Kasus: covid-19

  • Kombes Yade Ungkap Operasi dan Strategi Menghadapi Pandemi dalam Buku

    Kombes Yade Ungkap Operasi dan Strategi Menghadapi Pandemi dalam Buku

    Bandung: Pasca Covid-19 mengguncang dunia dan berhasil keluar dari pandemi yang mematikan, penting bagi Indonesia untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi pandemi.

    Hal ini ditegaskan Kombes Yade Setiawan Ujung dalam acara bedah buku karyanya yang berjudul Waspadai The Next Covid! yang diselenggarakan di Sekolah Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri, Lembang, Selasa 6 Mei 2025.

    Buku ini merupakan pengembangan dari disertasi Yade di Program Doktor Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), yang ia selesaikan pada April 2024.

    Buku setebal 444 halaman ini membahas secara mendalam strategi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, dengan fokus studi kasus di Kota Bandung.

    “Buku ini saya tulis untuk membuka ruang pemahaman publik secara luas mengenai tantangan penanganan pandemi, khususnya dari sudut pandang kepolisian. Sebab bila hanya berupa disertasi, jangkauannya terbatas pada kalangan akademik,” ujar Yade dalam paparannya.

    Acara bedah buku ini dihadiri 250 peserta dan menghadirkan Wakil Rektor Unpad Prof. Dr. R. Widya Setiabudi Sumadinata, M.T., M.Si.

    Prof. Widya menyampaikan bahwa karya ini layak dijadikan bacaan publik karena mengusung pendekatan praktis dan reflektif dari pengalaman langsung penulis saat menjabat sebagai Wakapolrestabes Bandung.

    Dalam buku tersebut, Yade menyoroti kebijakan nasional dan lokal dalam menghadapi pandemi, termasuk peran aktif Polri melalui Operasi Aman Nusa II.

    Operasi ini dijalankan secara nasional dengan pendekatan preemtif, preventif, represif, dan rehabilitatif, yang menurutnya menjadi praktik kebijakan kepolisian pertama di dunia dalam menangani pandemi berskala global.

    “Salah satu contoh implementasi adalah pembentukan Lembur Tohaga Lodaya (LTL), atau kampung tangguh, yang berhasil menurunkan angka kasus Covid-19 di Bandung melalui pelibatan masyarakat secara langsung,” tambahnya.

    Yade juga mengangkat peringatan dari WHO mengenai potensi ancaman Disease X, yaitu penyakit menular baru yang bisa menyebabkan pandemi berikutnya.

    WHO telah menyiapkan peta jalan riset dan jalur regulasi sebagai bentuk mitigasi global. Dalam konteks ini, Yade mengajak semua pihak termasuk Polri untuk mengambil peran aktif dalam mempersiapkan respons strategis nasional.

    “Buku ini tidak hanya menjadi refleksi, tapi juga panggilan untuk bersiap. Kita tidak berharap pandemi terulang, tetapi harus siap jika itu terjadi,” katanya.

    Bandung: Pasca Covid-19 mengguncang dunia dan berhasil keluar dari pandemi yang mematikan, penting bagi Indonesia untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi pandemi.
     
    Hal ini ditegaskan Kombes Yade Setiawan Ujung dalam acara bedah buku karyanya yang berjudul Waspadai The Next Covid! yang diselenggarakan di Sekolah Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri, Lembang, Selasa 6 Mei 2025.
     
    Buku ini merupakan pengembangan dari disertasi Yade di Program Doktor Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), yang ia selesaikan pada April 2024.

    Buku setebal 444 halaman ini membahas secara mendalam strategi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, dengan fokus studi kasus di Kota Bandung.
     
    “Buku ini saya tulis untuk membuka ruang pemahaman publik secara luas mengenai tantangan penanganan pandemi, khususnya dari sudut pandang kepolisian. Sebab bila hanya berupa disertasi, jangkauannya terbatas pada kalangan akademik,” ujar Yade dalam paparannya.
     
    Acara bedah buku ini dihadiri 250 peserta dan menghadirkan Wakil Rektor Unpad Prof. Dr. R. Widya Setiabudi Sumadinata, M.T., M.Si.
     
    Prof. Widya menyampaikan bahwa karya ini layak dijadikan bacaan publik karena mengusung pendekatan praktis dan reflektif dari pengalaman langsung penulis saat menjabat sebagai Wakapolrestabes Bandung.
     
