Kasus: covid-19

  • Industri Pengolahan Nonmigas Catat Kontribusi 17,50 Persen Terhadap Pertumbuhan Ekonomi – Halaman all

    Industri Pengolahan Nonmigas Catat Kontribusi 17,50 Persen Terhadap Pertumbuhan Ekonomi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sektor manufaktur menjadi motor penting pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada kuartal pertama tahun 2025, industri pengolahan nonmigas  berkontribusi 17,50 persen pada perekonomian nasional.

    Kontribusinya meningkat dibandingkan tahun 2024 pada periode yang sama 17,47 persen dan lebih tinggi dari sumbangsih sepanjang tahun 2024 yang berada di angka 17,16 persen.

    Capaian kinerja positif ini wujud nyata dari resiliensi dan daya saing industri nasional di tengah gejolak ekonomi global dan banjir produk impor murah di pasar domestik.

    Strategi yang terus dipacu untuk memperkuat struktur industri manufaktur dalam negeri ialah menguatkan rantai pasok dan meningkatkan nilai tambah bahan baku.

    Kebijakan hilirisasi industri dan optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang diwujudkan dalam kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), menjadi strategi penting meningkatkan daya saing industri lokal.

    “Kami telah memulai reformasi kebijakan TKDN sejak awal Januari 2025 lalu. Hal ini menjadi krusial untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor dan penciptaan lapangan kerja,” tutur Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resmi, Senin (5/5/2025).

    Kebijakan hilirisasi, peningkatan TKDN, serta transformasi industri berbasis teknologi dan riset, diyakini akan membuat  sektor manufaktur akan terus meningkat dan menjadi fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

    Menurut data World Bank, posisi Indonesia kian kuat sebagai negara manufaktur global, dengan penilaian Manufacturing Value Added (MVA).

    Pada tahun 2023, Indonesia berhasil masuk di posisi 12 besar dalam Manufacturing Countries by Value Added di dunia. 

    Merujuk data World Bank, MVA sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2023 mencapai 255,96 miliar dolar AS atau meningkat 36,4 persen dibanding tahun 2022 sebesar 241,87 miliar dolar AS.

    Angka di tahun 2023 merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah dan mencerminkan peran strategis sektor industri pengolahan dalam perekonomian nasional.

    Untuk output dan global value, Indonesia setara dengan negara-negara maju lainnya seperti Inggris, Rusia dan Prancis.

    “Tren MVA selalu naik sejak tahun 2019-2023 kecuali pada masa pandemi Covid-19. Untuk terus memacu value added ini perlu kebijakan yang strategis, pro-bisnis dan pro-investasi sehingga industri manufaktur kita semakin berdaya saing di kancah global,” ucap Agus.

    Sementara menurut data BPS, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 4,31 persen pada triwulan I-2025.

    Adapun sektor-sektor yang menjadi penopang kinerja industri manufaktur pada periode tersebut, antara lain industri makanan dan minuman yang tumbuh sebesar 6,04 persen. Hal ini didukung oleh permintaan yang cukup tinggi selama Ramadan dan Idul Fitri.

    Selanjutnya, disokong oleh kinerja industri logam dasar yang tumbuh sebesar 14,47 persen, sejalan dengan peningkatan permintaan luar negeri untuk logam dasar, khususnya besi dan baja.

    Selain itu, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang tumbuh sebesar 6,95 persen karena didorong oleh peningkatan peningkatan permintaan domestik pada momen Ramadan dan Idul Fitri, serta peningkatan ekspor.

    “Tren peningkatan kontribusi industri pengolahan nonmigas ini adalah sinyal positif bahwa upaya pemerintah dalam memperkuat struktur industri terus berjalan, karena untuk menciptakan industri yang terintegrasi dari hulu sampai hilir dan menghasilkan nilai tambah tinggi bagi perekonomian serta penyerapan tenaga kerja,” ujar Menperin.

  • Ex Menkominfo Rudiantara Ungkap Keunggulan AI, SMS Blast Ketinggalan Zaman

    Ex Menkominfo Rudiantara Ungkap Keunggulan AI, SMS Blast Ketinggalan Zaman

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Periode 2014-2019 Rudiantara mengungkapkan peran teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam merevolusi industri telekomunikasi dan industri lainnya ke depan melalui kemampuan personalisasi.

    AI diramal dalam waktu dekat akan menghapus layanan SMS Blast karena dapat membantu tenaga pemasar dalam menjangkau targetnya secara lebih personal.

    Rudiantara mengatakan hakikatnya AI memiliki dua fokus utama dalam sektor telekomunikasi. Pertama, meningkatkan efisiensi operasional internal. Kedua, mengembangkan ragam layanan baru bagi konsumen.

    Rudiantara mengatakan AI akan beroperasi maksimal selama mendapat tiga komponen penting yaitu ketersediaan data yang melimpah dan berkelanjutan, algoritma yang tepat, serta infrastruktur yang memadai seperti Graphics Processing Unit (GPU). Operator seluler memiliki ketiganya untuk dioptimalkan.

    “Kalau kita bicara soal data terbanyak, siapa yang punya? Operator seluler. Dengan ratusan juta pelanggan yang melakukan miliaran transaksi data setiap harinya, operator seluler memiliki sumber daya data yang tak tertandingi,” kata Rudiantara kepada Bisnis di sela-sela acara Penjurian Bisnis Indonesia Award (BIA) 2025, Senin (5/5/2025). .

    Rudiantara juga menyinggung bagaimana data seluler telah dimanfaatkan pada masa pandemi Covid-19 untuk membantu pemerintah dalam membatasi pergerakan masyarakat. 

    Dia menekankan potensi analisis data saat ini jauh lebih besar dengan AI, memungkinkan operator untuk memahami perilaku pelanggan secara mendalam, mulai dari pola top-up, preferensi lokasi, hingga kebiasaan berbelanja melalui transaksi digital.

