Kasus: covid-19

  • Boeing Iming-imingi Indonesia dengan TKDN 85% Usai Kena Getah Perang Dagang AS-China

    Boeing Iming-imingi Indonesia dengan TKDN 85% Usai Kena Getah Perang Dagang AS-China

    Bisnis.com, JAKARTA – Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China berampak buruk terhadap banyak sektor bisnis, tak terkecuali Boeing. 

    Dilansir dari Reuters, Jumat (18/4/2025), China membatalkan kesepakatan impor pesawat Boeing usai Presiden AS Donald Trump menyatakan ‘perang’ tarif impor resprokal. 

    Dikabarkan, ada empat pesawat 737 MAX baru berada di pusat penyelesaian dan pengiriman di Zhoushan, China. Di fasilitas ini, Boeing memasang interior dan mengecat pesawat sebelum diserahkan ke pelanggan di China.

    Berdasarkan data dari Flightradar24, tiga pesawat tiba pada Maret, dan satu pesawat lainnya tiba minggu lalu dari fasilitas Boeing di Seattle, .

    Namun, publikasi aviasi The Air Current pada Kamis melaporkan bahwa satu dari tiga pesawat tersebut telah ditandai untuk dikembalikan ke Amerika Serikat tanpa proses serah terima.

    Ketidakpastian terkait perubahan tarif dapat membuat banyak pengiriman pesawat tertunda. Beberapa CEO maskapai dikabarkan juga lebih memilih menunda pengiriman pesawat ketimbang membayar bea masuk.

    Boieng Incar Pasar Indonesia

    Secara historis, Boeing mengirim sekitar seperempat pesawat produksinya ke China. Namun proporsi ini telah menurun akibat ketegangan perdagangan sebelumnya, krisis keselamatan 737 MAX, dan dampak pandemi Covid-19.

    Para analis menyebutkan bahwa penghentian pengiriman ke China dalam jangka pendek tidak akan berdampak besar secara langsung terhadap Boeing karena pesawat bisa dialihkan ke maskapai lain.

    Namun, dalam jangka panjang, China tetap menjadi pasar strategis bagi Boeing. Perusahaan itu memperkirakan China akan lebih dari dua kali lipat ukuran armadanya pada 2043, dan negara tersebut diprediksi akan melampaui AS di sektor lalu lintas udara.

    Ketidakpastian mengenai pengiriman pesawat ini menambah daftar masalah bagi Boeing, yang tengah berupaya pulih secara perlahan setelah tahun yang penuh tantangan—termasuk pemogokan pekerja, peningkatan pengawasan regulasi, dan gangguan rantai pasokan yang terus berlanjut.

    Data Boeing menunjukkan masih ada 130 pesanan pesawat dari maskapai dan perusahaan leasing asal China yang belum terpenuhi, termasuk 96 unit 737 MAX. Sumber industri menyebutkan bahwa sebagian besar dari lebih dari 760 pesanan yang belum memiliki nama pembeli kemungkinan besar berasal dari China.

    Baru-baru ini, Boeing mendekati Indonesia dan menawarkan pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 85% apabila Indonesia berminat membeli jet tempur F-15EX.

    Chief Executive Officer (CEO) Boeing untuk kawasan Asia Tenggara Penny Burtt melihat pentingnya memperkuat rantai pasok lokal demi menciptakan ketahanan industri. 

    “Jika Indonesia memilih F-15EX, Boeing akan memenuhi 85% kebutuhan melalui produksi dan dukungan lokal. Kami memiliki tim yang kuat dan berdedikasi yang telah beberapa kali datang ke Indonesia dalam setahun terakhir untuk menjajaki peluang kemitraan dan investasi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (16/4/2025).

    Selain itu, Boeing juga mendorong keterlibatan perusahaan dalam negeri untuk menjadi bagian dari ekosistem F-15EX di Indonesia. Boeing juga melihat potensi yang signifikan untuk kolaborasi dalam rantai pasokan, MRO, hingga pelatihan. Sektor ini dapat mendorong transfer keterampilan, penciptaan lapangan kerja, dan mendukung ekosistem kedirgantaraan lokal yang kompetitif.

    Adapun pada Agustus 2023 lalu, Presiden Indonesia Prabowo Subianto yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI melakukan penandatanganan kerja sama dengan Boeing terkait pembelian pesawat tempur tersebut.

  • Bujuk Rayu Boeing ke Indonesia Agar Boyong Pesawat Tempur F-15 Ex

    Bujuk Rayu Boeing ke Indonesia Agar Boyong Pesawat Tempur F-15 Ex

    Bisnis.com, JAKARTA — Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) Boeing berusaha merayu Indonesia agar membeli pesawat tempur F-15EX. Salah satunya dengan menjanjikan pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 85%.

    Chief Executive Officer (CEO) Boeing untuk kawasan Asia Tenggara Penny Burtt mengatakan bahwa Boeing melihat pentingnya memperkuat rantai pasok lokal demi menciptakan ketahanan industri. Hal ini khususnya pasca pandemi Covid yang menunjukkan lemahnya ketergantungan pada rantai pasok global.

    “Jika Indonesia memilih F-15EX, Boeing akan memenuhi 85% kebutuhan melalui produksi dan dukungan lokal. Kami memiliki tim yang kuat dan berdedikasi yang telah beberapa kali datang ke Indonesia dalam setahun terakhir untuk menjajaki peluang kemitraan dan investasi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (16/4/2025).

    Selain itu, Boeing juga mendorong keterlibatan perusahaan dalam negeri untuk menjadi bagian dari ekosistem F-15EX di Indonesia. Boeing juga melihat potensi yang signifikan untuk kolaborasi dalam rantai pasokan, MRO, hingga pelatihan. Sektor ini dapat mendorong transfer keterampilan, penciptaan lapangan kerja, dan mendukung ekosistem kedirgantaraan lokal yang kompetitif.