    Dalam buku tersebut, Yade menyoroti kebijakan nasional dan lokal dalam menghadapi pandemi, termasuk peran aktif Polri melalui Operasi Aman Nusa II.
     
    Operasi ini dijalankan secara nasional dengan pendekatan preemtif, preventif, represif, dan rehabilitatif, yang menurutnya menjadi praktik kebijakan kepolisian pertama di dunia dalam menangani pandemi berskala global.
     
    “Salah satu contoh implementasi adalah pembentukan Lembur Tohaga Lodaya (LTL), atau kampung tangguh, yang berhasil menurunkan angka kasus Covid-19 di Bandung melalui pelibatan masyarakat secara langsung,” tambahnya.
     
    Yade juga mengangkat peringatan dari WHO mengenai potensi ancaman Disease X, yaitu penyakit menular baru yang bisa menyebabkan pandemi berikutnya.
     
    WHO telah menyiapkan peta jalan riset dan jalur regulasi sebagai bentuk mitigasi global. Dalam konteks ini, Yade mengajak semua pihak termasuk Polri untuk mengambil peran aktif dalam mempersiapkan respons strategis nasional.
     
    “Buku ini tidak hanya menjadi refleksi, tapi juga panggilan untuk bersiap. Kita tidak berharap pandemi terulang, tetapi harus siap jika itu terjadi,” katanya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (FZN)

  • Donald Trump Makin Tegaskan COVID-19 Itu Awalnya dari China

    Donald Trump Makin Tegaskan COVID-19 Itu Awalnya dari China

    Jakarta

    Seakan menegaskan bahwa AS percaya virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 dari China, Presiden AS Donald Trump menghentikan pendanaan riset virus untuk negara tersebut.

    Donald Trump berpesan kepada para pejabat untuk menghentikan pendanaan riset virus berbahaya di negara yang dianggap kurang tanggap dan aman dari segi regulasi serta pengawasan. Tak ragu-ragu, China dan Iran disebut secara frontal di cuitan akun X @RapidResponse47 milik Gedung Putih.

    Perintah tersebut berbunyi bahwa AS memberi wewenang kepada National Institutes of Health dan badan-badan lain untuk mengidentifikasi dan menarik dana dari penelitian biologi yang dianggap berbahaya bagi kesehatan publik atau keamanan nasional.

    “@POTUS baru saja menandatangani perintah eksekutif yang melindungi warga Amerika dari penelitian gain-of-function yang berbahaya. Perintah tersebut: – Mengakhiri semua pendanaan Federal saat ini dan di masa mendatang untuk penelitian gain-of-function yang berbahaya di negara-negara yang menjadi perhatian seperti China dan Iran dan di negara-negara asing yang dianggap memiliki pengawasan penelitian yang tidak memadai,” tulis tweet tersebut.

    Lebih lanjut, ditulis lagi bahwa AS melarang pendanaan Federal untuk berkontribusi pada penelitian asing yang kemungkinan akan menyebabkan pandemi lainnya.

    “Langkah-langkah ini akan secara drastis mengurangi potensi insiden terkait laboratorium yang melibatkan penelitian gain-of-function, seperti yang dilakukan pada virus corona kelelawar di China oleh EcoHealth Alliance dan Wuhan Institute of Virology,” lanjutnya.

    Dengan begitu, ini menegaskan bahwa pemerintah AS percaya asal mula pandemi COVID-19 lima tahun lalu adalah dari China. Trump juga menyepakati untuk melindungi warga Amerika dari kecelakaan laboratorium dan insiden biosekuriti lainnya, seperti yang kemungkinan menyebabkan COVID-19 dan flu Rusia 1977.

    Sebenarnya, pertanyaan apakah COVID-19 berasal dari China masih diperdebatkan. Yang pasti, tweet ini mendukung badan intelijen AS terkemuka, termasuk FBI, Departemen Energi, dan CIA, yang sepakat bahwa COVID-19 mungkin disebabkan oleh kecelakaan laboratorium di Wuhan.

    Pandangan ini dianut oleh mantan tokoh kesehatan seperti Dr Robert Redfield, mantan Direktur CDC, sebagaimana dilaporkan oleh New York Post.

