Kasus: bullying

  • Suara Merdu Rista Bikin Dokter Tompi Ingin Berikan Operasi Plastik Gratis: Mau Bantuin OP Bibirnya

    Suara Merdu Rista Bikin Dokter Tompi Ingin Berikan Operasi Plastik Gratis: Mau Bantuin OP Bibirnya

    TRIBUNJATIM.COM- Musisi yang juga dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik, dokter Tompi kini sedang mencari sosok Rista Junianti.

    Sebab, Rista Junianti memiliki suara yang bagus di tengah keterbatasan di bagian bibirnya.

    Pencarian dr Tompi ini bermula saat Rista sedang menyanyikan lagu Mahalini berjudul Mati-matian.

    Suara merdunya menuai pujian dari warganet.

    Video Rista Junianti diunggah di Instagram @indomusikgram.

    Kondisi Rista Junianti mendapat perhatian dari dr Tompi.

    Dokter Tompi berniat untuk memberikan operasi gratis.

    “Kl ada yg kenal, bs tlg kontak dia ya #sy mau bantuin op bibirnya FREE,” tulis Tompi lewat akun @dr_tompi.

    Komentar Tompi tersebut langsung mendapat dukungan dari netizen.

    Tak sedikit yang langsung memberitahu Rista ke Instagram pribadinya @ristajuniantisumahi.

    @ma****: Kakak dpt komen dr dr tompi kak…..ayo cepet dm dr tompi kaka….

    @hom*******: Kak , km d komen dr Tompi mau dikasih free oprasi

    @res****: Kak..cepat dm dr tompi kak

    @har*********: Kaaak mau di cariin @dr_tompi mau di operasi

    Banyak juga netizen yang menandai akun dr Tompi di postingan Rista.

    Sampai  berita ini dirilis, belum diketahui respons Rista terkait tawaran Dokter Tompi.

      

     
      

    Sosok Dokter Tompi

    Tompi lahir pada 22 September 1978 (45 tahun) di Lhokseumawe, Aceh.

    Teuku Adifitrian yang lebih dikenal dengan nama Tompi adalah seorang penyanyi, dokter, dan pembawa acara asal Indonesia.

    Tompi menekuni hobi bernyanyinya dengan bergabung dengan sanggar tari.

    Di sanggar itu, ia dilatih bernyanyi dan bermain alat musik, salah satunya gendang.

    Karakter vokalnya yang khas dipengaruhi oleh nyanyian tradisional Aceh, hingga akhirnya ia hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya.

    Ia pun tampil bernyanyi di berbagai acara di kampusnya dan sejumlah kafe.

    Tompi pun terjun ke dunia tarik suara pada 2003 dengan merilis debut album bertajuk Cherooke.

    Setelah itu, namanya pun melejit dan dikenal publik sebagai penyanyi jazz.

    Saat ini, ia telah menelurkan sembilan album.

    Beberapa lagunya yang menjadi hits berjudul “Tak Pernah Setengah Hati”, “Selalu Denganmu”, dan “Sedari Dulu”.

    Selain berkarier sebagai penyanyi, Tompi juga berprofesi sebagai seorang dokter bedah plastik.

    Ia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Menurut pria asal Aceh ini, bernyanyi bukanlah sebuah alih profesi baginya, tetapi pekerjaan sampingan yang menyenangkan.

    Tompi juga berhasil meraih beberapa penghargaan, salah satunya adalah di ajang AMI Award untuk Karya Produksi Kroncong/Kroncong Temporer/Stambul/Langgam Terbaik.

    Pria yang juga menggeluti dunia fotografi ini lalu melebarkan sayapnya menjadi sutradara film dan debut lewat film komedi berjudul Pretty Boys yang tayang pada 19 September 2019 lalu.

    Bicara kehidupan pribadi, Tompi menikah dengan Arti Indira pada tahun 2006 yang juga seorang dokter spesialis gizi klinik.

    Tompi dan Arti Indira telah dikaruniai tiga orang anak. 

    Dokter Tompi pernah komentari soal senioritas di dunia dokter

    Kasus meninggalnya dokter muda mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menjadi sorotan.

    Tak terkecuali bagi dokter sekaligus penyanyi Teuku Adifitrian alias Tompi.

    Ia buka suara soal senioritas di dunia kedokteran dan rumah sakit (RS) di Indonesia.

    Menurut Tompi, senioritas di lingkungan tersebut bak sulit untuk dihilangkan.

    Menurut Tompi yang merupakan dokter spesialis bedah plastik, situasi dan lingkungan di rumah sakit selama ini membuat banyak tenaga kesehatan muda mengeluh.

    Namun, banyak tenaga kesehatan muda itu, baik dokter maupun perawat segan untuk mengoreksi tradisi yang ada.

    “Seberapa banyak sih nakes junior yang brani menyampaikan kritik/ketidaksetujuan akan sesuatu yang berlangsung di RS-dunia praktek kedeokteran?” tulis Tompi di akun X-nya, dikutip Senin (19/8/2024).

    Tompi menyebut, selama ini hanya sedikit tenaga kesehatan yang berani mengoreksi berbagai hal yang dirasa tak ideal.

    Itu pun, lanjut Tompi, sungguh dengan hati-hati agar tak mengalami konsekuensi buruk.

    “Kalo pun brani menegur bunyi nya akan penuh dengan ‘ijin meyampaikan… atau maaaf kl bs …’,” lanjut Tompi.

    Tompi menjelaskan, rasa segan atau takut dari banyaknya tenaga kesehatan atas situasi yang tak mengenakkan itu lantaran ada tekanan dari senior atau petinggi di lingkungan RS atau tempat praktik dokter tersebut.

    “Knp jadi takut? Krn bgitu ada yg brani bunyi dianggap keras kepala, dosanya diungkit2 dan jadi terkucilkan. Yang setuju angkat tangan,” kata Tompi.

    Ada pun, pernyataan Tompi ini menanggapi peristiwa seorang mahasiswi yang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di program studi Universitas Diponegoro RSUP Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, yang diduga bunuh diri akibat dirundung atau di-bully senior.

    Sebelumnya, seorang mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ditemukan tewas di kamar kosnya, pada Senin (12/8/2024) malam.

    Peristiwa ini sendiri menjadi perhatian nasional. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) dokter senior yang terbukti melakukan praktik perundungan (bullying) yang berakibat pada kematian.

    Kemenkes juga meminta Universitas Diponegoro dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperbaiki sistem PPDS.

    Diketahui sebelumnya, kasus kematian dokter muda dr Aulia Risma Lestari (30) menguak sejumlah fakta.