    Adapun pada Agustus 2023 lalu, Presiden Indonesia Prabowo Subianto yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI melakukan penandatanganan kerja sama dengan Boeing terkait pembelian pesawat tempur tersebut.

    Keputusan ini menjadi pusat pembicaraan dunia karena RI menjadi negara kedua setelah Amerika Serikat (AS) yang dapat memiliki pesawat itu. Penandatangan pembelian pesawat tempur ini dilakukan di The Boeing Company, St Louis, Missouri-AS.

    Executive Director, F-15 Business Development, Boeing Defense, Space & Security, Robert Novotny, mengatakan MoU tersebut menjadi bukti komitmen kerja sama kedua belah pihak. Proses pun akan dilanjutkan dengan kontrak pembelian. 

    “Kami menandatangani nota kesepahaman bahwa kami akan bekerja sama dan menuju ke pembentukan kontrak pembelian dan saya pikir kami semakin dekat, yang mana ini merupakan hal yang menggembirakan,” katanya.

    Dia menjelaskan pesawat ini tidak memerlukan pengembangan tambaan untuk siap digunakan. Begitu mendarat di Jakarta, F-15EX siap beroperasi. Ini adalah aset jangka panjang yang bisa digunakan hingga 20.000 jam terbang atau sekitar 30 tahun.

    Proses Pembelian Masih Berjalan

    Kepala Biro Informasi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang menjelaskan proses pembelian 24 pesawat tempur F-15EX dari Amerika Serikat masih berjalan.

    “Kementerian Pertahanan sudah melakukan pengkajian dan juga sudah merekomendasikan, namun kembali lagi nanti keputusan itu ada di pemerintah pusat dan juga Kementerian Keuangan,” ujar Frega dalam webinar yang disaksikan dari Jakarta, Kamis (17/4/2025) dilansir dari Antara.

    Frega menyampaikan pernyataan tersebut untuk menjawab pertanyaan peserta webinar mengenai progres pembelian 24 pesawat tempur F-15EX asal AS, yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

    Sementara itu, dia menjelaskan bahwa proses pembelian pesawat tempur F-15EX tersebut membutuhkan waktu selama 6-7 tahun.

    Selain itu, dia menjelaskan bahwa proses pembelian berlangsung lama karena belum ada kontrak yang ditandatangani.

    “Kami belum ada keterikatan untuk membeli, dan tentunya dengan kondisi yang ada saat ini, proses masih berjalan. Walaupun kalau dilihat dari pemberitaan, itu sempat ada juga penandatangan MoU [nota kesepahaman],” ujarnya.

  • Perajin Tahu Wonosobo Waspada Dampak Kedelai Impor, Pertimbangkan Naik Harga Hingga Kecilkan Ukuran

    Perajin Tahu Wonosobo Waspada Dampak Kedelai Impor, Pertimbangkan Naik Harga Hingga Kecilkan Ukuran

    TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO – Perajin tahu di Wonosobo bersiap menaikan harga jual hingga kecilkan ukuran jika harga kedelai impor terus melambung tinggi.

     

    Salah satu perajin tahu di wilayah Kelibeber, Wonosobo, Junaidi mengaku cukup khawatir kebijakan tarif impor Amerika Serikat baru-baru ini yang kabarnya dapat mempengaruhi harga kedelai.

     

    Pasalnya produksi tahu di tempatnya sepenuhnya mengandalkan kedelai impor. Namun ia mengaku hingga saat ini produksi tahu di tempatnya masih seperti biasa belum ada dampak yang dirasakan pasca berita kebijakan baru ini.

     

    “Kalau sekarang belum begitu pengaruh, tapi entah nanti apakah ada kenaikan atau tidak, tapi semoga tidak ada,” ucapnya saat ditemui tribunjateng.com, Kamis (17/4/2025).

     

    Ia mengatakan harga kedelai belum begitu ada kenaikan yang signifikan setelah lebaran, saat ini ia dapat di harga Rp 10.000 per kilogram. Begitu juga dengan stoknya masih memenuhi jumlah produksi di tempatnya.

     

    “Harga tahu dari sini harga grosir. Satu kotak itu Rp 25.000 yang kuning, kalau yang putih Rp 45.000. Untuk produksi tahu di tempat saya bisa 2 kuintal setiap harinya,” bebernya.

     

    Junaidi mengaku terpaksa menaikan harga tahu kepada pelanggan jika sewaktu-waktu harga kedelai naik dan tidak bisa menutup biaya produksi.

    PERAJIN TAHU – Junaidi, perajin tahu di wilayah Kalibeber, Wonosobo sedang memasak tahu untuk dijual ke pelanggan, Kamis (17/4/2025). Ia bersiap naikan harga jual tahu atau kecilkan ukuran jika harga kedelai impor terus melambung tinggi. (Tribunjateng.com/Imah Masitoh )

    “Kalau nanti berdampak ya terpaksa saya hubungi pelanggan ada kenaikan harga. Tapi kalau ada kenaikan dan saya belum bisa menaikkan harga sama penjual, ya saya hanya bisa mengurangi ukuran tahu saja,” terangnya.

     

    Ia berharap harga kedelai impor tetap stabil agar produksi tahu di tempatnya yang telah berdiri kurang lebih 27 tahun ini tetap berproduksi.

     

    Meskipun alternatif lain penggunaan kedelai lokal bisa dilakukan namun ia menilai dari segi kualitas dan jumlah masih memenuhi kedelai impor.

     

    “Alhamdulillah masih bisa bertahan sampai sekarang, dulu pas krisis 1998 pernah mau berhenti produksi, termasuk pas covid beberapa tahun lalu. Semoga masa-masa itu tidak terulang kembali,” harapnya. (ima)

  • Properti Investasi Paling ‘Seksi’ di Tengah Gonjang-ganjing Ekonomi

    Properti Investasi Paling ‘Seksi’ di Tengah Gonjang-ganjing Ekonomi

    Jakarta, Beritasatu.com – Sektor properti disebut menjadi salah satu tujuan investasi yang paling menjanjikan di tengah adanya kondisi perekonomian yang dipenuhi ketidakpastian.

    Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Clement Francis mengungkapkan, hal tersebut telah terbukti pada periode-periode dengan kondisi perekonomian di Indonesia mengalami pelemahan.

    Sebagai contoh, saat perekonomian nasional tengah mengalami penurunan saat pandemi Covid-19 dan konsumsi masyarakat anjlok, beberapa orang menjual aset propertinya dengan harga yang relatif rendah pada tahun 2021. Dengan demikian, hal tersebut merupakan momen yang tepat.

    Terbukti, ketika situasi ekonomi membaik, harga properti kembali normal, bahkan mengalami peningkatan. Di saat itu lah, keuntungan mulai terlihat bagi para pelaku yang berkecimpung di dunia properti.

    Clement melanjutkan, saat ini kondisi ekonomi di Indonesia juga tengah menghadapi ketidakpastian imbas adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, sehingga dapat dikatakan bahwa momen tersebut merupakan hal yang tepat.

    Hal ini diungkapkan Clement dalam Forum Group Discussion bertajuk Meracik Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tarif Trumph, di kantor B-Universe, PIK 2, Tangerang, Banten, Kamis (17/4/2025).

    “Kalau kita lihat dengan adanya ketidakpastian ekonomi global, tentang pajak, perang dagang AS-China, properti masih menjadi instrumen yang seksi untuk investasi,” ungkapnya.

    Mengingat prospek investasi properti sangat menjanjikan dalam kurun waktu jangka panjang, Clement mengingatkan agar para calon investor berhati-hati.

    Faktor yang perlu diperhatikan adalah, bagaimana para calon investor sebelum masuk ke sektor properti harus pandai dalam mengatur keuangan pribadinya.

    Lantaran, investasi di sektor properti memerlukan modal yang cukup besar. Jangan sampai, para calon investor ini memaksakan kesanggupan kas keuangannya.

    “Namun, untuk investasi ini harus berhati-hati. Kita harus mengatur cashflow, jangan sampai berinvestasi long term tetapi mengganggu cashflow kita. Namun, kalau ada ekstra uang, ini waktunya untuk membeli,” beber Clement.

    Terkait untuk jenis properti yang paling potensial bagi para calon investor, menurut Clement adalah rumah tapak dan properti untuk kebutuhan komersial, seperti ruko. Adapun, lokasi yang masih menjanjikan dan tinggi peminatnya adalah kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.

    Mengingat, wilayah tersebut merupakan kawasan pusat perekonomian, layaknya kota-kota besar lainnya.

    “Jenis properti yang bagus saat ini adalah rumah. Dan juga properti komersial yang bisa menghasilkan uang, karena bisa disewakan, dan long term bisa bagus,” pungkasnya. 

  • Permainan Tarif Impor Trump Bikin Warga China Khawatir Dihantam PHK  – Halaman all

    Permainan Tarif Impor Trump Bikin Warga China Khawatir Dihantam PHK  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Tarif impor yang diterapkan Presiden AS Donald Trump sebesar 245 persen telah memicu kekhawatiran besar di kalangan rumah tangga China selaku negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.

    Adapun kekhawatiran yang dimaksud mencakup risiko kehilangan pekerjaan, stagnasi pendapatan, hingga kerugian investasi, menurut laporan Bloomberg.

    Dalam survei yang dilakukan perbankan keuangan Morgan Stanley terhadap 2.034 responden dari kota-kota tingkat 1 hingga 4 di China selama 8–11 April, sebanyak 44 persen responden China menyatakan ketakutan mereka akan adanya PHK massal, buntut eskalasi perang dagang antara Beijing dan Washington.

    Angka ini menjadi yang tertinggi sejak survei diluncurkan pada 2020. Dimana sebelumnya hanya ada 39 persen responden yang khawatir akan menganggur akibat tarif AS di tahun sebelumnya.

    Lebih lanjut, sebanyak 40 persen responden menyatakan kekhawatiran terhadap pemotongan gaji, sementara ekspektasi kenaikan pendapatan dalam 12 bulan ke depan hanya sebesar 5,7 persen, turun 50 basis poin dibanding survei terakhir pada Desember lalu.

    Tak hanya itu, survei Morgan Stanley juga mengungkapkan bahwa ekspektasi belanja konsumen China melemah ke titik terendah sejak negara tirai bambu itu membuka kembali perekonomiannya pasca-Covid.

    Dalam catatan tim analis yang dipimpin oleh Lillian Lou dan Robin Xing, hanya 23 persen responden yang mengaku berencana meningkatkan pengeluaran pada kuartal berikutnya, turun 8 poin persentase dibanding tiga bulan sebelumnya.

    Tarif Trump Jadi Biang Kerok

    Kekhawatiran ini diungkap masyarakat China tepat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump  mengumumkan tarif resiprokal atau tarif timbal balik pada Rabu, 2 April 2025. Dalam kesempatan itu  AS mengenakan tarif timbal balik terhadap produk Cina sebesar 34 persen. 

    Selang dua hari, tepatnya 4 April Komite Tarif Dewan Negara China turut menerapkan tarif 34 persen atas produk-produk asal AS. Tindakan tersebut dilakukan sebagai balasan dari penerapan bea masuk resiprokal Donald Trump.

    Menanggapi hal itu, pada 7 April 2025, Trump mengancam akan mengenakan bea masuk tambahan sebesar 50 persen pada barang-barang impor dari China, jika negara tersebut tidak mencabut tarif sebesar 34 persen.

    Namun hal tersebut tak membuat China gentar, Xi Jinping justru China menaikkan tarif tambahan menjadi 84 persen pada Rabu, 9 April 2025.

    Ketegangan yang semakin berlanjut akhirnya mendorong AS untuk menjatuhkan tarif 245 persen ke China. Sementara China memberlakukan tarif sebesar 125 persen terhadap AS.