    Namun, ada pakar yang terus mendukung hipotesis perpindahan zoonosis alami, yang menyatakan bahwa virus tersebut berpindah dari hewan ke manusia tanpa campur tangan manusia. Ini termasuk kepala penasihat medis pemerintahan Biden, Dr Anthony Fauci, dan mantan Direktur NIH Dr Francis Collins.

    (ask/ask)

  • Kisah Miris 3 Bocah Terkurung 4 Tahun di Rumah gegara Ortu Masih Parno COVID

    Kisah Miris 3 Bocah Terkurung 4 Tahun di Rumah gegara Ortu Masih Parno COVID

    Jakarta

    Pasangan asal Jerman, Christian (53) dan Mellisa Steffen (48) yang tinggal di Oviedo, Spanyol ditangkap polisi setelah melakukan isolasi mandiri selama 4 tahun pasca kemunculan pandemi COVID-19. Keduanya ditangkap setelah tiga anak mereka yang berusia 8 dan 10 terjebak tak terurus di dalam rumah.

    Anak-anak mereka terdiri dari anak lelaki kembar berusia 8 tahun dan anak laki-laki berusia 10 tahun. Mereka tidak pernah meninggalkan rumah tersebut sejak Desember 2021, menurut juru bicara polisi.

    “Orang tuanya ditangkap dan anak-anak tersebut ditempatkan di panti asuhan,” katanya pihak kepolisian dikutip dari DW, Selasa (6/5/2025).

    Kepala Inspektur Francisco Javier Lozano menyebut anak-anak itu terperangkap di tempat yang digambarkan seperti ‘rumah horor’. Pihak polisi menuturkan rumah tersebut begitu berantakan, dipenuhi sampah, kotoran hewan peliharaan, hingga produk sanitasi bekas.

    Anak-anak tersebut tidak diperbolehkan pergi ke taman rumah dan tidur di sebuah kandang khusus. Mereka juga diputus kontak dengan dunia luar.

    Kasus ini berawal dari laporan seorang tetangga yang telah memperhatikan kondisi anak tersebut. Tetangga itu tidak pernah melihat anak-anak itu pergi ke sekolah dan memutuskan menghubungi polisi.

    Pasangan Steffen juga memaksa anak-anaknya mengenakan popok dan masker wajah. Menurut laporan surat kabar lokal, sejumlah obat-obatan juga ditemukan di dalam rumah.

    “Begitu kami mengeluarkan mereka, ketiganya mulai menarik napas dalam-dalam seolah mereka mereka belum pernah menghirup udara segar sebelumnya,” kata seorang pejabat Spanyol.

    Polisi mendatangi rumah Steffen ketika pemadaman besar terjadi di Spanyol. Pasangan tersebut sempat meminta polisi untuk memakai masker.

    Kepolisian kota menyebut mereka menemukan cukup bukti kriminalitas dilakukan keduanya. Ini juga didasarkan oleh kondisi menyedihkan yang dialami anak-anak tersebut.

    (avk/kna)

  • Skype Tutup Layanan Setelah 23 Tahun, Ini 5 Aplikasi Alternatifnya – Page 3

    Skype Tutup Layanan Setelah 23 Tahun, Ini 5 Aplikasi Alternatifnya – Page 3

    Berikut adalah 5 alternatif Skype yang bisa dipakai di 2025:

    1. Microsoft Teams

    Sebagai ganti Skype secara de facto, Microsoft Teams menjadi pilihan utama dan pasti. Meski awalnya Teams ditujukan untuk bisnis dan keperluan yang serius alih-alih untuk kebutuhan yang fun, Teams kini menyediakan layanan bagi pengguna perorangan.

    Beberapa keunggulannya meliputi: paket gratis panggilan video 60 menit untuk 100 orang.

    Lalu, ada pula fitur premium dengan kemampuan mulai dari rapat yang diperpanjang, integrasi kalender, berbagi file, hingga integrasi dengan aplikasi Microsoft 365 (Word, Excel, dan Powerpoint).

    Selain itu, sebagai pengganti Skype, proses migrasi akun Skype pengguna lama ditransfer langsung ke Teams dan semua data ditransfer otomatis.

    2. Zoom

    Zoom menjadi nama yang populer selama pandemi Covid-19. Aplikasi ini tetap menjadi pilihan di kalangan pengguna video conference hingga kini.

