Kasus: bullying

  • Fakta-fakta Menkes Berikan Penghargaan ke dr Aulia, Korban Perundungan PPDS Undip

    Fakta-fakta Menkes Berikan Penghargaan ke dr Aulia, Korban Perundungan PPDS Undip

    Jakarta: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan penghargaan “Ksatria Bakti Husada Arutala” kepada almarhumah dr Aulia, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) program studi anestesi, yang menjadi korban perundungan. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas perjuangan dr Aulia yang telah melalui berbagai tekanan selama masa pendidikan spesialis. 

    Budi menekankan pentingnya momen ini sebagai titik balik untuk memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa pendidikan dokter spesialis harus menciptakan lulusan dengan kondisi mental yang baik, sehingga mampu melayani pasien secara maksimal.

    “Kemenkes ingin mengucapkan terima kasih beliau sudah berkorban untuk bertahan selama ini dari berbagai macam tekanan untuk bisa memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis yang ada di RS pendidikan kita,” ujar Menkes Budi, Kamis 9 Januari 2025.

    Baca juga: Depresi Berat Zhao Lusi, Sebenarnya Bagaimana Dampak Luka Bullying?

    Penghargaan ini sekaligus menjadi refleksi atas perlunya perbaikan budaya pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Budi berharap ke depannya sistem pendidikan dokter dapat lebih berempati dan bebas dari tekanan yang tidak manusiawi.
    Fakta-Fakta Penyerahan Penghargaan
    1. Penghargaan Diberikan kepada Keluarga
    Penghargaan ini diterima oleh Nuzmatun Malinah, ibunda dr Aulia, Kamis 9 Januari 2025. Dalam kesempatan itu, Nuzmatun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah dan masyarakat yang telah memberikan dukungan.

    2. Harapan untuk Perbaikan Sistem
    Budi menegaskan bahwa sistem pendidikan dokter spesialis harus dibangun dengan empati dan jauh dari tekanan yang tidak sehat.

    “Saya percaya pengalaman yang dihadapi oleh keluarga, karena ini kehilangan putri tercinta dan juga ayahandanya, itu saya harapkan kejadian terakhir, dan bisa menjadi momentum perubahan yang lebih positif lagi,” ujar Budi.

    3. Permintaan dari Keluarga Korban
    Nuzmatun berharap kejadian yang menimpa anaknya menjadi yang terakhir. Ia menyampaikan harapan dengan penuh emosi.

    “Semoga apa yang mereka lakukan mereka akan membalasnya. Kami tidak bisa memberikan apa-apa, hanya doa setulusnya untuk perbaikan pendidikan PPDS di Indonesia supaya tidak ada lagi kejadian yang menimpa anak saya.”

    Kasus ini menjadi titik penting dalam perjalanan pembenahan sistem pendidikan dokter di Indonesia. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk menjadikan pengalaman pahit keluarga dr ARL sebagai pelajaran berharga agar tidak ada lagi korban dari budaya pendidikan yang tidak sehat.

    Jakarta: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan penghargaan “Ksatria Bakti Husada Arutala” kepada almarhumah dr Aulia, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) program studi anestesi, yang menjadi korban perundungan. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas perjuangan dr Aulia yang telah melalui berbagai tekanan selama masa pendidikan spesialis. 
     
    Budi menekankan pentingnya momen ini sebagai titik balik untuk memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa pendidikan dokter spesialis harus menciptakan lulusan dengan kondisi mental yang baik, sehingga mampu melayani pasien secara maksimal.
     
    “Kemenkes ingin mengucapkan terima kasih beliau sudah berkorban untuk bertahan selama ini dari berbagai macam tekanan untuk bisa memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis yang ada di RS pendidikan kita,” ujar Menkes Budi, Kamis 9 Januari 2025.

    Baca juga: Depresi Berat Zhao Lusi, Sebenarnya Bagaimana Dampak Luka Bullying?
     
    Penghargaan ini sekaligus menjadi refleksi atas perlunya perbaikan budaya pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Budi berharap ke depannya sistem pendidikan dokter dapat lebih berempati dan bebas dari tekanan yang tidak manusiawi.

    Fakta-Fakta Penyerahan Penghargaan

    1. Penghargaan Diberikan kepada Keluarga
    Penghargaan ini diterima oleh Nuzmatun Malinah, ibunda dr Aulia, Kamis 9 Januari 2025. Dalam kesempatan itu, Nuzmatun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah dan masyarakat yang telah memberikan dukungan.
     
    2. Harapan untuk Perbaikan Sistem
    Budi menegaskan bahwa sistem pendidikan dokter spesialis harus dibangun dengan empati dan jauh dari tekanan yang tidak sehat.
     
    “Saya percaya pengalaman yang dihadapi oleh keluarga, karena ini kehilangan putri tercinta dan juga ayahandanya, itu saya harapkan kejadian terakhir, dan bisa menjadi momentum perubahan yang lebih positif lagi,” ujar Budi.
     