    Merespon perang dagang yang dilakukan AS, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian menegaskan bahwa negaranya tak pernah takut dengan ancaman perang dagang yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    “Tiongkok tidak akan peduli jika Amerika Serikat terus memainkan permainan angka tarif,” Tegas Lin Jian, Kamis (17/4/2025).

    “China tidak ingin berperang dagang dengan AS, tetapi sama sekali tidak takut jika AS bersikeras memprovokasi,” imbuhnya.

    Kendati demikian dampak dari kebijakan tersebut dapat memicu PHK massal, kerugian investasi, dan ketidakpastian ekonomi yang lebih luas.  Hal itu yang kemudian mendorong kekhawatiran masyarakat China terutama pelaku UMKM.

    Adalah Lionel Xu, seorang pengusaha UMKM di sela-sela pameran Canton Fair di Guangzhou, China yang terdampak perang dagang Trump.

    Ia menuturkan bahwa kenaikan tarif impor yang diberlakukan Trump telah membuat bisnisnya menurun. Dulu, perangkat pengusir nyamuk yang diproduksi perusahaannya, Sorbo Technology laris manis di toko-toko Walmart di Amerika Serikat.

    Akan tetapi sekarang tumpukan alat-alat pembasmi nyamuk Sorbo teronggok di gudang perusahaan di Zhejiang.

    “Kami kewalahan. Ini sangat berat bagi kami,” keluh Xu.

    Xu bukan satu-satunya yang merasakan pahitnya perang ekonomi ini. perempuan bernama Amy tengah bertugas menjual mesin pembuat es krim untuk Guangdong Sailing Trade Company juga mengeluhkan dampak perang dagang China vs AS.

    Menurutnya tarif impor yang tinggi membuat harga barang-barang itu menjadi terlalu tinggi bagi mayoritas perusahaan AS, alhasil mereka membebankan biaya tersebut kepada pelanggan. Kenaikan harga inilah yang membuat daya beli masyarakat menurun dan perusahaan kehilangan pelanggan.

     

  • Bisnis Properti Masih Menjanjikan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Bisnis Properti Masih Menjanjikan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Tangerang, Beritasatu.com – Investasi bisnis di sektor properti masih menjadi salah satu pilihan oleh sejumlah kalangan. Terlebih situasi perekonomian di Indonesia tengah menghadapi tantangan, imbas adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

    Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Clement Francis mengungkapkan, di tengah situasi ekonomi apapun, baik saat keterpurukan imbas pandemi Covid-19 hingga adanya perang dagang di tingkat global, bisnis properti masih menjadi daya tarik masyarakat. Khususnya masyarakat di tingkat menengah dan menengah atas.

    Hal ini diungkapkan Clement dalam Forum Group Discussion bertajuk Meracik Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tarif Trumph, di kantor B-Universe, PIK 2, Tangerang, Banten, Kamis (17/4/2025).

    “Dengan ketidakpastian daripada ekonomi global, kami Arebi melihat investasi properti itu masih menjadi daya tarik yang kuat bagi masyarakat,” ungkap Clement terkait bisnis properti.

    “Especially buat yang kelas menengah, atas, di kawasan-kawasan penunjang daripada kota besar. Itu masih menjadi salah satu daya tarik,” sambungnya.

    Ia mencontohkan, terdapat laporan dari salah satu pengembang properti yang bisnisnya berada di kawasan Tangerang Selatan, Banten, di mana bisnisnya masih meraup nilai penjualan yang cukup besar.

    Bayangkan saja, dalam kurun waktu 3 bulan ke belakang, pengembang tersebut dapat meraup angka penjualan hingga Rp 700 miliar, khusus properti tipe residensial.

    Barusan sebelum saya diminta sebagai narasumber, saya ketemu dengan salah satu developer di daerah Tangerang Selatan. Tiga bulan terakhir mereka bisa menjual residential saja, itu Rp 700 miliar. Dan bulan lalu, khusus residential saja, ini satu developer karena di Tangsel itu banyak sekali developer besar, itu mereka bisa membutuhkan 350 miliar.

    Hal tersebut membuktikan, tren bisnis atau pun investasi di sektor properti masih tergolong menjanjikan.

    Terdapat pula faktor lain yang menandakan prospek bisnis properti cerah. Yakni angka populasi di Indonesia khususnya di kota-kota besar meningkat, yang tentunya mendorong permintaan jenis properti residensial.

    “Artinya, investasi pada bisnis properti ini masih menjadi daya tarik yang bagus. Dengan gonjang-ganjing ekonomi global, yang pasti investor pun juga ada berhati-hati di dalam berinvestasi,” pungkasnya. 

  • Negara Anggota WHO Rampungkan Perjanjian Atasi Pandemi Masa Depan

    Negara Anggota WHO Rampungkan Perjanjian Atasi Pandemi Masa Depan

    Jenewa

    Setelah tiga tahun bernegosiasi, pada Rabu (16/4), 194 negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyelesaikan draf perjanjian bersejarah untuk menangani pandemi di masa depan.

    Draf perjanjian ini kemudian akan diajukan kepada World Health Assembly atau Majelis Kesehatan Dunia – untuk proses pengambilan keputusan di bulan Mei 2025.

    Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan selesainya draf perjanjian tersebut menunjukkan, “multilateralisme masih hidup dan dapat terus berjalan”, dan bahwa di dunia yang kian terpolarisasi ini, negara-negara masih dapat bekerja sama untuk mencari kesamaan, dan bersama-sama menanggapi ancaman besar.”

    Apa saja yang ada di dalam rancangan perjanjian pandemi WHO?

    Perjanjian Pandemi memetakan langkah-langkah untuk mencegah pandemi dan meningkatkan kolaborasi global, merujuk situasi kaos saat wabah COVID-19 melanda.

