Kasus: bullying

  • Kepsek SMA di Garut Dinonaktifkan Buntut Siswa Bunuh Diri gegara Dibully

    Kepsek SMA di Garut Dinonaktifkan Buntut Siswa Bunuh Diri gegara Dibully

    Garut

    Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

    Kasus seorang siswa SMAN 6 Garut, Jawa Barat yang bunuh diri usai diduga menjadi korban perundungan atau bullying berbuntut panjang. Kepala SMAN 6 Garut kini dinonaktifkan sementara.

    Surat itu diterbitkan oleh Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XI atas rekomendasi dari BKD Jawa Barat. Selama proses ini berlangsung, Dinas Pendidikan Jabar akan menunjuk Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sekolah sebagai pengganti sementara.

    “Untuk proses pendalamannya ditargetkan selama kira-kira satu minggu, dan Tim Disiplin Pegawai dari BKD Jabar juga sudah mulai bekerja untuk mendalami administrasi kepegawaiannya sejak kemarin,” kata Kepala BKD Jabar, Dedi Supandi dilansir detikJabar, Sabtu (19/7/2025).

    Penonaktifan tersebut dilakukan untuk mempercepat proses pendalaman dan pemeriksaan internal. Dedi menyebut ada beda pendapat antara pihak orang tua dan sekolah terkait perundungan.

    Nantinya, lanjut Dedi, pihaknya akan mendalami kedua pernyataan tersebut. Jika ditemukan adanya perundungan, pihaknya juga akan mencari tahu terkait pembiaran berujung korban meninggal dunia.

    “Atau (pihak sekolah) tahu, tetapi melakukan pembiaran, karena ini sudah menimbulkan dampak sosial yang luas. Sehingga dalam proses pendalaman oleh Tim Disiplin Pegawai, kepala sekolahnya itu dinonaktifkan sementara,” imbuhnya.

    Baca selengkapnya di sini.

    (wnv/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kepala SMAN 6 Garut Dinonaktifkan buntut Siswa Bunuh Diri karena Tak Naik Kelas
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        17 Juli 2025

    Kepala SMAN 6 Garut Dinonaktifkan buntut Siswa Bunuh Diri karena Tak Naik Kelas Bandung 17 Juli 2025

    Kepala SMAN 6 Garut Dinonaktifkan buntut Siswa Bunuh Diri karena Tak Naik Kelas
    Editor
    KOMPAS.com