    Kini beredar buku unthulektomi berisi pedoman dokter residen.

    Dalam buku tersebut menyebutkan tugas junior ke senior, bahkan tertulis sistem hirarki.

    Namun yang menjadi perhatian, aturan dalam buku tersebut terkesan seperti bullying.

    Sebelumnya diberitakan, dr Aulia mengakhiri hidup di kosnya di Kota Semarang, Senin (12/8/2024), saat melakukan tugas belajar di RSUP Dr Kariadi.

    Kematian dokter muda mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) program studi anestesi FK Undip ini menjadi sorotan dan perhatian.

    Kini kematian dr Aulia pun viral di media sosial.

    Banyak netizen mengungkap sejumlah foto terkait dugaan perundungan atau bullying yang menimpa mahasiswa PPDS.

    Salah satu foto yang menyedot perhatian dan viral adalah buku yang diduga merupakan pedoman dokter residen.

    Buku pedoman tersebut bersampul merah yang bertuliskan Unthulektomi.

    Beberapa isi buku pedoman tersebut adalah adat dan kebiasaan juga hirarki dalam PPDS.

    Misalnya mahasiswa semester 1 hanya boleh bertanya ke mahasiswa di atasnya.

    ”Hirarki bertanya,tanggung jawab,tugas: smtr 1 -> smtr 2 -> smtr 3,dst” tulis aturan dalam buku.

    Selain itu dituliskan juga bahwa junior harus datang lebih dulu dari senior, juga untuk makan lebih belakangan.

    Aturan lainnya yang tertulis dalam buku berjudul Unthulektomi tersebut adalah dilarang banyak bertanya dan yang penting manut.

    Junior pun tertulis harus siap menerima tugas ekstra dari senior.

    Selain itu juga dicantumkan perihal junior yang harus datang lebih dulu dari senior.

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini sedang melakukan investigasi terkait bullying atau perundungan yang terjadi pada tingkat PPDS.

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi sendiri membenarkan adanya tradisi perundungan dalam dunia pendidikan kedokteran.

    “Bullying ini di Indonesia sudah sangat lama terjadi. Banyak masukan saya terima,” ujarnya.

    Budi Gunadi pun menegaskan perilaku bullying tersebut harus diselesaikan,

    “Ini fenomena yang besar, yuk kita putuskan, kita hentikan kebiasaan ini,” ujarnya.

    Sosok Aulia Risma dokter PPDS Anestesi Undip yang ditemukan meninggal dunia di kosnya (Istimewa via Tribun Jateng)

    Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, dr Aulia Risma Lestari diduga mengakhiri hidupnya karena merasa berat mengikuti pelajaran dan tak kuat menghadapi seniornya.

    Ini pun diperkuat dari keterangan ibu korban maupun hasil temuan buku harian dr Aulia di kamar kosnya.

    “Nah, dia sempat enggak kuat, begitu istilahnya, otaknya sudah ambyar urusan pelajarannya berat.”

    “Urusan sama seniornya berat,” jelas Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, kepada Tribun Jateng, Rabu (14/8/2024).

    Menurut dia, dokter asal Tegal ini diduga menenangkan diri menggunakan obat anestesi.

    Obat tersebut disuntikan sedikit ke lengannya.

    “Dicek masih ada sisa campuran obat.”

    “Informasi dokter, obat itu seharusnya lewat infus.”

    “Tetapi ini disuntikan sedikit di lengannya agar bisa tidur,” ujarnya.

    Pernyataan resmi itulah yang kemudian sejumlah pihak bereaksi termasuk Kementerian Kesehatan.

    Selembar kertas elektronik dari Kementerian Kesehatan itu pun menjadi viral. 

    Dalam surat yang dikeluarkan Kemenkes bernomor TK.02.02/D/44137/2024 pada 14 Agustus 2024 dan ditandatangani Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, dr Azhar Jaya, berisikan tentang penghentian Program Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang.

    Berikut isi surat resmi Dirjen Layanan Kesehatan Kemenkes yang dikirimkan ke Direktur Utama RSUP dr Kariadi Semarang.

    Sehubungan dengan dugaan terjadinya perundungan di Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro yang ada di RSUP dr Kariadi, yang menyebabkan terjadinya bunuh diri pada salah satu peserta didik Prodi Anestesi Universitas Diponegoro. 

    Maka disampaikan kepada Saudara untuk menghentikan sementara Program Studi Anestesi di RSUP dr Kariadi sampai dengan dilakukannya investigasi dan langkah- langkah yang dapat dipertanggungjawabkan oleh jajaran Direksi Rumah Sakit Kariadi dan FK Undip. 

    Penghentian program studi sementara tersebut terhitung mulai tanggal surat ini dikeluarkan.

    dr Aulia dan surat Kemenkes (via Tribun Jateng)

    Terpisah, Ketua Umum Ikasma Tegal, dr Tafakurrozak, mengecam kasus perundungan PPDS Undip dan RSUP dr Kariadi Semarang.

    Bahkan pihaknya secara terang-terangan menyebut jika yang dialami dr Aulia bukan kasus yang pertama, sebelumnya juga pernah terjadi.

    Bahkan korban sebelumnya juga merupakan alumni SMA Negeri 1 Tegal.

    Atas kondisi inilah, Ikatan Alumni SMA Negeri 1 (Ikasma) Tegal mengecam perundungan yang diduga mengakibatkan dokter PPDS Anestesi Fakultas Kedokteran Undip Semarang mengakhiri hidupnya pada Senin (12/8/2024).

    ARL diketahui merupakan warga Kota Tegal dan seorang dokter di RSUD Kardinah Kota Tegal. 

    Almarhumah juga merupakan alumni SMA Negeri 1 Tegal angkatan 2011.

    dr Tafakurrozak prihatin terhadap kasus perundungan di dunia pendidikan kedokteran.

    Pada April 2024, ada juga alumni SMA Negeri 1 Tegal yang mengalami perundungan saat sedang menjalani PPDS Gizi Klinis di Undip dan RSUP dr Kariadi Semarang. 

    Dia menilai, perundungan tersebut sudah tidak zamannya, justru seperti mewariskan sifat kerja rodi, feodal, atau kolonialisme.

    “Ini zaman sudah berubah, pendidikan sudah harus mengutamakan sisi kemanusiaan.”

    “Tidak dengan bullying atau perundungan yang dilakukan senior atau konsulen,” katanya kepada Tribun Jateng, Rabu (14/8/2024).

    Tafakurrozak mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah Kemenkes RI yang memberhentikan sementara PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang. 

    Dia mendorong Kemenkes untuk menindaklanjutinya dengan investigasi. 

