Kasus: bullying

  • Ledakan SMAN 72, psikolog dan mobil SAPA masih disiagakan

    Ledakan SMAN 72, psikolog dan mobil SAPA masih disiagakan

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta hingga saat ini masih menyiagakan psikolog dan mobil Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) di SMA Negeri 72.

    “Sampai saat ini anak-anak belajar juga masih didampingi, beberapa kami ‘standby’-kan psikolog dan mobil SAPA masih ada di sana,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta Nahdiana saat dijumpai di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis.

    Nahdiana mengatakan bahwa proses penanganan dan penyembuhan trauma terus dilakukan oleh Pemerintah Jakarta bersama Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DPPAPP), Dinas Kesehatan hingga Dinas Sosial.

    Selain itu, Disdik Jakarta juga bekerja sama dengan Angkatan Laut dan Mabes Polri.

    Lebih lanjut, Nahdiana memaparkan hingga saat ini proses belajar mengajar luring sudah berjalan 87 persen.

    “Anak-anak yang memilih daring itu sisanya, lalu yang sakit dan izin juga terkonfirmasi. Jadi, kami juga akan terus dampingi lebih lanjut,” ujar Nahdiana.

    Sementara itu, hingga Senin (17/11), tingkat kehadiran murid SMA 72 secara luring sebanyak 69,44 persen, kehadiran murid secara daring 26,60 persen, ketidakhadiran murid 3,96 persen, sakit 3,07 persen dan izin 0,89 persen.

    Kemudian pada Selasa (18/11), tingkat kehadiran murid secara luring 86,06 persen, kehadiran murid secara daring 7,67 persen, ketidakhadiran murid 6,27 persen, sakit 4,86 persen dan izin 1,41 persen.

    Pada Rabu (19/11), tingkat kehadiran murid secara luring 87,60 persen, kehadiran murid secara daring 6,01 persen, ketidakhadiran murid 6,39 persen, sakit 4,60 persen dan izin 1,79 persen.

    Sebelumnya, ledakan terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11) siang di area masjid sekolah itu.

    Ledakan tersebut diduga berasal dari bom rakitan yang dibawa dan diledakkan oleh seorang siswa sekolah tersebut. Akibatnya, korban luka mencapai 96 orang yang sebagian besar adalah siswa.

    Motif utamanya masih didalami oleh kepolisian, namun isu dugaan korban perundungan (bullying) yang dialami pelaku menjadi salah satu aspek yang diselidiki.

    Pelaku juga diketahui sering mengakses situs gelap (dark web) dan mengonsumsi konten-konten kekerasan yang diduga menjadi sumber tutorial perakitan bom.

    Hingga saat ini, pihak berwenang, termasuk Densus 88 Antiteror Polri, memastikan bahwa insiden ini bukan tindak pidana terorisme, melainkan murni kriminal umum yang merupakan reaksi personal terhadap kekerasan lingkungan atau tekanan psikis.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • YouTube Rilis Fitur Pembatasan Shorts dan Penjaga Mental Remaja

    YouTube Rilis Fitur Pembatasan Shorts dan Penjaga Mental Remaja

    Jakarta

    YouTube memperkuat komitmen mendukung kesejahteraan dan Kesehatan mental, khususnya remaja di Indonesia. Upaya ini ditunjukkan dalam peluncuran fitur Mental Health Shelf dan kebijakan pembatasan durasi video Shorts (Shorts Daily Time Limit). Langkah ini hadir sebagai respons atas meningkatnya kebutuhan ruang digital yang aman dan suportif bagi generasi muda.

    Kementerian Komunikasi dan Digital RI menilai peluncuran fitur kesehatan mental ini menjadi momentum penting memperkuat perlindungan digital bagi anak dan remaja. Pemerintah menegaskan ruang digital kini menjadi tempat utama anak mengakses informasi, sehingga platform besar seperti YouTube berperan strategis dalam memastikan konten yang aman dan edukatif.

    “Saat ini sekitar 80% pengguna internet merupakan anak dan remaja. Artinya, mereka berada di garis depan paparan risiko digital seperti konten negatif. Pemerintah berkomitmen membangun regulasi yang komprehensif dan dinamis, namun implementasinya tak bisa dilakukan sendirian. Semua harus berkolaborasi,” ujar Dr. Irawati Tjipto Priyanti, M.T., Direktur Penyidikan Digital Kementerian Komunikasi dan Digital RI.

    Menanggapi kekhawatiran tersebut, YouTube memperkenalkan Mental Health Shelf yang berisi kurasi konten kesehatan mental dari sumber tepercaya. Jadi, fitur ini merupakan sebuah “rak” atau tempat khusus di YouTube yang akan muncul ketika user mencari topik sensitif seputar kesehatan mental, seperti bullying, kecemasan, atau depresi.