    Gubernur Jawa Barat

    Dedi Mulyadi
    mengambil langkah tegas dengan menonaktifkan kepala Sekolah SMAN 6
    Garut
    buntut kasus tragis meninggalnya seorang siswa kelas 10 yang diduga melakukan bunuh diri karena tidak naik kelas.
    Keputusan ini diambil usai pertemuan antara pihak sekolah dan keluarga korban pada Kamis (17/7/2025).
    Pertemuan tersebut dihadiri oleh kepala sekolah, wali kelas, guru bimbingan konseling (BK), guru kimia, guru fisika, serta perwakilan keluarga korban.
    “Antara pihak sekolah dan keluarga sama-sama merasa benar. Karena itu, kita tidak bisa langsung melakukan rekonsiliasi. Maka saya memutuskan untuk menempuh jalur investigasi,” kata Dedi Mulyadi dalam video yang dikonfirmasi
    Kompas.com
    , Kamis.
    Untuk menjamin proses yang objektif dan transparan, Gubernur Dedi langsung menugaskan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Barat guna melakukan investigasi terhadap kemungkinan kelalaian pihak sekolah.
    “Saya tugaskan BKD untuk melakukan pendalaman. Apakah ada kelalaian dari kepala sekolah, wali kelas, guru BK, atau guru mata pelajaran terkait. Kami ingin tahu apakah ada tanggung jawab yang diabaikan,” tegas Dedi yang dalam video itu didampingi Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jawa Barat Dedi Supandi.
    Demi mendukung proses penyelidikan yang adil, Kepala
    SMAN 6 Garut
    resmi dinonaktifkan sementara mulai hari ini.
    “Untuk mewujudkan seluruh proses secara transparan, kepala sekolahnya dinonaktifkan sementara sampai pemeriksaan selesai. Agar pemeriksaannya bisa berjalan secara objektif,” ujarnya.
    Dedi menegaskan, proses pemeriksaan sudah dimulai sejak hari ini dan mengingatkan semua pihak agar berhati-hati dalam menyikapi kejadian ini.
    Seorang remaja berusia 16 tahun di Garut diduga melakukan bunuh diri pada Senin pagi, 14 Juli 2025, bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah setelah libur. Kasus ini menjadi perhatian publik setelah sang ibu mengungkap kisah tragis putranya melalui media sosial, menyebut anaknya menjadi korban bullying karena dituduh melaporkan teman-teman yang menggunakan vape di kelas.
    Unggahan sang ibu di Instagram sejak Juni 2025 telah menarik simpati luas netizen. Ia juga menyebut anaknya dinyatakan tidak naik kelas oleh pihak sekolah dan disarankan pindah jika ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya.
    Wakil Bupati Garut Putri Karlina mengaku sudah memantau kasus ini sejak tiga minggu sebelumnya dan telah meminta UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) mendampingi korban. Namun, sebelum pendampingan lanjutan bisa dilakukan, korban sudah meninggal dunia.
    Kasatreskrim Polres Garut AKP Joko Prihatin membenarkan bahwa remaja tersebut meninggal karena bunuh diri di rumahnya, berdasarkan pemeriksaan tim Inafis dan tim medis.
    Sementara itu, Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah adanya tindakan
    bullying
    .
     
    Menurutnya, istilah
    bullying
    baru mencuat setelah siswa tersebut dinyatakan tidak naik kelas akibat nilai tujuh mata pelajaran yang tidak tuntas.
    Ia menambahkan bahwa pihak sekolah telah memanggil orang tua sebelum rapat pleno kenaikan kelas dilakukan.
    Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
    Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
    https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Saat Mimpi Anak Sekolah Terganjal Biaya Seragam…
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        17 Juli 2025

