Kasus: covid-19

  • Banyak Wanita AS Ogah Punya Bayi, Rerata Usia Wanita Hamil Juga Makin Tua

    Banyak Wanita AS Ogah Punya Bayi, Rerata Usia Wanita Hamil Juga Makin Tua

    Jakarta

    Makin banyak wanita di Amerika Serikat (AS) yang enggan punya bayi. Sekitar 3,6 juta bayi lahir tercatat di AS pada 2024 menurut laporan baru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS.

    Tingkat kesuburan tahun lalu, 54,6 kelahiran untuk setiap 1.000 perempuan usia reproduksi, hanya meningkat kurang dari satu persen dari rekor terendah pada 2023, jauh di bawah dari tahun-tahun sebelumnya.

    Dikutip dari CNN, angka kesuburan AS mengalami tren penurunan selama beberapa dekade, dengan penurunan yang sangat tajam setelah resesi hebat pada 2008. Sempat terjadi peningkatan pada 2021 yang diduga berkaitan dengan COVID-19 saat banyak aktivitas harus dilakukan di rumah, tetapi tingkat tersebut dengan cepat kembali ke pola penurunan yang lebih konsisten.

    Para ahli mengatakan pergerakan tingkat kesuburan dari tahun ke tahun cenderung bertahap dan perubahan satu tahun, seperti peningkatan kecil tahun ini, tidak menunjukkan adanya pergeseran dalam tren jangka panjang.

    Data sementara terbaru, yang diterbitkan Pusat Statistik Kesehatan Nasional CDC, pada Rabu juga menunjukkan wanita saat ini memiliki anak di usia yang lebih tua. Berusia awal 30-an pada 2024, dengan lebih dari 95 kelahiran untuk setiap 1.000 wanita berusia 30 hingga 34 tahun.

    Sementara itu, kelahiran remaja dan kelahiran di antara wanita berusia awal 20-an menurun ke rekor terendah tahun lalu, laporan tersebut menunjukkan ada kurang dari 13 kelahiran untuk setiap 1.000 gadis remaja, turun 3 persen dari 2023. Tingkat kelahiran untuk wanita berusia 20 hingga 24 tahun, sekitar 56 kelahiran untuk setiap 1.000 wanita, hanya sedikit di atas wanita berusia akhir 30-an.

    Peningkatan kecil dalam angka kelahiran tahun lalu, sekitar 27.000 lebih banyak daripada 2023, didorong angka kelahiran yang lebih tinggi di kalangan perempuan Asia dan Hispanik, sementara angka tersebut menurun di kalangan perempuan Kulit Hitam, Kulit Putih, dan Indian Amerika.

    Inikah Pemicunya?

    Para ahli mengatakan ada banyak alasan mengapa perempuan mungkin menunda untuk memiliki anak atau tidak memiliki anak sama sekali, dengan keputusan yang dibentuk oleh keadaan sosial ekonomi, serta pengalaman masyarakat yang lebih luas dengan kesehatan reproduksi.

    AS menghadapi krisis perawatan kesehatan ibu, dengan lebih dari sepertiga wilayah negara tersebut tidak mendapatkan perawatan kesehatan ibu dan angka kematian ibu sangat tinggi, terutama di kalangan perempuan kulit hitam. Penelitian juga menunjukkan larangan aborsi di AS memperburuk kesenjangan kesehatan yang ada karena kelahiran meningkat pada populasi berisiko tinggi dan angka kematian bayi meningkat secara tidak proporsional.

    Di tengah kemerosotan angka kelahiran, muncul peningkatan retorika pronatalis oleh beberapa pejabat di sekitar Presiden Trump, tetapi mereka yang mendorong angka kelahiran yang lebih tinggi di AS belum menyusun rencana yang jelas tentang cara mendukung perempuan, bayi, dan keluarga.

    Elon Musk, yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, mengatakan angka kelahiran yang rendah membuatnya terjaga di malam hari.

    “Umat manusia sedang sekarat,” katanya kepada Fox News bulan lalu.

    Wakil Presiden JD Vance mendukung aktivis antiaborsi pada pawai March for Life pada bulan Januari, beberapa hari setelah dilantik, dan menjelaskan tujuannya.

    “Masyarakat kita telah gagal mengenali kewajiban yang dimiliki satu generasi terhadap generasi lain sebagai bagian inti dari kehidupan bermasyarakat,” katanya.

    “Jadi, izinkan saya katakan dengan sangat sederhana, saya ingin lebih banyak bayi di Amerika Serikat.”

    Menteri Perhubungan Sean Duffy mengirim memo pada bulan Maret yang menjanjikan lebih banyak dana ke tempat-tempat dengan angka kelahiran yang lebih tinggi.

    Pada 2023, Trump mengatakan bahwa ia menginginkan ‘ledakan kelahiran’ di AS. Selama kampanye presiden 2024, ia menyebut dirinya sebagai ‘bapak IVF’, dan ia menandatangani perintah eksekutif pada bulan Februari untuk mengembangkan rekomendasi kebijakan guna memperluas akses dan keterjangkauan fertilisasi in vitro.

    Namun, program federal yang berfokus pada kesehatan reproduksi telah mengalami pukulan berat karena departemen Musk memimpin perubahan besar-besaran dalam pemerintahan federal.

    Dua pertiga dari divisi kesehatan reproduksi CDC telah dipotong. Program yang berfokus pada pengawasan aborsi, pedoman kontrasepsi, pengawasan IVF, penilaian risiko kehamilan, dan lainnya termasuk di antara program yang kehilangan seluruh tim, tanpa ada rencana untuk mempertahankannya.