    Kemudian fitur pembatasan durasi Shorts agar pengguna muda tidak terpapar konten yang berpotensi meningkatkan stres dan kecemasan. Fitur ini memungkinkan pengguna terkhusus remaja, menetapkan batas waktu harian untuk menonton video pendek YouTube Shorts.

    “Kami melihat peningkatan signifikan masalah kesehatan mental pada remaja di berbagai negara. Karena itu, YouTube berkomitmen menyediakan informasi yang kredibel serta fitur yang mendukung pengalaman digital yang lebih sehat bagi pengguna muda,” ujar Dr. Garth Graham, Global Head of YouTube Health.

    YouTube Rilis Mental Health Shelf Untuk Kesehatan Mental Remaja. Foto: Salsa Mutiara

    YouTube juga kini membatasi tayangan yang dapat menimbulkan tekanan psikologis dan mengarahkan pengguna muda ke konten-konten kesehatan mental yang terverifikasi.

    Direktur Eksekutif ICT Watch, Indriyanto Banyumurti, menilai bahwa tantangan terbesar remaja saat ini adalah tumbuh dalam ruang digital yang didorong algoritma. Ia menekankan bahwa tanpa pendampingan, anak dan remaja dapat ‘diasuh’ oleh pola konten yang tidak selalu ramah bagi perkembangan emosional mereka.

    “Ketika anak dan remaja diasuh oleh algoritma media sosial tanpa pendampingan orang tua, risikonya tinggi. Tetapi jika didampingi dengan komunikasi yang hangat, fitur digital bisa menjadi alat ampuh untuk edukasi dan tumbuh kembang mereka,” kata Indriyanto.

    Indriyanto menekankan pentingnya peran orang tua sebagai role model digital. Mulai dari menerapkan aturan penggunaan gadget, mengawasi aktivitas media sosial, hingga menjadikan teknologi sebagai sarana belajar Bersama. Semuanya berpengaruh pada ketahanan mental dan kemampuan anak menghadapi distraksi digital.

    “Orang tua perlu menjaga bonding, banyak berbicara dengan anak, dan belajar memahami fitur-fitur yang bisa melindungi mereka. Ketika pengasuhan digital kuat, anak memiliki fondasi yang sehat untuk berinteraksi di dunia online,” tambahnya.

    (fyk/fyk)