    Ikasma Tegal juga siap mendampingi keluarga korban untuk melaporkan ke pihak berwajib dengan mencarikan pengacara.

    Pihaknya melalui jaringan alumni juga siap melaporkan kasus tersebut ke Kapolri RI.

    “Kami mengharapkan keluarga untuk melaporkannya secara hukum, ini karena kehilangan nyawa. Laporkan kepada aparat berwenang dan Ikasma Tegal akan mendampingi dan mencarikan lawyer,” jelasnya.

    Ketua Umum Ikasma Tegal, dr Tafakurrozak (TRIBUN JATENG/FAJAR BAHRUDDIN ACHMAD)

    Kontak bantuan
    Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tidak ada orang yang membantu.

    Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

    Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling. Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

    https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Polisi Selidiki Kasus Bullying Remaja di Gresik, Buru Pelaku

    Polisi Selidiki Kasus Bullying Remaja di Gresik, Buru Pelaku

    Gresik (beritajatim.com) – Aparat Kepolisian di Gresik tengah mengusut kasus bullying yang dialami oleh seorang pelajar SMP berinisial TT (15) asal Kecamatan Manyar.

    Korban mengalami perundungan yang dilakukan oleh seorang perempuan berambut pirang bersama rekannya. Kasus ini sempat menjadi perhatian publik setelah sebuah video viral di media sosial memperlihatkan aksi bullying tersebut.

    Kapolsekta Gresik, Iptu Suharto, menjelaskan bahwa pihak kepolisian sudah mengambil langkah-langkah penyelidikan segera setelah video tersebut tersebar di media sosial.

    “Langkah pertama kami lakukan cek lokasi kejadian (TKP) dan mengunjungi rumah korban,” ujar Suharto, Selasa (19/11/2024).

    Menurut Suharto, korban telah membuat laporan resmi dan menjalani visum untuk melengkapi proses penyidikan terkait kasus bullying yang dialaminya. Penyelidikan mengungkap bahwa insiden bullying ini terjadi pada Minggu (17/11/2024) sore, di dua lokasi yang berbeda. Lokasi pertama, di Balai RT Kelurahan Kebomas, Kecamatan Kebomas, Gresik, di mana perundungan terekam dalam video yang direkam menggunakan ponsel. Sayangnya, lokasi ini tidak memiliki kamera CCTV.

    Lokasi kedua berada di Jalan Manggis sebelah timur GOR Tri Dharma Petrokimia Gresik, di mana aksi bullying pelaku terekam jelas oleh kamera CCTV.

    “Di lokasi pertama tidak terekam CCTV karena tidak ada kamera pengawas, namun di lokasi kedua, pelaku jelas terlihat melakukan perundungan,” tambah Suharto.

    Sementara itu, Ipda Hepy Muslih, Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Gresik, mengungkapkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) dan anggota Bhabinkamtibmas Polsek Manyar untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap korban yang berasal dari Kecamatan Manyar.

    “Kami masih terus memeriksa saksi korban, dan pelaku saat ini sedang dalam pencarian,” pungkasnya.

    Kasus bullying ini menambah sorotan terhadap pentingnya penanganan kasus kekerasan terhadap remaja, terutama yang melibatkan media sosial dalam penyebaran video yang merugikan korban. Polisi berharap dapat segera menangkap pelaku dan memberikan keadilan bagi korban. [dny/beq]

  • 4
                    
                        Kasus Ivan Sugianto di Surabaya, dari Suruh Siswa Menggonggong hingga Terindikasi Terlibat Judi "Online"
                        Surabaya

    4 Kasus Ivan Sugianto di Surabaya, dari Suruh Siswa Menggonggong hingga Terindikasi Terlibat Judi "Online" Surabaya

    Kasus Ivan Sugianto di Surabaya, dari Suruh Siswa Menggonggong hingga Terindikasi Terlibat Judi “Online”
    Editor
    KOMPAS.com