    3. Permintaan dari Keluarga Korban
    Nuzmatun berharap kejadian yang menimpa anaknya menjadi yang terakhir. Ia menyampaikan harapan dengan penuh emosi.
     
    “Semoga apa yang mereka lakukan mereka akan membalasnya. Kami tidak bisa memberikan apa-apa, hanya doa setulusnya untuk perbaikan pendidikan PPDS di Indonesia supaya tidak ada lagi kejadian yang menimpa anak saya.”
     
    Kasus ini menjadi titik penting dalam perjalanan pembenahan sistem pendidikan dokter di Indonesia. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk menjadikan pengalaman pahit keluarga dr ARL sebagai pelajaran berharga agar tidak ada lagi korban dari budaya pendidikan yang tidak sehat.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • Menkes Minta Pengajar-Senior Putus Mata Rantai Perundungan Dokter di PPDS

    Menkes Minta Pengajar-Senior Putus Mata Rantai Perundungan Dokter di PPDS

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan besarnya peran dokter-dokter senior untuk memutus tradisi perundungan di program pendidikan dokter spesialis (PPDS). Ia tidak ingin kejadian yang seperti menimpa dr ARL di PPDS FK Undip kembali terulang dalam proses pendidikan.

    Hal tersebut diungkapkannya setelah memberikan tanda penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala pada dr ARL yang diwakili oleh sang ibunda, Nuzmatun Malinah.

    “Untuk para senior yuk mari kita putus mata rantainya saat ini juga supaya kita bisa membangun budaya yang lebih baik di pendidikan para dokter spesialis ini, karena mereka nanti akan menghadapi ratusan ribu sampai jutaan pasien,” kata Menkes Budi ketika ditemui awak media di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2025).

    Menkes Budi menuturkan bahwa budaya pembelajaran di PPDS harus terbentuk dengan baik. Hal ini menurutnya juga sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan pasien nantinya, setelah dokter lulus.

    Selain itu, ia juga mengimbau para pengajar di PPDS untuk tidak melepaskan seluruh tanggung jawab pengajaran dokter residen pada senior. Menurutnya, hal ini menjadi salah satu pemicu budaya perundungan yang cukup kuat di dunia pendidikan kedokteran.

    Menkes Budi meminta para pengajar untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk peserta PPDS. Menurutnya, di lapangan pengajar bisa sangat jarang bertemu dengan junior karena ada kegiatan lain.

    “Kepada para pengajar-pengajarnya, tolong pastikan pada saat mendidik ajarilah junior-juniornya, jangan lepaskan pengajarannya ini ke para senior karena yang terjadi di sistem yang sekarang adalah banyak para pengajar yang kemudian melepaskan tanggung jawab pengajarannya ke para senior sehingga ini yang terjadi, senior yang mengajari juniornya, sehingga bullying ini terjadi,” tandas Menkes.

    (avk/kna)

  • Menkes Beri Penghargaan Kstaria Bakti Husada Arutala kepada Dokter Aulia Risma – Halaman all

    Menkes Beri Penghargaan Kstaria Bakti Husada Arutala kepada Dokter Aulia Risma – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin memberikan penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala kepada dr Aulia Risma Lestari.

    Penghargaan itu diberikan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas keberanian dan perjuangan almarhumah dr Risma saat menjadi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip).

    Penghargaan itu diterima langsung oleh ibunda Risma, Nuzmatun Malinah di kantor Kemenkes RI, Jakarta, Kamis (9/11/2024).

     

    “Saya berharap dengan adanya momentum ini kita bisa memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis agar bisa membangun sistem pendidikan dan budaya berempati, tidak menekan para serta didiknya sehingga mereka nanti pada saat lulus memiliki kondisi mental yang baik pada saat nanti menghadapi pasienn,” kata Menkes Budi.

    Kedepan, menjalin dengan pihak terkait seperti Kemdikbudristek, Kemenkes berupaya terus mencegah budaya atau perilaku bullying di pendidikan dokter spesialis dan rumah sakit.

    “Ini seharusnya kita kembalikan lagi kepada metode-metode yang sesuai dengan pendidikan dokter,” harap mantan dirut Bank Mandiri ini.

    Dikesempatan yang sama, Nuzmatun mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan.

    Pasca penetapan tiga tersangka pemerasan, ia berharap pelaku bisa diberikan hukuman yang setimpal.

    “Mohon untuk bisa diberikan kekuatan sehingga penegak hukum bisa memberikan keadilan sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap almarhumah Risma,” ungkap dia.

    Tiga Tersangka Pemerasan

    Pemakaman ayah dokter Aulia Risma Lestari di TPU Panggung Kota Tegal, Jawa Tengah, Selasa (27/8/2024) (kiri) (Kolase tribunpantura.com/ Fajar Bahruddin Achmad)

    Polisi telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus pemerasan terhadap korban dokter Aulia.