  • Radikalisme Gen-Z dan Budaya Literasi

    Radikalisme Gen-Z dan Budaya Literasi

    Radikalisme Gen-Z dan Budaya Literasi
    Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat ASEAN, Peraih medali emas CONSAL Award
    DENSUS
    88 Anti-Teror Polri melaporkan bahwa 110 remaja usia 11-18 tahun diduga terekrut jaringan terorisme (
    Kompas
    , 18 November 2025). Sebelumnya juga viral tentang ledakan bom yang dilakukan oleh siswa SMA 72 Jakarta.
    Berdasarkan laporan BNPT, radikalisasi pada generasi Z tercatat 10,4 persen menurut Indeks Potensi
    Radikalisme
    (IPR) tahun 2022. (
    AntaraNews
    , 22 April 2025). Angka ini lebih tinggi dibanding Gen Milenial (10,3 persen) dan Gen X (9,4 persen) menurut data yang sama.
    Humas Polri menyebutkan bahwa anak-anak sangat rentan terpengaruh karena berbagai faktor, seperti
    bullying
    , kondisi keluarga
    broken home,
    kurang perhatian orangtua, pencarian jati diri, marginalisasi sosial, hingga minimnya literasi digital dan pemahaman agama. Dan media utama penyebaran faham ekstremisme melalui media sosial.
    Kelompok ekstremis kini memanfaatkan platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan forum anonim untuk menarik simpati generasi muda.
    Konten yang disebarkan sering kali dikemas dalam bentuk: video sinematik bertema heroik, meme yang menormalisasi kekerasan, narasi emosional tentang ketidakadilan, dan pesan privat yang terstruktur layaknya grooming.
    Generasi Z tumbuh dalam dunia yang serba cepat, terkoneksi, dan penuh banjir informasi. Internet memberi peluang besar bagi perkembangan kreativitas dan pengetahuan, tapi sekaligus membuka ruang bagi penyebaran paham ekstremisme dan terorisme.
    Salah satu penyebab kerentanan generasi Z terhadap radikalisasi adalah minimnya
    budaya literasi
    , terutama literasi digital, literasi informasi, dan literasi kritis.
    Keterkaitan antara terorisme dan literasi tidak hanya tentang membaca buku, tetapi bagaimana seseorang memahami, mengolah, dan menilai informasi yang diterimanya.
    Ketika generasi muda tidak memiliki kemampuan literasi yang kuat, mereka lebih mudah percaya pada propaganda, narasi palsu, atau manipulasi ideologis.
    Generasi muda sering kali terpapar banjir informasi tanpa dibekali kemampuan untuk membedakan fakta dan propaganda. Akibatnya, narasi ekstrem yang tampak logis atau emosional dapat diterima tanpa proses berpikir kritis.
    Budaya literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, melainkan mencakup kemampuan memahami, memfilter, mengkritik, dan merefleksikan informasi.
    Dalam konteks pencegahan terorisme, ada beberapa aspek penting.
    Pertama, literasi digital. Literasi digital membekali generasi Z dengan pemahaman tentang cara kerja internet, algoritma, jejak digital, dan pola manipulasi online.
    Individu yang melek digital akan lebih mampu: Mengenali konten ekstremis, menghindari jebakan propaganda, menilai kredibilitas sumber, memahami motif di balik narasi radikal.
    Kedua, literasi informasi. Kemampuan untuk mengidentifikasi sumber yang valid, memverifikasi data, dan membandingkan informasi dari berbagai perspektif sangat krusial.
    Literasi informasi membantu generasi Z untuk tidak menelan mentah-mentah narasi yang mengajak kebencian atau kekerasan.
    Ketiga, literasi kritis. Literasi kritis menekankan kemampuan berpikir reflektif dan analitis. Melalui literasi ini, generasi Z dapat: memahami konteks sosial-politik suatu isu, mendeteksi bias dan manipulasi, dan menilai dampak jangka panjang dari ideologi ekstrem.
    Kemampuan ini merupakan “vaksin kognitif” yang efektif untuk mencegah radikalisasi.
    Keempat, literasi budaya dan toleransi. Selain fokus pada informasi, budaya literasi juga mencakup pemahaman terhadap keragaman budaya, agama, dan sosial.
    Generasi yang memahami keberagaman lebih cenderung memiliki sikap inklusif dan kebal terhadap narasi kebencian yang sering digunakan kelompok ekstremis.
    Untuk mempraktikan pentingnya budaya literasi, kami membuat program Gerakan Literasi Muhammadiyah dengan nama MENTARI (Muhammadiyah Membaca Setiap Hari).
    Melalui program MENTARI, literasi tidak lagi dimaknai sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan memahami, menganalisis, serta menilai informasi secara kritis.
    Muhammadiyah sebagai organisasi pendidikan yang berorientasi pada pencerahan merespons tantangan ini dengan mengembangkan berbagai gerakan literasi, salah satunya melalui program MENTARI (Muhammadiyah Membaca Setiap Hari).
    Program ini hadir bukan sekadar sebagai rutinitas membaca, tetapi sebagai strategi pembentukan karakter, kecakapan berpikir, dan penguatan nilai keagamaan yang berkemajuan di sekolah maupun pesantren Muhammadiyah.
    Manfaat yang dirasakan dari program ini di antaranya:
    Pertama, program MENTARI memberikan manfaat besar dalam menanamkan kebiasaan membaca yang konsisten kepada peserta didik.