    Analisis data yang canggih tersebut denan cepat akan menggantikan bisnis blast SMS promosi secara massal, karena pesan dapat dikirim berdasarkan profil dan perilaku pengguna, termasuk riwayat transaksi pembayaran digital.

    “Meskipun prabayar, perilaku pengguna bisa dianalisis. Misalnya, top-up hanya Rp10.000 atau Rp20.000 setiap dua minggu, itu mengindikasikan daya beli dan perkiraan pengeluaran bulanan. Akhirnya, operator bisa membuat paket yang lebih personalized atau sesuai profil pengguna. Lokasi rumah pengguna juga bisa terdeteksi dari sinyal yang terus dipancarkan. Data ini sangat berharga untuk marketing, untuk mengklasifikasikan pengguna berdasarkan demografi tanpa perlu bertanya langsung,” tutur Rudiantara.

    Dalam hal efisiensi operasional, Rudiantara mencontohkan bagaimana AI dapat mengoptimalkan routing jaringan secara internal. 

    “AI bisa menentukan jalur data terbaik dan tercepat, atau mendeteksi gangguan jaringan dan secara otomatis mencari jalur alternatif. Jadi, ketika ada masalah jaringan, AI memantau dan dengan cepat mengalihkan lalu lintas. Itu untuk internal,” kata Rudiantara 

    Pada Maret 2025, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) berhasil menurunkan jumlah keluhan pelanggan dengan mengoptimalkan peran AI di sisi perencanaan hingga pengoperasian jaringan telekomunikasi.  

    Tidak hanya itu, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) tersebut juga mengaku AI membantu dalam memperkirakan titik potensial dalam menggelar jaringan sehingga mendapatkan tingkat pengembalian atau Internal Rate Return (IRR) yang lebih baik. 

    Telkomsel telah mengoptimalisasi jaringan di lebih dari 28 juta pekerjaan operasional. Di saat perusahaan seluler lain tengah berupaya menawarkan AI, solusi kecerdasan buatan Telkomsel telah membantu perusahaan memecahkan kendala dan masalah pelanggan lebih cepat dengan identifikasi akar masalah secara otomatis.  

    Telkomsel mencatat waktu demarkasi masalah berkurang dari 39 menit menjadi 10 menit, serta tingkat keluhan pelanggan telah mengalami penurunan hingga sebanyak 32% secara tahunan pada 2024. 

    Lebih lanjut, Rudiantara juga mengatakan selain memberikan efisiensi, AI juga dapat meningkatkan kualitas dan variasi layanan kepada masyarakat. Evolusi operator seluler Indonesia akan terjadi dengan pemanfaatan AI. 

    “Justru operator seluler di Indonesia yang paling tahu dan paling berpotensi memanfaatkan AI,” tegasnya.

  • Laporan BPS Patahkan Optimisme Sri Mulyani, Pertumbuhan Ekonomi “Nyungsep” di Bawah 5 Persen

    Laporan BPS Patahkan Optimisme Sri Mulyani, Pertumbuhan Ekonomi “Nyungsep” di Bawah 5 Persen

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi  kuartal I-2025 di bawah prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani. Laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mematahkan optimisme Sri Mulyani yang meyakini pertumbuhan Indonesia masih bisa di atas 5 persen. Sri Mulyani kecele.

    Pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2025 berdasarkan laporan BPS hanya sebesar 4,87 persen. Capain ini anjlok dibandingkan kuartal I-2024 atau secara tahunan (year on year/yoy).

    Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) maka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2025 sebesar 4,87 persen (yoy). Capaian ini lebih rendah dibanding kuartal I-2024 yang tumbuh sebesar 5,11 persen yoy.

    “Bila dibandingkan dengan kuartal IV-2024 atau secara kuartalan ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar  minus 0,98 persen,” kata dia Amalia, Jakarta, Senin (5/5/2025).

    Amalia Adininggar Widyasanti menyebut capaian kuartal I 2025 yang terendah sejak kuartal I-2021, ketika ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -0,69 persen akibat pandemi Covid-19.

    “Kuartal pertama 2025 tumbuh 4,87 persen secara yoy. Ini lebih rendah dari kuartal I-2024 karena tidak ada dorongan belanja pemilu seperti tahun lalu,” ujar Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/5).

    Amalia menjelaskan, salah satu faktor pelemahan pertumbuhan ekonomi di awal 2025 adalah tidak adanya momentum Pemilu seperti di kuartal pertama 2024, yang saat itu mendorong konsumsi domestik secara signifikan melalui belanja kampanye dan aktivitas politik.

  • PMI Manufaktur Anjlok Diserbu Produk Impor, Komisi VII DPR: Perlu Perlindungan Pasar Domestik

    PMI Manufaktur Anjlok Diserbu Produk Impor, Komisi VII DPR: Perlu Perlindungan Pasar Domestik