    (naf/naf)

  • Mertua Kejutkan Menantu yang Wisuda di UGM dengan Kesenian Ledhek Gogik

    Mertua Kejutkan Menantu yang Wisuda di UGM dengan Kesenian Ledhek Gogik

    Liputan6.com, Yogyakarta Pensiunan guru SMA dan MTsN dari Pandean, Umbulharjo, Yogyakarta Budi Prasojo (68) menghadiri wisuda menantunya Sarly Puspita Ariesta yang berhasil meraih gelar doktor di bidang Subspesialis Geriatri di Grha Sabha Pramana UGM Rabu 23 April 2025 dengan cara yang berbeda. Budi yang mengenakan kesenian ledhek gogik dengan pakaian tradisional ala prajurit Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan boneka unik yang digendong di depan tubuhnya.

    Budi mengaku sudah bernazar menggunakan pakaian ledhek gogik kalau menantunya berhasil meraih gelar doktor. Boneka yang digendongnya pun dihias khusus dengan mengenakan surjan biru bermotif bunga, blangkon, dua samir UGM, dan sebuah cetak foto sederhana di dada boneka tersebut yang menampilkan gambar diri anak mantunya beserta keluarga kecilnya. Ledhek Gogik merupakan kesenian tradisional yang hampir punah. “Waktu anak saya (Suami Sarly) lulus S-3 saat pandemi COVID-19, saya tidak sempat memakainya. Sekarang, nazar itu saya penuhi untuk menantu saya,” ucapnya bangga.

    Ledhek Gogik berasal dari kata “ledhek” yang berarti penari, dan “gogik” yang merujuk pada tiwul kering, makanan pokok masyarakat era 1960-an saat dirundung kelaparan. Kesenian Ledhek Gogik ini menggambarkan perjuangan rakyat dalam mencari sesuap nasi tiwul aking yang direbus ulang dengan kelapa yang kemudian dijadikan tarian hiburan sebagai bagian dari seni pertunjukan. “Saya ingin memperkenalkan kembali kesenian lama ini kepada masyarakat. Tarian ini juga bisa mengikuti irama apa saja,” ujar Budi.

    Budi menjelaskan jika saat ini cuma sedikit saja yang masih melestarikan Ledhek Gogik, termasuk dirinya yang tergabung dalam Komunitas Desa Wisata Pandean, Kota Yogyakarta. Tidak berselang, oleh petugas wisuda mengajak Budi menuju lantai dua dan duduk di belakang panggung wisuda lalu sang menantu diajak menemui ayah mertuanya.

    Selain mendukung menantu, Budi mengaku kehadirannya di acara wisuda UGM juga sebagai upaya melestarikan budaya dan tradisi yang hampir terlupakan. Semangatnya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tidak melupakan akar budayanya. “Bekerja yang baik, berkeluarga yang baik, berwarga negara yang baik,” pesan Pak Budi terhadap anak menantunya tersebut.

    Sarly mengaku terkejut melihat ayah mertuanya datang dengan pakaian kesenian Ledhek Gogik. Namun Sarly berterima kasih kepada ayah mertuanya atas dukungan penuh dari keluarga dan suaminya yang juga meraih gelar S-3 Elektro di UGM. “Bapak memang budayawan. Beliau menyayangi saya seperti bapak saya sendiri,” tuturnya penuh haru.

  • Mertua Wisudawan UGM Curi Perhatian dengan Kostum Ledhek Gogik

    Mertua Wisudawan UGM Curi Perhatian dengan Kostum Ledhek Gogik

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Suasana khidmat prosesi wisuda pascasarjana periode III tahun akademik 2024/2025 di Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (23/4/2025), mendadak semarak ketika seorang pria paruh baya dengan kostum tradisional ledhek gogik yang mencolok hadir di antara para tamu.

    Pria tersebut adalah Budi Prasojo (68), pensiunan guru SMA dan MTsN asal Pandean, Umbulharjo, Yogyakarta.

    Ia hadir sebagai ayah mertua dari dr Sarly Puspita Ariesta, Sp.PD-KGer, wisudawan yang baru meraih gelar doktor di bidang subspesialis geriatri.

    Yang mencuri perhatian, Budi mengenakan kostum ledhek gogik, kesenian rakyat yang kini hampir punah. Kostum itu lengkap dengan boneka unik berpakaian surjan biru dan blangkon yang digendong di depan tubuhnya.

    Budi menjelaskan, aksinya ini adalah bentuk pemenuhan nazar.  “Waktu anak saya (suami Sarly) lulus S-3 saat pandemi Covid-19, saya tidak sempat memakainya. Sekarang, nazar itu saya penuhi untuk menantu saya,” ucapnya bangga.

    Boneka yang dibawanya juga dihias khusus dengan foto keluarga Sarly, memperkuat kesan personal dan haru dalam penampilannya. Aksi tersebut sempat mengundang perhatian petugas wisuda yang kemudian memintanya duduk di area belakang panggung.

    Ledhek gogik merupakan kesenian yang lahir dari masa paceklik pada 1960-an, yang menggabungkan tari dan unsur humor rakyat.

    “Saya ingin memperkenalkan kembali kesenian lama ini kepada masyarakat. Tarian ini juga bisa mengikuti irama apa saja,” ujar Budi.

    Budi mengaku aktif dalam pelestarian budaya melalui Komunitas Desa Wisata Pandean, meski kini hanya sedikit orang yang masih memainkan ledhek gogik.

    Sarly, yang sempat terkejut melihat kehadiran ayah mertuanya, menyampaikan rasa haru dan terima kasih. “Bapak memang budayawan. Beliau menyayangi saya seperti bapak saya sendiri,” tuturnya.