    Ivan Sugianto
    , pengusaha yang ditahan karena menyuruh seorang siswa SMA untuk sujud dan menggonggong, kini juga terindikasi terlibat judi
    online
    sehingga rekeningnya diblokir oleh Pusat Penelitian dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
    Pengamat kepolisian dan hukum pidana mengatakan polisi wajib menyelidiki temuan PPATK terkait pengusaha asal
    Surabaya
    tersebut.
    Pasalnya, menurut pengamat, PPATK tak mungkin memblokir rekening seseorang tanpa ada indikasi kuat yang mengarah pada pencucian uang.
    “Jangan sampai informasi pelanggaran hukum lainnya ini malah menguap dan tidak dituntaskan karena itu akan jadi blunder, polisi akan dianggap melindungi Ivan,” kata pengamat kepolisian dari
    Institute for Security and Strategic Studies
    (ISESS) Bambang Rukminto pada Minggu (17/11).
    Namun, Polrestabes Surabaya dan Polda Jawa Timur hingga Minggu (17/11P) menyatakan bahwa mereka sejauh ini hanya “fokus” menangani kasus dugaan intimidasi terhadap Ivan.
    Sosok Ivan menjadi sorotan warganet setelah videonya saat membentak siswa SMA bernama EN viral di media sosial.
    Ivan disebut tak terima dengan lelucon “rambut seperti pudel” yang diutarakan oleh EN, siswa SMA Kristen Gloria 2, kepada anaknya yang merupakan siswa SMA Cita Hati Surabaya.
    Dia lalu mendatangi sekolah EN, lalu menyuruh EN meminta maaf dengan cara sujud dan menggonggong. Cara ini, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), “arogan” serta “merendahkan martabat anak”.
    Kasus itu kemudian dilaporkan ke polisi oleh SMA Kristen Gloria 2. Polisi lalu menangkap Ivan pada Kamis (14/11) di Bandara Juanda Surabaya.
    Dia dijerat dengan pasal berlapis, yakni pasal 80 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak dan Pasal 335 ayat (1) butir 1 KUHP dengan ancaman hukuman tiga tahun penjara.
    Ivan sempat menyampaikan permintaan maaf atas tindakannya melalui pesan video. Saat itu, dia menyatakan akan menyerahkan diri ke Polrestabes Surabaya.
    Namun setelah itu, belum ada respons dari pihak Ivan termasuk soal temuan PPATK.
    Berikut fakta-fakta yang terungkap sejauh ini terkait kasus yang menjerat Ivan.
    Penelusuran ini masih berkembang dan PPATK juga masih menghitung nominalnya.
    “Yang kami bekukan rekening IS untuk Valhalla Club dan yang terkaitnya,” kata Ivan. Valhalla yang dia maksud adalah sebuah klub malam di Surabaya.
    Saat menelusuri aliran dananya, Ivan mengatakan tim analis PPATK menemukan sejumlah transaksi terkait dengan judi
    online.
    Pada Minggu (17/11), PPATK menyatakan belum ada perkembangan terbaru yang bisa disampaikan soal temuan ini.
    Namun Humas PPATK, Natsir Kongah, mengatakan analisis itu mereka lakukan berdasarkan laporan yang disampaikan oleh penyedia jasa keuangan.
    Hasil analisis, kata dia, biasanya juga mereka serahkan kepada penegak hukum.
    Soal temuan ini, pakar hukum pidana dari Universitas Trisaksi, Abdul Fickar Hadjar, mengatakan ketika rekening seseorang dibekukan oleh PPATK berarti ada sejumlah transaksi yang terjadi secara berkelanjutan dan mengarah pada dugaan pencucian uang.
    “Itu tidak hanya pada satu momen. Karena itu, orang ini dijerat TPPU [tindak pidana pencucian uang,” kata Fickar.
    “Artinya kalau dia punya usaha, di balik kegiatan usahanya itu ada penyamaran hasil kejahatan, hasil yang ilegal menjadi legal,” sambungnya.
    Bambang Rukminto dari ISESS juga berpendapat senada. Menurutnya, PPATK tak mungkin memblokir rekening seseorang tanpa dasar yang kuat.
    “PPATK bisa disomasi kalau itu tidak benar, jadi pasti tidak sembarangan memblokir rekening seseorang, pasti ada aliran dana yang dicurigai,” kata Bambang.
    Menurutnya, polisi semestinya bisa proaktif mengusut temuan PPATK itu tanpa perlu ada yang melaporkan.
    “Polisi bisa membuat laporan model A berdasarkan temuan PPATK, enggak perlu menunggu ada pelapor,” kata Bambang.
    “Tinggal bagaimana komitmen kepolisian untuk menindak lanjuti dalam penyelidikan juga membukanya secara transparan.”
    Namun sejauh ini, Polrestabes Surabaya menyatakan pihaknya “tidak menangani” temuan PPATK itu.
    “Yang kami tangani hanya masalah laporan dari SMA Gloria, kasus untuk anak itu. Kalau yang lain-lain, sampai sekarang belum ada,” kata Kepala Seksi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Dewi, kepada wartawan Mustofa El Abdy yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
    Foto-foto itu kemudian memicu spekulasi warganet yang mengaitkan tindakan Ivan dengan relasinya Ivan dengan aparat.
    Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Harianto, merespons spekulasi itu dan mengatakan bahwa perwira menengah di dalam foto tersebut “bukan bekingan atau rekan bisnis” Ivan.
    “Foto tersebut diambil 18 September 2024. Ivan S dan pamen TNI sudah bersahabat sejak lama,” kata Hariyanto melalui keterangan tertulis.
    Hariyanto mengatakan, tindakan Ivan tidak berkaitan dengan perwira TNI yang berfoto bersamanya.
    “Mereka berteman seperti layaknya sahabat biasa dan tidak ada hubungan bisnis, apalagi sampai menjadi beking,” ujar Hariyanto.
    Sementara itu, polisi merespons foto tersebut dengan menyatakan bahwa mereka “fokus pada penanganan kasus”.
    “Kami fokus ke penanganan perkaranya saja, soal yang lain-lain itu enggak. Pokoknya masyarakat boleh percaya kepada polisi. Dengan ditahannya Ivan, itu kan berarti menyatakan bahwa polisi itu serius untuk penanganan perkara ini,” ujar AKP Rina Shanty Dewi.
    Kuasa hukum EN, Reifon Cristabella, mengatakan bahwa tindakan dugaan intimidasi terhadap kliennya pertama kali terjadi di lingkungan sekolah pada 21 Oktober 2024.
    “Tidak ada yang melerai kecuali security dan ayah korban,” kata Bella.
    Namun, ketika dilerai, Ivan tidak memberi izin. Tak lama setelahnya, EN dipindahkan ke satu ruangan di dalam sekolah.
    Pada saat dipindahkan, sangat disayangkan, kejadian yang saya sebutkan di depan, berlutut dan menggonggong terulang kembali,” jelas Bella.
    Bella juga mengeklaim “tidak pernah terjadi perkelahian antara EN dan anak Ivan.
    Dia menyebut bahwa kedua anak itu baru mengenal dan bertatap muka ketika Ivan mendatangi korban dan keluarganya ke sekolah. Menurut Bella, “tidak pernah ada aksi bullying atau perkelahian”.
    “Kami justru mempertanyakan, orang-orang dewasa yang datang itu siapa dan kapasitasnya sebagai apa dan untuk apa datang di situ,” tutur Bella.
    Pihak sekolah memutuskan melaporkan kejadian itu ke polisi lantaran membuat para orang tua siswa merasa resah dan terintimidasi.
    Korban dan keluarganya pun disebut sempat trauma dan masih butuh waktu untuk memulihkan diri atas apa yang terjadi.
    Ketua KPAI, Ai Maryati, mengecam tindakan Ivan karena dianggap main hakim sendiri dan telah “merendahkan martabat anak”.
    Dia mengingatkan orang tua untuk bisa menahan diri saat menghadapi konflik antar-sesama anak.
    “Orang tua itu kan orang dewasa, jadi perilaku yang merendahkan harkat dan martabat anak itu tidak boleh terjadi. Itu yang kami sesalkan. Kami melihatnya sebagai arogansi, dan ada relasi kuasa yang sangat timpang,” kata Ai ketika dihubungi.
    Selain itu, Ai juga menegaskan bahwa penyelesaian konflik antar-anak semestinya dilakukan secara hati-hati dan mengutamakan kepentingan terbaik anak.
    Penyelesaian dengan cara yang dilakukan Ivan, menurutnya, hanya akan membuat anak trauma.
    Ai mengatakan, KPAI akan memastikan korban dan keluarganya mendapat pendampingan dan pemulihan.
    Kembali ke kasus Ivan, Bambang Rukminto mengatakan besar kemungkinan kasus ini akan bergulir panjang dan menguak kasus hukum lainnya.
    Sebelumnya pernah terjadi kasus dengan pola serupa pada Rafael Alun Sambodo, mantan pegawai Pajak yang divonis korupsi setelah tindakan arogan putranya menganiaya seorang anak.
    Sementara itu, Fickar mengatakan, mengemukanya dugaan lain terkait Ivan adalah “berkah akibat viral”.
    “Satu kasus membuka siapa sebenarnya orang ini. Mungkin karena merasa banyak kenalannya, dia merasa arogan dan merasa posisinya di atas hukum. Jadi ketika dia membela anaknya, dia lakukan dengan cara-cara yang arogan juga,” kata Fickar.
    Wartawan di Surabaya, Jawa Timur, Mustofa El Abdy berkontribusi dalam liputan ini.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Perundungan Kembali Terjadi di Gresik

    Kasus Perundungan Kembali Terjadi di Gresik

    Gresik (beritajatim.com)- Kasus perundungan, atau bullying yang melibatkan dua remaja putri kembali terjadi di Kabupaten Gresik. Kasus ini sempat viral di medsos (media sosial) berdurasi selama 42 detik.