    Ketiganya adalah TEN (pria) Ketua Program Studi (Prodi) Anestesiologi Fakultas Kedokteran Undip, SM (perempuan) kepala staf medis kependidikan prodi Anestesiologi Undip, dan ZYA (perempuan) yang merupakan senior dari dr Aulia.

    Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto menjelaskan pada Selasa (24/12/2024) bahwa peran para tersangka dalam kasus ini yakni TEN memanfaatkan senioritasnya di kalangan PPDS untuk meminta uang Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang tidak diatur dalam akademik.

    Sementara tersangka SM turut serta meminta uang BOP yang tidak diatur akademi dengan meminta langsung ke bendahara PPDS.

    Tersangka ZYA dikenal sebagai senior korban yang paling aktif membuat aturan, melakukan bullying dan makian. 

  • Kiprah Aiptu Fransisca Bantu Pendidikan Anak-anak di Lamandau

    Kiprah Aiptu Fransisca Bantu Pendidikan Anak-anak di Lamandau

    Jakarta

    Kanit Binpolmas Sat Binmas Polres Lamandau, Aiptu Fransisca, mengabdikan diri membantu pendidikan anak-anak di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Dia rutin berkunjung ke sekolah-sekolah di Lamandau lewat program perpustakaan keliling hingga sosialisasi bahaya kejahatan anak.

    Sisca, sapaan akrabnya, menyebut mobil dinas Binmas Polres Lamandau disulap menjadi perpustakaan keliling. Dia didampingi anggotanya kerap berkunjung ke sekolah TK atau SD di Lamandau setiap Senin dan Kamis.

    “Jadi kita pingin dari sekolah dulu, kira-kira permasalahan yang sering terjadi di anak-anak itu apa. Jadi kita ingin mengurangi permasalah di sekolah,” kata Sisca dalam sebuah video yang diterima detikcom, Kamis (9/1/2025).

    “Biasanya kalau memang ada jadwal untuk ke TK saya laksanakan sosialisasi ke TK dalam bentuk perpustakaan keliling. Kemudian kalau ada jadwal ke SD juga kita mungkin ada 2 kegiatan, kalau ke SD biasanya hari Senin kita upacara bendera, kemudian ada juga biasanya hari Kamis kita laksanakan sosialisasi di dalam kelas,” tambahnya.

    Aiptu Fransisca Dhamayanti Foto: Dok Istimewa

    Lewat perpustakaan keliling, Aiptu Sisca mengajak anak-anak untuk giat membaca. Sementara untuk kegiatan sosialisasinya, ia melakukan pencegahan bullying hingga sosialisasi bahaya kejahatan-kejahatan anak.

    Polwan yang sudah sejak tahun 2005 bertugas di Polres Lamandau ini juga sering membantu kegiatan rekan-rekan polisi lainnya. Misalnya, kegiatan penyuluhan satpam.

    Sisca berharap dengan kegiatan perpustakaan keliling dan sosialisasi bahaya kejahatan anak itu bisa mengurangi angka kejahatan. Dia juga ingin kegiatan-kegiatan positif dari anggota Polres Lamandau bisa semakin mendekatkan polisi dengan masyarakat.

    “Harapan kami dari Satbinmas Polres Lamandau dengan kegiatan ini kita semakin mendekatkan diri dengan masyarakat. Jadi anak-anak itu semakin mengerti dengan pelajaran yang kita berikan. Kemudian bisa mengurangi dari tingkat kejahatan yang mungkin terjadi pada anak-anak,” imbuhnya.

    (fas/dhn)

  • Pelaku Perundungan di Ponpes Darul Quran Kampar Ditetapkan Jadi Tersangka

    Pelaku Perundungan di Ponpes Darul Quran Kampar Ditetapkan Jadi Tersangka

    Pekanbaru, Beritasatu.com – Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Riau telah menetapkan tersangka kasus dugaan perundungan (bullying) yang terjadi di Pondok Pesantren Darul Quran, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau.

    Kabid Humas Polda Riau Kombes Anom Karabianto mengatakan, penetapan tersangka ini merupakan tindak lanjut dari proses penyidikan yang dilakukan oleh Ditreskrimum Polda Riau atas laporan orang tua korban.

    “Kemarin Ditreskrimum sudah melakukan  proses diversi, tetapi tidak ada titik temu. Sehingga korban tetap melanjutkan perkaranya dan dari penyidik melanjutkan perkaranya ke penyidikan. Untuk yang disangkakan (pelaku) sudah ditetapkan jadi tersangka,” kata Kombes Anom Karabianto kepada Beritasatu.com, Kamis (9/1/2025).

    Diketahui, Fahri Aryan Syaputra (13) diduga dianiaya oleh kakak kelasnya berinisial A dan R pada 31 Juli 2024. Korban mengaku ditendang dan diinjak-injak oleh para pelaku yang menyebabkan luka lebam di pipi dan kepala. Fahri sempat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Panam Kota Pekanbaru selama tiga hari.