    Tak hanya memberi kejutan, kehadiran Budi juga menyampaikan pesan penting tentang pentingnya melestarikan budaya lokal dan menjadi inspirasi bagi generasi muda. “Bekerja yang baik, berkeluarga yang baik, berwarga negara yang baik,” pesan Budi kepada sang menantu.

    Budi Prasojo, pensiunan guru SMA dan MTsN asal Pandean, Umbulharjo, Yogyakarta, mengenakan kostum ledhek gogik saat wisuda UGM. 

  • Asita Desak Kemenhub Buka Penerbangan Internasional di Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang

    Asita Desak Kemenhub Buka Penerbangan Internasional di Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang

    TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG – Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) Jateng desak Kementerian Perhubungan membuka kembali jalur penerbangan internasional di Bandara Jenderal Ahmad Yani.

    Ketua DPD Asita Jateng, Alex Gunarto sebut bahwa dibukanya penerbangan internasional di Bandara Jenderal Ahmad Yani dapat menekan biaya wisatawan Mancanegara yang akan berkunjung ke Jawa Tengah.

    Selain juga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah.

    “Kami ingin penerbangan Singapura dan Malaysia dapat dibuka kembali seperti sebelum covid 19,” tuturnya saat pelaksanaan Rakerda dan Halal Bihalal, Rabu (23/4/2025).

    Dia mencontohkan, dibukanya  penerbangan dari Singapura tidak menutup kemungkinan wisatawan mancanegara yang datang ke Jawa Tengah tidak hanya dari Asia Tenggara.

    Terlebih bandara Singapura merupakan Hub.

    “Dimungkinkan wisatawan dari luar Asia Tenggara juga bisa berkunjung ke Jawa Tengah,” imbuhnya.

    Pada Rakerda itu pihaknya menginginkan adanya kesolidan anggota. Hal itu bertujuan untuk meningkat promosi wisata.

    “Dari sisi promosi dampaknya kemana-mana dan akan mendapat cuan,” tuturnya.

    Sementara itu, Kabid Pemasaran Disporapar Jateng, Endro Wicaksana menuturkan sejak tahun 2024 hingga tahun 2025 jumlah wisatawan mancanegara yang tiba di Jawa Tengah tercatat sekitar 500 ribu wisman. 

    Pihaknya berharap  Bandara Jenderal Ahmad Yani dapat dibuka kembali penerbangan internasional  agar dapat mempermudah wisman berkunjung ke Jawa Tengah.

    “Ini bisa memudahkan wisman berkunjung ke Jawa Tengah. Terlebih dari Singapura,” imbuhnya.(rtp)

     

     

  • Mimpi Buat Mantan Istri Putuskan Cerai dari Bill Gates

    Mimpi Buat Mantan Istri Putuskan Cerai dari Bill Gates

    Jakarta, CNBC Indonesia – Melinda French mengungkapkan alasan mengapa dirinya mantap menceraikan suaminya yang juga pendiri Microsoft Bill Gates. Menurutnya ini karena sebuah mimpi buruk yang didapatkan sebelum berpisah.

    Dalam sebuah wawancara, dia mengatakan beberapa mimpi menjadi perhatiannya. Salah satunya mimpi saat dia dan keluarganya, termasuk Bill Gates berada di sebuah tebing.

    “Mantan suami saya Bill dan anak-anak berada di tepi tebing, namun bagian tebing tempat saya runtuh. Dan saya terjatuh dalam lubang dan mereka masih ada di tepi tebing bersama-sama dan aman,” kata dia dikutip dari Huff Post, Rabu (23/4/2025).

    Mimpi itu membuatnya yakin tak perlu khawatir dengan keadaan anak-anaknya. Namun, saat terbangun Melinda yakin dirinya harus berpisah dengan Bill.

    “Namun saya tahu saat terbangun, ‘oh ini artinya saya harus berpisah dan melakukan hal lain’. Saya harus memahami ini dan akan sendirian memahaminya,” ucap Melinda.

    Kemudian Melinda meminta cerai pada 2021. Keputusan itu mengagetkan banyak pihak karena keduanya dikenal sebagai pasangan harmonis setelah menikah selama 27 tahun.

    Keduanya memiliki tiga anak bersama yakni Jennifer, Rory, dan Phoebe. Dalam beberapa kesempatan, keduanya pernah buka suara melewati perpisahan yang sangat menyedihkan.

    Gates mengatakan menyesali perceraiannya dengan Melinda. Bahkan sangat menyedihkan bagi keduanya selama dua tahun usai berpisah.

    “Anda harus menempatkannya pada urutan teratas. Ada yang lain, namun tidak ada yang lebih penting. Perceraian menyedihkan bagi saya dan Melinda setidaknya dalam dua tahun,” jelas Gates kepada Times.

    Melinda juga pernah mengatakan perceraian dengan Gates sangat menyedihkan. Namun karena berbarengan dengan pandemi Covid-19, membuatnya bisa melakukan apapun yang perlu dilakukan.

    “Ini adalah sesuatu yang menyakitkan. Pada akhirnya, saya mulai perjalanan healing dan rasanya saya sudah mulai move on. Saya sudah membuka lembaran baru. Ini tahun 2022 dan saya bersemangat menyambut kehidupan yang akan datang,” lanjut Melinda.

    (dem/dem)

  • Abimanyu Presto: Bisnis Olahan Bandeng yang Lahir dari Air Mata Anak TK

    Abimanyu Presto: Bisnis Olahan Bandeng yang Lahir dari Air Mata Anak TK

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – “Kalau Mama terus kerja, aku nggak mau sekolah,” kalimat itu meluncur dari mulut anak TK yang sedang rewel, ringan tapi tajam dan membuat seorang ibu terus kepikiran.

    Saat itu, Yuli Hastuti (44) bekerja di pabrik garmen di Semarang. Hidupnya dikunci dalam ritme kerja dari pagi hingga petang, rumah menjadi tempat singgah, bukan tempat tinggal. 