    Imbas kejadian tersebut, mendapat ribuan komentar yang diunggah oleh [email protected] dengan keterangan ‘Ojok ngelamak-ngelamak karo mbak iku rek ati-ati di gruduk (Jangan kurang ajar sama mbak itu hati-hati bisa digereduk).

    Lokasi perundungan itu, terjadi di dekat GOR Tridharma diduga dilakukan oleh teman perempuannya berjumlah dua orang. Terlihat korban seorang perempuan yang masih remaja berambut ikal mengenakan kaos putih.

    Dia ditendang dan ditampar oleh dua remaja perempuan. Salah satunya berambut pirang (blonde) memakai baju dan celana warna krem. Karena tamparan tersebut, korban menangis kesakitan.

    Terkait dengan kejadian ini, Kapolsekta Gresik Iptu Suharto membenarkan dan anggotanya di lapangan masih melakukan penyelidikan. “Iya benar anggota kami masih mencari informasi keberadaan dua remaja yang diduga melakukan perundungan,” ujarnya, Senin (18/11/2024).

    Ditanya mengenai apa ada laporan dari korban, Suharto mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan. “Meski belum ada laporan, kami tetap mencari tahu sumber informasi itu sambil melakukan penyelidikan,” pungkasnya.  [dny/suf]

  • Kasus Percobaan Bunuh Diri di Kalangan Pelajar Naik, Ini Penyebab dan Cara Mencegah

    Kasus Percobaan Bunuh Diri di Kalangan Pelajar Naik, Ini Penyebab dan Cara Mencegah

    Jakarta: Bunuh diri hingga percobaan bunuh diri merupakan masalah serius yang terjadi berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Fenomena ini dapat terjadi jika adanya gangguan kesehatan mental hingga tekanan sosial dan ekonomi yang sering sekali menjadi pemicu munculnya pikiran atau keinginan bunuh diri.  

    Menurut World Health Organization (WHO) Indonesia, angka percobaan bunuh diri meningkat di kalangan pelajar. Jumlah pelajar yang pernah serius mempertimbangan untuk bunuh diri naik dari 5,6 persen pada tahun 2015 menjadi 8,5 persen pada tahun 2023.

    Angka ini menunjukkan peningkatan yang memprihatinkan dan menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, khususnya di kalangan pelajar dan generasi muda. 

    Masalah ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat luas, sehingga memerlukan langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif.

    Dalam artikel ini, Medcom.id akan membahas mengenai memahami faktor penyebab bunuh diri serta pencegahannya.

    Faktor penyebab bunuh diri

    1. Gangguan kesehatan mental

    Depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, dan skizofrenia adalah beberapa kondisi kesehatan mental yang sering dikaitkan dengan pikiran bunuh diri. Seseorang yang mengalami hal ini sering merasa putus asa, kehilangan semangat, dan sulit menemukan solusi untuk keluar dari masalah yang sedang dialami.

    2. Tekanan sosial dan ekonomi

    Masalah seperti kemiskinan, pengangguran, utang yang menumpuk, atau kehilangan pekerjaan dapat menjadi beban yang berat. Dalam beberapa kasus, tekanan dari masyarakat, seperti bullying atau stigma sosial, juga dapat memperburuk situasi seseorang.

    3. Trauma dan kehilangan

    Pengalaman traumatis seperti pelecehan, kekerasan, atau kehilangan orang yang dicintai seringkali menjadi pemicu munculnya pikiran untuk bunuh diri. Perasaan kehilangan dan kesedihan yang mendalam dapat membuat seseorang merasa sulit untuk melanjutkan hidup.

    4. Masalah hingga konflik dalam hubungan

    Konflik dalam hubungan, perceraian, atau kehilangan hubungan dekat juga menjadi faktor signifikan. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik atau menerima perubahan sering kali dapat mengarah pada perasaan tidak berharga.

    5. Pengaruh lingkungan dan media

    Lingkungan yang tidak mendukung atau paparan terhadap konten media yang memuat bunuh diri tanpa memberikan edukasi yang tepat dapat mempengaruhi seseorang untuk mempertimbangkan tindakan serupa. 
     

     

    Pencegahan bunuh diri

    1. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan

    Edukasi mengenai pentingnya kesehatan mental dan bagaimana cara mendukung orang-orang yang sedang mengalami masalah emosional harus ditingkatkan di masyarakat.

    2. Menciptakan lingkungan yang mendukung

    Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas dapat memberikan rasa aman dan membantu mengurangi perasaan kesepian.

    3. Mengakses bantuan profesional

    Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda membutuhkan bantuan, segera arahkan mereka untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater.

    4. Mengurangi stigma

    Stigma terhadap kesehatan mental sering kali menjadi penghalang bagi individu untuk mencari bantuan. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan budaya dimana berbicara tentang kesehatan mental dianggap normal dan diterima.

    (Nithania Septianingsih)

    Jakarta: Bunuh diri hingga percobaan bunuh diri merupakan masalah serius yang terjadi berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Fenomena ini dapat terjadi jika adanya gangguan kesehatan mental hingga tekanan sosial dan ekonomi yang sering sekali menjadi pemicu munculnya pikiran atau keinginan bunuh diri.  
     
    Menurut World Health Organization (WHO) Indonesia, angka percobaan bunuh diri meningkat di kalangan pelajar. Jumlah pelajar yang pernah serius mempertimbangan untuk bunuh diri naik dari 5,6 persen pada tahun 2015 menjadi 8,5 persen pada tahun 2023.
     
    Angka ini menunjukkan peningkatan yang memprihatinkan dan menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, khususnya di kalangan pelajar dan generasi muda. 
    Masalah ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat luas, sehingga memerlukan langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif.
     
    Dalam artikel ini, Medcom.id akan membahas mengenai memahami faktor penyebab bunuh diri serta pencegahannya.