    Salah satu poin yang diperdebatkan selama negosiasi adalah Pasal 11, yang berkaitan dengan transfer teknologi medis ke negara-negara berkembang.

    Selama pandemi Covid-19 negara-negara berkembang menuduh negara-negara kaya menimbun vaksin dan alat tes. Negara-negara yang memiliki industri farmasi besar, menentang keras gagasan atas kewajiban transfer teknologi.

    Perjanjian yang rampung di hari Rabu(16/5) ini menyerukan, agar transfer teknologi diberi insentif melalui peraturan, kesepakatan lisensi, dan dukungan pembiayaan yang menguntungkan. Perjanjian juga turut menekankan bahwa kompromi dalam transfer teknologi ini haruslah didasarkan pada “kesepakatan bersama”.

    Menghormati kedaulatan negara

    Masing-masing negara memiliki kedaulatan penuh dalam menangani masalah kesehatan di wilayahnya. Hal ini kembali ditegaskan dalam draf perjanjian tersebut, setelah menyebarnya rentetan disinformasi yang mengklaim bahwa WHO akan mencampuri kedaulatan negara dengan pemberlakuan karantina wilayah dan mandat vaksin.

    Dalam draf tersebut turut disebutkan bahwa “tidak ada satu pun poin dalam draf perjanjian ini yang dapat ditafsirkan sebagai pemberian wewenang kepada WHO untuk mengarahkan, memerintahkan, mengubah, atau menetapkan hukum atau kebijakan nasional, atau memberikan mandat kepada negara-negara angora WHO untuk mengambil tindakan tertentu, seperti melarang atau menerima wisatawan, memberlakukan mandat vaksinasi atau tindakan kuratif atau diagnostik atau menerapkan karantina wilayah.”

    Perjanjian ini hanya akan mengikat bagi negara-negara yang memilih untuk meratifikasinya.

    “Pada saat multilateralisme terancam, negara-negara anggota WHO bersatu untuk mengalahkan ancaman pandemi berikutnya dengan satu-satunya cara yang mungkin: dengan bekerja sama,” kata mantan perdana menteri Selandia Baru Helen Clark, salah satu ketua Panel Independen WHO untuk Kesiagaan dan Respons Pandemi.

    Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Sorta Lidia Caroline

    Editor: Agus Setiawan

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jual Ginjal, Mengungkap Jaringan Perdagangan Organ Global – Halaman all

    Jual Ginjal, Mengungkap Jaringan Perdagangan Organ Global – Halaman all

    Amon Kipruto Mely, 20, berpikir bahwa dengan menjual ginjalnya, ia akan memulai hidup baru yang lebih baik. Kehidupannya di sebuah desa di Kenya bagian barat sangat sulit, apalagi setelah pandemi COVID. Ia kesulitan mendapatkan penghasilan tetap, bergonta-ganti pekerjaan, dari dealer mobil, lokasi konstruksi, dan tempat lainnya.

    Lalu suatu hari, seorang teman memberi tahu tentang cara cepat dan mudah untuk mendapatkan 6.000 dolar Amerika Serikat atau setara sekitar Rp100 juta.

    “Katanya, kalau jual ginjal, saya akan untung,” ujar Amon. Kedengarannya menggiurkan, tetapi semua itu berujung eksploitasi, keputusasaan, dan penyesalan.

    Laporan ini adalah hasil investigasi kolaboratif selama berbulan-bulan oleh media Jerman Der Spiegel, ZDF, dan DW, yang menelusuri jejak penjual dan pembeli organ.

    Media tersebut menganalisis sejumlah dokumen, berbicara dengan para whistleblower dari dunia medis, dan mengungkap bagaimana jaringan internasional, mulai dari rumah sakit di Kenya hingga lembaga bayangan, mencari calon penerima organ dari Jerman.

    Jaringan ini diduga mengeksploitasi orang-orang yang rentan: Yang muda, sangat membutuhkan uang, dan yang tua, sangat membutuhkan organ untuk tetap hidup.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Setelah percakapan tersebut, Amon Kipruto Mely diperkenalkan kepada seorang perantara yang mengatur transportasi ke Rumah Sakit Mediheal di Kota Eldoret, Kenya bagian barat. Di sana, ia mengatakan, diterima oleh dokter yang kemudian menyerahkan dokumen dalam bahasa Inggris, bahasa yang tidak ia pahami.

    Sindikat penjual ginjal incar kaum muda miskin

    Amon mengaku tidak diberi tahu tentang risiko kesehatan apa pun dari tindakan itu. “Mereka tidak menjelaskan apa pun kepada saya. Orang yang membawa saya menunjuk orang-orang di sekitar kami dan berkata: Lihat, mereka semua pendonor, dan mereka bahkan langsung kembali bekerja.”

    Setelah operasi, dia hanya diberi uang $4.000, bukannya $6.000 seperti yang dijanjikan. Dari uang itu, dia membeli telepon seluler dan sebuah mobil yang dengan cepat rusak. Tak lama kemudian, kesehatannya memburuk. Dia menjadi sering pusing dan lemah, lalu pingsan.

    Ketika dibawa ke rumah sakit, ibunya, Leah Metto, terkejut dan baru mengetahui putranya telah menjual ginjal. “Mereka mengambil keuntungan lewat anak-anak muda seperti Amon,” katanya.

    Amon ternyata bukan korban satu-satunya. Willis Okumu, peneliti kejahatan terorganisasi yang berbasis di Nairobi di Institute of Security Studies in Africa, berbicara dengan beberapa pemuda yang juga mengatakan telah menjual ginjal mereka di Kota Oyugis, 180 kilometer di barat daya Eldoret. “Faktanya, ini adalah kejahatan terorganisasi,” ujar Willis Okumu.

    Ia memperkirakan di Oyugis saja sekitar 100 orang pemuda telah menjual ginjal mereka. Banyak di antaranya kemudian menderita masalah kesehatan, serta depresi dan trauma psikologis.