    Uang ada, tapi kehadiran tiada, kalimat anaknya, yang baru duduk di TK waktu itu, mengguncang pikirnya.

    Hal itu yang membuat Yuli Hastuti mulai berfikir dan menimbang untuk mencoba keluar dari pabrik garmen. Yuli Hastuti biasa memperoleh penghasilan dari kerjaannya, hal itu yang membuat dia maju-mundur untuk keluar atau tetap bekerja.

    “Dahulunya pekerja garmen, kalau keluar kerja saya bingung karena biasanya pegang uang. Tapi anak saya bilang aku ga mau sekolah kalau mama ga mau di rumah,” kenangnya pada kejadian di tahun 2017-an itu.

    Dari situ, ibu dua anak itu menata ulang hidup. Melakukan persiapan sebelum keluar dari pabrik garmen, disitu dia mengingat ayahnya yang bekerja pada pengolahan pabrik bandeng presto.

    Ayahnya yang di bagian produksi mengingat aroma tajam dari dapur pengukusan ikan, serta beragam menu olahan dari bandeng presto. 

    Diskusi panjang dia lakukan bersama ayahnya, Yuli mencoba membuat satu menu simpel terlebih dahulu, yakni galantin bandeng: daging bandeng dibumbui, dibentuk bulat pipih seperti steak. 

    Dia coba bikin sendiri, sekadar uji coba. Enam kilo pertama dia bagikan ke teman-teman, secara gratis. Seminggu kemudian, mereka datang lagi. Bukan untuk meminta, tapi untuk memesan. 

    Dari situ, Yuli mulai memusatkan perhatiannya pada usaha kecilnya. Perlahan, dia meyakinkan diri bahwa segalanya akan baik-baik saja ketika meninggalkan pekerjaannya di pabrik garmen pada 2018 bukanlah keputusan yang salah.

    “Setelah mulai ada pesanan, saya mulai berani untuk keluar (pabrik garmen). Semakin lama banyak yang minat, terus ada yang pesan otak-otak bandeng dan bandeng presto, dulu saya belum buat tapi saya coba terima pesanannya,” jelas ibu dua anak itu.

    Secara perlahan pengusaha bandeng itu mengubah sudut kecil rumahnya menjadi dapur produksi. 

    Tak ada kompor gas industri atau oven stainless besar. Yang ada hanya kompor dua tungku di pojok dapur, meja kayu tua yang diberi alas plastik, dan panci presto berkapasitas 6 liter yang dia beli dari tabungannya.

    Semua dikerjakan manual. Bandeng dia olah sendiri mulai mengupas durinya, dicampur telur dan rempah-rempah rahasia, lalu dibentuk menjadi galantin atau otak-otak. Tanpa kelapa dan tanpa pengawet. 

    Belajar Dari Gagal, Bertumbuh Dari Pesanan

    Untuk Bandeng presto dia masak dengan sistem sterilisasi sederhana. Dia belajar dari video daring, pelatihan dari Rumah BUMN, dan coba-coba yang tak terhitung.

    “Pernah gagal total. Bandeng saya hancur semua karena salah tekan. Tapi saya belajar. Saya simpan uang sedikit-sedikit buat beli alat baru,” katanya.

    Dari dapur mungil di gang sempit yang tiap hari digetarkan deru kereta, lahirlah Abimanyu Presto, sebuah nama yang Yuli sematkan dari lingkungan yang menempanya. Tempat bising dan sempit itu, justru jadi ruang lahirnya harapan.

    Pada awal 2019, Yuli menitipkan produknya di warung-warung belanja sekitar rumah. Tapi tak ada yang membeli, padahal untuk produk yang dijual tergolong lebih murah daripada harga saat ini. 

    “Banyak yang kembali, saya dahulu bertanya-tanya padahal lebih murah, ternyata bukan pasar saya. Saya sadar waktu coba jual melalui media sosial, dengan harga yang sedikit lebih mahal malah laku keras,” ujarnya.

    Puncak kenaikan Abimanyu Presto terjadi pada 2020, saat pandemi COVID-19 melanda. Di tengah keterbatasan gerak dan ketidakpastian ekonomi, bahkan sang suami sempat dirumahkan tanpa upah, justru pesanan mulai berdatangan. 

    Bagi Yuli, masa krisis itu berubah menjadi momentum untuk bangkit. Memanfaatkan fasilitas media sosial, dirinya mulai melebarkan sayapnya.

    “Pas itu saya banyak yang pesan, justru lewat media sosial. Pesanannya banyak kebanyakan kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya,” ujarnya.

    Rasa yang jujur tak perlu banyak iklan. Dari dapur mungil Yuli, testimoni lahir dari mulut-mulut yang puas.

    Seperti indah yang mengaku menyetok di rumahnya sebagai menu ataupun bekal sarapan keluarganya.

    “Bandeng prestonya empuk banget, sampai ke tulangnya. Saya biasa beli buat stok di rumah , masaknya juga gampang karena tahan lama dan praktis,” ujar Indah, pelanggan asal Semarang Barat yang datang ke Abimanyu Presto, beralamat di Jalan Abimanyu V No 25 D Pindrikan Lor Kecamatan Semarang Utara.

    Indah mengaku terkadang ketika berkunjung ke tempat sanak saudaranya yang diluar Kota Semarang, Produk Abimanyu Presto menjadi pilihan tepat sebagai buah tangan.

    Berkembang Bersama Rumah Kreatif BUMN BRI

    Di tahun 2023, Yuli Hastuti mulai bergabung ke Rumah Kreatif BUMN BRI. Disitu banyak manfaat dan fasilitas yang didapatkan oleh Yuli Hastuti untuk melebarkan penjualannya.