    Keunggulannya meliputi paket gratis, yakni meeting 40 menit untuk 100 orang dan paket berbayarnya memungkinkan pengguna untuk melakukan panggilan lebih lama, kontrol admin yang lebih canggih, hingga perekaman meeting.

    Zoom juga populer di kalangan profesional dan guru sebagai aplikasi yang bisa diandalkan, mudah dipakai, dan punya dukungan video HD.

     

  • IHSG Dibuka Menguat! Pasar Saham Siap Ngebut atau Masih Wait and See?

    IHSG Dibuka Menguat! Pasar Saham Siap Ngebut atau Masih Wait and See?

    Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan hari ini, Selasa, 6 Mei 2025, mencatatkan kenaikan 32,88 poin atau 0,48 persen ke level 6.864,83. 
     
    Melansir Antara, Selasa, 6 Mei 2025, indeks LQ45 yang berisi saham-saham unggulan juga ikut terdorong naik 3,69 poin ke posisi 771,01.
     
    Namun, euforia ini tampaknya belum sepenuhnya menjadi sinyal rally kuat. Pasalnya, pelaku pasar global masih bersikap “wait and see” terhadap hasil rapat penting bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) pekan ini.
    Pasar tunggu sinyal dari The Fed
    Menurut konsensus analis, pasar tengah menantikan keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada Selasa-Rabu, 6-7 Mei 2025 waktu setempat. 

    Diperkirakan ada kemungkinan penurunan suku bunga acuan sebesar 4,4 persen oleh The Fed.
     
    Sentimen ini menjadi faktor utama yang memengaruhi arah IHSG saat ini.
     
    “IHSG berpeluang menguat terbatas pada hari ini,” kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas.
     

    Data ekonomi AS kuat, tapi ada awan gelap
    Dari sisi makroekonomi global, data yang dirilis Institute for Supply Management (ISM) pada Senin (5/5) menunjukkan bahwa aktivitas sektor jasa di AS untuk periode April 2025 justru tumbuh lebih kuat dari perkiraan.
     
    Namun, para pelaku bisnis mulai menyuarakan kekhawatiran soal kenaikan tarif yang dapat menekan laju pertumbuhan di masa mendatang.
     
    Selain itu, pernyataan dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent bahwa pemerintah hampir mencapai kesepakatan dagang memperkuat sentimen positif, meski sempat dibantah oleh Presiden Donald Trump.
     
    Trump mengatakan bahwa tidak ada rencana untuk berbicara langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang justru menurunkan harapan pasar akan meredanya perang dagang antara AS dan Tiongkok.
    Pertumbuhan ekonomi RI melambat, tapi pasar tetap tahan banting?

    Dari dalam negeri, rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87 persen, atau terendah sejak pandemi covid-19 tahun 2021.
     
    Meskipun data ini kurang menggembirakan, pasar saham tampaknya masih cukup tangguh. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh harapan stimulus lanjutan atau rotasi portofolio investor ke saham-saham defensif.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Skype Tutup Setelah Dua Dekade Beroperasi

    Skype Tutup Setelah Dua Dekade Beroperasi

    Bisnis.com, JAKARTA — Skype, aplikasi panggilan video ternama resmi ditutup oleh Microsoft setelah dua dekade beroperasi.

    Melansir Mashable, Selasa (6/5/2025) mulai 5 Mei 2025 aplikasi dengan ikon “S” biru yang dulu menghiasi layar komputer jutaan orang kini resmi pensiun.

    Diluncurkan pada tahun 2003 dan diakuisisi oleh Microsoft pada 2011 dengan nilai fantastis US$8,5 miliar atau sekitar Rp140 triliun, Skype sempat menjadi raksasa di dunia komunikasi digital. 

    Pada masa jayanya di awal 2010-an, Skype memiliki lebih dari 300 juta pengguna aktif dan menjadi sinonim dengan panggilan video, bahkan menjadi kata kerja “Skype me.”

    Namun, dengan adanya persaingan dari aplikasi pesan instan seperti WhatsApp dan Telegram, serta kebangkitan Zoom selama pandemi, perlahan mengikis dominasi Skype. 