    Rantai eksploitasi: donor ginjal jadi perekrut

    DW berbicara kepada empat pemuda di Oyugis yang mengatakan telah menjual ginjal dengan harga hanya $2.000 atau sekitar Rp33,6 juta. Mereka menceritakan bahwa, setelah operasi di Rumah Sakit Mediheal di Eldoret, mereka diminta merekrut donor baru dengan komisi masing-masing sebesar $400 (Rp6,7 juta).

    “Ada area abu-abu dalam hukum yang dieksploitasi oleh sindikat ini,” jelas Okumu. “Tidak ada hukum yang melarang Anda untuk menyumbangkan ginjal demi uang dan Anda tidak dapat dituntut atas hal itu,” katanya, mengacu pada informasi yang ia terima dari unit kejahatan terorganisasi transnasional di kepolisian Kenya.

    Namun yang diizinkan menurut hukum Kenya adalah donasi organ kepada kerabat atau untuk alasan altruistik.

    Berbicara kepada DW secara anonim, mantan karyawan Rumah Sakit Mediheal mengungkapkan, jual beli organ transplantasi sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

    Awalnya, penerima berasal dari Somalia dan donor dari Kenya. Namun kemudian, pada tahun 2022, penerima mulai datang dari Israel dan, sejak tahun 2024, dari Jerman. Untuk mereka, para donor pun diterbangkan dari negara-negara seperti Azerbaijan, Kazakhstan, atau Pakistan.

    Sumber tersebut lebih lanjut mengatakan, para donor diminta menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa mereka adalah kerabat dari penerima yang tidak pernah mereka temui, dan menyetujui pengangkatan ginjal tanpa diberi tahu tentang potensi risiko kesehatan, sementara beberapa dari mereka bahkan belum cukup umur. “Karena kendala bahasa, mereka hanya menandatangani,” kata mantan karyawan tersebut.

    Sindikat mencari pasien dari Jerman, Israel

    Sejak meningkatnya jumlah penerima organ dari Jerman dan Israel, bisnis pun berkembang pesat. Setiap penerima organ diberitakan berani membayar hingga $200.000 untuk sebuah ginjal.

    Mantan karyawan rumah sakit tersebut mengatakan kepada DW, sebuah badan bernama MedLead bertugas untuk mendapatkan donor dan penerima dari berbagai negara.

    Di situs webnya, MedLead mengklaim menyediakan donasi ginjal dalam waktu 30 hari yang “sesuai dengan undang-undang donasi organ” dan bahwa para donor dijanjikan akan “100% altruistik.”

    Di laman Facebook-nya, terdapat video testimoni orang-orang yang berterima kasih kepada MedLead atas bantuannya dalam mendapatkan ginjal baru di Eldoret, Kenya.

    Video terbaru di situs tersebut memperlihatkan Sabine Fischer-Kugler, perempuan berusia 57 tahun dari Gunzenhausen, Jerman, yang telah menderita penyakit ginjal selama 40 tahun.

    Setelah ginjal pengganti pertama berhenti berfungsi, ia sangat ingin mencari ginjal kedua. Namun, daftar tunggu untuk mendapatkan ginjal baru di Jerman panjang; bisa memakan waktu delapan hingga sepuluh tahun.

    Sabine Fischer-Kugler mengatakan hanya bertemu sebentar dengan pendonornya, seorang pria berusia 24 tahun dari Azerbaijan. Kontraknya menyatakan bahwa pendonor tersebut tidak dibayar, meskipun Fischer-Kugler mengatakan bahwa dia membayar antara $100.000 dan $200.000 kepada MedLead.

    “Mungkin saya agak egois karena saya menginginkan ginjal ini, dan yang terpenting, kontraknya tampak baik-baik saja. Namun, jelas. Operasinya tidak sebersih yang terlihat.”

    Berdasarkan hukum Jerman, membayar untuk memperoleh organ adalah ilegal, dan pelanggarnya dapat menghadapi hukuman penjara hingga lima tahun.

    Pria di balik MedLead adalah warga negara Israel bernama Robert Shpolanski. Menurut dakwaan tahun 2016 oleh Pengadilan Magistrat Tel Aviv, ia dituduh melakukan “sejumlah besar transplantasi ginjal ilegal” di Sri Lanka, Turki, Filipina, dan Thailand, bersama seorang pria bernama Boris Wolfman yang diduga memimpin jaringan kriminal. Wolfman juga dituduh terlibat dalam kegiatan transplantasi ilegal di tempat lain.

    “Agak mencurigakan, seharusnya tidak bayar”

    Shpolanski membantah adanya hubungan dengan Wolfman. Dalam email kepada Der Spiegel, ZDF, dan DW, MedLead menyatakan tidak terlibat dalam mencari donor, bahwa semua donor bersifat 100% altruistik, dan bahwa MedLead beroperasi secara transparan dan sepenuhnya mematuhi hukum sejak didirikan.

    Tim investigasi menyamar di Eka Hotel di Eldoret, hanya satu kilometer dari Rumah Sakit Mediheal, untuk berbicara dengan pasien asing yang tengah menunggu transplantasi. Beberapa tampak lemah, dan ditemani anggota keluarga mereka.

    Seorang perempuan dari Rusia, yang sedang menunggu operasi ginjal untuk suaminya, berkata, “Tidak ada yang mau memberikan ginjal secara cuma-cuma.”

    Sementara seorang pria dari Israel berusia 72 tahun yang menjalani dialisis di rumah sakit Mediheal mengatakan: “Ini agak mencurigakan. Anda tidak seharusnya membayar tetapi harus membayar,” katanya.

    Kembali di Nairobi, Dr. Jonathan Wala, kepala Asosiasi Ginjal Kenya, telah merawat beberapa pasien yang kembali dengan komplikasi pascaoperasi. “Kami mendapat laporan dari pasien Israel yang kembali dengan infeksi parah, beberapa dengan ginjal yang pada dasarnya sudah mati.”