    Mulai dari pelatihan pembuatan konten media sosial, promosi, hingga pembukuan semua dirancang agar pelaku UMKM seperti Yuli bisa menjalankan bisnisnya dengan lebih mudah dan terarah.

    Selain itu, Yuli Hastuti juga lebih banyak mengikuti kesempatan untuk berkembang melalui bazar atau pameran yang dia ikuti, setelah bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN BRI.

    Dari situ, produk-produknya selain dikirim di pulau Jawa juga dikirim ke berbagai kota di beragam pulau Indonesia, seperti Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan Papua. Bahkan pernah dibawa reseller ke Singapura. 

    “Bandengnya tahan enam hari di suhu ruang, dan hingga tiga bulan di freezer,” ujarnya.

    “Biasanya reseller saya bawa ke luar kota pakai cargo. Kalau lokal, orang pesannya via GoFood dan GrabFood,” tambahnya.

    Yuli mempekerjakan dua karyawan. Ia punya tujuh reseller aktif. Produksi bandeng mencapai 150–200 kilogram per bulan, dan melonjak saat Lebaran. Saat mengikuti Bazaar ataupun pameran, stan kecilnya tak pernah sepi dari pengunjung.

    Untuk produk yang Yuli jual, mulai dari bandeng presto dengan kemasan satu dus isi dua dari harga Rp50.000 hingga Rp70.000 tergantung besar kecilnya.

    Untuk otak-otak bandeng satunya Rp35ribu, tahu bakso udang dan lumpia Rp20ribu isi lima.

    Di usia 44 tahun, Yuli telah membuktikan bahwa dapur sempit pun bisa menjadi ruang revolusi. Bahwa dari tekanan ekonomi, dari tangisan anak, dan dari aroma bandeng, bisa lahir keteguhan yang menyuapi bukan hanya perut, tapi juga martabat.

    Kini, anaknya tak lagi menolak sekolah.

    Ibunya, sudah ada di rumah. Tapi lebih dari itu ibunya kini juga pengusaha pengolah bandeng.

    Terpisah, Koordinator Rumah Kreatif BUMN BRI Semarang, Endang Sulistiawati menjelaskan bahwa BRI hadir untuk membantu pelaku UMKM dan membimbing ataupun mendampingi sebagai wujud komitmen BRI.

    Saat ini sekitar 3.000 pelaku UMKM telah dinaungi oleh Rumah Kreatif BUMN BRI Semarang. Beragam fasilitas tentunya bisa diakses, agar pelaku UMKM bisa berkembang dan tidak stak.

    Selain itu, pihaknya terus berkomitmen dalam membuat komunitas yang sehat dalam membantu perkembangan UMKM, untuk saling tukar pikiran ataupun ilmu.

    Bantuan itu untuk mewujudkan agar UMKM bisa lebih go modern, go online, go digital, bahkan go global, dengan tujuan untuk membantu para pelaku usaha agar tidak stak dan bisa terus berkembang.

    “Tentu para UMKM, juga mendapat beragam fasilitas yang diberikan rumah BUMN meliputi pelatihan gratis, modul gratis, dan pendampingan,” katanya.

    “Termasuk juga memfasilitasi bazaar, untuk memperkenalkan produk UMKM dan fasilitas penunjang lainnya seperti bantuan legalitas,” tambahnya. (Rad)

  • Perjanjian Pandemi WHO, Dapatkah Capaian Global Menggapai Tatanan Lokal? – Halaman all

    Perjanjian Pandemi WHO, Dapatkah Capaian Global Menggapai Tatanan Lokal? – Halaman all

    Ditengah polarisasi dunia, Perjanjian Pandemi WHO ini menjadi harapan hidupnya multilateralisme, menunjukkan bahwa 194 negara-negara anggotanya masih dapat bekerja sama menghadapi tantangan global dengan lebih terorganisir.

    Hal penting yang dibahas dalam perjanjian tersebut terkait pencegahan dan pengawasan pandemi, pendekatan one health, transfer teknologi, serta akses pembagian data patogen yang disertai sistem pembagian manfaat.

    Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc., Ph.D., adalah Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia yang juga merupakan salah satu delegator perundingan Perjanjian Penanganan Pandemi WHO. Sosok yang terjun langsung dalam penanganan COVID-19 di Indonesia ditunjuk sebagai juru bicara pemerintah hingga memimpin tim pakar satgas Covid-19. Kepada DW Indonesia, Prof Wiku membagikan pandangannya.

    Bagaimana respon Prof. Wiku terkait draf perjanjian pandemi WHO yang baru saja rampung tersebut?

    Perjanjian pandemi WHO ini penting, pencapaian besar dunia global, meski implementasinya masih akan menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Untuk mendetilkan operasional perjanjian ini, menuangkannya dalam annex (lampiran) perjanjian tersebut, butuh waktu lama.

    Berdasarkan pengalaman Prof. dalam penanganan COVID-19 di Indonesia, apa saja tantangan implementasi perjanjian ini di Indonesia?

    ‘Nyawa’ perjanjian ini utamanya di pasal 4 – Pandemic prevention and surveillance (pencegahan pandemi dan pengawasan), pasal 5 – One Health Approach to Pandemic Prevention, preparedness and response (pendekatan one health untuk pencegahan pandemi, kesiapan, dan respon), serta pasal 12 – WHO Pathogen Access and Benefit-Sharing System – PABS System (akses patogen dan sistem pembagian manfaat WHO).

    Pada saat melakukan (implementasi) ketiga pasal inti tersebut, sektor yang terlibat tidak hanya sektor kesehatan masyarakat, tapi juga sektor kesehatan hewan dan lingkungan.