    Melalui kegiatan membaca setiap hari selama beberapa menit sebelum pelajaran dimulai, siswa dilatih untuk mencintai buku dan menjadikan aktivitas membaca sebagai bagian dari gaya hidup.
    Melebihi ekspektasi kami, ternya ada siswa yang mampu membaca 67 buku dalam 10 bulan.
    Pembiasaan ini membangun disiplin, meningkatkan fokus, serta menumbuhkan rasa ingin tahu. Dalam jangka panjang, rutinitas membaca harian akan membentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat, karakter penting yang dibutuhkan dalam dunia modern yang terus berubah.
    Kedua, MENTARI berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan literasi dasar siswa.
    Dengan kebiasaan membaca yang teratur, siswa mengalami peningkatan kemampuan memahami teks, memperkaya kosakata, serta mengembangkan kemampuan menulis.
    Kemampuan-kemampuan ini akan berdampak langsung pada pencapaian akademik mereka. Siswa yang memiliki literasi kuat cenderung lebih mudah memahami materi pelajaran, mengerjakan tugas dengan lebih efektif, dan memiliki daya analisis yang baik.
    Dengan demikian, MENTARI bukan hanya gerakan literasi, tetapi juga merupakan motor peningkatan mutu akademik.
    Ketiga, program ini berperan penting dalam memperkuat pemahaman keagamaan yang moderat dan berkemajuan.
    Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang menekankan nilai pencerahan, rasionalitas, dan toleransi.
    Melalui MENTARI, peserta didik sering kali diarahkan untuk membaca bahan bacaan keislaman, Al-Qur’an, tafsir, maupun literatur Kemuhammadiyahan.
    Pemahaman yang literat terhadap agama membantu siswa menghindari penafsiran tekstual yang sempit dan menguatkan sikap keberagamaan yang inklusif.
    Dalam konteks maraknya penyebaran paham radikal dan intoleransi di ruang digital, MENTARI menjadi benteng ideologis yang penting bagi peserta didik.
    Jangankan terlibat radikalisme atau terorisme, kini di lingkungan sekolah dan pesantren tidak ada prilaku perundungan (bullying).
    Keempat, MENTARI membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Ketika siswa membaca berbagai jenis bacaan—baik fiksi maupun nonfiksi—mereka belajar melihat suatu isu dari berbagai perspektif.
    Proses ini mendorong mereka untuk bertanya, menganalisis, dan membuat penilaian yang didasarkan pada pemahaman.
    Kemampuan berpikir kritis sangat penting di era informasi yang rentan dengan hoaks dan manipulasi.
    Melalui program ini, siswa belajar menjadi pembaca yang aktif, bukan pasif, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan.
    Kelima, gerakan ini juga memiliki dimensi pembentukan karakter. Melalui kegiatan membaca yang teratur, siswa belajar disiplin, teliti, dan tekun.
    Buku-buku yang mereka baca pun menjadi media pembentukan nilai-nilai moral seperti kejujuran, empati, rendah hati, dan rasa tanggung jawab.
    Di sekolah dan pesantren Muhammadiyah, pembentukan karakter adalah bagian integral dari proses pendidikan. MENTARI hadir sebagai metode yang efektif dalam menginternalisasi nilai-nilai tersebut secara alami dan menyenangkan.
    Selain itu, program MENTARI juga berperan dalam meningkatkan kecakapan literasi digital. Banyak sekolah dan pesantren Muhammadiyah kini memadukan kegiatan membaca dengan pemanfaatan e-book, perpustakaan digital, atau artikel daring.
    Hal ini membantu siswa memahami bagaimana menggunakan teknologi secara bijak, menilai kredibilitas sumber informasi online, dan menghindari konten berbahaya.
    Literasi digital ini sangat penting untuk membekali siswa menghadapi tantangan dunia maya yang kompleks.
    Akhirnya, MENTARI menciptakan lingkungan sekolah dan pesantren yang berbudaya ilmu. Ketika seluruh warga sekolah—kepala sekolah, guru, ustaz/ustazah, hingga siswa/santri—terlibat dalam budaya membaca, suasana belajar menjadi lebih kondusif, dialogis, dan intelektual.
    Lingkungan seperti ini mendorong pertumbuhan ide-ide baru dan membentuk identitas sekolah atau pesantren sebagai pusat pencerahan.
    Kehadiran program MENTARI memperkuat peran Muhammadiyah dalam membangun generasi yang unggul secara intelektual, matang secara spiritual, dan kuat secara karakter.
    MENTARI bukan hanya gerakan literasi, tetapi juga fondasi penting dalam mempersiapkan generasi berkemajuan yang siap berperan dalam masa depan bangsa.
    Terorisme di kalangan generasi Z adalah ancaman nyata yang diperkuat oleh dinamika digital dan rendahnya budaya literasi.
    Namun, dengan memperkuat kemampuan literasi digital, informasi, kritis, dan budaya, generasi Z dapat memiliki ketahanan mental yang kokoh untuk menolak propaganda ekstrem.
    Budaya literasi bukan hanya alat pengetahuan, tetapi benteng peradaban. Ketika generasi muda mampu membaca dunia dengan kritis, propaganda kebencian tidak akan lagi menemukan tempat subur untuk tumbuh.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • DKI kemarin, perundungan di sekolah hingga harga kios Pasar Pramuka