    Faktor penyebab bunuh diri

    1. Gangguan kesehatan mental
     
    Depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, dan skizofrenia adalah beberapa kondisi kesehatan mental yang sering dikaitkan dengan pikiran bunuh diri. Seseorang yang mengalami hal ini sering merasa putus asa, kehilangan semangat, dan sulit menemukan solusi untuk keluar dari masalah yang sedang dialami.
     
    2. Tekanan sosial dan ekonomi
     
    Masalah seperti kemiskinan, pengangguran, utang yang menumpuk, atau kehilangan pekerjaan dapat menjadi beban yang berat. Dalam beberapa kasus, tekanan dari masyarakat, seperti bullying atau stigma sosial, juga dapat memperburuk situasi seseorang.
     
    3. Trauma dan kehilangan
     
    Pengalaman traumatis seperti pelecehan, kekerasan, atau kehilangan orang yang dicintai seringkali menjadi pemicu munculnya pikiran untuk bunuh diri. Perasaan kehilangan dan kesedihan yang mendalam dapat membuat seseorang merasa sulit untuk melanjutkan hidup.
     
    4. Masalah hingga konflik dalam hubungan
     
    Konflik dalam hubungan, perceraian, atau kehilangan hubungan dekat juga menjadi faktor signifikan. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik atau menerima perubahan sering kali dapat mengarah pada perasaan tidak berharga.
     
    5. Pengaruh lingkungan dan media
     
    Lingkungan yang tidak mendukung atau paparan terhadap konten media yang memuat bunuh diri tanpa memberikan edukasi yang tepat dapat mempengaruhi seseorang untuk mempertimbangkan tindakan serupa. 
     

     

    Pencegahan bunuh diri

    1. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan
     
    Edukasi mengenai pentingnya kesehatan mental dan bagaimana cara mendukung orang-orang yang sedang mengalami masalah emosional harus ditingkatkan di masyarakat.
     
    2. Menciptakan lingkungan yang mendukung
     
    Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas dapat memberikan rasa aman dan membantu mengurangi perasaan kesepian.
     
    3. Mengakses bantuan profesional
     
    Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda membutuhkan bantuan, segera arahkan mereka untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater.
     
    4. Mengurangi stigma
     
    Stigma terhadap kesehatan mental sering kali menjadi penghalang bagi individu untuk mencari bantuan. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan budaya dimana berbicara tentang kesehatan mental dianggap normal dan diterima.
     

    (Nithania Septianingsih)
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • Sahroni Desak Polisi Usut Temuan PPATK Soal Ivan Sugianto

    Sahroni Desak Polisi Usut Temuan PPATK Soal Ivan Sugianto

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mendesak polisi mengusut tuntas temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) soal dugaan aktivitas keuangan ilegal yang dilakukan oleh Ivan Sugianto.

    Hal tersebut disampaikan Sahroni seusai menyambangi Ivan Sugianto di Polrestabes Surabaya, Sabtu (16/11/2024). Dalam pertemuan tersebut, Sahroni mengingatkan kepada Ivan dan juga seluruh orang tua, untuk bersikap dewasa dalam menyelesaikan permasalahan yang menimpa anak.

    “Pesan kepada semua orang tua, termasuk juga untuk saya, bahwa kita sebagai orang tua harus bisa menyelesaikan permasalahan secara dewasa. Kalau ada hal-hal yang terjadi di ranah hukum, silakan tempuh jalur hukum, tidak main persekusi sendiri. Makanya untuk kasus Ivan ini, diusut saja hingga tuntas. Termasuk temuan PPATK-nya, kemarin kan ada indikasi kejahatan keuangan. Nah itu silakan lanjut ditelusuri,” ujar Sahroni di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Minggu (17/11/2024).

    Sahroni juga mengimbau agar para orang tua mendidik anak-anaknya agar tidak menjadikan perundungan (bullying) sebagai hal yang dianggap wajar.

    “Dan anak-anak sekarang itu kan saya lihat lagi demen-demennya melakukan bullying terhadap sesama. Dianggapnya kerenlah, atau merasa lebih powerful. Nah sebagai orang tua, kita wajib didik anak-anak kita biar tidak berlaku seperti itu karena bullying ini ranahnya sudah kriminal, ada pidananya. Bukan sekedar kenakalan yang bisa ditolelir,” ujarnya.

    Terakhir, Sahroni berharap agar semua pihak selalu bisa menahan berlaku sesuai dengan ketentuan yang ada.

    “Buat orang tua, buat anak, siapa pun itu, perasaan emosi itu pasti kadang terlintas ke diri kita, namanya juga manusia, tetapi tolong jangan pernah kebablasan, ingat ini negara hukum,” tutur Sahroni.

    Aparat Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Surabaya melakukan penahanan terhadap pengusaha berinisial I, tersangka yang memaksa anak SMAK Gloria 2 untuk bersujud dan menggonggong layaknya anjing.

    Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Dirmanto di Polrestabes Surabaya, Kamis (14/11/2024) malam mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan kurang lebih 3 jam terhadap tersangka, penyidik memutuskan untuk melakukan penahanan terhadap pengusaha hiburan malam itu.

    Tersangka dijerat dengan pasal berlapis, yakni Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Anak dan Pasal 335 ayat (1) butir 1 KUHP dengan ancaman hukuman 3 tahun penjara.

    Belakangan, PPATK juga mengindikasikan adanya aktivitas keuangan ilegal yang dilakukan oleh Ivan.

    Kepala PPATK Ivan Yustiavandana, pada Kamis (14/11/2024), menyebut pihaknya telah memblokir rekening Ivan Sugianto terkait Valhalla Spectaclub Surabaya. PPATK menyebut pemblokiran tersebut terkait beberapa kasus dan masih dalam proses analisis.
     

  • 7 Fakta Ahmad Sahroni Temui Ivan Sugianto, Tersangka Kasus Gonggong-Menggonggong

    7 Fakta Ahmad Sahroni Temui Ivan Sugianto, Tersangka Kasus Gonggong-Menggonggong

    Jakarta: Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengambil langkah tegas dengan menemui Ivan Sugianto, tersangka dalam kasus yang menyuruh siswa SMA di Surabaya menggonggong. Pertemuan itu berlangsung di Polrestabes Surabaya, Sabtu malam 16 November 2024.

    Berikut tujuh fakta menarik dari pertemuan tersebut:
    1. Ahmad Sahroni Langsung Temui Tersangka
    Ahmad Sahroni secara khusus mendatangi Polrestabes Surabaya untuk melihat langsung tersangka Ivan Sugianto. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap kasus yang telah menjadi perhatian masyarakat luas. 