    Patogen sebenarnya zoonosis atau berasal dari hewan, dan surveillance (pengawasan) tidak hanya dilakukan oleh kementerian sektor kesehatan masyarakat, tapi juga melibatkan sektor peternakan, dan kesehatan hewan yang berada di bawah komando kementerian pertanian, pembagian sektor ini bisa berbeda-beda di tiap negara.

    Lantas bagaimana melakukan surveillance dan meminta data pada representasi negara di WHO, namun tidak melibatkan kementerian pertanian, kementerian kehutanan mereka? Kementrian pertanian dan kehutanan sebenarnya sudah memiliki kesepakatan tersendiri, contohnya Protokol Nagoya yang dihasilkan dari Convention on Biological Diversity. Protokol Nagoya ini adalah kerangka acuan akses sumber daya genetik dan pembagian manfaat.

    Harmonisasi antar lembaga PBB seperti WHO dengan FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) dan WOAH (Organisasi Kesehatan Hewan Dunia) penting sekali untuk implementasi perjanjian ini, tapi belum dilakukan dengan baik oleh WHO. Perjanjian ini tidak hanya soal kesehatan manusia tapi juga melibatkan sektor lain seperti kesehatan hewan dan lingkungan.

    Harmonisasi ini di level negara anggota WHO pun banyak tantangannya – bagaimana teknis penerapan data sharing di lapangan dan tata kelolanya. Distrik, sub distrik negara-negara di seluruh dunia ini jumlahnya jutaan tapi belum terkoneksi dengan komitmen global.

    Ada ‘jurang’ yang begitu besar antara global, regional, dan lokal. Yang paling penting sebenarnya adalah sektor lokal yang harusnya terharmonisasi atau terhubung dulu.

    Perjanjian Pandemi WHO ini masih jauh dari implementasi yang efektif di seluruh dunia.

    Mungkin di level international, WHO atau WOAH (Organisasi Kesehatan Hewan Dunia) mereka sepakat. Tapi kalau di level lokal tidak sepakat itu tidak akan jalan.

    Bisa Prof. jelaskan lebih detil terkait kesulitan implementasi perjanjian ini di ranah lokal?

    Butuh waktu lama untuk menjadikan perjanjian ini disepakati tiap negara – karena tiap negara itu tata kelolanya berbeda-beda.
    Di ranah global ada WHO, di ranah nasional ada kemenkes, di ranah provinsi ada dinas kesehatan provinsi, di kabupaten namanya sama dinas kesehatan kabupaten/kota. Namun jika kita bicara FAO (Food Agriculture Organisation) dan WOAH (World Organisation for Animal Health) secara global, di ranah nasional namanya menjadi Kementerian Pangan dan Kementerian Pertanian.

    Di Kementerian Pertanian terdapat direktorat jendral peternakan dan kesehatan hewan dan jika direktorat ini diturunkan ke 38 provinsi di Indonesia, dinasnya di provinsi menjadi bervariasi. Dinas peternakan dan kesehatan hewan bukan bagian dari dinas kesehatan, tetapi bagian dinas pertanian dan kelautan, atau bisa juga dinas perkebunan dan kesehatan hewan. 11 Provinsi saja sudah bervariasi dinasnya. Variasi ini berdampak pada ranah kewenangan.

    Kalau di 514 kabupaten kota di seluruh indonesia ada 59 variasi dinas yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan. Bagaimana WHO, FAO, dan WOAH bisa terkoneksi dengan baik ke tingkat distrik lokal ini dan memastikan pengawasan berjalan sama? Juga bagaimana mereka sepakat dengan protokol yang sama?

    Realitanya, sektor di level lokal tidak terkoneksi dan tidak ada koneksi yang baik (ada koneksi tapi tidak baik) antara pusat dengan daerah, hal ini terjadi di seluruh dunia.

    Sebagai contoh, di NTT saya menangani kasus Rabies, dari gigitan anjing dan puluhan manusia jadi korbannya. Tapi penanganan kasus ini terpisah-pisah antar sektor. Sulit penanganannya jika tidak ada kesatuan data. Ini tidak sekedar vaksin hewan lantas selesai. Kita perlu data lengkapnya, berapa jumlah hewan yang terjangkit virus, berapa jumlah hewan yang telah divaksinasi, berapa jumlah manusia yang digigit dan terjangkit virus ini. Dengan data yang komprehensif jadi kita bisa meredam penyebaran virus ini.

    Sebenarnya bisa kita mengusahakan sistem one health (keterkaitan kesehatan manusia-hewan, dan lingkungan) dalam satu database. saya telah mencoba menghubungkan sektor terkait di NTT dan setelah sebulan, akhirnya terbentuklah kesatuan data yang tiap harinya bisa diperbarui tiap oleh tiap sektor terkait disana.

    Adakah cara atau metode untuk membantu data sharing ini di ranah lokal?

    Bukan soal metode, yang penting adalah willingness to share (keinginan untuk berbagi). Pendekatan One Health disini berarti terkoneksi- adanya kesatuan lintas sektor. Pendekatan One health ini umurnya baru berapa tahun, sedangkan sektor-sektor ini telah berjalan puluhan tahun.
    Para petugas di ranah lokal, tidak memiliki kewajiban untuk sharing data. Belum ada aturan yang mengharuskan hal tersebut. Adanya desentralisasi membuat sektor lokal membagikan data hanya ke top level of governance, yang dalam hal ini kementerian dalam negeri, belum secara lintas sektor. Aturannya harus diperbaiki.