    Pascaperundungan itu, kondisi psikis dan kesehatan Fahri sempat menurun. Fahri sempat dilarikan ke unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Prima Pekanbaru untuk menjalani perawatan. Dia kemudian menjalani pemeriksaan oleh psikiater di Rumah Sakit Jiwa Tampan.

    Ibu Fahri, Shinta Offianti berharap agar Polda Riau dapat mengungkap tuntas kasus ini dan segera menahan para pelaku perundungan di Ponpes Darul Quran Kampar yang telah ditetapkan jadi tersangka.

    “Semoga pelaku segera ditangkap dan ditahan. Saat diversi di Polda Riau saya menolak untuk berdamai karena sama sekali tidak ada itikad baik dari mereka dari awal kejadian sampai sekarang,” ucap Shinta.

  • Pengamat Ungkap 4 Hal Jokowi Terus Kena Hujatan Politik, Elit Partai Kini Tak Pasang Badan Membela

    Pengamat Ungkap 4 Hal Jokowi Terus Kena Hujatan Politik, Elit Partai Kini Tak Pasang Badan Membela

    TRIBUNJAKARTA.COM – Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi hingga kini terus terkena bullying tanpa henti.

    Padahal Jokowi sudah tidak lagi berkuasa memimpin pemerintahan Indonesia.

    Hal itu dikatakan Pengamat Politik Adi Prayitno dikutip TribunJakarta.com dari akun Youtube Adi Prayitno Official, Rabu (8/1/2025).

    “Serangan politik, hujatan-hujatan politik yang seakan-akan ini tak pernah ada hentinya selalu dialamatkan kepada Jokowi,” kata Adi Prayitno.

    “Padahal Jokowi itu bukan lagi menjadi orang penting di negara kita padahal Jokowi itu bukan lagi Presiden Republik Indonesia,” sambungnya.

    Semestinya, kata Adi, pengkritik dapat mengkritik presiden dan wakil presiden hingga jajaran menteri saat ini. Maupun perilaku politik anggota dewan atau para elit yang menimbulkan kegaduhan.

    “Tapi kan orang bertanya-tanya ini kok hampir tiap hari Jokowi itu selalu menjadi sasaran dan kritikan tanpa henti,” ujar Adi.

    Adi lalu membahas peristiwa dan insiden yang membuat serangan dialamatkan kepada Jokowi hingga saat ini.

    1. Konflik dengan PDIP

    Adi melihat serangan politik terhadap Jokowi tidak terlepas konflik dengan PDI Perjuangan.

    “Kadi setelah Jokowi pecah kongsi dengan PDIP praktik setelah itu apa yang dilakukan oleh Jokowi salah di mata PDIP,” katanya.

    Ia melihat dahulu orang masih berada di belakang Jokowi saat mantan Wali Kota Solo itu disebut petugas partai.

    KLIK SELENGKAPNYA: Pengamat Politik Rocky Gerung Berkomentar Mengenai Nama Jokowi yang Masuk Daftar Pemimpin Terkorup di Dunia versi OCCRP. Ia Mengungkit Ternak Mulyono.

    “Publik berharap Jokowi melawan PDIP dan melawan Megawati,” katanya.

    2. Masa Jabatan Presiden

    Adi menuturkan hal lain yang membuat Jokowi diserang yakni soal masa jabatan presiden tiga periode.

    Kemudian isu perpanjangan jabatan presiden atau memperpanjang masa jabatan presiden dua tahun.

    “Bagaimana kemudian Jokowi dinilai juga ambisius untuk melanggengkan kekuasaan kekeluargaan politiknya dulu mungkin masih banyak kalangan aktivis kelompok-kelompok kritis dan sipil yang masih berada di belakang Jokowi ketika Jokowi secara perlahan menunjukkan gestur perlawanan politik kepada PDIP dan Megawati,” ujarnya.

    “Karena hanya Jokowi satu-satunya orang yang dinilai mampu mengamputasi dan mematahkan dominasi kekuatan politik PDIP,” sambung Adi.

    3. Restui Gibran

    Selain itu, Adi juga menyinggung Jokowi yang dinilai merestui putranya Gibran Rakabuming Raka yang berpasangan dengan Prabowo Subianto maju dalam Pilpres 2024.

    “Kemudian kelompok-kelompok aktivis civil society pro demokrasi dan bahkan kalangan media yang sejak awal bersama dengan Jokowi sejak 2014 itu secara perlahan pindah haluan dan mereka menjadi orang yang paling terdepan memberikan kritik dan juga serangan-serangan tajam kepada Jokowi,” imbuhnya.

    Adi menuturkan saat Jokowi merestui Gibran sebagai Calon Wakil Presiden maka kelompok kritis pro demokrasi secara perlahan menganggap mantan Wali Kota Solo itu tidak lagi berpihak kepada demokrasi.

    “Bagaimana misalnya Jokowi juga secara perlahan meninggalkan para kalangan kelompok aktivis dan pro demokrasi. Dulu kelompok demokratis dan aktivis ini kan paling terdepan bersama dengan Jokowi wajar kalau kemudian ketika awal kemunculannya Jokowi itu dianggap Jokowi adalah kita Karena Jokowi itu bukan darah biru bukan ningrat politik,” ujarnya.