    DKI kemarin, perundungan di sekolah hingga harga kios Pasar Pramuka

    Jakarta (ANTARA) – Peristiwa penting dan menarik terjadi di Jakarta selama Rabu (19/11) mulai dari Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo bekerjasama dengan pihak lainnya untuk mengatasi perundungan (bullying) di sekolah hingga penurunan harga sewa kios di Pasar Pramuka.

    Berikut rangkuman berita selengkapnya yang masih menarik untuk dibaca kembali.

    1. Dana BOS harus digunakan tepat sasaran dan transparan

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo mengingatkan kepada setiap kepala sekolah di Jakarta agar menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tepat sasaran dan transparan

    “Gunakan dana BOS secara akuntabel dan tepat sasaran,” katanya saat melantik 673 kepala sekolah di Balai Kota Jakarta pada Rabu.

    Berita selengkapnya klik di sini

    2. DKI gandeng pihak lain atasi perundungan di sekolah

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo akan bekerjasama dengan pihak lainnya dalam upaya mengatasi perundungan (bullying) di sekolah di ibu kota.

    “Untuk mekanisme ‘bullying’ di lingkungan sekolah yang ada di DKI Jakarta, saya sudah meminta kepada Dinas Pendidikan bekerjasama dengan jajaran terkait,” kata Pramono di Balai Kota, Rabu.

    Berita selengkapnya klik di sini

    3. Pasar Jaya turunkan harga sewa kios Pasar Pramuka 54 persen

    Perumda Pasar Jaya menurunkan harga dari nilai appraisal hingga 54 persen sebagaimana penyesuaian dan tindak lanjut dari proses evaluasi yang telah berjalan sejak diterbitkannya Kajian Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) pada 15 Mei 2024.

    “Sebelumnya, harga lantai dasar itu Rp940 juta dan lantai satu Rp640 juta. Kami melakukan penurunan harga dari nilai appraisal sampai dengan 54 persen. Penyesuaian harga ini merupakan tindak lanjut dari proses evaluasi yang telah berjalan,” kata Manajer Humas Perumda Pasar Jaya Fahri Irfan di Jakarta, Rabu.

    Berita selengkapnya klik di sini

    4. Pemprov DKI sebut keberadaan “daycare” dukung Perda kota layak anak

    Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta menyebutkan keberadaan tempat penitipan (daycare) ramah anak dapat mendukung implementasi peraturan daerah (Perda) tentang penyelenggaraan kota dan kabupaten layak anak.

    Kepala Dinas (PPAPP) DKI Jakarta Iin Mutmainah mengatakan layanan tersebut merupakan salah satu upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk memastikan anak-anak usia 0-6 tahun mendapatkan pengasuhan yang sesuai dengan perkembangan dan hak-hak dasar mereka.

    Berita selengkapnya klik di sini

    5. Mesin uap tempat usaha “laundry” di Jaktim meledak, dua orang terluka

    Sebuah tempat usaha penatu atau laundry di Jalan Delima Dua, Duren Sawit, Jakarta Timur, hancur akibat ledakan mesin uap pada Selasa (18/11) malam sehingga mengakibatkan dua pelanggan terluka.

    Salah satu pelanggan yang menjadi korban ledakan tersebut, yakni Memed menceritakan saat itu ia datang untuk mencuci dan mengambil pakaian yang sudah selesai dikerjakan.

    Berita selengkapnya klik di sini

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Lantik Ribuan Pejabat, Pramono Pastikan Tak Ada Lagi Kekosongan Jabatan di Jakarta 

    Lantik Ribuan Pejabat, Pramono Pastikan Tak Ada Lagi Kekosongan Jabatan di Jakarta 

    JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memastikan tak ada lagi posisi pejabat yang dibiarkan kosong di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Hal ini diungkapkan Pramono usai melantik ribuan pejabat eselon III dan IV.

    Pengisian jabatan secara penuh ini, menurut Pramono, menjadi langkah Pemprov untuk mempercepat kinerja birokrasi dan memastikan pelayanan publik tidak tersendat akibat kekurangan pejabat.

    “Memang sempat lama terjadi kekosongan, dan saya dan Bang Doel beserta jajaran, kita memang berkeinginan untuk semuanya segera kita isi. Maka dengan demikian, sekarang semua pejabat yang ada di DKI Jakarta sudah terisi dan mudah-mudahan bisa bekerja secara maksimal,” kata Pramono usai pelantikan di Balai Kota DKI jakarta, Rabu, 18 November.

    Dalam pelantikan hari ini, terdapat 686 pejabat administrator, pengawas, dan ketua sub-kelompok yang resmi dilantik. Selain itu, terdapat 523 pejabat fungsional melalui mekanisme pengangkatan pertama, ditambah 20 jenis jabatan pindahan di 14 perangkat daerah. Sementara itu, pejabat fungsional guru yang ditugaskan sebagai kepala sekolah negeri yang dilantik hari ini berjumlah 673 orang.

    “Kalau dijumlah dari hari ini dilantik dan juga dua minggu yang lalu, jumlah pejabat yang dilantik di Balai Kota atau di DKI Jakarta jumlahnya 2.700 orang,” ungkap Pramono.

    Ia menegaskan pengisian jabatan secara masif ini bertujuan memperkuat fondasi pemerintahan daerah, terutama pada level pelaksana yang bersinggungan langsung dengan pelayanan warga.

    Pramono meminta seluruh pejabat baru mendukung kepala perangkat daerah dalam merumuskan kebijakan yang inklusif dan berkeadilan, khususnya terkait percepatan penanganan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan.

    Kepada ratusan kepala sekolah yang turut dilantik hari ini, Pramono menekankan pentingnya menjaga kualitas pendidikan sekaligus memastikan ruang belajar bebas dari kekerasan. Ia meminta sekolah memperkuat tata kelola sekaligus mengoptimalkan program wajib seperti KJP Plus dan KJMU agar tepat sasaran.