    PMI Manufaktur Anjlok Diserbu Produk Impor, Komisi VII DPR: Perlu Perlindungan Pasar Domestik
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Anggota Komisi VII DPR RI Ilham Permana menyatakan keprihatinannya atas penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada April 2025 yang berada di level kontraksi 46,7 atau terendah sejak masa pandemi Covid-19.
    Menurutnya, penurunan itu merupakan cerminan dari dampak kebijakan proteksionis global, terutama tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat (AS), serta banjir produk impor dari negara-negara yang mencari pasar alternatif. 
    “Situasi ini tidak hanya mengganggu daya saing industri nasional, tetapi juga mengancam ketahanan struktur industri dalam negeri,” ujarnya melansir dpr.go.id, Minggu (4/5/2025).
    Sebagai Anggota Komisi VII DPR RI yang bermitra dengan Kementerian Perindustrian (
    Kemenperin
    ), Ilham mendorong kebijakan industri diarahkan pada penguatan struktur manufaktur nasional secara menyeluruh. 
    Data Kemenperin menunjukkan, sekitar 80 persen produk manufaktur Indonesia diserap pasar domestik. 
    “Ini menandakan pentingnya perlindungan terhadap pasar dalam negeri agar tidak dibanjiri produk impor yang tidak terkendali,” jelasnya.
    Ilham menekankan, tantangan yang dihadapi sektor manufaktur saat ini memerlukan respons terintegrasi antar-kementerian dan dukungan lintas sektor. 
    Oleh karenanya, kata dia, kolaborasi lintas sektor untuk memitigasi efek domino dari tekanan global tersebut sangat penting. 
    Politisi Fraksi Partai Golkar itu mengatakan, kondisi
    wait and see
    dari pelaku industri bukanlah situasi yang bisa dibiarkan terlalu lama. 
    “Harus ada kepastian kebijakan, perlindungan yang konkret, dan dorongan optimisme dari pemerintah agar pelaku usaha kembali percaya diri untuk ekspansi, bukan justru melakukan efisiensi berlebihan hingga mengurangi tenaga kerja,” tegasnya.
    Ilham pun mendukung langkah-langkah strategis yang telah dan akan diambil Kemenperin dalam menghadapi tekanan tersebut.
    Menurutnya, langkah Kemenperin yang aktif merespons kekhawatiran pelaku industri, termasuk melalui diplomasi perdagangan dengan mitra internasional dan upaya memperkuat kebijakan substitusi impor, perlu mendapat dukungan penuh. 
    “Kami di DPR RI siap mengawal arah kebijakan yang proindustri dan memastikan kebijakan fiskal, tarif, hingga investasi berpihak pada penguatan industri dalam negeri,” jelasnya.
    Adapun mengacu pada hasil Rapat Kerja antara Komisi VII DPR RI dengan Menteri Perindustrian (Menprin) pada 2 Mei 2025, Ilham mencatat bahwa negara-negara, seperti Filipina dan China, mampu menjaga daya ekspansinya dengan mengedepankan kebijakan protektif terhadap pasar domestik. 
    “Indonesia harus belajar dari negara-negara tersebut dan segera menyelaraskan kebijakan industrinya agar tidak menjadi sasaran pelimpahan barang-barang asing,” tegasnya.
    Ilham juga menyampaikan, pemulihan sektor manufaktur merupakan ujian bagi komitmen bangsa terhadap kemandirian ekonomi. 
    “Saya mengajak semua pihak, baik eksekutif, legislatif, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menyadari bahwa kekuatan ekonomi nasional hanya bisa dibangun dengan fondasi industri yang tangguh di negeri sendiri,” katanya. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pria Usia 30-an Kena Gagal Ginjal dan Gagal Jantung, Apa Pemicunya?

    Pria Usia 30-an Kena Gagal Ginjal dan Gagal Jantung, Apa Pemicunya?

    Jakarta

    Seorang pria di Los Angeles, California, Justin Pham, membagikan pengalamannya saat didiagnosis mengidap gagal ginjal dan gagal jantung di usia muda. Pham mengungkapkan fungsi ginjalnya menurun drastis hingga organ tersebut tidak lagi dapat berfungsi secara mandiri pada usia 30 tahun.

    Pham pertama kali mengalami gangguan ginjal saat berusia sembilan tahun, yang mengharuskannya menjalani operasi pengangkatan sebagian ginjal kanan dan kiri. Meski begitu, ia tidak memiliki riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.

    Pada saat usia 20-an, Pham mulai mengalami sejumlah gejala seperti kulit gatal, kram kaki pada pagi hari, nyeri perut, muntah, sering buang air kecil di malam hari, urine berbusa, dan sesak napas. Namun, ia mengaku mengabaikan gejala-gejala tersebut karena mengira kondisi itu adalah hal yang wajar.

    “Saya selalu mengira gejalanya adalah sesuatu yang kecil, seperti kulit kering yang membuat saya gatal. Atau saya akan menyalahkan masalah perut pada sesuatu yang saya makan,” tuturnya, kepada Newsweek.

    Kondisi kesehatannya kemudian semakin memburuk, terutama saat ia mulai merasa kehabisan napas dengan cepat. Pham sempat menduga dirinya terinfeksi COVID-19, mengingat kejadian tersebut terjadi pada 2022.

    Setelah menjalani pemeriksaan darah dan tes lanjutan, dokter mendiagnosis Pham mengidap penyakit ginjal kronis stadium 5 atau end-stage kidney disease (ESKD), kondisi ketika ginjal kehilangan seluruh fungsi normalnya. Ia baru menyadari bahwa hipertensi, yang merupakan penyakit turunan dalam keluarganya,penyebab kedua terbesar gagal ginjal setelah diabetes.

    Tak hanya itu, dua tahun setelah diagnosis tersebut, Pham kembali mengalami gejala tambahan seperti pembengkakan di tangan dan kaki, nyeri dada, kelelahan, dan penurunan nafsu makan. Setelah menjalani pemeriksaan lanjutan, ia diketahui juga mengalami gagal jantung.

    “Saat saya mulai mendatangi pusat transplantasi untuk menjalani pengujian lebih lanjut, dokter menemukan gagal jantung; ketika satu organ mulai gagal, organ lain pun ikut gagal.”

    Saat ini, Pham menjalani perawatan Peritoneal Dialysis (PD) selama 10 jam setiap hari. Ia juga masuk dalam daftar tunggu transplantasi ginjal dan dijadwalkan menjalani prosedur medis untuk jantungnya.

    Di tengah kondisinya, Pham tetap berusaha menjaga semangat dan aktif menyuarakan pentingnya kesadaran terhadap kesehatan, khususnya di kalangan anak muda.

    “Saran saya untuk kaum muda adalah selalu menemui dokter dan memikirkan kesehatan Anda. Jangan anggap remeh-hanya karena Anda masih muda bukan berarti hal itu tidak akan terjadi pada Anda,” pungkasnya.