    4. Putusan MK

    Adi mengatakan Jokowi juga berkontribusi dalam carut marut putusan MK. Termasuk, kata Adi, soal dugaan abuse of power dalam konteks Pilkada dan Pilpres.

    “Itulah yang kemudian membuat Jokowi sampai hari ini seakan-akan apapun yang diperbuat oleh Jokowi itu salah dan itu dianggap tidak benar,” katanya.

    Kini, kata Adi, Jokowi secara perlahan mulai ditinggalkan kelompok aktivis pro demokrasi dan gerakan civil society.

    “Bahkan orang-orang yang di periode kedua kekuasaan politiknya para oligarki, para elit-elit partai yang menjadi kongsi baru Jokowi di periode kedua kekuasaan politiknya hari ini tidak pernah pasang badan ketika Jokowi dikritik dan dibuly dari berbagai kalangan,” ungkap Adi.

    Tak hanya itu, Adi menuturkan kinerja Jokowi dapat diapresiasi publik semisal pembangunan infrastruktur.

    Ia mencontohkan pembangunan Tol Trans Jawa, Trans Sumatera dan jalan desa melalui dana desa.

    Lalu, pembangunan bandara, pelabuhan dan embung.

    “Sebagai ikhtiar supaya pemerataan ekonomi itu tidak lagi terpusat hanya di Jakarta tidak lagi di Jawa dan tentu merata di daerah-daerah yang lainnya,” katanya.

    Adi juga menuturkan Jokowi kerap membagikan bantuan sosial (bansos) secara masif. Hal itu membuat peningkatan UMKM.

    Lalu, Adi mengungkapkan Jokowi juga berani memindahkan ibu kota dari Jakarta ke IKN Nusantara. Sehingga pembangunan menjadi merata tidak hanya di Jakarta atau Pulau Jawa.

    “Termasuk hasil survei sebelum Jokowi lengser. Voting atau tingkat kepuasan publik Jokowi yang kemudian surveinya itu dirilis hampir tiap saat hampir menyentuh 90 persen,” ujarnya.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

     

  • Zhao Lusi Curhat Idap Depresi Sejak 2019, Abaikan Gejalanya sampai Sakit Fisik

    Zhao Lusi Curhat Idap Depresi Sejak 2019, Abaikan Gejalanya sampai Sakit Fisik

    Jakarta

    Aktris China Zhao Lusi mengungkapkan dirinya mengidap depresi. Pengakuan ini datang setelah dia diduga menjadi korban bullying atau perundungan dari agensinya.

    Belum lama beredar video Zhao Lusi terlihat duduk di kursi roda, sehingga membuat penggemarnya khawatir. Video itu juga menunjukkan Zhao Lusi terlihat lemah usai menerima perawatan medis.

    Dalam unggahannya di Weibo, Zhao Lusi secara terbuka menyatakan bahwa ia mengalami depresi dan memperingatkan tentang asumsi yang terbentuk sebelumnya tentang penyakit tersebut.

    “Pada tahun 2019, saya mulai mengalami gejala depresi. Orang-orang berkata, ‘Jangan membesar-besarkan masalah ini,’ atau ‘Berpikirlah positif, dan semuanya akan baik-baik saja.’ Saya pikir saya terlalu sensitif dan tidak menganggap serius kesehatan mental saya,” tulisnya dikutip dari Global Times.

    Di tahun-tahun setelahnya, Zhao Lusi mengaku mengalami gejala seperti alergi yang tak sembuh meski sudah diberi obat. Hal itu lah yang mendorong dia mulai mencari bantuan psikiater untuk mengatasi masalah psikologisnya.

    Dia bahkan mengalami pneumonia, emfisema, pityriasis rosea, gatal-gatal, keringat malam, terbangun tiba-tiba, dan tuli saraf. Namun dia tetap mengabaikan kondisinya karena banyak hal yang terjadi membuat dia menutup-nutupi emosinya.

    “Baru pada tahun 2024 saya mulai mengalami gejala fisik yang parah seperti sering muntah-muntah, pusing, nyeri sendi, dan alergi yang makin parah. Saya berasumsi bahwa ini adalah efek samping normal dari obat alergi yang ditargetkan,” tuturnya.

    Depresi secara teknis merupakan gangguan mental tetapi juga memengaruhi kesehatan fisik. Depresi dapat memengaruhi segala hal mulai dari kesehatan jantung, ginjal, sistem saraf, hingga sistem kekebalan tubuh.

    Tubuh dan pikiran tidak terpisah, jadi tidak mengherankan jika kesehatan mental yang buruk dapat memengaruhi fisik. Depresi dapat disertai dengan sakit kepala, kelelahan, dan masalah pencernaan, dan kecemasan dapat menyebabkan sakit perut, misalnya. Gejala lainnya dapat meliputi insomnia, kegelisahan, dan kesulitan berkonsentrasi.