    Kemenkes dan WHO sendiri belum membahas isu politik and governance pada level lokal dalam perundingannya, padahal jika dibicarakan di forum negosiasi mungkin akan ditemukan jalan keluar, sehingga data sharing dapat dilakukan. Jika tidak ada benefit sharing (pembagian manfaat) untuk apa melakukan pengawasan yang membutuhkan anggaran besar? Mekanisme benefit sharing masih perlu didetilkan lagi dalam annex (lampirannya).

    Jadi menurut Prof. saat pengajuan draf perjanjian kepada World Health Assembly (Majelis Kesehatan Dunia) Mei mendatang, akankah negara-negara anggota lantas akan serempak meneken perjanjian ini?

    Jawabannya, bisa ya atau bisa juga tidak. Jika ya berarti negara-negara akan meratifikasi dan menyesuaikan ke hukum nasionalnya, disini perlu waktu lagi untuk adaptasi ke hukum nasional. Bisa juga perjanjian ini fluid, karena negara-negara anggota ingin detil pelaksanaannya diperjelas sebelum menekennya.
    Hal-hal politis di luar perjanjian ini punya pengaruh. AS sendiri telah memutuskan menarik diri dari WHO, karena merasa organisasi ini kurang tegas kapada Cina saat pandemi Covid terjadi. Belum lagi dengan perang dagang US yang tentu berpengaruh pada sektor kesehatan dunia.

    Menurut saya, meski masih jauh dari pelaksanaan yang efektif, masih ada harapan perjanjian dapat diterapkan di ranah global hingga lokal, jika WHO melakukan harmonisasi perjanjiannya dengan lembaga PBB lainnya yang terkait dengan perjanjian ini,dan jika di ranah lokal tiap negara data sharing dengan pendekatan One Health ini sudah berjalan. Dengan demikian global dan lokal bisa terhubung.

    Pewawancara: Sorta Caroline

    Editor: Agus Setiawan

  • Berkaca dari Paus Fransiskus, Ini Cara Cegah Pneumonia Bilateral

    Berkaca dari Paus Fransiskus, Ini Cara Cegah Pneumonia Bilateral

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) di kediamannya, Casa Santa Marta, Vatikan. Paus wafat di usia 88 tahun setelah berjuang melawan komplikasi serius akibat pneumonia bilateral, sebuah kondisi infeksi yang menyerang kedua sisi paru-paru secara bersamaan.

    Kesehatan Paus sempat memburuk dalam beberapa minggu terakhir. Setelah menjalani pemeriksaan medis lebih lanjut, dokter mendiagnosis Paus Fransiskus menderita pneumonia bilateral atau pneumonia ganda.

    Pneumonia jenis ini adalah bentuk pneumonia yang lebih berat karena memengaruhi kedua paru-paru dan berisiko tinggi menyebabkan kegagalan pernapasan.

    Apa Itu Pneumonia Bilateral?

    Pneumonia bilateral adalah infeksi yang menyerang kedua paru-paru sekaligus. Penyakit ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur yang menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan di kantung udara paru-paru. Akibatnya, pertukaran oksigen terganggu dan penderita mengalami kesulitan bernapas.

    Gejala Umum Pneumonia Bilateral

    Gejala yang muncul bisa berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan infeksinya. Namun secara umum, penderita akan merasakan:

    Sesak napas dan nyeri dada yang kian parah.Batuk parah disertai dahak kuning atau hijau.Demam tinggi disertai menggigil.Tekanan pada dada saat bernapas atau batuk.Mudah lelah meski melakukan aktivitas ringan.Napas cepat dan tidak teratur.Warna kulit dan bibir menjadi pucat atau kebiruan akibat kekurangan oksigen.

    Jika mengalami gejala-gejala di atas, sangat disarankan untuk segera mencari pertolongan medis. Pneumonia bilateral memerlukan penanganan yang cepat agar tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.

    Penyebab Pneumonia Bilateral

    Berikut ini beberapa penyebab umum penyakit ini:

    Bakteri, seperti streptococcus pneumoniae atau haemophilus influenzae.Virus, seperti influenza, Covid-19, atau RSV (respiratory syncytial virus).Jamur, seperti histoplasma dan coccidioides, terutama pada orang dengan daya tahan tubuh rendah.Penyakit kronis, seperti diabetes, jantung, atau gangguan paru-paru.Sistem kekebalan lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS atau pengguna obat imunosupresan.Penularan infeksi dari satu paru ke paru yang lain.Pencegahan Pneumonia Bilateral

    Untuk mencegah pneumonia bilateral, langkah-langkah berikut ini bisa diterapkan:

    Hindari area berisiko tinggi, seperti rumah sakit atau panti jompo.Cuci tangan dengan sabun secara rutin.Dapatkan vaksin pneumokokus, terutama bagi lansia.Lakukan vaksinasi flu secara berkala.Selain itu, menjaga pola hidup sehat sangat penting, seperti jauhi alkohol dan rokok, konsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan berolahraga teratur.

    Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai pneumonia bilateral, Anda bisa lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan pernapasan, terutama bagi kelompok yang lebih rentan seperti lansia.

  • Kapan Waktu Terbaik Investasi Emas dan Bagaimana Proyeksinya?

    Kapan Waktu Terbaik Investasi Emas dan Bagaimana Proyeksinya?

    Jakarta, Beritasatu.com – Investasi emas masih menjadi pilihan menarik bagi banyak orang karena dianggap sebagai aset lindung nilai, terutama saat kondisi ekonomi tidak menentu.

    Namun, untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dari investasi emas, perlu dipahami bagaimana karakter pergerakan harga dan kapan waktu ideal untuk berinvestasi.