    NEXT: Penjelasan Dokter Terkait Gagal Ginjal Picu Gagal Jantung

    Spesialis nefrologi dari Greenville, Carolina, Amerika Serikat, dr Blake Shusterman, menjelaskan penyakit ginjal sering kali luput dari perhatian karena tidak menunjukkan gejala yang khas. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak pasien baru terdiagnosis saat penyakit telah memasuki tahap lanjut.

    Menurutnya, gagal ginjal kronis kerap memicu kondisi medis lain akibat efek domino yang ditimbulkannya. Ia menyebutkan bahwa gagal jantung dan gagal ginjal sering kali terjadi bersamaan karena ginjal berperan penting dalam mengatur keseimbangan garam dan air dalam tubuh

    Ketika fungsi ginjal menurun dan tidak mampu membuang kelebihan zat tersebut secara optimal, cairan dan garam dapat menumpuk, sehingga memberikan tekanan tambahan pada jantung. Penumpukan cairan ini juga dapat menyebabkan peregangan otot jantung, yang meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung.

    Ketidakseimbangan elektrolit, seperti tingginya kadar kalium, lanjutnya, juga berkontribusi terhadap gangguan fungsi jantung.

    “Kadar elektrolit yang tidak normal, seperti kadar kalium yang tinggi, dapat menyebabkan masalah jantung pada orang yang menderita penyakit ginjal. Kalium dapat menumpuk dalam darah ketika ginjal tidak menyaring dengan baik,” lanjut dr Shusterman.

    Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
    [Gambas:Video 20detik]

  • Microsoft Resmi Tutup Layanan Skype 5 Mei 2025, Ini Hal yang Harus Dilakukan Pengguna – Page 3

    Microsoft Resmi Tutup Layanan Skype 5 Mei 2025, Ini Hal yang Harus Dilakukan Pengguna – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Microsoft telah memastikan resmi mematikan layanan Skype pada 5 Mei 2025. Keputusan ini menandai akhir dari era salah satu platform komunikasi digital yang ikonik.

    Langkah Microsoft ini bukannya tanpa alasan, karena perusahaan saat ini telah menyediakan Microsoft Teams. Layanan ini pun hadir secara gratis untuk para pengguna Skype.

    Dengan keputusan ini, seperti dikutip dari NDTV, Senin (5/5/2025), pengguna yang masih aktif di Skype pun dianjurkan untuk bermigrasi ke Teams. Microsoft pun memastikan proses transisi tidak akan rumit.

    Pengguna yang ingin beralih ke Teams disebutkan masih bisa memakai kredensial Skype yang sama. Selain itu, percakapan dan daftar kontak yang tersimpan masih akan bisa diakses, sehingga pengguna tidak perlu khawatir kehilangan informasi penting.

    Yang perlu diingat pula, meski layanan utama Skype dihentikan, ada beberapa fitur yang masih akan tetap aktif dalam waktu terbatas, seperti Skype Number dan Skype Credit. Pengguna disebut masih bisa memakainya hingga masa pemakaian berakhir.

    Sementara mulai 5 Mei 2025, fitur utama Skype tidak akan bisa dipakai lagi, termasuk pengiriman SMS, pengaturan Caller ID, termasuk pemberian Skype Credit pada pengguna lain.

    Lalu, bagi pengguna yang tidak ingin beralih ke Microsoft Teams, perusahaan menyediakan opsi ekspor data secara manual. Jadi, pengguna dimungkinkan menyimpan riwayat obrolan dan daftar kontak untuk arsip pribadi.

    Sebagai informasi, Skype yang diluncurkan pada 2023 merupakan pionir dalam layanan VoIP dan video call. Platform ini pun sempat digunakan begitu masih selama pandemi Covid-19.

    Kendati demikian, dengan kompetisi yang kini semakin ketat dari platform lain seperti Zoom, Google Meet, bahkan Teams yang juga milik Microsoft, membuat platform ini harus dipensiunkan.

  • Jangan Santai! Ada 5 Tanda Ekonomi RI Tidak Baik-Baik Saja

    Jangan Santai! Ada 5 Tanda Ekonomi RI Tidak Baik-Baik Saja

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi RI kuartal I-2025 pada siang ini, Senin (5/5/2025). Ekonomi Indonesia diyakini sulit tumbuh mencapai 5% pada kuartal I-2025. Hal ini dipicu oleh ketidakpastian dari kebijakan dagang Presiden AS Donald Trump yang menekan banyak negara, termasuk Indonesia.

    Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,94% (year on year/yoy) dan terkontraksi 0,9% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq) pada kuartal I-2025.

    “Ya tentu kalau matematika ada pembulatan [jadi 5%],” tuturnya kepada awak media di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat lalu (2/5/2025).

    Adapun, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih rendah. Dia memperkirakan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,91% pada kuartal I-2025. Dia melihat konsumsi rumah tangga hanya akan tumbuh 4,9% pada kuartal I-2025.

    Hal ini dipicu oleh pelemahan konsumsi masyarakat. Hal ini ditandai dengan belanja yang berkurang seiring dengan rumah tangga yang mulai menyimpan uangnya.

    Sementara itu, belanja pemerintah diperkirakan akan menurun menjadi 3,3% yoy pada kuartal I-2025 dari 4,3% yoy pada akhir kuartal IV-2024. Ini dimungkinkan terjadi akibat penyesuaian kebijakan dan pencairan yang lambat di awal tahun. Hal ini juga membebani investasi, yang diperkirakan tumbuh 1,7% yoy pada kuartal I-2025, turun dari 4,9% yoy pada kuartal IV-2024.

    “Pencairan fiskal yang tertunda, terutama untuk proyek infrastruktur dan investasi yang didukung pemerintah, telah menyebabkan laju pembentukan modal yang lebih lambat selama periode tersebut,” tulis Andry dalam catatannya.

    Proyeksi ini diperkuat dengan sejumlah indikator ekonomi di Tanah Air yang terjadi pada rentang kuartal I-2025, berikut ini rinciannya:

    Aktivitas manufaktur Indonesia terkontraksi pada April 2025. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis S&P Global Jumat lalu (2/5/2025). Data ini menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di level 46,7 atau mengalami kontraksi di April 2025.