    (kna/kna)

  • Angka Bunuh Diri di Purbalingga Naik Drastis Selama 2024

    Angka Bunuh Diri di Purbalingga Naik Drastis Selama 2024

    TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA – Kasus bunuh diri di Kabupaten Purbalingga mengalami peningkatan signifikan sepanjang 2024.

    Hal itu disampaikan Kapolres Purbalingga, AKBP Rosyid Hartanto, dalam konferensi pers akhir tahun 2024, Selasa (31/12/2024).

    Kapolres mengungkapkan kasus bunuh diri naik dari empat kasus pada 2023 menjadi 18 kasus pada 2024. 

    “Sebagian besar kasus melibatkan korban berusia di atas 50 tahun.

    Faktor utama penyebabnya adalah sakit berkepanjangan, hidup sendiri, dan masalah ekonomi,” kata AKBP Rosyid Hartanto, kepada Tribunbanyumas.com.

    Selain itu, terdapat satu kasus yang melibatkan seorang remaja yang diduga bunuh diri akibat perundungan (bullying).

    Kasus lainnya menimpa seorang pemuda berusia 23 tahun yang memilih mengakhiri hidup karena menolak perjodohan yang diatur oleh orangtuanya. 

    Kapolres menambahkan peningkatan angka ini harus menjadi perhatian serius semua pihak, termasuk keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

    “Kasus-kasus ini mencerminkan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, kondisi sosial, dan dukungan lingkungan bagi mereka yang rentan,” terangnya.

    Pihak kepolisian mengimbau masyarakat lebih peduli terhadap orang-orang di sekitar mereka, terutama yang menunjukkan tanda-tanda tekanan mental atau kesulitan hidup.

    “Kita harus saling mendukung dan membuka ruang komunikasi agar kasus serupa tidak terus meningkat,” terangnya.

    Kenaikan signifikan ini menjadi peringatan sosial yang memerlukan penanganan serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga kesehatan, dan komunitas sosial. (jti)

  • Polisi Masih Buru 1 DPO Kasus "Bullying" Pria Berkebutuhan Khusus di Johar Baru
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        30 Desember 2024

    Polisi Masih Buru 1 DPO Kasus "Bullying" Pria Berkebutuhan Khusus di Johar Baru Megapolitan 30 Desember 2024

    Polisi Masih Buru 1 DPO Kasus “Bullying” Pria Berkebutuhan Khusus di Johar Baru
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Polisi masih memburu satu tersangka kasus perundungan
    (bullying)
    terhadap YS (48), pria berkebutuhan khusus di Johar Baru, Jakarta Pusat.
    “Belum (tertangkap). (Tersangka) sudah disarankan untuk menyerahkan diri,” ujar Kanit Reskrim Polsek Johar Baru AKP Rasid saat dihubungi
    Kompas.com,
    Senin (30/12/2024).
    Pelaku berinisial AG dan merupakan seorang pria dewasa. Sementara, satu tersangka, JJ, yang telah ditangkap polisi pada saat kejadian merupakan anak di bawah umur.
    Pada Sabtu (28/12/2024) malam, polisi juga telah mendatangi rumah keluarga AG untuk mencari keberadaannya.
    “Kami mengimbau dan meminta kepada keluarga tersangka yang belum tertangkap untuk menyerahkan kepada pihak berwajib,” imbuh Rasid.
    Saat ini, pihak kepolisian masih memburu AG yang pada Jumat (27/12/2024) lalu merundung YS.
    Insiden perundungan ini terekam oleh kamera dan disebar di media sosial, salah satunya, Instagram @infojakpus_id.
    Berdasarkan video yang tersebar, seorang remaja laki-laki yang mengenakan kaus putih terlihat mengepalkan kedua tangannya di depan dada sambil menggerakkan badannya ke arah YS.
    Ia beberapa kali meninggikan kepalan tangannya yang diarahkan kepada YS.
    Hal itu memancing YS untuk ikut mengepalkan kedua tangannya, sehingga keduanya terlihat seperti ingin berkelahi.
    Lalu, seorang laki-laki yang mengenakan kaus hitam mendekati mereka berdua.
    Dalam seketika, ketiganya terlibat dalam perkelahian yang membuat korban jatuh tersungkur dan langsung ditinggalkan begitu saja oleh kedua remaja itu.
    “Jadi satu sudah kita amankan, satunya masih berstatus daftar pencarian orang (DPO). Malam juga kita sudah hubungi keluarganya untuk menyerahkan diri dan sampai saat ini belum menyerahkan diri,” kata Rasid saat dikonfirmasi, Minggu (29/12/2024).
    Diketahui, kejadian bermula saat korban diejek oleh dua pelaku.
    “Jadi karena ketemu orang kayak gitu diledek lah sama dia (pelaku). Ya marah lah korban, biarpun dia kondisinya seperti apa. Marah dan dia akhirnya malah dijadiin mainan sama anak-anak itu,” ujar Rasid.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kaleidoskop 2024: Perundungan Pelajar Masih Terjadi, Makan Korban Jiwa dan Trauma yang Membekas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        30 Desember 2024