    Ironisnya, salah satu penyebab kejatuhan datang dari dalam rumah sendiri, Microsoft Teams. Alat kolaborasi tersebut tumbuh pesat dan secara bertahap mengambil alih fungsi inti Skype.

    Microsoft sudah mengumumkan niat menutup Skype sejak Februari lalu, dan kini halaman utama Skype berubah menjadi batu nisan digital yang mengarahkan pengguna untuk “beralih ke Teams.” 

    Pengguna berbayar diberi waktu hingga Januari 2026 untuk mengekspor data mereka dan berpindah ke platform baru. Meski tak lagi relevan seperti dulu, Skype telah menorehkan sejarah penting. 

    Skype adalah pionir yang membawa video call ke ruang tamu, kantor, dan bahkan ruang kelas setiap penggunanya.

    Skype menyatukan keluarga jarak jauh, menghubungkan pekerja lintas negara, dan menjadi jembatan komunikasi global sebelum dunia mengenal Zoom.

    Sebelumnya, Jeff Teper, Presiden Aplikasi dan Platform Kolaboratif Microsoft 365, mengatakan dalam wawancara dengan The Verge bahwa pengguna Skype akan diberi kendali penuh atas transisi ini. 

    “Mereka dapat memigrasikan riwayat percakapan dan kontak mereka dan melanjutkan jika mereka mau, atau mereka dapat bermigrasi ke Teams,” kata Teper. 

    Pengguna Skype akan memiliki waktu sekitar dua bulan untuk memutuskan apakah mereka ingin beralih ke Teams atau mengekspor data mereka. 

    Selama periode transisi ini, Microsoft akan mempertahankan interoperabilitas antara Skype dan Teams, sehingga pesan dari pengguna Teams tetap bisa diterima oleh mereka yang masih menggunakan Skype.

    “Jika mereka ingin beralih ke Teams, maka langkah pertama akan berjalan cukup cepat karena kami telah melakukan pekerjaan di bagian belakang untuk memulihkan kontak, riwayat pesan, dan log panggilan mereka,” kata Amit Fulay, wakil presiden produk di Microsoft.

    Salah satu perubahan besar yang dibawa oleh penghentian Skype adalah hilangnya fitur panggilan ke nomor domestik dan internasional. Fitur ini, yang sangat populer pada awalnya ketika VoIP (Voice over IP) belum berkembang dan biaya data seluler sangat mahal, kini dianggap kurang relevan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang ada. 

    Microsoft juga menghentikan penjualan kredit Skype dan layanan berbayar yang memungkinkan pengguna untuk melakukan panggilan internasional.

    Selain itu, nomor Skype yang ada harus dipindahkan ke penyedia lain, karena Microsoft tidak lagi mendukung fitur ini. Microsoft Teams, yang sebelumnya hanya digunakan untuk keperluan bisnis, kini akan menjadi platform utama untuk komunikasi konsumen setelah Microsoft merilis versi personal pada tahun 2020. 

    Meskipun pada awalnya perusahaan tetap berkomitmen untuk mendukung Skype, pada akhirnya mereka memutuskan untuk fokus sepenuhnya pada Teams.

    Kehadiran layanan seperti FaceTime, Messenger, dan WhatsApp yang semakin mendominasi, serta tren penggunaan Zoom selama pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa Skype kesulitan untuk bersaing di pasar komunikasi konsumen. 

    Sejak saat itu, meski basis pengguna Skype tumbuh di awal pandemi, penggunaannya cenderung stagnan.

    Microsoft kini berharap dapat memigrasikan sebagian besar pengguna Skype ke Teams, namun perusahaan juga menegaskan bahwa para pengguna memiliki kontrol penuh atas keputusan mereka.

  • Trump Perintahkan Pembatasan Pendanaan Penelitian Virus

    Trump Perintahkan Pembatasan Pendanaan Penelitian Virus

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan pembatasan baru pada suatu penelitian biologis yang menurut pemerintahannya menyebabkan pandemi COVID-19 melalui kebocoran laboratorium di China.

    Dilansir AFP, Selasa (6/5/2025), AS akan menghentikan pendanaan di negara-negara tertentu yang melakukan eksprerimen ‘gain of function’ yang berkaitan dengan peningkatan patogen. Aturan ini ditandatangani Trump di Gedung Putih pada Senin (5/5).