    “Kepada para kepala sekolah, saya tekankan bahwa pendidikan adalah fondasi penting bagi masa depan Jakarta. Tingkatkan mutu pembelajaran, optimalkan peran guru, dan pastikan sekolah menjadi ruang yang aman, nyaman, serta bebas dari kekerasan. Tidak boleh ada bullying di seluruh sekolah di Jakarta,” tegas Pramono.

    Pramono juga menyampaikan pesan kepada seluruh pejabat fungsional yang terlibat dalam pelantikan massal ini. Ia meminta mereka menjaga profesionalitas sekaligus memastikan setiap tugas menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat.

    “Kepada para pejabat fungsional, saya meminta kepada Bapak Ibu Saudara-saudara sekalian untuk terus meningkatkan kompetensi, menjaga profesionalitas, serta memperkuat koordinasi dalam setiap pelaksanaan tugas. Pastikan setiap pekerjaan memberikan hasil yang berdampak nyata bagi masyarakat. Pemprov DKI Jakarta akan terus menyediakan ruang pengembangan kapasitas untuk memperkuat kualitas SDM,” imbuh Pramono.

  • Pengakses JakCare paling banyak dewasa muda dan remaja

    Pengakses JakCare paling banyak dewasa muda dan remaja

    Jakarta (ANTARA) – Pengakses layanan telekonsultasi kesehatan mental JakCare paling banyak adalah kategori usia dewasa muda dan remaja.

    “Usia dewasa dan remaja cukup mendominasi. Biasanya mereka (remaja) mengeluhkan permasalahan di sekolah, kasus-kasus ‘bullying’ (perundungan),” ujar Psikolog Layanan JakCARE, Liza Gardyanie Hermawan dalam Siniar Rabu Belajar bertema “JakCARE: Teman Bicaramu Ruang Aman Jiwamu” di Jakarta, Rabu.

    Ia menyebut, sesuai data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, penelepon kategori usia dewasa muda (20-40 tahun) mencapai 1.242 orang, diikuti remaja (11-19 tahun) sebanyak 139 penelepon, dewasa madya (41-65 tahun) sebanyak 98 penelepon, kemudian anak usia 0-4 tahun (empat penelepon), serta lansia atau di atas usia 65 tahun (satu penelepon).

    Liza mengatakan, penelepon dari kalangan usia dewasa muda umumnya mengeluhkan stres akibat pekerjaan dan masalah terkait relasi misalnya hubungan pernikahan atau pranikah.

    Menurut dia, para ibu umumnya menanyakan seputar cara menerapkan pola asuh yang sesuai dengan usia perkembangan anak mereka.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 8
                    
                        Fakta Baru Kasus Bullying Siswa SMPN Tangsel yang Berujung Kematian
                        Megapolitan