    Saat Mimpi Anak Sekolah Terganjal Biaya Seragam… Megapolitan 17 Juli 2025

    Saat Mimpi Anak Sekolah Terganjal Biaya Seragam…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Mimpi dua
    anak di Pamulang
    , Tangerang Selatan bisa sekolah terganjal
    biaya seragam
    .
    Dua anak dari Nur Febri Susanti (38), seorang ibu rumah tangga harus membayar biaya seragam sebesar Rp 1,1 juta per orang.
    Nur Febri Susanti menceritakan bermula dua anaknya yang pindahan dari sekolah di Jakarta mendaftar di SD Negeri Ciledug Barat, Pamulang pada 11 Juli 2025.
    Di sana, Nur kaget diberi rincian
    biaya sekolah
    sebesar Rp 1,1 juta per anak oleh kepala kepala sekolah.
    Dia pun meminta keringanan kepada kepala sekolah SD Negeri Ciledug Barat agar bisa membayar biaya tersebut dengan dicicil. Namun kepala sekolah menolak permintaan Susanti.
    “Saya tanya bisa dicicil atau tidak, jawabannya ‘kalau bisa jangan dicicil, kasihan anaknya nanti beda sendiri dari teman-temannya’,” ujar Nur kepada Kompas.com, Rabu(16/7/2025).
    Bukan tanpa alasan, Nur meminta keringanan agar bisa mencicil biaya sekolah. Sebab suaminya hanya bekerja sebagai tukang parkir.
    Dia juga sempat mencari informasi biaya sekolah negeri di media sosial ternyata gratis.
    “Saya sempat buka media sosial dan baca sekolah negeri itu gratis. Tapi ini kok mahal ya, hanya untuk seragam. Saya pikir ada yang tidak sesuai,” kata Nur.
    Kepala sekolah juga meminta Nur agar biaya tersebut ditransfer ke rekening pribadinya.
    Nur pun menyampaikan keluhan tersebut di media sosial dan kepala sekolah marah.
    “Rekeningnya (pembayaran seragam) itu atas nama pribadi (kepala sekolah), bukan (koperasi) sekolah. Lalu saya sampaikan di media sosial, saya malah ditegur dengan nada tinggi oleh kepala sekolah,” ujarnya.
    Akhirnya dua anak Nur tidak diterima di sekolah tersebut karena alasan adminitrasi. Nur diminta mencari sekolah lain untuk dua anaknya.
    “Awalnya itu dibilang anak saya tidak diterima, karena alasan administrasi, saya disuruh cari sekolah lain, padahal surat penerimaan sudah ada. Jadi sudah tiga hari masa MPLS ini belum masuk (sekolah),” tambah Nur.
    Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel, Didin Sihabudin mengatakan pihaknya akan memanggil kepala sekolah itu pada hari ini Kamis (17/7/2025).
    Kepala sekolah akan diminta klarifikasi terkait pungutan iuran tersebut.
    “Sudah membuat surat panggilan dan akan melakukan pembinaan serta pemeriksaan terhadap kepala sekolah. Kami pastikan, insya Allah, tidak ada pungutan bagi anak-anak yang pindah sekolah,” ujar Didin saat dikonfirmasi Kompas.com.
    Menurut dia, sekolah negeri gratis tanpa dipunggut biaya. Kepala sekolah juga tidak boleh menerima pembayaran biaya sekolah.
    “Prinsipnya, tidak dibolehkan pungutan seperti yang disebutkan tadi, apalagi itu ke rekening pribadi. Kami sudah membuat surat edaran yang melarang iuran-iuran. Sekolah negeri difasilitasi,” kata Didin.
    Selain itu, kata dia, siswa pindahan boleh memakai seragam dari sekolah sebelumnya.
    “Dipastikan tidak boleh ada paksaan beli seragam baru. Silakan pakai seragam lama, dan kami juga pastikan tidak ada intimidasi atau bullying,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 1
                    
                        Kegundahan Ibu di Pamulang Bayar Seragam SD Rp 2,2 Juta ke Rekening Kepsek
                        Megapolitan

    1 Kegundahan Ibu di Pamulang Bayar Seragam SD Rp 2,2 Juta ke Rekening Kepsek Megapolitan

    Kegundahan Ibu di Pamulang Bayar Seragam SD Rp 2,2 Juta ke Rekening Kepsek
    Penulis
     
