, maupun DPR terkait kinerjanya.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News
-

Peziarah TPU Karet Bivak Menurun di H+2 Idul Fitri 1446 Hijriah – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Para peziarah yang datang ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, cenderung turun pada H+2 Idul Fitri 1446 Hijriah, jika dibandingkan hari H Idul Fitri.
Petugas Admin TPU Karet Bivak Yani yang ditemui hari ini, Rabu, 2 April 2025 menuturkan, dari hasil penghitungan pengunjung sejak pagi tadi baru sekitar 600 peziarah.
“Kita pakai metode checker yang dilakukan pamdal terhitung pengunjung Hari H Idul Fitri 7.000 peziarah, H+1 5.000 peziarah ada penurunan hari ini,” ucapnya.
Menurutnya puncak peziarah terjadi pada Senin (31/3/2025). “Iya memang mobilitas peziarah paling banyak di hari H lebaran,” paparnya.
Namun momentum ziarah di tahun ini cenderung lebih banyak dari beberapa tahun ke belakang mengingat sudah bebas dari Covid-19.
TPU Karet Bivak dibantu Dinas Perhubungan, Dinas Sosial, Polsek Tanah Abang untuk persoalan kantong parkir. Pantauan Tribunnews.com, peziarah terlihat memenuhi sejumlah blok pemakaman Islam sejak pagi.
Mereka tampak khusyuk berdoa di sisi makam keluarga. Sebagian membawa air, bunga, serta dupa sebagai bagian dari ritual ziarah.
Mayoritas peziarah mengenakan pakaian muslim. Kaum pria tampak mengenakan baju koko dan sarung, sementara perempuan memilih gamis dan kerudung.
Di luar area pemakaman, pedagang bunga dan perlengkapan ziarah berjejer di tepi jalan. Mereka menawarkan beragam bunga tabur hingga air mawar.
Para peziarah tampak silih berganti membeli kebutuhan untuk ziarah. Arus lalu lintas di sekitar TPU Karet Bivak terpantau sedikit tersendat.
Hal itu disebabkan kendaraan roda dua dan empat keluar masuk area pemakaman, menyebabkan kepadatan di bahu jalan. Sejumlah petugas keamanan dan juru parkir tampak membantu mengatur arus kendaraan agar tetap lancar.