    “Terimakasih kepada Kapolrestabes Surabaya yg telah menerima saya berkunjung sekaligus melihat pelaku,” ujar Sahroni di Instagram @ahmadsahroni88, Minggu 17 November 2024.
    2. Tersangka Menggunakan Baju Tahanan
    Dalam pertemuannya, Ahmad Sahroni berbincang langsung dengan Ivan Sugianto, tersangka kasus menyuruh siswa SMA menggonggong, yang tampak mengenakan pakaian tahanan oranye. Tangannya juga terlihat diborgol. Ivan juga terlihat menjelaskan sesuatu kepada Sahroni.

    Baca juga: Dialami Hanni NewJeans, Begini Dampak Perundungan di Tempat Kerja

    3. Apresiasi untuk Polrestabes Surabaya
    Sahroni memberikan penghargaan atas gerak cepat Polrestabes Surabaya dalam menangani kasus ini. Menurutnya, kecepatan penanganan ini menunjukkan komitmen kepolisian dalam menegakkan keadilan. 

    “Appreciate pada kecepatan gerak langkah Polrestabes Surabaya atas viralnya seseorang yang berlaku sangat buruk di hadapan semua orang,” tulisnya.
    4. Kasus Viral Jadi Pembelajaran Bersama
    Sahroni berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran penting bagi masyarakat agar tidak bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain. Ia menegaskan bahwa perilaku arogan tidak dapat ditoleransi. 

    “Mudah-mudahan kasus ini menjadi pembelajaran kepada semua pihak bahwa jangan merasa hebat dan jumawa untuk melakukan seenaknya,” tegasnya.
    5. Pesan Penting untuk Orang Tua
    Sahroni juga menyampaikan pesan kepada orang tua untuk selalu memantau perilaku dan pergaulan anak-anak mereka. Ia menilai pengawasan ini penting untuk mencegah anak-anak melakukan tindakan tidak pantas. 

    “Sikap anak-anak kita wajib kita awasi dengan baik agar mereka tetap saling bersapa ramah dan tidak merasa hebat pada posisi orang tua mereka masing-masing,” jelasnya.
    6. Prihatin dengan Budaya Bullying
    Sahroni menyoroti budaya bullying yang sering terjadi di kalangan pelajar dan menekankan pentingnya mencegah hal ini sejak dini. Ia juga mengingatkan bahwa perilaku seperti ini bisa berdampak besar pada korban. 

    “Pergaulan yang salah kadang menyebabkan anak-anak kita melakukan hinaan atau bully kepada seseorang,” ungkapnya.
    7. Iba pada Korban dan Keluarga
    Sebagai seorang ayah, Sahroni merasa prihatin dengan kondisi korban yang mengalami perlakuan tidak baik. Ia berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi di masa mendatang. 

    “Sebagai orang tua pasti merasa iba dan kasihan bilamana anaknya diperlakukan tidak baik,” katanya.

    Jakarta: Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengambil langkah tegas dengan menemui Ivan Sugianto, tersangka dalam kasus yang menyuruh siswa SMA di Surabaya menggonggong. Pertemuan itu berlangsung di Polrestabes Surabaya, Sabtu malam 16 November 2024.
     
    Berikut tujuh fakta menarik dari pertemuan tersebut:

    1. Ahmad Sahroni Langsung Temui Tersangka

    Ahmad Sahroni secara khusus mendatangi Polrestabes Surabaya untuk melihat langsung tersangka Ivan Sugianto. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap kasus yang telah menjadi perhatian masyarakat luas. 
     
    “Terimakasih kepada Kapolrestabes Surabaya yg telah menerima saya berkunjung sekaligus melihat pelaku,” ujar Sahroni di Instagram @ahmadsahroni88, Minggu 17 November 2024.

    2. Tersangka Menggunakan Baju Tahanan

    Dalam pertemuannya, Ahmad Sahroni berbincang langsung dengan Ivan Sugianto, tersangka kasus menyuruh siswa SMA menggonggong, yang tampak mengenakan pakaian tahanan oranye. Tangannya juga terlihat diborgol. Ivan juga terlihat menjelaskan sesuatu kepada Sahroni.
    Baca juga: Dialami Hanni NewJeans, Begini Dampak Perundungan di Tempat Kerja

    3. Apresiasi untuk Polrestabes Surabaya

    Sahroni memberikan penghargaan atas gerak cepat Polrestabes Surabaya dalam menangani kasus ini. Menurutnya, kecepatan penanganan ini menunjukkan komitmen kepolisian dalam menegakkan keadilan. 
     
    “Appreciate pada kecepatan gerak langkah Polrestabes Surabaya atas viralnya seseorang yang berlaku sangat buruk di hadapan semua orang,” tulisnya.

    4. Kasus Viral Jadi Pembelajaran Bersama

    Sahroni berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran penting bagi masyarakat agar tidak bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain. Ia menegaskan bahwa perilaku arogan tidak dapat ditoleransi. 
     
    “Mudah-mudahan kasus ini menjadi pembelajaran kepada semua pihak bahwa jangan merasa hebat dan jumawa untuk melakukan seenaknya,” tegasnya.

    5. Pesan Penting untuk Orang Tua

    Sahroni juga menyampaikan pesan kepada orang tua untuk selalu memantau perilaku dan pergaulan anak-anak mereka. Ia menilai pengawasan ini penting untuk mencegah anak-anak melakukan tindakan tidak pantas. 
     
    “Sikap anak-anak kita wajib kita awasi dengan baik agar mereka tetap saling bersapa ramah dan tidak merasa hebat pada posisi orang tua mereka masing-masing,” jelasnya.

    6. Prihatin dengan Budaya Bullying

    Sahroni menyoroti budaya bullying yang sering terjadi di kalangan pelajar dan menekankan pentingnya mencegah hal ini sejak dini. Ia juga mengingatkan bahwa perilaku seperti ini bisa berdampak besar pada korban. 
     
    “Pergaulan yang salah kadang menyebabkan anak-anak kita melakukan hinaan atau bully kepada seseorang,” ungkapnya.

    7. Iba pada Korban dan Keluarga

    Sebagai seorang ayah, Sahroni merasa prihatin dengan kondisi korban yang mengalami perlakuan tidak baik. Ia berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi di masa mendatang. 
     
    “Sebagai orang tua pasti merasa iba dan kasihan bilamana anaknya diperlakukan tidak baik,” katanya.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • Hari Toleransi Internasional, Simak Rekomendasi Film Tentang Toleransi

    Hari Toleransi Internasional, Simak Rekomendasi Film Tentang Toleransi

    3. 99 Cahaya di Langit Eropa (2013)

    Film 99 Cahaya di Langit Eropa disutradarai oleh Guntur Soeharjanto. Film yang dirilis pada 29 November 2013 ini bercerita tentang seorang pria bernama Rangga Almahendra yang sedang menempuh pendidikan Doktor di Austria.