    Ini adalah kali pertama PMI mencatat kontraksi sejak November 2024 atau dalam lima bulan terakhir. Angka ini bahkan disebut sebagai kinerja terburuk sejak Agustus 2021, pada periode tersebut Indonesia tengah dihantam pandemi Covid-19 gelombang Delta. Kondisi ini terjadi di tengah panasnya tensi perang dagang, akibat kebijakan tarif resiprokal tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump kepada negara-negara mitra dagang utamanya, termasuk RI. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, merosotnya PMI Manufaktur itu disebabkan masalah perang dagang, yang membuat optimisme pelaku usaha di Indonesia maupun di seluruh dunia melemah. Sebab, perang tarif dagang menghambat aktivitas perdagangan dunia.

    “PMI turun kan karena trade war. Jadi, dunia kan perdagangannya shrinking, pertumbuhan Amerika juga negatif. Jadi ini namanya optimisme yang terganggu oleh trade war,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, dikutip Senin (5/5/2025).

    Untuk mengantisipasi masalah sentimen industri ini, Airlangga mengatakan pemerintah telah meluncurkan sejumlah strategi. Di antaranya ialah mendiversifikasi pasar ekspor Indonesia lebih kuat di luar negara mitra dagang utama, seperti China dan AS yang sedang perang tarif dagang. Salah satunya ialah pasar ekspor Eropa melalui percepatan perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

    “Kita sedang mendorong untuk IEU CEPA. Memang sudah waktunya untuk mendiversifikasi pasar ekspor dan menurunkan tariff barrier, karena kalau kita turun, yang lain juga resiprokal menurunkan, maka produk kita akan lebih kompetitif,” ucap Airlangga.

    Selain diversifikasi pasar ekspor, Airlangga menekankan, pemerintah juga tengah menggodok kebijakan deregulasi untuk makin menggeliatkan aktivitas perdagangan internasional Indonesia, melalui Satgas Deregulasi.

    Setelah badai PHK melanda industri tekstil, kini industri perhotelan di Tanah Air dihampiri kisruh yang sama. Tenaga kerja di sektor perhotelan terus berkurang setelah pemerintah menerapkan kebijakan efisiensi. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran mengungkapkan bahwa saat ini hotel sudah tidak lagi menyerap pekerja harian karena kebutuhannya memang tidak ada.

    “Kontribusi pemerintah besar, antara 40-60%, kalau diperhatikan banyak daerah yang kontribusinya lebih dari itu, sampai 70% karena selama ini pasar pemerintah besar untuk mengadakan berbagai kegiatan dengan menggunakan kegiatan pertemuan hotel sehingga tumbuh convention tentu dengan kondisi yang ada sekarang,” ungkap Maulana kepada CNBC Indonesia, akhir April lalu (28/4/2025).

    Karenanya banyak pekerja yang akhirnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) serta dirumahkan. Hotel yang paling banyak terkena khususnya pada hotel yang mengadakan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions).

    “Setengah 50% sudah berkurang khususnya hotel yang bergerak ke venue mice, karena kebutuhan untuk itu nggak ada, nggak mungkin kita menyerap tenaga kerja kalau orderan ke kitanya juga nggak ada,” sebut Maulana.

    Adapun Dalam rilis Q1 2025 Colliers yang keluar akhir pekan lalu, dampak dari langkah-langkah efisiensi pemerintah cukup terasa, terutama bagi hotel yang sangat bergantung pada pasar pemerintah.

    “Jika tidak ada pelonggaran dari pemerintah, hampir dapat dipastikan bahwa pasar hotel di Jakarta akan bergantung sepenuhnya pada sektor non-pemerintah. Para pengelola hotel harus menemukan pasar dan sumber pendapatan tambahan untuk tetap bertahan; jika tidak, tahun 2025 akan cukup berat bagi mereka,” tulis Colliers dalam rilis kuartal I-2025, dikutip Senin (5/5/2025).

    Warga RI Pilih Nabung daripada Belanja

    Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) jenis tabungan perorangan justru meningkat signifikan pada Maret 2025 atau selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Namun, masyarakat semakin enggan menaruh uangnya di deposito.

    Meningkatnya jumlah tabungan selama Ramadan terbilang anomali mengingat biasanya masyarakat menguras tabungan selama Ramadan karena tingginya konsumsi. Sebagai catatan, Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025 dan berakhir pada 30 Maret sementara Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 31 Maret 2025.

    Meningkatnya tabungan dan masih tekoreksinya deposito perorangan tercatat dalam data Bank Indonesia.

    Bank Indonesia (BI) pada Rabu (24/4/2025) telah merilis data uang beredar yang tampak masih tumbuh pada Maret 2025.

    Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2025 tumbuh 6,1% (year on year/yoy) atau relatif stabil jika dibandingkan bulan sebelumnya yang naik sebesar 6,2% yoy sehingga tercatat Rp9.436,4 triliun.

    Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia Research, per Maret 2025, pertumbuhan DPK tabungan perorangan sebesar 6,4% year on year/yoy atau bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,7% yoy. Pertumbuhan DPK tabungan perorangan Maret 2025 juga merupakan yang tertinggi sejak November 2022 atau sekitar 2,5 tahun terakhir.

    Jika dilihat dari sisi nominal, jumlah DPK tabungan perorangan per Maret 2025 bertumbuh menjadi Rp2.574,2 triliun dari sebelumnya Rp2.505 triliun.

    Pertumbuhan tabungan perorangan pada Maret menembus 6,4% atau yang tertinggi sejak November 2024. Padahal. secara tradisi, pertumbuhan tabungan akan melandai saat Ramadan hingga Lebaran karena masyarakat menguras uang di rekening untuk belanja.