    Kaleidoskop 2024: Perundungan Pelajar Masih Terjadi, Makan Korban Jiwa dan Trauma yang Membekas Megapolitan 30 Desember 2024

    Kaleidoskop 2024: Perundungan Pelajar Masih Terjadi, Makan Korban Jiwa dan Trauma yang Membekas
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Sepanjang 2024, kasus perundungan atau
    bullying
    masih sering terjadi di kalangan pelajar di Jabodetabek.
    Hampir di setiap jenjang sekolah, kasus perundungan antarpelajar pernah terjadi.
    Tak sedikit pula, kasus perundungan ini memakan korban jiwa, baik itu tewas, atau mengalami kerugian secara mental.
    Para pelajar yang melakukan perundungan juga kini banyak yang harus berhadapan dengan hukum atau dipenjara.
    Berikut berbagai kasus perundungan yang terjadi di Jabodetabek sepanjang 2024:
    Salah satu kasus perundungan yang banyak mengegerkan banyak orang di tahun 2024 terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Cilicing, Jakarta Utara, Jumat (3/5/2024).
    Pasalnya, kasus perundungan yang memakan korban jiwa bukan kali pertama terjadi di STIP.
    Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna STIP menjadi korban perundungan oleh seniornya sendiri hingga tewas.
    Dari kasus kematian Putu, polisi menetapkan empat tersangka di antaranya, TRS (21), A, W, dan K.
    Keempat tersangka itu, memiliki peran masing-masing dalam peristiwa perundangan Putu. TRS (21) sebagai pelaku utama lah yang memukul Putu sebanyak lima kali di bagian ulu hati hingga terkulai lemas dan tidak bisa bernapas.
    Saat Putu terkulai lemas, TRS panik dan berusaha menolongnya dengan cara menarik lidah korban.
     