    Sementara itu, Amon dan para pendonor lainnya masih terus bertahan hidup hanya dengan satu ginjal. Kesehatan mereka terganggu dan harapan mereka hancur. “Jika saya bisa kembali ke masa lalu, saya tidak akan mau ginjal saya diangkat. Saya membenci diri saya sendiri karenanya.”

  • Penuturan Pengusaha UMKM China Terdampak Tarif Trump: Kami Kewalahan

    Penuturan Pengusaha UMKM China Terdampak Tarif Trump: Kami Kewalahan

    Beijing

    “Trump itu orang gila,” ujar Lionel Xu, seorang pengusaha UMKM di sela-sela pameran Canton Fair di Guangzhou, China.

    Di belakang Xu, terlihat kotak-kotak berisi perangkat pengusir nyamuk yang diproduksi perusahaannya, Sorbo Technology.

    Dulu, produk-produk Xu laris manis di toko-toko Walmart di Amerika Serikat.

    Sekarang, tumpukan alat-alat pembasmi nyamuk Sorbo teronggok di gudang perusahaan di Zhejiang.

    Situasi ini tidak akan berubah kecuali Presiden Donald Trump mencabut tarif 145% pada semua barang buatan China yang hendak masuk ke AS,

    “Kami kewalahan. Ini sangat berat bagi kami,” keluh Xu.

    Sekitar separuh dari seluruh produk buatan Sorbo Technology memang dijual ke AS. Perusahaan ini tergolong kecil untuk standar China dengan sekitar 400 pegawai.

    “Kami khawatir. Bagaimana kalau Trump tidak berubah kiran? Itu akan menjadi hal yang berbahaya bagi pabrik kami,” imbuhnya.

    Tidak jauh dari gerai Xu, perempuan bernama Amy tengah bertugas menjual mesin pembuat es krim untuk Guangdong Sailing Trade Company.

    Pembeli utamanya, termasuk Walmart, juga berasal dari AS.

    “Kami sudah menghentikan produksi,” ujar Amy. “Semua produk ada di gudang.”

    Kisah serupa terdengar hampir di setiap stan di pameran besar itu.

    Ketika BBC berbicara dengan Xu, pengusaha itu sedang bersiap-siap mengajak beberapa pembeli asal Australia makan siang.

    Calon-calon pembeli datang mencari harga miring dan berharap bisa menekan harga.

    “Kita lihat saja nanti,” ujar Xu tentang tarif Trump. Dia yakin Trump mengubah posisinya.

    “Mungkin situasinya akan membaik dalam satu atau dua bulan,” tambah Xu, sambil menyilangkan jari.

    “Mudah-mudahan…”

    Minggu lalu, Trump menunda sebagian besar tarif setelah pasar saham global anjlok dan terjadi penjualan besar-besaran di pasar obligasi AS.

    Namun, Trump mempertahankan pungutan impor ke barang-barang China.

    Beijing merespons ini dengan memberlakukan pungutan 125% pada impor AS.

    Hal ini membingungkan para pedagang dari lebih dari 30.000 perusahaan yang datang ke pameran Guangzhou ini.

    Baca juga:

    Setiap tahun, banyak perusahaan memamerkan produk mereka di aula-aula pameran seluas 200 lapangan sepak bola.

    Di bagian peralatan rumah tangga, berbagai produk ditampilkan mulai dari mesin cuci hingga pengering pakaian, sikat gigi elektrik hingga pemeras jus dan pembuat wafel.

    Pembeli datang dari seluruh dunia untuk melihat produk secara langsung dan membuat kesepakatan dagang.

    Namun, tarif Trump melambungkan harga mesin pengaduk makanan atau penyedot debu dari China.

    Saking tingginya, harga barang-barang itu menjadi terlalu tinggi bagi mayoritas perusahaan AS untuk membebankan biaya tersebut kepada pelanggan.

    Dua raksasa ekonomi terbesar di dunia menemui jalan buntu.

    Alih-alih masuk ke rumah tangga di AS, barang-barang buatan China kian menumpuk di lantai-lantai pabrik.

    Dampak perang dagang ini kemungkinan besar akan terasa di dapur dan ruang keluarga di seluruh AS yang kini harus membeli barang-barang tersebut dengan harga lebih tinggi.

    China bersikukuh dengan sikapnya dan bersumpah untuk melawan perang dagang ini “sampai akhir.”

    Baca juga:

    Nada serupa juga diungkapkan oleh beberapa peserta pameran.

    Hy Vian, yang sedang mencari oven listrik untuk perusahaannya, menampik dampak tarif Trump.

    “Jika mereka tidak ingin kami mengekspor, ya, biarkan saja mereka menunggu. Kami sudah memiliki pasar domestik di China, kami akan memberikan produk terbaik kepada rakyat kami terlebih dahulu.”

    China memang memiliki populasi yang besar: 1,4 miliar jiwa. Di atas kertas, negara Asia Timur itu punya pasar domestik yang kuat.

    Para pembuat kebijakan China juga telah berupaya mendorong pertumbuhan lebih lanjut dalam ekonomi yang lesu dengan mengimbau konsumen untuk berbelanja.

    Namun, upaya ini belum berhasil.

    Sebagian besar masyarakat kelas menengah di China telah menginvestasikan tabungan mereka untuk membeli rumah keluarga.

    Namun, dalam empat tahun terakhir, harga properti merosot tajam dan membuat dan membuat mereka lebih memilih menabung ketimbang berbelanja.

    Dibandingkan negara lain, China barangkali berada dalam posisi yang lebih baik untuk menghadapi gejolak perekonomian global.

    Akan tetapi, pada kenyataan ekonomi China tetap saja didorong ekspor.

    Tahun lalu, ekspor menyumbang sekitar setengah dari pertumbuhan ekonomi China.

    China juga masih menjadi pabrik dunia.

    Goldman Sachs memperkirakan sekitar 10 hingga 20 juta orang di China mungkin bekerja secara spesifik untuk ekspor barang ke AS.