    Di sisi lain, banyak pusat perbelanjaan yang semakin sepi. Bahkan, pedagang di wilayah Mangga Dua baik Mangga Dua Square maupun WTC Mangga Dua mengeluhkan ekonomi yang semakin lesu belakangan. Kondisi saat ini bahkan disebut lebih buruk dibandingkan pandemi Covid-19.

    “Waktu pandemi kemarin masih mending banyak yang belanja, sekarang Rp 50 ribu sehari aja belum tentu, kita lebih banyak bengong sekarang dibanding ngelayanin pelanggan,” kata pedagang di Mangga Dua Square Anita kepada CNBC Indonesia, Kamis (24/4/2025).

    Ia beranggapan penurunan penjualan seperti tas hingga dompet dikarenakan masyarakat menjadikan barang-barang yang dijualnya sebagai kebutuhan terakhir setelah kebutuhan pokok. Selain itu ada juga faktor lainnya, yakni efisiensi dari pemerintah.

    “Sebelumnya banyak orang-orang daerah yang ke Jakarta buat dinas, ada acara di hotel-hotel dekat sini, baliknya pingin bawa oleh-oleh dari Jakarta jadi pada beli tas di sini, banyak yang datang juga rombongan, sekarang udah engga ada lagi,” kata Anita.

    Di tengah situasi yang sulit saat ini, Anita pun berharap bisa memilih bekerja lebih baik dibandingkan berusaha. Pasalnya belum tentu uang yang masuk sebanding dengan beban bulanan seperti biaya sewa lapak hingga kebutuhan sehari-hari.

    “Kalau bisa kerja mah lebih baik kerja lah, yang udah kerja mending bertahan aja, dihemat-hemat aja. Apalagi biaya sekolah naik, biaya hidup juga sama, kalau usaha belum tentu lah,” kata Anita.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi secara bulanan atau month-to-month (mtm) pada dua bulan pertama di tahun 2025. Deflasi tercatat sebesar 0,76 persen mtm pada Januari 2025 dan 0,48 persen mtm pada Februari 2025. Kondisi ini sangat jarang terjadi jelang Ramadan.

    Berdasarkan data BPS yang dapat diperoleh CNBC Indonesia Research sejak 1996, IHK secara bulanan untuk periode satu bulan sebelum bulan Ramadhan cenderung selalu mengalami inflasi. Namun berbeda halnya dengan Februari 2025 yang justru mengalami deflasi 0,48%.

    Dengan demikian, inflasi ini diduga terjadi karena faktor-faktor seperti penurunan konsumsi rumah tangga, pengangguran di sektor manufaktur, dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Sejak era krisis 1997/1998, Indonesia hanya mengalami dua kali deflasi (yoy) yakni pada Maret 2000 dan Februari tahun ini. Artinya, fenomena deflasi tahunan hanya terjadi 25 tahun yang lalu.

    Terjadinya deflasi pada Maret 2000 lebih disebabkan karena inflasi pada periode sebelumnya sangat tinggi, Inflasi pada Maret 1999 menembus 45%.

    Namun, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa deflasi bukan disebabkan oleh menurunnya daya beli. Namun, deflasi terjadi akibat adanya diskon 50% untuk tarif listrik dari pemerintah.

    “Ini bukan karena penurunan daya beli tapi karena diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi dua bulan berturut-turut,” ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

    Lebih lanjut, data Astra Internasional dan GAIKINDO menunjukkan penjualan mobil nasional kembali tertekan. Setelah sempat menikmati lonjakan signifikan di bulan Februari 2025 lalu, penjualan di bulan Maret 2025 berbalik turun.

    Data tersebut mencatat, penjualan mobil nasional bulan Maret 2025 turun 1,99% atau 1.44 unit menjadi 70.892 unit dibandingkan Februari 2025 yang mencapai 72.336 unit. Jika dibandingkan secara tahunan, penjualan bulan Maret 2025 mengalami penurunan sebanyak 3.828 unit. Atau drop sekitar 5,12% dari Maret 2024 yang mencapai 74.720 unit.

    Secara total, penjualan wholesale mobil sepanjang Januari-Maret 2025 tercatat mencapai 205.160 unit. Anjlok 10.090 unit atau 3,66% dari periode sama tahun 2024 yang tercatat sebanyak 215.250 unit.

    Sebelumnya, pada bulan Februari 2025, penjualan mobil nasional beri kabar baik. Tercatat, penjualan mobil mencapai 72.295 unit, melonjak 10.363 unit atau 16,73% dibandingkan Januari 2025 yang sebanyak 61.932 unit.

    Pengamat otomotif Yannes Pasaribu menilai, data jumlah pemudik 2025 turun 24,34% dari 2024 sudah jadi sinyal awal. Ini mengindikasikan memang terjadi tekanan ekonomi yang nyata di Indonesia.

    Apalagi, imbuh dia, pemutusan hubungan kerja (PHK) terus terjadi dan meningkat. Yang memperparah kondisi masyarakat kelas menengah di Indonesia.

    Menurut Yannes, penurunan penjualan mobil nasional di bulan Maret 2025 mencerminkan tekanan signifikan dari pelemahan ekonomi makro.

    “Indeks Keyakinan Konsumen yang terus menurun dan deflasi beruntun juga menunjukkan kehati-hatian masyarakat dalam belanja. Dalam situasi ini, pembelian mobil sebagai kebutuhan tersier berbiaya tinggi, besar kemungkinan akan ditunda,” kata Yannes kepada CNBC Indonesia, dikutip (5/5/2025).

    “Konsumen tampaknya lebih memilih mengalokasikan dana untuk kebutuhan primer, menabung, atau membayar kewajiban expenditure keluarga lain yang lebih penting dan mendesak,” sambungnya.

    Dia menambahkan, warga RI kemungkinan memilih menunggu kepastian pemulihan ekonominya dan kestabilan daya beli sebelum mengambil keputusan pembelian besar.