    “Tidak ada laboratorium yang kebal terhadap kebocoran — dan ini akan mencegah kebocoran yang tidak disengaja terjadi di masa mendatang dan membahayakan manusia,” tulis Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr.

    Direktur Institut Kesehatan Nasional atau National Institutes of Health (NIH), Jay Bhattacharya sepakat dengan aturan tersebut. Menurutnya, penelitian berbahaya memiliki dampak negatif kepada orang sekitar.

    “Setiap negara yang terlibat dalam penelitian ini membahayakan populasi mereka sendiri, serta dunia, seperti yang kita lihat selama pandemi COVID,” tambah Jay.

    Selain itu, perintah tersebut juga berupaya untuk mengakhiri pendanaan untuk jenis penelitian ilmu hayat lainnya di negara-negara yang dianggap kurang memiliki pengawasan yang memadai, sehingga secara signifikan memperluas jenis penelitian asing yang dapat menjadi sasaran.

    Perintah tersebut mengajak pengembangan strategi untuk “mengatur, membatasi, dan melacak penelitian ‘gain-of-function- atau perolehan fungsi yang berbahaya di seluruh Amerika Serikat yang terjadi tanpa pendanaan federal”.

    Diketahui, Trump telah lama mendukung teori bahwa SARS-CoV-2 bocor dari Institut Virologi Wuhan sebagai hasil dari penelitian gain-of-function — sebuah alternatif terhadap teori bahwa virus tersebut menyebar secara alami dari hewan liar ke manusia di pasar makanan laut di kota yang sama.

    Situs web pemerintah AS Covid.gov yang sebelumnya berfokus pada promosi informasi vaksin dan pengujian, kini dikhususkan untuk menyoroti argumen yang mendukung kebocoran laboratorium.

    Beberapa lembaga AS, termasuk Biro Investigasi Federal, Departemen Energi, dan, yang terbaru, Badan Intelijen Pusat — yang mengubah pendiriannya di bawah masa jabatan kedua Trump — kini condong ke asal laboratorium. Beberapa lembaga intelijen lainnya mendukung spillover alami.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Cuma 4,87%, Terendah Sejak 2021

    Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Cuma 4,87%, Terendah Sejak 2021

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 melambat ke 4,87%. Pertumbuhan itu menjadi yang terendah sejak tahun kedua pandemi COVID-19 atau kuartal III-2021 yang mencapai 3,51%.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi itu patut dihargai meski alami perlambatan. Pasalnya hal itu terjadi di tengah ketidakpastian global hingga tekanan dari kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    “Ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh 4,87% ini merupakan sesuatu yang perlu kita hargai karena di tengah ketidakpastian global, di tengah tekanan dari kebijakan Trump, faktor geoekonomi dan geopolitik, Indonesia masih bisa tumbuh 4,87%,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025).

    Berdasarkan catatan detikcom, ekonomi Indonesia lebih banyak tumbuh di atas 5% setelah kuartal III-2021. Pertumbuhan di bawah 5% setelah kuartal III-2021 terjadi pada kuartal III-2023 sebesar 4,94%, kuartal III-2024 sebesar 4,95% dan kuartal I-2025 4,87%.

    Jika dibandingkan dengan beberapa negara mitra dagang utama Indonesia juga mengalami tekanan pada kuartal I-2025. Seperti ekonomi Malaysia 4,4%, Singapura 3,8%, bahkan Korea Selatan alami kontraksi 0,1% dan AS 0,3%.

    Konsumsi Rumah Tangga Melambat Meski Ada Lebaran

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 utamanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan kontribusi 54,53% dan tumbuh 4,89%.

    Amalia mengatakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu melambat jika dibandingkan dengan kuartal I-2024 yang tumbuh 4,91%. Meski ada momen Lebaran, di tahun ini tidak ada momen Pemilu yang mendorong belanja seperti di tahun lalu.

    “Kalau kita bandingkan ke kondisi tanpa Pemilu, sebenarnya di kuartal I-2025 ini relatif bagus dibandingkan dengan kuartal I tahun-tahun sebelumnya yang tanpa Pemilu,” ucap Amalia.

    Berdasarkan catatan BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal I-2025 memang lebih baik dibandingkan kuartal I-2022 yang tumbuh 4,35% dan kuartal I-2023 4,53%. Pertumbuhan itu didorong oleh momen Ramadan dan Idul Fitri, di mana subkomponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh tinggi adalah transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel.