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Di balik senyum letihnya, Nur Febri Susanti (38) menyimpan gundah yang tak bisa disembunyikan.
    Harapan untuk menyekolahkan kedua buah hatinya di tahun ajaran baru, mendadak terasa berat oleh beban biaya yang melampaui batas kemampuannya.
    Dua anak Nur, siswa pindahan dari Jakarta, telah ia daftarkan ke SD Negeri Ciledug Barat, Pamulang. Sang kakak kini di kelas lima, adiknya di kelas dua.
    Namun, bukan semangat belajar yang lebih dulu menyapa, melainkan rincian biaya seragam yang langsung disodorkan setelah diterima pada 11 Juli 2025.
    “Saya kaget waktu kepala sekolah langsung bilang biayanya Rp 1,1 juta per anak, untuk baju batik, muslim, olahraga, dan buku paket. Saya tanya bisa dicicil atau tidak, jawabannya ‘kalau bisa jangan dicicil, kasihan anaknya nanti beda sendiri dari teman-temannya’,” kata Nur pelan, Selasa (16/7/2025).
    Dengan suami yang sehari-hari menggantungkan hidup dari pekerjaan sebagai tukang parkir, biaya Rp 2,2 juta untuk dua anak tentu bukan angka yang mudah dijangkau.
    Bagi Nur, yang terbiasa berhemat demi sekarung beras atau sepotong lauk untuk makan malam, nominal itu terlalu tinggi untuk sekadar
    seragam sekolah
    .
    “Saya sempat buka media sosial dan baca sekolah negeri itu gratis. Tapi ini kok mahal ya, hanya untuk seragam. Saya pikir ada yang tidak sesuai,” ucap Nur.
    Transfer ke rekening kepsek
    Beban batin Nur tak berhenti di angka yang menggunung.
    Ia mengaku diminta mentransfer uang tersebut ke rekening pribadi milik kepala sekolah, bukan ke rekening koperasi atau sekolah resmi.
    “Rekeningnya (pembayaran seragam) itu atas nama pribadi (kepala sekolah), bukan (koperasi) sekolah. Lalu saya sampaikan di media sosial, saya malah ditegur dengan nada tinggi oleh kepala sekolah,” sambungnya lirih.
    Puncak kebingungan muncul saat kepala sekolah disebut sempat menyampaikan bahwa anak Nur tidak bisa diterima karena alasan administrasi, meski surat penerimaan telah dipegangnya.
    “Awalnya itu dibilang anak saya tidak diterima, karena alasan administrasi, saya disuruh cari sekolah lain, padahal surat penerimaan sudah ada. Jadi sudah tiga hari masa MPLS ini belum masuk (sekolah),” tambah Nur.
    Suara Nur akhirnya terdengar hingga ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan.
    Kepala Bidang Pembinaan SD, Didin Sihabudin, menegaskan bahwa sekolah negeri tidak boleh memungut biaya dalam bentuk apa pun.
    “Prinsipnya, tidak dibolehkan pungutan seperti yang disebutkan tadi, apalagi itu ke rekening pribadi. Kami sudah membuat surat edaran yang melarang iuran-iuran. Sekolah negeri difasilitasi,” kata Didin saat dikonfirmasi Kompas.com.
    Menurut Didin, dinas telah bergerak cepat dengan melakukan pemantauan dan memanggil kepala sekolah yang bersangkutan.
    “Dinas pendidikan hari ini sudah membuat surat panggilan dan akan melakukan pembinaan serta pemeriksaan terhadap kepala sekolah. Kami pastikan, insya Allah, tidak ada pungutan bagi anak-anak yang pindah sekolah,” ujarnya.
    Ia pun menegaskan bahwa siswa pindahan diperbolehkan menggunakan seragam lamanya.
    “Dipastikan tidak boleh ada paksaan beli seragam baru. Silakan pakai seragam lama, dan kami juga pastikan tidak ada intimidasi atau bullying. Kami punya satgas baik di sekolah maupun di dinas,” pungkas Didin.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Keluarga Siswa yang Meninggal Diduga karena "Bullying" Minta Semua Pihak Tahan Opini
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        16 Juli 2025

    Keluarga Siswa yang Meninggal Diduga karena "Bullying" Minta Semua Pihak Tahan Opini Bandung 16 Juli 2025

    Keluarga Siswa yang Meninggal Diduga karena “Bullying” di Garut Minta Semua Pihak Tahan Opini
    Tim Redaksi
    GARUT, KOMPAS.com