    Sebagian pekerja tersebut sudah merasakan dampaknya.

    Tidak jauh dari Canton Fair, berjubel pabrik kecil di Guangdong yang membuat pakaian, sepatu, dan tas.

    Ini adalah pusat manufaktur untuk perusahaan seperti Shein dan Temu.

    Setiap gedung menampung beberapa pabrik di berbagai lantai. Di sini, para pekerja bekerja keras selama 14 jam sehari.

    Baca juga:

    Di trotoar dekat sejumlah pabrik sepatu, beberapa pekerja tampak berjongkok sambil berbincang dan merokok.

    “Keadaan sedang tidak baik,” ujar seorang pekerja yang enggan menyebutkan namanya. Temannya mendesaknya untuk berhenti bicara.

    Membahas kesulitan ekonomi merupakan isu sensitif di China.

    “Kami mengalami masalah sejak pandemi Covid, dan sekarang ada perang dagang ini. Dulu saya dibayar 300-400 yuan (sekitar Rp 690 ribu – Rp 920 ribu) per hari. Sekarang? Bisa mendapat 100 yuan (sekitar Rp 230 ribu) sehari saja sudah bagus.”

    Pekerja itu mengatakan sulit mencari pekerjaan belakangan ini.

    Pekerja lainnya mengatakan kepada BBC bahwa penghasilan mereka hanya cukup untuk menjalani hidup sederhana.

    Sebagian orang di China bangga akan produk mereka. Namun, sebagian lainnya merasakan dampak negatif kenaikan tarif dan bertanya-tanya bagaimana krisis ini akan berakhir.

    China menghadapi prospek kehilangan mitra dagang yang membeli barang senilai lebih dari US$ 400 miliar (sekitar Rp 6,7 kuadriliun) setiap tahun.

    Di sisi lain, dampaknya juga akan dirasakan di AS. Para ekonom sudah memperingatkan kemungkinan AS menuju resesi akibat perang dagang ini.

    Segala ketidakpastian ini diperparah dengan sikap Trump yang dikenal dengan gaya konfrontatifnya.

    Dia terus menekan Beijing sementara China tidak gentar.

    Namun, Beijing menyatakan tidak akan menambah tarif 125% yang saat ini berlaku untuk barang-barang AS.

    China bisa saja membalas dengan cara lain. Namun, ini setidaknya memberikan sedikit ruang bernapas bagi kedua negara.

    Dilaporkan bahwa komunikasi antara Washington dan Beijing sangat minim. Kedua pihak tampaknya belum bersedia untuk kembali ke meja perundingan dalam waktu dekat.

    Kepada BBC, beberapa perusahaan di Canton Fair memanfaatkan waktu pameran untuk mencari peluang pasar baru.

    Amy berharap mesin pembuat es krimnya akan mendapat rumah baru.

    “Kami berharap bisa membuka pasar Eropa yang baru. Mungkin Arab Saudi, dan tentu saja Rusia,” katanya.

    Pengusaha lainnya yakin masih ada potensi keuntungan di pasar domestik.

    Mei Kunyan, 40 tahun, mengatakan perusahaan sepatunya yang memperoleh sekitar 10.000 yuan (sekitar Rp 23 juta) per bulan di perusahaan sepatunya dengan menjual kepada pelanggan China.

    Banyak produsen sepatu besar telah pindah ke Vietnam karena biaya tenaga kerja di negara itu lebih murah.

    Mei Kunyan juga menyadari sesuatu yang kini mulai disadari oleh para pelaku bisnis di sekitarnya: “Orang Amerika terlalu rumit.”

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Negara-negara Anggota WHO Sepakati Perjanjian Penanganan Pandemi di Masa Depan

    Negara-negara Anggota WHO Sepakati Perjanjian Penanganan Pandemi di Masa Depan

    Jakarta

    Negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai kesepakatan penting terkait perjanjian penanganan pandemi di masa mendatang. Perjanjian ini ditandatangani pada Rabu (16/4/2025).

    Ini adalah kedua kalinya dalam 75 tahun sejarah WHO bahwa negara-negara anggota mencapai kesepakatan yang mengikat, terakhir adalah kesepakatan pengendalian tembakau pada tahun 2003.

    Perjanjian tersebut, yang masih menunggu adopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia pada bulan Mei dan ratifikasi oleh para anggota, membahas ketidakadilan struktural tentang bagaimana obat atau vaksin dan alat kesehatan dikembangkan.

    “Setelah lebih dari tiga tahun negosiasi intensif, negara-negara anggota WHO mengambil langkah maju yang besar dalam upaya untuk membuat dunia lebih aman dari pandemi,” kata badan kesehatan itu dalam sebuah pernyataan.

    Apa isi rancangan perjanjian pandemi WHO?

    Dikutip dari DW, WHO Pandemic Agreement atau Perjanjian Pandemi menetapkan pedoman tentang bagaimana komunitas internasional dapat menghadapi krisis kesehatan global berikutnya. Salah satu poin yang diperdebatkan selama negosiasi adalah membahas tentang transfer teknologi medis ke negara-negara berkembang.

    Selama pandemi COVID-19, negara-negara berkembang menuduh negara-negara kaya menimbun vaksin dan tes. Negara-negara dengan industri farmasi besar menentang keras gagasan transfer teknologi wajib.

    Perjanjian ini menyerukan agar transfer teknologi diberi insentif melalui peraturan, perjanjian lisensi, dan kondisi pembiayaan yang menguntungkan. Namun, perjanjian itu mencakup kompromi bahwa setiap transfer harus “disepakati bersama”.

    Draft tersebut juga mengusulkan langkah-langkah seperti membangun akses patogen dan sistem pembagian manfaat. Perjanjian itu juga mencakup “pendekatan One Health” untuk pencegahan pandemi dan pembentukan rantai pasokan global serta jaringan logistik.

    (kna/kna)