    Alasan lain yang membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal I-2025 melambat dikarenakan momen Idul Fitri jatuh pada 31 Maret 2025. Dengan demikian libur panjang Lebaran tidak terekam dalam kuartal yang sama, melainkan pada April atau kuartal II-2025.

    “Momen hari pertama Idul Fitri-nya jatuh di triwulan I, tetapi H+1 Lebaran, H+2 Lebaran, liburan selanjutnya itu tidak terekam dalam momen triwulan I, yang libur panjangnya itu nanti terekam di triwulan II-2025,” jelas Amalia.

    Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 54,53% dan tumbuh 4,89%. Kemudian disusul Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang kontribusinya 28,03%, namun tumbuh melambat 2,12%.

    Komponen pengeluaran yang tumbuh tinggi adalah ekspor yakni tumbuh 6,78% didorong oleh kenaikan nilai ekspor nonmigas dan kunjungan wisatawan mancanegara. Di sisi lain, konsumsi pemerintah yang kontribusinya 5,88% mengalami kontraksi -1,38%.

    Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir yaitu sebesar 10,52%. Capaian ini berbanding terbalik dibandingkan kondisi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, ketika sektor pertanian mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 3,54%.

    “Kinerja positif sektor pertanian tahun ini didorong oleh adanya peningkatan produksi padi dan jagung sebesar 51,45% dan 39,02% sepanjang triwulan 1-2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, serta meningkatnya permintaan domestik,” imbuhnya.

    (aid/kil)

  • Menperin Beberkan Kondisi Industri di RI Terkini

    Menperin Beberkan Kondisi Industri di RI Terkini

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat industri pengolahan non-migas mengalami peningkatan dalam kontribusi terhadap perekonomian nasional, yang tercermin dari catatan pada kuartal-I tahun 2025 sebesar 17,50%.

    Capaian ini naik dibanding periode yang sama pada tahun 2024 sebesar 17,47%, dan lebih tinggi dari sumbangsih sepanjang tahun 2024 yang berada di angka 17,16%.

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi para pelaku industri non-migas. Kinerja positif ini merupakan wujud nyata dari resiliensi dan daya saing industri nasional di tengah gejolak dampak ekonomi global dan banjir produk impor murah di pasar domestik.

    “Tren peningkatan kontribusi industri pengolahan nonmigas ini adalah sinyal positif bahwa upaya pemerintah dalam memperkuat struktur industri terus berjalan, karena untuk menciptakan industri yang terintegrasi dari hulu sampai hilir dan menghasilkan nilai tambah tinggi bagi perekonomian serta penyerapan tenaga kerja,” ujar Agus dalam keterangan tertulis, Senin (5/5/2025).

    Dibandingkan dengan kuartal II-2022 pasca COVID-19, kontribusi ekonomi industri pengolahan nonmigas memiliki tren meningkat sampai dengan triwulan I-2025 ini.

    Menurut Agus, salah satu strategi utama yang terus dipacu untuk lebih menguatkan rantai pasok dan meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, antara lain melalui kebijakan hilirisasi industri dan optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang diwujudkan dalam kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    “Kami telah memulai reformasi kebijakan TKDN sejak awal Januari 2025 lalu. Hal ini menjadi krusial untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan penciptaan lapangan kerja,” tuturnya.

    Selain itu, lanjut Agus, hilirisasi adalah kunci untuk mengubah paradigma ekonomi berbasis komoditas mentah menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Kebijakan ini terbukti memberikan efek yang luas bagi perekonomian nasional di antaranya membuka lapangan kerja, memperluas investasi, dan meningkatkan nilai ekspor.

    “Dengan kombinasi kebijakan hilirisasi, peningkatan TKDN, serta transformasi industri berbasis teknologi dan riset, kami optimistis kinerja dan kontribusi ekonomi sektor industri manufaktur akan terus meningkat dan menjadi fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional berkelanjutan,” tuturnya.

    Bahkan, menurut data World Bank, terjadinya peningkatan Manufacturing Value Added (MVA) juga turut berdampak pada posisi Indonesia masuk ke dalam negara manufaktur global. Pada tahun 2023, Indonesia berhasil masuk di posisi 12 besar dalam Manufacturing Countries by Value Added di dunia.