    Keluarga siswa
    yang bunuh diri setelah dilaporkan menjadi
    korban bullying
    di sekolahnya di
    Garut
    meminta semua pihak menahan diri dalam memberikan
    opini
    .
    Permintaan ini diungkapkan agar tidak memperkeruh suasana dan untuk menghormati masa duka keluarga.
    Wakil Menteri Pendidikan
    Dasar dan Menengah,
    Fajar Riza Zia Ul Haq
    , menyampaikan hal tersebut usai berkunjung ke
    rumah duka
    pada Rabu (16/7/2025).
    “Tadi ada permintaan keluarga agar semua pihak menahan diri beropini supaya tidak memperkeruh suasana,” jelas Fajar kepada wartawan di depan rumah duka.
    Fajar menambahkan, permintaan tersebut ditujukan kepada pihak sekolah tempat siswa tersebut bersekolah serta para pegiat media sosial.
    Ia berharap semua pihak dapat menghargai suasana duka yang dialami keluarga.
    “Kami bertakziah mewakili dari kementerian, menyampaikan bela sungkawa dan dukacita,” katanya.
    Lebih lanjut, Fajar menyampaikan dukungan moril kepada keluarga agar tetap bersabar dan tabah dalam menghadapi musibah ini.
    Kementerian juga mengapresiasi sikap keluarga yang menyikapi masalah ini dengan kepala dingin dan terbuka untuk berkomunikasi.
    Fajar menegaskan, pihaknya tidak akan terlibat dalam wilayah-wilayah yang masih dalam tahap penelaahan, baik secara psikologis maupun dari aspek yuridis.
    Hal tersebut akan diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti.
    Bunuh diri bisa terjadi disaat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
    Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
    Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
    Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
    https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Inovasi Anti-Bullying SMPN 43 Bandung Juara Se-Asia Pasifik

    Inovasi Anti-Bullying SMPN 43 Bandung Juara Se-Asia Pasifik

    Liputan6.com, Bandung – SMP Negeri 43 Kota Bandung mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dengan meraih penghargaan bergengsi AIA Outstanding Mental Wellbeing Award dalam ajang Kompetisi Sekolah Tersehat se-Asia Pasifik yang digelar di Da Nang, Vietnam, pada 3 Juli 2025. 

    Dalam siaran pers, Kepala Diskominfo Kota Bandung, Yayan A. Brilyana, disampaikan bahwa penghargaan diberikan atas inovasi mereka dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan sehat secara mental melalui program Bejakeun. 

    “Bejakeun merupakan singkatan dari Berani lawan tindakan bullying, Jaga diri dan teman dari tindakan bullying, Kenali dan laporkan tindakan bullying, Unggah laporan tindakan kekerasan,” dikutip secara tertulis, Jumat, 11 Juli 2025.

    Inovasi ini dirancang untuk memberantas perundungan atau bullying di lingkungan sekolah dengan cara yang kreatif dan menyeluruh.

     

    Digagas oleh Ilham Pauji, seorang guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 43 Bandung, Bejakeun mengintegrasikan teknologi digital dan pendekatan emosional dalam upaya pencegahan bullying. 

    Melalui aplikasi Bejakeun yang kini sudah tersedia di PlayStore, siswa, guru, dan orang tua dapat melaporkan tindakan perundungan secara anonim, mengakses konten edukatif, serta menerima notifikasi penting yang mendukung terciptanya lingkungan belajar yang sehat secara mental.

    “Namun Bejakeun bukan hanya sebuah aplikasi. Program ini diperkuat oleh sejumlah kegiatan pendukung seperti pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ), doa bersama mingguan, kampanye anti-bullying di sekolah, hingga penyebaran edukasi melalui media sosial,” katanya.

    Pendekatan ini membentuk ekosistem yang konsisten dalam menumbuhkan kesadaran dan empati antarwarga sekolah.

    Dampaknya sangat signifikan. Sejak implementasi Bejakeun, angka perundungan di SMPN 43 Bandung menunjukkan penurunan yang nyata. Tak hanya itu, kepercayaan diri siswa meningkat, dan budaya saling menghargai semakin terasa di lingkungan sekolah.

  • Mensos: Semua Serba Baru, Masa Orientasi Siswa Sekolah Rakyat Sekitar 15 Hari – Page 3

    Mensos: Semua Serba Baru, Masa Orientasi Siswa Sekolah Rakyat Sekitar 15 Hari – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengemukakan, masa pengenalan atau orientasi siswa Sekolah Rakyat membutuhkan waktu sekitar 15 hari. Waktu tersebut lebih lama dari sekolah-sekolah umum karena seluruh tenaga kependidikan dan siswa benar-benar baru.