    Namun, upaya TRS justru semakin memperparah kondisi Putu karena jalur pernapasannya menjadi tertutup sampai akhirnya tewas.
    Sedangkan A, W, dan K, memiliki peran untuk mendorong TRS memukul Putu sampai akhirnya tewas.
    “Tiga tersangka itu (A,W, dan K) memiliki peran turut serta, turut melakukan atau orang yang turut menyuruh perbuatan itu,” ujar Kapolres Jakarta Utara, Kombes (Pol) Gidion Arif Setyawan di kantornya, Kamis (8/4/2024).
    Sebagai pelaku utama, TRS dijerat Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, Juncto Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan berat dengan 15 tahun penjara.
    Sementara A, W, dan K, terancam dijerat Pasal 55 Juncto KUHP karena keikutsertaannya melakukan tindak pidana dengan hukuman 15 tahun penjara.
    Kasus perundungan ini sudah sampai ke tahap pengadilan dan sudah pemeriksaan saksi-saksi. Namun, hakim belum menjatuhkan hukuman untuk para tersangka.
    Kasus perundungan yang terjadi di sekolah swasta di Serpong, Tangerang Selatan, juga ramai dibicarakan di sosial media di tahun 2024 ini.
    Tindakan perundungan ini mencuat setelah salah satu akun X, yakni @BosPurwa menuliskan dugaan kasus tersebut. Dalam tulisan itu disebutkan bahwa salah satu peristiwa perundungan terjadi 2 Februari 2024.
    Usai ramainya kasus perundangan tersebut di sosial media, keluarga korban pun langsung melaporkannya ke pihak kepolisian.
    Dari hasil penyelidikan polisi, perundungan ini dilakukan di salah satu warung depan sekolah.
    “TKP ini di salah satu warung yang berlokasi di depan sekolah menengah atas tersebut,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tangerang Selatan AKP Alvino saat dihubungi, Senin (19/2/2024).
    Warung tersebut diberi nama ‘Warung Ibu Gaul’ yang menjadi tempat berkumpulnya para anggota kelompok ‘Geng Tai’.
    Berdasarkan hasil penyelidikan, korban perundungan ‘Geng Tai’ mengalami luka bakar.
    “Luka bakar akibat terkena suatu benda yang panas. Saat ini masih kami lakukan proses penyelidikan,” kata Galih.
    Galih juga memastikan bahwa pelaku perundungan tidak hanya satu orang.
    Bahkan, L (17) yang merupakan anak artis ternama berinisial VR juga diduga ikut terlibat kasus perundungan ini.
    Belum lama ini, kasus perundungan juga terjadi di SMAN 70, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
    Seorang siswa berinisial ABF diduga menjadi korban penganiayaan oleh kakak kelasnya F, dan beberapa rekannya pada November 2024.
    Peristiwa perundungan ini pun dibenarkan oleh Kepala SMAN 70 Jakarta, Sunaryo.
    “Benar adanya. Kami dari pihak sekolah sudah melakukan penanganan mulai dari konfirmasi memanggil korban, orang tua korban, para pelaku, orang tua pelaku,” kata Sunaryo saat dihubungi, Kamis (12/12/2024).
    Sunaryo juga sudah menindak tegas lima orang siswa yang diduga sebagai pelaku perundungan tersebut.
    “Apa pun yang terjadi, tata tertib sekolah tetap kita terapkan. Dan sudah kita arahkan untuk dipindahkan ke satuan pendidikan lain, yang lima orang,” kata Kepala SMAN 70 Jakarta, Sunaryo saat ditemui di Polres Metro Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2024).
    Ke depannya, Sunaryo akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Jakarta Selatan dan Sudin Pendidikan Jakarta Selatan dalam menangani kasus ini.
    Pihak sekolah juga akan menggelar mediasi dengan orangtua pelaku dan orangtua korban untuk menemukan titik terang dari kasus ini.
    Di sisi lain, keluarga ABF sudah melaporkan perundungan tersebut ke Polres Metro Jakarta Selatan pada 4 Desember 2024.
    Berdasarkan laporan yang diterima polisi, dugaan penganiayaan terjadi pada 28 November 2024.
    Perundungan itu terjadi saat ABF dipanggil oleh teman seangkatannya untuk datang ke toilet lantai dua sekolah. Setibanya di toilet, ABF langsung ditarik oleh F yang merupakan senior duduk di kelas tiga.
    Kemudian, keduanya terlibat cekcok di dalam toilet, hingga F tersulut emosi dan memukul tubuh ABF sampai tersungkur.
    Setelah tersungkur, ABF diminta berdiri kembali dan dipukuli lagi oleh rekan-rekan F. Akibat tindakan kekrasan tersebut, ABF mengalami luka memar di beberapa bagian tubuhnya.
    Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, kasus perundungan ini terjadi di jam sekolah.
    Sampai saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan atas dugaan kasus perundungan ini.
    Remaja berinisial R (15), anak berkebutuhan khusus di salah satu SMPN di Depok, Jawa Barat, diduga jadi korban perundungan teman-teman seangkatannya.
    Perundungan itu terjadi setelah upacara Hari Kesaktian Pancasila, Selasa (1/10/2024).
    Korban mengalami kekerasan fisik seperti ditendang dan dilempari batu hingga mengenai mata serta wajahnya.
    Kesal karena dirundung, R melampiaskan emosinya dengan memukul kaca jendela kelas sampai tangannya terluka dan dioperasi untuk menyambungkan uratnya yang terputus.
    Keluarga R telah melaporkan peristiwa perundungan ini ke Polres Metro Depok, namun Kepala SMPN yang bersangkutan, Tatag Hadi Sunoto sempat membantah adanya kasus perundungan itu.
    Alhasil, akibat peristiwa perundungan itu, Tatag terkena demosi.
    “Iya, (kena pindah) sebagai guru SMP,” kata Sekertaris Dinas Pendidikan Kota Depok, Sutarno, saat dikonfirmasi, Kamis (31/10/2024).
    Bukan hanya Tatag, dua guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah tersebut juga dimutasi ke dua sekolah yang berbeda.
    Dinas Pendidikan menilai, kepala sekolah dan guru tersebut lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan melindungi muridnya.
    “Disdik Kota Depok menganggap mereka telah lalai memberikan perlindungan dan melanggar etika terhadap kasus perundungan yang dialami anak didiknya, R,” lanjut Sutarno.
    Seorang pelajar di salah satu SMP swasta yang ada di Kota Bogor diduga menjadi korban perundungan oleh teman-temannya sendiri.
    Kasus perundungan ini menyita perhatian banyak orang setelah akun Instagram @davidhlm_ mengunggah foto seorang remaja pria dengan wajah lebab dan bengkak di bagian kedua matanya.
    Dalam unggahan itu juga dituliskan korban diduga dirundung oleh tiga teman sekelasnya. Setiap hari, korban dipaksa memberikan uang sebesar Rp 10.000.
    Apabila korban menolak maka akan dipukul. Karena ancaman itu, korban takut melapor ke orangtua dan juga guru.
    “Telah terjadi
    bullying
    dan perundungan di salah satu SMP daerah Bogor Kota terhadap saudara saya, perundungan dilakukan oleh tiga orang, setiap hari saudara saya diminta uang Rp 10.000,” tulis keterangan dalam unggahan tersebut.
    Namun, kasus perundungan ini berakhir damai. Kesepakatan tersebut tercapai setelah polisi melakukan mediasi dengan melibatkan pihak sekolah, orangtua terduga pelaku, orangtua korban, serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia )KPAI Kita Bogor di gedung sekolah, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Senin (14/10/2024).
    Orangtua terduga pelaku B dan Z sudah meminta maaf kepada orangtua korban A. Pihak sekolah juga memberikan sanksi kepada B dan Z berupa skors selama tiga hari dan diwajibkan membuat surat pernyataan tidak mengulangi perbuatan tersebut.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.