    Selama menempuh pendidikan di negeri orang, ia ditemani oleh istrinya, Hanum Salsabiela Rais. Keduanya ternyata menemukan jejak peninggalan Islam di Eropa. Mereka juga mulai memahami bagaimana pandangan beberapa orang Eropa tentang agama Islam.

    Film ini juga memuat kisah pertemanan Khan dan Stefan. Keduanya yang memiliki latar belakang agama yang berbeda memegang peran penting dalam film ini. Keduanya sering berdebat, tetapi Rangga selalu mampu menjadi penengah.

    4. Lima (2018)

    Dirilis pada 31 Mei 2018, film Lima juga bisa menjadi rekomendasi film tentang toleransi untuk memperingati Hari Toleransi Internasional. Film ini digarap oleh lima sutradara Indonesia, yakni Lola Amaria, Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Harvan Agustriansyah, dan Adriyanto Dewo.

    Film Lima adalah film antologi drama Indonesia yang mengangkat nilai-nilai Pancasila. Secara garis besar, film ini berkisah tentang konflik tiga bersaudara berbeda agama. Setelah ibu mereka wafat, konflik di antara mereka mulai muncul.

    Bagaimana Maryam dimakamkan memicu perdebatan di antara ketiga anaknya. Maryam adalah seorang muslim, sementara dari ketiga anaknya, yang muslim juga hanya Fara.

    5. Ngenest (2015)

    Film Ngenest mengangkat isu perbedaan ras Tionghoa yang hidup di Indonesia. Film yang dirilis pada 30 Desember 2015 ini dikemas dalam komedi dan lawakan.

    Filmnya berkisah tentang Ernest yang lahir dari keluarga keturunan Cina. Ia tumbuh di masa Orde Baru saat diskriminasi terhadap etnis tersebut masih kental. Ia pun menjadi bulan-bulanan bullying setiap hari.

    Film ini merupakan debut penyutradaraan Ernest Prakasa. Kisah dalam film ini diangkat berdasarkan pengalaman hidup Ernest saat masih SMP hingga pertemuannya dengan sang istri, Meira.

     

    Penulis: Resla

  • Sudindik Jaksel bentuk tim satgas cegah tawuran di setiap sekolah

    Sudindik Jaksel bentuk tim satgas cegah tawuran di setiap sekolah

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Selatan membentuk tim satuan tugas (satgas) untuk mencegah tawuran di setiap sekolah guna menciptakan ketertiban dan keamanan siswa.

    “Untuk pencegahan tawuran kita sudah melaksanakan sosialisasi tim pencegahan dan penanganan tindak kekerasan di satuan pendidikan,” kata Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Selatan, Sarwoko saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

    Dia berharap adanya sosialisasi anti kekerasan itu mampu memastikan sekolah terbebas dari perundungan (bullying) maupun tawuran.

    “Sosialisasi juga kita laksanakan dengan kepala sekolah melalui senam bersama setiap Jumat di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan,” katanya.

    Diharapkan kepada seluruh elemen masyarakat untuk menjaga keamanan wilayah masing-masing agar selalu kondusif.

    Pihaknya akan terus menggencarkan sosialisasi dengan menggandeng orangtua dan murid untuk bersama mencegah adanya kekerasan di sekolah maupun lingkungan sekitar.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menindak tegas pelajar yang terlibat tawuran, bahkan Kartu Jakarta Pintar (KJP) bagi siswa yang terbukti akan dicabut.

    KJP Plus bagi 492 pelajar di setiap jenjang pendidikan (SD-SMA) di DKI Jakarta dihentikan pada 2023 karena pelanggaran beberapa aturan termasuk terlibat tawuran.

    Bagi para pelaku tawuran, baik yang “ikutan-ikutan” maupun yang terlibat langsung akan dikenakan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP, Pasal 358 KUHP tentang pengeroyokan dan Pasal 2 ayat 1 UU Darurat No 12 Tahun 1951 terkait kepemilikan senjata tajam.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024

  • Hotman Paris Siap Bantu Ira Maria yang Anaknya Dipaksa Menggonggong Ivan Sugianto

    Hotman Paris Siap Bantu Ira Maria yang Anaknya Dipaksa Menggonggong Ivan Sugianto

    Surabaya (beritajatim.com) – lbunda Ethan, lra Maria mengaku sakit hati melihat sang anak diperlakukan tidak manusiawi oleh Ivan Sugianto di SMA Kristen Gloria Surabaya. Hotman Paris dalam akun Instagramnya pun mengaku siap membantu.

    “Hari saya terluka, hati saya sakit. Saya hancur, saya merasa gagal menyaksikan anak saya berlutut dan menggonggong di depan Excel,” ujar Ira Maria dalam unggahan video Instagram di akun (et) hotmanparisofficial.

    Melihat perlakuan tersebut hingga dilakukan di depan banyak orang, Ira tampak tak dapat membendung rasa sakit hatinya. Bahkan, saat kejadian berlangsung, ia mengaku sempat pingsan dan dibawa ke rumah sakit.

    “Tenang, Bu. Tim Hotman Paris 911 siap bantu, Ibu,” tulis pengacara Kondang tersebut.

    Tangkapan layar akun @hotmanparisofficial

    Terlepas dari itu, banyak warganet yang pro kontra dengan hal tersebut.

    “Respon ayah Ivan memang tidak dibenarkan, tapi kan anak-mu juga mulutnya kaya samp*h, bullying tidak
    dibenarkan apa pun bentuknya. Kita tidak pernah tahu efek jangka panjang dari bullying jadi jangan sok power!!,” komen (et) mary***.

    Hal senada juga dikatakan (et) fitri. Menurutnya anak Ira juga salah karena telah melakukan Bullying.

    “Ingat loh jangan lindungi pelaku bullying, masa temennya dikatain mirip pudel, kan itu gukguk. Sama ajah gada yang bener jangan merasa paling terdzalimi,” ujarnya.

    Salah satu warganet pun turut memberikan komentar, di mana kalau tidak ada api tidak mungkin ada asap.

    “Coba tanya dulu anak ibu hal bully apa yang di lakukan oleh anak ibu ke anaknya bapak Ivan, kalo emang kelakuan bully anak ibu melebihi ke anak nya pak ivan gimana? Gimana juga perasaan istrinya Pak Ivan pas anaknya dibully, misalnya anak ibu dilaporkan ke terali besi ke Pak Ivan karena pembullyan gimana gak lebih sakit,” ujar (et) adit***. (fyi/ted)