    “Kalau di sekolah umum yang melakukan pengenalan itu kan hanya murid baru, kalau ini semua baru. Kepala sekolahnya baru, gurunya baru, kemudian juga siswanya baru, tenaga kependidikan yang lain juga baru. Oleh karena itu, waktu kita lebih lama. Mungkin kalau yang umum itu hanya lima hari, kita bisa 15 hari atau dua minggu,” kata Saifullah Yusuf di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/7/2025), seperti dilansir dari Antara.

    Ia menjelaskan, setelah orientasi, siswa baru akan memasuki masa matrikulasi karena tidak ada tes akademik. Pada tahap ini, para siswa akan mendapatkan sosialisasi tentang proses pembelajaran.

    “Karena tidak ada tes akademik, anak-anak nanti akan melakukan sosialisasi dan adaptasi proses pembelajaran. Setelah nanti pemahamannya semua sama, maka proses belajar-mengajarnya dimulai. Kurikulumnya sama seperti kurikulum formal, ada pendidikan karakter, ada juga keterampilan, dan lain-lainnya sama,” ujar dia.

    Mensos juga menegaskan, untuk memastikan tidak ada perundungan atau bullying, Kemensos telah bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

    “Tidak ada bullying. Harus dihindari, harus dimitigasi, jangan sampai ada bullying, tidak ada kekerasan seksual, tidak ada intoleransi. Nah dalam keperluannya, kita kerja sama dengan Kementerian PPPA juga dengan KPAI, kemudian juga dengan beberapa lagi lembaga untuk memitigasi agar itu tidak terjadi dengan mekanisme, prosedur, dan mungkin nanti juga dengan teknologi,” tuturnya.

  • Hari Pertama Sekolah Rakyat di Solo, Gubernur Luthfi Minta Bentuk Satgas Anti-bullying

    Hari Pertama Sekolah Rakyat di Solo, Gubernur Luthfi Minta Bentuk Satgas Anti-bullying

    Gubernur Jawa Tengah itu berpesan kepada para siswa maupun tenaga pendidik bahwa selama masa orientasi pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa melarang keras terjadinya tindak kekerasan. Oleh sebab itu, ia meminta kepada siswa untuk tidak melakukan aksi perundungan kepada siswa lainnya dalam kegiatan tersebut. Jika nantinya ditemukan adanya aksi perundungan, Luthfi meminta untuk segera melaporkan kepada dirinya.

    “Pada saat masa orientasi ini tidak boleh ada kekerasan, saya ulangi tidak boleh ada kekerasan. Tidak boleh saling mem-bully. Awas kalau ada yang sampai mem-bully, laporkan gubernur. Kalau perlu kepala sekolah membuat satgas anti bullying. Kalau ada adik-adik yang memb-bully kepada teman-temannya bikin laporan nanti tak panggil ke provinsi,” ujar dia.

    “Jadi nggak boleh, karena adik-adik sekalian mau putri, mau putra di sini sama rata, sama rasa, yaitu menuntut ilmu, jelas? Jangan sampai ada bullying mau dari pakaiannya, mau dari bentuk tubuhnya, mau dari keluarganya siapa, mau rambutnya ikal, gondrong, gundul, tambutny abang, semuanya sama,” tambahnya.

    Sementara itu, Kepala Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso, Nova Dwiyanto menjelaskan berdasarkan penjaringan yang melibatkan Dinas Sosial Solo dan Dinas Pendidikan Solo telah berhasil merekrut sebanyak 200 siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu yang masuk Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional. Dari jumlah siswa itu terdiri dari 113 siswa laki-laki dan 87 siswa perempuan.

    “Untuk tenaga pendidik dapat kami laporkan bahwa ada satu kepala sekolah dan 20 orang tenaga guru bidang mata pelajaran maupun bidang penunjang lainnya. Ada 12 wali asuh dan wali asrama yang selama dua minggu terakhir mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan,” ujar dia.