    (haa/haa)

  • Kantor ‘Hantu’ Masih Gentayangan, di Kawasan CBD Jakarta Ada Segini

    Kantor ‘Hantu’ Masih Gentayangan, di Kawasan CBD Jakarta Ada Segini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perkantoran dengan tingkat okupansi rendah bahkan cenderung kosong atau ‘perkantoran hantu’ sudah berlangsung lama di Jakarta. Tren jebloknya okupansi ini sudah terjadi sejak era pandemi Covid-19, namun kondisinya sampai saat ini masih belum normal.

    “Sektor office dan retail masih tertekan belum terkendali secara penuh. Efisiensi office space dan retail akan terus berlangsung karena pengusaha sudah terbiasa mengatasi kondisi bekerja melalui rumah (WFH),” kata pengamat property Aleviery Akbar, dikutip Minggu (4/5/2025).

    Dalam tiga bulan pertama tahun 2025 memang tercatat adanya sedikit permintaan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024. Namun, mengingat ketidakstabilan situasi ekonomi yang sedang terjadi, peningkatan tersebut tetap terbatas, dan penyerapan ruang kantor diperkirakan masih terus tertekan.

    “Di beberapa area Jakarta terutama CBD ada sedikit kenaikan tingkat hunian atau okupansi dibandingkan kuartal sebelumnya,” sebut Aleviery.

    Pemilik properti saat ini masih tetap berhati-hati dalam menerapkan kebijakan biaya sewa, terutama untuk gedung perkantoran yang kesulitan mencapai tingkat okupansi. Situasi ekonomi yang tidak pasti akan terus mempengaruhi aktivitas sewa kantor.

    Foto: Ilustrasi Gedung Dijual (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
    Pengendara melewati spanduk gedung yang dijual dikawasan, Jakarta, Selasa (23/11/2021). Fenomena maraknya penjualan gedung perkantoran DKI Jakarta dapat terpotret dari marketplace seperti OLX, salah satunya sebuah gedung yang berlokasi didi Mampang Prapatan, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

    Pemilik properti katanya akan terus menerapkan strategi penyewaan yang fleksibel, termasuk biaya sewa yang dapat disesuaikan, jangka waktu kontrak, dan tata letak kantor untuk mengakomodasi bisnis yang menghadapi masa-masa yang tidak pasti. Selain itu, pemilik properti juga akan meningkatkan kualitas gedung dengan mengintegrasikan fitur bangunan hijau. Cara-cara ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik sewa gedung bagi

    “Office rental sudah turun sejak covid 2020 jadi landlord sangat berhati-hati untuk menaikkan harga sewanya di samping market yang baru sedikit bangkit diitambah dengan suplai unit dari gedung baru. Untuk kenaikan listrik dan UMR yang naik biasanya landlord akan menaikkan biaya service chargenya, bukan base rental,” ucap Aleviery.

    Sebagai catatan, Colliers Indonesia pernah melaporkan pada kuartal III tahun 2024 ada 2 juta meter persegi area perkantoran di Jakarta yang kosong dari total suplai 11 juta meter persegi. Sedangkan selama tahun 2023 ini, Leads Property Services Indonesia melaporkan tingkat kekosongan ruang kantor di Jakarta menyentuh angka 26,8% atau terdapat sekitar 3,1 juta meter persegi (m2).

    Saat ini di dalam CBD, pasokan area perkantoran tetap tidak berubah di sekitar 7,38 juta meter persegi. Sementara di luar CBD, pasokannya mencapai sekitar 3,83 juta meter persegi pada Q1 2025. Okupansinya rata-rata di CBD sekitar 74,5%

    Ke depan hingga 2028, CBD akan memiliki sekitar 100.000 meter persegi ruang kantor baru. Sementara itu, di luar CBD, ada 7 pembangunan kantor yang diharapkan akan selesai dan akan menambah sekitar 240.000 meter persegi selama 2025-2028

    Sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2020 hingga kuartal II 2024, rata-rata penyerapan tahunan perkantoran negatif yaitu -54.244 m2. Sedangkan sebelum pandemi Covid-19 yakni tahun 2012-2019 penyerapannya sekitar 327.235 m2 per tahun.

    (fys/wur)

  • Industri Pengolahan Nonmigas Catat Kontribusi 17,50 Persen Terhadap Pertumbuhan Ekonomi – Halaman all

    RI Masuk Jajaran Kontributor Besar Nilai Manufaktur Global, Menperin: Unggul di Asean – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Peningkatan Manufacturing Value Added (MVA) berdampak pada posisi Indonesia masuk dalam negara manufaktur global.

    Pada tahun 2023, Indonesia berhasil masuk di posisi 12 besar dalam Manufacturing Countries by Value Added di dunia.

    “Indonesia mengungguli jauh dibandingkan negara Asean lainnya, seperti Thailand dan Vietnam yang nilai MVA-nya hanya setengah dari nilai MVA Indonesia. MVA Thailand berada di posisi ke-22 dengan nilai 128 miliar dolar AS, sedangkan Vietnam di posisi ke-24 dengan nilai 102 miliar dolar AS,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (4/5/2025).

    Industri manufaktur di Indonesia dinilai memiliki struktur yang cukup mendalam dari sektor hulu sampai hilir.

    Hal ini berdampak positif pada peningkatan nilai tambah (value added) sehingga memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

    “Merujuk data dari theglobaleconomy.com, tren MVA selalu naik sejak tahun 2019-2023 kecuali pada masa pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Untuk terus memacu value added ini perlu kebijakan yang strategis, pro-bisnis dan pro-investasi sehingga industri manufaktur kita semakin berdaya saing di kancah global,” tambahnya.

    Merujuk data theglobaleconomy.com, MVA sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2023 mencapai 255,96 miliar dolar AS atau meningkat 36,4 persen dibanding tahun 2022 sebesar 241,87 miliar dolar AS.

    Angka di tahun 2023 tersebut merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah dan mencerminkan peran strategis sektor industri pengolahan dalam perekonomian nasional. Untuk output dan global value, Indonesia setara dengan negara-negara maju lainnya seperti Inggris, Rusia, dan Prancis.