    8 Fakta Baru Kasus Bullying Siswa SMPN Tangsel yang Berujung Kematian Megapolitan

    Fakta Baru Kasus Bullying Siswa SMPN Tangsel yang Berujung Kematian
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
    Kasus dugaan perudungan (
    bullying
    ) yang menimpa MH (13), siswa SMPN di Tangerang Selatan, terus diselidiki kepolisian.
    Temuan terbaru dari pihak sekolah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel mengungkap detail yang belum pernah disampaikan sebelumnya, termasuk riwayat izin sakit korban, upaya
    mediasi
    , serta kondisi psikologis terduga pelaku, R (13), yang kini berada di bawah tekanan.
    Sejak kematian
    MH
    pada akhir Oktober 2025, masyarakat menuntut kejelasan terkait dugaan perundungan yang disebut berlangsung sejak masa MPLS. Temuan terbaru justru menunjukkan kompleksitas kasus ini dari sisi sekolah maupun keluarga.
    Berikut rangkuman temuan terbaru:
    Kepala SMPN Tangsel, Frida Tesalonik, menyebut MH tercatat tujuh kali tidak masuk sekolah sejak awal tahun ajaran baru.
    “Memang menurut informasi dari wali kelasnya, anak ini sering tidak masuk, izin sakit dari semenjak bulan Juli, kurang lebih ada tujuh kali,” ujar Frida saat ditemui di Serpong, Tangsel, Selasa (18/11/2025).
    Absensi tersebut tercatat rapi dan dilaporkan kepada kepolisian, meski belum dipastikan disertai surat keterangan dokter. 
    “Tanggalnya sudah ada di situ, sudah tertuang di dalam pelaporan waktu kami wawancara di polres,” kata dia.
    Menurut wali kelas, izin tak masuk disampaikan korban hanya melalui chat.
    “Nanti akan saya tanyakan lagi. Saya tidak mau menjawab sudah ada atau belum,” kata dia.
    Frida menegaskan MH tidak menunjukkan tanda-tanda perundungan. Selama kegiatan belajar, MH tetap mengikuti pelajaran seperti biasa.
    “Enggak ada. Normal sama sekali. Enggak ada ngobrol sama sekali,” katanya.
    Wali kelas rutin mengecek kondisi psikososial siswa melalui berbagai metode, baik itu secara
    polling
    dan catatan manual. MH selalu menuliskan bahwa ia tidak memiliki masalah dengan teman-temannya.
    “Selalu ditanyain, secara klasikal: ada enggak masalah? Bercanda berlebihan? Ditanya pakai poling dan tulisan manual. Jawabannya selalu tidak ada,” jelas dia.
    Frida membantah tudingan sekolah abai. Ia menyebut pihak sekolah langsung melakukan mediasi setelah orang tua korban melaporkan kasus
    bullying
    pada 21 Oktober 2025.
    “Enggak soalnya pas saat pertama kali diketahui, kami langsung melakukan mediasi,” kata Frida.
    Mediasi dilakukan sehari setelah laporan, mempertemukan orang tua korban dan terduga pelaku.
    “Kami sudah mempertemukan kedua belah pihak, lahirlah pernyataan dari orangtua R,” jelas dia.
    Sejak mediasi itu, sekolah menyebutkan, keluarga korban sempat datang kembali untuk laporan lanjutan, namun diteruskan untuk ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel.
    “Setelah itu, tidak ada kejadian apa-apa lagi, terus langsung viral. Kaget saya juga,” ucap dia.
    Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel, Deden Deni, menyampaikan R mengalami tekanan psikologis akibat kasus ini. Dinas memberikan pendampingan agar terduga pelaku tetap termotivasi belajar.
    “Kondisinya itu dia dalam tekanan juga. Didampingi DP3KB dan UPTD PPA pendampingan psikologis untuk R,” kata Deden.
    R sempat menyampaikan keinginan pindah sekolah dan masuk pesantren, namun opsi ini belum bisa direalisasikan. 
    “Itu baru ngomong ke guru, saya belum menggali lebih jauh,” ungkap dia.
    Untuk melindungi hak pendidikan R, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel memberikan opsi sekolah dari rumah.
    “Kami kasih pilihan sekolah pakai
    Zoom
    karena kondisinya sedang tidak kondusif,” ujar Deden.
    Proses hukum sepenuhnya berada di tangan kepolisian. Beberapa siswa dan guru telah dimintai keterangan untuk mengungkap fakta yang sesungguhnya.
    “Hari kemarin sudah ada beberapa siswa yang dimintai keterangan, termasuk juga teman-teman guru,” kata Deden.
    Proses pemeriksaan disebut terus berlanjut untuk mengungkap fakta yang sebenarnya. Oleh karena itu, kasus dugaan
    bullying
    yang melibatkan MH dan R sepenuhnya diserahkan ke kepolisian.
    “Kami serahkan sepenuhnya ke kepolisian untuk pembuktian fakta yang sesungguhnya,” ujar dia.
    Begitu pula dengan hasil pemeriksaan medis terkait kemungkinan riwayat penyakit MH yang nantinya akan disampaikan oleh polisi.
    “Itu nanti dari yang punya kewenangan dan rumah sakit. Kami menunggu dan mengikuti prosesnya,” jelas Deden.
    Sebagai respons, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel akan memasang CCTV di setiap kelas dan memperkuat program edukasi
    anti-bullying.
    “Saat ini CCTV ada di luar saja. Dalam waktu dekat akan kami pasang CCTV di setiap kelas,” ucap Deden.
    Program edukasi seperti kerja sama dengan kejaksaan dan polisi juga diperkuat untuk mencegah perundungan dan pelecehan.
    Dinas memastikan tim pencegahan dan penanganan kekerasan (TPPK) di setiap sekolah aktif agar tidak ada anak yang mengalami trauma.
    “Jangan sampai ada anak yang merasa trauma. Ini jadi pelajaran buat kita semua,” kata Deden.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tewas Setelah Diduga Dipukul Kursi, Polisi Periksa 6 Saksi Kasus Bullying Siswa Tangsel

    Tewas Setelah Diduga Dipukul Kursi, Polisi Periksa 6 Saksi Kasus Bullying Siswa Tangsel

    TANGERANG SELATAN – Kepolisian Resor (Polres) Tangerang Selatan, mulai melakukan penyelidikan kasus dugaan perundungan terhadap MH (13), siswa SMPN 19 Kota Tangsel, yang meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RS Fatmawati, Jakarta.

    Kapolres Tangerang Selatan AKBP Victor Daniel Henry Inkiriwang mengatakan proses hukum tetap berjalan meski belum ada laporan resmi dari pihak keluarga.