    Pada hari pertama MPLS Sekolah Rakyat Menengah Atas 17 Solo, Novi mengungkapkan bahwa siswa akan menjalani pemeriksaan kesehatan. Kegiatan yang melibatkan petugas medis dari Puskesmas Ngoresan, Jebres, Solo itu untuk mengetahui kondisi kesehatan para siswa yang akan menjalani kegiatan belajar mengajar dengan tinggal di asrama.

    “Tujuan dari pemeriksaan kesehatan untuk memeriksa apakah adik-adik ada yang memiliki penyakit-penyakit tertentu yang memerlukan pengobatan segera. Nanti ketika mereka dinyatakan sudah sehat dapat bergabung untuk memulai proses belajar mengajar,” ujar dia.

  • Ahmad Dhani datangi Polda Metro Jaya karena anaknya diduga dibully

    Ahmad Dhani datangi Polda Metro Jaya karena anaknya diduga dibully

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Ahmad Dhani datangi Polda Metro Jaya karena anaknya diduga dibully
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 10 Juli 2025 – 17:23 WIB

    Elshinta.com – Musisi Ahmad Dhani Prasetyo mendatangi sentra pelayanan kepolisian terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya untuk melaporkan dugaan tindakan bullying atau perundungan terhadap anaknya berinisial SF.

    “Kita akan laporkan inisialnya LG. Kita akan laporkan laporan pidana ini karena setelah kita kaji, baik dari unsur undang-undang perlindungan anak dan juga ITE dapat diduga memenuhi unsur,” kata pengacara Ahmad Dhani, Aldwin Rahadian saat ditemui di SPKT Polda Metro Jaya, Kamis.

    Selain Ahmad Dhani, kata dia, anaknya juga ikut menjadi saksi yaitu Ahmad Al Ghazali Kohler atau akrab disapa Al.

    “Al dalam rangka mendampingi sekaligus menyerahkan KTP sebagai saksi. Jadi bersiap nanti, memberikan identitasnya dan mendampingi,” kata Aldwin.

    Aldwin menyebutkan sebelum ke Polda Metro Jaya, pihaknya juga sebelumnya telah mendatangi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk melaporkan tindakan yang serupa.

    Saat ini Aldwin dan Ahmad Dhani masih membuat laporan dan akan memberikan pernyataan lengkap setelah laporannya selesai.

    Sumber : Antara

  • Top 3 Tekno: Harga iPhone 16 Series Turun Drastis Tuai Perhatian – Page 3

    Top 3 Tekno: Harga iPhone 16 Series Turun Drastis Tuai Perhatian – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Informasi mengenai harga iPhone 16 series, termasuk iPhone 16 Pro dan Pro Max yang turun drastis, menuai perhatian para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Minggu (6/7/2025) kemarin.

    Berita lain yang juga populer datang dari Menkomdigi Meutya Hafid yang mengajak seluruh masyarakat melawan perundungan siber atau cyber bullying.

    Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

    1. Harga iPhone Turun Drastis! iPhone 16 Pro Max Diskon hingga Rp 4 Juta di Juli 2025

    Sedang cari atau upgrade iPhone milik kamu sekarang? Kabar gembira, karena memasuki bulan Juli 2025 ini sejumlah ponsel buatan Apple sedang turun harga di pasar Indonesia.

    Pantauan tim Tekno Liputan6.com di laman web iBox, Minggu (6/7/2025), harga iPhone 16 Pro dan Pro Max mengalami pemangkasan signifikan dalam tahun ini.

    Tak hanya harga iPhone 16 dan iPhone 16 Plus, varian iPhone 16e juga ikutan dipangkas harganya. Ini membuat iPhone dengan label terjangkau ini semakin mudah untuk dibeli.

    iPhone 16 turun harga ini dapat menjadi momen tepat bagi Anda yang ingin upgrade ponsel lama, atau bagi pengguna Android yang ingin menjajal ekosistem Apple.

    Berikut adalah daftar lengkap harga terbaru iPhone di Indonesia per 6 Juli 2025 yang dipangkas.

    Baca selengkapnya di sini