    “MVA menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor manufaktur dalam suatu negara. Ini mencerminkan kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian nasional dan perannya di kancah global,” jelas Menperin.

    Sebagai perbandingan, rata-rata MVA dunia adalah 78,73 miliar dolar AS, yang berdasarkan data dari 153 negara. Secara historis, rata-rata untuk Indonesia dari tahun 1983 hingga 2023 adalah 102,85 miliar dolar AS. Nilai minimum yang dicapai, yaitu 10,88 miliar dolar AS pada tahun 1983, sementara nilai maksimum sebesar 255,96 miliar dolar AS pada tahun 2023.

    Menperin memandang capaian ini sebagai hasil nyata dari kebijakan industrialisasi nasional yang berbasis pada hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing industri, serta dorongan terhadap pemanfaatan teknologi dan inovasi.

    “Kemenperin selama ini konsisten mendorong perlindungan industri dalam negeri melalui kebijakan perlindungan pasar domestik dari banjir produk impor sehingga mampu meningkatkan MVA Indonesia secara signifikan,” imbuhnya.

    Perlu diketahui, sektor industri manufaktur berkontribusi sebesar 18,67 persen terhadap PDB Indonesia, menjadikannya penyumbang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya. Pencapaian ini sekaligus mengonfirmasi bahwa sektor manufaktur terus menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta daya saing ekspor Indonesia.

    “Indonesia juga memiliki potensi besar untuk terus memperluas pangsa pasar global, terutama melalui peningkatan ekspor produk hilir bernilai tambah tinggi, termasuk sektor makanan-minuman, tekstil, logam, otomotif, dan elektronik,” ujar Menperin.

    Capaian Indonesia dalam tataran global tidak terlepas dari strategi Kementerian Perindustrian dalam mendorong pencapaian Making Indonesia 4.0, penguatan struktur industri dalam negeri, serta insentif terhadap industri berorientasi ekspor dan substitusi impor.

    Selain itu, pemerintah juga terus memperkuat kemitraan internasional, mempercepat adopsi teknologi industri 4.0, serta membangun ekosistem industri hijau dan berkelanjutan guna menyambut transisi menuju ekonomi rendah karbon.

  • LPEM FEB UI: Ketimpangan Pendapatan Masyarakat RI Kian Luas

    LPEM FEB UI: Ketimpangan Pendapatan Masyarakat RI Kian Luas

    Bisnis.com, JAKARTA — Distribusi pendapatan di Indonesia semakin timpang dalam beberapa dekade terakhir, yang mengindikasikan kebijakan pemerintah lebih berpihak kepada kelompok terkaya daripada menengah-bawah.

    Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru LPEM FEB UI bertajuk Indonesia Economic Outlook Q2-2025. Dalam laporan tersebut LPEM FEB UI membagi masyarakat berdasarkan pendapatannya dari tahun ke tahun.

    Pertama, ada kelompok 60% tengah yaitu rumah tangga yang pendapatannya lebih tinggi dari 20% terbawah tetapi masih di bawah 20% teratas. Kedua, kelompok 20% teratas yaitu 20% rumah tangga dengan pendapatan tertinggi. Ketiga, kelompok 20% terbawah yaitu 20% rumah tangga dengan pendapatan terendah.

    Mengolah data Bank Dunia (World Bank), LPEM FEB UI menunjukkan bahwa pada 1999, persentase porsi konsumsi kelompok 60% tengah sebesar 50,42%, kelompok 20% teratas sebesar 40,35%, dan kelompok 20% terbawah sebesar 9,22%.

    Kendati demikian, sejak itu porsi konsumsi kelompok 60% tengah terus tergerus. Sementara kelompok 20% terbawah naik-turun. Sebaliknya, kelompok 20% teratas cenderung terus naik.

    Dari 2000 hingga 2019, pangsa konsumsi kelompok 60% tengah mengalami penyusutan sebesar 1,66 poin persentase; sementara kelompok 20% terbawah mengalami penurunan 1,6 poin persentase; sebaliknya kelompok 20% teratas mencatat kenaikan signifikan sebesar 3,36 poin persentase.

    Pada masa pandemi Covid-19 atau 2019—2021, pangsa konsumsi kelompok 60% tengah kembali mengalami penurunan 0,09 poin persentase; kelompok 1% teratas mengalami penurunan 0,25 poin persentase; sebaliknya kelompok 20% terbawah mengalami kenaikan 0,03 poin persentase.

    Pada masa pemulihan pasca pandemi atau 2022—2023, kelompok 60% tengah terus kehilangan 1,3 poin persentase pangsa konsumsinya. Sebaliknya, kelompok 20% terbawah (bertambah 0,21 poin persentase) dan 20% teratas (bertambah 1,09 poin persentase) mengalami peningkatan.

    Total, dari 2000 hingga 2023, pangsa konsumsi kelompok 60% hilang 2,96%; kelompok 20% terbawah hilang 1,36%; dan sebaliknya kelompok 20% teratas bertambah 4,27%.

    LPEM FEB UI pun menyimpulkan hilangnya porsi konsumsi di kelompok tengah itu mencerminkan rapuhnya fondasi pemulihan ekonomi dan memberikan konteks penting di balik kenaikan ketimpangan yang lambat namun terus-menerus.

    Indeks Gini, misalnya, naik perlahan dari 35,3 pada tahun 2020 menjadi 36,1 pada tahun 2023. Meskipun perubahannya terlihat kecil, angka ini menyembunyikan pergeseran yang lebih dalam.

    “Ketimpangan bukan hanya soal jurang antara si kaya dan si miskin, tetapi juga mengenai tekanan yang mengimpit kelompok menengah secara luas,” tulis LPEM FEB UI dalam laporannya, dikutip Minggu (4/5/2025).

    1746360408_5d968318-7cd4-462b-9ada-40b0c8997b67.Sumber: LPEM FEB UI