    “Kami berinisiatif dari awal, tanpa adanya laporan polisi maupun keterangan dari orang tua korban,” ujarnya di Tangerang, Antara, Selasa, 18 November.

    Ia menjelaskan enam orang telah dimintai keterangan sebagai saksi, termasuk keluarga korban dan pihak sekolah. Jumlah saksi, kata Victor, kemungkinan akan bertambah.

    Selain itu, polisi juga akan meminta keterangan saksi ahli dari rumah sakit yang sebelumnya menangani korban sebelum dirujuk ke RS Fatmawati.

    “Karena ada rentetannya. Sebelum di dokter Fatmawati, ada rumah sakit juga yang menangani secara awal,” kata Victor.

    Sebelumnya, MH dilaporkan meninggal dunia pada Minggu, 16 November setelah dirawat intensif di RS Fatmawati.

    “Jam setengah enam setelah salat subuh dikabarkan Hisyam sudah tidak ada,” kata Alvian, kuasa hukum keluarga korban.

    MH diduga mengalami perundungan oleh teman sebangkunya dengan cara dipukul menggunakan kursi. Setelah kejadian itu, korban mengeluhkan sakit. Tim medis kemudian mendiagnosis adanya riwayat tumor otak.

    Namun keluarga membantah MH memiliki riwayat penyakit tersebut. Menurut Alvian, kondisi korban terus memburuk sejak dirawat.

    “Anak korban langsung dibawa ke rumah sakit setelah dua hari mediasi dengan keluarga terduga pelaku bullying. Keluarga bilang almarhum tidak punya riwayat penyakit,” katanya.

  • Mabes Polri Ungkap Aksi Ledakan SMAN 72 Jakarta Didasari Motif Perundungan

    Mabes Polri Ungkap Aksi Ledakan SMAN 72 Jakarta Didasari Motif Perundungan

    Bisnis.com, JAKARTA — Mabes Polri menyampaikan pelaku dalam peristiwa ledakan SMAN 72 Jakarta menjadi korban perundungan atau bullying dari rekannya.

    Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan aksi pelaku yang saat ini berstatus anak berkonflik hukum (ABH) itu tidak berkaitan dengan jaringan teroris.

    “Di mana pelaku melakukan aksi karena menjadi korban bullying dari rekannya,” ujar Trunoyudo di Mabes Polri, Selasa (18/11/2025).

    Dia menambahkan, tindakan pelaku dalam melancarkan aksinya itu karena didorong aksi balas dendam dengan meniru perilaku kekerasan ekstrem di luar negeri.

    Meskipun begitu, Trunoyudo memastikan bahwa pelaku ini tidak terpapar radikalisme atau salah satu paham ideologi terorisme tertentu.

    “Meniru pelaku penembakan massal di luar negeri sebagai metode untuk melakukan aksi balas dendam dan bukan melakukan aksi karena keyakinan atas salah satu paham atau ideologi,” imbuhnya.

    Sementara itu, Mabes Polri juga telah mengeluarkan empat rekomendasi untuk menjadi bahan evaluasi perkara SMAN 72. Misalnya, mengkaji regulasi terkait pembatasan dan pengawasan pemanfaatan media sosial untuk anak di bawah umur.

    Selanjutnya, pembentukan tim terpadu, lintas kementerian atau lembaga untuk deteksi dini, edukasi, intervensi pencegahan, penegakan hukum, pendampingan psikologis, serta pengawasan pasca intervensi.

    Ketiga, penyusunan standar operasi prosedur teknis bagi seluruh stakeholder agar penanganan dilakukan secara cepat, seragam, dan sesuai pada mandat dan tupoksi pada masing-masing institusi.

    Terakhir, meminta agar seluruh elemen masyarakat, baik orang tua, guru, dan semua pihak, bahkan seluruh stakeholder, peduli terhadap fenomena ini agar dapat terus serta dalam menghentikan mata rantai rekrutmen online tersebut.

    “Polri menegaskan komitmen untuk melindungi anak-anak Indonesia, beserta seluruh kementerian dan lembaga, dan BNPT, KPAI, dan LPSK, serta seluruh kementerian stakeholder terkait, terhadap dari ancaman radikalisasi eksploitasi ideologi maupun kekerasan digital untuk melindungi anak-anak Indonesia,” pungkas Trunoyudo.

  • Polisi: Bullying Pemicu Aksi Peledakan SMAN 72 Jakarta, Pelaku Terinspirasi Penembakan Mas…

    Polisi: Bullying Pemicu Aksi Peledakan SMAN 72 Jakarta, Pelaku Terinspirasi Penembakan Mas…

    Polisi: Bullying Pemicu Aksi Peledakan SMAN 72 Jakarta, Pelaku Terinspirasi Penembakan Mas…