    Tren MVA selalu naik sejak tahun 2019-2023 kecuali pada masa pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Untuk terus memacu value added ini perlu kebijakan yang strategis, pro-bisnis dan pro-investasi sehingga industri manufaktur kita semakin berdaya saing di kancah global, tambahnya.

    Merujuk data World Bank, MVA sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2023 mencapai US$ 255,96 miliar atau meningkat 36,4% dibanding tahun 2022 sebesar US$ 241,87 miliar.

    Angka di tahun 2023 tersebut merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah dan mencerminkan peran strategis sektor industri pengolahan dalam perekonomian nasional. Untuk output dan global value, Indonesia setara dengan negara-negara maju lainnya seperti Inggris, Rusia, dan Prancis.

    Sementara itu, BPS mencatat, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 4,31 persen pada triwulan I-2025. Adapun sektor-sektor yang menjadi penopang kinerja industri manufaktur pada periode tersebut, antara lain industri makanan dan minuman yang tumbuh sebesar 6,04 persen. Hal ini didukung oleh permintaan yang cukup tinggi selama Ramadan dan Idulfitri.

    Selanjutnya, disokong oleh kinerja industri logam dasar yang tumbuh sebesar 14,47%, sejalan dengan peningkatan permintaan luar negeri untuk logam dasar, khususnya besi dan baja.

    Selain itu, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang tumbuh sebesar 6,95% karena didorong oleh peningkatan peningkatan permintaan domestik pada momen Ramadan dan Idulfitri, serta peningkatan ekspor.

    (ada/hns)

  • Garuda Indonesia (GIAA) Grounded 15 Pesawat, INACA Buka Suara

    Garuda Indonesia (GIAA) Grounded 15 Pesawat, INACA Buka Suara

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) menyoroti dampak pengurangan jumlah pesawat yang dioperasikan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) terhadap pemulihan industri penerbangan nasional pasca pandemi.

    Sekretaris Jenderal INACA, Bayu Sutanto, mengatakan bahwa jika benar 15 pesawat Garuda saat ini dalam kondisi tidak beroperasi (grounded), maka hal itu akan langsung berdampak pada berkurangnya kapasitas kursi penumpang di sejumlah rute. 

    “Itu tentu akan memperlambat proses pemulihan setelah pandemi Covid-19,” kata Bayu kepada Bisnis, Senin (5/5/2025).

    Bayu juga menambahkan kondisi ini juga mencerminkan tidak memadainya potensi pendapatan maskapai yang diatur melalui tarif batas atas (TBA) sejak 2019. Padahal, dua komponen biaya utama yakni harga avtur dan nilai tukar dolar AS sudah meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

    Hal tersebut, katanya, menyebabkan potensi pendapatan tidak cukup untuk membiayai operasional seperti sewa pesawat, pemeliharaan, suku cadang, dan avtur. Tingkat pengembalian investasi atau aset yang minim, bahkan negatif, membuat sektor ini kurang menarik bagi investor.

    “Hanya di Indonesia yang masih memberlakukan sistem tarif batas atas seperti ini.”

    Sebelumnya, GIAA dikabarkan menghentikan operasional sementara (grounded) setidaknya 15 pesawat akibat biaya perawatan. 

    Berdasarkan pemberitaan Bloomberg, GIAA menghentikan sementara 15 pesawat dikarenakan kesulitan membayar biaya perawatan pesawat. Beberapa pemasok untuk maskapai nasional Indonesia itu juga meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan jasa, karena kekhawatiran terhadap kondisi keuangan Garuda.

    GIAA sendiri mengakui sebanyak 15 pesawat miliknya saat ini masih menunggu perawatan rutin termasuk penggantian suku cadang yang ditargetkan akan dilaksanakan tahun ini.

    Direktur Teknik Garuda Indonesia Rahmat Hanafi mengatakan saat ini terdapat 1 armada Garuda Indonesia dan 14 armada Citilink yang tengah menunggu percepatan penjadwalan perawatan rutin berupa proses heavy maintenance, termasuk penggantian suku cadang, untuk kembali siap beroperasi. 

    “Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini,” kata Rahmad Hanafi, Senin (5/5/2025).