    Waktu Terbaik untuk Investasi Emas

    1. Durasi ideal investasi emas

    Investasi emas paling ideal dilakukan dalam jangka menengah hingga panjang, minimal satu tahun. Kenaikan harga emas dalam periode tersebut biasanya mampu melampaui laju inflasi, sehingga memberikan imbal hasil riil yang lebih menguntungkan dibandingkan instrumen seperti deposito atau obligasi. Dengan kata lain, semakin lama emas disimpan, potensi keuntungannya semakin tinggi.

    2. Pengaruh kondisi global terhadap harga emas

    Harga emas sangat dipengaruhi oleh situasi global. Misalnya, pada 2020 harga emas menembus US$ 2.000 per troy ons lebih cepat dari perkiraan akibat ketidakpastian ekonomi global selama pandemi Covid-19.

    Ketika terjadi krisis, investor cenderung mencari aset yang aman (safe haven), seperti emas, sehingga permintaan dan harganya naik. Sebaliknya, ketika situasi membaik atau terjadi penyesuaian kebijakan moneter, harga emas bisa terkoreksi.

    3. Harga wajar dan biaya produksi

    Secara global, biaya produksi emas per troy ons berkisar antara US$ 1.000 hingga US$ 1.100. Jika harga emas mencapai US$ 2.000, terdapat margin keuntungan yang besar.

    Namun, margin ini bisa menyempit jika biaya produksi naik, misalnya karena meningkatnya harga energi dan tenaga kerja. Dalam kondisi normal, harga emas mendekati biaya produksinya sering dianggap sebagai harga wajar.

    4. Pengaruh nilai tukar rupiah

    Di Indonesia, harga emas tidak hanya dipengaruhi oleh harga global, tetapi juga oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jika rupiah melemah, harga emas dalam negeri bisa naik, meskipun harga global stabil.

    Situasi ekonomi nasional, seperti ancaman resesi atau inflasi tinggi, juga dapat mendorong harga emas domestik naik. Oleh karena itu, investor perlu memantau perkembangan nilai tukar dan kondisi makroekonomi Indonesia.

    5. Waktu terbaik membeli emas

    Meskipun sulit diprediksi secara akurat, waktu terbaik membeli emas umumnya adalah ketika terjadi koreksi harga atau saat sentimen pasar sedang negatif terhadap aset risiko. Misalnya, pada awal tahun atau setelah adanya penurunan harga tajam karena aksi ambil untung investor.

    Pantau tren jangka panjang dan gunakan pendekatan rata-rata (dollar cost averaging) untuk mengurangi risiko fluktuasi harga.

    6. Emas sebagai diversifikasi portofolio

    Emas sangat cocok dijadikan alat diversifikasi karena sifatnya yang cenderung tidak berkorelasi dengan aset lain seperti saham. Saat pasar saham jatuh, emas sering kali tetap stabil atau bahkan naik. Dengan memiliki emas dalam portofolio, risiko keseluruhan investasi dapat ditekan.

    Investasi emas tetap menjanjikan, terutama jika dilakukan dalam jangka panjang. Fluktuasi harga emas dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kondisi global, biaya produksi, nilai tukar, hingga sentimen pasar. Memahami faktor-faktor ini membantu investor memilih waktu terbaik untuk masuk dan keluar dari pasar emas.

  • Sejumlah TPE rusak akibatkan pendapatan parkir turun

    Sejumlah TPE rusak akibatkan pendapatan parkir turun

    Kepala Unit Pengelola Perparkiran Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Adji Kusambarto memberi keterangan di Jakarta, Selasa (22/4/2025). ANTARA/Khaerul Izan

    Dishub DKI: Sejumlah TPE rusak akibatkan pendapatan parkir turun
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 22 April 2025 – 18:17 WIB

    Elshinta.com – Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta menyatakan bahwa sejumlah terminal parkir elektronik (TPE) yang berada di beberapa titik, rusak mengakibatkan pendapatan turun dari Rp18 miliar, kini menjadi Rp8,9 miliar.

    “Saat ini banyak TPE yang sudah tidak berfungsi,” kata Kepala Unit Pengelola Perparkiran Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Adji Kusambarto di Jakarta, Selasa.

    Ia mengatakan bahwa setelah diterapkan TPE pada 2016 pada 31 ruas jalan dengan 201 mesin, maka pendapatan parkir sektor tersebut Rp7 miliar.

    Kemudian, kata Adji, pendapatan parkir melalui TPE terus menanjak yakni pada 2017 sampai 2019 mencapai di atas Rp18 miliar.

    Setelah terjadi COVID-19 serta adanya kerusakan sejumlah mesin, lanjut Adji, pendapatan parkir TPE menurun drastis yakni pada 2020 menjadi Rp13 miliar, pada 2021 jadi Rp10 miliar dan 2022 serta 2023 Rp9 miliar dan pada 2024 menjadi Rp8,9 miliar.

    “Ini dikarenakan mesin rusak dan suku cadang susah karena harus didatangkan dari luar negeri,” ujarnya.

    Adji menambahkan, saat ini dari 201 TPE yang ada pada 31 ruas jalan di Jakarta itu, kini tinggal 64 mesin yang berfungsi sedangkan sisanya yaitu 137 unit tidak aktif lagi.

    Ia merinci bahwa mesin TPE saat ini tersebar di Jakarta Pusat sebanyak 62 unit dengan perincian 23 aktif dan 39 rusak. Jakarta Barat terdapat 74 mesin 19 aktif 55 rusak.

    “Jakarta Selatan ada 49 mesin 18 aktif dan 31 rusak. Jakarta Timur 16 unit empat aktif 12 rusak,” katanya.

    Adji menambahkan bahwa saat ini pihaknya menggandeng perusahaan yang menggunakan TPE lokal dengan server lokal juga serta suku cadang dalam negeri juga.

    “Kami membutuhkan 200 unit dengan anggaran Rp19 miliar lebih,” katanya.

    Sumber : Antara